Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
Diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata I
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Disusun Oleh :
Nama : Sudarso
NIM : 6101401010
Jurusan : Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
Fakultas : Ilmu Keolahragaan
Skripsi ini telah dinyatakan siap untuk mengikuti ujian skripsi didepan
pada :
Hari : ……………………………
Tanggal : ……………………………
Yang mengajukan,
Sudarso
NIM. 6101401010
Mengetahui
Pembimbing I Pembimbing II
Mengesahkan
Sudarso, 2005, “Pengaruh Latihan Shuttle Run dan Three Corner Drill terhadap
Kelincahan Bagi Atlet Hockey Putra Klub PUTRA MANDIRI Mijen Kota
Semarang Tahun 2005 “. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah
pengaruh yang signifikan antara shutte run dan three corner drill terhadap
kelincahan dan mana yang lebih baik antara kedua latihan tersebut terhadap
kelincahan.
Metode yang digunakan adalah metode eksperimen dengan rancangan
Matched Subjectc by Designs yaitu melakukan matching karena hakekat subjects
matching adalah sedemikian rupa sehigga pemisahan pasangan-pasangan subjek
( pair of subjects ) masing-masing grup eksperimen secara otomatis akan
menyeimbangkan kedua grup ini. Sampel yang digunakan adalah atlet hockey
putra klub PUTRA MANDIRI Mijen Kota Semarang, usia 16 – 20 tahun
sebanyak 18 atlet. Dari 18 atlet dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok
Eksperimen 1( E1 ) dengan perlakuan latihan shuttle run dan kelompok
Eksperimen 2 ( E2 ) dengan perlakuan latihan three corner drill, sehingga masing-
masing terdiri dari 9 atlet. Untuk menentukan kelompok eksperimen dengan cara
diundi. Selanjutnya pelaksanaan perlakuan diberikan kepad atlet selama 4 minggu.
Akhir dari perlakuan tersebut kemudian diadakan post test atau tes akhir. Analisis
data dilaksanakan dengan rumus t-tes pendek.
Hasil penelitian menunjukan bahwa dari selisih perhitungan antara mean
pretes mean postes didapat nilai sebesar 7,49 detik dikurangi 6,55 detik sehingga
pada latihan shuttle run mengalami peningkatan sebesar 0,94 detik. Demikian
halnya dengan perhitungan selisih mean pretes dan mean postes untuk latihan
three corner drill diperoleh nilai sebesar 8,07 detik dikurangi 7,01 detik,sehingga
pada latihan three crner drill mengalami peningkatan sebesar 1,06 detik. Setelah
dihitung perbandingan antara latihan shuttle run dan three corner drill
mempunyai pengaruh sebesar 0,94 detik dan 1,06 detik terhadap kelincahan.
Sehingga latihan shuttle run maupun three corner drill sama-sama meningkatkan
kelincahan. Dari perhitugan selisih pretes dan postes pada latihan shuttle run
maupun three corner drill didapat t-hitung lebih besar dari pada t-tabel. Nilai t-
hitung shuttle run sebesar 4,843 dan nilai t-hitung three corner drill sebesar
5,196. Setelah t-hitung diketahui,selanjutnya mencari t-tabel dengan taraf
signifikan5 % derajat kebebasan (db) 8 pada nilai t. Dari tabel didapat nilai t-tabel
sebesar 2,306. Dengan membandingkan t-tabel dengan t-hitung diperoleh t-hitung
lebih besar dari t-tabel yaitu 4,843 > 2,306 pada latihan shuttle run dan 5,196 >
2,306 pada latihan three corner drill. Karena yang dihitung kecepatan, maka
latihan three corner drill lebih baik dari pada latihan shuttle run dalam
meningkatkan kelincahan. Dan berdasarkan perhitungan perbedaan hasil
kelompok latihan shuttle run dan three corner drill didapat nilai sebesar 0,807
detik dari perhitungan nilai t-test.
Simpulan penelitian ini adalah baik latihan shuttle run maupun three
corner drill mempunyai pengaruh yaitu sama-sama dapat meningkatkan
kelincahan.Dan latihan three corner drill lebih baik daripada latihan shuttle run
dalam meningkatkan kelincahan pada atlet hockey putra klub PUTRA MANDIRI
Mijen Kota Semarang.
