You are on page 1of 15

BAB I

Pendahuluan
A. Sumber Energi yang Tak Terpisahkan dari Kehidupan Manusia
Yang tetap dalam dunia ini adalah perubahan. Peradaban manusia
pun terus berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Didorong oleh
perkembangan pengetahuan, manusia dari waktu ke waktu manusia terus
belajar untuk meningkatkan kualitas hidup menjadi lebih baik. Salah
satu contoh kehidupan manusia yang selalu berubah adalah pemanfaatan
sumber energi bagi kebutuhan manusia. Dahulu, sumber energi yang
paling banyak dimanfaatkan begitu sederhana misalnya kayu bakar atau
semak kering untuk memasak makanan. Lama-kelamaan ditemukan
sumber energi lain yang tidak hanya digunakan untuk memasak, tetapi
menjangkau hampir semua aktivitas manusia.

B. Sumber Energi Utama dan Permasalahannya


Matahari merupakan sumber dari segala sumber energi yang telah
diciptakan untuk kebutuhan seluruh makhluk hidup di dunia. Energi
yang dipancarkan matahari sebagian besar merupakan energi panas.
Beberapa sumber energi yang lain mendapatkan energi dari matahari
dan menyimpannya dalam bentuk lain misalnya minyak bumi.
Minyak bumi sebagai sumber energi fosil memegang peranan
penting dalam kehidupan manusia. Hampir semua derivasi atau hasil
olahannya dimanfaatkan sebagai sumber energi. Selain itu, hasil
sampingan dari pengolahannya juga sangat bermanfaat dan bernilai
ekonomi tinggi, contohnya aspal. Kenyataan ini menjadi alasan
mengapa minyak bumi dikategorikan sebagai salah satu sumber energi
utama setelah matahari. Hampir semua masyarakat di dunia bertumpu
pada penggunaan hasil olahan minyak bumi, dari industri raksasa
sampai ibu rumah tangga. Hal ini menyebabkan minyak bumi menjadi
barang mahal dan sering menimbulkan masalah. Tak jarang terjadi
sengketa antar negara, bahkan sampai terjadi peperangan akibat
memperebutkan barang tambang ini.
Satu kelemahan dari minyak bumi adalah sifatnya yang tidak bisa
diperbaharui. Proses pembentukannya dalam perut bumi memakan
waktu jutaan tahun. Sebaliknya, pengeksploitasian minyak bumi
dilakukan setiap hari dalam jumlah besar. Resiko yang pasti dihadapi
adalah habisnya cadangan minyak bumi dalam perut bumi.
Eksploitasi membuat deposit minyak bumi semakin menipis. Semula
ditambang di daratan lalu bergerak ke daerah pantai. Saat ini telah
berkembang sampai ke dasar laut dengan menggunakan teknologi
modern yang padat modal sehingga biaya produksi bahan bakar minyak
terus meningkat.
Permintaan minyak dunia dari tahun ke tahun semakin meningkat
membuat harga minyak ikut melonjak. Pada awal tahun 2005,
permintaan minyak dunia mencapai 84,1 juta barel per hari.

1
Angka ini meningkat 1,6 juta barel per hari dibandingkan dengan
triwulan pertama pada tahun 2004. Akibat kenaikan permintaan ini,
harga minyak mentah menembus angka 50 USS per barel. Harga ini
sangat mahal bagi negara berkembang seperti Indonesia. Harga minyak
mentah yang tinggi akan memengaruhi harga hasil olahan minyak bumi
sehingga terjadi kenaikan harga pada semua barang kebutuhan sehari-
hari.
Ditinjau dari segi kesehatan, masalah lain yang ditimbulkan oleh
sumber energi fosil adalah residu dari hasil pembakarannya.
Pembakaran olahan minyak bumi ini menghasilkan polusi karena asap
dan jelaga. Proses pembakaran yang tidak sempurna akan menghasilkan
karbon monoksida (CO) yang berbahaya bagi metabolisme tubuh jika
terhirup manusia. Hal ini dikarenakan hemoglobin (Hb) dalam darah
lebih reaktif mengikat CO dibandingkan O2.

