You are on page 1of 26

HUBUNGAN PEMBANGUNAN PLTU TERHADAP

KEHIDUPAN NELAYAN DIPESISIR PANTAI


CELUKAN BAWANG

PENGETAHUAN LINGKUNGAN HIDUP

OLEH :
PUTU RUSDI ARIAWAN (0804405050)

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2010
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelistrikan merupakan infrastruktur penting bagi pertumbuhan ekonomi


daerah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Sebagai penunjang tenaga
listrik secara terpadu dengan memanfaatkan terciptanya industri ketenagalistrikan
yg mandiri, transparan, kompetitif, efisien, andal, aman, dan ramah lingkungan.
Dimana tujuannya adalah untuk mendukung pertumbuhan perekonomian dan
meningkatkan kesejahteraan rakyat Bali. Diharapkan dengan adanya sistem
kelistrikan di Bali dapat tercipta kondisi yang diinginkan oleh masyarakat Bali,
diantaranya pembangunan pembangkit listrik yang ramah lingkungan dan
berkelanjutan, menciptakan sistem pengusahaan ketenaga-listrikan yang kondusif,
melaksanakan pengaturan usaha penyediaan seoptimal mungkin sumber energi
setempat, energi alternatif terbarukan untuk pembangkit tenaga listrik skala kecil
tersebar, serta dapat menyediakan energi listrik dalam jumlah dan mutu yang
memadai dengan harga yang terjangkau.
Selama ini, kebutuhan listrik masyarakat Bali dipasok dari tiga sumber
utama yaitu kabel bawah laut Jawa-Bali, PLTU Gilimanuk dan PLTG Denpasar.
Daya total ketiga sumber itu adalah 440 MW, sementara kebutuhan listrik di Bali
rata-rata 380 MW. Jika terjadi gangguan pada salah satu dari ketiga pembangkit,
dipastikan Bali akan mengalami masalah dengan listrik. Jika tidak gelap total,
mungkin pemadaman secara bergilir. Ditambah lagi sebelumnya PLTG Gilimanuk
sempat mengalami overhaul. Namun seiring dengan beroperasinya kembali PLTG
ini pasokan listrik untuk Bali akan bertambah lagi. Kini PLTU Gilimanuk mampu
menghasilkan tenaga listrik sebesar 130 MW dan bila digabung dengan
pembangkit lainnya akan diperoleh listrik sebesar 530 MW.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk membuat pasokan listrik di
Bali stabil adalah dengan membangun pembangkit listrik tambahan. Diantaranya
adalah pembangunan PLTU. PLTU rencananya akan dibangun di Dusun
Pungkukan, Desa Celukan Bawang, Gerokgak, Buleleng. Dimana bahan bakar
yang digunakan adalah batu bara. Diharapkan dengan adanya Pembangkit listrik

PUTU RUSDI ARIAWAN 2


ini dapat menanggulangi permasalahan kelistrikan di Bali dan menciptakan
kondisi yang diinginkan oleh masyarakat Bali khususnya.

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian di atas, maka rumusan masalah yang dapat diambil adalah
bagaimana hubungan pembangunan PLTU terhadap kehidupan nelayan di pesisir
pantai Celukan Bawang.

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui hubungan


pembangunan PLTU terhadap kehidupan nelayan dipesisir pantai Celukan
Bawang.

1.4 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penulisan ini adalah sebagai berikut :


1. Dapat digunakan sebagai suatu referensi tentang dampak pembangunan PLTU
bagi kehidupan masyarakat terutama masyarakat dipesisir pantai Celukan
Bawang.
2. Dapat digunakan sebagai acuan bagi investor pembangunan PLTU di Celukan
Bawang.

1.5 Metode Penulisan

Dalam penulisan paper ini, metode yang digunakan adalah metode


kepustakaaan, observasi, interview dan metode analisis data. Metode kepustakaan
adalah metode pengumpulan data yang berasal dari beberapa sumber berupa buku
dan internet. Sedangkan metode interview dan observasi dilakukan secara
langsung di Dusun Pungkukan, Desa Celukan Bawang, Gerokgak, Buleleng
khususnya dipesisir pantai Celukan Bawang. Dan metode analisis data adalah
metode dimana dari data-data yang telah terkumpul, dibahas, dianalisa dan ditarik
kesimpulan kemudian diolah dan disusun secara sistematik dan terurut.

PUTU RUSDI ARIAWAN 3


1.6 Bagan Penyusunan Karya Tulis Pembangunan PLTU Celukan Bawang

MULAI

Kehidupan Nelayan di Pesisir Pantai


Celukan Bawang Sebelum
Pembangunan PLTU

Rencana Pembangunan PLTU Celukan Bawang

Ijin Pembangunan Sosialisasi

Kajian Dampak Pembangunan PLTU

Dampak Positif Dampak Negatif


(DP) (DN)

YA
DN > DP Mempertimbangkan kembali

TIDAK
Solusi

Pembangunan PLTU
Celukan Bawang

STOP

PUTU RUSDI ARIAWAN 4


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Lingkungan Hidup

2.1.1 Pengertian Lingkungan Hidup

Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,


keadaan dan makhluk hidup. Termasuk juga manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi kelangsungan kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk
hidup lain. Lingkungan hidup itu terdiri dari 2 komponen, yaitu Komponen biotik
dan Komponen abiotik. Komponen biotik adalah komponen yang terdiri dari
makhluk hidup seperti hewan, tumbuhan dan manusia. Sedangkan Komponen
abiotik adalah komponen yang terdiri dari benda – benda mati seperti air, tanah,
udara, cahaya, matahari dan sebagainya.
Manusia hidup di bumi tidaklah sendirian, melainkan bersama makhluk lain
yaitu tumbuhan, hewan dan jasad renik. Makhluk hidup yang lain itu bukanlah
sekedar kawan hidup yang hidup bersama secara netral atau pasif terhadap
manusia, melainkan hidup manusia itu terkait erat pada mereka. Tanpa mereka
manusia tidaklah dapat hidup. Kenyataan ini dapat kita lihat dengan
mengandaikan di bumi ini tidak ada hewan dan tumbuhan, maka tidak ada
makanan dan oksigen. Sehingga dapat dikatakan bahwa antara setiap makhluk di
Bumi ini saling mempengaruhi satu sama lain. Perubahan pada makhluk yang satu
dapat mempengaruhi makhluk yang lain.

