You are on page 1of 66

PENGARUH LATIHAN SHUTTLE RUN DAN THREE CORNER DRILL

TERHADAP KELINCAHAN BAGI ATLET HOCKEY PUTRA


KLUB PUTRA MANDIRI MIJEN KOTA
SEMARANG TAHUN 2005

SKRIPSI
Diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata I
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Disusun Oleh :

Nama : Sudarso
NIM : 6101401010
Jurusan : Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
Fakultas : Ilmu Keolahragaan

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


2005
PERSETUJUAN

Skripsi ini telah dinyatakan siap untuk mengikuti ujian skripsi didepan

Sidang Panitia Skripsi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang

pada :

Hari : ……………………………

Tanggal : ……………………………

Semarang November 2005

Yang mengajukan,

Sudarso
NIM. 6101401010

Mengetahui

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Tri Rushadi, M.Kes Drs. Bambang Priyono, M. Pd


NIP. 131876221 NIP. 131571552

Mengesahkan

Ketua Jurusan PJKR

Drs. Hary Pramono, M. Si


NIP. 131469638
SARI

Sudarso, 2005, “Pengaruh Latihan Shuttle Run dan Three Corner Drill terhadap
Kelincahan Bagi Atlet Hockey Putra Klub PUTRA MANDIRI Mijen Kota
Semarang Tahun 2005 “. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah
pengaruh yang signifikan antara shutte run dan three corner drill terhadap
kelincahan dan mana yang lebih baik antara kedua latihan tersebut terhadap
kelincahan.
Metode yang digunakan adalah metode eksperimen dengan rancangan
Matched Subjectc by Designs yaitu melakukan matching karena hakekat subjects
matching adalah sedemikian rupa sehigga pemisahan pasangan-pasangan subjek
( pair of subjects ) masing-masing grup eksperimen secara otomatis akan
menyeimbangkan kedua grup ini. Sampel yang digunakan adalah atlet hockey
putra klub PUTRA MANDIRI Mijen Kota Semarang, usia 16 – 20 tahun
sebanyak 18 atlet. Dari 18 atlet dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok
Eksperimen 1( E1 ) dengan perlakuan latihan shuttle run dan kelompok
Eksperimen 2 ( E2 ) dengan perlakuan latihan three corner drill, sehingga masing-
masing terdiri dari 9 atlet. Untuk menentukan kelompok eksperimen dengan cara
diundi. Selanjutnya pelaksanaan perlakuan diberikan kepad atlet selama 4 minggu.
Akhir dari perlakuan tersebut kemudian diadakan post test atau tes akhir. Analisis
data dilaksanakan dengan rumus t-tes pendek.
Hasil penelitian menunjukan bahwa dari selisih perhitungan antara mean
pretes mean postes didapat nilai sebesar 7,49 detik dikurangi 6,55 detik sehingga
pada latihan shuttle run mengalami peningkatan sebesar 0,94 detik. Demikian
halnya dengan perhitungan selisih mean pretes dan mean postes untuk latihan
three corner drill diperoleh nilai sebesar 8,07 detik dikurangi 7,01 detik,sehingga
pada latihan three crner drill mengalami peningkatan sebesar 1,06 detik. Setelah
dihitung perbandingan antara latihan shuttle run dan three corner drill
mempunyai pengaruh sebesar 0,94 detik dan 1,06 detik terhadap kelincahan.
Sehingga latihan shuttle run maupun three corner drill sama-sama meningkatkan
kelincahan. Dari perhitugan selisih pretes dan postes pada latihan shuttle run
maupun three corner drill didapat t-hitung lebih besar dari pada t-tabel. Nilai t-
hitung shuttle run sebesar 4,843 dan nilai t-hitung three corner drill sebesar
5,196. Setelah t-hitung diketahui,selanjutnya mencari t-tabel dengan taraf
signifikan5 % derajat kebebasan (db) 8 pada nilai t. Dari tabel didapat nilai t-tabel
sebesar 2,306. Dengan membandingkan t-tabel dengan t-hitung diperoleh t-hitung
lebih besar dari t-tabel yaitu 4,843 > 2,306 pada latihan shuttle run dan 5,196 >
2,306 pada latihan three corner drill. Karena yang dihitung kecepatan, maka
latihan three corner drill lebih baik dari pada latihan shuttle run dalam
meningkatkan kelincahan. Dan berdasarkan perhitungan perbedaan hasil
kelompok latihan shuttle run dan three corner drill didapat nilai sebesar 0,807
detik dari perhitungan nilai t-test.
Simpulan penelitian ini adalah baik latihan shuttle run maupun three
corner drill mempunyai pengaruh yaitu sama-sama dapat meningkatkan
kelincahan.Dan latihan three corner drill lebih baik daripada latihan shuttle run
dalam meningkatkan kelincahan pada atlet hockey putra klub PUTRA MANDIRI
Mijen Kota Semarang.
Sehubungan dengan kesimpulan yang diamati, maka kepada para pembina
pelatih olahraga khususnya cabang olahraga hockey di klub hockey PUTRA
MANDIRI Mijen Kota Semarang, disarankan hal-hal sebagai berikut : 1)
Mempertahankan dan meningkatkan pola pembinaan prestasi yang telah berjalan
dengan baik, 2) kepada para pelatih disarankan menggunakan metode latihan
three corner drill untuk meningkatkan kelincahan pada atlet hockey yang dibina.
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayahNya, maka penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Pengaruh Latihan Shuttle Run dan Three Corner Drill Terhadap

Kelincahan Bagi Atlet Hockey Putra Klub PUTRA MANDIRI Mijen Kota

Semarang Tahun 2005”

Dalam penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari kesulitan maupun

hambatan, akan tetapi berkat dukungan, saran, bimbingan dan bantuan dari

berbagai pihak, maka semua ini dapat dilampaui dengan baik. Untuk itu penulis

menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada yang terhormat :

1. Rektor Universitas Negeri Semarang atas kemudahan administrasi dalam

penyusunan skripsi.

2. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang atas ijin

penelitian guna menyelesaiakan skripsi ini.

3. Ketua Jurusan PJKR Universitas Negeri Semarang atas arahan dan

petunjuknya.

4. Dosen Pembimbing skripsi I atas bimbingan dan arahannya sehingga

terselesaikannya skripsi ini.

5. Dosen Pembimbing II atas bimbingan dan arahannya sehingga

terselesaikannya skripsi ini.

6. Ketua Klub Hockey “PUTRA MANDIRI” atas ijinnya dalam penggunaan

atletnya sebagai sampel penelitian.


7. Atlet Hockey “PUTRA MANDIRI” yang telah sungguh-sungguh menjadi

sampel penelitian.

8. Pihak-pihak lain yang belum disebutkan satu persatu, namun turut serta

membantu dalam penelitian ini.

Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan hidayahnya, kepada

beliau-beliau yang telah menyumbangkan tenaga dan pikirannya sehingga dapat

menyelesaikan skripsi ini.

Dan akhirnya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan

olahraga hockey khususnya dan pembaca pada umumnya.

Semarang , November 2005

Penulis

Sudarso
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto :
1. Orang yang paling gagah parkasa diantara kalian semua ialah orang yang
dapat mengalahkan nafsunya diwaktu marah.( Nabi Muhammad SAW. ).
2. Sebab kemarin hanyalah mimpi, dan esok hanyalah bayangan, tapi hari ini
sungguh ada, dan membuat kemarin jadi bahagia, dan esok bayangan yang
berpengharapan, oleh karena itu pandanglah pada hari ini. ( Kalidasa )
3. Kedewasaan mulai tumbuh saat anda mulai memiliki rasa perhatian kepada
orang lain. ( John MacNaught )

Persembahan

Karya ini, penulis persembahkan kepada :

1. Ayah dan ibunda sebagai guru terbaikku.

2. Kakak dan saudaraku yang selalu

mendukung cita-citaku.

3. Sahabatku yang selalu mengasihiku.

4. Cinta Almamater.

5. Teman-teman BJ Cost, thank’s for all.


DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ..................................................................................................... i

INTISARI ................................................................................................ ii

PERSETUJUAN ...................................................................................... iii

KATA PENGANTAR ............................................................................. iv

DAFTAR ISI ............................................................................................ viii

DAFTAR TABEL .................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1

1.2 Permasalahan ............................................................................ 7

1.3 Penegasan Istilah ...................................................................... 7

1.4 Tujuan Penelitian ...................................................................... 10

1.5 Manfaat Penelitian .................................................................... 10

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS .................................. 11

2.1 Landasan Teori ......................................................................... 11

2.1.1 Pengertian kelincahan ........................................................ 11

2.1.2 Kegunaan kelincahan .......................................................... 12

2.1.3 Ciri-ciri latihan kelincahan ................................................. 12

2.1.4 Faktor yang mempengaruhi kelincahan ............................. 12

2.1.5 Pedoman umum dalam latihan ........................................... 14


2.1.6 Pedoman dalam latihan kelincahan ..................................... 16

2.1.7 Pedoman penyusunan jadwal latihan ................................. 17

2.1.8 Menentukan dosis latihan.................................................... 19

2.1.9 Macam-macam latihan kelincahan ..................................... 20

2.1.10 Keuntungan dan kerugian ................................................... 23

2.2 Hipotesis ............................................................................. 24

BAB III METODE PENELITIAN ......................................................... 26

3.1 Penentuan Populasi.................................................................... 27

3.2 Sampel dan Teknik Sampel ....................................................... 28

3.3 Variabel Penelitian .................................................................... 28

3.4 Metode Pengumpulan Data ....................................................... 29

3.5 Instrumen Penelitian ................................................................. 31

3.6 Pelaksanaan Penelitian ............................................................. 36

3.7 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penelitian

dan Cara Pengendaliannya ....................................................... 37

3.8 Metode Analisis Data ............................................................... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................ 43

4.1 Hasil Penelitian ......................................................................... 43

4.2 Pembahasan .............................................................................. 45

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 47

5.1 Simpulan ................................................................................... 47

5.2 Saran ......................................................................................... 48

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 49


LAMPIRAN ............................................................................................. 51
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran

1. Tabel Daftar Tabel ........................................................................... 51

2. Tabel hasil tes awal .......................................................................... 52

3. Tabel rangking hasil tes awal ........................................................... 53

4. Tabel matching dari rangking hasil tes awal ................................... 54

5. Tabel penentuan kelompok hasil matching ..................................... 55

6. Tabel hasil tes akhir eksperimen I dan eksperimen II ..................... 56

7. Tabel hasil pretes dan postes kelompok latihan shuttle run ........... 57

8. Rumus hasil t-test dan postes kelompok latihan shuttle run ………. 58

9. Tabel hasil pretes dan postes kelompok latihan three corner drill ... 59

10. Rumus hasil t-test dan postes kelompok latihan three corner drill .. 60

11. Tabel perbedaan hasil kelompok latihan

shuttle run dan three corner drill ………………………………….. 61

12. Rumus hasil t-test perbedaan hasil kelompok latihan

shuttle run dan three corner drill ..................................................... 62

13. Tabel nilai-nilai t…………………………………………………… 63

14. Tabel jadwal latihan ………………………………………………. 64

15. Tabel daftar nama pembantu tes …………………………………... 67

16. Surat keputusan pembimbing ...........................................................

17. Surat ijin penelitian ..........................................................................

18. Keterangan ijin dari klub Hockey PUTRA MANDIRI Mijen …….
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Contoh tabel persiapan perhitungan statistik dengan Pola M-S ...... 40

2. Tabel daftar sampel .......................................................................... 51

3. Tabel tes awal .................................................................................. 52

4. Tabel rangking hasil tes awal ........................................................... 53

5. Tabel matching dari rangking tes awal ............................................ 54

6. Tabel penentuan kelompok dari hasil matching .............................. 55

7. Tabel hasil dari tes akhir .................................................................. 56

8. Tabel hasil pretes dan postes kelompok latihan shuttle run............. 57

9. Tabel hasil pretes dan postes kelompok latihan three corner drill ... 59

10. Tabel perbedaan hasil latihan kelompok

shuttle run dan three corner drill...................................................... 61

11. Tabel nilai t-test ................................................................................ 63


DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Bentuk lapangan shuttle run ............................................................ 21

2. Bentuk lapangan three corner drill .................................................. 22

3. Bentuk lapangan dodging run .......................................................... 32

4. Atlet hockey putra klub Putra Mandiri ............................................. 69

5. Pemanasan atlet sebelum latihan ..................................................... 69

6. Latihan shuttle run ........................................................................... 70

7. Latihan three corner drill ................................................................ 70

8. Pre tes dodging run .......................................................................... 71

9. Postes dodging run ........................................................................... 71


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada mulanya olahraga hanya dimanfaatkan untuk sekedar

mempertahankan hidup atau upacara adat namun cara pandang yang

sedemikian kini tenggelam diterpa gelombang waktu dan perjalanan

peradaban manusia yang ditandai pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi. Bagi bangsa Indonesia usaha untuk meningkatkan olahraga

prestasi sangat mendesak, mengingat prestasi olahraga juga merupakan

prestise bangsa. Hal ini seperti termuat dalam GBHN 1999 (38) yaitu

”Meningkatkan usaha pembibitan dan pembinaan olahraga prestasi harus

dilakukan secara sistematis dan koprehensif melalui lembaga-lembaga

pendidikan sebagai pusat pembinaan dibawah koordinasi masing-masing

organisasi olahraga penyandang cacat bersama-sama dengan masyarakat

demi tercapainya sasaran prestasi yang membanggakan ditingkat

Internasional”. Jadi pemerintah mengharapkan dalam pembinaan olahraga

prestasi dituntut adanya kerjasama yang baik antara lembaga pendidikan,

organisasi olahraga dan masyarakat.

Di jaman yang semakin modern seperti ini manusia melakukan

kegiatan olahraga dengan tujuan tertentu. Menurut M. Sajoto (1988 : 10)

ada empat dasar tujuan manusia melakukan kegiatan olahraga yaitu :


1) Hanya untuk rekreasi artinya melakukan olahraga hanya mengisi waktu

senggang, dilakukan dengan kegembiraan, santai dan tidak formal, baik

tempat, sarana maupun peraturannya.

2) Untuk tujuan pendidikan artinya olahraga yang dilakukan formal

tujuannya untuk mencapai sasaran pendidikan nasional melalui kegiatan

olahraga yang disusun melalui kurikulum tertentu.

3) Untuk mencapai tingkat kesegaran jasmani tertentu.

4) Untuk mencapai sasaran prestasi tertentu.

Satu dari empat orang melakukan olahraga yaitu untuk mencapai

sasaran prestasi tertentu. Dari hal tersebut hockey mempunyai kemungkinan

untuk maju dan populer di Indonesia. Mengingat olahraga ini mempunyai

persamaan dengan sepakbola yang merupakan olahraga paling populer di

dunia. Peraturan permaian hockey tidak merugikan, bahkan menguntungkan

bagi pemain yang berpostur tubuh rata-rata orang Indonesia. Data Asian

Games tahun 1962 menunjukkan bahwa tinggi rata -rata pemain hockey

dibawah 170 cm. Dalam permainan beregu bila diurut dari tinggi rendah

permainan yaitu : basket, volley, sepakbola, hockey, polo air. Jepang dan

Korea dikenal dengan atletnya yang pendek, ternyata untuk tim basket,

volley dan sepakbola menggunakan pemain yang termasuk tinggi.

Sebaliknya dengan pemain hockey rata-rata hanya 165 cm. Dalam sepakbola

memang terkadang terdapat satu - dua pemain yang pendek, tapi kalau

semuanya pendek tentunya merepotkan untuk tim tersebut. Lagi pula atlet

yang pendek harus memiliki keistimewaan untuk dapat terpilih dalam suatu
tim sepakbola.Tak terlalu heran bila olahraga hockey modern yang lahir dan

semula dikuasai Eropa, sejak Olimpiade1928 direbut oleh India dan

kemudian dikuasai oleh India dan Pakistan sampai sekarang. Hockey dapat

dimainkan oleh anak ataupun orang tua. Seperti halnya pada Hockey klub

anak bandung ( usia 7- 16 tahun ) dan tim veteran Jakarta dan Bandung,

serta kompetisi veteran di Eropa membuktikan hal ini. Dalam Asian Games

1962 hal ini tercermin dari adanya pemain termuda ( 17 tahun dan tertua 34

tahun ). Seandainya hockey paling populer dikalangan pelajar dan

mahasiswa, namun baik di negara hockey berasal maupun di Indonesia,

hockey sampai sekarang belum dapat berkembang dan dikenal masyarakat.

Pemain hockey berasal dari golongan miskin, sedang, dan kaya. Ada anak

buruh, karyawan, bangsawan, staf dan pimpinan.

Permainan hockey tidak berbahaya seperti yang mungkin diduga yang

belum mengenal permainan ini. Memang penonton atau orang tua yang

belum mengenal hockey sering mengkhawatirkan keselamatan pemain

dalam permainan hockey.” Wah mainnya pakai tongkat pemukul, bayangkan

kalau pemainnya sedang marah atau main curang, bisa celaka disabet stick “

begitulah umumnya mereka menduga. Namun disinilah letak salah satu daya

tarik yang khas dari hockey. Setelah kelebihan fisik yang dimiliki pemain

basket, volley, dan sepakbola ditiadakan, maka dalam hockey, stick hanya

dperkenankan untuk mengolah bola dengan cara tertentu. Penggunaan stick

secara lain merupakan pelanggaran berat dan dalam hockey dihukum berat

pula. Stick dan fisik dalam permainan hockey tidak boleh disalah gunakan,
dan harus benar-benar digunakan secara sportif dalam setiap permainan.

Karena peraturan dalam permainan hockey sangat berbeda dengan olahraga

lain, hal ini didasarkan pada faktor keselamatan bagi pemain yang sedang

bertanding.

Dalam setiap cabang olahraga membutuhkan kemampuan fisik, rasio

dan kreatifitas. Dari kemampuan fisik, rasio dan mempunyai kreatifitas yang

tinggi akan memungkinkan seorang atlet mencapai totalitas prestasi

maksimum yang mungkin baginya. Begitu pula pada olahraga hockey

membutuhkan banyak komponen kondisi fisik yang baik, sehingga dapat

menunjang pencapaian prestasi olahraga hockey. Menurut M. Sajoto (1988 :

11-13) menyatakan bahwa tentang faktor-faktor penentu pencapaian dalam

olahraga sebagai berikut:

1) Aspek biologis terdiri dari: potensi/kemampuan dasar tubuh, fungsi

organ tubuh, struktur dan postur tubuh serta gizi.

2) Aspek psikologis meliputi: intelektual, motivasi, kepribadian, koordinasi

kerja otot dan saraf.

3) Aspek lingkungan meliputi: sosial, sarana-prasarana olahraga yang

tersedia dan medan, cuaca iklim sekitar, orang tua keluarga dan

masyarakat.

4) Aspek penunjang meliputi: pelatih yang berkualitas tinggi, progam yang

tersusun secara sistematis, penghargaan dari masyarakat dan

pemerintah, dana yang memadai serta organisasi yang tertib.


Menurut Suharno HP. (1983 : 2-3) menyebutkan bahwa faktor penentu

pencapaian prestasi maksimal ada 2 yaitu faktor endogen (atlet) dan faktor

exogen. Salah satu faktor indogen yang sangat penting adalah kondisi fisik

dan kemampuan fisik yang meliputi kekuatan, daya tahan, kecepatan,

kelenturan, keseimbangan, koordinasi, kecepatan, daya ledak, reaksi, dan

stamina. Sedangkan M. Sajoto (1988 : 11) menjelaskan yang termasuk

potensi/kemampuan dasar tubuh pada aspek biologis meliputi : kekuatan

(strenght), kecepatan (speed), kelincahan dan koordinasi (agility and

koordination), tenaga (power) daya otot (muscular endurence), daya kerja

jantung dan paru-paru (cardiorespiratori funcional), kelenturan (flexibility),

keseimbangan (balance ), kecepatan (accuracy), dan kesehatan untuk

olahraga (healt for sport).

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan kelincahan merupakan unsur

penting dalam pencapaian prestasi olahraga. Menurut Suharno HP (1983 :

29) macam kelincahan ada dua yaitu: 1) kelincahan umum artinya

kelincahan seseorang untuk menghadapi olahraga pada umumnya dan

menghadapi situasi hidup dengan lingkungan, 2) kelincahan khusus artinya

kelincahan seseorang untuk melakukan cabang olahraga khusus dimana

dalam cabang olahraga lain tidak diperlukan (akrobat, loncat indah, bermain

bola voli dan lain-lain). Baik kelincahan umum maupun khusus dapat

diperoleh dengan hasil latihan dan pembawaan (potensi) sejak lahir.