Sehubungan dengan kesimpulan yang diamati, maka kepada para pembina
pelatih olahraga khususnya cabang olahraga hockey di klub hockey PUTRA
MANDIRI Mijen Kota Semarang, disarankan hal-hal sebagai berikut : 1)
Mempertahankan dan meningkatkan pola pembinaan prestasi yang telah berjalan
dengan baik, 2) kepada para pelatih disarankan menggunakan metode latihan
three corner drill untuk meningkatkan kelincahan pada atlet hockey yang dibina.
KATA PENGANTAR
yang berjudul “Pengaruh Latihan Shuttle Run dan Three Corner Drill Terhadap
Kelincahan Bagi Atlet Hockey Putra Klub PUTRA MANDIRI Mijen Kota
hambatan, akan tetapi berkat dukungan, saran, bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak, maka semua ini dapat dilampaui dengan baik. Untuk itu penulis
menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada yang terhormat :
penyusunan skripsi.
petunjuknya.
sampel penelitian.
8. Pihak-pihak lain yang belum disebutkan satu persatu, namun turut serta
Penulis
Sudarso
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto :
1. Orang yang paling gagah parkasa diantara kalian semua ialah orang yang
dapat mengalahkan nafsunya diwaktu marah.( Nabi Muhammad SAW. ).
2. Sebab kemarin hanyalah mimpi, dan esok hanyalah bayangan, tapi hari ini
sungguh ada, dan membuat kemarin jadi bahagia, dan esok bayangan yang
berpengharapan, oleh karena itu pandanglah pada hari ini. ( Kalidasa )
3. Kedewasaan mulai tumbuh saat anda mulai memiliki rasa perhatian kepada
orang lain. ( John MacNaught )
Persembahan
mendukung cita-citaku.
4. Cinta Almamater.
Halaman
JUDUL ..................................................................................................... i
INTISARI ................................................................................................ ii
Halaman
Lampiran
7. Tabel hasil pretes dan postes kelompok latihan shuttle run ........... 57
8. Rumus hasil t-test dan postes kelompok latihan shuttle run ………. 58
9. Tabel hasil pretes dan postes kelompok latihan three corner drill ... 59
10. Rumus hasil t-test dan postes kelompok latihan three corner drill .. 60
18. Keterangan ijin dari klub Hockey PUTRA MANDIRI Mijen …….
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
9. Tabel hasil pretes dan postes kelompok latihan three corner drill ... 59
Gambar Halaman
PENDAHULUAN
prestise bangsa. Hal ini seperti termuat dalam GBHN 1999 (38) yaitu
bagi pemain yang berpostur tubuh rata-rata orang Indonesia. Data Asian
Games tahun 1962 menunjukkan bahwa tinggi rata -rata pemain hockey
dibawah 170 cm. Dalam permainan beregu bila diurut dari tinggi rendah
permainan yaitu : basket, volley, sepakbola, hockey, polo air. Jepang dan
Korea dikenal dengan atletnya yang pendek, ternyata untuk tim basket,
Sebaliknya dengan pemain hockey rata-rata hanya 165 cm. Dalam sepakbola
memang terkadang terdapat satu - dua pemain yang pendek, tapi kalau
semuanya pendek tentunya merepotkan untuk tim tersebut. Lagi pula atlet
yang pendek harus memiliki keistimewaan untuk dapat terpilih dalam suatu
tim sepakbola.Tak terlalu heran bila olahraga hockey modern yang lahir dan
kemudian dikuasai oleh India dan Pakistan sampai sekarang. Hockey dapat
dimainkan oleh anak ataupun orang tua. Seperti halnya pada Hockey klub
anak bandung ( usia 7- 16 tahun ) dan tim veteran Jakarta dan Bandung,
serta kompetisi veteran di Eropa membuktikan hal ini. Dalam Asian Games
1962 hal ini tercermin dari adanya pemain termuda ( 17 tahun dan tertua 34
Pemain hockey berasal dari golongan miskin, sedang, dan kaya. Ada anak
belum mengenal permainan ini. Memang penonton atau orang tua yang
kalau pemainnya sedang marah atau main curang, bisa celaka disabet stick “
begitulah umumnya mereka menduga. Namun disinilah letak salah satu daya
tarik yang khas dari hockey. Setelah kelebihan fisik yang dimiliki pemain
basket, volley, dan sepakbola ditiadakan, maka dalam hockey, stick hanya
secara lain merupakan pelanggaran berat dan dalam hockey dihukum berat
pula. Stick dan fisik dalam permainan hockey tidak boleh disalah gunakan,
dan harus benar-benar digunakan secara sportif dalam setiap permainan.
