You are on page 1of 8

AKU INGIN BERTOBAT, TETAPI....

“Aku ingin bertaubat hanya saja dosaku terlalu banyak. Aku pernah terjerumus
dalam zina. Sampai-sampai aku pun hamil dan sengaja membunuh jiwa dalam
kandungan. Aku ingin berubah dan bertaubat. Mungkinkah Allah mengampuni dosa-
dosaku?!”

Sebagai nasehat dan semoga tidak membuat kita berputus dari rahmat Allah, cobalah
kita lihat sebuah kisah yang pernah disebutkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam berikut ini. Semoga kita bisa mengambil pelajaran-pelajaran berharga di
dalamnya.

Kisah Taubat Pembunuh 100 Jiwa

Kisah ini diriwayatkan dari Abu Sa’id Sa’ad bin Malik bin Sinaan Al Khudri
radhiyallahu ‘anhu, sesungguhnya Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫س َع ًة‬ ْ ِ‫ل ت‬ َ ‫ل َق َت‬ ٌ ‫ج‬ ُ ‫كم َر‬ ْ َ‫ن َكانَ َق ْبل‬ ْ ‫م‬ َ ‫ (( َكانَ فِي‬: ‫ل‬ َ ‫ َقا‬، – ‫ي هللا – صلى هللا عليه وسلم‬ َّ ‫ن نَ ِب‬ ّ ‫أ‬
َ ‫ إنَّ ُه َق َت‬: ‫ فقال‬. ‫ َفأتَا ُه‬، ‫ب‬
‫ل‬ َ ٍ ‫ه‬ ِ ‫ل َعلَى َرا‬ َّ ‫ َف ُد‬، ‫األرض‬ ِ ‫ل‬ِ ‫ه‬ ْ ‫مأ‬ َ ِ َ‫أعل‬ ْ ‫ن‬ ْ ‫ل َع‬ َ ‫سأ‬ َ َ ‫ َف‬، ً‫عين نَ ْفسا‬ َ ‫س‬ ْ ِ‫وت‬
‫ن‬ْ ‫ل َع‬ َ ‫سأ‬ َ َ ‫م‬ َّ ‫ ُث‬، ‫ه م َئة‬ ً ِ ‫لب‬ َ ‫م‬ َ َ
َّ ‫له فك‬ َ
ُ ‫ ف َق َت‬، ‫ ال‬: ‫ل‬ َ ‫ة ؟ فقا‬ ٍ َ‫ن تَوب‬ ْ ‫ل ل ُه ِم‬ َ َ
ْ ‫ين نَ ْفسا ف َه‬ ً َ ‫س ِع‬ ً
ْ ِ‫تِس َعة وت‬
‫ل‬
َ ‫فقا‬ ‫؟‬ ‫ة‬ ‫ب‬ ‫و‬‫ت‬ ‫ن‬
ٍ ََْ ْ ُ ْ َ ٍ َْ ‫م‬
ِ ‫ه‬ َ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ه‬ َ
