You are on page 1of 16

"JAKA NGIYUB"

PIMPINAN PRODUKSI
Heru Subrata, Drs., M.Si.
SUTRADARA
Lisa Yulia Rohmah
ASISTEN SUTRADARA
Dewi Mayasari
PENULIS SKENARIO
Nurul Afifah
PENATA MUSIK
Liana Sari
Co. PENATA MUSIK
Suhartatik
Nina Ariani
Dewi Mayasari
Nurul Afifah
Ciptya Hardi M.
PENATA TARI
Fitri Handayani
Dan para pemain
PENATA PANGGUNG
Ferdihans Abda R.
Siswo Setiawan
Nita Nurmaya
Nita Numala
PENATA BUSANA
Indra Saputri
Novi Puspita Sari
MAKE UP
Nazla Nur Dina
Rosita Dwi Sulistyorini
PENATA LAMPU
Miftakhol Arifin
PEMAIN
Ferdihans Abda R. sebagai Jaka Ngiyub
Ribka Kristianti sebagai Nawang Tahun
Yustin Noviawati sebagai Nawang Wulan
Fitri Handayani sebagai Nawang Minggu
Putri Kurniawati U. sebagai Nawang Dina
Erita Indah C. sebagai Nawang Jam
Purwati sebagai Nawang Menit
Siti Jamilatus Z. sebagai Nawang Detik
Ary Ray Sang R. sebagai Genter
Penokohan
a. Tokoh Antagonis
1) Nawang Menit yang diperankan oleh Purwati
Dia adalah salah satu bidadari yang tidak mempedulikan penderitaan saudaranya, karena itu dia dianggap
tokoh yang jahat.
Ø Ciri fisik :
Nawang Menit berumur 20 tahun, kurus dan tingginya kurang lebih 155 cm, berat 42 kg, rambut hitam
lurus, dan cantik.
Ø Karakter :
Nawang Menit bersifat judes, egois, jahat, centil, ddan cerewet. Logat bahasanya Indonesia gaul.
2) Nawang Minggu yang diperankan oleh Fitri Handayani
Dia adalah salah satu bidadari yang cuek dan tidak peduli akan masalah yang dihadapi saudaranya. Karena
itu dia dianggap tokoh yang jahat.
Ø Ciri fisik :
Nawang Minggu berumur 23 tahun, tingginya kurang lebih 155 cm, berat 46 kg, rambut hitam ikal, dan
cantik.
Ø Karakter :
Nawang Minggu bersifat egois, sering berkata ketus, tega. Berlogat Jawa, Surabaya.
b. Tokoh Protagonis
1) Jaka Ngiyub, diperankan oleh Ferdihans Abda R.
Dia adalah tokoh utama yang menyebabkan masalah, yaitu dengan mencuri selendang bidadari.
Ø Ciri fisik :
Jaka Ngiyub berumur 30 tahun, tingginya kurang lebih 168 cm, berat 63 kg, bentuk tubuh ideal, rambut
hitam lurus, dan tampan.
Ø Karakter :
Jaka Ngiyub merupakan bujang lapuk di desanya. Bersifat agresif, pemberani dan nekat, serakah. Gaya
bahasanya logat Jawa.
Ø Sosial :
Jaka Ngiyub memiliki status sosial tingkat menengah ke atas. Merupakan petani yang memiliki banyak
sawah
2) Nawang Tahun, diperankan oleh Ribka Kristianti
Dia adalah tokoh utama yang kehilangan selendang dan akhirnya menderita karena ditinggalkan saudara-
saudaranya kembali ke khayangan.
Ø Ciri fisik :
Nawang Tahun berumur 25 tahun, tinggi kurang lebih 160 cm, berat 48 kg, bentuk tubuh ideal, rambut
hitam lurus, kulit sawo matang, wajah penuh jerawat, bertompel dan jelek.
Ø Karakter :
Nawang Tahun merupakan bidadari yang centil, cerewet, agresif, genit dan gaya bahasanya logat Bahasa
Indonesia gaul.
c. Peran Pembantu
1) Nawang Wulan, diperankan oleh Yustin Noviawati
Dia adalah bidadari yang selendangnya dicuri oleh Jaka Ngiyub, tetapi pada akhirnya selendangnya
ditemukan kembali oleh Nawang Jam.
Ø Ciri fisik :
Nawang Wulan berumur 24 tahun, tingginya kurang lebih 155 cm, berat 46 kg, bentuk tubuh ideal, rambut
hitam ikal, kulit sawo matang dan cantik.
Ø Karakter :
Nawang Wulan bidadari yang lemah lembut, tutur katanya sopan, bijaksana, baik hati, sabar. Gaya
bahasanya logat Bahasa Indonesia.
2) Nawang Jam, diperankan oleh Erita Indah C.
Dia adalah bidadari yang menemukan selendang Nawang Wulan.
Ø Ciri fisik :
Nawang Jam berumur 21 tahun, tingginya kurang lebih 160 cm, berat 48 kg, bentuk tubuh ideal, rambut
hitam, ikal, pendek, kulit sawo matang. Cantik.
Ø Karakter :
Nawang Jam merupakan bidadari yang bersifat lemot dan gagap.
3) Nawang Dina, diperankan oleh Putri Kurniawati U.
Dia adalah bidadari yang bersifat baik hati dan tidak tega.
Ø Ciri fisik :
Nawang Dina berumur 22 tahun, tingginya kurang lebih 155 cm, berat 40 kg, bentuk tubuh kurus, rambut
hitam, lurus, dan panjang. Cantik.
Ø Karakter :
Nawang Dina merupakan bidadari yang bersifat lemah lembut dan pendiam. Bahasanya logat Bahasa
Indonesia.
4) Nawang Detik, diperankan oleh Siti Jamilatus Z.
Dia adalah bidadari yang mencairkan suasana dengan logat Madura.
Ø Ciri fisik :
Nawang Detik berumur 19 tahun, tingginya kurang lebih 155 cm, berat 38 kg, bentuk tubuh kurus, rambut
hitam, lurus, dan pendek. Cantik.
Ø Karakter :
Nawang Detik merupakan bidadari yang centil dan berlogat bahasa Madura.
5) Genter, diperankan oleh Ari Ray Sang Rizaldi
Genter adalah teman Jaka Ngiyub yang membuang selendang jelek yang diberikan oleh Jaka Ngiyub.
