You are on page 1of 32

PENUNTUN PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI & PARASITOLOGI

Disusun Oleh:

Dr. Utami Sri Hastuti, M.Pd.


Dr. Endang Suarsini, M.S.
Sofia Ery Rahayu, S.Pd, M.Si.
Dr. Abdul Ghofur, M.Si.

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
Januari 2007
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT., karena berkat rahmat-
Nyalah maka Buku Penuntun Praktikum Mikrobiologi & Parasitologi ini dapat tersusun.
Buku Penuntun Praktikum ini disusun dengan tujuan untuk membantu para mahasiswa
dalam melaksanakan praktikum Mikrobiologi.
Sebelum melaksanakan kegiatan praktikum ini hendaknya para mahasiswa
membaca lebih dahulu buku petunjuk ini, terutama pada langkah-langkah kerja,
sehingga pada saat praktikum tidak mengalami kesulitan.
Semoga Buku Penuntun Praktikum Mikrobiologi & Parasitologi ini dapat
berguna bagi para pemakainya.

Malang, Januari 2007


Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR……………………………………………………….. i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………. ii
Kegiatan I : Pengamatan Morfologi koloni mikroba…………………. 1
Kegiatan II : Pewarnaan Bakteri Secara Gram………………………... 6
Kegiatan III : Pewarnaan Kapsula Bakteri……………………………... 10
Kegiatan IV : Protozologi ....................................……………………... 13
Kegiatan V : Pengamatan Telur Cacing..……………………………... 19
KEPUSTAKAAN……………………………………………………………. 22
Lampiran ………………………………………………………...... 23

iii
Kegiatan I
PENGAMATAN MORFOLOGI KOLONI MIKROBA

A. Pendahuluan : Mikroba dapat diperoleh hampir setiap tempat, misalnya : di


udara, di antara helaian rambut, di sela-sela gigi, dari tanah
dan sebagainya. Untuk mempelajari morfologi koloni
mikroba, kita perlu menangkap dan menumbuhkan pada
medium lempeng terlebih dahulu. Pada umumnya mikroba
yang tertangkap pada medium lempeng ini akan tumbuh
setelah + 2 x 24 jam.

B. Tujuan : Untuk mempelajari morfologi koloni bakteri.

C. Alat : 1. Inkubator
2. Loupe

D. Bahan : 2 buah medium lempeng NA

E. Cara kerja
1. Bawalah dua pasang cawan petri berisi medium lempeng ke tempat yang
banyak dilalui orang, lalu bukalah tutup cawan petri itu selama 15 menit.
Kemudian tutuplah kembali. Lakukan pada kedua medium lempeng.
2. Simpanlah medium tersebut sebuah pada suhu kamar, dan yang lain pada
suhu 370C.
3. Setelah biakan berumur 1 x 24 jam atau 2 x 24 jam, lakukan pengamatan
terhadap koloni mikroba yang tumbuh pada medium lempeng tersebut.
4. Hitunglah jumlah koloni bakteri dan koloni jamur yang tumbuh. Koloni
bakteri ditandai dengan bentuk seperti lendir, tetesan mentega, tetesan
sari buah. Koloni jamur ditandai dengan adanya miselium yang
berbentuk seperti bulu halus.
5. Lakukan pengamatan macam koloni bakteri yang tumbuh.

1
6. Lakukan pengamatan morfologi koloni dua macam koloni bakteri, yang
meliputi :
a. Warna koloni
b. Bentuk koloni
c. Tepi koloni
d. Elevasi (kenaikan permukaan koloni)
e. Kepekaan koloni
f. Mengkilat atau suram
g. Diameter koloni
Lakukan hal ini pada masing-masing koloni bakteri dan susunlah hasil
pengamatan ini dalam bentuk tabel.
Penentuan ciri-ciri (morfologi koloni bakteri mengacu pada gambar 2)
Untuk koloni jamur, lakukan pengamatan terhadap :
a. Warna koloni
b. Sifat koloni
c. Ciri-ciri yang dapat diamati
d. Ada atau tidak adanya sekat pada hifa
e. Alat perkembangbiakan
Hasil pengamatan ditulis dalam lembar kerja.
F. Bahan Diskusi
Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi jumlah dan jumlah macam bakteri
serta
jamur pada suatu tempat? Jelaskan.

2
Gambar 1 ciri-ciri koloni bakteri :
(dikutip dari : ”Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek”, oleh : Ratna Siri Hadioetomo, 1985)

3
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI Kelas :
Kelompok :

Pengamatan Bakteri
Ciri Koloni no. 1 Koloni no. 2
Morfologi Koloni
a. Warna koloni ………………………….. ……………………………
b. Bentuk koloni ………………………….. ……………………………
c. Tepi koloni ………………………….. ……………………………
d. Elevasi koloni ………………………….. ……………………………
e. Mengkilat/suram ………………………….. ……………………………
f. Diameter koloni ………………………….. ……………………………
g. Kepekatan koloni ………………………….. ……………………………
h. Jumlah koloni ………………………….. ……………………………

Ciri lainnya …………………………... ……………………………

Asal bakteri ………………………….. ……………………………

4
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI Kelas :
Kelompok :