2.1.2 Pengertian Pencemaran Lingkungan

Pencemaran lingkungan atau dapat juga disebut dengan polusi adalah


perubahan keadaan lingkungan yang terutama dilakukan oleh manusia yang
berpengaruh buruk terhadap lingkungan tersebut dan manusia itu sendiri serta
dapat pula mempengaruhi lingkungan yang lebih luas. Terdapat beberapa jenis
pencemaran lingkungan diantaranya adalah pencemaran udara, air, laut, dan
pencemaran-pencemaran lainnya.

PUTU RUSDI ARIAWAN 5


Sekitar 99% dari udara yang kita isap ialah gas nitrogen dan oksigen.
Sisanya gas lain yang diantaranya terdapat gas pencemar. Di daerah perkotaan
yang ramai, gas pencemar berasal dari asap kendaraan, gas buangan pabrik,
pembangkit tenaga listrik, asap rokok, larutan pembersih, dan gas pencemar
lainnya yang berhubungan erat dengan aktivitas manusia.
Gas pencemar tersebut dalam kandungan tertentu dapat menyebabkan
kerusakan pada jaringan paru manusia atau hewan, tanaman, bangunan dan bahan
lainnya. Perubahan kandungan bahan kimia dalam atmosfer bumi karena polusi
udara akan dapat juga mengubah iklim lokal, regional, dan global, sehingga
menaikkan jumlah radiasi sinar ultraviolet dari matahari ke permukaan bumi.
Selain itu polusi udara sangat berhubungan dengan pencemaran air.
Walaupun air merupakan sumber daya alam yang dapat diperbarui, tetapi air akan
dapat dengan mudah terkontaminasi oleh aktivitas manusia. Air banyak digunakan
oleh manusia untuk tujuan yang bermacam-macam sehingga dengan mudah dapat
tercemar. Menurut tujuan penggunaannya, kriterianya berbeda-beda. Air yang
sangat kotor untuk diminum mungkin cukup bersih untuk mencuci, untuk
pembangkit tenaga listrik, untuk pendingin mesin dan sebagainya. Air yang terlalu
kotor untuk berenang ternyata cukup baik untuk bersampan maupun memancing
ikan dan sebagainya. Banyak sekali penyebab terjadinya pencemaran air yang
akhirnya akan bermuara ke lautan, menyebabkan pencemaran pantai dan laut
sekitarnya.
Namun kehidupan manusia di bumi sangat bergantung pada lautan.
Sehingga manusia harus menjaga kebersihan dan kelangsungan kehidupan
organisme yang hidup di dalamnya. Di lain pihak, lautan juga merupakan tempat
pembuangan benda-benda asing dan pengendapan barang sisa yang diproduksi
oleh manusia. Diperkirakan 20% dari benda asing yang dibuang ke laut ialah
limbah industri berupa lumpur lunak (sludge), lumpur yang bercampur dengan
bahan kimia toksik, agen infeksi, dan bahan padat yang berasal dari endapan
pengolahan limbah. Permasalahannya adalah limbah yang bercampur dengan
bahan kimia toksik dan plastik tidak dapat terdegradasi secara alamiah, sehingga
dapat menyebabkan toksik terhadap ikan dan organisme laut lainnya. Biasanya

PUTU RUSDI ARIAWAN 6


hanya terdapat sedikit kehidupan pada lokasi laut yang tercemar berat oleh bahan
kimia toksik ini.

2.1.3 Pengertian Kualitas Lingkungan Hidup

Kualitas lingkungan hidup adalah keadaan lingkungan yang dapat


memberikan daya dukung yang optimal bagi kelangsungan dalam hidup manusia
di suatu wilayah. Kualitas lingkungan dicirikan dari suasana yang membuat orang
betah atau kerasan tinggal di tempatnya sendiri, berbagai kebutuhan hidup
terpenuhi dari dasar atau fisik seperti makan minum, perumahan, sampai
kebutuhan rohani seperti pendidikan, rasa aman, ibadah, dan sebagainya. Kualitas
lingkungan hidup dibedakan berdasarkan biofisik, sosial ekonomi, dan budaya.
1. Lingkungan Biofisik adalah lingkungan yang terdiri dari komponen biotik dan
abiotik. Dapat dikatakan baik jika interaksi antar komponen berlangsung
seimbang.
2. Lingkungan Sosial Ekonomi adalah lingkungan manusia dalam hubungan
dengan sesamanya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dapat dikatakan
baik jika kebutuhan hidupnya mencukupi.
3. Lingkungan Budaya adalah segala kondisi baik berupa materi maupun non
materi yang dihasilkan oleh manusia melalui aktivitas dan kreativitasnya.
Dapat dikatakan baik jika memberikan rasa aman dan sejahtera bagi semua
anggota masyarakatnya dalam menjalankan dan mengembangkan sistem
budayanya.

2.2 Kehidupan Masyarakat Pesisir Pantai

Dalam pendekatan geografi – budaya lingkungan sosial pesisir secara


umum mencakup kesatuan – kesatuan hidup manusia yang berdiam dan
mengembangkan kehidupan sosial di daerah yang relative dekat ke laut. Dengan
kata lain yang termasuk ke dalam katagori lingkungan sosial pesisir adalah
masyarakat yang berdiam didaratan yang dekat dengan laut dan masyarakat yang
secara khas menghabiskan sebagian besar masa hidupnya diatas perairan laut.