C. Sumber Energi Alternatif sebagai Pengganti Sumber Energi Utama


Kenaikan harga minyak dunia sangat berpengaruh terhadap
kehidupan masyarakat Indonesia, terutama masyarakat kecil. Harga
minyak dunia yang mahal memaksa pemerintah untuk menaikkan harga
bahan bakar minyak. Anggaran yang ditetapkan pemerintah dalam
APBN untuk pembelian minyak ternyata jauh lebih kecil dibandingkan
dengan harga minyak dunia yang sebenarnya sehingga pemerintah harus
mengurangi subsidi BBM rakyat. Subsidi pemerintah akan dialokasikan
pada bidang lain seperti pendidikan dan kesehatan.
Mungkin akan lebih baik jika sebagian dana subsidi BBM tersebut
digunakan untuk pengembangan sumber energi alternatif. Alasan yang
selama ini digunakan untuk mengurangi subsidi BBM adalah karena
subsidi BBM lebih banyak dinikmati orang-orang kaya yang memiliki
industri dan perusahaan besar.
Pengurangan subsidi BBM memang terasa memberatkan, terutama
bagi mereka yang sehari-harinya bergantung pada bahan bakar fosil ini.
Beban berat lebih terasa karena sebelum harga BBM resmi naik harga
barang-barang di pasaran telah naik terlebih dahulu. Apalagi pada saat
BBM naik banyak orang yang tidak bertanggungjawab menimbun BBM
dan menjualnya dengan harga tinggi. Dalam kondisi seperti ini banyak
orang yang tidak menerima kebijakan pemerintah. Permasalahannya
sekarang adalah alternatif apa yang bisa ditawarkan kepada masyarakat
kecil untuk meringankan beban mereka dalam mencukupi kebutuhan
terhadap bahan bakar.
Sudah saatnya kita berpikir dan berusaha mengembangkan
kreativitas dan kejelian utnuk menghasilkan energi selain minyak bumi.
Indonesia memiliki potensi kekayaan alam yang sangat melimpah untuk
menghasilkan sumber energi alternatif. Perlu diketahui sudah banyak
penelitian ilmiah yang dilakukan untuk menemukan energi alternatif.
Yang harus kita lakukan sekarang adalah mengaplikasikan hasil
penelitian tersebut untuk menghasilkan energi alternatif yang harganya
terjangkau bagi masyarakat.

2
Usaha ini juga harus didukung dengan mengubah pola pikir
masyarakat. Selama ini masyarakat lebih senang menggunakan bahan
bakar minyak padahal kita bisa menggunakan batu bara ataupun gas.

BAB II
Limbah Ternak sebagai Bahan Baku Penghasil Biogas
Pada saat ini, masalah lingkungan hidup bukan hanya urusan pabrik
kimia, tekstil, dan usaha manufaktur lainnya. Industri peternakan juga tidak
terkecuali. Usaha peternakan yang selama ini dipandang sebagai usaha yang
akrab lingkungan mulai dituding sebagai usaha yang ikut mencemari
lingkungan hidup.
Selain menghasilkan daging, telur, susu, dan kulit, usaha peternakan
juga menghasilkan produk ikutan (by product) dan limbah (waste).
Peningkatan permintaan hasil ternak mendorong meningkatnya populasi
ternak dan produktivitas ternak. Sistem pemeliharaan pun beralih dari
ekstensif menjadi intensif.
Selain memberikan dampak positif, peningkatan usaha peternakan juga
memberikan dampak negatif yaitu limbah yang dihasilkan. Penumpukan
limbah ternak akan semakin buruk jika tidak dilakukan usaha untuk
mengolah limbah tersebut. Karenanya perlu dilakukan upaya pengolahan
limbah yang baik tetapi praktis dan murah.

A. Hasil Utama Ternak


Secara garis besar, ternak yang dipelihara manusia meliputi
sapi, kerbau, domba, kambing, dan berbagai jenis ayam. Walaupun
sekarang telah banyak yang membudidayakan satwa harapan sepert
cacing dan lebah madu.
Tujuan pemeliharaan ternak yang paling utama adalah sebagai
sumber bahan makanan. Bahan pangan yang diperolehdari ternak
memiliki kandungan nutrisi yang tinggi dan seimbang. Keadaan ini
merupakan salah satu keunggulan produk hewani dibandingkan
produk nabati. Protein hewani juga lebih mudah dicerna
dibandingkan protein nabati.

B. Hasil Sampingan Ternak


Suatu usaha peternakan pasti menghasilkan limbah, di samping
hasil utamanya. Limbah ternak merupakan sisa buangan dari suatu
kegiatan usaha peternakan seperti usaha pemeliharaan ternak, rumah
pemotongan hewan, dan pengolahan produk ternak. Limbah tersebut
meliputi limbah padat dan cair sepert feses, urine, sisa makanan,
embrio, kulit telur, lemak, darah, bulu, kuku, tulang, tanduk, dan isi
rumen. Semakin besar skala yang diusahakan maka limbah yang
dihasilkan semakin banyak. Volume limbah yang dihasilkan
tergantung spesies ternak, skala usaha, dan sistem perkandangan.

3
Berbagai jenis limbah masih bisa dimanfaatkan. Bulu, wol,
kulit, tulang, dan tanduk dapat dibuat barang kerajinan yang bisa
menambah penghasilan para peternak.
Dengan teknologi yang baik, wol dan kulit bisa diolah menjadi
barang yang mempunyai nilai ekonomis tinggi seperti pakaian. Hasil
ternak yang tidak bisa dikonsumsi manusia juga bisa digunakan
sebagai pakan ternak. Bulu, tulang, dan kerabang telur yang telah
dikeringkan dan digiling menjadi tepung bisa digunakan sebagai
sumber protein dan mineral pelengkap bagi ternak. Limbah yang
berupa feses, urine, dan sisa pakan bisa dimanfaatkan sebagai pupuk
organik dan bahan baku pembuatan berbagai kebutuhan hidup atau
bahkan menjadi penghasil energi seperti biogas.