Pengamatan Jamur
Ciri Koloni no. 1 Koloni no. 2
1. Morfologi Koloni
a. Warna koloni ………………………….. ……………………………
b. Miselium : ………………………….. ……………………………
panjang/pendek ………………………….. ……………………………
c. Jumlah koloni ………………………….. ……………………………
2. Morfologi Sel
a. Miselium : ada / tidak …………………………... ……………………………
b. Sekat hifa : ada / tidak …………………………... ……………………………
c. Spora : ada / tidak …………………………... ……………………………
d. Bentuk spora ………………………….. ……………………………

3. Ciri lainnya ………………………….. ……………………………

4. Asal jamur …………………………… ……………………………

5. Gambar mikroskopik :
Jamur pada koloni no. 1 :

Jamur pada koloni no. 2 :

5
Kegiatan II
PEWARNAAN BAKTERI SECARA GRAM

A. Pendahuluan :
Pewarnaan secara Gram merupakan salah satu prosedur yang penting dan paling
banyak digunakan dalam klasifikasi bakteri. Dengan metode ini, bakteri dapat
dibedakan menjadi dua kelompok besar, yaitu :
1. Bakteri gram positif, yang berwarna ungu pada akhir pewarnaan, dan
2. Bakteri gram negatif, yang berwarna merah pada akhir pewarnaan.
Karena kemampuannya membedakan suatu kelompok bakteri tertentu dari
kelompok lainnya, maka pewarnaan ini juga disebut pewarnaan diferensial.

B. Tujuan : 1. Memperoleh ketrampilan pewarnaan bakteri secara gram.


2. Dapat menentukan sifat bakteri gram dari bakteri yang
diperiksa.
3. Dapat menentukan bentuk sel bakteri.

C. Alat : 1. Mikroskop 5. Pipet


2. Kaca benda 6. Pinset
1. Mangkuk pewarna 7. Lampu spiritus
2. Kawat penyangga 8. Botol penyemprot

D. Bahan : 1. Aquades steril


2. Piaraan murni bakteri umur 1 x 24 jam
3. Larutan Ammonium Oksalat Kristal Violet
4. Kertas penghisap
5. Korek api
6. Alkohol 95 %
7. Lisol
8. Sabun cuci
9. Larutan Safranin
10. Larutan Iodium

6
E. Cara Kerja :
1. Sediakan kaca benda yang bersih, lalu lewatkan di atas api lampu spiritus.
2. Teteskan setetes aquades steril di atas kaca benda tersebut.
3. Secara aseptik ambilah inokulum bakteri yang akan diperiksa, lalu letakkan di
atas tetesan aquades itu. Kemudian ratakan perlahan-lahan.
4. Lakukan fiksasi dengan cara melewatkan sediaan tersebut di atas nyala api
lampu spiritus dengan cepat.
5. Letakkan sediaan di atas kawat penyangga yang berada di atas mangkuk
pewarna. Lalu teteskan larutan Ammonium Oksalat Kristal Violet di atas
sediaan tersebut. Tunggulah selama 1 menit.
6. Buanglah kelebihan zat warna tersebut ke dalam mangkuk dan bilaslah
sediaan dengan air kran.
7. Teteskan larutan Iodium di atas sediaan itu lalu tunggulah selama 2 menit.
8. Buangkah kelebihan larutan Iodium ke dalam mangkuk lalu bilaslah dengan
air kran.
9. Teteskan alkohol 95 % di atas sediaan, lalu biarkan 1 menit.
10. Buanglah sisa alkohol itu ke dalam mangkuk dan bilaslah sediaan dengan air
kran.
11. Teteskan larutan safranin di atas sediaan , lalu biarkan selama 30 detik.
12. Buanglah kelebihan larutan safranin itu ke dalam mangkuk, lalu bilaslah
dengan air kran.
13. Keringkan sediaan itu secara hati-hati dengan kertas penghisap, lalu
periksalah di bawah mikroskop.
Jika teknik pewarnaan saudara berhasil dengan baik, maka sel-sel bakteri
yang bersifat gram positif akan berwarna ungu, sedangkan sel-sel bakteri
yang bersifat gram negatif akan berwarna merah muda atau merah.
14. Tentukan sifat gram dari sel-sel bakteri yang berasal dari masing-masing
koloni yang diperiksa.
15. Amatilah dan tentukan bentuk sel bakteri dari masing-masing koloni
16. Hasil pengamatan ditulis dalam lembar kerja.

7
F. Bahan Diskusi :
Mengapa terjadi perbedaan reaksi dan hasil pewarnaan antara gram positif dan
gram negatif ? Jelaskan proses kimiawi yang terjadi dalam proses pewarnaan
gram !

Gambar 2. Langkah-langkah Pewarnaan Bakteri Secara Gram

8
(dikutip dari “Mikrobiologi dasar dalam Praktek”, oleh : Ratna Siri
Hadioetomo,1985)
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
Kelas :
Kelompok :

Pewarnaan Bakteri Secara Gram


No. Koloni Warna Sel Bentuk Sel

9
Kegiatan III
PEWARNAAN KAPSULA BAKTERI

A. Pendahuluan : Kebanyakan bakteri mengeluarkan lendir pada permukaan


selnya, melapisi dinding sel. Jika lapisan lendir ini cukup tebal
dan kompak, maka disebut kapsula. Pada beberapa jenis
bakteri, adanya kapsula ini menunjukkan sifat virulen. Kapsula
bakteri tidak berwarna, sehingga perlu dilakukan pewarnaan
khusus agar dapat diamati di bawah mikroskop cahaya dengan
jelas.