PUTU RUSDI ARIAWAN 7


Berdasarkan hubungan, adaptasi dan pemahaman terhadap daerah
pesisir dengan segala kondisi geografisnya maka masyarakat yang berdiam di
pesisir setidaknya dapat kita kategorikan menjadi tiga yaitu :
1. Masyarakat perairan
Kesatuan – kesatuan sosial yang hidup dari sumber daya perairan (laut, sungai,
atau pantai) cenderung terasing dari kontak – kontak dengan masyarakat –
masyarakat lain, lebih banyak berada di lingkungan perairan dari pada darat,
berpindah – pindah tempat disuatu wilayah (territorial) perairan tertentu.
Kehidupan sosial mereka cenderung hidup dalam kelompok – kelompok
kekerabatan setingkat klen kecil.
2. Masyarakat nelayan
Golongan masyarakat pesisir yang dapat dianggap paling banyak memanfaatkan
hasil laut dan potensi lingkungan perairan dan pesisir untuk kelangsungan
hidupnya. Masyarakat nelayan umumnya telah bermukim secara tetap didaerah
– daerah yang mudah mengalami kontak – kontak dengan masyarakat –
masyarakat lain. Hasil laut yang mereka peroleh tidak hanya untuk di konsumsi
sendiri melainkan untuk didistribusikan dengan imbal ekonomis kepada pihak –
pihak lain.
3. Masyarakat pesisir tradisional
Masyarakat – masyarakat pesisir seperti ini memang berdiam dekat perairan
laut, akan tetapi sedikit sekali yang menggantungkan kelangsungan hidup dari
sumber daya laut. Mereka cenderung memanfaatkan sumber daya daratan,

PUTU RUSDI ARIAWAN 8


2.3 Pembangunan Pembangkit Listrik

Perencanaan pembangunan sarana kelistrikan dimulai jauh sebelum


pembangunannya. Semakin besar ukuran sarana kelistrikan yang dibangun,
semakin lama waktu yang diperlukan dan semakin banyak pertimbangan yang
harus dipikirkan. Pertanyaan tentang apa yang akan dibangun dan mengapa harus
dibangun, akan menjadi sorotan tajam dari masyarakat Indonesia maupun asing
terutama yang berkepentingan. Apalagi bila ditanyakan di mana akan dibangun?
Tanah yang diperuntukkan bagi atau yang terkait dengan pembangunan akan
mempunyai nilai yang berbeda dengan sebelumnya. Tentunya tidak mudah
memperkirakan dampak dari informasi tentang hal ini. Belum lagi tentang
pemilihan sumber energi primer yang sebagian adalah sumber energi primer tak
terbarukan. Selanjutnya, pertanyaan tentang kapan, oleh siapa dan bagaimana cara
melaksanakan perencanaan dan pembangunannya juga menjadi bahan
pertimbangan bagi si perencana. Berapa biaya dan siapa penyandang dananya
harus menjadi pertimbangan si perencana.
Pada tahap pembangunan semua hal tentang pembangunan sudah lebih
jelas dan tinggal melaksanakan dibandingkan dengan tahap perencanaan. Tetapi
dalam kenyataannya hambatan dalam pelaksanaan pembangunan justru sangat
besar. Pada tahap pembangunan ini harus diperhatikan kapan harus selesai,
keterlambatan akan sangat merugikan. Biaya pembangunan harus diusahakan
sesuai dengan rencana. Secara garis besar, proses pembangunan suatu sarana
kelistrikan dapat dibagi dalam beberapa tahap dan jenis kegiatan. Pertama adalah
tahap prakonstruksi yang meliputi kegiatan pencarian dan penyelidikan tanah serta
pembebasan tanah.
Tahap kedua adalah tahap konstruksi yang meliputi kegiatan mobilisasi
tenaga kerja, peralatan dan material, penebangan/pembersihan ruang bebas,
pembangunan fondasi yang dilanjutkan dengan pendirian menara atau tiang dan
penarikan kawat sebagai penghantar arus listrik. Tahap selanjutnya adalah tahap
operasional yang meliputi kegiatan penyaluran tenaga listrik dan pemeliharaan
sarana kelistrikan.
Sarana kelistrikan, terutama pusat-pusat pembangkit dan penyalur tidak
dapat dibangun di sembarang daerah. Oleh sebab itu sebelum sarana kelistrikan

PUTU RUSDI ARIAWAN 9


tersebut dibangun, terlebih dahulu daerah yang dipilih diteliti melalui suatu
prosedur yang diatur dalam undang-undang dan dikenal sebagai Studi Kelayakan
Analisis Dampak Lingkungan (Studi AMDAL). Suatu daerah dianggap layak
menjadi lokasi pembangunan sarana kelistrikan, jika sudah memenuhi standar
nilai yang ditetapkan dalam studi ini pada semua tahap pembangunan di atas
terhadap komponen lingkungan yang mengalami dampak dari rencana proyek
pembangunan sarana kelistrikan.
Sebelum AMDAL dilakukan, terlebih dahulu Rona Awal Lingkungan
Hidup disusun. Penyusunan Rona Awal Lingkungan Hidup ini berdasarkan Surat
Keputusan (SK) Menteri Lingkungan Hidup No. KEP 14/MENLH/3/1994,
tentang Pedoman Umum Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
Rona Awal Lingkungan Hidup akan menyajikan serangkaian informasi
mengenai berbagai komponen penting yang akan melandasi penilaian AMDAL
terhadap suatu daerah lokasi pilihan pembangunan sarana kelistrikan. Adapun
komponen-komponen yang tersaji dalam Rona Awal Lingkungan Hidup adalah
Komponen Lingkungan Hidup Fisik, Biologi dan Sosial Budaya yang berpotensi
terkena dampak penting proyek pembangunan sarana kelistrikan terutama SUTT
dan SUTET, serta komponen lingkungan yang memiliki arti ekologis dan
ekonomis. Demikian juga komponen-komponen kondisi kualitatif dan kuantitatif
berbagai sumber alam pada jalur pembangunan tersebut.
Yang dimaksud dengan Komponen Lingkungan Fisik, antara lain iklim,
fisiologi dan geologi, ruang, lahan dan tanah. Sedangkan Komponen Biologi
meliputi flora dan fauna, kemudian Komponen Sosial Budaya yang mencakup
komponen kependudukan, keadaan sarana dan prasarana sosial, kegiatan
perekonomian dan sosial budaya.
Pada tiap wilayah yang sedang dalam proses pembangunan sarana
kelistrikan, pasti akan mengalami perubahan terhadap lingkungannya. Melalui
studi AMDAL tiap perubahan/dampak yang mungkin terjadi akan diamati, untuk
menentukan langkah antisipasi penanggulangan dampak tersebut. Dengan studi
AMDAL ini juga, pengolahan terhadap limbah dan polusi hasil dari pengelolaan
listrik di pusat pembangkit yang berdampak negatif terhadap lingkungan hidup di
sekitarnya dikaji kembali. Unsur-unsur dari hasil pembuangan tidak sepenuhnya