C. Ternak dan Permasalahan Lingkungan


Usaha peternakan dapat memberikan manfaat yang besar
dilihat dari perannya sebagai penyedia protein hewani. Hal ini
menjadi alasan digalakkannya program peternakan. Namun di sisi
lain, peternakan juga menjadi penyebab timbulnya pencemaran.
Hasil sampingan ternak berupa limbah dari usaha yang semakin
intensif dan skala usaha besar akan menimbulkan masalah yang
kompleks. Selain baunya yang tidak sedap, keberadaannya juga
mencemari lingkungan, mengganggu pemandangan, dan bisa
menjadi vektor penyakit.
Di peternakan kecil, masalah ini mungkin tidak begitu terasa.
Jumlah limbah yang sedikit akan bisa ditangani. Berbeda dengan
usaha peternakan skala besar. Limbah yang dihasilkan akan sangat
banyak. Jika pengelolaannya tidak dilakukan dengan benar maka
akan berakibat buruk. Masyarakat di sekitar peternakan yang merasa
terganggu dengan adanya limbah, bisa saja menuntut peternakan
tersebut. Hal ini dapat mengancam keberlangsungan usaha
peternakan.

D. Biogas, Hasil Pemanfaatan Kotoran Ternak


Mendirikan suatu peternakan harus dimulai dengan perencanaan
yang matang, tidak hanya terfokus pada aspek produksi utama, tetapi
harus memerhatikan faktor yang lain. Suatu peternakan yang layak harus
memiliki mekanisme kerja yang baik dalam mengolah limbah yang
dihasilkan apalagi jika peternakan tersebut berskala besar dan intensif.
Sebagai gambaran, seekor sapi dengan berat 454 kg akan
menghasilkan 30 kg limbah feses dan urine setiap hari. Kita bisa
membayangkan jika memlihara 100 ekor sapi, jumlah limbah yang
dihasilkan 3 ton per hari. Sungguh merupakan jumlah yang sangat besar.
Keberadaan limbah ini tentu akan menjadi problem tersendiri bagi
peternak dan menjadi penyebab gangguan bagi lingkungan sekitarnya.
Selama ini, limbah berupa feses dan urine banyak dimanfaatkan
sebagai pupuk oleh sebagian besar peternak. Namun, kebanyakan dari
mereka langsung membawanya ke kebun tanpa melakukan
pengomposan terlebih dahulu.

4
Padahal feses tersebut masih bersifat panas dan bisa mengganggu
pertumbuhan tanaman. Dari kebiasaan ini sebenarnya kita bisa
mengembangkan instalasi biogas.
Dengan instalasi biogas, peternak akan mendapatkan gas sebagai
bahan bakar serta pupuk organik padat dan cair dari sisa fermentasi
bahan organik dalam digester biogas. Selain itu, dapat mengurangi
pencemaran akibat tumpukan feses. Instalasi biogas dapat dibuat dalam
skala rumah tangga maupun skala besar. Saat ini ketika harga bahan
bakar minyak melambung tinggi, pemanfaatan kotoran sebagai bahan
baku penghasil biogas bisa menjadi alternatif yang tepat. Mengingat
kebutuhan bahan bakar dan pupuk organik yang semakin meningkat,
tidak ada salahnya kita memasyarakatkan teknologi biogas ini.

BAB III
Potensi Biogas bagi Kehidupan Masyarakat
A. Perkembangan Biogas
Kotoran ternak berupa feses dan urine telah dimanfaatkan manusia
sejak berabad-abad lalu sebagai pupuk untuk mempertahankan dan
meningkatkan kesuburan tanah. Seiring dengan peningkatan penggunaan
pupuk kimia, penggunaan kotoran ternak sebagai pupuk makin
berkurang. Akhir-akhir ini mulai dikembangkan lagi pemanfaatan pupuk
organik dari kotoran ternak. Hal ini dikarenakan munculnya minat
masyarakat terhadap produk pertanian organik yang tiba-tiba karena
terungkapnya fakta tentang sayuran dan buah yang menjadi beracun
akibat penggunaan pupuk kimia yang berlebihan.
Bahan pangan organik dihasilkan dari sistem pertanian yang benar-
benar menggunakan bahan dari alam tanpa zat kimia seperti pupuk
buatan dan pestisida. Bahan pangan organik terbukti lebih sehat dan
tidak mengandung residu yang berbahaya. Perkembangan pemanfaatan
limbah ternak yang sekarang mengguncang dunia adalah pembuatan
biogas.
B. Prinsip Pembuatan Biogas
Pada dasarnya harus dilakukan dekomposisi bahan organik secara
anaerob untuk menghasilkan gas yang sebagian besar berupa metan
(mudah terbakar) dan karbon dioksida. Gas yang terbentuk disebut gas
rawa atau biogas. Proses dekomposisi anaerobik tersebut dibantu oleh
sejumlah mikroorganisme terutama bakteri metan. Suhu yang baik untuk
proses fermentasi adalah 30-55ºC karena pada suhu tersebut
mikroorganisme dapat bekerja optimal merombak bahan-bahan organik.