B. Tujuan : Untuk mengetahui adanya atau tidak adanya kapsula bakteri.

C. Alat : 1. Mikroskop 5. Kawat penyangga


2. Kaca benda 6. Jarum inokulasi berkolong
3. Lampu spiritus 7. Pinset
4. Mangkuk pewarna 8. Korek api

D. Bahan : 1. Biakan campuran atau biakan murni bakteri


2. Tinta cina merk “Pelikan”
3. Aquades steril
4. Larutan Kristal Violet 0,5 %
5. Larutan CuSO4 , 5H2O 20 %
6. Kertas penghisap
7. Alkohol 8. Lisol
9. Sabun cuci 10. Lap
E. Cara Kerja :
Cara I : Pewarnaan langsung / positif
1. Sediakan kaca benda bersih, lalu lewatkan di atas nyala api lampu spiritus.
2. Teteskan satu ose aquades steril di atas kaca benda itu.
3. Secara aseptik inokulasikan bakteri yang akan diperiksa di atas tetesan
aquades itu, lalu ratakan perlahan-lahan.

10
4. Lakukan fiksasi dengan cara melewatkan sediaan tersebut di atas nyala api
spiritus dengan cepat.
5. Teteskan larutan kristal Violet di atas sediaan ini. ( hendaknya kaca benda
sediaan saudara letakkan di atas kawat penyangga yang telah diletakkan di
atas mangkuk pewarna). Kemudian tunggulah selama 1 menit.
6. Jepitlah kaca benda sediaan itu dengan pinsat (kedudukan tetap di atas
mangkuk pewarna), lalu bilaslah sediaan ini dengan larutan Cu S04.5H2O.
7. Keringkan sediaan dengan menggunakan kertas penghisap dengan hati-hati
agar tidak merusak sediaan.
8. Amatilah sediaan di atas di bawah mikroskop. Sel bakteri akan berwarna biru
tua atau ungu. Apabila di sekeliling sel terdapat bayangan berwarna biru
muda, berarti sel bakteri ini mempunyai kapsula. Catatlah data pengamatan
saudara pada lembar kerja.

Cara II : Pewarnaan tidak langsung / negatif


1. Sediakan kaca benda yang bersih, lalu lewatkan di atas nyala api lampu
spiritus.
2. Siapkan biakan campuran atau biakan murni bakteri, lalu tentukan koloni
bakteri yang akan diperiksa kapsulanya.
3. Teteskan satu ose aquades steril di atas kaca benda.
4. Secara aseptik ambillah inokulum bakteri yang akan diperiksa, lalu ratakan
perlahan-lahan di atas tetesan aquades itu. Biarkan sampai sediaan ini
mongering tanpa difiksasi.
5. Teteskan setetes tinta cina merk “Pelikan” di atas sediaan tersebut, lalu
ratakan perlahan-lahan.
6. Biarkan sediaan ini mengering, lalu amatilah di bawah mikroskop (tanpa kaca
penutup). Sel-sel bakteri nampak jernih tidak berwarna, sedangkan kapsula
nampak serupa bayangan disekeliling sel berwarna kecoklatan. Catatlah data
pengamatan saudara pada lembar kerja.
F. Bahan Diskusi
1. Apakah fungsi kapsula bagi bakteri ?
2. Adakah hubungan antara kapsula dan virulensi bakteri? Jelaskan.

11
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
Kelas :
Kelompok :

Pewarnaan Kapsula Bakteri


No. Koloni Jenis Pewarnaan Warna Warna
Sel Vegetatif Kapsula
1 Langsung

Tak langsung

2 Langsung

Tak langsung

3 Langsung

Tak langsung

4 Langsung

Tak langsung

12
Kegiatan IV
PROTOZOOLOGI
A. Tujuan Khusus Pembelajaran
Setelah melakukan pengamatan, diskusi, dan studi pustaka diharapkan mahasiswa
dapat melakukan:
1. Identifikasi terhadap anggota-anggota protozoa parasit berdasar alat geraknya.
2. Mendeskripsi stadium vegetatif dan kista dari tiap jenis protozoa parasit berdasar
ciri morfologi dan anatominya.
3. Menjelaskan hubungan antara struktur suatu organ yang di temukan pada tiap jenis
parasit dengan cara hidupnya.
4. Mengelompokkan protozoa parasit berdasar organ tubuh yang diinfeksi.
5. Menyebutkan hospes definitif clan perantara dari tiap jenis protozoa parasit.

B. Teori Dasar
Protozoa merupakan hewan bersel satu yang memiliki ukuran tubuh dalam
satuan mikron. Sebagian besar anggotanya hidup di alam bebas, tetapi beberapa jenis
hidup sebagai parasit pada tubuh manusia atau hewan. Meskipun ukuran tubuhnya
hanya dalam beberapa mikron, namun tiap sel protozoa merupakan kesatuan lengkap
yang sanggup melakukan fungsi kehidupan yang pada organisme multiselular
dilakukan oleh sel-sel khusus.
Dalam hal kehidupannya sebagai hewan parasit, hampir semua anggota
protozoa hidup di dalam tubuh hospes (endoparasit) sebagai komensal atau patogen.
Pada komensal biasanya hospes hanya mengalami gangguan ringan, sementara yang
patogen dapat berakibat gangguan berat hingga kematian.
Fungsi hidup protozoa dilakukan oleh protoplasma, suatu zat yang bergranula
kasar atau halus, yang terdiri dari nukleoplasma dan sitoplasma. Sitoplasma terdiri
dari bagian luar yang tipis disebut ektoplasma, dan bagian dalam yang lebih besar
disebut endoplasma. Ektoplasma berhubungan dengan fungsi pergerakan,
pengambilan makanan, ekskresi, respirasi, dan melindungi diri. Sementara
endoplasma yang bergranula mengurus makanan dan reproduksi.
Pengamatan secara mikroskopik terhadap ektoplasma menampakkan adanya
bermacam-macam alat gerak, seperti: pseudopodium, silium, flagelum, atau

