Professional Documents
Culture Documents
Pendahuluan
A. Sumber Energi yang Tak Terpisahkan dari Kehidupan Manusia
Yang tetap dalam dunia ini adalah perubahan. Peradaban manusia
pun terus berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Didorong oleh
perkembangan pengetahuan, manusia dari waktu ke waktu manusia terus
belajar untuk meningkatkan kualitas hidup menjadi lebih baik. Salah
satu contoh kehidupan manusia yang selalu berubah adalah pemanfaatan
sumber energi bagi kebutuhan manusia. Dahulu, sumber energi yang
paling banyak dimanfaatkan begitu sederhana misalnya kayu bakar atau
semak kering untuk memasak makanan. Lama-kelamaan ditemukan
sumber energi lain yang tidak hanya digunakan untuk memasak, tetapi
menjangkau hampir semua aktivitas manusia.
1
Angka ini meningkat 1,6 juta barel per hari dibandingkan dengan
triwulan pertama pada tahun 2004. Akibat kenaikan permintaan ini,
harga minyak mentah menembus angka 50 USS per barel. Harga ini
sangat mahal bagi negara berkembang seperti Indonesia. Harga minyak
mentah yang tinggi akan memengaruhi harga hasil olahan minyak bumi
sehingga terjadi kenaikan harga pada semua barang kebutuhan sehari-
hari.
Ditinjau dari segi kesehatan, masalah lain yang ditimbulkan oleh
sumber energi fosil adalah residu dari hasil pembakarannya.
Pembakaran olahan minyak bumi ini menghasilkan polusi karena asap
dan jelaga. Proses pembakaran yang tidak sempurna akan menghasilkan
karbon monoksida (CO) yang berbahaya bagi metabolisme tubuh jika
terhirup manusia. Hal ini dikarenakan hemoglobin (Hb) dalam darah
lebih reaktif mengikat CO dibandingkan O2.
2
Usaha ini juga harus didukung dengan mengubah pola pikir
masyarakat. Selama ini masyarakat lebih senang menggunakan bahan
bakar minyak padahal kita bisa menggunakan batu bara ataupun gas.
BAB II
Limbah Ternak sebagai Bahan Baku Penghasil Biogas
Pada saat ini, masalah lingkungan hidup bukan hanya urusan pabrik
kimia, tekstil, dan usaha manufaktur lainnya. Industri peternakan juga tidak
terkecuali. Usaha peternakan yang selama ini dipandang sebagai usaha yang
akrab lingkungan mulai dituding sebagai usaha yang ikut mencemari
lingkungan hidup.
Selain menghasilkan daging, telur, susu, dan kulit, usaha peternakan
juga menghasilkan produk ikutan (by product) dan limbah (waste).
Peningkatan permintaan hasil ternak mendorong meningkatnya populasi
ternak dan produktivitas ternak. Sistem pemeliharaan pun beralih dari
ekstensif menjadi intensif.
Selain memberikan dampak positif, peningkatan usaha peternakan juga
memberikan dampak negatif yaitu limbah yang dihasilkan. Penumpukan
limbah ternak akan semakin buruk jika tidak dilakukan usaha untuk
mengolah limbah tersebut. Karenanya perlu dilakukan upaya pengolahan
limbah yang baik tetapi praktis dan murah.
3
Berbagai jenis limbah masih bisa dimanfaatkan. Bulu, wol,
kulit, tulang, dan tanduk dapat dibuat barang kerajinan yang bisa
menambah penghasilan para peternak.
Dengan teknologi yang baik, wol dan kulit bisa diolah menjadi
barang yang mempunyai nilai ekonomis tinggi seperti pakaian. Hasil
ternak yang tidak bisa dikonsumsi manusia juga bisa digunakan
sebagai pakan ternak. Bulu, tulang, dan kerabang telur yang telah
dikeringkan dan digiling menjadi tepung bisa digunakan sebagai
sumber protein dan mineral pelengkap bagi ternak. Limbah yang
berupa feses, urine, dan sisa pakan bisa dimanfaatkan sebagai pupuk
organik dan bahan baku pembuatan berbagai kebutuhan hidup atau
bahkan menjadi penghasil energi seperti biogas.