Ø Ciri fisik :
Genter berumur 28 tahun, tingginya kurang lebih 180 cm, berat 60 kg, bentuk tubuh kurus, rambut hitam,
ikal dan pendek. Kulit sawo matang. Gagah.
Ø Karakter :
Teman Jaka Ngiyub yang baik hati dan berbahasa gaul.
Ø Sosial :
Genter memiliki status sosial tingkat menengah ke bawah. Dia bekerja sebagai petani yang mengerjakan
sawah orang lain, kedua orang tuanya sudah meninggal.
3. LOGAT BAHASA
Dalam drama “Jaka Ngiyub” logat bahasa yang digunakan adalah logat bahasa sehari-hari. Disini ada
beberapa logat bahasa yang digunakan antara lain:
1. Nawang Tahun : logat yang digunakan dalam dialognya adalah bahasa gaul dan centil.
2. Jaka Ngiyub : logat yang digunakan dalam dialognya adalah bahasa Jawa.
3. Nawang Wulan : logat yang digunakan dalam dialognya adalah bahasa Indonesia, bahasa yang digunakan
lemah lembut dan bijaksana.
4. Nawang Minggu : logat yang digunakan dalam dialognya adalah logaat Surabaya.
5. Nawang Dina : logat yang digunakan dalam dialognya adalah logat bahasa Indonesia.
6. Nawang Jam : logat yang digunakan dalam dialognya adalah logat orang yang gagap dan lemot.
7. Nawang Menit : logat yang yang digunakan dalam dialognya adalah logat Bahasa Indonesia, logat orang
judes.
8. Nawang Detik : logat yang digunakan dalam dialognya adalah logat Madura
9. Genter : logat yang digunakan dalam dialognya adalah logat bahasa Indonesia, bahasa gaul.
4. SUASANA
Dalam drama “Jaka Ngiyub” suasana yang tercipta yaitu:
Adegan 1 : suasana pagi hari yang tenang
Adegan 2 : suasana mengejutkan dan menyenangkan
Adegan 3 : suasana menyenangkan ( Tujuh BIdadari) dan menegangkan (Jaka Ngiyub)
Adegan 4 : suasana menegangkan dan penuh emosi
Adegan 5 : suasana menyenangkan
Adegan 6 : suasana menyenangkan
Adegan 7 : suasana akrab
Adegan 8 : suasana menegangkan
Adegan 9 : suasana gaduh dan penuh emosi
Adegan 10 : suasana menegangkan
Adegan 11 : suasana emosi dan sedih
Adegan 12 : suasana dan terharu
Adegan 13 : suasana yang mengejutkan
5. SETTING
Dalam drama “Jaka Ngiyub” ini setting yang digunakan adalah:
Setting tempat : Di sebuah hutan, ada air terjun, bebatuan, dan pepohonan
Setting waktu : Pagi hari dan sore hari
6. TATA BUSANA
1. Jaka Ngiyub dan Genter
Busana yang digunakan adalah :
Ø Celana panjang memakai jarit diluarnya
Ø Rompi hitam
Ø Memakai ikat kepala
2. Tujuh bidadari
Busana yang digunakan adalah :
Ø Kemben
Ø Dalaman memakai deker warna kulit
Ø Memakai jarit
Ø Memakai selendang
Ø Memakai aksesoris rambut, mahkota dan hiasana bunga
7. TATA RIAS
Tata rias yang digunakan sesuai dengan karakter masing-masing,
Ø Make up : menggunakan make up tebal disesuaikan dengan busana
Ø Tatanan rambut : diikat ke samping diberi hiasan bunga dan mahkota
8. TATA TARI
1. Tari diawal (pada saat bidadari masuk) berisis tentang bidadari turun dari khayangan, menikmati
keindahan bumi.
2. Tari pada saat bidadari mandi, berisi tentang tujuh bidadari yang sedang mandi
3. Tari pada saat Jaka Ngiyub senang, berisi tentang kesenangan Jaka Ngiyub mendapatkan selendang.
9. TATA MUSIK
Musik yang digunakan dalam drama “ Jaka Ngiyub” yaitu musik karawitan (live)
1. Musik Pembuka : musik karawitan
2. Jaka Ngiyub masuk panggung : musik masuk
3. Bidadari turun : musik karawitan
4. Bidadari mandi digambarkan dengan tarian : musik karawitan
5. Bidadari kehilangan selendang : musik karawitan kaget
6. Bidadari keluar panggung : musik keluar
7. Jaka Ngiyub masuk panggung : musik masuk
8. Jaka Ngiyub senang mendapatkan selendang : digambarkan dengan tarian musik karawitan, senang /
gembira
9. Genter datang : musik masuk
10. Genter membuang selendang : musik karawitan kaget
11. Bidadari kembali : musik masuk
12. Bidadari menemukan satu selendang : musik karawitan kaget
13. Bidadari meninggalkan Nawang Tahun sendirian : musik keluar dan suasana sedih
14. Nawang Tahun menangis : musik sedih, menggunakan seruling
15. Jaka Ngiyub pingsan : musik karawitan kaget
16. Musik penutup : musik karawitan
17. Musik pengenalan pemain : lagu Mulan Jameela “Makhluk Tuhan Paling Sexy”
10. PENATA LAMPU / LIGHTING
Dalam drama “Jaka Ngiyub” kami menggunakan tata cahaya (gelap dan terang)
Ø Ketika pemain meninggalkan panggung lampu dimatikan sebentar
Ø Ketika narator berbicara lampu menyala
SKENARIO
JAKA NGIYUB
ADEGAN 1
SFX : Musik masuk panggung (karawitan)
1. Jaka Ngiyub : (Jaka Ngiyub memikul kayu dan meletakkannya. Kemudian membasuh mukanya di bawah
air terjun dan beristirahat sambil duduk-duduk).“Weleh – weleh !! Hidup di jaman sekarang kok susah