lain, hal ini didasarkan pada faktor keselamatan bagi pemain yang sedang
bertanding.
dan kreatifitas. Dari kemampuan fisik, rasio dan mempunyai kreatifitas yang
tersedia dan medan, cuaca iklim sekitar, orang tua keluarga dan
masyarakat.
pencapaian prestasi maksimal ada 2 yaitu faktor endogen (atlet) dan faktor
exogen. Salah satu faktor indogen yang sangat penting adalah kondisi fisik
dalam cabang olahraga lain tidak diperlukan (akrobat, loncat indah, bermain
bola voli dan lain-lain). Baik kelincahan umum maupun khusus dapat
Atlet lari bolak-balik secepatnya dari titik yang satu ketitik yang lain
2) Lari Zig-Zag
Lari ini hampir sama dengan lari bolak-balik kecuali atlet harus lari
Bob Ford seperti yang dikutip Harsono (1993 : 15) selain bentuk
diatas dia memberikan bentuk-bentuk latihan yang disebut dod drill, three
Three Corner Drill Terhadap Kelincahan Bagi Atlet Hockey Putra Klub
lebih baik .
meneliti pengaruh latihan Shuttle Run dan Three Corner Drill terhadap
kelincahan bagi atlet hockey putra Klub PUTRA MANDIRI Mijen Kota
1.2 Permasalahan
Apakah ada pengaruh yang berbeda antara latihan Shuttle Run dan Three
Corner Drill terhadap kelincahan bagi atlet hockey putra Klub PUTRA
1) Pengaruh
diartikan sebagai berikut : daya yang ada atau timbul dari sesuatu
( orang, benda ) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau
daya yang timbul dari latihan kelincahan Shuttle Run dan Three Corner
jadwal.
2) Latihan
proses yang sistematis dari pada berlatih atau bekerja secara berulang–
ulang dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan atau
pekerjaannya.
terdiri dari dua titik yang masing – masing titik berjarak 4 – 5 meter.
( Harsono, 1993 : 14 )
umum. Three Corner Drill terdiri dari tiga titik yang ketiga titik tersebut
huruf L.Titik satu dengan titik lain berjarak 4 meter, dengan sudut450
6) Hockey
1.4.1 Untuk mengetahui perbedaan pengaruh antara latihan shuttle run dan
latihan three corner drill terhadap kelincahan bagi atlet hockey putra
1.4.2 Bila ditemukan ada pengaruh yang berbeda, dikaji lebih lanjut untuk
mengetahui latihan yang mana yang lebih baik antara l shuttle run dan
three corner drill terhadap kelincahan bagi atlet hockey putra Klub
Indonesia (1993 : 525) lincah berarti selalu bergerak, tidak dapat diam,
tidak tenang, tidak tetap. Sedangkan menurut Harsono (1993 : 14) orang
arah dan posisi tubuh dengan cepat dan tepat pada waktu sedang bergerak
arah dengan cepat pada waktu bergerak dengan kacepatan tinggi. Dan
merubah arah dan posisi tubuhnya dengan cepat dan tepat pada waktu
a) Bentuk latihan ada gerakan -gerakan merubah posisi dan arah tubuh
Sedangkan menurut Suharno HP. (1983 : 28) faktor penentu baik tidaknya
secara bergantian pada otot tertentu. Pada saat melewati tikungan, otot
perentang lutut dan pinggul (dan knee extensor hip mextensor ) mengalami
kontraksi eksentris ( penguluran ) guna mengurangi momentum tubuh
yang bergerak kedepan. Kemudian dengan cepat otot itu harus melakukan
kontraksi konsentris pada saat otot tersebut memacu tubuh ke arah yang
a. Usia.
menunjukkan bahwa anak laki –laki rata –rata makin bertambah baik
mulai usia 12 tahun, sedang anak wanita tidak lagi bertambah baik
b. Jenis kelamin
c. Berat badan
kelincahan.
d. Kelelahan
dikurangi.