‫ف‬ ‫س‬ ‫ف‬ ‫ن‬ ‫ة‬
َ ‫ئ‬
َ ‫م‬
ِ ‫ل‬ ‫ت‬
َ َ ُ َّ ِ َ َ
‫ق‬ ‫ه‬ ‫ن‬ ‫إ‬ : ‫ل‬ ‫َا‬ ‫ق‬ ‫ف‬ . ‫م‬ ِ ‫ل‬ ‫ا‬
ٍ َ ٍ ُ َ ‫ع‬ ‫ل‬ ‫ج‬ ‫ر‬ ‫ى‬ َ ‫ل‬ ‫ع‬ َ َّ ُ ‫ل‬ ‫د‬ َ
‫ف‬ ، ِ َ ‫ل األ‬
‫رض‬ ِ ‫ه‬ ْ َ‫م أ‬ ِ َ‫أَ ْعل‬
‫فإنَّ بِ َها أناساً يَ ْع ُب ُدونَ هللا‬ ُ ِ ‫أرض َكذَا و َكذَا‬ ِ ‫ق إِلى‬ ْ ِ‫ة ؟ ا ْنطَل‬ ِ َ‫ن ال َّت ْوب‬ َ ‫ول بَ ْي َن ُه وبَ ْي‬ ُ ‫ح‬ ُ َ‫ن ي‬ ْ ‫ و َم‬، ‫م‬ ْ َ‫ نَع‬:
‫ف‬
َ ‫ص‬ َ َ‫ح َّتى إِذَا ن‬ َ ‫ق‬ َ َ
َ ‫ فا ْنطل‬، ‫سو ٍء‬ ُ ‫أرض‬ ُ ‫ك فإِنَّ َها‬ َ َ ‫ض‬ َ
ِ ‫ج ْع إِلى أ ْر‬ ِ ‫ وال َ تَ ْر‬، ‫م‬ ْ ‫فاع ُب ِد هللا َم َع ُه‬ ْ ‫تَ َعالَى‬
‫ة‬ ِ ‫م‬
َ ‫ح‬ ْ ‫ك ُة ال َّر‬ َ ِ‫َالت َمالئ‬ ْ ‫ َفق‬. ِ‫ك ُة ال َعذَاب‬ َ ِ‫ة و َمالئ‬ ِ ‫م‬ َ ‫ح‬ ْ ‫ك ُة ال َّر‬ َ ِ‫ه َمالئ‬ ِ ‫ت فِي‬ ْ ‫م‬ َ ‫ص‬َ ‫فاخ َت‬ ْ ،‫ت‬ُ ‫م ْو‬َ ‫اه ا ْل‬ ُ َ‫يق أَت‬ َ ‫الطَّ ِر‬
ُّ
، ‫خيرا َقط‬ ً َ ‫ل‬ ْ ‫م‬ َ ‫لم يَ ْع‬ ْ ‫ إنَّ ُه‬: ِ‫ك ُة ال َعذَاب‬ َ ِ‫وقالت َمالئ‬ ْ ، ‫ه إِلى هللاِ تَ َعالَى‬ ً
ِ ِ‫ ُم ْقبِال ً بِقَلب‬، ‫جا َء تَائِبا‬ َ :
‫م‬
ْ ‫ج َعلُو ُه بَ ْي َن ُه‬ َ ‫ٍي ف‬ َ َ َ َ
ٍّ Xّ ‫ك في صو َر ِة آ َد ِم‬ ٌ ‫م َمل‬ ْ ‫ه‬ ُ ‫فأتَا‬
- ‫ج ُدو ُه‬ َ َ‫و‬ َ
‫ف‬ ‫وا‬ ‫َاس‬ُ ‫ق‬ َ
‫ف‬ . ‫ه‬ ُ َ َُ ‫ل‬ ‫و‬ ‫ه‬ َ
‫ف‬ ‫ى‬ َ ‫ن‬ ‫أد‬ َ‫ان‬ َ
‫ك‬ ‫تهما‬ ّ ‫ي‬ ‫أ‬ ‫ى‬ َ ‫ل‬‫إ‬ َ
‫ف‬ ‫ين‬
ِ ‫ض‬
َ ‫األر‬ ‫بين‬
َ ‫يسوا ما‬ ُ ِ‫ ق‬: ‫ل‬ َ ‫كماً – فقا‬ َ ‫ح‬َ ‫أي‬ ْ
‫ق عليه‬ ٌ ‫ة )) ُم َّت َف‬ ِ ‫الرحم‬ َّ ‫ك ُة‬ َ ِ‫ض ْت ُه َمالئ‬ َ َ‫ َف َقب‬، ‫األرضِ التي أ َرا َد‬ ْ ‫ أ ْدنى إِلى‬.