banget. Udah semua mahal, BBM naik, malah sekarang disuruh cari kayu bakar. Mana hutannya gundul
lagi. Woalah gusti-gusti.”
ADEGAN 2
(Suara angin bergemuruh seiring turunnya ketujuh bidadari dari khayangan dan digambarkan dengan tarian.
Seketika itu Jaka Ngiyub bersembunyi di balik pohon)
SFX : suara angin (live) dan selanjutnya musik karawitan yang mengiringi tari bidadari yang turun ke bumi
2. Bidadari : (Bidadari kagum akan keindahan dunia dan menikmati pemandangan yang ada di sekitar air
terjun).“Wah……….!!!”
3. Jaka Ngiyub : (Jaka Ngiyub mengintip dibalik pohon dan mengagumi kecantikan ketujuh bidadari
tersebut).“Weleh-weleh…………!!! Cantik-cantik bener gadis itu!”
4. Nawang Dina : (sambil menikmati pemandangan di sekitar air terjun).“Wah…………!!! Ternyata bumi
ini sangat indah ya!”
5. Nawang Menit : (judes dan meremehkan).”Perasaan biasa aja deh.”
6. Nawang Tahun : (tidak nyaman dan risih dengan keadaan sekitar).“Eh…, tapi disini becek banget ! udah
ujan, becek, gak da ojek. Cape deh…!”
7. Nawang Detik : (sambil menunjuk ke air terjun).“Dek remah……, itu bukan hujan tapi air jatuh.”
8. Nawang Minggu : “Piye, piye……, itu namanya air terjun nduk……”
9. Nawang Jam : “a….a…….a. a…air terjun……”
10. Nawang Menit : “Udah, udah rebut aja. Mau air terjun kek, mau air jatuh kek mendingan kita sekarang
mandi aja!”
11. Keenam bidadari : “Iya…ya..Ayuk…..!”
ADEGAN 3
(Ketujuh bidadari itu pun mandi yang diibaratkan dengan gerakan tari, sementara itu Jaka Ngiyub mengintip
dibalik pohon dan mencuri selendang bidadari tersebut.)
SFX : Musik (karawitan) yang mengiringi tarian bidadari yang menggambarkan bidadari sedang mandi.
ADEGAN 4
(Jaka Ngiyub masih berada di balik pohon sambil menyembunyikan selendang bidadari. Setelah selesai
mandi para bidadari mengambil selendangnya masing-masing)
12. Para Bidadari : ( sambil mencari selendangnya masing-masing) “ Wah seger ya….!”
13. Nawang Wulan : (bingung mencari selendangnya)“Mana……….. selendangku………?????”
14. Nawang Tahun : (bingung mencari selendangnya yang juga hilang)“ Hah….. selendangku juga hilang.
Dimana.………. dimana……… dimana……. Dimana…….”
SFX : Musik karawitan kaget
15. Nawang Jam : (sambil mendekati Nawang Tahun dan berbicara dengan logat gagap).”Me… me…me…
memangnya ka…ka…kamu taruh dimana?”
16. Nawang Tahun : “Tadi tak taruh disini, masak tak taruh di rumah”
17. Nawang Dina : “ya sudah, kita cari saja “
(Ketujuh bidadari mencari selendang Nawang Wulan dan Nawang Tahun yang hilang)
18. Nawang Menit : “Ngapin kita ikut nyari, lha wong bukan selendang kita yang hilang .
19. Nawang Minggu : “Disini lho gak ada, barang kali hanyut di sungai. Kita telusuri sungai aja barangkali
ketemu”
20. keenam bidadari : “Iya… ya…ayuk………..!!!”
(tujuh bidadari keluar panggung)
SFX : Musik keluar panggung (karawitan)
ADEGAN 5
KETUJUH BIDADARI ITUPUN TERUS MENCARI SELENDANGNYA YANG HILANG,
SEMENTARA ITU JAKA NGIYUB KELUAR DARI PERSEMBUNYIANNYA.
( Joko Ngiyub menari karena senang mendapatkan selendang bidadari)
SFX : Musik (karawitan) yang mengiringi tarian Jaka Ngiyub karena senang mendaspatkan selendang
bidadari)
20. Joko Ngiyub : (Jaka Ngiyub memegang selendang dan heran ternyata selendang yang dicurinya ada
dua).“Lho kok ada dua?? Perasaan tadi satu.”
ADEGAN 6
SFX : Musik masuk panggung (karawitan)
21. Genter : (Genter bertemu Jaka Ngiyub sambil membawa cangkul dan menjabat tangan Jaka
Ngiyub).“Hallo prend …………!
22. Jaka Ngiyub : (dengan eksprei senyum-senyum)“Hallo ………ter!!
23. Genter : “Ngapain kamu disini??”
24. Jaka Ngiyub : “Aku habis cari kayu bakar ini”
25. Genter : “Hari gini cari kayu bakar?”
26. Jaka Ngiyub : “Habisnya aku nggak dapat pembagian konfersi gas dari pemerintah. Pemerintah itu
nggak adil sama aku. La kamu sendiri dari mana?”
27. Genter : “ Aku habis nyangkul dari sawah.”
28. Jaka Ngiyub : (Jaka Ngiyub senyum-senyum dan memegangi kedua selendang yang
dicurinya) .”O…….. “
ADEGAN 7
29. Genter : “Ngapain kamu pegang-pegang selendang itu?”
30. Jaka Ngiyub : (sambil memegangi kedua selendangnya) “ waktu aku istirahat tadi aku mengintip gadis-
gadis cantik lagi mandi, aku ambil aja selendangnya. Eh.. ternyata ada dua. Ini tak kasih satu, kamu mau
nggak??’
31. Genter : (sambil menunjuk selendang yang bagus) “ Gimana kalau yang itu ? yang itu lebih bagus deh.”
32. Jaka Ngiyub : “ Nggak pokoknya yang ini!! (kemudian berbisik-bisik) Ini milik bidadari lho!”
33. Genter : “Nggak mbujuk ta??”
34. Jaka Ngiyub : “ Ya nggak lah, masak ya nggak dong!”