5
Tabel 1. Komposisi biogas kotoran sapi dan campuran kotoran ternak
dengan sisa pertanian
Biogas
Jenis gas Campuran Kotoran Ternak
Kotoran Sapi
dan Sisa Pertanian
Metan (CH4) 65,7 54-70
Karbon dioksida (CO2) 27,0 27-45
Nitrogen (N2) 2,3 0,5-3,0
Karbon monoksida (CO) 0 0,1
Oksigen (O2) 0,1 6,0
Propana (C3H8) 0,7 0
Hidrogen Sulfida (H2S) 0 Sedikit
Nilai kalor (kkal/m3) 6513 4800-6700

Pembuatan biogas bukanlah teknologi yang baru. Berbagai negara


telah mengaplikasikan teknologi ini sejak puluhan tahun yang lalu
seperti petani di Inggris, Rusia dan Amerika Serikat. Sementara itu di
Asia, India merupakan negara pelopor dan pengguna energi biogas sejak
masih dijajah Inggris.
Negara yang populasi ternaknya besar seperti Amerika, India,
Taiwan, Korea, dan Cina telah memanfaatkan kotoran ternak sebagai
bahan baku biogas. India telah membuat instalasi biogas sejak tahun
1900. Negara tersebut memiliki lembaga khusus yang meneliti
pemanfaatan limbah kotoran ternak yang disebut Agricultural Research
Institute dan Gobar Gas Research Station.
Data yang diperoleh menyebutkan bahwa pada tahun 1980 di seluruh
India terdapat 36.000 instalasi gas bio yang menggunakan feses sapi
sebagai bahan bakar.
Indonesia mulai mengadopsi teknologi pembuatan biogas pada awal
tahun 1970-an. Tujuannya untuk memanfaatkan buangan atau sisa
limbah yang kurang bermanfaat agar mempunyai nilai guna yang lebih
tinggi serta mencari sumber energi lain selain minyak tanah dan kayu
bakar.

C. Keterbatasan Pemanfaatan Limbah


segala aktivitas manusia akan menghasilkan limbah atau sampah.
Limbah yang dihasilkan ini dapat diperinci menjadi limbah organik dan
limbah anorganik. Limbah anorganik adalah limbah yang sulit atau tidak
terdegradasi oleh mikroorganisme perombak. Contoh limbah anorganik
misalnya plastik, kaleng, dan kaca.
Limbah ini sering menjadi problem tersendiri karena berbagai hal.
Pertama, limbah tersebut tidak bisa dirombak oleh mikroorganisme
sehingga bentuknya akan tetap seperti semula. Kedua, jumlah penduduk
yang semakin banyak juga memengaruhi kuantitas limbah. Ketiga,
kesadaran membuang sampah pada tempatnya yang masih kurang. Kita
bisa melihat betapa kotornya air sungai, terutama di perkotaan.

6
Masih banyak masyarakat yang kurang menyadari pentingnya menjaga
lingkungan agar tetap bersih dan sehat. Padahal, banjir yang terjadi
hampir setiap tahun seharusnya menjadi pelajaran bagi kita untuk tidak
membuang sampah sembarangan.
Berbeda dengan limbah anorganik, limbah organik dapat didegradasi
sehingga mampu menyatu dengan struktur tanah sekaligus
menyuburkannya. Dalam jumlah besar, limbah jenis ini dapat
mendatangkan pencemaran udara (bau) dan penyakit. Limbah organik
adalah media tumbuh yang baik bagi bibit penyakit. Contoh limbah
organik seperti ampas tahu, bungkil kelapa sawit, limbah peternakan
(feses dan urine), sisa bahan makanan dari dapur, dan kotoran manusia.
Kedua jenis limbah tersebut sedikit atau banyak akan menimbulkan
gangguan. Dalam jumlah sedikit, limbah sampah bisa merusak
pemandangan apalagi dalam jumlah yang banyak. Sungguh tidak
terbayangkan, puluhan jiwa manusia meninggal hanya karena tumpukan
sampah seperti yang terjadi di TPA Leuwigajah, Bandung. Dari sinilah
dirasakan pentingnya upaya penanganan limbah yang benar.