“Dahulu pada masa sebelum kalian ada seseorang yang pernah membunuh 99 jiwa.
Lalu ia bertanya tentang keberadaan orang-orang yang paling alim di muka bumi.
Namun ia ditunjuki pada seorang rahib. Lantas ia pun mendatanginya dan berkata,
”Jika seseorang telah membunuh 99 jiwa, apakah taubatnya diterima?” Rahib pun
menjawabnya, ”Orang seperti itu tidak diterima taubatnya.” Lalu orang tersebut
membunuh rahib itu dan genaplah 100 jiwa yang telah ia renggut nyawanya.

Kemudian ia kembali lagi bertanya tentang keberadaan orang yang paling alim di
muka bumi. Ia pun ditunjuki kepada seorang ‘alim. Lantas ia bertanya pada ‘alim
tersebut, ”Jika seseorang telah membunuh 100 jiwa, apakah taubatnya masih
diterima?” Orang alim itu pun menjawab, ”Ya masih diterima. Dan siapakah yang
akan menghalangi antara dirinya dengan taubat? Beranjaklah dari tempat ini dan ke
tempat yang jauh di sana karena di sana terdapat sekelompok manusia yang
menyembah Allah Ta’ala, maka sembahlah Allah bersama mereka. Dan janganlah
kamu kembali ke tempatmu(yang dulu) karena tempat tersebut adalah tempat yang
amat jelek.”
Laki-laki ini pun pergi (menuju tempat yang ditunjukkan oleh orang alim tersebut).
Ketika sampai di tengah perjalanan, maut pun menjemputnya. Akhirnya, terjadilah
perselisihan antara malaikat rahmat dan malaikat adzab. Malaikat rahmat berkata,
”Orang ini datang dalam keadaan bertaubat dengan menghadapkan hatinya kepada
Allah”. Namun malaikat adzab berkata, ”Orang ini belum pernah melakukan
kebaikan sedikit pun”. Lalu datanglah malaikat lain dalam bentuk manusia, mereka
pun sepakat untuk menjadikan malaikat ini sebagai pemutus perselisihan mereka.
Malaikat ini berkata, ”Ukurlah jarak kedua tempat tersebut (jarak antara tempat
jelek yang dia tinggalkan dengan tempat yang baik yang ia tuju -pen). Jika jaraknya
dekat, maka ia yang berhak atas orang ini.” Lalu mereka pun mengukur jarak kedua
tempat tersebut dan mereka dapatkan bahwa orang ini lebih dekat dengan tempat
yang ia tuju. Akhirnya,ruhnya pun dicabut oleh malaikat rahmat.”1

Beberapa Faedah Hadits

Pertama: Luasnya ampunan Allah

Hadits ini menunjukkan luasnya ampunan Allah. Hal ini dikuatkan dengan hadits
lainnya,

‫ل اللَّ ُه َيا‬ َ ‫ول « َقا‬ ُ ‫ يَ ُق‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ه‬ ِ َّ‫ل الل‬ َ ‫سو‬ ُ ‫ت َر‬ُ ‫م ْع‬ ِ ‫س‬ َ ‫ل‬ َ ‫ك َقا‬ ٍ ِ‫ن َمال‬ ُ ‫س ْب‬ ُ َ‫ح َّدثَ َنا أَن‬
َ
‫َت‬
ْ ‫غ‬ َ ‫ل‬ ‫ب‬ ‫و‬َ ‫ل‬ ‫م‬ ‫د‬
َ ْ َ َ َ ْ َ ‫آ‬ ‫ن‬ ‫ب‬ ‫ا‬ ‫ا‬‫ي‬ ‫ى‬ ‫ل‬‫ا‬ ‫ب‬‫أ‬ُ َ
ِ َ َ َ ِ ‫ال‬ ‫و‬ ‫ك‬ ‫ي‬ ‫ف‬ َ‫ان‬‫ك‬َ ‫ا‬‫م‬َ ‫ى‬ َ ‫ل‬‫ع‬ ‫ك‬ َ
َ َ ُ ْ َ‫ل‬ ‫ت‬ ‫ر‬ ‫ف‬ ‫غ‬
َ ‫ى‬ ‫ن‬‫ت‬ ‫و‬
َِْ َ ََ‫ج‬‫ر‬ ‫و‬ ‫ى‬ ‫ن‬‫ت‬ ‫و‬‫ع‬
َِْ َ َ ‫د‬ ‫ا‬ َ ‫م‬ ‫ك‬
َ َّ ِ َ َ َ ‫ا ْب‬
‫ن‬ ‫إ‬ ‫م‬ ‫د‬ ‫آ‬ ‫ن‬
َ
ِ‫ك لَ ْو أتَ ْي َتنِى بِ ُق َراب‬ َ َّ‫م إِن‬ َ ‫ن آ َد‬ ُ
َ ‫ك َوال َ أبَالِى يَا ا ْب‬ َ َ‫ت ل‬ ُ ‫اس َت ْغ َف ْرتَنِى َغ َف ْر‬ ْ ‫م‬ َّ ‫ما ِء ُث‬َ ‫الس‬
َّ َ‫ك َع َنان‬ َ ‫وب‬
ُ ‫ُذ ُن‬
ً‫ك بِ ُق َرابِ َها َم ْغ ِف َرة‬ َ ً
َ ‫ش ْيئا ألتَ ْي ُت‬ َ ‫ك بِى‬ ُ ‫ش ِر‬ َ
ْ ‫م ل ِقي َتنِى ال َ ُت‬ َّ ‫خطايَا ُث‬َ َ ِ‫» األ ْرض‬َ

Anas bin Malik menceritakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam


bersabda, Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), ”Wahai anak Adam, sesungguhnya
jika engkau menyeru dan mengharap pada-Ku, maka pasti Aku ampuni dosa-dosamu
tanpa Aku pedulikan. Wahai anak Adam, seandainya dosamu membumbung tinggi
hingga ke langit, tentu akan Aku ampuni, tanpa Aku pedulikan. Wahai anak Adam,
seandainya seandainya engkau mendatangi-Ku dengan dosa sepenuh bumi dalam
keadaan tidak berbuat syirik sedikit pun pada-Ku, tentu Aku akan mendatangi-Mu
dengan ampunan sepenuh bumi pula.”2