13
membran bergelombang. Makanan masuk ke dalam sitoplasma melalui setiap tempat
dalam sitoplasma atau melalui satu tempat khusus (peristoma). Endoplasma berisi
vakuola makanan, makanan cadangan, benda asing, vakuo1a kontraktil, dan benda
kromatoid. Pacta Mastigophora kemungkinan dijumpai adanya kinetoplast yang
terdiri atas benda parabasal dan blefaroplas.
Struktur inti, terutama susunan kromatin dan kariosom dapat dipergunakan
sebagai indikator untuk membedakan spesies. Susunan kromatin dapat mengumpul
atau menyebar, berbentuk butir tunggal atau batang, letaknya tersebar atau perifer.
Kariosom yang berperan dalam premitosis tampak berwarna gelap, letaknya
eksentris atau konsentris, bentuknya tetap atau tidak tetap, dan ukurannya kecil atau
besar.
Dalam lingkaran hidupnya ada yang memiliki stadium vegetatif dan kista,
atau hanya vegetatif saja. Perbedaan antara kedua stadium tampak jelas dalam hal:
ukuran, bentuk, organel-organel sel dan benda-benda lain dalam endoplasma.

C. Langkah Kerja
1. Persiapan Bahan Amatan
Bahan amatan yang diperlukan untuk kegiatan praktikum dapatt berupa
spesimen awetan berupa preparat jadi dan spesimen segar yang berasal
dari: tinja, darah, dan sekret " suatu organ". Spesimen yang berupa
preparat jadi langsung darat diamati menggunakan mikroskop dengan
perbesaran kuat (450x atau 1000x), sedang spesimen segar yang diperoleh
perlu diproses terlebih dahulu sebelum diamati.
Diantara spesimen segar yang paling mungkin dikerjakan di laboratorium
kita adalah yang berasal dari tinja manusia, dan yang berasal dart saluran
pencernaan kecoak. Pemeriksaan nya dilakukan dengan :
a) Cara makroskopik. Yang menjadi sasaran perhatian adalah: warna tinja (kuning,
putih, hijau atau hitam), bau tinja (amis seperti bau ikan atau bau busuk), adanya
campuran (lendir, darah, potongan jaringan, sisa makanan yang belum dicernakan
atau bahan sisa pengobatan seperti minyak, atau zat-zat lain), dan konsistensi tinja
(padat, lembek atau cair).

14
b) Cara mikroskopik. Pemeriksaan tinja secara kikroskopik ini dibedakan atas: cara
langsung dengan menggunakan kaca penutup, dan tanpa kaca penutup (sediaan
apus).

(1) Cara langsung dengan kaca penutup.


» Alat clan bahan yang diperlukan: lidi (+5cm), kaca benda, kaca penutup, air, air
garam faal 0,85%, larutan eosin 2% dalam akuadestilata, larutan lugol 1% (1%
larutan jenuh kalium iodida dengan kristal iodium dalam akuadestilata), dan tinja
yang akan diperiksa.
» Cara pembuatan sediaan. Letakkan setetes larutan MIF (pulasan) di atas kaca
benda, dan ambil sedikit tinja (1-2 mm3) dengan lidi. Hancurkan tinja dengan cara
mengaduk dengan lidi di atas kaca benda sehingga menjadi suspensi homogen.
Bila terdapat bahan yang kasar seperti sisa makanan, pasir, dll, harus dikeluarkan
dengan lidi. Suspensi tinja kemudian ditutup dengan kaca penutup, dan diperiksa
dengan mikroskop (pakai pembesaran lemah: lensa obyektif lOx) dan kondensor
diturunkan atau diafragma dikecilkan.
» Larutan lugol: Akuadestilata 100 ml
Kalium iodida 10 gram
Kristal iodium 5 gram

» Garam iodium: Larutan lugol 1 bagian


Akudestilata 14 bagian

» MIF (pulasan): Larutan lugal 0,10 ml


Larutan formalin 0,125 ml
Tingtur merthiolat 0,775 ml

(2) Cara langsung tanpa kaca penutup_


» Alat dan bahan yang diperlukan: lidi, kaca benda, air, dan tinja yang akan
diperiksa.
» Cara pembuatan sediaan. Letakkan setetes air di atas kaca benda, dan ambil sedikit
tinja (2-4 mm3) dengan lidi. Hancurkan tinja dalam air di atas kaca benda sampai

15
menjadi suspensi. Sebarkan suspensi tinja di atas kaca benda hingga rata, dengan
lapisan yang tipis tetapi tetap basah. Selanjutnya periksa di bawah mikroskop
dengan pembesaran lemah (obyektif lOx).