35. Genter : (sambil berpikir lama). “Gimana ya? ”
36. Jaka Ngiyub : “Sudah lah, nggak usah mikir lama-lama.”
37. Genter : “ Ya dah, aku mau”
38. Jaka Ngiyub : “ Yo wis ter.. rawat baik-baik selendangnya! Aku pulang dulu ya!”
39. Genter : (sambil berjabat tangan)“ Ok friend, ati-ati ya!”
(Jaka Ngiyub keluar panggung)
SFX : Musik keluar panggung (karawitan)
ADEGAN 8
40. Genter : (sambil menimbang-nimbang selendang, mengamati dan mencium baunya. Dan akhirnya dia
membuang selendang tersebut). “Ngapain aku mau dikasih selendang kaya gini? Sudah jelek, bau lagi.
Nggak penting deh.”
SFX : Musik kaget (karawitan)
(Genter meninggalkan panggung, kemudian kembali lagi karena cangkulnya ketinggalan)
41. Genter : (Genter mengambil cangkulnya) “Aku lupa . Cangkulku ketinggalan”
ADEGAN 9
KETUJUH BIDADARI PUN KEMBALI KARENA MEREKA TIDAK MENEMUKAN SELENDANG
NAWANG WULAN DAN NAWANG TAHUN DI TEMPAT LAIN.
SFX : Musik masuk panggung (karawitan)
42. Nawang Menit : “Kalian itu ceroboh banget sih !!”
43. Nawang Minggu : “ Makanya kalau naruh selendang tu yang bener dong!”
44. Nawang Menit : “Kalian tu merugikan kita semua.”
(Bidadari yang lain mencari selendang, Nawang Tahun menangis dan sedih)
ADEGAN 10
45. Nawang Jam : (sambil menunjuk selendang yang ada di balik bebatuan dan menepuk pundak Nawang
Tahun) ” i …… i ……. i ……. i …….tu…….”
46. Nawang Tahun : (mencueki Nawang Jam)“ apa sih …??”
47. Nawang Jam : (tangan menunjuk ke selendang) “i…… i …… i …… tu se….. se….. lendangnya.”
48. Nawang Tahun : (sambil berjalan mengambil selendang yang ditunjukkan oleh Nawang Jam)“ Ha….!!!
Akhirnya ketemu juga, itu selendangku.”
SFX : Musik kaget (karawitan)
49. Nawang Wulan : (Nawang Wulan melihat dan mengamati selendasng yang diambil Nawang Tahun ) “
ini bukan selendangmu, ini selendangku ndek .”
50. Nawang Tahun : (sedih dan kecewa)“Trus mana punyaku……??
51. Nawang Wulan : “Ya dah, kita cari aja dulu”
52. Nawang Menit : (cuek)“ Meneketehek, itu urusanmu.”
53. Nawang Detik : “ Ini kan dah sore, sebentar lagi gelap, kita kan gak bisa terbang kalau malam.”
54. Nawang Dina : “ Iya… ya, ntar nabrak-nabrak lagi.
55. Nawang Tahun : (Nawang Tahun sambil menangis)“Trus aku gimana dong??”
56. enam bidadari : “ Meneketehek.”
57. Nawang Menit : “itu urusanmu .”
58. Nawang Minggu : “ Lagian, salah sendiri naruh selendang sembarangan. Sekarang rasain !!”(Dengan
ekspresi marah, mendengar hal itu Nawang Tahun menangis histeris)
ADEGAN 11
59. Nawang Menit : “ Ya udah sebaiknya kita pulang aja yuk !”
( Enam bidadari terbang meninggalkan Nawang Tahun sendirian)
SFX : Musik keluar panggung (karawitan)
ADEGAN 12
KEESOKAN HARINYA NAWANG TAHUN SAMBIL MENANGIS TERSEDU-SEDU MASIH
MENCARI SELENDANGNYA YANG HILANG.
SFX : Musik sedih (seruling) dan suara kicauan burung (siulan)
60. Nawang Tahun : (sambil menangis dan mencari selendangnya) “ Dimana sich selendangku?”
(Tiba-tiba ada seorang pemuda tampan yang menghampiri Nawang Tahun dari belakang)
61. Jaka Ngiyub : (dengan heran dan penasaran Joko Ngiyub mendekati Nawang Tahun)“ hah ini pasti
wanita cantik. ”
62. Jaka Ngiyub : “ Wahai gadis cantik jelita! Mengapa engkau menangis sendirian di hutan? Ada apa
gerangan? Apakah aku bias membantumu?”
63. Nawang Tahun : (sambil terisak-isak yang masih membelakangi Jaka Ngiyub) “a….. aku tidak bisa
pulang karena selendangku hilang.”
64. Jaka Ngiyub : “Memangnya rumahmu dimana?”
65. Nawang Tahun : “Rumahku jauh”
66. Jaka Ngiyub : “Berarti kamu bukan penduduk sini?”
67. Nawang Tahun : “sambil menangis”
68. Jaka Ngiyub : (sambil menerka-nerka Joko Ngiyub menerka-nerka bahwa gadis yang ditemui merupakan
pemilik selendang yang diambilnya) “Aku tahu siapa kamu…….. , kalau aku dapat menemukan
selendangmu…… ”
69. Nawang Tahun : “Berarti kamu yang mengambil selendangku?”
ADEGAN 13
70. Jaka Ngiyub : “ Bukan… bukan aku yang mengambilnya. Tapi kalau aku dapat menemukan
selendangmu, sudikah kiranya dirimu menjadi istriku?”
71. Nawang Tahun : “ Apa kamu nggak bakalan menyesal?”
72. Jaka Ngiyub : “Tidak…. Aku tidak akan menyesal. Aku akan menerimamu apa adanya. Apakah kamu
bersedia menikah denganku? ”
73. Nawang Tahun : (sambil menoleh kearah Jaka Ngiyub) “ Hah !!! menikah?? Ya iyalah,”
(seketika Jaka Ngiyub pingsan karena melihat wajah Nawang Tahun yang jelek)
SFX : Musik kaget (karawitan)
PERBUATAN YANG TIDAK BAIK PASTI AKAN MENDAPATKAN BALASANNYA. ENTAH
SEKARANG ATAU PUN NANTI. SIAPA YANG MENANAM PASTI AKAN MENUAI.
PARA JAHANAM!
Naskah: Zulfikri Sasma
Adaptasi Cerpen LAMPOR Karya Joni Ariadinata