PUTU RUSDI ARIAWAN 10


merupakan sampah, tetapi ada yang dapat diolah kembali menjadi bahan yang
dapat dipakai ulang atau diminimalisasi reaksi negatifnya hingga dapat dilepas
kembali ke alam sebagai bahan yang tidak merusak lingkungan.
AMDAL harus dilakukan mengingat sebagian besar wilayah yang dilalui
dan menjadi lokasi pembangunan sarana kelistrikan adalah wilayah pedesaan,
pegunungan dan perbukitan yang dikenal dengan kekayaan sumber daya alam
yang sangat potensial, di samping lingkungan alami dan sosialnya yang homogen
dan sederhana. Sedangkan pada daerah pemukiman, hutan produksi dan
perkebunan akan dilalui oleh sebagian kecil saja. Melalui studi AMDAL, PLN
dapat memperoleh data mengenai alternatif teknis apa selanjutnya yang tepat
untuk diterapkan dalam mengantisipasi berbagai dampak dari pembangunan
sarana kelistrikan di wilayah-wilayah yang dilalui jalur pembangunan, baik yang
tidak maupun yang telah menjadi kawasan hunian penduduk. Hal ini untuk
menjaga kesejahteraan dan keamanan hidup masyarakat penghuni daerah sekitar
sarana kelistrikan, sekaligus menjaga kestabilan pengadaan pasokan listrik bagi
seluruh konsumennya.
Seperti telah diungkap di atas, bahwa pelaksanaan AMDAL tidak lepas
dari pengawasan pemerintah, maka pelaksanaannya diatur dalam undang-undang
dan peraturan pemerintah untuk menjamin kesejahteraan seluruh rakyat. Adapun
undang-undang dan peraturan tersebut, antara lain adalah undang-undang tentang
Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, peraturan
pemerintah tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, surat keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup tentang Jenis Usaha atau Kegiatan yang Wajib
Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan serta Peraturan
Menteri Pertambangan dan Energi tentang Ruang Bebas Saluran Udara Tegangan
Tinggi dan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi.
Sebagai tahap awal proses pembangunan sarana kelistrikan berwawasan
lingkungan, terutama SUTT dan SUTET, ditentukan suatu ruang bebas yang
mengacu pada Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi tentang Ruang Bebas
Saluran Udara Tegangan Tinggi dan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi.
Ruang bebas yang dimaksud di sini adalah ruang di sekeliling kawat penghantar
listrik yang membentuk jarak bebas minimum sepanjang SUTT dan SUTET, dan

PUTU RUSDI ARIAWAN 11


di dalamnya harus dibebaskan dari segala aktivitas manusia maupun makhluk
hidup lain serta benda apapun.
Ruang bebas ini berguna untuk menjaga keamanan dan kenyamanan
masyarakat yang menghuni daerah sekitar SUTT dan SUTET dari hal-hal yang
tidak diinginkan, seperti terkena sengatan elektrostatis atau kesetrum. Untuk
menghindari sengatan elektrostatis, semua material logam seperti atap seng, pagar
besi dan sejenisnya yang ada di bawah SUTT dan SUTET dikubur dalam tanah.
Dengan adanya ruang bebas ini, proses pembangunan dan hasil bangunan sarana
kelistrikan nantinya tidak akan mengganggu kawasan hunian dan aktivitas
masyarakat. Ilustrasi di atas akan menjelaskan seperti apa dan bagaimana
penerapan ruang bebas terhadap kawasan pemukiman dan daerah aktivitas
penduduk.
Dampak penting yang terjadi pada lingkungan di wilayah pembangunan
proyek sarana kelistrikan sebagai akibat perubahan komponen lingkungan, akan
terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Dampak yang langsung terjadi
pada tahap prakonstruksi misalnya akan terjadi pembebasan tanah rakyat sebagai
lahan bangunan. Sejauh ini, PLN berusaha memberikan ganti rugi atau
kompensasi yang sepandan kepada masyarakat yang tanahnya terkena proyek
pembangunan SUTT dan SUTET. Sampai saat ini proses pemberian kompensasi
tidak pernah mengalami kendala yang berarti berkat kerjasama yang baik antara
PLN, pemerintah daerah dan masyarakat di wilayah tersebut.
Dalam upaya penanggulangan dampak tidak langsung pembangunan
sarana kelistrikan, PLN melakukan pencegahan pada proses operasi yang
berpotensi menimbulkan dampak lingkungan serta penanggulangan pada titik-titik
yang sudah menghasilkan bahan pencemar. Pencegahan dan penanggulangan itu
tertuang dalam berbagai kebijakan dan peraturan perusahaan tentang pengelolaan
dan pengendalian dampak lingkungan. Penerapan peraturan dan kebijakan
tersebut dilakukan oleh pemerintah pusat dan daerah bekerja sama dengan
lembaga lingkungan hidup terkait, melalui pemantauan berkala terhadap aspek-
aspek lingkungan yang berpotensi terkena dampak negatif terhadap kelestarian
lingkungan.
Kebijakan tersebut menggambarkan komitmen dan kepedulian PLN

