You are on page 1of 3

Mengajar dengan Sentra dan Lingkaran

Oleh: Dipo Handoko/Pena

BCCT dianggap paling ideal diterapkan di Tanah Air. Mampu merangsang seluruh
aspek kecerdasan anak. Setting pembelajaran mampu merangsang anak aktif,
kreatif, dan terus berpikir menggali pengalaman sendiri.

BELAKANGAN ini obrolan di kalangan pendidik Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) tak
lepas dari pembicaraan mengenai metode pembelajaran BCCT (Beyond Centers and Circle
Time) alias pendekatan sentra dan saat lingkaran. Ada pula yang menyebutnya metode
senling kependekan dari sentra dan lingkaran.

Metode BCCT sendiri lahir dari serangkaian pembahasan di Creative Center for Childhood
Research and Training (CCCRT) di Florida, Amerika Serikat. CCCRT meramu kajian
teoritik dan pengalaman empirik dari berbagai pendekatan. Dari montessopri, highscope,
head start, dan reggio emilia. CCCRT dalam kajiannya telah diterapkan di Creative Pre
School selama lebih dari 33 tahun.

Di Indonesia, BCCT kali pertama diadaptasi oleh lembaga PAUD berlatar belakang Islam.
Adalah Nibras binti OR Salim, pimpinan TK Istiqlal Jakarta, yang pernah terbang langsung
ke CCCRT melakukan riset selama tiga bulan.

BCCT dianggap paling ideal diterapkan di Tanah Air. Selain tidak memerlukan peralatan
yang banyak, tapi kecerdasan anak tetap bisa dioptimalkan. BCCT diyakini mampu
merangsang seluruh aspek kecerdasan anak (multiple inteligent) melalui bermain yang
terarah. Setting pembelajaran mampu merangsang anak saling aktif, kreatif, dan terus berpikir
dengan menggali pengalaman sendiri. Jelas berbeda dengan pembelajarn masa silam yang
menghendaki murid mengikuti perintah, meniru, atau menghapal.

Pendekatan Sentra dan Lingkaran berfokus pada anak. Pembelajarannya berpusat di sentra
main dan saat anak dalam lingkaran. Sentra main adalah zona atau area main anak yang
dilengkapi seperangkat alat main yang berfungsi sebagai pijakan lingkungan yang diperlukan
untuk mendukung perkembangan anak dalam tiga jenis permainan. Yakni main sensorimotor
(fungsional), main peran, dan main pembangunan.

Sedangkan saat lingkaran adalah saat pendidik duduk bersama anak dengan posisi melingkar
untuk memberikan pijakan kepada anak yang dilakukan sebelum dan sesudah main.

KEUNGGULAN BCCT

Kurikulum BCCT diarahkan untuk membangun pengetahuan anak yang digali oleh anak itu
sendiri. Anak didorong untuk bermain di sentra-sentra kegiatan. Sedangkan pendidik
berperan sebagai perancang, pendukung, dan penilai kegiatan anak. Pembelajarannya bersifat
individual, sehingga rancangan, dukungan, dan penilaiannya pun disesuaikan dengan
tingkatan perkembangan dan kebutuhan setiap anak.

Semua tahapan perkembangan anak dirumuskan dengan rinci dan jelas. Sehingga guru punya
panduan dalam penilaian perkembangan anak. Kegiatan pembelajaran tertata dalam urutan
yang jelas. Dari penataan lingkungan main sampai pada pemberian pijakan-pijakan
(scaffolding).

Setiap anak memperoleh dukungan untuk aktif, kreatif, dan berani mengambil keputusan
sendiri, tanpa mesti tahu membuat kesalahan. Setiap tahap perkembangan bermain anak
dirumuskan secara jelas, sehingga dapat menjadi acuan bagi pendidik melakukan penilaian
perkembangan anak.

Penerapan metode BCCT tidak bersifat kaku. Bisa saja dilakukan secara bertahap, sesuai
situasi dan kondisi setempat. Lingkungan bermain yang bermutu untuk anak usia dini
setidaknya mampu mendukung tiga jenis main yang dikenal dalam penelitian anak usia dini.

SENSORIMOTOR HINGGA MAIN PERAN

Sensorimotor bisa dilihat saat anak menangkap rangsangan melalui penginderaan dan
menghasilkan gerakan sebagai reaksinya. Anak bermain dengan benda untuk membangun
persepsi. Anak sangat perlu memiliki pengalaman sensorimotor sebab anak usia dini belajar
melalui panca inderanya dan melalui hubungan fisik dengan lingkungan mereka.