4
Padahal feses tersebut masih bersifat panas dan bisa mengganggu
pertumbuhan tanaman. Dari kebiasaan ini sebenarnya kita bisa
mengembangkan instalasi biogas.
Dengan instalasi biogas, peternak akan mendapatkan gas sebagai
bahan bakar serta pupuk organik padat dan cair dari sisa fermentasi
bahan organik dalam digester biogas. Selain itu, dapat mengurangi
pencemaran akibat tumpukan feses. Instalasi biogas dapat dibuat dalam
skala rumah tangga maupun skala besar. Saat ini ketika harga bahan
bakar minyak melambung tinggi, pemanfaatan kotoran sebagai bahan
baku penghasil biogas bisa menjadi alternatif yang tepat. Mengingat
kebutuhan bahan bakar dan pupuk organik yang semakin meningkat,
tidak ada salahnya kita memasyarakatkan teknologi biogas ini.
BAB III
Potensi Biogas bagi Kehidupan Masyarakat
A. Perkembangan Biogas
Kotoran ternak berupa feses dan urine telah dimanfaatkan manusia
sejak berabad-abad lalu sebagai pupuk untuk mempertahankan dan
meningkatkan kesuburan tanah. Seiring dengan peningkatan penggunaan
pupuk kimia, penggunaan kotoran ternak sebagai pupuk makin
berkurang. Akhir-akhir ini mulai dikembangkan lagi pemanfaatan pupuk
organik dari kotoran ternak. Hal ini dikarenakan munculnya minat
masyarakat terhadap produk pertanian organik yang tiba-tiba karena
terungkapnya fakta tentang sayuran dan buah yang menjadi beracun
akibat penggunaan pupuk kimia yang berlebihan.
Bahan pangan organik dihasilkan dari sistem pertanian yang benar-
benar menggunakan bahan dari alam tanpa zat kimia seperti pupuk
buatan dan pestisida. Bahan pangan organik terbukti lebih sehat dan
tidak mengandung residu yang berbahaya. Perkembangan pemanfaatan
limbah ternak yang sekarang mengguncang dunia adalah pembuatan
biogas.
B. Prinsip Pembuatan Biogas
Pada dasarnya harus dilakukan dekomposisi bahan organik secara
anaerob untuk menghasilkan gas yang sebagian besar berupa metan
(mudah terbakar) dan karbon dioksida. Gas yang terbentuk disebut gas
rawa atau biogas. Proses dekomposisi anaerobik tersebut dibantu oleh
sejumlah mikroorganisme terutama bakteri metan. Suhu yang baik untuk
proses fermentasi adalah 30-55ºC karena pada suhu tersebut
mikroorganisme dapat bekerja optimal merombak bahan-bahan organik.
5
Tabel 1. Komposisi biogas kotoran sapi dan campuran kotoran ternak
dengan sisa pertanian
Biogas
Jenis gas Campuran Kotoran Ternak
Kotoran Sapi
dan Sisa Pertanian
Metan (CH4) 65,7 54-70
Karbon dioksida (CO2) 27,0 27-45
Nitrogen (N2) 2,3 0,5-3,0
Karbon monoksida (CO) 0 0,1
Oksigen (O2) 0,1 6,0
Propana (C3H8) 0,7 0
Hidrogen Sulfida (H2S) 0 Sedikit
Nilai kalor (kkal/m3) 6513 4800-6700
6
Masih banyak masyarakat yang kurang menyadari pentingnya menjaga
lingkungan agar tetap bersih dan sehat. Padahal, banjir yang terjadi
hampir setiap tahun seharusnya menjadi pelajaran bagi kita untuk tidak
membuang sampah sembarangan.
Berbeda dengan limbah anorganik, limbah organik dapat didegradasi
sehingga mampu menyatu dengan struktur tanah sekaligus
menyuburkannya. Dalam jumlah besar, limbah jenis ini dapat
mendatangkan pencemaran udara (bau) dan penyakit. Limbah organik
adalah media tumbuh yang baik bagi bibit penyakit. Contoh limbah
organik seperti ampas tahu, bungkil kelapa sawit, limbah peternakan
(feses dan urine), sisa bahan makanan dari dapur, dan kotoran manusia.