. Namun PASI (1993 : 61) menyatakan bahwa tiga asas yang paling
a. Kekhususan
Latihan harus khusus pada olahraga tertentu. Hal ini sesuai dengan
tertentu yang dapat pada kelompok otot yang digunakan, dan tentu
saja bagi serabut otot tertentu yang direkrut untuk melakukan kerja.
kekuatan yang tinggi beban harus teratur dinaikkan. Hal ini dikatakan
secara tegas oleh PASI (1993 : 62) bahwa latihan beban lebih
berlebih “ hal ini telah dibuktikan dengan baik dari tuntutan fungsi
Dalam latihan harus ada pengaturan hari berat dan santai. Hari
berat yaitu waktu untuk latihan berat dan hari santai untuk pulih asal.
Yang dimaksud pulih asal adalah pulih dari kelelahan akibat latihan
latihan.
intensitas.
latihan teratur maka tidak ada pembebanan dan tubuh tidak ada
pembebanan dan tubuh tidak perlu untuk penyesuaian diri. Dalam hal
adalah bentuk-bentuk latihan harus ada gerakan merubah posisi dan arah
tersebut dia juga tidak boleh kehilangan keseimbangan dan harus pula
tahun. Hal ini sesuai M. Sajoto (1988 : 55) bahwa anak berusia 3 – 13
bukunya M. Sajoto (1988 : 55) ditemukan dengan tes shuttle run 30 feet
menunjukkan bahwa anak laki-laki rata -rata makin bertambah baik mulai
usia 12 tahun, sedang anak wanita tidak lagi bertambah baik setelah usia
13 tahun.
pengaruh latihan, teori -teori yang secara ilmiah sudah teruji. Di bawah ini
a. Peningkatan beban latihan sebaiknya dua atau tiga kali latihan baru
b. Agar latihan olahraga itu efektif, maka latihan harus tetap sekurang -
c. Sebiknya berlatih paling sedikit tiga kali dalam seminggu. Akan lebih
e. Waktu latihan sebaiknya adalah pendek akan tetapi berisi dan padat
pada suatu tahun 12 kali perminggu selama masa tertentu pada suatu
tahun hanya 3 kali seminggu pada masa yang lain, dan ia boleh latihan
g. PASI (1993 : 84) mengatakan atlet muda dapat mulai dengan suatu
latihan yang lebih tersusun pada umur 13 atau 14 tahun bila sesion
ditentukan sub maksimal dalam latihan, maka dalam satu giliran ( set )
bagi atlet, apabila setelah melakukan satu unit latihan denyut nadinya
naik menjadi 3 – 3 – 5 kali denyut nadi normal permenit. Misalnya
denyut nadi naik menjadi 180 – 210 kali permenit. Perlu diingat
bahwa denyut nadi maksimal dapat dihitung dengan rumus 200 – usia.
dua yaitu kelincahan umum dan kelincahan khusus, maka jenis latihan
1) Lampu reaksi
bulu tangkis .
2) Langkah kijang
1) Shuttle run
Pada latihan ini atlet berlari dari titik satu ke titik yang lain.
Dalam latihan ini hanya dua titik yang harus dilalui atlet. Setiap
kali sampai pada satu titik ketitik lain, dia harus berusaha
lain dengan sudut balik sebesar 1800. Dalam satu repetisi atlet
berlari dari satu titik ke titik lain dan kembali ke awal. Satu set
terdiri dari tiga repetisi. Pada set berikutnya arah lari kebalikan
Start
Finish
4,55 m
Gambar 1
Bentuk Lapangan Shuttle Run
Sumber: Latihan Kondisi Fisik
( Harsono, 1993 : 14 )
2). Three corner drill
boomerang run yang titiknya ada lima. Tetapi pada three corner
secepatnya.