Para Pelaku:
JOHARI (suami)
TUMIYAH (istri)
ROS (anak perempuan)
UJANG (anak laki-laki)

Bagi masyarakat yang bermukim di tepi kali comberan, yang hanya terdiri dari puluhan gubuk-gubuk reot,
parade hingar bingar adalah hal yang biasa terjadi. Terlebih pada saat matahari mulai menciumi bau busuk
pada tepian kali comber yang dipenuhi bermacam-macam sampah. Sumpah serapah, caci maki, suara
bantingan piring yang sering berakhir dengan saling cakar, ternyata telah menjadi upacara bangun pagi yang
mengasyikkan. Hingga, tak ada satupun yang menarik untuk didengar, apalagi ditonton.

Inilah kisah tentang kaum comberan, kisah tentang orang-orang yang mengatakan bahwa hidup adalah untuk
makan dan senang-senang!

I
Sebuah gubuk reot persis di tepi kali comberan. Dengan artistik ruangan 3x4 meter yang amat sederana,
tampak seorang bapak paroh baya keluar dari kamar yang hanya dibatasi oleh triplek dan kain kumal. Pak
Johari namanya, ia menguap lalu duduk di dipan kayu yang sama reotnya. Terasa sekali bahwa denyut
kehidupan di rumah ini baru dimulai pada pukul 7 pagi.

Pak Johari terlihat sibuk dengan tumpukan-tumpukan kertas di atas mejanya. Ada banyak angka-angka yang
tertulis di kertas itu. Ia terlihat berpikir keras, tak ubahnya seperti seorang professor yang akan
menyelesaikan penelitiannya. Kemudia ia batuk-batuk, lalu meludahkan dahak kental ke lantai dengan
santai.

JOHARI:
Merah delima?
(Johari kembali berpikir keras. Kemudian ia teringat sesuatu, lalu mencarinya diantara tumpukan kertas
tersebut, tapi tidak ketemu)
Tum! Tumiyah! Tumiyah…!
(Tak ada sahutan, Johari lalu mengambil sisa tembakau tadi malam dan melinting, membakar, alu
menghirupnya dalam-dalam)
Tumiyah! Tum! Hei! Apa kau lihat lembaran syair yang tadi malam kutarok di meja?
Tum! Kau dengar aku Tum?
(Tetap tak ada sahutan, Johari kemudian melanjutkan pekerjaannya)

II
Tiba-tiba Tumiyah datang membawa ember plastik sambil membanting daun pintu. Tak ayal lagi, sumpah
serapah keluar dari mulutnya sendiri. Johari tetap konsentrasi dengan pekerjaannya. Sepertinya sikap
Tumiyah yang datang begitu tiba-tiba adalah hal biasa yang dinikmatinya tiap hari.

TUMIYAH:
Betul-betul kurang ajar itu anak! Pagi-pagi sudah mencuri! Dasar anak jadah! Kau tahu Pak Tua? Uangku
3000 perak yang kusimpan di lemari sudah dicuri oleh si Ujang, padahal uang itu akan kupakai untuk
membeli minyak tanah! Dasar anak sinting! Anak setan!

JOHARI:
Heh, apa kau lihat lembaran syairku yang kusimpan disini?
TUMIYAH:
Mana aku tahu syairmu, pagi ini aku sedang kesal. Lagi pula, apa tidak ada pekerjaan lain selain meramal
syair-syair sialanmu itu?

JOHARI:
Dari pada kau mencaci maki terus-terusan, lebih baik kau bikinkan aku segelas kopi, biar otakku sedikit
encer menghitung angka-angka ini

TUMIYAH:
Hari ini tak ada kopi Pak Tua! Sebaiknya kau simpan saja impianmu itu!

JOHARI:
Alah! Kau tahu apa tentang merah delima?
(Johari melanjutkan pekerjaannya dan Tumiyah menghilang menuju dapur)

III
Ketika Johari asyik dengan pekerjaannya, Ujang anaknya—yang masih berusia 10 tahun—datang,
pakaiannya basah kuyup. Dengan melenggang kangkung, ujang mendekati bapaknya dan duduk di dipan.
Matanya sibuk memperhatikan bapaknya yang sibuk menghitung angka-angka.

JOHARI:
He, anak jadah! Kenapa bajumu basah? Heh, aaa, aku tahu, kau pasti ngintip janda kembang itu mandi ya?
Kecil-kecil sudah kurang ajar! Ayo pergi sana! Ganti bajumu! Mengganggu konsentrasiku saja!
(Dengan cuek Ujang beranjak menuju dapur, Johari masih melototkan matanya pada Ujang. Setelah Ujang
menghilang, Johari kembali dengan pekerjaannya. Tapi, itupun hanya sebentar, karena tak lama setelah itu,
Ujang berlari keluar dari dapur diiringi terikan istrinya yang memekakkan telinga.)

TUMIYAH:
Anak sialan! Hei, mau kemana kau? Heh, jangan lari! Kembalikan dulu uangku yang 3000 perak! Pasti kau
yang mencurinya! Hei, jangan lari! Keparat, sampai kapan kau mempermainakan orang tua, heh? Awas kau!
Awas!
(Tumiyah terlambat, lari Ujang begitu cepat, begitu keluar dari dapur, ia hanya mendapati suaminya yang
tengah asyik dengan angka-angkanya, kontan saja, suaminya pun jadi sasaran kemarahannya)

TUMIYAH:
Pak tua, apa kau pikir akan makan dengan berada di rumah terus, heh? Ke pasar kek, kemana saja. Aku
sudah tidak punya minyak tanah pak tua!

JOHARI:
Kau ikhlaskan saja 3000 perak itu, untuk beli minyak tanah ngutang dulu di warung si Leman, aku sedang
nunggu si Kontan untuk urusan penting.

TUMIYAH:
Kontan gundul bonyok! Apa sepenting itu Kontan hingga kau harus menunggu? Dengar pak tua, utang sama
si Leman sudah tiga puluh ribu perak, yang penting sekarang minyak tanah, bukan Kontan

JOHARI:
Perempuan goblok, kau tahu apa tentang merah delima? Heh, kalau jadi…hem. Kita akan lekas kaya! Aku
akan bangun rumah dengan lampu yang lebih besar dari yang ada di Griya Arta sana. Biar mereka nyahok!
Kemudian, aku akan…

TUMIYAH:
Alah sudah! Dasar pembual!

(Tumiyah memotong ucapan suaminya, bertengkar dengan lelaki ini, tak akan menghasilkan apa-apa.
Otaknya sudah budek. Lalu menyapu gubuknya yang seperti kapal pecah. Tengah asyik menyapu, ia teringat
bahwa hari ini adalah hari rabu. Tumiyah tersenyum, emosinya sedikit reda. Ia berhenti menyapu dan
mendekati suaminya yang sedang mabuk membayangkan rumah sehebat Griya Arta)

TUMIYAH:
Apa kau sudah mendapatkan inpo alam pak tua?

JOHARI:
Heeeeh perempuan, kamu bilang enggak punya duit!

TUMIYAH:
Weeaalahh, tololnya, kalau kau menang kan aku juga yang senang, lagian, apa kau punya duit? Beli minyak
tanah saja tidak becus!