Kedua: Allah akan mengampuni setiap dosa meskipun dosa besar selama mau
bertaubat

Selain faedah dari hadits ini, kita juga dapat melihat pada firman Allah Ta’ala,

َ ‫ه إِنَّ اللَّ َه َي ْغ ِف ُر ال ُّذ ُن‬


‫وب‬ ِ َّ‫ة الل‬
ِ ‫م‬
َ ‫ح‬
ْ ‫ن َر‬ْ ‫م اَل تَ ْق َنطُوا ِم‬ ِ ‫س َرفُوا َعلَى أَ ْن ُف‬
ْ ‫س ِه‬ ْ َ‫ين أ‬
َ ‫ي الَّ ِذ‬
َ ‫عبَا ِد‬
ِ ‫ُل َيا‬
ْ ‫ق‬
‫يم‬ُ ‫ح‬ ِ ‫الر‬ ُ ‫ه َو ا ْل َغ ُف‬
َّ ‫ور‬ ُ ‫ميعًا إِنَّ ُه‬
ِ ‫ج‬
َ

“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka


sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah
mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.” (QS. Az Zumar: 53). Ibnu Katsir mengatakan, ”Ayat yang
mulia ini berisi seruan kepada setiap orang yang berbuat maksiat baik kekafiran dan
lainnya untuk segera bertaubat kepada Allah. Ayat ini mengabarkan bahwa Allah
akan mengampuni seluruh dosa bagi siapa yang ingin bertaubat dari dosa-dosa
tersebut, walaupun dosa tersebut amat banyak, bagai buih di lautan. ”3
Ayat ini menunjukkan bahwa Allah akan mengampuni setiap dosa walaupun itu dosa
kekufuran, kesyirikan, dan dosa besar (seperti zina, membunuh dan minum minuman
keras). Sebagaimana Ibnu Katsir mengatakan, ”Berbagai hadits menunjukkan bahwa
Allah mengampuni setiap dosa (termasuk pula kesyirikan) jika seseorang bertaubat.
Janganlah seseorang berputus asa dari rahmat Allah walaupun begitu banyak dosa
yang ia lakukan karena pintu taubat dan rahmat Allah begitu luas.”4

Ketiga: Janganlah membuat seseorang putus asa dari rahmat Allah

Ketika menjelaskan surat Az Zumar ayat 53 di atas, Ibnu Abbas mengatakan,


“Barangsiapa yang membuat seorang hamba berputus asa dari taubat setelah turunnya
ayat ini, maka ia berarti telah menentang Kitabullah ‘azza wa jalla. Akan tetapi
seorang hamba tidak mampu untuk bertaubat sampai Allah memberi taufik padanya
untuk bertaubat.”5

Keempat: Seseorang yang melakukan dosa beberapa kali dan ia bertaubat,


Allah pun akan mengampuninya

Sebagaimana disebutkan pula dalam hadits lainnya, dari Abu Huroiroh, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang diceritakan dari Rabbnya ‘azza wa jalla,

‫م أَنَّ لَ ُه‬َ ِ‫ب َع ْب ِدى َذ ْن ًبا َف َعل‬ َ َ‫ك َوتَ َعالَى أَ ْذن‬ َ ‫ل تَبَا َر‬ َ ‫ َفقَا‬.‫م اغْ ِف ْر لِى َذ ْن ِبى‬ َّ ‫ل اللَّ ُه‬ َ ‫ب َع ْب ٌد َذ ْن ًبا َفقَا‬ َ َ‫أَ ْذن‬
‫ك‬ َ ‫ َفقَا‬.‫ِب اغْ ِف ْر لِى َذ ْنبِى‬
َ ‫ل تَبَا َر‬ ِّ Xّ ‫ى َر‬ ْ َ‫ل أ‬ َ ‫ب َفقَا‬ َ َ‫م َعا َد َفأَ ْذن‬ َّ ‫ ُث‬.‫ب‬ِ ‫خ ُذ بِال َّذ ْن‬ ُ ‫ب َويَ ْأ‬َ ‫ا يَ ْغ ِف ُر ال َّذ ْن‬Xًّّ‫َرًب‬
‫ى‬ْ َ‫ل أ‬ َ ‫ب َفقَا‬ َ َ‫م َعا َد َفأَ ْذن‬ َّ ‫ ُث‬.‫ب‬
ِ ‫خ ُذ بِال َّذ ْن‬ ُ ‫ب َويَ ْأ‬ َ ‫ا يَ ْغ ِفرُ ال َّذ ْن‬Xًّّ‫م أَنَّ لَ ُه َرًب‬ َ ِ‫ب َذ ْنبًا َف َعل‬ َ َ‫َوتَ َعالَى َع ْب ِدى أَ ْذن‬
‫خ ُذ‬ ْ
ُ ‫ب َويَأ‬ َ
َ ‫ا يَ ْغ ِف ُر ال َّذ ْن‬Xًّّ‫م أنَّ لَ ُه َرًب‬ َ ِ‫ب َع ْب ِدى َذ ْنبًا َف َعل‬ َ
َ َ‫ك َوتَ َعالَى أ ْذن‬ َ ‫ل تَبَا َر‬ َ ‫ َفقَا‬.‫ِب اغْ ِف ْر لِى َذ ْن ِبى‬ ِّ Xّ ‫َر‬
‫ك‬َ َ‫ت ل‬ ُ ‫ْت َفق َْد َغ َف ْر‬ َ ‫شئ‬ ِ ‫ل َما‬ ْ ‫م‬ َ ‫اع‬ْ ‫ب َو‬ ِ ‫بِال َّذ ْن‬