D. Efisiensi Biogas
Melambungnya harga BBM dan kasus illegal logging yang marak di
Indonesia membuat luas hutan di Indonesia semakin menipis sehingga
penggunaan kayu dan bahan bakar fosil harus dikurangi. Selain itu,
efisiensi panenan energi kayu bakar dan bahan bakar fosil relatif rendah
(20-30%). Sebagai gambaran, ketika kita menggunakan kayu bakar, api
yang dihasilkan tidak terfokus (menyebar) dan akan menghasilkan
kotoran berupa jelaga. Pada saat kita memakai minyak tanah untuk
menyalakan kompor, api yang dihasilkan tidak merata, tetapi akan
membesar secara bertahap. Karena itu efisiensi panenan energinya
relative kecil, sedangkan biogas mencapai 30-40%.

E. Proyek Pembangunan Instalasi Biogas


Sebagian besar peternakan di Indonesia belum menggunakan
teknologi dan pemeliharaannya masih bersifat tradisional termasuk
pengolahan hasil dan limbahnya. Tidak heran bila perkembangan usaha
peternakan sering mendapat kecaman karena tidak diikuti dengan
pengolahan limbah yang baik.
Selama ini telah cukup banyak peternakan yang membangun
instalasi biogas untuk mengolah limbah ternaknya. Di Jawa Tengah,
instalasi biogas semakin banyak digunakan oleh pengusaha kecil dan
menengah untuk mendukung kelancaran usahanya.
Proyek kerja sama dapat dilakukan misalnya antara peternak dan
pihak laboratorium Teknologi Hasil Ternak (THT) atau Fakultas
Peternakan IPB maupun antara peternak yang adalah pengusaha dengan
pemerintah.

7
BAB IV
Pembuatan Instalasi Biogas
A. Model Digester
Berdasarkan cara pengisiannya ada dua jenis digester (pengolah gas)
yaitu batch fedding dan continous fedding.
Batch fedding adalah jenis digester yang pengisian bahan
organiknya (campuran kotoran ternak dan air) dilakukan sekali sampai
penuh, kemudian ditunggu sampai biogas dihasilkan.
Setelah biogas tidak diproduksi lagi atau produksinya sangat rendah,
isian digesternya dibongkar, lalu diisi kembali dengan bahan organik
yang baru.
Continuous fedding adalah jenis digester yang pengisian bahan
organiknya dilakukan setiap hari dalam jumlah tertentu, setelah biogas
mulai diproduksi. Pada pengisian awal digester diisi penuh, lalu
ditunggu sampai biogas diproduksi lalu diisi kembali. Setiap pengisian
bahan organik yang baru akan selalu diikuti bahan sisa (sludge). Karena
itu, jenis digester ini didesain dengan membuat lubang input dan output.
Sludge adalah cairan lumpur yang keluar dari digester karena proses
fermentasi. Sludge bisa dipisahkan menjadi padat dan cairan yang
semuanya dapat dimanfaatkan langsung sebagai pupuk organik.
Digester jenis continuous fedding mempunyai dua model yaitu
model tetap (fixed) dan model terapung (floating). Perbedaannya adalah
pengumpul biogas yang dihasilkan. Pada model floating, pengumpul
gasnya terapung di atas sumur pencerna sehingga kapasitasya akan naik
turun sesuai dengan produksi gas yang dihasilkan dan pemanfaatannya
untuk memasak.
Pada model fixed, sumur pencerna dan penampung gas menjadi satu,
sedangkan pengisian bahan organik kontinyu. Model ini dapat dibuat
sesuai dengan kapasitas tampung kotoran ternak dan jumlah biogas yang
dihasilkan. Model permanent ini membutuhkan modal yang lebih besar,
tetapi usia ekonominya lebih lama, perawatannya mudah dan
pengoperasiannya sederhana.
Modal awal pembangunan instalasi biogas adalah membangun
konstruksi permanent. Model digester tetap kontinyu memerlukan bahan
bangunan seperti pasir, semen, batu kali, bata merah, besi konstruksi,
cat, dan pipa paralon.

B. Membangun Instalasi Biogas


1. menentukan lokasi
2. membuat sumur digester
3. memasang konstruksi bangunan
4. membuat kubah penampung gas
5. memasang instalasi pipa gas