Harsono (1993 : 14-15) memberi contoh beberapa bentuk latihan

kelincahan antara lain:

1) Lari bolak-balik (shuttle run)

Atlet lari bolak-balik secepatnya dari titik yang satu ketitik yang lain

sebanyak sepuluh kali.

2) Lari Zig-Zag

Lari ini hampir sama dengan lari bolak-balik kecuali atlet harus lari

melalui beberpa titik misalnya sepuluh titik.

3) Lari Halang Rintangan (Obstacle run)

Disuatu ruangan atau lapangan ditempatkan beberapa rintangan, ada

meja, bangku, bola-bola, dan lain-lain. Tugas atlet adalah untuk

secepatnya melalui rintangan-rintangan yang disusun baik dengan cara

dilompati, menerobos (di kolong meja) memanjat dan sebagainya.

Bob Ford seperti yang dikutip Harsono (1993 : 15) selain bentuk

diatas dia memberikan bentuk-bentuk latihan yang disebut dod drill, three

corner drill dan down the line drill.

Mengingat banyaknya bentuk latihan kelincahan maka penulis tertarik

mengadakan penelitian dengan judul ” Pengaruh Latihan Shuttle Run Dan

Three Corner Drill Terhadap Kelincahan Bagi Atlet Hockey Putra Klub

PUTRA MANDIRI Mijen Kota Semarang Tahun 2005. Adapun yang

menjadi alasan pemilihan judul dalam penelitian ini adalah:


1) Kelincahan dalam olahraga adalah salah satu faktor yang sangat penting

dalam olahraga hockey. Oleh karena kelincahan merupakan komponen

kondisi fisik yang harus dimiliki oleh setiap pemain hockey.

2) Adanya banyak latihan tentang kelincahan perlu dicari latihan yang

lebih baik .

3) Sepanjang pengetahuan penulis belum pernah ada penelitian yang

meneliti pengaruh latihan Shuttle Run dan Three Corner Drill terhadap

kelincahan bagi atlet hockey putra Klub PUTRA MANDIRI Mijen Kota

Semarang tahun 2005 khususnya di FIK UNNES.

1.2 Permasalahan

Dalam penelitian ini permasalahannya adalah:

Apakah ada pengaruh yang berbeda antara latihan Shuttle Run dan Three

Corner Drill terhadap kelincahan bagi atlet hockey putra Klub PUTRA

MANDIRI Mijen Kota Semarang tahun 2005 ?

1.3 Penegasan Istilah

Guna menghindari perbedaan penafsiran tentang istilah – istilah pada

judul skripsi ini perlu diadakan penegasan istilah sebagai berikut :

1) Pengaruh

Pengaruh oleh tim Penyusun Kamus Besar Bahasa ( 1993 : 664 )

diartikan sebagai berikut : daya yang ada atau timbul dari sesuatu
( orang, benda ) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau

perbuatan seseorang. Dalam penelitian yang disebut pengaruh adalah

daya yang timbul dari latihan kelincahan Shuttle Run dan Three Corner

Drill terhadap kelincahan setelah menjalani program latihan sesuai

jadwal.

2) Latihan

Menurut Thompson yang dialih bahasakan PASI ( 1993 : 61 )

latihan adalah suatu proses yang sistematis dengan tujuan meningkatkan

kesegaran (fitnes ) seorang atlet dalam suatu aktivitas yang dipilih.

Sedangkan menurut Harsono ( 1986 : 27 ) training atau latihan adalah

proses yang sistematis dari pada berlatih atau bekerja secara berulang–

ulang dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan atau

pekerjaannya.

3) Shuttle Run ( lari bolak – balik )

Shuttle Run juga membentuk latihan kelincahan umum. Latihan ini

terdiri dari dua titik yang masing – masing titik berjarak 4 – 5 meter.

( Harsono, 1993 : 14 )

4) Three Corner Drill ( lari tiga sudut )

Latihan ini merupakan salah satu bentuk latihan kelincahan secara

umum. Three Corner Drill terdiri dari tiga titik yang ketiga titik tersebut

bila dihubungkan membentuk segitiga dengan kecenderungan berbentuk

huruf L.Titik satu dengan titik lain berjarak 4 meter, dengan sudut450

dan 900. ( Harsono, 1988 : 173 )


5) Kelincahan

Dalam buku Peningkatan dan Pembinaan Fisik Dalam Olahraga

oleh M. Sajoto ( 1995 : 9 ) dinyatakan bahwa kelincahan (agility) adalah

kemampuan seseorang mengubah posisi diarea tertentu. Seseorang yang

mampu mengubah posisi yang berbeda dalam kecepatan tinggi dengan

koordinasi yang baik, berarti kelincahannya cukup baik. Menurut

Soekarman ( 1989 ) kelincahan adalah kemampuan untuk mengubah

arah dengan cepat pada waktu bergerak dengan kecepatan tinggi.

Sedangkan menurut Suharno HP. ( 1983 : 28 ) kelincahan adalah

kemampuan dari seseorang untuk mengubah posisi badan secepat

mungkin sesuai dengan situasi yang dihadapi.

6) Hockey

Hockey adalah suatu permainan yang dimainkan antara dua regu

yang tiap pemainnya memegang sebuah tongkat bengkok yang disebut

stik ( stick ) untuk mengerakkan sebuah bola. Primadi Tabrani

( 1983 : 1 ). Sedangkan KBBS EDISI TIGA ( 2001 : 406 ) hoki adalah

olahraga lapangan yang dimainkan oleh dua kesebelasan, berupa

permainan yang bertujuan memasukkan bola kedalam gawang lawan

dengan menggunakan tongkat pemukul .Olahraga hoki adalah

permainan yang dipertandingkan oleh 2 ( dua ) regu, yang terdiri atas 11

orang dari masing-masing regu. ( WWW.koni.or. id : 27 juni 2005 )


1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1.4.1 Untuk mengetahui perbedaan pengaruh antara latihan shuttle run dan

latihan three corner drill terhadap kelincahan bagi atlet hockey putra

Klub PUTRA MANDIRI Mijen Kota Semarang tahun 2005.

1.4.2 Bila ditemukan ada pengaruh yang berbeda, dikaji lebih lanjut untuk

mengetahui latihan yang mana yang lebih baik antara l shuttle run dan

three corner drill terhadap kelincahan bagi atlet hockey putra Klub

PUTRA MANDIRI Mijen Kota Semarang tahun 2005.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dalam penelitian ini adalah memberi sumbangan

pemikiran untuk kemajuan bidang olahraga, khususnya untuk cabang

olahraga hockey dalam aspek kelincahan.

1.5.2 Manfaat praktis

Manfaat praktis dalam penelitian ini adalah mengetahui bentuk

latihan yang efektif untuk meningkatkan kelincahan para atletnya,

kemudian jika lebih disosialisasikan ini bertujuan untuk masukan-

masukan kepada pihak-pihak yang berkompeten.


BAB II

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian kelincahan

Kelincahan berasal dari kata lincah. Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia (1993 : 525) lincah berarti selalu bergerak, tidak dapat diam,

tidak tenang, tidak tetap. Sedangkan menurut Harsono (1993 : 14) orang

yang lincah adalah orang yang mempunyai kemampuan untuk merubah

arah dan posisi tubuh dengan cepat dan tepat pada waktu sedang bergerak

tanpa kehilangan keseimbangan dan kesadaran akan posisi tubuhnya.

Sedangkan menurut M. Sajoto (1988 : 55) adalah kemampuan merubah

arah dengan cepat pada waktu bergerak dengan kacepatan tinggi. Dan

menurut Suharno HP (1983 : 28) mendefinisikan kelincahan adalah

kemampuan dari seseorang untuk merubah posisi dan arah secepat

mungkin sesuai dengan situasi yang dihadapi. Dan menurut R Soekarman

( 1989 : 71 ) kelincahan adalah kemampuan untuk mengubah arah dengan

cepat pada waktu bergerak dalam kecepatan tinggi.

Dengan demikian dari beberapa pendapat tersebut diatas dapat

penulis simpulkan bahwa kelincahan adalah kemampuan seseorang dalam

merubah arah dan posisi tubuhnya dengan cepat dan tepat pada waktu

bergerak, sesuai dengan situasi yang dihadapi di arena tertentu tanpa

kehilangan keseimbangan tubuhnya.


2.1.2 Kegunaan kelincahan secara langsung untuk :

a) Mengkoordinasikan gerakan-gerakan ganda ( simultan )

b) Mempermudah penguasaan teknik-teknik tinggi

c) Membuat gerakan menjadi efisien, efektif dan ekonomis

d) Mempermudah orientasi terhadap lawan dan lingkungan

2.1.3 Ciri-ciri latihan kelincahan baik umum maupun khusus

a) Bentuk latihan ada gerakan -gerakan merubah posisi dan arah tubuh

b) Adanya rangsangan terhadap pusat syaraf

c) Adanya rintangan untuk bergerak dan

d) Ada pedoman waktu latihan.

2.1.4 Faktor - faktor yang mempengaruhi kelincahan.

Menurut Harsono (1993 : 14) kelincahan bukan hanya menuntut

kecepatan akan tetapi fleksibilitas yang baik dari sendi-sendi anggota

tubuh. Jadi menurut pendapat tersebut faktor yang mempengaruhi

kelincahan, kecuali kelincahan juga fleksibilitas sendi-sendi tubuh.

Sedangkan menurut Suharno HP. (1983 : 28) faktor penentu baik tidaknya

kelincahan adalah kecepatan reaksi, kemampuan mengantur

keseimbangan, kemampuan mengkoordinasi gerakan-gerakan, tergantung

kelentukan sendi- sendi, kemampuan mengerem gerakan-gerakan motorik.

Untuk melakukan gerakan mengubah arah melewati tikungan

secara berulang–ulang, memerlukan kontraksi konsentris dan eksentris

secara bergantian pada otot tertentu. Pada saat melewati tikungan, otot

perentang lutut dan pinggul (dan knee extensor hip mextensor ) mengalami
kontraksi eksentris ( penguluran ) guna mengurangi momentum tubuh

yang bergerak kedepan. Kemudian dengan cepat otot itu harus melakukan

kontraksi konsentris pada saat otot tersebut memacu tubuh ke arah yang

baru. Gerakan–gerakan kelincahan selalu menuntut terjadinya

pengurangan dan pemancaran momentum secara bergantian. Selain itu

masih ada faktor – faktor lain yang mempengaruhi kelincahan yaitu:

a. Usia.