“Ada seorang hamba yang berbuat dosa lalu dia mengatakan ‘Allahummagfirliy
dzanbiy’ [Ya Allah, ampunilah dosaku]. Lalu Allah berfirman, ‘Hamba-Ku telah
berbuat dosa, lalu dia mengetahui bahwa dia memiliki Rabb yang mengampuni dosa
dan menghukumi setiap perbuatan dosa’. (Maka Allah mengampuni dosanya),
kemudian hamba tersebut mengulangi lagi berbuat dosa, lalu dia mengatakan, ‘Ay
robbi agfirli dzanbiy’ [Wahai Rabb, ampunilah dosaku]. Lalu Allah berfirman,
‘Hamba-Ku telah berbuat dosa, lalu dia mengetahui bahwa dia memiliki Rabb yang
mengampuni dosa dan menghukumi setiap perbuatan dosa’. (Maka Allah
mengampuni dosanya), kemudian hamba tersebut mengulangi lagi berbuat dosa, lalu
dia mengatakan, ‘Ay robbi agfirli dzanbiy’ [Wahai Rabb, ampunilah dosaku]. Lalu
Allah berfirman, ‘Hamba-Ku telah berbuat dosa, lalu dia mengetahui bahwa dia
memiliki Rabb yang mengampuni dosa dan menghukumi setiap perbuatan dosa.
Beramallah sesukamu, sungguh engkau telah diampuni.”6 An Nawawi dalam Syarh
Muslim mengatakan bahwa yang dimaksudkan dengan ‘beramallah sesukamu’ adalah
selama engkau berbuat dosa lalu bertaubat, maka Allah akan mengampunimu.

An Nawawi mengatakan, ”Seandainya seseorang berulang kali melakukan dosa


hingga 100 kali, 1000 kali atau lebih, lalu ia bertaubat setiap kali berbuat dosa, maka
pasti Allah akan menerima taubatnya setiap kali ia bertaubat, dosa-dosanya pun akan
gugur. Seandainya ia bertaubat dengan sekali taubat saja setelah ia melakukan semua
dosa tadi, taubatnya pun sah.”7
Ya Rabb, begitu luas sekali rahmat dan ampunan-Mu terhadap hamba yang hina ini

Kelima: Diterimanya taubat seorang pembunuh

An Nawawi rahimahullah mengatakan, ”Ini adalah madzhbab para ulama dan mereka
pun berijma’ (bersepakat) bahwa taubat seorang yang membunuh dengan sengaja, itu
sah. Para ulama tersebut tidak berselisih pendapat kecuali Ibnu ‘Abbas. Adapun
beberapa perkataan yang dinukil dari sebagian salaf yang menyatakan taubatnya tidak
diterima, itu hanyalah perkataan dalam maksud mewanti-wanti besarnya dosa
membunuh dengan sengaja. Mereka tidak memaksudkan bahwa taubatnya tidak sah.”8

Keenam: Orang yang bertaubat hendaknya berhijrah dari lingkungan yang


jelek

An Nawawi mengatakan, ”Hadits ini menunjukkan orang yang ingin bertaubat


dianjurkan untuk berpindah dari tempat ia melakukan maksiat.”9

Ketujuh: Memperkuat taubat yaitu berteman dengan orang yang sholih

An Nawawi mengatakan, ”Hendaklah orang yang bertaubat mengganti temannya


dengan teman-teman yang baik, sholih, berilmu, ahli ibadah, waro’dan orang-orang
yang meneladani mereka-mereka tadi. Hendaklah ia mengambil manfaat ketika
bersahabat dengan mereka.”10
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mengajarkan kepada kita agar bersahabat
dengan orang yang dapat memberikan kebaikan dan sering menasehati kita.