Kedua jenis limbah tersebut sedikit atau banyak akan menimbulkan
gangguan. Dalam jumlah sedikit, limbah sampah bisa merusak
pemandangan apalagi dalam jumlah yang banyak. Sungguh tidak
terbayangkan, puluhan jiwa manusia meninggal hanya karena tumpukan
sampah seperti yang terjadi di TPA Leuwigajah, Bandung. Dari sinilah
dirasakan pentingnya upaya penanganan limbah yang benar.
D. Efisiensi Biogas
Melambungnya harga BBM dan kasus illegal logging yang marak di
Indonesia membuat luas hutan di Indonesia semakin menipis sehingga
penggunaan kayu dan bahan bakar fosil harus dikurangi. Selain itu,
efisiensi panenan energi kayu bakar dan bahan bakar fosil relatif rendah
(20-30%). Sebagai gambaran, ketika kita menggunakan kayu bakar, api
yang dihasilkan tidak terfokus (menyebar) dan akan menghasilkan
kotoran berupa jelaga. Pada saat kita memakai minyak tanah untuk
menyalakan kompor, api yang dihasilkan tidak merata, tetapi akan
membesar secara bertahap. Karena itu efisiensi panenan energinya
relative kecil, sedangkan biogas mencapai 30-40%.
7
BAB IV
Pembuatan Instalasi Biogas
A. Model Digester
Berdasarkan cara pengisiannya ada dua jenis digester (pengolah gas)
yaitu batch fedding dan continous fedding.
Batch fedding adalah jenis digester yang pengisian bahan
organiknya (campuran kotoran ternak dan air) dilakukan sekali sampai
penuh, kemudian ditunggu sampai biogas dihasilkan.
Setelah biogas tidak diproduksi lagi atau produksinya sangat rendah,
isian digesternya dibongkar, lalu diisi kembali dengan bahan organik
yang baru.
Continuous fedding adalah jenis digester yang pengisian bahan
organiknya dilakukan setiap hari dalam jumlah tertentu, setelah biogas
mulai diproduksi. Pada pengisian awal digester diisi penuh, lalu
ditunggu sampai biogas diproduksi lalu diisi kembali. Setiap pengisian
bahan organik yang baru akan selalu diikuti bahan sisa (sludge). Karena
itu, jenis digester ini didesain dengan membuat lubang input dan output.
Sludge adalah cairan lumpur yang keluar dari digester karena proses
fermentasi. Sludge bisa dipisahkan menjadi padat dan cairan yang
semuanya dapat dimanfaatkan langsung sebagai pupuk organik.
Digester jenis continuous fedding mempunyai dua model yaitu
model tetap (fixed) dan model terapung (floating). Perbedaannya adalah
pengumpul biogas yang dihasilkan. Pada model floating, pengumpul
gasnya terapung di atas sumur pencerna sehingga kapasitasya akan naik
turun sesuai dengan produksi gas yang dihasilkan dan pemanfaatannya
untuk memasak.
Pada model fixed, sumur pencerna dan penampung gas menjadi satu,
sedangkan pengisian bahan organik kontinyu. Model ini dapat dibuat
sesuai dengan kapasitas tampung kotoran ternak dan jumlah biogas yang
dihasilkan. Model permanent ini membutuhkan modal yang lebih besar,
tetapi usia ekonominya lebih lama, perawatannya mudah dan
pengoperasiannya sederhana.
Modal awal pembangunan instalasi biogas adalah membangun
konstruksi permanent. Model digester tetap kontinyu memerlukan bahan
bangunan seperti pasir, semen, batu kali, bata merah, besi konstruksi,
cat, dan pipa paralon.
8
BAB V
Pembuatan Biogas
A. Syarat Pembuatan Biogas
Prinsip terjadinya biogas adalah fermentasi anaerob bahan organik
yang dilakukan oleh mikroorganisme sehingga menghasilkan gas yang
mudah terbakar (flammable). Secara kimia, reaksi yang terjadi pada
pembuatan biogas cukup panjang dan rumit, meliputi tahap hidrolisis,
tahap pengasaman, dan tahap metanogenik. Meskipun dalam praktiknya,
pembuatan biogas relative mudah dilakukan. Beberapa syarat
pembuatan biogas adalah seperti berikut.