5,65 m
4m
START 4m
FINISH
Gambar 2
Bentuk Lapangan Three Corner Drill
Sumber : Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis Dalam Coaching
(Harsono, 1988 : 173)
Dalam suatu repetisi atlet berlari dari satu ke titik yang lain
dan kembali ke titik semula. Satu terdiri dari dua repetisi. Pada set
Pergantian arah lari pada tiap set dalam shuttle run maupun
dodging run .
a. Shuttle run
1) Keuntungan :
kecepatan lari.
alat tes dodging run untuk shuttle run dibanding three corner
drill.
2). Kerugian :
1) Keuntungan :
2). Kerugian :
kecepatan larinya.
2.2 Hipotesis
Hipotesis berasl dari kata “ hypo” yang berarti bawah dan “thesa” yang
1) Ada pengaruh yang berbeda antara latihan shuttle run dan three corner
dan three corner drill terhadap kelincahan bagi atlet hockey putra klub
METODE PENELITIAN
pengetahuan adalah dasar semua tindakan dan usaha. Jadi penelitian sebagai
tugas penting research adalah ada tidaknya hubungan sebab akibat (Sutrisno
untuk menjaga agar pengetahuan yang dicapai dari suatu reseach dapat
Dalam penelitian ini populasi adalah atlet hockey putra Klub PUTRA
Sutrisno Hadi (1988 : 220) bahwa populasi dibatasi sejumlah penduduk atau
individu yang paling sedikit mempunyai sifat-sifat yang sama. Hal ini
atau wakil populasi yang diteliti. Sampai saat ini belum ada ketentuan yang
mutlak berapa besar sampel yang harus diambil untuk penelitian. Hal ini
seperti yang dikatakan oleh Sutrisno Hadi (1991 : 73) bahwa sebenarnya
tidak ada suatu ketetapan yang mutlak berapa persen suatu sampel harus
sebagai gejala yang bervariasi misalnya jenis kelamin, karena jenis kelamin
mempunyai variasi laki-laki dan perempuan, berat badan karena ada berat
dependens variabel .
atau kombinasi dari beberapa metode itu, semuanya harus mempunyai dasar
sebab akibat yaitu pengaruh latihan shuttle run dan three corner drill
terhadap kelincahan bagi atlet hockey putra klub PUTRA MANDIRI Mijen
Kota Semarang tahun 2005. Sesuai dengan yang dikatakan Sutrisno Hadi
(1990 : 427) bahwa metode eksperimen merupakan salah satu metode yang
ini . Dalam penelitian ini kedua kelompok ini disebut kelompok eksperimen
kedua grup ( kelompok ) tersebut didasarkan atas rangking hasil tes awal
dari yang mempunyai waktu paling cepat menempati urutan pertama dan
berikut :
lain.
berikut:
1) Peneliti menulis pada selembar kertas kecil “latihan shuttle run “dan
a. Tes awal dan tes akhir menggunakan alat tes dodging run ( Barry L.
menggunakan start berdiri. Pada aba -aba ‘ Ya’ atlet melewati kursi
garis finish
d. Hasil dari lari di data sebagai data awal sebelum diberi perlakuan .
Finish
0
5m
Start
Gambar 3
Bentuk Lapangan Dodging Run
Sumber : Barry L. Jonhson dan Jack K Nelson. ( 1969 )
Practical Measuremens for Evaluation in Physical Education ( 105)
Bahasa aslinya tes dodging run secara rinci adalah sebagai berikut :
sebagai berikut:
Tempat tes di lapangan hockey PUTRA MANDIRI Mijen, pada jam 15.00
sampi selesai. Materi tes adalah tes kelincahan dengan tes kelincahan
otot kaki dan pinggul. Dilanjutkan dengan gerakan senam ringan. Usai
gangguan. Anak dipanggil satu persatu sesuai nomor tes unutk melakukan
latihan sebanyak dua kali. Setelah pelaksanaan latihan tes selesai, siswa
untuk mengambil waktu setiap anak yang melakukan tes dan melapor
kepada pencacat waktu. Pencacat waktu siap mencatat hasil tes tiap anak.