‫ن‬
ْ ‫ك ِم‬ َ ‫ ال َ يَ ْع َد ُم‬، ‫ح َّدا ِد‬َ ‫ير ا ْل‬
ِ ِ‫ َوك‬، ‫ك‬ِ ‫س‬ْ ‫م‬ِ ‫ب ا ْل‬
ِ ‫ح‬ ِ ‫صا‬ َ ‫َل‬ ِ ‫مث‬َ ‫الس ْو ِء َك‬
َّ ِ‫جلِيس‬ َ ‫صالِحِ َوا ْل‬ َّ ‫جلِيسِ ال‬ َ ‫َل ا ْل‬
ُ ‫َمث‬
َ
‫ك أ ْو تَجِ ُد ِم ْن ُه‬ ‫ب‬ ‫و‬َ ‫ث‬ ‫و‬ َ ‫أ‬ ‫ك‬ َ ‫ن‬‫د‬‫ب‬ ُ‫ق‬‫ر‬ ‫ح‬‫ي‬ ‫د‬
ِ ‫ا‬
َ َ ْ ْ َ َ َ ِ ْ ُ َّ َ ُ َ ُ َ ِ ُ ‫د‬ ‫ح‬ ْ
‫ل‬ ‫ا‬ ‫ير‬ ‫ك‬
ِ ‫و‬ ، ‫ه‬ ‫ح‬ ‫ي‬ ‫ر‬ ‫د‬ ‫ج‬
ِ َ ‫ت‬ ‫و‬
ْ َ ‫أ‬ ، ‫ه‬
ِ ‫ي‬ ‫ر‬ ‫ت‬‫ش‬
ِ َ ْ َ ‫ت‬ ‫ا‬ ‫م‬
َّ ِ ‫إ‬ ‫ك‬
ِ ‫س‬ْ ‫م‬
ِ ْ
‫ل‬ ‫ا‬ ‫ب‬
ِ ‫ح‬ِ ‫ا‬ ‫ص‬
َ
‫خبِي َث ًة‬َ ‫حا‬ ً ‫ِري‬

“Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang sholih dan orang yang jelek adalah
bagaikan berteman dengan pemilik minyak misk dan pandai besi. Jika engkau tidak
dihadiahkan minyak misk olehnya, engkau bisa membeli darinya atau minimal dapat
baunya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan
atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau dapat baunya yang tidak enak.”11

Ibnu Hajar Al Asqolani mengatakan, “Hadits ini menunjukkan larangan berteman


dengan orang-orang yang dapat merusak agama maupun dunia kita. Dan hadits ini
juga menunjukkan dorongan agar bergaul dengan orang-orang yang dapat
memberikan manfaat dalam agama dan dunia.”12

Kedelapan: Keutamaan ilmu dan orang yang berilmu

Dalam hadits ini dapat kita ambil pelajaran pula bahwa orang yang berilmu memiliki
keutamaan yang luar biasa dibanding ahli ibadah. Sebagaimana disebutkan dalam
hadits lainnya, dari Abu Darda’, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ب‬
ِ ِ‫ك َواك‬ َ ‫م ِر لَ ْيلَ َة ا ْلبَ ْد ِر َعلَى‬
َ ‫سائِ ِر ا ْل‬ ِ ‫م َعلَى ا ْل َعابِ ِد َك َفض‬
َ ‫ْل ا ْل َق‬ ِ ِ‫ل ا ْل َعال‬
َ ‫ض‬
ْ َ‫َوإِنَّ ف‬
”Dan keutamaan orang yang berilmu dibanding seorang ahli ibadah adalah
bagaikan keutamaan bulan pada malam purnama dibanding bintang-bintang
lainnya.”13 Al Qodhi mengatakan, ”Orang yang berilmu dimisalkan dengan bulan dan
ahli ibadah dimisalkan dengan bintang karena kesempurnaan ibadah dan cahayanya
tidaklah muncul dari ahli ibadah. Sedangkan cahaya orang yang berilmu berpengaruh
pada yang lainnya.”14

Kesembilan: Orang yang berfatwa tanpa ilmu hanya membawa kerusakan

Lihatlah bagaimana kerusakan yang diperbuat oleh ahli ibadah yang berfatwa tanpa
dasar ilmu. Ia membuat orang lain sesat bahkan kerugian menimpa dirinya sendiri.
Maka benarlah apa yang dikatakan oleh Umar bin ‘Abdul ‘Aziz,