1. Adanya Bahan Pengisi
Bahan pengisi digester berupa bahan organik, terutama limbah
pertanian dan peternakan. Selama ini limbah yang paling umum
digunakan sebagai pengisi adalah kotoran sapi. Hal ini disebabkan
potensi limbah dari peternakan sapi (dihitung per ekor) lebih banyak
sehingga dengan memelihara 5-10 ekor sapi sudah menghasilkan
limbah yang cukup banyak.
Aktivitas mikroorganisme dalam merombak bahan organik juga
dipengaruhi oleh komponen kimia bahan organik tersebut. Parameter
yang sering digunakan untuk menentukan layak tidaknya bahan
organik digunakan sebagai bahan pengisi digester adalah imbangan
karbon (C) dan nitrogen (N) atau rasio C/N. bakteri metanogenik
akan bekerja optimal pada nilai rasio C/N sebesar 25-30.
Di kalangan masyarakat yang mengelola industri kecil
menggunakan bahan isian lain seperti ampas tahu untuk mengganti
feses dan urine sapi.
2. Adanya Instalasi Biogas
Komponen utama instalsi biogas adalah digester yang
dilengkapi lubang pemasukan dan pengeluaran, penampung
gas, dan penampung sludge.
3. Terpenuhinya Faktor Pendukung
Banyak faktor yang memengaruhi produksi biogas yang
dihasilkan. Kuantitasnya dipengaruhi oleh factor dalam (dari
digester) dan dari luar. Faktor dalam meliputi imbangan C/N, pH,
dan struktur bahan isian (kehomogenan).
Faktor luar yang paling memperngaruhi adalah fluktuasi suhu.
Metanogenik akan bekerja pada suhu optimum yaitu 25-28ºC.
karena itu, tata letak bangunan instalasi biogas harus benar-benar
diperhatikan. Jangan sampai terkena sinar matahari terlalu banyak.
Untuk menjaga suhu tetap stabil, sebaiknya instalasi biogas
dibangun dalam tanah.
9
B. Faktor yang Memengaruhi Produksi Biogas
1. kondisi anaerob atau kedap udara
2. kuantitas bahan pengisi
3. lokasi instalasi
4. cahaya matahari
5. suhu di sekitar digester
BAB VI
Pupuk Organik dari Sisa Pembuatan Biogas
Pupuk dapat diartikan sebagai bahan yang dimasukkan ke dalam tanah
agar dapat menambah unsur hara, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Berdasarkan bahan bakunya, pupuk dibedakan menjadi pupuk
organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik adalah pupuk yang bahan
dasarnya diambil dari alam dengan jumlah dan jenis unsure hara yang
terkandung secara alami. Pupuk organik merupakan bahan pembenah tanah
paling baik dan alami dibandingkan dengan pupuk anorganik (pupuk kimia).
Beberapa sifat pupuk organik yang menyebabkan pupuk ini sangat penting
bagi lahan pertanian antara lain sebagai berikut.
1. Memperbaiki sifat fisik tanah, yaitu tanah menjadi gembur, aerasi
dan drainase lebih baik, meningkatkan peningkatan antar partikel, serta
meningkatkan kapasitas mengikat air sehingga dapat mencegah erosi
dan longsor.
2. Memperbaiki sifat biologi tanah yaitu mempercepat perbanyakan
fungi, bakteri, mikroflora, dan mikrofauna tanah.
3. Memperbaiki sifat kimia tanah yaitu meningkatkan kapasitas tukar
kation (KTK) serta meningkatkan ketersediaan hara dan asam humat
sehingga membantu meningkatkan proses pelapukan bahan mineral.
Bentuk pupuk baik organik maupun anorganik dapat berupa padatan
atau cairan. Pupuk organik padat berupa kompos sedangkan pupuk organik
cair berupa ekstrak bahan organik yang dilarutkan dengan pelarut sepert air,
alkohol, atau minyak.
10
Pengomposan bertujuan untuk menstabilkan bahan organik,
mengurangi bau yang sangat menyengat, mempermudah
penanganan, membunuh bibit gulma, membunuh organisme
pathogen dan parasit, serta menghasilkan bahan yang seragam sebgai
pupuk organik.