hasil yang baik, latihan ditetapkan sebanyak lima kali dalam seminggu
selama empat minggu sebanyak 16 kali dengan hari latihan adalah Senin,
run dan three corner drill menggunakan perbandingan satu banding tiga,
untuk 1 set pada shuttle run terdiri dari 3 repetisi dan untuk three corner
drill dalam 1 set terdiri dari 1 repetisi. Hal ini dikarenakan perbedaan
a. Pemanasan ( warming up )
lebih 15 menit.
b. Latihan inti
Pada latihan ini waktu yang diperlukan kurang lebih dari 70 menit,
run untuk kelompok eksperimen satu dan three corner drill untuk
Hal ini untuk mencegah terjadinya rasa sakit setelah latihan. Pada
akhir latihan ini diadakan koreksi secara klasikal kepada atlet tentang
menit.
Pelaksanaan program latihan ini dimulai 8 September 2005 sampai
tes akhir menggunakan dodging run dari Barry L. Johnson dan Jack K.
Tujuan dari tes akhir untuk mengambil data hasil tes untuk diberi
yaitu latihan shuttle run dan three corner drill dari masing-masing hasil
surat ijin penelitian di klub yang di kelolanya. Setelah ijin dari Ketua
Klub tempat penelitian diterima, mengumpulkan atlet dalam populasi
2) Tempat penelitian
3) Waktu Penelitian
meliputi lapangan rumput, 4 buah kursi, stop watch dan roll meter yang
5) Tenaga pembantu
pembantu. ( terlampir )
Pengendaliannya.
eksperimen ini meliputi : usia yaitu dua kelompok dalam penelitian ini
semua beragama Islam, mayoritas sebagai pelajar dan kedua kelompok itu
run dan three corner drill. Selain faktor-faktor tersebut masih ada faktor lain
mengikuti latihan. Dalam hal ini karena anak coba adalah teman dari
melakukan kesalahan dalam latihan masih ada. Oleh sebab itu dalam
pada anak coba agar tidak melakukan kegiatan yang sama diluar
penelitian.
materi pada anak coba diusahakan tegas dan jelas. Materi harus
b. Faktor alat.
latihan dimulai.
maka latihan dapat dilaksanakan di dalam kelas. Dalam hal ini kelas
dua rumus yang tersedia yaitu diselesaikan melalui jalan melingkar (long
method ) dan sekali jalan ( short method ). Dalam penelitian ini rumus yang
digunakan adalah short method. Hal ini sesuai pendapat Sutrisno Hadi (1990
: 491) bahwa dengan long method maupun short method kita akan
memperoleh nilai t yang sama, karena itu short method yang kita pilih
Selain data yang diperoleh dari tes akhir pada sampel, maka untuk
Tabel 1
1 2 3 4 5 6 7
1.
2.
3.
s.d
18
∑XE1 ∑ XE2 ∑D ∑d ∑d2
Keterangan :
eksperimen 1
d = Deviasi perbedaan
∑ = Sigma ( jumlah )
sebagai berikut :
MD
t=
∑ d 2
N ( N − 1)
Keterangan :
ekperimen dua
MD =
∑D
N
statistik sama atau lebih besar dari t- tabel, dengan derajat kebebasan ( db )
8 dan taraf signifikan 5%, maka maka hipotesis nihil yang menyatakan tidak
run dan three corner drill terhadap kelincahan ditolak. Sedang apabila nilai
t yang diperoleh dari hasil perhitungan lebih kecil dari t-tabel dengan derajat
menyatakan bahwa tidak ada perbedaan pengaruh yang berarti antara latihan
diterima.