JOHARI:
Ya sudah, aku cuman mancing-mancing kalau kamu diam-diam masih menyembunyikan uang. Hem,
kelihatannya wangsit kali ini memang benar. Coba kau bayangkan, dalam mimpi itu aku dikelilingi tiga ekor
kalkun. Kalkun Arab. Setelah dikutak-kutik, ternyata kena pada tujuh delapan dengan ekor dua tujuh.
Pokoknya untuk yang satu ini aku harus bisa. Aku akan mengandalkan si Kontan, setidaknya untuk dua
kupon

TUMIYAH:
Terserah, mau Kontan mau setan, aku sudah tak mau tahu, yang penting sekarang minyak! Aku tak mau
kelaparan karena Kontan.
(Tumiyah buru-buru bangkit, menyelesaikan pekerjaanya menyapu rumah, agak lama. Ia menoleh ke
belakang, ke arah suaminya yang masih bermimpi dengan rumah seindah Griya Arta, hati-hati, ia kemudian
menyelinap keluar, bukan ke warung Leman, tetapi ke Pasar untuk membeli dua lembar kupon)

IV
Hingga pukul 12.00 siang, Kontan belum jua muncul. Tiba-tiba Ros—anak gadisnya—muncul, Ros datang
dengan membawa nasi bungkus dan memakannya sendiri dengan enak. Pak Johari jadi iri dan lapar. Pak
Johari jadi ingat bahwa perutnya belum di isi sejak pagi tadi, sedang Tumiyah istrinya ngelayap entah
kemana.

JOHARI:
Tentu kau masih menyimpan uang, belikan ayah sebungkus lagi, pake tahu

ROS:
Nggak! Nggak mau. Uangku hanya tingga 2000 perak buat beli viva, bedakku habis
(Ros tiba-tiba menjauh, menjaga nasinya agar tidak terjangkau oleh ayahnya)

JOHARI:
Heh, bukankah itu uangku? Uang dari si Ujang kan?

ROS:
Enak saja, bang Nasrul yang kasih aku lima ribu

JOHARI:
Nasrul? Laki-laki brengsek itu? O ya, kalau begitu tolong kamu pinjamkan sama Nasrul. Nasrul senang
kamu? Bagus. Tidak apa-apa

ROS:
Nggak! Pergi saja sendiri
(Ros kemudian lari ke belakang, tentu saja Johari marah sambil berteriak)

JOHARI:
Keparat! Awas kamu Ros, aku doakan kau nyahok dengan Nasrul!
(Pak Johari pun pergi keluar rumah)

V
Malam telah larut, lampu minyak telah lama dinyalakan. Kecuali Pak Johari yang memang belum pulang,
semua penghuni di rumah itu telah lama lelap bersama mimpi-mimpi indahnya. Ya, tak ada yang perlu
dikerjakan selain tidur. Hanya dengan tidurlah keluarga semacam itu bisa tentram dan sunyi.

Pukul sebelas malam, pak Johari baru pulang. Tubuhnya sedikit oleng pertanda sedang mabuk berat.
Mulutnya menceracau-ceracau tak karuan. Memanggil-manggil Tumiyah Istrinya.

JOHARI:
Tum, Tumiyah, aku gagal Tum, hik, aku gagal mendapatkan kupon itu, padahal nomornya jitu, hik. Jika saja
tidak, mungkin malam ini kita sudah bercinta di Griya Arta, eh, hik, bercinta? O ya, malam ini kita bercinta
lagi ya Tum, hik, itulah obat bagi segalanya, hik. Tenanglah Tum, besok akan kupikirkan lagi kabar tentang
merah delima, hik. Tum, hik, Tum..

(Mulut Johari terus menceracau, dalam benaknya sudah terbayang nikmatnya bercinta dengan Istrinya.
Johari kemudian bergerak menuju salah satu kamar dalam gubuknya, tapi bukan ke kamar dimana Tumiyah
Istrinya telah lama terlelap. Barangkali gara-gara terlalu mabuk sehingga Johari lupa bahwa ia telah masuk
ke kamar Ros anak gadisnya. Dan…)

SELESAI
Naskah Drama: “Hikayat Raja Lapuk”
3. PELAKU / PEMAIN

1). Raja Bawela : Nanang Hermawanto

2). Maharaja : Sri Setyo Utami

3). Ibu Suri : Hurriyatur Rosyidah

4). Patih : Hendrik Iswahyudin

5). Caroline Springbed : Ayu Sholihah

6). Sophia Lu Jubek : Lina Agustin H

7). Doroti Hula-Hula : Yenny Nur Aini

8). Saudagar Kaya : Jum’ati Ningsih

9). Teman Caroline Springbed

Mila : Tiyas Puji Rahayu

Della : Yuita Tri Noviana

Resa : Nur Qomariyati

10). Teman Sophia Lu Jubek

Sarina : Cicik Fitriyaningsih

Tigem : Nurul Afifa

Cornel : Koidah Fitriyah

11). Panitia Pendaftaran

Maria Mbelgedes : Dewi Kartika Sari

Prajurit Jono : Safiatul Firda

B. SINOPSIS

Disebuah kerajaan yang bernama “Gemah Ripah Loh Jinawi Toto Tentrem Kerto Raharjo Tut Wuri
Handayani Jer Basuki Mawa Bea”, hiduplah seorang raja yang arif dan bijaksana bernama “Raja Bawela”.
Namun sayang seribu sayang sang raja yang sudah berumur ini, belum memiliki seorang permaisuri.
Sehingga membuat maharaja dan ibu suri cemas yang akhirnya berinisiatif untuk mencarikan permaisuri
untuk Bawela melalui sayembara yang disebarkan oleh sang patih.

Setelah patih menyebarkan berita sayembara kepada para penduduk, akhirnya terdapat tiga orang calon
pendaftar. Calon yang pertama bernama Carollin Springbed yang memiliki ambisi yang besar untuk menjadi
permaisuri. Dengan dukungan ke 3 temannya ia semakin optimis. Apalagi dia memiliki ibu seorang
saudagar kaya. Namun Carollin kurang yakin bahwa ia dapat memenangkan sayembara. Akhirnya sang
saudagar mendapatkan solusi yaitu melalui calo kerajaan yang sudah lama dikenalnya.

Pendaftar ke 2 dan ke 3 adalah Sophia Lu Jubek dan Godoh Roti Hula-Hula yang saling bersahabat. Si
Godoh Roti Hula-Hula, sebenarnya kurang berminat namun dengan dukungan Sophia Lu Jubek dan ke 3
temannya akhirnya ia pun ikut dalam sayembara. Setelah si Caroline mendaftar, melalui calo akhirnya si
Caroline bertemu dengan Sophia Lu Jubek, Godoh Roti dan ketiga temannya. Akhirnya terjadi perseteruan
dan pertengkaran karena si Caroline tidak ingin Sophia dan Godoh Roti mengikuti Sayembara karena
mereka anak orang-orang miskin.