Menurut M. Sajoto (1988 : 55) dengan tes Shuttle Run 30 feet,

menunjukkan bahwa anak laki –laki rata –rata makin bertambah baik

mulai usia 12 tahun, sedang anak wanita tidak lagi bertambah baik

setelah usia 13 tahun.

b. Jenis kelamin

Anak pria memperlihatkan kelincahan yang lebih baik dari pada

wanita sebelum mereka mencapai usia pubertas. Setelah pubertas

perbedaan tersebut lebih mencolok.

c. Berat badan

Berat badan yang berlebihan secara langsung akan mengurangi

kelincahan.

d. Kelelahan

Kelelahan dapat mempengaruhi kelincahan, karena orang yang

lelah akan menurun kecepatan lari dan koordinasinya.


Sesuai uraian diatas, maka untuk mendapat kelincahan yang baik

diperlukan faktor-faktor pendukung dan faktor pengganggu harus

dikurangi.

2.1.5 Pedoman umum dalam latihan

Agar dalam latihan mempunyai arah dan mendapat hasil maka

sangat diperlukan pedoman secara ilmiah sudah dibuktikan kebenarannya.

. Namun PASI (1993 : 61) menyatakan bahwa tiga asas yang paling

penting : hukum over load ( beban lebih ), hukum reversibility (

kompensasi), hukum kekhususan (specifisity). Untuk menghindari

terjadinya perbedaan persepsi dalam memahami istilah-istilah diatas akan

diuraikan satu persatu seperti dibawah ini.

a. Kekhususan

Latihan harus khusus pada olahraga tertentu. Hal ini sesuai dengan

Kasiyo Dwijowinoto (1993 : 318) bahwa pengaruh latihan sangatlah

khususus, pengaruh-pengaruh itu khusus untuk sistem fisiologis

tertentu yang dapat pada kelompok otot yang digunakan, dan tentu

saja bagi serabut otot tertentu yang direkrut untuk melakukan kerja.

Sedangkan PASI (1993 : 64) menyebutkan bahwa hukum kekhususan

menyebutkan bahwa sifat khusus dari beban latihan akan

menghasilkan tanggapan khusus dan adaptasi /penyesuaian diri.

b. Tambah beban ( overload principle )

Untuk tidak menimbulkan kerusakan dan untuk mencapai derajat

kekuatan yang tinggi beban harus teratur dinaikkan. Hal ini dikatakan
secara tegas oleh PASI (1993 : 62) bahwa latihan beban lebih

(overload ) menyebabakan kelelahan, dan pemulihan dan penyesuaian

memungkinkan tubuh mengkompensasikan lebih dan mencapai

tingkat fitnes / kesegaran yang lebih tinggi.

Sedangkan menurut Kasiyo Dwijowinoto (1993 : 318) dikatakan

bahwa asas latihan yang sangat mendasar adalah “ pembebanan

berlebih “ hal ini telah dibuktikan dengan baik dari tuntutan fungsi

yang lebih dari apa yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.

c. Hasil berat dan santai

Dalam latihan harus ada pengaturan hari berat dan santai. Hari

berat yaitu waktu untuk latihan berat dan hari santai untuk pulih asal.

Yang dimaksud pulih asal adalah pulih dari kelelahan akibat latihan

yang memungkinkan tubuh menyesuaikan terhadap beban latihan.

d. Latihan dan kelebihan latihan

Dalam latihan beban harus ditingkatkan sedikit demi sedikit

sampai mencapai maksimum. Hal ini sesuai dengan Kasiyo

Dwijowinoto (1993 : 318) yang menyatakan bahwa bagaimanapun

suatu hal yang penting adalah menghindari kelebihan yang

keterlaluan, sebab sistem fisiologis tidak dapat menyesuaikan diri

dengan tekanan yang sangat berlebihan. Pernyataan tersebut juga

diperkuat oleh PASI (1993 : 64) yang menyatakan bahwa beban

latihan yang berlebihan menyebabkan penyesuaian yang tidak lengkap


dan atlet akan menghadapi masalah pemulihan dari rangsangan

latihan.

e. Latihan dasar dan pencapaian puncak

Latihan dasar diperlukan untuk mempersiapkan kondisi,

pencapaian puncak sebaiknya dipersiapkan menjelang pertandingan

dilaksanakan dengan cara mengurangi beban tetapi meningkatkan

intensitas.

f. Kembali Asal (reversibility)

PASI (1993 : 63) yang mengatakan bahwa atlet tidak melakukan

latihan teratur maka tidak ada pembebanan dan tubuh tidak ada

pembebanan dan tubuh tidak perlu untuk penyesuaian diri. Dalam hal

ini secara perlahan kondisi tubuh akan kembali ketingkat semula.

2.1.6 Pedoman dalam latihan kelincahan.

Latihan (training) adalah proses yanga sistematis daripada berlatih

atau bekerja secara berulang-ulang, dengan hari kian menambah jumlah

beban latihan pekerjaannya, (Harsono, 1986 : 27).

Pada latihan kelincahan diperlukan ciri-ciri latihan yang khusus.

Adapun ciri–ciri latihan kelincahan menurt Suharno HP. (1983 : 29 )

adalah bentuk-bentuk latihan harus ada gerakan merubah posisi dan arah

badan, rangsangan terhadap pusat syaraf sangat menentukan hasil

tidaknya suatu latihan kelincahan karena koordinasi angat urgen bagi

unsur kelincahan, adanya rintangan-rintangan untuk bergerak dan

mempersulit kondisi ( alat, lapangan dan sebagainya ), ada pedoman


waktu yang pasti dalam latihan. Sedangkan menurut Harsono (1993 : 14)

memberi rambu–rambu dalam mengembangkan agilitas adalah bentuk-

bentuk latihan yang mengharuskan orang untuk bergerak dengan cepat

dan mengubah arah dengan tangkas dan dalam melakukan aktivitas

tersebut dia juga tidak boleh kehilangan keseimbangan dan harus pula

sadar posisi tubuhnya.

Latihan kelincahan dapat diberikan mulai anak berusia 3 - 13

tahun. Hal ini sesuai M. Sajoto (1988 : 55) bahwa anak berusia 3 – 13

tahun, menunjukkan peningkatan tiap tahunnya, dengan catatan anak laki-

laki memperbaiki waktunya dengan rata-rata 0,5 detik tiap tahunnya.

Penelitian lain yang dilakuakan oleh AAPHER (1976) seperti dalam

bukunya M. Sajoto (1988 : 55) ditemukan dengan tes shuttle run 30 feet

menunjukkan bahwa anak laki-laki rata -rata makin bertambah baik mulai

usia 12 tahun, sedang anak wanita tidak lagi bertambah baik setelah usia

13 tahun.

2.1.7 Pedoman penyusunan jadwal latihan.

Menyusun jadwal latihan sangat ditentukan oleh jenis latihan,

pengaruh latihan, teori -teori yang secara ilmiah sudah teruji. Di bawah ini

adalah beberapa pendapat beberapa ahli yang dapat digunakan sebagai

acuan menyusun jadwal latihan, yaitu :

a. Peningkatan beban latihan sebaiknya dua atau tiga kali latihan baru

dinaikkan. Bagi si atlet hal ini sangat-sangat penting karena ada

kesempatan untuk beradaptasi terhadap beban latihan sebelumnya


yang memerlukan waktu dua puluh empat jam bagi tiap atlet.

(Suharno HP., 1983 : 10)

b. Agar latihan olahraga itu efektif, maka latihan harus tetap sekurang -

kurangnya 3 sampai 5 kali dalam seminggu.(Aip Sjarifudin, 1979 : 71)

c. Sebiknya berlatih paling sedikit tiga kali dalam seminggu. Akan lebih

baik bila berlatih 4 sampai 5 kali dalam seminggu. Mengapa paling

sedikit tiga kali dalam seminggu? Karena endurance seorang akan

mulai menurun setelah 48 jam jika tidak menjalankan latihan. (Engkos

Kosasih, 1985 : 28)

d. M. Sajoto (1988 : 86) Menyatakan bahwa apakah mau memakai

frekuensi 3 atau 5 kali perminggu, tetapi yang paling lama latihan

antara 4 sampai delapan minggu.

e. Waktu latihan sebaiknya adalah pendek akan tetapi berisi dan padat

dengan kegiatan –kegiatan yang bermanfaat. (Harsono, 1986 : 40)

f. Kasiyo Dwijowinoto (1993 : 318) mengatakan olahragawan tertentu

pada suatu tahun 12 kali perminggu selama masa tertentu pada suatu

tahun hanya 3 kali seminggu pada masa yang lain, dan ia boleh latihan

daya tahan 6 kali seminggu dan latihan pembabanan ( misal : angkat

berat ) tiga kali seminggu.

g. PASI (1993 : 84) mengatakan atlet muda dapat mulai dengan suatu

latihan yang lebih tersusun pada umur 13 atau 14 tahun bila sesion

latihan 2 sampai 4 kali seminggu dimungkinkan.


h. Lama para atlet menjalankan latihan, agar mendapat hasil atau untuk

memperbaiki endurance, sebaiknya antara 40 – 50 menit didalam

training zone .(Engkos Kosasih 1985 : 28)

2.1.8 Menentukan dosis latihan

Penentuan beban latihan bersifat perorangan, artinya beban latihan

yang diberikan kepada tiap-tiap individu berbeda–beda dosisnya. Menurut

Suharno HP. (1993 : 32) faktor-faktor yang membedakan beban latihan,

kesehatan dan tingkat kesegaran jasmani, kemampuan gerak fisik,

penguasaan teknik, taktik, keterampilan, sikap mental, sosial ekonomi,

pengalaman sebagai atlet, sosial budaya. Beberapa cara untuk menentukan

dosis latihan/ beban latihan adalah sebagai berikut:

a. Menetukan dengan MR ( maximum repetation )

MR atau repetisi maksimum adalah kelelahan maksimal hingga tak

sanggup melakukan pengulangan lagi. Misalnya seorang atlet disuruh

melakukan lari bolak-balik mampu melakukan 20 kali. Bila intensitas

ditentukan sub maksimal dalam latihan, maka dalam satu giliran ( set )

latihan lari bolak-balik ditentukan 80% x 20 = 16 kali ( Dalam skripsi

: perbedaan hasil latihan lari zig–zag dan shuttle run terhadap

kelincahan bagi siswa putra mts negeri margoyoso kabupaten pati,

Ruslan, 2001 : 17- 18 )

b. Menentukan dengan kenaikan denyut nadi

Suharno HP. (1993 : 32) mengatakan beban latihan maksimum

bagi atlet, apabila setelah melakukan satu unit latihan denyut nadinya
naik menjadi 3 – 3 – 5 kali denyut nadi normal permenit. Misalnya

denyut nadi naik menjadi 180 – 210 kali permenit. Perlu diingat

bahwa denyut nadi maksimal dapat dihitung dengan rumus 200 – usia.