Proses pengomposan yang selama ini dilakukan dengan cara
konvensional membutuhkan waktu yang relative lama yaitu 1,5-2
bulan. Namun, dengan activator berupa inokulan mikroorganisme
komersial di pasaran, pengomposan dapat dipercepat sehingga hanya
membutuhkan waktu 7-30 hari. Selain inokulan mikroorganisme ini,
jenis activator yang dapat digunakan adalah cacing tanah
(vermicomposting).
b. Pupuk Organik Cair
Pupuk organik cair adalah pupuk yang bahan dasarnya berasal
dari hewan atau tumbuhan yang sudah mengalami fermentasi dan
bentuk produknya berupa cairan. Kandungan bahan kimia di
dalamnya maksimal 5%. Penggunaan pupuk organik cair memiliki
beberapa keuntungan sebagai berikut.
1. Pengaplikasiannya lebih mudah jika dibandingkan dengan pupuk
organik padat
2. Unsur hara yang terdapat dalam pupuk organik cair lebih mudah
diserap tanaman
3. Mengandung mikroorganisme yang jarang terdapat dalam pupuk
organik padat
4. Pencampuran pupuk organik cair dengan pupuk organik padat
dapat mengaktifkan unsure hara yang terdapat dalam pupuk
organik padat tersebut
11
Menurut Suzuki dan kawan-kawan dalam penelitian mereka di
Vietnam tahun 2001, sludge yang berasal dari biogas sangat baik untuk
dijadikan pupuk karena mengandung berbagai mineral yang dibutuhkan
oleh tumbuhan seperti fosfor (P), magnesium (Mg), kalsium (Ca),
kalium (K), tembaga (Cu), dang seng (Zn).
Meskipun kandungan unsur hara dalam pupuk organik tidak terlalu
tinggi, tetapi pupuk organik mempunyai keistimewaan lain yaitu dapat
memperbaiki sifat fisik tanah (permeabilitas tanah, porositas tanah,
struktur tanah, daya menahan air, dan kapasitas tukar kation tanah).
Selain itu, pupuk organik dapat menggemburkan lapisan tanah
permukaan (topsoil), meningkatkan kadar jasad renik, serta
meningkatkan daya serap dan daya simpan air sehingga secara
keseluruhan dapat meningkatkan kesuburan tanah.
12
selama 3-4 hari. Pasang aerator untuk membuang gas-gas yang
tersisa dan menghilangkan bau busuk.
3. Lepaskan aerator, lalu biarkan selama 2 hari agar partikel-partikel
yang masih ada mengendap dan cairan yang dihasilkan menjadi
bening
4. Cairan tersebut dimasukkan ke dalam botol. Sedangkan bahan
padatan yang diperoleh diangin-anginkan selama 7 hari sampai
kering. Setelah itu dapat langsung digunakan atau dikemas untuk
dipasarkan.
13
BAB VII
KESIMPULAN
Kenaikan harga BBM, terutama gas dan minyak tanah sangat
membebani masyarakat. Mereka yang sudah terlanjur mengandalkan bahan
bakar fosil ini menjadi sangat bingung dalam mengatur keuangannya.
Apalagi bagi mereka yang mempunyai usaha home industry yang banyak
menggunakan gas dan minyak tanah. Kompleksitas masalah ini sebenarnya
bisa diatasi jika kita memiliki sumber energi alternatif seperti limbah ternak.
Dengan memanfaatkan limbah ternak menjadi biogas, kita mengatasi
kelangkaan BBM sekaligus memperoleh banyak keuntungan diantaranya
sebagai berikut.
1. Para peternak sapi perah tidak perlu lagi membeli gas LPG untuk
memasak dan mempasteurisasi susu
2. Diperoleh pupuk organik dalam bentuk padatan dan cairan yang
dapat digunakan sendiri atau untuk dipasarkan
3. Meminimalisir pencemaran lingkungan terutama polusi udara yang
disebabkan karena bau yang tidak enak
4. Cara pembuatan yang praktis dan ramah lingkungan sekaligus hemat
biaya
Bagi daerah perkotaan seperti Tomohon yang masih mengoperasikan
transportasi tradisional seperti delman, pembuatan biogas dari limbah kuda
akan mengatasi permasalahan jalan kotor yang dikarenakan feses dan urine
hewan tersebut sekaligus membuka penghasilan tambahan bagi para kusir
delman dari hasil penjualan pupuk organik biogas.
14
Daftar Pustaka
15