PUTU RUSDI ARIAWAN 12


terhadap pelestarian fungsi serta perbaikan aspek lingkungan hidup sekitar sarana
kelistrikan sebagai akibat pengoperasian unit-unit kerja Perusahaan. Peduli
terhadap sumber daya alam yang digunakan dan dampak lingkungannya. Sadar
akan manfaat konservasi energi di lingkungan kerja dan kepedulian sosial di
sekitarnya.
Pada suatu unit operasi pembangkit PLTG/U misalnya, akan timbul
dampak polusi udara, air, sisa pembakaran dan kebisingan suara. Hal yang dapat
mengganggu kenyamanan masyarakat sekitar pembangkit ini amat disadari PLN,
karena itu PLN berusaha membuat dampak negatif ini sekecil mungkin.
Cerobong yang tinggi menghambat penyebaran gas buang ke atmosfer
sehingga tidak terjadi akumulasi gas di daerah tertentu, terutama di kawasan padat
penduduk. Penggunaan electrostatic precipitator (ESP) menangkap partikel debu
ringan guna menekan jumlah partikel debu yang dilepaskan ke udara. Instalasi
pengolahan air limbah menetralisasi limbah cair buangan dan pencucian limbah
metal agar air limbah yang dibuang tidak membahayakan penduduk dan biota
laut. Sistem pemisahan minyak dari air buangan bahan bakar minyak,
memungkinkan minyak buangan dapat dipakai kembali
2.3.1 Aturan Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap
Dalam pembangunan sebuah pembangkit listrik terdapat beberapa aturan
ataupun undang-undang yang perlu diperhatikan antara lain :
 Peraturan Umum :
1. Undang-undang No. 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan
2. Undang-Undang No. 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi
3. Undang-undang No. 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup
4. Undang-undang No. 22 Tahun 1999 Tentang Otonomi Daerah
5. Undang-undang N0. 25 Tahun 1999 Tentang Perimbangan Keuangan
Pusat dan Daerah
6. Undang-undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
7. Undang-undang No. 15 Tahun 1985 Tentang Ketenagalistrikan
 Peraturan Pemerintah :

PUTU RUSDI ARIAWAN 13


1. Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2006 Tentang Perubahan kedua atas
atas Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1989 Tentang Penyediaan dan
Pemanfaatan Tenaga Listrik
2. Peraturan Pemerintah No.3 Tahun 2005 tentang Perubahan Peraturan
Pemerintah No. 10 Tahun 1989 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan
Tenaga Listrik
3. Penjelasan Peraturan Pemerintah No.3 Tahun 2005.
4. Peraturan Pemerintah No 10 TAHUN 1989 Tentang Penyediaan dan
Pemanfaatan Tenaga Listrik
 Peraturan Presiden :
1. Peraturan Presiden Repuplik Indonesia Nomor 86 Tahun 2006 tentang
Pemberian Jaminan Pemerintah untuk Percepatan Pembangunan
Pembangkit Tenaga Listrik yang Menggunakan Batubara
2. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2006 Tim
koordinasi percepatan pembangunan pembangkit tenaga listrik.
3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2006 Tentang
Penugasan Kepada PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) untuk
melakukan percepatan pembangunan pembangkit tenaga listrik yang
mengunakan batubara.
4. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2005 Tentang
Kebijakan Nasional.
5. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2005 tentang
Penghematan Energi
6. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 tahun 2006 Tentang
Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (BIOFUEL) sebagai
bahan Bakar Lain.
7. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2006 Tentang
Penyediaan dan Penghematan Batubara yang dicairkan sebagai Bahan
Bakar Lain.

PUTU RUSDI ARIAWAN 14


 Peraturan Menteri :

1. Permen ESDM No. 482-12/40/600.2/2006 tentang Penetapan Kondisi


Krisis Penyediaan Tenaga Listrik. Permen ESDM No. 048 Tahun 2006
tentang Pemanfaatan Jaringan Tenaga Listrik untuk Kepentingan
Telekomunikasi, Multimedia, dan Informatika.
2. Permen ESDM No. 046 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Permen
ESDM No. 0045 Tahun 2005 tentang Instalasi Ketenagalistrikan.
3. Permen ESDM No. 001 Tahun 2006 tentang Prosedur Pembelian Tenaga
Listrik dan/atau Sewa Menyewa Jaringan Dalam Usaha Penyediaan
Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Umum
4. Permen ESDM No. 002 Tahun 2006 tentang Pengusahaan Pembangkit
Listrik Tenaga Energi Terbarukan Skala Menengah
5. Permen ESDM No. 0045 Tahun 2005 tentang Instalasi Ketenagalistrikan
6. Permen ESDM No. 0031 Tahun 2005 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Penghematan Energi
7. Permen ESDM No. 0027 Tahun 2005 tentang Tata Cara Pembubuhan
Tanda SNI dan Tanda Keselamatan
8. Permen ESDM No. 0010 Tahun 2005 Tentang Tata Cara Perizinan
Usaha Ketenagalistrikan Untuk Lintas Provinsi Atau Yang Terhubung
Dengan Jaringan Transmisi Nasional
9. Permen ESDM Nomor 0009 Tahun 2005 Tentang Prosedur Pembelian
Tenaga Listrik Dan/Atau Sewa Menyewa Jaringan Dalam Usaha
Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Umum