Kemudia si patih datang dan melerai pertengkaran dan mempersiapkan penyelenggaraan sayembar.
Akhirnya Raja, Maha Raja, dan Ibu Suri tiba dan meminta sayembara segera dimulai. Akhirnya ketiga
pendaftar menunjukkan semua kelebihannya dalam hal menari. Setelah semua peserta selesai menunjukkan
semua kebolehannya akhirnya Raja Bawela menentukan keputusan meskipun pada awalnya merasa bingung.
Sang raja memilih untuk berkelana mencari calon permaisuri yang bisa memikat hatinya.

C. KONSEP PENYUTRADARAAN

1). KONSEP CERITA

Cerita “Hikayat Raja Lapuk” merupakan suatu cerita yang menggunakan konsep drama komedi dengan
lebih menonjolkan sisi komoditinya. Cerita ini mengisahkan mengenai Raja Bawela dari kerajaan Gemah
Ripah Loh Jinawi Tata Tentrem Kertaraharja Tut Wuri Handayani yang mencari seorang permaisuri dengan
jalan mengadakan sayembara. Dari sayembara yang diadakan raja tersebut diikuti oleh 3 pendaftar. Akan
tetapi, dari ketiganya tidak ada yang dipilih Raja Bawela karena tidak ada yang cocok dan beliau memilih
untuk berkelana. Kami mengambil konsep drama komedi dengan lebih menonjolkan sisi komedinya dengan
tujuan untuk menyuguhkan tontonan yang menyegarkan agar dapat menghibur para pemirsa. Adapun pesan
yang ingin kami sampaikan lewat cerita “Hikayat Raja Lapuk” ini adalah kita hendaknya selalu berhati-hati
dalam memilih pasangan hidup serta jangan mengambil jalan pintas dalam menyelesaikan suatu masalah.

2). KONSEP PANGGUNG ATAU LATAR

Dalam konsep panggung kita menggunakan latar di lingkungan kerajaan karena cerita ini berkisar tentang
kehidupan raja dan permasalahan yang sedang dihadapinya.

Properti yang digunakan ialah:

Gapura Kerajaan

Kursi Raja

3). KONSEP MUSIK

Dalam konsep musik kita menggunakan berbagai musik yang disesuaikan dengan keadaan dan situasi.

Konsep musik yang digunakan ialah:

Kebo gero : Sebagai musik pengiring raja

Putri panggung : Sebagai musik pengiring tarian Carolin

Musik Instrumen : Sebagai musik tarian Sophia dan Godoh Roti

4). KONSEP BUSANA DAN TATA RIAS


Dalam konsep busana dan tata rias drama ini menggunakan berbagai busana dan tata riasa diantaranya:

Pakaian Kerajaan

Digunakan oleh: Maha Raja, Ibu Suri, Raja dan Patih

Hal ini menunjukkan bahwa adat dan kebiasaan patut dilestarikan selain itu hal ini menunjukkan wibawa
dan kebijaksanaan.

Pakaian Eropa

Digunakan oleh para rakyat kerajaan yang menunjukkan adanya pengaruh budaya asing yang sudah masuk.

Pakaian China

Digunakan oleh Maria Mblegedes yang menunjukkan adanya pengaruh budaya asing yang sudah masuk.

D. NASKAH DRAMA

HIKAYAT RAJA LAPUK


Permaisuri : Suamiku, anak kita si Bawela kan sudah lama menjadi raja. Rasanya kok ada sesuatu yang
kurang ya !!!
Maha Raja : Apa yang kurang istriku ?
Permaisuri : Apa kanda tidak merasa, kalo Bawela itu sudah 40 tahun naik tahta tapi kok belum ada
pendampingnya”.
Maha Raja : “Betul juga istriku, sebagai orang tua kita harus segera mencarikan seorang permaisuri
untuknya. Coba ku panggil si Bawela ke sini !
Permaisuri : “Patih, panggilkan Bawela kesini !
Patih : “Daulat Ibu Suri”.
(Kemudian ke dalam memanggil Bawela, Bawela dan patih keluar).
Bawela : “Ada apa Bunda ?”.
Permaisuri : Begini anakku………mengingat usia Ibu sudah satu abad kurang 10 tahun Ibu ingin menimang
cucu, tidakkah engakau ingin memiliki seorang istri dan apa kamu tidak takut kerismu tumpul
? Betulkan Patih ?
Patih : Betul !
Bawela : Tumpul ? Gak mungkin bunda kan tiap hari diasah kalo ini memang keinginan bunda dan yanda,
aku menurut saja. Tapi harus sesuai dengan syarat-syarat yang sudah saya program 5 tahun
yang lalu. Patih cari arsipnya!
Patih : Siap !
Maha Raja : Bagaimana solusinya untuk mencari istri untuk Bawela ?
Patih : Aha………kita adakan saja sayembara ! Betul ?!!

Pemaisuri +

Bawela : Yuuuk………….!

Maha Raja : Patih atur semuanya…………..

Patih : Siap.