Cara mikroskopik lain untuk mengamati protozoa parasit pada hewan (kecoak).
» Alat dan bahan yang diperlukan: alas bedah, gunting bedah, pinset, jarum
panjang, pipet kecil, kaca arloji, larutan NaCl 0,9%.
» Cara pembuatan sediaan. Setelah kecoak dibedah, pisahkan ususnya dari organ
yang lain. Keluarkan semua isi usus ke dalam larutan NaCl, aduk-aduk hingga
rata, tanpa menyertakan jaringan apapun. Ambil sedikit "campuran", letakkan di
atas kaca benda kemudian tutup dengan kaca penutup, diamati di bawah
rnikroskop dengan kekuatan lemah.
Pengamatan terhadap preparat jadi dengan pembesaran kuat (okuler 10x, obyektif
100x) harus disertai dengan penggunaan minyak emersi dan xylol. Penggunaan
minyak emersi dilakukan dengan cara meneteskan di atas kaca benda yang
mengandung "obyek" pengamatan, dan xylol digunakan untuk menghapus minyak
emersi yang melekat pada kaca benda dan pada lensa obyektif. Bila preparat
berupa hapusan/usapan, maka pada saat membersihkan sisa emersi dengan xylol
harus dilakukan dengan kecermatan dan kehati-hatian. Kecerobohan dapat
mengakibatkan terhapusnya "obyek" parasit.

2. Pengamatan
Setelah semua alat dan bahan dipersiapkan, amatilah di bawah mikroskop
dengan langkah-langkah sebagai berikut.

Kelas Rhizopoda
Dalam lingkaran hidupnya anggota-anggota dari kelas ini umumnya memiliki
dua stadium yaitu stadium vegetatif dan kista. Masing-masing stadium tersebut
memiliki Girt morfologi dan anatomi yang berbeda.
Dalam pengamatan. ciri morfologi yang dapat diperhatikan meliputi
bentuk daD ukuran dart setiap stadium, pseudopodia, serta gerakan (bila
spesimennya dalam keadaan segar). Sedang ciri anatomi yang dimaksud

16
dapat menyangkut keadaan dinding sel, dan endoplasma: inti sel (bentuk,
jumlah, macam, warna, endosom. posisi), vakuola, organel-organel
lainnya.
Anggota-anggota yang akan dipelajari dalam kegiatan ini meliputi:
Entamoeba histolytica, Entamoeba coli, Iodamoeba butschIii, Dientamoeba fragilis,
Entamoeba ginggivalis dan Endolimax nana.
Perhatikanlah dengan teliti, kemudian buatlah deskripsi, ciri dari setiap stadium, dan
gambarlah.

Kelas Flagellata
Tidak berbeda dengan kelas sebelumnya, kelas ini dalam lingkaran hidupnya
juga memiliki stadium vegetatif dan kista. Anggota-anggota species yang sering
dipelajari adalah Trichomonas vaginalis, Giardia lamblia, Trypanosoma sp. yang
memparasitir manusia dan beberapa yang memparasitir binatang.
Perhatikanlah dengan teliti, kemudian buatlah ciri dari tiap stadium,
lengkapi dengan gambar, dan temukan perbedaannya dengan anggota
kelas Rhizopoda.
Untuk species-species lain seperti:T. rhodesiense, T. gambiense, T. crusi, T.
brucei, T. vi vax, T. uniforme, T.congolense, T. lewisi, T. equiperdum, T. Sillliae, T.
grayi, T. theileri dan Leishmania donovani dapat saudara perdalam sendiri melalui
buku teks wajib maupun penunjang.

Kelas Sporozoa
Anggota-anggota dari kelas ini dalam lingkaran hidupnya dibedakan atas
stadium vegetatif clan kista. Perubahan stadium vegetatif menjadi stadium kistanya
terjadi melalui perubahan yang cukup kompleks. Pada tiap species, perubahan demi
perubahan itu ditandai oleh ciri yang sangat khusus.
Beberapa anggota Sporozoa yang banyak dipelajari adalah yang termasuk
Coccidia (Eimeria, Isospora, Toxoplasma), dan Haemosporidia (Plasmodium sp.).
Perhatikanlah dengan cermat setiap stadium, deskripsikan ciri-ciri
khususnya, gambarlah, dan temukan perbedaan atau persamaannya
dengan anggota dari kelas yang lain!

17
Toxoplasma gondii dapat saudara perdalam sendiri melalui buku teks wajib
maupun penunjang.

Kelas Ciliata
Diantara anggota Ciliata parasit yang dapat dipelajari antara lain Balantidium
coli, clan Opalina sp. Keduanya merupakan parasit pacta hewan. Dalam lingkaran
hidupnya dibedakan atas stadium vegetatif dan kista.
Perhatikanlah dengan teliti, kemudian buatlah deskripsi, ciri dari tiap
stadium, lengkapi dengan gambar, dan temukan perbedaannya dengan
anggota kelas Rhizopoda!