8
BAB V
Pembuatan Biogas
A. Syarat Pembuatan Biogas
Prinsip terjadinya biogas adalah fermentasi anaerob bahan organik
yang dilakukan oleh mikroorganisme sehingga menghasilkan gas yang
mudah terbakar (flammable). Secara kimia, reaksi yang terjadi pada
pembuatan biogas cukup panjang dan rumit, meliputi tahap hidrolisis,
tahap pengasaman, dan tahap metanogenik. Meskipun dalam praktiknya,
pembuatan biogas relative mudah dilakukan. Beberapa syarat
pembuatan biogas adalah seperti berikut.
1. Adanya Bahan Pengisi
Bahan pengisi digester berupa bahan organik, terutama limbah
pertanian dan peternakan. Selama ini limbah yang paling umum
digunakan sebagai pengisi adalah kotoran sapi. Hal ini disebabkan
potensi limbah dari peternakan sapi (dihitung per ekor) lebih banyak
sehingga dengan memelihara 5-10 ekor sapi sudah menghasilkan
limbah yang cukup banyak.
Aktivitas mikroorganisme dalam merombak bahan organik juga
dipengaruhi oleh komponen kimia bahan organik tersebut. Parameter
yang sering digunakan untuk menentukan layak tidaknya bahan
organik digunakan sebagai bahan pengisi digester adalah imbangan
karbon (C) dan nitrogen (N) atau rasio C/N. bakteri metanogenik
akan bekerja optimal pada nilai rasio C/N sebesar 25-30.
Di kalangan masyarakat yang mengelola industri kecil
menggunakan bahan isian lain seperti ampas tahu untuk mengganti
feses dan urine sapi.
2. Adanya Instalasi Biogas
Komponen utama instalsi biogas adalah digester yang
dilengkapi lubang pemasukan dan pengeluaran, penampung
gas, dan penampung sludge.
3. Terpenuhinya Faktor Pendukung
Banyak faktor yang memengaruhi produksi biogas yang
dihasilkan. Kuantitasnya dipengaruhi oleh factor dalam (dari
digester) dan dari luar. Faktor dalam meliputi imbangan C/N, pH,
dan struktur bahan isian (kehomogenan).
Faktor luar yang paling memperngaruhi adalah fluktuasi suhu.
Metanogenik akan bekerja pada suhu optimum yaitu 25-28ºC.
karena itu, tata letak bangunan instalasi biogas harus benar-benar
diperhatikan. Jangan sampai terkena sinar matahari terlalu banyak.
Untuk menjaga suhu tetap stabil, sebaiknya instalasi biogas
dibangun dalam tanah.

9
B. Faktor yang Memengaruhi Produksi Biogas
1. kondisi anaerob atau kedap udara
2. kuantitas bahan pengisi
3. lokasi instalasi
4. cahaya matahari
5. suhu di sekitar digester

BAB VI
Pupuk Organik dari Sisa Pembuatan Biogas
Pupuk dapat diartikan sebagai bahan yang dimasukkan ke dalam tanah
agar dapat menambah unsur hara, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Berdasarkan bahan bakunya, pupuk dibedakan menjadi pupuk
organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik adalah pupuk yang bahan
dasarnya diambil dari alam dengan jumlah dan jenis unsure hara yang
terkandung secara alami. Pupuk organik merupakan bahan pembenah tanah
paling baik dan alami dibandingkan dengan pupuk anorganik (pupuk kimia).
Beberapa sifat pupuk organik yang menyebabkan pupuk ini sangat penting
bagi lahan pertanian antara lain sebagai berikut.
1. Memperbaiki sifat fisik tanah, yaitu tanah menjadi gembur, aerasi
dan drainase lebih baik, meningkatkan peningkatan antar partikel, serta
meningkatkan kapasitas mengikat air sehingga dapat mencegah erosi
dan longsor.
2. Memperbaiki sifat biologi tanah yaitu mempercepat perbanyakan
fungi, bakteri, mikroflora, dan mikrofauna tanah.
3. Memperbaiki sifat kimia tanah yaitu meningkatkan kapasitas tukar
kation (KTK) serta meningkatkan ketersediaan hara dan asam humat
sehingga membantu meningkatkan proses pelapukan bahan mineral.
Bentuk pupuk baik organik maupun anorganik dapat berupa padatan
atau cairan. Pupuk organik padat berupa kompos sedangkan pupuk organik
cair berupa ekstrak bahan organik yang dilarutkan dengan pelarut sepert air,
alkohol, atau minyak.

A. Jenis Pupuk Organik


a. Pupuk Organik Padat
Salah satu jenis pupuk organik padat yang paling popular adalah
kompos. Kompos merupakan bahan organik yang berasal dari
tumbuhan, hewan, dan limbah organik yang telah mengalami
dekomposisi atau fermentasi. Pengomposan merupakan proses
perombakan (dekomposisi) dan stabilisasi bahan organik oleh
mikroorganisme dalam keadaan lingkungan yang terkontrol. Hasil
akhir dari proses ini adalah humus yang cukup stabil untuk
disimpan. Pengomposan dilakukan oleh sejumlah mikroorganisme
seperti bakteri, jamur, protozoa, aktinomisetes, cacing tanah, dan
serangga. Populasi dari mikroorganisme tersebut sangat berfluktuasi
tergantung dari kondisi pengomposan.