II.
Patih : Sambil berjalan membawa surat pengumuman, Woro-woro……..
Bagi paklek-paklek, pkne, bune, dan seluruh perawan tir-tir di wilayah kerajaan Gemah Ripah Loh Jinawi
Tentrem Kertoraharjo Tut Wuri Handayani. Jer Basuki mawa Bea. Ada pengumuman
puenting………banget !
Warga : Ada apa, ada apa
Patih : Raja Bawela mengadakan sayembara untuk menjaring perawan-perawan thir-thir untuk dijadikan
permaisuri. Adapun syarat-syaratnya sebagai berikut:
Lulusan D2 PGSD, diutamakan perguruan tinggi Negeri
IPK minimal 2,75
Melampirkan surat pencari kerja dari depnaker terdekat yang sudah dilegalisir
Melampirkan surat catatan kepolisian dari polres terdekat
Melampirkan surat lamaran ditulis tangan dengan materai Rp 6000,-
Pas photo 4 x 6 hitam putih dua lembar
Lamaran dialamatkan kepada Bupati setempat sampai 2 hari kedepan.
Ini merupakan syarat-syarat pendaftaran CPNS tahun 2006.
Warga : Lho kok pendaftaran CPNS, gimana toh patih ?
Semua Warga : Iya gimana yang bener
Patih : Oh iya….ya ?? yaa maap !!! Nah ini baru betul ! kalian semua dengarkan lagi ! Persyaratannya
“Harus perawan thir-thir dan bersedia menunjukkan keahliannya. Informasi lebih lanjut
hubungi no. telp ganol ganol gampat atau akses internet media website www dot gemah
repah loh jinawi tata tentrem kertoraharjo tut wuri handayani jerbasuki mawa bea.
Waspada……terhadap calo-calo yang berkeliaran. Tertanda Lidah Wetan 17 Agustus 2006.
Saudagar Kaya : Ya, ini kesempatan yang baik buat kita untuk lebih menjunjung harkat dan martabat kita
sebagai keturunan darah biru.
Teman A1 : Ya, nona-nona kan cantik
A2 : Pinter
A3 : Seksi
A1 : Pokoknya nona pasti akan terpilih Caroline
Springbed : “Tapi mami, saingannya kan banyak.”
Saudagar Kaya : Tenang, mamikan punya relasi dikerajaan pasti dia bantu kamu untuk jadi permaisuri.
Caroline
Springbed : Ya udah terserah mami, yang penting aku harus jadi permaisuri.
Saudagar Kaya : Tenang, mamikan punya relasi dikerajaan pasti dia bisa bantu kamu untuk jadi permaisuri.
Teman Pelamar – B dan C (2) : Kamu juga harus ikut, eh godoh roti hula-hula, kayaknya kamu harus ikut
dech.
Godoh Roti Hula-Hula : Enggak ah. Pasti saingannya berat, lagian aku juga cuma anak seorang pembantu.
Teman pelamar B dan C (2): Meskipun kita miskin
Teman pelamar B dan C (1, 2, 3) : “Nyanyi Roker juga manusia”
Teman pelamar B dan C (3) : Kamu juga ikutan dong, kamukan masih perawan thir
Sophia La Jubek : “Tapi……..Aku gak yakin kalo aku bisa berhasil”.
Teman pelamar B dan C (3) : Pokoknya kita harus semangat.
Semua : Yuuuk.
III.
Panitia I : Iya, yang daftar nomer Satu
Saudagar Kaya : Saya saudagar kaya dari negeri seberang datang mau daftar !
Panitia II : Anda yang kemarin telp minta lewat jalan pintas itu kan ?
Saudagar Kaya : Iya betul
Panitia I : Kalau begitu langsung menemui Maria Mblegedes.
Saudagar Kaya : Selamat siang
Panitia II : Siang, untuk jalan pintas harganya 3 milyard
Saudagar Kaya : Ko’ mahal sekali.
Panitia II : Sebentar saya bacakan rinciannya:
1. Pendaftaran : 500 juta
2. Biaya Konsumsi : 300 juta
3. Biaya riwa-riwi : 500 juta
4. Sisanya buat sogok sana sogok sini buat uang pelicin.
Saudagar Kaya : Baiklah untuk pembayaran anda ikut saya ke Bank.
Caroline
Springbed : E ……..ternyata kalian-kalian juga mau ikut sayembara ini.
Godoh Roti Hula-Hula : Kalo iya kenapa ?
Caroline
Springbed : Ternyata kalian belum sadar juga, kalian itu kan hanya anak seorang pembantu, miskin dan
tidak berpendidikan, najis tau dan sudah pasti saja aku yang akan terpilih.
Teman B + C (1) : Hei congkak, apa hakmu menghina kami seperti itu meskipun kami miskin, bukan berarti
kamu lebih baik dari kami.
Teman B + C (2) : Betul apa yang kamu katakan, dasar orang sombong tidak tau malu, lidah buaya, bungan
bangkai, kumis kucing.
Teman B + C (3) : Hei……….he………he itu kan nama-nama bunga.
Teman B + C (2) : Oh ya, kamu itu …………kucing, buaya.
Teman A (1) : E……..kamu nglawan ya. Dasar orang miskin.
A (2) : Udah tidak usah bacol, hajar aja (bertengkar)
Patih : Apa-apa ini kalian tidak tau ya kalo ini Istana.
Sophia La Jubek : Enggak kok, katakan cuma acting iya kan.
Semua : Iya (bernyanyi)
Patih : Kalau begitu sekarang semua duduk yang manis, tangan ke atas, tangan kesamping, tangan dilipat
duduk yang manis.
Patih : (raja, Maha Raja dan Ibu Suri memasuki arena sayembara (musik)). beri hormat.
Raja : Patih sayembara bisa dimulai sekarang.
Patih : Siap raja, betul.
Inilah dia peserta pertama: Caroline Springbed
Prestasi 1. Pernah mengikuti lomba ngedanca tingkat RT
2. Lomba tari tradisonal tingkat kelurahan sebagai juara berharap, untuk sayembara ini peserta 1 akan
menampilkan tari patah-patah terima kasih.
Raja : Lo, kok begitu
Peserta 1 (Caroline) : Iya raja, sekarang kan ada RUU APP, mau diresmikan. Jadi saya kan enggak mau
ditangkap sebelum jadi permaisuri lagian tetangga saya kan Roma Irama jadi saya takut
dituntut.
Patih : Betul.
Raja : Oh begitu, bisa-bisa.
Patih : Sekarang peserta selanjutnya Godoh Roti Hula-Hula. Pernah mengikuti 20 kali lomba tari hula-hula
tapi tidak pernah menang.
Godoh Roti
Hula-Hula : Maaf (nari).
Raja : Wah bikin dadaq rotok, ini yang bikin kerisku naik turun. Sekarang panggilkan peserta berikutnya.
Patih : Inilah dia peserta kita yang ke III
Juara masak kikil kuda nil semadunten, mari kita sambut Sophia La Jubek.
Sophia La Jubek : (Tari)
Maha Raja : Peserta sudah habis anakanda, sekarang dari semua peserta ini siapa yang kamu pilih sebagai
calon istrimu ?
Permaisuri : Iya anakanda kamu harus menentukan pilihan yang sesuai dengan hatimu.
Raja : Semuanya bagus, dan hampir membuat jantungku copot, betul patih
Patih : Betul
Raja : Yang mana ya……….
Caroline
Springbed : Piihlah aku (nyanyi)
Raja : Tenang-tenang. Dari hasil pengamatan saya, semua hebat dan saya putuskan untuk memilih berkelana
saja, karena ……dari semua pelamar membuat jantung saya bertambah pecah.
Sophia : Terus, nasib kita ?
Raja : Patih, kamu urus semuanya.

You might also like