PUTU RUSDI ARIAWAN 15


2.3.2 Cara Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Uap

Uap yang terjadi dari hasil pemanasan boiler/ketel uap pada Pusat Listrik
Tenaga Uap (PLTU) digunakan untuk memutar turbin yang kemudian oleh
generator diubah menjadi energi listrik. Energi primer yang digunakan oleh PLTU
adalah bahan bakar yang dapat berwujud padat, cair maupun gas. Batubara adalah
wujud padat bahan bakar dan minyak merupakan wujud cairnya. Terkadang dalam
satu PLTU dapat digunakan beberapa macam bahan bakar.
PLTU menggunakan siklus uap dan air dalam pembangkitannya. Mula-
mula air dipompakan ke dalam pipa air yang mengelilingi ruang bakar ketel. Lalu
bahan bakar dan udara yang sudah tercampur disemprotkan ke dalam ruang bakar
dan dinyalakan, sehingga terjadi pembakaran yang mengubah bahan bakar
menjadi energi panas/ kalor. Udara untuk pembakaran yang dihasilkan kipas
tekan/force draf fan akan dipanasi dahulu oleh pemanas udara/heater. Setelah itu,
energi panas akan dialirkan ke dalam air di pipa melalui proses radiasi, konduksi
dan konveksi, sehingga air berubah menjadi uap bertekanan tinggi. Drum ketel
akan berisi air di bagian bawah dan uap di bagian atasnya. Gas sisa setelah
dialirkan ke air masih memiliki cukup banyak energi panas, tidak dibuang begitu
saja melalui cerobong, tetapi akan digunakan kembali untuk memanasi Pemanas
Lanjut ( Super Heater), Pemanas Ulang (Reheater), Economizer dan Pemanas
Udara.
Dari drum ketel, uap akan dialirkan menuju turbin uap. Pada PLTU besar
(di atas 150 MW), turbin yang digunakan ada 3 jenis yaitu turbin tekanan tinggi,
menengah dan rendah. Sebelum ke turbin uap tekanan tinggi, uap dari ketel akan
dialirkan menuju Pemanas Lanjut, hingga uap akan mengalami kenaikan suhu dan
menjadi kering. Setelah keluar dari turbin tekanan tinggi, uap akan masuk ke
dalam Pemanas Ulang yang akan menaikkan suhu uap sekali lagi dengan proses
yang sama seperti di Pemanas Lanjut. Selanjutnya uap baru akan dialirkan ke
dalam turbin tekanan menengah dan langsung dialirkan kembali ke turbin tekanan
rendah. Energi gerak yang dihasilkan turbin tekanan tinggi, menengah dan rendah
inilah yang akan diubah wujudnya dalam generator menjadi energi listrik.
Dari turbin tekanan rendah uap dialirkan ke kondensor untuk diembunkan
menjadi air kembali. Pada kondensor diperlukan air pendingin dalam jumlah

PUTU RUSDI ARIAWAN 16


besar. Inilah yang menyebabkan banyak PLTU dibangun di daerah pantai atau
sungai.
Ilustrasi siklus perubahan wujud energi pada PLTU:

Jika jumlah air pendingin tidak mencukupi, maka dapat digunakan cooling
tower yang mempunyai siklus tertutup. Air dari kondensor dipompa ke tangki
air/deareator untuk mendapat tambahan air akibat kebocoran dan juga diolah agar
memenuhi mutu air ketel berkandungan NaCl, Cl,O2 dan derajat keasaman (pH).
Setelah itu, air akan melalui Economizer untuk kembali dipanaskan dari energi
gas sisa dan dipompakan kembali ke dalam ketel.

PUTU RUSDI ARIAWAN 17


BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Kehidupan Nelayan di pesisir pantai Celukan Bawang sebelum


Pembangunan PLTU
Desa Celukan Bawang terdapat di Dusun Pungkukan, Desa Celukan
Bawang, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng. Kabupaten Buleleng
merupakan kabupaten yang terluas di Pulau Bali, dengan luas 1.365,88 Km2 atau
136.588 Ha (24,25 % dari luas Pulau Bali), terletak di antara 114 0 25’ 55” BT -
1150 27’ 28” BT dan 80 03’ 40” LS - 80 23’ 00” LS. Jumlah penduduk
Kabupaten Buleleng adalah 575.038 jiwa yang terdiri dari jumlah penduduk
perkotaan adalah 124.898 jiwa sedangkan jumlah penduduk pedesaan adalah
450.140 jiwa. Kabupaten Buleleng berada di belahan utara Pulau Bali yang
dibatasi oleh Kabupaten Jembrana di bagian Barat, Tabanan, Badung dan Bangli
dibagian Selatan, sedangkan di sebelah Timurnya dibatasi oleh Kabupaten
Karangasem dan di sebelah utaranya adalah Laut Jawa. Sebanyak 31,56 % berada
pada ketinggian antara 100 – 499 meter di atas muka laut, daerah yang
mempunyai ketinggian di atas 500 meter di atas muka laut sekitar 26,36 % sisanya
merupakan lahan dataran (0 – 25 meter). Tingkat kemiringan beraneka ragam
yaitu tanah datar 8,98%, tanah landai 51,41%, selebihnya adalah tanah terjal yaitu
sekitar 23,9%.

Keadaan topografi yang demikian menunjukkan bahwa wilayah Kabupaten


Buleleng sebagian besar merupakan daerah perbukitan, namun ada juga daerah
pegunungan yang membelah atau membagi menjadi dua bagian (Bali Utara dan
Bali Selatan). Yaitu yang tertinggi adalah gunung Lesong dan yang terendah
adalah gunung Prapat Agung. Sungai-sungainya berjumlah ± 56 buah sungai dan
diantaranya ada beberapa yang mengalir hanya musim hujan saja. Curah hujan
rata-rata untuk Kabupaten Buleleng adalah 1.580 mm per tahun.