‫ح‬
ُ ِ‫صل‬ َّ ‫س ُد أَ ْك َث َر ِم‬
ْ ‫ما ُي‬ ِ ‫م َكانَ َما ُي ْف‬
ٍ ‫ع ْل‬
ِ ‫هللا بِ َغ ْي ِر‬
َ ‫ن َعبَ َد‬
ْ ‫َم‬

”Barangsiapa beribadah pada Allah tanpa ilmu, maka kerusakan yang ditimbulkan
lebih besar daripada perbaikan yang dilakukan.”15

Syarat Diterimanya Taubat

Syarat taubat yang mesti dipenuhi oleh seseorang yang ingin bertaubat adalah sebagai
berikut:

Pertama: Taubat dilakukan dengan ikhlas, bukan karena makhluk atau untuk tujuan
duniawi.

Kedua: Menyesali dosa yang telah dilakukan sehingga ia pun tidak ingin
mengulanginya kembali.

Ketiga: Tidak terus menerus dalam berbuat dosa. Maksudnya, apabila ia melakukan
keharaman, maka ia segera tinggalkan dan apabila ia meninggalkan suatu yang wajib,
maka ia kembali menunaikannya. Dan jika berkaitan dengan hak manusia, maka ia
segera menunaikannya atau meminta maaf.

Keempat: Bertekad untuk tidak mengulangi dosa tersebut lagi karena jika seseorang
masih bertekad untuk mengulanginya maka itu pertanda bahwa ia tidak benci pada
maksiat.

Kelima: Taubat dilakukan pada waktu diterimanya taubat yaitu sebelum datang ajal
atau sebelum matahari terbit dari arah barat. Jika dilakukan setelah itu, maka taubat
tersebut tidak lagi diterima.

Inilah syarat taubat yang biasa disebutkan oleh para ulama.

Penutup

Saudaraku yang sudah bergelimang maksiat dan dosa. Kenapa engkau berputus asa
dari rahmat Allah? Lihatlah bagaimana ampunan Allah bagi setiap orang yang
memohon ampunan pada-Nya. Orang yang sudah membunuh 99 nyawa + 1 pendeta
yang ia bunuh, masih Allah terima taubatnya. Lantas mengapa engkau masih berputus
asa dari rahmat Allah?!

Orang yang dulunya bergelimang maksiat pun setelah ia taubat, bisa saja ia menjadi
orang yang lebih baik dari sebelumnya. Ia bisa menjadi muslim yang sholih dan
muslimah yang sholihah. Itu suatu hal yang mungkin dan banyak sekali yang sudah
membuktikannya. Mungkin engkau pernah mendengar nama Fudhail bin Iyadh.
Dulunya beliau adalah seorang perampok. Namun setelah itu bertaubat dan menjadi
ulama besar. Itu semua karena taufik Allah. Kami pun pernah mendengar ada
seseorang yang dulunya terjerumus dalam maksiat dan pernah menzinai pacarnya.
Namun setelah berhijrah dan bertaubat, ia pun menjadi seorang yang alim dan
semakin paham agama. Semua itu karena taufik Allah. Dan kami yakin engkau pun
pasti bisa lebih baik dari sebelumnya. Semoga Allah beri taufik.

Ingatlah bahwa orang yang berbuat dosa kemudia ia bertaubat dan Allah ampuni, ia
seolah-olah tidak pernah berbuat dosa sama sekali. Dari Abu ‘Ubaidah bin ‘Abdillah
dari ayahnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ب لَ ُه‬
َ ‫ن ال َ َذ ْن‬ َ ‫ب َك‬
ْ ‫م‬ ِ ‫ن ال َّذ ْن‬
َ ‫ب ِم‬
ُ ِ‫ال َّتائ‬

”Orang yang bertaubat dari suatu dosa seakan-akan ia tidak pernah berbuat dosa itu
sama sekali.”16

Setiap hamba pernah berbuat salah, namun hamba yang terbaik adalah yang rajin
bertaubat. Dari Anas, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

َ‫ابون‬
ُ ‫ين ال َّت َّو‬ َ ‫خ ْي ُر ا ْل‬
َ ِ‫خطَّائ‬ َ ‫خطَّا ٌء َو‬
َ ‫م‬
َ ‫ل بَنِى آ َد‬
ُّ ‫ُك‬

“Semua keturunan Adam adalah orang yang pernah berbuat salah. Dan sebaik-baik
orang yang berbuat salah adalah orang yang bertaubat.”17