18
Kegiatan V
Cara pemeriksaan tanah untuk telur cacing (Metoda Suzuki,1977)

(1) Bahan
• Saringan kawat kasa
• Alat pemusing
• Tabung sentrifuse
• larutan hipoklorit 30%
• Larutan sulfas magnesieus (282 gr/liter)
• Kaca tutup (ukuran 24 , 32 mm)

( 2 ) Cara keria
• Saring 100 gram sampel tanah dengan saringan kawat
• 5 gram tanah yang sudah disaring dimasukkan, ke dalam tabung sentrifuse
Tambahkan 20 mllarutan hipoklorit ke dalam tabung yang berisi tanah, aduk clan
diamkm se[ama I jam,
• Pusing pada kecepatan putar 2.000 rpm selama 2 menit dan buang cairan
supematan
• Tambahkan air ke dalam tabung dan pusing kembali 2 kali, untuk tiap kali 2 menit
pada kecepatan putar yang sama
• Buang cairan supematan, dan tambahkan, larutan sulfas magnesicus dengan
berat jenis 1, 260 ( 2 82 gr/1)
• Aduk dengan aplikator
• Pusing pada kecepatan putar 2.500 rpm (x 750 g) selama 5 menit
• Tambahkan, larutan sulfas magnesicus; secara hati-hati sampai mengisi penuh
tabung
• Diamkan beberapa menit
• Secara hati-hati letakkan kaca tutup sampai kontak dengan permukaan larutan
sulfas magnesieus, dan kemudian angkat kaca tutup perlahan-Iahan ke atas dan
letakkan kaca tutup yang mengandung cairan di atas kaca benda
• Periksa dengan mikroskop

19
Cara pemeriksaan telur cacing pada jari-jari tangan

(1) Bahan
• Kaca benda
• Kaca tutup
• Cawan petri
• Pinset
• Kain kasa (5 em x 5 em) Tabung sentrifuse

• Pipet dengan balon karet

• Larutan NaOH 0.25%


(2) Cara Kerja
• Celupkan kain kasa ke dalam larutan NaOH yang terdapat dalam cawan Petri
Bersihkan jari-jari tangan dengan cara menghapuskan kain kasa yang sudah basah.
Celupkan beberapa kali kain kasa yang kotor ke dalam cawan Petri yang
mengandung larutan NaOH dengan memakai pinset
• Masukkan larutan NaOH yang kotor ke dalam tabung sentrifuse
• Pusing tabung tersebut pada kecepatan putar 2.000 rpm. (x 600 g) selama 3 menit.
• Tuang keluar cairan supematan
• Ambil sedimen dengan pipet, letakkan pada kaca benda, kemudian tutup dengan
kaca tutup
• Periksa dengan mikroskop.

Cara pemeriksaan telur cacing di dalam debu

(1) Bahan
• Kaca berada
• Kara tutup
• Kain kasa (5 em x 5 em)
• Gelas beker
• Corong
• Tabung sentrifus
• Kuas kecil

20
• Aplikator
• Pipet
• Larutan sulfas magnesikus (berat jenis: 1,260)

(2) Cara kerja:


• Kumpulkan 1 gram debu dari berbagai tempat di dalam rumah
• Masukkan debu tersebut ke dalam gelas Beker yang mengandung 15 m1 air
• Aduk dengan aplikator
• Saring suspensi debu dengan kain kasa ke dalam tabung sentrifuse
• Pusing selama 3 menit pada kecepatan putar 2.000 rpm (x 600 g)
• Tuang keluar cairan supematan
• Tambahkan 10 ml larutan sulfas magnesikus, aduk
• Pusing kembali selarna 5 menit pada kecepatan 2.500 rpm (x 750 g) Dengan hati-
hati tambahkan larutan sulfas magnesikus perlahan-lahan sampai tabung menjadi
penuh sehingga permukaan cairan menjadi cembung
• Diamkm 30 menit
• Letakkan kaca tutup dengan bati-hati, dan kemudian angkat kaca tersebut dan
letakkan pada kaca benda
• Periksa dengan mikroskop.

21
KEPUSTAKAAN

Cappucino, I.G. and Sherman, N. 1982. Microbiology: A Laboratory Manual. Sydney:


Addison-Wesley Publishing Company.
Jensen M.M, Wright N.D, and Robinson A.R. 1985. Microbiology For The Health
Science. 4th Edition. New Jersey: Prentice Hall.
Junoto (ed). 1980. Pedoman Praktikum Mikrobiologi Umum (Untuk Perguruan Tinggi).
Yogyakarta: Departemen Mikrobiologi Fakultas Pertanian Universitas
Gajah Mada.
Pohan, Arthur. Tanpa tahun. Mikrobiologi Kedokteran. Surabaya: Klinik Waluyo Jati
Ratna Siri Hadioetomo. 1985. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek. Jakarta: PT.
Gramedia.
Srikandi Fardiaz. 1989. Penuntun Praktek Mikrobiologi Pangan. Bogor: Penerbit IPB.

22
Lampiran

ALAT-ALAT YANG DIPERLUKAN DALAM KEGIATAN MIKROBIOLOGI

Autoclave

Alat ini digunakan untuk mensterilkan bahan /alat/media dengan cara pemanasan
basah (moist heat ).