BAB IV
eksperimen dua maka didapat data dari tiap-tiap subjek dua kelompok itu
berbunyi ada pengaruh yang berbeda antara latihan shuttle run dan three
corner drill terhadap kelincahan bagi atlet hockey putra klub PUTRA
MANDIRI Mijen Kota Semarang tahun 2005 diubah menjadi hipotesis nihil
yang berbunyi tidak ada pengaruh yang berbeda antara latihan shuttle run
dan three corner drill terhadap kelincahan bagi atlet hockey putra klub
mean pretes mean postes didapat nilai sebesar 7,49 detik dikurangi 6,55
detik sehingga pada latihan shuttle run mengalami peningkatan sebesar 0,94
detik. Demikian halnya dengan perhitungan selisih mean pretes dan mean
postes untuk latihan three corner drill diperoleh nilai sebesar 8,07 detik
dan 1,06 detik terhadap kelincahan. Sehingga latihan shuttle run maupun
selisih pretes dan postes pada latihan shuttle run maupun three corner drill
didapat t-hitung lebih besar dari pada t-tabel. Nilai t-hitung shuttle run
sebesar 4,843 dan nilai t-hitung three corner drill sebesar 5,196. Setelah t-
derajat kebebasan (db) 8 pada nilai t. Dari tabel didapat nilai t-tabel sebesar
lebih besar dari t-tabel yaitu 4,843 > 2,306 pada latihan shuttle run dan
5,196 > 2,306 pada latihan three corner drill. Karena yang dihitung
kecepatan, maka latihan three corner drill lebih baik dari pada latihan
perbedaan hasil kelompok latihan shuttle run dan three corner drill didapat
Bila dilihat dari perbedaan antara latihan shuttle run dan latihan three
corner drill memiliki perbedaan hasil. Metode latihan three corner drill
lebih baik dalam latihan ini. Yang berarti latihan three corner drill lebih
diperoleh hasil yang jelas setelah dihitung statistik. Baik shuttle run maupun
three corner drill mengalami kenaikan hasil, ini dapat dilihat dari
perbandingan tes awal dan tes akhir. Keduanya mempunyai pengaruh yang
berbeda terhadap kelincahan. Demikian pula pada hasil tes akhir ditemukan
perbedaan hasil dari hasil tes shuttle run dan three corner drill. Jadi
antara latihan shuttle run dan three corner drill terhadap kelincahan bagi
atlet hockey putra klub PUTRA MANDIRI Mijen Kota Semarang tahun
2005, dan untuk mengetahui latihan mana yang lebih baik antara latihan
shuttle run dan three corner drill terhadap kelincahan bagi atlet hockey
putra klub PUTRA MANDIRI Mijen Kota Semarang tahun 2005 terbukti.