10
Pengomposan bertujuan untuk menstabilkan bahan organik,
mengurangi bau yang sangat menyengat, mempermudah
penanganan, membunuh bibit gulma, membunuh organisme
pathogen dan parasit, serta menghasilkan bahan yang seragam sebgai
pupuk organik.
Proses pengomposan yang selama ini dilakukan dengan cara
konvensional membutuhkan waktu yang relative lama yaitu 1,5-2
bulan. Namun, dengan activator berupa inokulan mikroorganisme
komersial di pasaran, pengomposan dapat dipercepat sehingga hanya
membutuhkan waktu 7-30 hari. Selain inokulan mikroorganisme ini,
jenis activator yang dapat digunakan adalah cacing tanah
(vermicomposting).
b. Pupuk Organik Cair
Pupuk organik cair adalah pupuk yang bahan dasarnya berasal
dari hewan atau tumbuhan yang sudah mengalami fermentasi dan
bentuk produknya berupa cairan. Kandungan bahan kimia di
dalamnya maksimal 5%. Penggunaan pupuk organik cair memiliki
beberapa keuntungan sebagai berikut.
1. Pengaplikasiannya lebih mudah jika dibandingkan dengan pupuk
organik padat
2. Unsur hara yang terdapat dalam pupuk organik cair lebih mudah
diserap tanaman
3. Mengandung mikroorganisme yang jarang terdapat dalam pupuk
organik padat
4. Pencampuran pupuk organik cair dengan pupuk organik padat
dapat mengaktifkan unsure hara yang terdapat dalam pupuk
organik padat tersebut

B. Pupuk Organik Hasil Keluaran Biogas


Bahan keluaran dari sisa proses pembuatan biogas dapat dijadikan
pupuk organik, walaupun bentuknya berupa lumpur. Pemanfaatan
lumpur keluaran biogas inisebagai pupuk daoat memeberikan
keuntungan yang hampir sama dengan penggunaan kompos. Sludge
yang dihasilkan bisa langsung digunakan untuk memupuk tanaman. Di
kawasan peternakan sapi perah, lumpur biogas dapat langsung dialirkan
ke kebun rumput untuk memupuk rumput. Kualitasnya akan lebih baik
dibandingkan dengan kotoran sapi perah yang langsung dialirkan ke
kebun rumput. Mengapa? Pada proses fermentasi dalam digester terjadi
perombakan anaerobic bahan organik menjadi biogas dan asam organik
yang mempunyai berat molekul rendah (asam asetat, asam propionate,
asam butirat, dan asam laktat). Dengan demikian, konsentrasi N, P, dan
K akan meningkat.
Unsur hara yang ada dalam pupuk organik cair sebagian besar dapat
langsung diserap tanaman, sebagian lagi cepat terurai sehingga cepat
diserap tanaman.

11
Menurut Suzuki dan kawan-kawan dalam penelitian mereka di
Vietnam tahun 2001, sludge yang berasal dari biogas sangat baik untuk
dijadikan pupuk karena mengandung berbagai mineral yang dibutuhkan
oleh tumbuhan seperti fosfor (P), magnesium (Mg), kalsium (Ca),
kalium (K), tembaga (Cu), dang seng (Zn).
Meskipun kandungan unsur hara dalam pupuk organik tidak terlalu
tinggi, tetapi pupuk organik mempunyai keistimewaan lain yaitu dapat
memperbaiki sifat fisik tanah (permeabilitas tanah, porositas tanah,
struktur tanah, daya menahan air, dan kapasitas tukar kation tanah).
Selain itu, pupuk organik dapat menggemburkan lapisan tanah
permukaan (topsoil), meningkatkan kadar jasad renik, serta
meningkatkan daya serap dan daya simpan air sehingga secara
keseluruhan dapat meningkatkan kesuburan tanah.

Tabel 2. Kandungan mineral effluent (sludge) dari enam instalasi biogas di


Delta Mekong Vietnam
Instalasi Gas Bio ke-
mg/L
1 2 3 4 5 6
NH4-N 469 271 37 348 324 462
P 119 114 33 93 164 69
K 271 166 64 215 401 540
Mg 73 94 63 60 103 177
Ca 72 57 56 62 78 147
Cu <2,5 <2,5 <2,5 <2,5 <2,5 <2,5
Zn <1,0 <1,0 <1,0 <1,0 <1,0 <1,0
pH 6,9 7,0 6,9 7,2 6,8 6,9

C. Proses Pemisahan Sludge menjadi Pupuk Organik Cair dan


Padat
Sludge memang memiliki sifat seperti kompos tetapi bentuknys akan
menyulitkan dalam pengemasan dan pengangkutan. Karena itu,
sebaiknya sludge dipisahkan menjadi padatan dan cairan. Pemisahan
sludge dapat dilakukan dengan cara dan alat yang sederhana. Alat yang
digunakan berupa saringan pasir, saringan yang terbuat dari kawat halus,
dan saringan kelapa. Berikut ini tahapan pemisahan sludge.
1. Sludge disaring menggunakan saringan kawat halus dan ditampung
dalam drum plastic. Selanjutnya, untuk meningkatkan kualitas dapat
ditambah dengan tepung tulang atau tepung kerabang telur dan
tepung darah atau bisa ditambah dengan rempah seperti tepung
kunyit, tepung jahe, dan bahan alami lainnya yang berfungsi sebagai
pestisida nabati. Biarkan selama 1 minggu.
2. Saring kembali menggunakan kain bekas kemasan tepung terigu,
lalu diperas dengan cara memutar kain tersebut. Cairan hasil
penyaringan tersebut ditampung dalam drum plastic, lalu biarkan