Seandainya umur atlet 20 tahun, maka denyut nadi latihan maksimal

180 kali permenit. Untuk menentukan intensitas sub maksimal berarti

80% x kali menit = 124 kali permenit.

c. Menentukan intensitas beban latihan

Menurut Suharno HP. (1993 : 33) kemampuan tenaga aerobik atlet

maksimal 34 detik secara fisiologis telah habis, ini berarti intensitas

maksimal, gerakan harus dengan power, tempo tinggi dan frekuensi

gerak cepat. Dikatakan pula pelatih dapat menentukan intensitas beban

latihan dengan waktu rangsangan 10 detik, 15 detik, 20 detik, 30 detik

asal gerakan kecepatan tinggi.

2.1.9 Macam-macam latihan kelincahan.

Sesuai macam / jenis kelincahan yang di kelompokkan menjadi

dua yaitu kelincahan umum dan kelincahan khusus, maka jenis latihan

juga sama yaitu latihan kelincahan umum dan kelincahan khusus.

a. Macam-macam latihan kelincahan khusus.

1) Lampu reaksi

Tiap sudut lapangan ditempatkan lampu berwarna yang

digunakan sebagai petunjuk arah dan tempat melakukan gerakan

sesuai dengan warna yang dinyalakan. Latihan ini digunakan pada

bulu tangkis .
2) Langkah kijang

Digunakan pada cabang atletik. Pelaksanannya yaitu berlari

menyerupai gerakan lari langkah kijang.

b. Shuttle run dan three corner drill

1) Shuttle run

Pada latihan ini atlet berlari dari titik satu ke titik yang lain.

Dalam latihan ini hanya dua titik yang harus dilalui atlet. Setiap

kali sampai pada satu titik ketitik lain, dia harus berusaha

secepatnya membalikkan diri untuk berlari menuju ke titik yang

lain dengan sudut balik sebesar 1800. Dalam satu repetisi atlet

berlari dari satu titik ke titik lain dan kembali ke awal. Satu set

terdiri dari tiga repetisi. Pada set berikutnya arah lari kebalikan

dari set yang mendahuluinya.

Start
Finish

4,55 m

Gambar 1
Bentuk Lapangan Shuttle Run
Sumber: Latihan Kondisi Fisik
( Harsono, 1993 : 14 )
2). Three corner drill

Latihan kelincahan three corner drill mirip dengan

boomerang run yang titiknya ada lima. Tetapi pada three corner

drill titiknya hanya ada tiga, ketiga titik tersebut membentuk

segitiga sama kaki dengan besar sudut 45 derajat dan sudut 90

derajat. Teknik latihan atlet berlari melingkar ketiga titik tersebut

secepatnya.

5,65 m

4m

START 4m
FINISH

Gambar 2
Bentuk Lapangan Three Corner Drill
Sumber : Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis Dalam Coaching
(Harsono, 1988 : 173)

Dalam suatu repetisi atlet berlari dari satu ke titik yang lain

dan kembali ke titik semula. Satu terdiri dari dua repetisi. Pada set

berikutnya arah lari kebalikan dari set yang mendahuluinya

Pergantian arah lari pada tiap set dalam shuttle run maupun

three corner drill dimaksudkan untuk menyeimbangkan gerakan

tubuh sehingga tidak terjadi kesulitan dalam berbelok arah ke


kanan ataupun ke kiri pada saat melakukan tes dengan alat-alat tes

dodging run .

2.1.10 Keuntungan dan kerugian

Keuntungan dan kerugian latihan shuttle run maupun three corner

drill berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :

a. Shuttle run

1) Keuntungan :

a) secara psikis gerkan shuttle run lebih mudah di ingat sehingga

memungkinkan atlet dapat berkonsentrasi penuh pada

kecepatan lari.

b) Bila dilakukan terus menerus atlet terbiasa dengan sudut belok

yang tajam ( 1800 ), lebih tajam di banding dengan sudut belok

three corner drill ( 450 dan 900). Ketajaman sudut tersebut

diatas memungkinkan hasil yang dicapai pada saat tes dengan

alat tes dodging run untuk shuttle run dibanding three corner

drill.

2). Kerugian :

a) Pada waktu melakukan latihan, kemungkinan atlet cidera otot

lebih besar karena shuttle run menuntut kekuatan otot untuk

berhenti secara mendadak lalu berbelok arah untuk berlari

kearah yang berlawanan.

b) Banyak membutuhkan konsentrasi pada saat berbalik arah.

Hal ini dikarenakan sering terjadi kehilangan keseimbangan.


b. Three corner drill.

1) Keuntungan :

a) Kemungkinan cidera lebih kecil karena sudut ketajaman

berbelok arah lebih kecil (450 dan 900 ).

b) Banyak membutuhkan koordinasi gerak tubuh, sehingga

mempermudah dalam tes dodging run.

2). Kerugian :

a) Secara psikis arah lari perlu pengingatan lebih.

b) Atlet tidak terbiasa dengan ketajaman sudut lari yang besar

sehingga pada saat melakukan tes dodging run atlet

menganggap sudut lari tes dodging run lebih sulit. Akibatnya

atlet konsentrasinya terpusat pada arah belok dan bukan pada

kecepatan larinya.

2.2 Hipotesis

Hipotesis berasl dari kata “ hypo” yang berarti bawah dan “thesa” yang

berarti kebenaran ( Sutrisno Hadi, 1996 : 6 ) Jadi hipotesis dapat diartikan

sebagai dugaan sementara yang masih perlu diuji kebenaranya. Dalam

penelitian ini berdasarkan landasan teori, hipotesisnya adalah :

1) Ada pengaruh yang berbeda antara latihan shuttle run dan three corner

drill terhadap kelincahan bagi atlet hockey putra Klub PUTRA

MANDIRI Mijen Kota Semarang tahun 2005.


2) Untuk mengetahi latihan mana yang lebih baik antara latihan shuttle run

dan three corner drill terhadap kelincahan bagi atlet hockey putra klub

PUTRA MANDIRI Mijen Kota Semarang tahun 2005.


BAB III

METODE PENELITIAN

Tanpa adanya penelitian, pengetahuan tidak akan maju. Padahal

pengetahuan adalah dasar semua tindakan dan usaha. Jadi penelitian sebagai

dasar untuk meningkatkan pengetahuan harus diadakan agar meningkat pula

peciptaan usaha-usaha manusia (Suharsimi Arikunto, 1996 :14 ) Salah satu

tugas penting research adalah ada tidaknya hubungan sebab akibat (Sutrisno

Hadi, 1988 : 427 )

Menurut Suharsimi Arikunto (1996 : 14) ada tiga persyaratan penting

dalam mengadakan kegiatan penelitian yaitu sistematis, berencana dan

mengikuit konsep ilmiah. Sistematis artinya dilaksanakan menurut pola

tertentu, dari yang penting sederhana sampai sampai kompleks hingga

tercapai tujuan secera efektif dan efisien. Berencana artinya dilaksanakan

dengan adanya unsur kesengajaan dan sebelumnya sudah dipikirkan langkah

-langkah pelaksanaannya. Mengikuti konsep ilmiah artinya mulai awal

sampai akhir kegiatan penelitian mengikuti cara-cara yang sudah ditentukan

yaitu prinsip yang digunakan untuk memperoleh ilmu pengetahauan.

Sutrisno Hadi (1991 : 4) menyatakan bahwa metodologi reseach

sebagaimana kita kenal sekarang memberikan garis-garis besar yang sangat

cermat dan mengajukan syarat-syarat yang sangat keras, maksudnya adalah

untuk menjaga agar pengetahuan yang dicapai dari suatu reseach dapat

mempunyai harga ilmiah yang setinggi-tingginya.


Pada bab ini akan diuraikan hal-hal yang berhubungan dengan

metodologi penelitian yaitu : penentuan populasi, sampel dan teknik

sampling, variabel penelitian, faktor yang mempengaruhi penelitian dan

metode analisa data.

3.1 Penentuan Populasi

Populai adalah keseluruhan objek penelitian (Suharsimi Arikunto,

1996 : 115). Sedang Sutrisno Hadi menyatakan populasi adalah seluruh

penduduk yang dimaksud untuk diselidiki. Dikatakan pula bahwa populasi

dibatasi sebagai jumlah penduduk atau individu yang paling sedikit

mempunyai satu sifat yang sama.

Dalam penelitian ini populasi adalah atlet hockey putra Klub PUTRA

MANDIRI Mijen Kota Semarang, yang berjumlah 18 atlet. Sesuai dengan

Sutrisno Hadi (1988 : 220) bahwa populasi dibatasi sejumlah penduduk atau

individu yang paling sedikit mempunyai sifat-sifat yang sama. Hal ini

berarti populasi yang digunakan dalam penelitian ini memenuhi persyaratan

karena memiliki sifat-sifat yang sama sebagai berikut :

1) Memiliki jenis kelamin yang sama yaitu putra.

2) Atlet hockey sama-sama belum pernah mengikuti latihan

kelincahan,khususnya shuttle run dan three corner drill.

3) Usia antara 16 sampai 20 tahun.


3.2 Sampel dan Teknik Sampling

Menurut Suharsimi Arikunto (1996 : 117) sampel adalah sebagian

atau wakil populasi yang diteliti. Sampai saat ini belum ada ketentuan yang

mutlak berapa besar sampel yang harus diambil untuk penelitian. Hal ini

seperti yang dikatakan oleh Sutrisno Hadi (1991 : 73) bahwa sebenarnya

tidak ada suatu ketetapan yang mutlak berapa persen suatu sampel harus

diambil dari suatu populasi.

Karena dari jumlah populasi 18 atlet digunakan sebagai sampel semua,

maka pengambilan sampel menggunakan total sampling, sesuai dengan

Winarno Surakhmat (1994 : 100) yang menyatakan sampel yang jumlahnya

sebesar populasi seringkali disebut total sampling.

3.3 Variabel Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (1993 : 97) mendefinisikan variabel

sebagai gejala yang bervariasi misalnya jenis kelamin, karena jenis kelamin

mempunyai variasi laki-laki dan perempuan, berat badan karena ada berat

40 kg 50 kg dan sebagainya. Gejala adalah objek penelitian sehingga

variabel adalah obyek penelitian yang bervariasi

Pada penelitian yang melihat pengaruh atau treatment, maka ada

variabel yang mempengaruhi dan variabel akibat. Suharsimi Arikunto (1996

: 101) menyebutkan bahwa variabel yang mempengaruhi disebut varibel

penyebab, varibel bebas atau independent variabel, sedang variabel akibat


disebut variabel tak bebas, variabel tergantung, variabel terikat atau

dependens variabel .