Orang yang bertaubat akan Allah ganti kesalahan yang pernah ia perbuat dengan
kebaikan. Sehingga seakan-akan yang ada dalam catatan amalannya hanya kebaikan
saja. Allah Ta’ala berfirman,

X‫س َناتٍ َو َكانَ اللَّ ُه غَ ُفو ًرا‬


َ ‫ح‬
َ ‫م‬ َ ‫ل اللَّ ُه‬
ْ ‫ئَاتِ ِه‬Xّ‫س ِِّي‬ ُ ‫ِد‬
Xِّّ َ‫ك ُيب‬ َ ِ‫حا َف ُأولَئ‬ َ ‫ماًل‬
ً ِ‫صال‬ َ ‫ل َع‬
َ ‫م‬ َ ‫اب َوآَ َم‬
ِ ‫ن َو َع‬ ْ ‫إِاَّل َم‬
َ َ‫ن ت‬
‫ما‬ ً ‫حي‬ ِ ‫َر‬

”Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka
itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Furqon: 70)

Al Hasan Al Bashri mengatakan, ”Allah akan mengganti amalan kejelekan yang


diperbuat seseorang dengan amalan sholih. Allah akan mengganti kesyirikan yang
pernah ia perbuat dengan keikhlasan. Allah akan mengganti perbuatan maksiat
dengan kebaikan. Dan Allah pun mengganti kekufurannya dahulu dengan
keislaman.”18

Sekarang, segeralah bertaubat dan memenuhi syarat-syaratnya. Lalu perbanyaklah


amalan kebaikan dengan melaksanakan yang wajib-wajib dan sempurnakan dengan
shalat sunnah, puasa sunnah dan sedekah, karena amalan kebaikan niscaya akan
menutupi dosa-dosa yang telah engkau perbuat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam pernah memberikan sebuah nasehat berharga kepada Abu Dzar Al Ghifariy
Jundub bin Junadah,

‫ن‬
ٍ ‫س‬
َ ‫ح‬
َ ‫ُق‬
ٍ ‫خل‬
ُ ِ‫اس ب‬
َ ‫خالِقِ ال َّن‬
َ ‫ح َها َو‬
ُ ‫م‬
ْ َ‫س َن َة ت‬ َ ‫ َئ َة ا ْل‬Xّ‫الس ِِّي‬
َ ‫ح‬ َّ ِ‫ت َوأَ ْتبِع‬
َ ‫ما ُك ْن‬ َ ‫اتَّقِ اللَّ َه‬
َ ‫ح ْي ُث‬

“Bertakwalah kepada Allah di mana saja kamu berada dan ikutkanlah kejelekan
dengan kebaikan, niscaya kebaikan akan menghapuskannya dan berakhlaqlah
dengan sesama dengan akhlaq yang baik.”19

Semoga Allah menerima setiap taubat kita. Semoga Allah senantiasa memberi taufik
kepada kita untuk menggapai ridho-Nya.

Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.

Disusun di rumah mertua tercinta, Panggang-Gunung Kidul , 1 Shofar 1431 H

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel www.muslim.or.id

Footnote:

1 HR. Bukhari dan Muslim no. 2766.


2 HR. Tirmidzi no. 3540. Abu Isa mengatakan bahwa hadits ini ghorib. Syaikh Al
Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.
3 Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir, 12/138-139, Muassasah Qurthubah.
4 Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 12/140.
5 Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 12/141.
6 HR. Muslim no. 2758.
7 Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 17/75.
8 Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, Yahya bin Syarf An Nawawi, 17/82, Dar Ihya’ At
Turots.
9 Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 17/83
10 Idem
11 HR. Bukhari no. 2101, dari Abu Musa.
12 Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Asqolani, 4/324, Darul Ma’rifah, Beirut, 1379
13 HR. Abu Daud no. 3641 dan no. 2682.
14 Lihat Tuhfatul Ahwadzi, Muhammad Abdur Rahma Al Mubarakfuri Abul ‘Ala,
7/376, Darul Kutub Al ‘Ilmiyah, Beirut.
15 Lihat Al Amru bil Ma’ruf wan Nahyu ‘anil Munkar, Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah, hal. 15, Mawqi’ Al Islam.
16 HR. Ibnu Majah no. 4250. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan.
17 HR. Ibnu Majah, Ad Darimi, Al Hakim. Dikatakan hasan oleh Syaikh Al Albani
dalam Misykatul Mashobih
18 Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir, 10/326-327, Muassasah Qurthubah.
19 HR. Tirmidzi no. 1987. Abu Isa At Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan
shahih. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan lighoirihi (hasan dilihat
dari jalur lainnya). Lihat Shahih At Targhib wa At Tarhib 2655.
  

You might also like