12
selama 3-4 hari. Pasang aerator untuk membuang gas-gas yang
tersisa dan menghilangkan bau busuk.
3. Lepaskan aerator, lalu biarkan selama 2 hari agar partikel-partikel
yang masih ada mengendap dan cairan yang dihasilkan menjadi
bening
4. Cairan tersebut dimasukkan ke dalam botol. Sedangkan bahan
padatan yang diperoleh diangin-anginkan selama 7 hari sampai
kering. Setelah itu dapat langsung digunakan atau dikemas untuk
dipasarkan.

D. Pengaplikasian Pupuk Organik Hasil Keluaran Biogas


Pengaplikasian pupuk Organik padatan hasil buangan biogas
umumnya sama dengan pengaplikasian kompos yaitu dengan cara
mengubur pupuk tersebut di sekitar tanaman. Sementara itu,
pengaplikasian pupuk Organik cair buangan biogas bisa dilakukan
dengan beberapa cara sebagai berikut.
1. Penyiraman langsung ke lahan pertanian
2. Pengaliran air dalam irigasi
3. Penyemprotan
Pupuk organik cair yang sudah dikemas biasanya digunakan untuk
memupuk tanaman dalam pot, tanaman hias, atau tanaman terrarium.
Disamping itu, dalam kemasannya dicantumkan cara penggunaan, dosis
pemakaian, dan manfaat pupuk tersebut.
Pemakaian pupuk organik cair dan padat dari bungan biogas telah
diaplikasikan untuk memupuk tanaman sayuran berumur pendek dan
tanaman melon berumur sedang. Bukti nyata bertanam organik dari
beberapa jenis sayuran seperti bayam, sawi, dan kangkung cabut telah
dilakukan di beberapa demplot percobaan RPH Banjarmasin dengan
hasil yang memuaskan. Pertumbuhan dan produktivitasnya
menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan penggunaan pupuk
buatan. Pupuk organik buangan biogas juga dapat digunakan untuk
memupuk tanaman hijau pakan ternak dan padi.

13
BAB VII
KESIMPULAN
Kenaikan harga BBM, terutama gas dan minyak tanah sangat
membebani masyarakat. Mereka yang sudah terlanjur mengandalkan bahan
bakar fosil ini menjadi sangat bingung dalam mengatur keuangannya.
Apalagi bagi mereka yang mempunyai usaha home industry yang banyak
menggunakan gas dan minyak tanah. Kompleksitas masalah ini sebenarnya
bisa diatasi jika kita memiliki sumber energi alternatif seperti limbah ternak.
Dengan memanfaatkan limbah ternak menjadi biogas, kita mengatasi
kelangkaan BBM sekaligus memperoleh banyak keuntungan diantaranya
sebagai berikut.
1. Para peternak sapi perah tidak perlu lagi membeli gas LPG untuk
memasak dan mempasteurisasi susu
2. Diperoleh pupuk organik dalam bentuk padatan dan cairan yang
dapat digunakan sendiri atau untuk dipasarkan
3. Meminimalisir pencemaran lingkungan terutama polusi udara yang
disebabkan karena bau yang tidak enak
4. Cara pembuatan yang praktis dan ramah lingkungan sekaligus hemat
biaya
Bagi daerah perkotaan seperti Tomohon yang masih mengoperasikan
transportasi tradisional seperti delman, pembuatan biogas dari limbah kuda
akan mengatasi permasalahan jalan kotor yang dikarenakan feses dan urine
hewan tersebut sekaligus membuka penghasilan tambahan bagi para kusir
delman dari hasil penjualan pupuk organik biogas.

14
Daftar Pustaka

Gunawan, Gugun. Mengolah Sampah jadi Uang. 2007. Jakarta : Transmedia


Harahap, F.M. Apandi dan Ginting S. Teknologi Gasbio. Bandung : Pusat
Teknologi Pembangunan Institut teknologi Bandung.1978.
Zuzuki, K, Takeshi, and Volum. Concentration and Cristallization of
Phosphate, Ammonium, and Mineral in the effluent of Biogas Digesters in
Mekong Delta.Vietnam:Jerean and Contho University Vietnam.2001.
www.balipost.co.id
www.bbc.co.uk
www.google.com
www.id.wikipedia.com
www.petra.ac.id
www.pikiran-rakyat.com
www.sains.org
www.transmediapustaka.com
www.yahoo.com

15

You might also like