Dalam penelitian ini variabel - variabelnya adalah :

3.3.1 Variabel bebas terdiri dari

a. Latihan shuttle run .

b. Latihan three corner drill.

3.3.2 Variabel terikat adalah: kelincahan.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang sesuai, maka dalam penelitian ini

menggunakan metode eksperimen. Seperti yang dikatakan oleh Sutrisno

Hadi (1991 : 67) bahwa apakah seseorang penyelidik akan menggunakan

questioner, interview, obsevasi, tes, eksperimen, koleksi atau metode lainya,

atau kombinasi dari beberapa metode itu, semuanya harus mempunyai dasar

-dasar yang beralasan. Adapun yang menjadi alasan penggunaan metode

eksperimen adalah karena dalam penelitian ini akan meneliti hubungan

sebab akibat yaitu pengaruh latihan shuttle run dan three corner drill

terhadap kelincahan bagi atlet hockey putra klub PUTRA MANDIRI Mijen

Kota Semarang tahun 2005. Sesuai dengan yang dikatakan Sutrisno Hadi

(1990 : 427) bahwa metode eksperimen merupakan salah satu metode yang

paling tepat untuk menyelidiki hubungan sebab - akibat.

Metode eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan pola M – S (Matched Subjects by Designs) yaitu melakukan


matching,karena hakekat subjects matching adalah sedemikian rupa

sehingga pemisahan pasangan-pasangan subjek (pair of subjek) masing-

masing ke grup kontrol secara otomatis akan menyeimbangkan kedua grup

ini . Dalam penelitian ini kedua kelompok ini disebut kelompok eksperimen

satu dan kelompok eksperimen dua. Sedangkan untuk menyeimbangkan

kedua grup ( kelompok ) tersebut didasarkan atas rangking hasil tes awal

dari yang mempunyai waktu paling cepat menempati urutan pertama dan

seterusnya, sehingga urutan terakhir adalah yang mempunyai waktu paling

lama. Selanjutnya sesuai urutan tadi diberi kode A – B –B –A, sehingga

terbentuk kelompok A dan kelompok B yang seimbang. Untuk menentukan

kelompok eksperimen dua dengan cara diundi, dengan langkah sebagai

berikut :

1) Peneliti membuat nama “ Kelompok Eksperimen Satu “ pada selembar

kertas dan “ Kelompok Eksperimen Dua” pada selembar kertas yang

lain.

2) Kedua kertas tersebut digulung lalu diacak.

3) Wakil dari kelompok A dan kelompok B bersama-sama mengambil dan

membuka gulungan kertas tersebut.

Hasil undian adalah kelompok A sebagai kelompok eksperimen satu

dan kelompok B sebagai kelompok eksperimrn dua. Setelah terbentuk

kelompok eksperimen satu dan kelompok eksperimen dua, untuk

menentukan bentuk latihan yang harus dilakukan oleh masing-masing


kelompok eksperimen juga melalui undian dengan langkah -langkah sebagai

berikut:

1) Peneliti menulis pada selembar kertas kecil “latihan shuttle run “dan

“latihan three corner drill “ pada selembar kertas yang lain.

2) Kedua kertas tersebut digulung lalu diacak.

3) Wakil dari kelompok eksperimen satu dan kelompok eksperimen dua

bersama - sama mengambil dan membuka gulungan kertas tersebut.

Hasil undian adalah kelompok eksperimen satu dan dua.

3.5 Instrumen Penelitian

3.5.1 Tes awal dan tes akhir

a. Tes awal dan tes akhir menggunakan alat tes dodging run ( Barry L.

Johnson and Jack K. Nelson, 1969 : 105 )

b. Tes awal bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal sebelum

pelaksanaan latihan dilakukan sebagai pembanding apakah

peningkatan kelincahan setelah atlet mendalami latihan.

c. Pelaksanaanya : atlet berdiri di belakang garis start dengan

menggunakan start berdiri. Pada aba -aba ‘ Ya’ atlet melewati kursi

dan kembali pada posisi cenderung membentuk angka 8 berakhir pada

garis finish

d. Hasil dari lari di data sebagai data awal sebelum diberi perlakuan .
Finish

0
5m

Start

12 Feet 6 Feet 6 Feet 6 Feet


(3,6 m) (1,8 m) (1,8 m) (1,8 m)

Gambar 3
Bentuk Lapangan Dodging Run
Sumber : Barry L. Jonhson dan Jack K Nelson. ( 1969 )
Practical Measuremens for Evaluation in Physical Education ( 105)

Bahasa aslinya tes dodging run secara rinci adalah sebagai berikut :

Objective:To measure the agility of the performen is running and


changing dsirection .
Age level : 10 throug college.
Sex : Satisfactori for both boys and girls.
Reeability: has been reported as high as 934 for boys and 802 for
girls.
Validity : has been reported as highas. 820 with a criterion of the sum
of T- score in 16 tests of agility for boys.
Equipment and Materials : Marking tipe, 4 chairs and a stop watch.
Directions : The performer start behind the starting line on the
signal”go and runs a “figure 8 “ course around eachchair and
returns in the same pattern until the crosses the starting line.
Scorring : The score for each performer is the length of time required
( to the nearest tenth of second ) to complete the course.
Penalti : The performerreceives one ternthof a second penalty for
each chair touched.
Additional Pointers : (1) Stress importance of not touching chair. (2)
Steress importance of running as hard as passible across the finish
line. (23) Marking tape should be used to designate the starting and
finishing line. Barry L. Johnson dan Jack K Nelson. ( 1969 : 105 )
Terjamahan dari tes kelincahan dodging run tersebut diatas adalah

sebagai berikut:

Sasaran : Untuk mengukur kelincahan dalam berlari dan


mengubah arah.
Tingkat Umur : Umur 10 sampai usia kuliah.
Ketepatan : Telah dicatat setinggi 0,934 untuk laki-laki dan
untuk perempuan 0,802.
Kesahihan : telah dicacat setinggi 0,820 dalam kriteria T- skor
dalam 16 kali tes kecepatan untuk laki-laki.
Alat dan Bahan : Pencacat nilai, 4 buah kursi, dan satu stop watch.
Petunjuk : Pelari mulai dari samping garis start dan pada aba-
aba “ya” berlari pad figur 8 berlari mengitari
masing- masing kursi dan kembali pada pola yang
sama sampai dia menyentuh garis start.
Penilaian : Penilaian untuk masing- masing pelari adalah lama
waktu yang diperlukan mendekati 1/10 detik.
Hukuman : Pelari yang menyentuh kursi mendapat hukuman
( tambahan waktu 1/10 detik )
Tambahan Nilai : (1) Yang penting tidak menyentuh kursi.
(2) Lari secepat mungkin sampai menyentuh garis
finish.
(3) Pita harus digunakan untuk mengetahui garis
start dan finish.

Tes pendahuluan dilaksanakan pada tanggal 7 September 2005.

Tempat tes di lapangan hockey PUTRA MANDIRI Mijen, pada jam 15.00
sampi selesai. Materi tes adalah tes kelincahan dengan tes kelincahan

dodging run. Adapun langkah-langjkahnya sebagai berikut : anak

dibariskan, diabsen.Atlet melakukan pemanasan dengan lari ditempat,

melakukan penguluran otot-otot gerak. Penguluran diutamakan pada otot-

otot kaki dan pinggul. Dilanjutkan dengan gerakan senam ringan. Usai

pemanasan atlet dibariskan untuk diberi penjelasan tentang cara-cara

pelaksanaan tes dan atura-atuan hingga anak merasa jelas.Tes

pendahuluan dimulai setelah lokasi benar-benar kosong dan terbebas dari

gangguan. Anak dipanggil satu persatu sesuai nomor tes unutk melakukan

latihan tes hingga tes nomor terakhir. Masing-masing anak melakuakn

latihan sebanyak dua kali. Setelah pelaksanaan latihan tes selesai, siswa

melakukan tes sesungguhnya sesuai nomor urut dari awal berturut-turut

hingga nomor akhir.Petugas pengambil waktu siap dengan stop watch

untuk mengambil waktu setiap anak yang melakukan tes dan melapor

kepada pencacat waktu. Pencacat waktu siap mencatat hasil tes tiap anak.

3.1.2. Program latihan

Tujuan program ini adalah untuk memperlancar jalannya latihan

dalam usaha meningkatkan kelincahan atlet hockey. Agar memperoleh

hasil yang baik, latihan ditetapkan sebanyak lima kali dalam seminggu

selama empat minggu sebanyak 16 kali dengan hari latihan adalah Senin,

Rabu, Kamis, Jumat, Minggu. Untuk menyetarakan latihan antara shuttle

run dan three corner drill menggunakan perbandingan satu banding tiga,

untuk 1 set pada shuttle run terdiri dari 3 repetisi dan untuk three corner
drill dalam 1 set terdiri dari 1 repetisi. Hal ini dikarenakan perbedaan

panjang lintasan dan untuk menyetarakan waktu tempuh dalam latihan.

Dalam penelitian ini latihan terdiri dari tiga bagian, yaitu

a. Pemanasan ( warming up )

Pemanasan sangat perlu diberikan sebelum latihan inti. Pada

dasarnya bagian ini bertujuan untuk menyiapkan organisme atlet agar

secara fisiologis dan psikologis siap menerima beban latihan ini.

Kegiatan ini meliputi : Latihan penguluran atau stretching, senam

kelenturan, pelemasan, penguatan dan peregangan selama kurang

lebih 15 menit.

b. Latihan inti

Pada latihan ini waktu yang diperlukan kurang lebih dari 70 menit,

sedangkan latihan meliputi latihan kelincahan menggunakan shuttle

run untuk kelompok eksperimen satu dan three corner drill untuk

kelompok eksperimen dua.

c. Penenangan (cooling down )

Latihan ini bertujuan untuk memulihkan keadaan setelah latihan,

sehingga ketegangan otot akan berkurang secara berangsur- angsur.

Hal ini untuk mencegah terjadinya rasa sakit setelah latihan. Pada

akhir latihan ini diadakan koreksi secara klasikal kepada atlet tentang

latiah yang dilaksanakan. Waktu untuk penenangan kurang lebih 15

menit.
Pelaksanaan program latihan ini dimulai 8 September 2005 sampai

29 September 2005. Latihan dilaksanakan pada sore hari pukul 15.00

WIB sampai selesai kurang lebih 17.00 WIB.