Main sensorimotor merupakan respons paling sederhana. Gerakan lebih diarahkan pada
makna. Misalnya, bayi menggeliat karena terkena dingin, anak memegang, mencium, atau
menendang. Main sensorimotor menjadi penting karena diyakini mempertebal sambungan
antara neuron.Main sensorimotor juga dianggap memenuhi kebutuhan anak untuk selalu aktif
berekplorasi dan bereksperimen.

Main peran atau disebut main simbolik, role play, pura-pura, make believe, fantasi, imajinasi,
fantasi, imajinasi, atau main drama. Anak bermain dengan benda untuk membantu
menghadirkan konsep yang mereka milik. Fungsi main peran menunjukkan kemampuan
berpikir anak yang lebih tinggi. Sebab anak mampu menahan pengalaman yang didapatnya
melalui panca indera dan menampilkannya kembali dalam bentuk perilaku berpura-pura.

Main peran membolehkan anak memproyeksikan diri ke masa depan, menciptakan kembali
masa lalu, dan mengembangkan keterampilan khayalan. Main peran diyakini menjadi terapi
bagi anak yang mengalami traumatik. Pada main peran mikro, anak memainkan peran
melalui tokoh yang diwakili benda-benda berukuran kecil. Contohnya kandang dengan
binatang-binatangan dan orang-orangan kecil.

Sedangkan pada main peran makro anak diajak memainkan tokoh dengan menggunakan alat
berukuran besar (ukuran sesungguhnya). Contohnya, anak memakai baju dan menggunakan
kardus besar yang dianggap sebagai mobil-mobilan atau binatang. Main pembangunan
bertujuan merangsang kemampuan anak mewujudkan pikiran, ide, dan gagasannya, menjadi
karya nyata. ”Saat anak menghadirkan dunia mereka melalui main pembangunan, mereka
berada di posisi tengah antara main dan kecerdasan menampilkan kembali,” kata Jean Piaget
(1962).

Ketika anak bermain pembangunan, anak terbantu mengembangkan keterampilan koordinasi


motorik halus. Juga berkembangnya kognisi ke arah berpikir operasional, dan membangun
keberhasilan sekolah di kemudian hari. Contoh bahan main berupa bahan pembangunan yang
terstruktur, seperti balok unit, balok berongga, balok berwarna, lego, puzzle, cat, pulpen
hingga pensil.
Anak usia dini yang belum punya pengalaman dengan bahan main pembangunan,
memulainya dengan kegiatan sensorimotor. Anak diminta memegang dan membawa bahan
main pembangunan sampai mereka mengerti penggunaannya. Ketika anak menguasai bahan-
bahan dan anak meningkat keterampilan motorik halusnya, hasil karya anak kian nyata.

Pada metode BCCT, anak-anak dibolehkan memilih serangkaian kegiatan main setiap hari
yang menyediakan kesempatan untuk terlibat dalam main peran, main pembangunan, dan
sensorimotor. Umpamanya anak dapat menggunakan cat di papan tulis , cat jari, atau cat
dengan kuas kecil.

PENGENALAN SENTRA

Model pendidikan sentra menitik beratkan pada pandangan ahli pendidikan, Helen Parkhust
yang lahir di Amerika pada 1807. Menurut Helen, kegiatan pengajaran harus disesuaikan
dengan sifat dan keadaan individu yang mempunyai tempat dan irama perkembangan berbeda
satu dengan yang lain.

”Kegiatan pengajaran harus memberikan kemungkinan kepada murid untuk berinteraksi,


bersosialisasi dan bekerja sama dengan murid lain dalam mengerjakan tugas tertentu secara
mandiri,” kata Helen. Pandangan Helen Parkhust ini tidak mementingkan aspek individu, tapi
juga aspek sosial. Bentuk pengajarannya memadukan model klasikal dan individual.

Ruangan kelas dapat dimodifikasi menjadi kelas-kelas kecil, yang disebut ruangan vak atau
sentra-sentra. Setiap sentra terdiri dari satu bidang pengembangan. Ada sentra bahasa, sentra
daya pikir, sentra daya cipta, sentra agama, sentra seni, sentra kemampuan motorik.

Contohnya pada sentra bahasa. Di sana ada bahan, alat-alat, serta sumber belajar seperti tape
recorder, alat pendengar, kaset, alat peraga, dan gambar. Pada sentra daya pikir berisi bahan-
bahan ajar seperti alat mengukur, manik-manik, gambar-gambar, alat-alat geometris, alat-alat
laboratorium atau majalah pengetahuan.

DIPO HANDOKO

You might also like