Sterilisasi dengan Autoclave ( Temperatur 121 0 C selama 15 menit )


 Isikan autoclave dengan aquadest jangan terlalu banyak ataupun terlalu sedikit ( +
4 –5 cm tingginya )
 Masukkan sample pada dandang bagian dalam ( dandang harus kering )
 Tutup autoclave diberi vaselin tipis-tipis bagian luar yang akan menempel di badan
autoclave.
 Tutup rapat autoclave, anak panah pada tutup dan badan autocalve harus bertemu
dengan garis di badan autoclave.
 Katup klep terbuka (posisi tegak lurus).
 Nyalakan kompor atau listrik dengan nyala besar, biarkan, tunggu sampai katup
klep mengeluarkan asap dan mulai dihitung 5 menit, kemudian tutup katup
sehingga posisi horizontal.
 Biarkan sampai jarum menunjukkan angka 15 PSI ( 121 0 C ), kecilkan nyala api ,
biarkan selama 15 menit pada posisi tekanan 15 PSI.
 Setelah 15 menit matikan api, buka katup/ klep.
 Tutup autoclave jangan dibuka terlebih dahulu, tunggu sampai tekanan udara dalam
dan luar sama ( sampai semua asap keluar tutup autocalve baru boleh dibuka).

Yang perlu diperhatikan pada waktu sterilasasi dengan autoclave :


1. Bila sterilisasi medium, ada baiknya bila medium yang disterilkan dalam
volume yang kecil. Karena dalam volume kecil, medium tersebut akan lebih
steril, artinya kontaminan yang terdapat dalam medium kecil.
Contoh : Sterilisasi medium 500 ml
bagi medium @ 100 ml masukkan dalam 5 erlemeyer kemudian
disterilisasi.
2. Bila sterilisasi medium dalam tabung bertutup ulir (screw cap), kendorkan
tutup tabung, agar uap panas di dalam autoclave bisa masuk ke dalam
tabung, sehingga medium menjadi steril.

23
Hot Air Sterilizer

Alat ini digunakan untuk mensterilisasikan alat dengan cara pemanasan kering (dry
heat).
• Untuk sterilisasi ( pilih salah satu suhu )
• 160 0 C selama 60 menit
• 170 0 C selama 40 menit
• 180 0 C selama 20 menit
Catatan : untuk sterilisasi plate sebaiknya jangan ditumpuk-tumpuk. Buat agak
renggang
supaya sirkulasi udara panasnya merata.
• Untuk mengeringkan gelas
Keringkan gelas dari air sekering mungkin
Suhu yang digunakan 100 0 C selama 15 – 30 menit.
• Untuk mengeringkan katalis anaerob :
Suhu 160 0 C setidaknya selama 2 jam.

Mikroskop

Mikroskop yang digunakan dalam praktikum mikrobiologi adalah :

1.1.Mikroskop Cahaya
Di bidang Mikrobiologi untuk pemeriksaaan sediaan yang diwarnai pada
umumnya digunakan mikroskop cahaya. Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam pembuatan sediaan adalah:
• sediaan tidak boleh terlalu tebal atau terlalu tipis
• berdasar pada asal biakan kuman yang akan digunakan, pembuatan sediaan
ada dua macam:
a bila biakan berasal dari perbenihan padat, maka perlu dibuat
suspensi dengan air suling (aquadest) steril.
b bila biakan kuman berasal dari perbenihan cair, maka tidak perlu
dipakai air suling steril.

24
Cara memeriksa sediaan yang diwarnai :
• Kondensor mikroskop ditempatkan setinggi mungkin.
• Diafragma mikroskop dibuka selebar mungkin.
• Menggunakan minyak emersi.
• Menggunakan obyektif dengan pembesaran 100x.
Gambaran kuman yang perlu diperhatikan :
• Bentuk sel kuman.
• Susunan sel kuman.
• Sifat pewarnaan kuman terhadap pewarnaan tertentu.
• Struktur tambahan lainnya misalnya : spora, kapsul, granula intraseluler.

1.2.Mikroskop Lapangan gelap


Mikroskop ini digunakan untuk melihat sediaan basah, kuman tampak terang
dengan latar belakang gelap, kuman masih hidup sehingga dapat dilihat
pergerakannya yang khas.
Cara memeriksa sediaan yang perlu diperhatikan adalah :
- Menggunakan kondensor khusus untuk mikroskop lapangan gelap.
- Minyak emersi diletakkan diatas gelas penutup sediaan basah atau di
atas kondensor.

Inkubator (Lemari Pengeram)

Alat ini digunakan untuk mengeramkan media yang telah ditanami dengan jasad renik
(mikroorganisme) dan untuk menyimpan bahan pemeriksaan di mana kuman
terkandung akan mati bila disimpan dalam lemari es misalnya, cairan cerebrospinal,
suhu inkubator dapat diatur sesuai dengan suhu pertumbuhan optimal masing-masing
kuman. Karena kuman-kuman patogen untuk manusia termasuk golongan mesofilik,
maka pengeramannya dilakukan pada suhu 37 derajat Celcius. Alat ini juga digunakan
untuk uji sterilisasi yaitu untuk menguji apakah sterilisasi sudah baik atau tidak.

25
Lemari Pendingin (Refrigerator)

Alat ini digunakan untuk :


- menyimpan media steril yang siap pakai, agar isi dan mutu media tersebut
tidak berubah.
- Menyimpan untuk sementara waktu bahan/spesimen yang belum sempat
diperiksa agar tidak mengalami perubahan.
- Menyimpan cakram antibiotika (antibiotic disk) yang belum dipakai agar
tidak mengalami perubahan.

Centrifuge

Alat ini digunakan untuk memisahkan cairan, dari zat cairnya dan endapannya.
Misalnya : untuk mencentrifuge suspensi dahak penderita TBC dalam metode Petroff
Alkali.