3.1.3 Tes Akhir

Setelah atlet menjalani latihan sebanyak 5 kali dalam seminggu

sebanyak 16 kali latihan, maka pada tanggal 30 September 2005 diadakan

tes akhir menggunakan dodging run dari Barry L. Johnson dan Jack K.

Nelson ( 1969 : 105 )

Tujuan dari tes akhir untuk mengambil data hasil tes untuk diberi

perlakuan sebanyak 16 kali. Hasil tersebut dibandingkan dengan hasil tes

awal. Juga bertujuan untuk membandingkanantara dua bentuk latihan

yaitu latihan shuttle run dan three corner drill dari masing-masing hasil

data tes akhir.

3.6 Pelaksanaan Penelitian

Dalam penelitian ini pelaksanaan peneliti meliputi hal-hal sebagai berikut :

1) Cara mendapatkan sampel

Sampel didapat setelah mengajukan permohonan ijin penelitian

dari Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan kepada Ketua Klub Hockey

PUTRA MANDIRI Mijen Kota Semarang. Berdasarkan permohonan ijn

penelitian tersebut, Ketua Klub Hockey PUTRA MANDIRI memberikan

surat ijin penelitian di klub yang di kelolanya. Setelah ijin dari Ketua
Klub tempat penelitian diterima, mengumpulkan atlet dalam populasi

untuk dijadikan sampel penelitian.

2) Tempat penelitian

Tempat pelaksanaan penelitian dilakuakn dilapangan Hockey Putra

Mandiri Kecamatan Mijen Kota Semarang.

3) Waktu Penelitian

Waktu penelitian dimulai dari tanggal 8 September sampai tanggal

30 September 2005. Pelaksanaan latihan pada sore hari pukul 15.00 –

17.00 WIB setiap hari Minggu, senin, Rabu, Kamis,dan Jumat.

4) Alat dan perlengkapan

Alat dan perlengkapan yang digunakan dalam penelitian ini

meliputi lapangan rumput, 4 buah kursi, stop watch dan roll meter yang

sudah diterakan serta perlengkapan tulis menulis.

5) Tenaga pembantu

Guna membantu kemudahan dan kelancaran pengambilan data tes

awal maupun tes akhir, penulis dibantu rekan-rekan sebagai tenaga

pembantu. ( terlampir )

3.7 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penelitian dan Cara

Pengendaliannya.

Sutrisno Hadi ( 1990 : 434 - 443 ) mengatakan bahwa sebelum

eksperimen dijalankan, perlu ditetapkan lebih dahulu faktor-faktor, variabel-

variabel atau kondisi-kondisi apa yang dikontrol ( dikendalikan ). Dari


faktor penelitian tersebut faktor-faktor yang dapat dikendalikan dalam

eksperimen ini meliputi : usia yaitu dua kelompok dalam penelitian ini

berkisar 16 – 20 tahun, mempunyai jenis kelamin yang sama yaitu laki-laki,

semua beragama Islam, mayoritas sebagai pelajar dan kedua kelompok itu

sama-sama belum pernah mengikuti latihan kelincahan, khususnya shuttle

run dan three corner drill. Selain faktor-faktor tersebut masih ada faktor lain

yang mempengaruhi yaitu faktor internal dan eksternal.

1) Faktor internal meliputi :

a. Faktor kesungguhan anak

Kesungguhan hati anak coba dalam mengikuti latihan tidak sama

sehingga mempengaruhi penelitian. Untuk menghindari hal itu

diusahakan agar tiap anak coba bersungguh-sungguh dalam

mengikuti latihan. Dalam hal ini karena anak coba adalah teman dari

penulis, maka tidak ada kesulitan dalam mengendalikan hal tersebut.

b. Faktor kemampuan anak

Tiap anak mempunyai kemampuan yang berbeda dalam

menangkap penjelasan maupun peragaan sehingga kemungkinan

melakukan kesalahan dalam latihan masih ada. Oleh sebab itu dalam

melaksanakan latihan selalu diadakan koreksi langsung bagi anak

yang melakukan kesalahan dan koreksi secara klasikal setelah anak

coba melakukan latihan secara keseluruhan.


c. Faktor kegiatan anak diluar penelitian

Faktor kegiatan anak coba diluar penelitian harus dikontrol,

dalam hal ini untuk mengatasinya adalah memberikan pengertian

pada anak coba agar tidak melakukan kegiatan yang sama diluar

penelitian.

2) Faktor ekternal meliputi :

a. Faktor penyampaian materi latihan

Agar latihan mencapai hasil yang baik, maka penyampaian

materi pada anak coba diusahakan tegas dan jelas. Materi harus

didemonstrasikan dengan baik agar anak coba dapat memahami,

mencontoh dan melakukan latihan dengan baik dan benar.

b. Faktor alat.

Demi kelancaran jalannya latihan, maka diusahakan alat yang

digunakan dalam penelitian harus lengkap dan disiapkan sebelum

latihan dimulai.

c. Faktor tempat dan cuaca

Tempat yang digunakan untuk pelaksanaan latihan adalah

lapangan rumput Hockey PUTRA MANDIRI Kecamatan Mijen.

Agar tidak terjadi penundaan karena cuaca, terutama kalau hujan,

maka latihan dapat dilaksanakan di dalam kelas. Dalam hal ini kelas

yang dipakai adalah dua kelas yang saling berdekatan.


3.8 Metode Analisis Data

Menganalisa terhadap hasil-hasil eksperimen yang didasarkan atas

subject matching selalu menggunakan t-tes. Untuk menyelesaikan ini ada

dua rumus yang tersedia yaitu diselesaikan melalui jalan melingkar (long

method ) dan sekali jalan ( short method ). Dalam penelitian ini rumus yang

digunakan adalah short method. Hal ini sesuai pendapat Sutrisno Hadi (1990

: 491) bahwa dengan long method maupun short method kita akan

memperoleh nilai t yang sama, karena itu short method yang kita pilih

karena jauh lebih efisien penggunaannya.

Selain data yang diperoleh dari tes akhir pada sampel, maka untuk

memasukkan data dalam rumus, terlebih dahulu membuat tabel perhitungan

persiapan sebagai berikut :

Tabel 1

Contoh Tabel Persiapan Perhitungan Statistik Dengan Pola M – S

No Pasangan XE1 XE2 D d d2

subjek (XE1-XE2) (D–MD)

1 2 3 4 5 6 7

1.

2.

3.

s.d

18
∑XE1 ∑ XE2 ∑D ∑d ∑d2
Keterangan :

∑XE1 = Nilai kelompok Eksperimen 1

∑XE2 = Nilai kelompok Eksperimen 2

D = Perbedaan nilai dari kelompok eksperimen 2 dan kelompok

eksperimen 1

d = Deviasi perbedaan

d2 = Kuadrat dari deviasi perbedaan

∑ = Sigma ( jumlah )

Cara pengisian tabel tersebut diatas sebagai berikut :

1) Catat nomor subjek kolom 1

2) Pasangan kolom sujek 2

3) Nilai kelompok eksperimen 2 pada kolom 3

4) Nilai kelompok eksperimen 1 pada kolom 4

5) Selisih nilai XE1 dan XE2 pada kolom 5

6) Selisih antara D dan MD ( Mean Perbedaan ) pada kolom 6

7) Kuadarat dari deviasi perbedaan pada kolom 7.

Sebagai langkah untuk analisa data selanjutnya digunakan rumus t-test

sebagai berikut :

MD
t=
∑ d 2

N ( N − 1)
Keterangan :

MD = Mean dari kelompok eksperimen satu dan mean dari kelompok

ekperimen dua

∑d = Jumlah kuadrat deviasi dari mean perbedaan

N = Jumlah dari subjek ( pasangan )

( Sutrisni Hadi, 1990 : 278 )

Untuk mencari mean defference ( MD ) dengan rumus sebagai berikut :

MD =
∑D
N

Dan harus dibuktikan bahwa :

∑d = ∑XE1 - ∑XE2 dan d = 0

Dengan menggunakan perhitungan ini kemungkinan hal yang

diperoleh sebagai berikut : apabila nilai t yang diperoleh dari perhitungan

statistik sama atau lebih besar dari t- tabel, dengan derajat kebebasan ( db )

8 dan taraf signifikan 5%, maka maka hipotesis nihil yang menyatakan tidak

ada perbedaan pengaruh antara latihan kelincahan menggunakan lari shuttle

run dan three corner drill terhadap kelincahan ditolak. Sedang apabila nilai

t yang diperoleh dari hasil perhitungan lebih kecil dari t-tabel dengan derajat

kebebasan ( db ) 8 dan taraf signifikan 5%, maka hipotesis nihil yang

menyatakan bahwa tidak ada perbedaan pengaruh yang berarti antara latihan

menggunakan shuttle run dan three corner drill terhadap kelincahan

diterima.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Setelah diadakan tes akhir dari kelompok eksperimen satu dan

eksperimen dua maka didapat data dari tiap-tiap subjek dua kelompok itu

yang selanjutnya data tersebut diolah kedalam tabel perhitungan statistik

pola M-S. ( Lihat lampiran ). Dalam pembuktian hipotesis alternatif yang

berbunyi ada pengaruh yang berbeda antara latihan shuttle run dan three

corner drill terhadap kelincahan bagi atlet hockey putra klub PUTRA

MANDIRI Mijen Kota Semarang tahun 2005 diubah menjadi hipotesis nihil

yang berbunyi tidak ada pengaruh yang berbeda antara latihan shuttle run

dan three corner drill terhadap kelincahan bagi atlet hockey putra klub

PUTRA MANDIRI Mijen Kota Semarang tahun 2005. Selanjutnya

dibuktikan dengan perhitungan statistik

Hasil penelitian menunjukan bahwa dari selisih perhitungan antara

mean pretes mean postes didapat nilai sebesar 7,49 detik dikurangi 6,55

detik sehingga pada latihan shuttle run mengalami peningkatan sebesar 0,94

detik. Demikian halnya dengan perhitungan selisih mean pretes dan mean

postes untuk latihan three corner drill diperoleh nilai sebesar 8,07 detik

dikurangi 7,01 detik,sehingga pada latihan three crner drill mengalami

peningkatan sebesar 1,06 detik. Setelah dihitung perbandingan antara latihan


shuttle run dan three corner drill mempunyai pengaruh sebesar 0,94 detik

dan 1,06 detik terhadap kelincahan. Sehingga latihan shuttle run maupun

three corner drill sama-sama meningkatkan kelincahan. Dari perhitugan

selisih pretes dan postes pada latihan shuttle run maupun three corner drill

didapat t-hitung lebih besar dari pada t-tabel. Nilai t-hitung shuttle run

sebesar 4,843 dan nilai t-hitung three corner drill sebesar 5,196. Setelah t-

hitung diketahui,selanjutnya mencari t-tabel dengan taraf signifikan5 %

derajat kebebasan (db) 8 pada nilai t. Dari tabel didapat nilai t-tabel sebesar

2,306. Dengan membandingkan t-tabel dengan t-hitung diperoleh t-hitung

lebih besar dari t-tabel yaitu 4,843 > 2,306 pada latihan shuttle run dan

5,196 > 2,306 pada latihan three corner drill. Karena yang dihitung

kecepatan, maka latihan three corner drill lebih baik dari pada latihan

shuttle run dalam meningkatkan kelincahan. Dan berdasarkan perhitungan

perbedaan hasil kelompok latihan shuttle run dan three corner drill didapat

nilai sebesar 0,807 detik dari perhitungan nilai t-test.