+++++++(kehidupan nelayannya?+ PETA BULELENG)

PUTU RUSDI ARIAWAN 18


3.2 Rencana Pembangunan PLTU Celukan Bawang

Pembangunan PLTU di Celukan Bawang saat ini masih dalam tahap


perencanaan dan persiapan. Menurut General Manager PT PLN Distribusi Bali,
Ngurah Adnyana, PLTU itu akan menghasilkan listrik hingga 380 Mega Watt.
Kontrak Pembangunan PLTU ini sudah selesai dinegoisasikan antara PT PLN
dengan investor. PLTU ini diharapkan mulai beroperasi pada 2007. Untuk tahap
pertama bisa menghasilkan listrik sampai 135 MW. Dengan adanya pembangunan
PLTU tersebut, diharapkan konsumen listrik di Bali tidak perlu lagi khawatir
terhadap kemungkinan gagalnya pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas
Bumi (PLTPB) Bedugul. Sebab,kapasitas penyediaan listrik sudah berada dalam
kondisi aman.+ Peta Pembangunan Pembangkit Listrik

3.2.1 Izin Pembangunan PLTU Celukan Bawang

PUTU RUSDI ARIAWAN 19


Permohonan Izin Usaha Ketenagalistrikan Untuk Kepentingan Umum(IUKU) :

1. Permohonan IUKU Sementara Oleh Pengembang

2. Penerbitan IUKU Sementara Oleh Dirjen a.n Menteri

3. Permohonan IUKU oleh Pengembang

4. Penerbitan IUKU oleh Dirjen a.n Menteri

5. Pembangunan Instalasi Tenaga Listrik

6. Pengujian Laik Operasi

7. Sertifikat Laik Operasi

8. Operasi Komersial

PUTU RUSDI ARIAWAN 20


3.2.2 Sosialisasi Pembangunan PLTU Celukan Bawang

Menanggapi pembangunan PLTU di Celukan Bawang sejumlah warga di


daerah ini mulai merasa resah. Warga mengaku belum mengetahui dengan jelas
tentang proyek tersebut, meskipun sebenarnya dulu sempat diadakan sosialisasi di
balai desa dengan tokoh masyarakat, namun sosialisasi ini dilakukan secara diam-
diam agar dapat menghindari melonjaknya harga tanah, sehingga warga tetap saja
belum mengetahui secara rinci tentang dampaknya terhadap lingkungan. Seperti
di beritakan, AMDAL proyek itu sudah di keluarkan BAPPEDA Bali sebelumnya
dan juga Pemkab Buleleng pun sudah memberikan perpanjangan izin kepada PT.
General Energy Bali (GEB) hingga 4 Februari 2009. Namun karena tanah yang di
butuhkan untuk proyek itu belum bisa di bebaskan secara keseluruhan maka PT
GEB meminta perpanjangan izin lokasi dan dikabulkan oleh Bupati Bagiada.
Dalam laporannya PT GEB baru bisa membebaskan tanah seluas 22 hektar dari 40
hektar yang dibutuhkan. Untuk itu, PT GEB minta perpanjang izin dan bupati
mengabulkannya. Bahkan, Bupati Bagiada juga meminta aparat terkait seperti
Camat Gerogak untuk ikut menfasilitasi pembebasan tanah tersebut. Mereka
hanya menfasilitasi dan tidak ikut campur dalam urusan jumlah ganti rugi.
Camat Gerokgak, Ida Bagus Oka Susrama membenarkan bahwa pihaknya
diminta untuk menjadi mediator antara warga dan investor didalam masalah
pembebasan tanah dilokasi proyek tersebut. Kades Celukan Bawang, Muhajir
belum lama ini mengaku sudah tahu bahwa proyek tersebut sudah mengantongi
AMDAL, meski beliau belum mengerti sepenuhnya tentang dampak proyek itu.
Dulu ada warga yang bertanya tentang dampak proyek PLTU ini, namun saat itu
investor belum bisa menjawabnya. Menurut Muhajir, meski investor sudah
mengantongi AMDAL namun warga masih bisa memperdebatkan AMDAL
tersebut. Jadi dapat dikatakan bahwa dalam pembangunan PLTU di Celukan
Bawang ini belum mendapat dukungan dari masyarakat sekitar. Sehingga
diharapkan adanya sosialisasi yang lebih menyeluruh pada masyarakat terutama
pada masyarakat dipesisir pantai Celukan Bawang.

PUTU RUSDI ARIAWAN 21


3.3 Kehidupan Nelayan di Celukan Bawang saat Perencanaan
Pembangunan PLTU
3.3.1 Kajian Dampak Pembangunan PLTU
Adapun dampak pembangunan PLTU di Celukan Bawang dapat dilihat dari

2 sisi yaitu dari sisi positif dan sisi negatif.

1. Dampak Pembangunan PLTU dari sisi positif

 Kawasan lingkungan celukan bawang semakin terkenal disamping sebagai


kawasan pelabuhan, daerah ini juga berfungsi sebagai daerah industri.
 Dengan adanya pembangunan PLTU di Celukan Bawang ini masyarakat
yang tidak memiliki pekerjaan kemungkinan dapat diikutsertakan dalam
proyek pembangunan PLTU di Celukan Bawang misalnya sebagai Buruh
bangunan.
 Dengan pembangunan PLTU di Celukan Bawang ini akan membantu
memenuhi kebutuhan akan listrik yang terus meningkat, sehingga besarnya
biaya pembangkitan listrik di Bali berkurang dan menurunkan tarif listrik
secara umum. Pada akhirnya konsumen listrik di Bali diuntungkan dengan
membayar tarif listrik lebih murah.
 Selain sebagai kawasan pelabuhan, jika pembangunan PLTU terealisasi
maka Celukan Bawang juga akan bertambah fungsi menjadi kawasan
industri sehingga kawasan Celukan Bawang ini dapat dipertimbangkan
oleh investor.