dengan latihan shuttle run juga terbukti, karena berdasarkan keuntungan dan
kerugian. Latihan shuttle run dan three corner drill sama-sama mempunyai
antara lain : secara psikis latihan shuttle run mudah diingat, bila dilakukan
terus menerus atlet terbiasa dengan sudut belok yang tajam ( 1800 ),
dibanding sudut three corner drill ( 450 ) dan ( 900 ). Ketajaman sudut
tersebut memungkinkan hasil yang dicapai pada saat tes dengan alat tes
dodging run akan lebih baik dengan latihan shuttle run dibanding three
corner drill. Sedangkan kerugiannya antara lain : untuk shuttle run
kemungkinan cidera lebih besar, karena shuttle run menuntut kekuatan otot
untuk berhenti secara mendadak lalu berbelok arah untuk berlari kearah
dalam latihan secara psikis arah lari membutuhkan pengingatan yang lebih
dan tidak terbiasa dengan ketajaman sudut lari yang besar, sehingga dalam
5.1 Simpulan
t-tabel ( 4,843 > 2,306 ) untuk latihan shuttle run dan (5,196 >2,306 ) untuk
latihan three corner drill. Maka latihan three corner drill lebih baik
daripada latihan shuttle run. Dari hasil mean pretes dan mean postes latihan
shuttle run mempunyai pengaruh sebesar 0,94 detik, dari perhitungan selisih
nilai 7,49 dikurangi 6,55 detik dan dari hasil mean pretes dan mean postes
latihan three corner drill mempunyai pengaruh 1,06 detik dari selisih nilai
8,07 detik dikurangi 7,01 detik. Sehingga terjadi peningkatan sebesar 0,94
detik untuk shuttle run dan 1,06 detik untuk three corner drill .Sehingga
kelincahan. Karena yang di hitung kecepatan maka latihan three corner drill
lebih baik daripada latihan shuttle run. Karena yang dihitung adalah
1. Ada pengaruh yan berbeda antara shuttle run dan three corner drill
daripada latihan shuttle run terhadap kelincahan bagi atlet hockey putra
5.2 Saran
3. Bagi peneliti yang sejenis, hasil ini dapat dijadikan sebagai pembanding.
DAFTAR PUSTAKA
Harsono. 1986. Ilmu Coaching. Jakarta : Pusat Ilmu Olahraga KONI Pusat
Tabrani, Primadi. 1985. Hockey & Kreativita dalam Olahraga. Bandung : ITB
Bandung.
PROGRAM LATIHAN
No EKSPERIMEN 1 EKSPERIMEN 2
( SHUTTLE RUN ) ( THREE CONER DRILL )
KEGIATAN WAKTU KEGIATAN WAKTU
1 Pertemuan I, II, III, IV Pertemuan I, II, III, IV
Tgl.8,9,11,12 Tgl.8,9,11,12
September 2005 5 menit September 2005 5 menit
a. Persiapan a. Persiapan
- Lapangan - Lapangan
- Bendera 15 menit - Bendera 15 menit
b.Pendahuluan b. Pendahuluan
- Doa - Doa
- Presensi - Presensi
- Pengarahan - Pengarahan
- Pemanasan 30 menit - Pemanasan 30 menit
c. Inti c. Inti
- Set : 2 - Set : 2
- Repetisi : 3 - Repetisi : 1
10 menit 10 menit
d. Akhir d. Akhir
- Koreksi - Koreksi
- Penenangan - Penenangan
- Doa - Doa
2
Pertemuan V,VI,VII, Pertemuan V, VI,
VIII 5 menit VII, VIII 5 menit
Tgl.14,15,16,18 Tgl.14.15.16,18
September 2005 September 2005
a. Persiapan 15 menit a. Persiapan 15 menit
- Lapangan - Lapangan
- Bendera - Bendera
b. Pendahuluan b. Pendahuluan
- Doa - Doa
- Presensi 50 menit - Presensi 50 menit
- Pengarahan - Pengarahan
- Pemanasan - Pemanasan
c. Inti 10 menit c. Inti 10 menit
- Set : 3 - Set : 3
- Repetisi : 3 - Repetisi : 1
d. Akhir d. Akhir
- Koreksi - Koreksi
- Penenangan - Penenangan
- Doa - Doa
5 menit 5 menit
3 Pertemuan IX, X, XI, Pertemuan IX, X, XI,
XII XII
Tgl. 19, 21, 22, 23 15 menit Tgl. 19, 21, 22, 23 15 menit
September 2005 September 2005
a. Persiapan a. Persiapan
- Lapangan - Lapangan
- Bendera - Bendera
b. Pendahuluan 70 menit b. Pendahuluan 70 menit
- Doa - Doa
- Presensi - Presensi
- Pengarahan 10 menit - Pengarahan 10 menit
- Pemanasan - Pemanasan
c. Inti c. Inti
- Set : 4 - Set : 4
- Repetisi : 3 - Repetisi : 1
d. Akhir d. Akhir
- Koreksi - Koreksi
- Penenangan 5 menit - Penenangan 5 menit
- Doa - Doa
15 menit 15 menit
4 Pertemuan XIII, XIV, Pertemuan XIII, XIV,
XV, XVI XV, XVI
Tgl. 25, 26, 28,29 Tgl. 25, 26, 28, 29
September 2005 September 2005
a. Persiapan 90 menit a. Persiapan 90 menit
- Lapangan - Lapangan
- Bendera - Bendera
b. Pendahuluan 10 menit b. Pendahuluan 10 menit
- Doa - Doa
- Presensi - Presensi
- Pengarahan - Pengarahan
- Pemanasan - Pemanasan
c. Inti c. Inti
- Set : 5 - Set : 5
- Repetisi : 3 - Repetisi : 1
d. Akhir d. Akhir
- Koreksi - Koreksi
- Penenangan - Penenangan
- Doa - Doa
Lampiran
TABEL 10
DAFTAR NAMA PEMBANTU TES