Bila dilihat dari perbedaan antara latihan shuttle run dan latihan three

corner drill memiliki perbedaan hasil. Metode latihan three corner drill

lebih baik dalam latihan ini. Yang berarti latihan three corner drill lebih

besar pengaruhnya dalam meningkatkan kelincahan bagi atlet hockey putra

Klub PUTRA MANDIRI Mijen Kota Semarang tahun 2005.


4.2 Pembahasan

Setelah atlet diberi perlakuan sebanyak 16 kali selama 4 minggu,

diperoleh hasil yang jelas setelah dihitung statistik. Baik shuttle run maupun

three corner drill mengalami kenaikan hasil, ini dapat dilihat dari

perbandingan tes awal dan tes akhir. Keduanya mempunyai pengaruh yang

berbeda terhadap kelincahan. Demikian pula pada hasil tes akhir ditemukan

perbedaan hasil dari hasil tes shuttle run dan three corner drill. Jadi

hipotesis dalam penelitian yang menyatakan ada pengaruh yang berbeda

antara latihan shuttle run dan three corner drill terhadap kelincahan bagi

atlet hockey putra klub PUTRA MANDIRI Mijen Kota Semarang tahun

2005, dan untuk mengetahui latihan mana yang lebih baik antara latihan

shuttle run dan three corner drill terhadap kelincahan bagi atlet hockey

putra klub PUTRA MANDIRI Mijen Kota Semarang tahun 2005 terbukti.

Latihan three corner drill ternyata lebih baik hasilnya dibanding

dengan latihan shuttle run juga terbukti, karena berdasarkan keuntungan dan

kerugian. Latihan shuttle run dan three corner drill sama-sama mempunyai

keuntungan dan kerugian. Latihan shuttle run mempunyai keuntungan

antara lain : secara psikis latihan shuttle run mudah diingat, bila dilakukan

terus menerus atlet terbiasa dengan sudut belok yang tajam ( 1800 ),

dibanding sudut three corner drill ( 450 ) dan ( 900 ). Ketajaman sudut

tersebut memungkinkan hasil yang dicapai pada saat tes dengan alat tes

dodging run akan lebih baik dengan latihan shuttle run dibanding three
corner drill. Sedangkan kerugiannya antara lain : untuk shuttle run

kemungkinan cidera lebih besar, karena shuttle run menuntut kekuatan otot

untuk berhenti secara mendadak lalu berbelok arah untuk berlari kearah

yang berlawanan dan membutuhkan banyak konsentrasi pada saat berbalik

arah karena banyak kehilangan keseimbangan. Sedangkan three corner drill

dalam latihan secara psikis arah lari membutuhkan pengingatan yang lebih

dan tidak terbiasa dengan ketajaman sudut lari yang besar, sehingga dalam

tes dodging run mengalami kesulitan. Akibatnya atlet konsentrasinya

terpusat pada arah belok dan bukan pada arah larinya.


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil perhitungan statistik diperoleh t-hitung lebih besar

t-tabel ( 4,843 > 2,306 ) untuk latihan shuttle run dan (5,196 >2,306 ) untuk

latihan three corner drill. Maka latihan three corner drill lebih baik

daripada latihan shuttle run. Dari hasil mean pretes dan mean postes latihan

shuttle run mempunyai pengaruh sebesar 0,94 detik, dari perhitungan selisih

nilai 7,49 dikurangi 6,55 detik dan dari hasil mean pretes dan mean postes

latihan three corner drill mempunyai pengaruh 1,06 detik dari selisih nilai

8,07 detik dikurangi 7,01 detik. Sehingga terjadi peningkatan sebesar 0,94

detik untuk shuttle run dan 1,06 detik untuk three corner drill .Sehingga

latihan shuttle run maupun three corner drill sama-sama meningkatkan

kelincahan. Karena yang di hitung kecepatan maka latihan three corner drill

lebih baik daripada latihan shuttle run. Karena yang dihitung adalah

kecepatan maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Ada pengaruh yan berbeda antara shuttle run dan three corner drill

terhadap kelincahan bagi atlet hockey putra klub PUTRA MANDIRI

Mijen Kota Semarang tahun 2005.


2. Latihan three corner driil memberikan pengaruh yang lebih baik

daripada latihan shuttle run terhadap kelincahan bagi atlet hockey putra

klub PUTRA MANDIRI Mijen Kota Semarang tahun 2005

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan penelitian ini penulis dapat memberikan saran

kepada pembaca sebagai berikut:

1. Untuk melatih kelincahan pada atlet hockey klub PUTRA MANDIRI

disarankan menggunakan latihan three corner drill

2. Tidak menutup kemungkinan bagi peneliti lain untuk mengadakan

penelitian yang bertema sama dengan sampel lain.

3. Bagi peneliti yang sejenis, hasil ini dapat dijadikan sebagai pembanding.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1996.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan

Praktek.Jakarta :CV. Rineka Cipta.

Dwijowinoto, Kasiyo. 1993. Dasar –Dasar Ilmiah Kepelatihan. Semarang:

IKIP Semarang Press

Harsono. 1986. Ilmu Coaching. Jakarta : Pusat Ilmu Olahraga KONI Pusat

Johnson L. Barry dan Nelson K. Jack. 1969. PracticalMeasurement

forEvaluation in Physical Education.London : New Wared Record

PASI. 1993. Pengenalan Kepada Teori Pelatihan. Jakarta : PASI

Sajoto, M. 1988. Pembinaan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Jakarta:

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Tabrani, Primadi. 1985. Hockey & Kreativita dalam Olahraga. Bandung : ITB

Bandung.
PROGRAM LATIHAN

No EKSPERIMEN 1 EKSPERIMEN 2
( SHUTTLE RUN ) ( THREE CONER DRILL )
KEGIATAN WAKTU KEGIATAN WAKTU
1 Pertemuan I, II, III, IV Pertemuan I, II, III, IV
Tgl.8,9,11,12 Tgl.8,9,11,12
September 2005 5 menit September 2005 5 menit
a. Persiapan a. Persiapan
- Lapangan - Lapangan
- Bendera 15 menit - Bendera 15 menit
b.Pendahuluan b. Pendahuluan
- Doa - Doa
- Presensi - Presensi
- Pengarahan - Pengarahan
- Pemanasan 30 menit - Pemanasan 30 menit
c. Inti c. Inti
- Set : 2 - Set : 2
- Repetisi : 3 - Repetisi : 1

10 menit 10 menit
d. Akhir d. Akhir
- Koreksi - Koreksi
- Penenangan - Penenangan
- Doa - Doa
2
Pertemuan V,VI,VII, Pertemuan V, VI,
VIII 5 menit VII, VIII 5 menit
Tgl.14,15,16,18 Tgl.14.15.16,18
September 2005 September 2005
a. Persiapan 15 menit a. Persiapan 15 menit
- Lapangan - Lapangan
- Bendera - Bendera
b. Pendahuluan b. Pendahuluan
- Doa - Doa
- Presensi 50 menit - Presensi 50 menit
- Pengarahan - Pengarahan
- Pemanasan - Pemanasan
c. Inti 10 menit c. Inti 10 menit
- Set : 3 - Set : 3
- Repetisi : 3 - Repetisi : 1
d. Akhir d. Akhir
- Koreksi - Koreksi
- Penenangan - Penenangan
- Doa - Doa
5 menit 5 menit
3 Pertemuan IX, X, XI, Pertemuan IX, X, XI,
XII XII
Tgl. 19, 21, 22, 23 15 menit Tgl. 19, 21, 22, 23 15 menit
September 2005 September 2005
a. Persiapan a. Persiapan
- Lapangan - Lapangan
- Bendera - Bendera
b. Pendahuluan 70 menit b. Pendahuluan 70 menit
- Doa - Doa
- Presensi - Presensi
- Pengarahan 10 menit - Pengarahan 10 menit
- Pemanasan - Pemanasan
c. Inti c. Inti
- Set : 4 - Set : 4
- Repetisi : 3 - Repetisi : 1
d. Akhir d. Akhir
- Koreksi - Koreksi
- Penenangan 5 menit - Penenangan 5 menit
- Doa - Doa

15 menit 15 menit
4 Pertemuan XIII, XIV, Pertemuan XIII, XIV,
XV, XVI XV, XVI
Tgl. 25, 26, 28,29 Tgl. 25, 26, 28, 29
September 2005 September 2005
a. Persiapan 90 menit a. Persiapan 90 menit
- Lapangan - Lapangan
- Bendera - Bendera
b. Pendahuluan 10 menit b. Pendahuluan 10 menit
- Doa - Doa
- Presensi - Presensi
- Pengarahan - Pengarahan
- Pemanasan - Pemanasan
c. Inti c. Inti
- Set : 5 - Set : 5
- Repetisi : 3 - Repetisi : 1
d. Akhir d. Akhir
- Koreksi - Koreksi
- Penenangan - Penenangan
- Doa - Doa
Lampiran

TABEL 10
DAFTAR NAMA PEMBANTU TES

NO NAMA JABATAN TUGAS


1 Prasetyo Mahasiswa UNNES Membantu membuat lapangan
2 Mulyono Mahasiswa UNNES Mengambil waktu tes
3 Yudistiro Mahasiswa UNNES Mencatat waktu tes
4 Susanto Mahasiswa UNNES Konsumsi

You might also like