Timbangan digital

Digunakan untuk menimbang bahan pembuat media dengan maximal berat 210 gram .
Timbangan ini menggunakan listrik dengan keakuratan yang lebih tinggi.

26
Timbangan kasar

Digunakan untuk menimbang bahan pembuat media dengan berat maximal 200 gram.
Timbangan ini digunakan secara manual.

Timbangan Halus

Timbangan ini sama dengan timbangan digital sebelumnya hanya timbangan ini
keakuratanya lebih tinggi dan lebih halus.
pH Meter

Alat ini digunakan untuk mengukur kadar keasaman dan basa suatu cairan
Misalnya : H2SO4 bersifat asam pH < 7
NaOH bersifat basa pH > 7
pH normal = 7
batas pH = 14

27
Waterbath

Alat ini digunakan untuk memberikan suasana yang dibutuhkan oleh suatu pemeriksaan
tertentu, misalnya untuk memanasi plasma kelinci dalam uji Koagulase Staphylococcus
aureus.

Cara membuat sediaan kuman yang siap untuk diwarnai dari biakan kuman yang
diambil dari medium padat

- Siapkan gelas obyek yang bersih (bila perlu dibersihkan dengan kapas
alkohol)
- Pijarkan sengkelit dengan posisi tegak dan dinginkan sebentar.
- Ambil air suling steril dengan sengkelit yang telah dipijarkan itu secara
aseptis
- Lewatkan mulut tabung air suling steril itu dekat api lampu spiritus lalu
tutup kembali dengan tutupnya
- Letakkan air suling steril itu pada gelas obyek yang telah bersih
- Pijarkan lagi sengkelit dengan posisi tegak dan dinginkan sebentar
- Ambil sedikit kuman dari biakkan padat yang telah disediakan dengan
menggunakan sengkelit tersebut.
- Lewatkan mulut tabung biakkan kuman itu dekat lampu spiritus lalu tutup
kembali dengan tutupnya.
- Campurkan kuman dengan air suling pada gelas obyek hingga rata dengan
menggunakan sengkelit.
- Lebarkan campuran itu ke tepi dengan sengkelit yang diputar-putar sehingga
didapatkan sediaan yang tidak terlalu tebal ataupun tidak terlalu tipis.
- Keringkan sediaan itu di udara sedangkan sengkelitnya dipijarkan lagi agar
steril.
- Fiksasilah dengan cara melewatkan gelas Obyek itu diatas api lampu spiritus
beberapa kali pada permukaan yang tidak ada sediaannya dengan maksud agar
sediaan itu dapat menempel kuat pada permukaan gelas obyek, dan kuman mati
sehingga menyerap warna lebih baik.
- Sediaan dibiarkan dingin
Sediaan yang diperoleh siap untuk diwarnai.

Cara membuat sediaan kuman yang siap untuk diwarnai dari biakan kuman yang
diambil dari medium Cair

- Siapkan gelas obyek yang bersih (bila perlu dibersihkan dengan kapas
alkohol)

28
- Pijarkan sengkelit dengan posisi tegak dan dinginkan sebentar.
- Ambil biakan kuman yang akan diperiksa dengan sengkelit yang telah
dipijarkan secara aseptis.
- Lewatkan mulut tabung tersebut dekat api lampu spiritus lalu tutup kembali
dengan tutupnya.
- Letakkan biakan cair itu ( yang ada pada ujung sengkelit ) pada gelas obyek
yang telah bersih.
- Lebarkan campuran itu ke tepi dengan sengkelit yang diputar-putar sehingga
didapatkan sediaan yang tidak terlalu tebal ataupun tidak terlalu tipis.
- Keringkan sediaan itu di udara sedangkan sengkelitnya dipijarkan lagi agar
steril.
- Fiksasilah dengan cara melewatkan gelas Obyek itu di atas api lampu
spiritus beberapa kali pada permukaan yang tidak ada sediaannya dengan
maksud agar sediaan itu dapat menempel kuat pada permukaan gelas obyek.
- Sediaan dibiarkan dingin.
Sediaan yang diperoleh siap untuk diwarnai.

Catatan : Cara membuat sediaan untuk semua jenis kuman yang akan diwarnai
adalah sama seperti tersebut di atas.

Pewarnaan Gram

- Buatlah sediaan kuman pada gelas obyek, fiksasilah.


- Tuangkan violet kristal pada sediaan kuman dan biarkan selama 1 menit.
- Buang sisa violet kristal dari gelas obyek.
- Tuangkan larutan lugol pada sediaan dan biarkan selama 1 menit
- Buang sisa lugol dari gelas obyek.
- Bilas dengan air bersih
- Lunturkan dengan alkohol 95 % selama 10-20 detik sampai sisa zat warna
hilang.
- Bilas dengan air bersih
- Tuangkan safranin pada sediaan dan biarkan selama 10-30 detik.
- Buang sisa safranin dari gelas obyek
- Bilas dengan air bersih.
- Keringkan dengan kertas pengering.
- Teteskan satu tetes minyak emersi pada sediaan lalu lihatlah di bawah
mikroskop dengan lensa obyektif pembesaran 100x

Catatan :
Kuman yang berwarna biru-ungu disebut kuman gram positif
Kuman yang berwarna merah disebut kuman gram negatif
Tugas Lugol : sebagai mordant, membuat kompleks Kristal violet – Iodine, sehingga
kristal violet sulit keluar dari dinding sel kuman.

29

You might also like