2. Dampak Pembangunan PLTU dari sisi negatif

 Dari beberapa sistim pembangkit listrik yang saat ini beroperasi, PLTU
batubara masih merupakan sistim pembangkit paling murah, namun juga
dengan konsekuensi lingkungan yang paling parah.
 Biaya operasi PLTU batubara kurang lebih 30 % lebih rendah
dibandingkan sistim pembangkit listrik lainnya yang operasional. Berbagai
dampak negatif, baik terhadap kesehatan maupun lingkungan dapat
muncul karena terlepasnya gas-gas polutan dari PLTU batubara.
Perubahan NOx menjadi asam nitrat dapat menimbulkan dampak terhadap

PUTU RUSDI ARIAWAN 22


kesehatan. Nitrat merupakan unsur yang mudah sekali terbawa air dan
masuk ke saluran air, sungai, air tanah dan akhirnya dikonsumsi oleh
manusia. Nitrat yang masuk ke dalam tubuh akan diubah menjadi nitrit.
Selanjutnya nitrit akan masuk ke dalam darah dan bereaksi dengan
haemoglobin sehingga menghasilkan methemoglobin yang dapat merusak
sistim transportasi oksigen di dalam darah. Organ tubuh yang paling peka
terhadap percemaran NOx adalah paru-paru. Apabila terkontaminasi gas
NOx, paru-paru membengkak sehingga penderita sulit bernafas yang dapat
mengakibatkan kematian. Kadar gas NO yang tinggi dapat menyebabkan
gangguan pada sistim saraf yang mengakibatkan kejang-kejang. Bila
keracunan ini terus berlanjut dapat menyebabkan kelumpuhan. Oleh sebab
itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan beberapa negara telah
menetapkan standar kualitas air yang boleh dikonsumsi oleh manusia.
Standar tertinggi kandungan nitratnya adalah 10 ppm nitrat (10 mg per
liter air).
 PLTU Batubara melepaskan gas-gas polutan ke udara yang menyebabkan
terjadinya hujan asam yang dapat mengakibatkan kerusakan pada tanaman.
Pengaruhnya antara lain adalah timbulnya bintik-bintik pada permukaan
daun. Jika konsentrasi pencemar cukup tinggi, akan terjadi nekrosis atau
kerusakan pada jaringan daun, sehingga daun tidak dapat berfungsi
sempurna menjalankan proses fotosintesa dan memproduksi karbohidrat,
yang berakibat lebih lanjut pada kerusakan hutan dan pengikisan lapisan
tanah yang subur. Hal ini merupakan awal terjadinya ketandusan
lingkungan yang dapat menurunkan daya dukung alam terhadap
kelangsungan hidup manusia. Asam dalam air hujan menambah
kemampuan air itu untuk melarutkan dan membawa lebih banyak logam-
logam berat keluar dari tanah, seperti merkuri (Hg) dan aluminium (Al).
Ini berarti bahwa pada saat hujan asam mencapai sungai atau danau, air
hujan itu membawa lebih banyak pemcemar berbahaya. Air asam ini juga
dapat melarutkan tembaga (Cu) dan timbal (Pb) dari pipa-pipa logam
untuk penyaluran air, yang dapat mengganggu sistim penyediaan air untuk
konsumsi manusia.

PUTU RUSDI ARIAWAN 23


 Secara turun temurun masyarakat di Celukan Bawang hidup di pesisir
pantai dan berprofesi sebagai nelayan, akibat pembangunan PLTU ini
dikhawatirkan banyak nelayan akan beralih profesi.
 Kerusakan ekosistem yang diakibatkan pembangunan PLTU di Celukan
Bawang dikhawatirkan akan merusak potensi pariwisata yang akan
mengancam perekonomian masyarakat lokal dan Bali secara umum.
 Masyarakat lokal juga akan kehilangan mata pencahariannya sebagai
nelayan pada umumnya, dan akan mengurangi pendapatan masyarakat.
 Pesisir pantai Celukan Bawang semakin menipis karena digunakan sebagai
tempat pembangunan PLTU mengakibatkan Upacara Keagamaan
(Melasti) yang biasa dilakukan dipantai tersebut mengalami sedikit
kendala, seperti pengalihan jalur menuju ke pantai, dapat terganggunya
proses Upacara karena kebisingan proyek,

PUTU RUSDI ARIAWAN 24


BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dengan adanya pembangunan PLTU tersebut, diharapkan konsumen listrik
di Bali tidak perlu lagi khawatir terhadap kemungkinan gagalnya pembangunan
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) Bedugul. Sebab,kapasitas
penyediaan listrik sudah berada dalam kondisi aman. Dengan adanya
pembangunan PLTU tersebut dapat menimbulkan dampak positif dan dampak
negatif.
Dengan adanya pembangunan PLTU di Celukan Bawang ini masyarakat
yang tidak memiliki pekerjaan kemungkinan dapat diikutsertakan dalam proyek
pembangunan PLTU di Celukan Bawang misalnya sebagai Buruh bangunan.
PLTU Batubara melepaskan gas-gas polutan ke udara yang menyebabkan
terjadinya hujan asam yang dapat mengakibatkan kerusakan pada tanaman.
Pengaruhnya antara lain adalah timbulnya bintik-bintik pada permukaan daun

4.2 Saran
Dengan adanya pembangunan PLTU seperti ini hendaknya
mempertimbangkan dampak positif dan negatif yang ditimbulkan agar tidak
mencemari lingkungan sekitar dan pembangunannya harus sesuai dengan
peraturan-peraturan pemerintah yang ada.

PUTU RUSDI ARIAWAN 25


BIODATA PENULIS

Nama : Putu Rusdi Ariawan

TTL : Denpasar. 19 April 1990

Agama : Hindu

Mahasiswa Teknik Elektro Unv. Udayana

Email : turusdi.info@gmail.com

www.facebook.com/turusdi

PUTU RUSDI ARIAWAN 26

You might also like