Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
Disusun oleh
2005
ii
SARI
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Hari : Selasa
Tanggal : 25 Oktober 2005
Pukul : 11.00-13.00 WIB
Tempat : Ruang Ujian Skripsi
Ketua Panitia
iv
Dewan Penguji :
3
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO :
1. Engkau telah diberi ilmu, maka jangan kau kotori ilmumu dengan
kegelapan dosa-dosa sehingga engkau tetap dalam kegelapan disaat
para ahli ilmu diterangi oleh cahaya ilmu mereka (Ringkasan
Ihya’ulumuddin, 1986:6).
2. Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Ku-perkenankan bagimu (QS.
Al-Mu’min: 60).
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk :
4
1. Almarhum Ayahanda tercinta yang telah
memberikan bekal ilmu agama dan kasih
sayangnya kepada diriku dimasa hidupnya.
2. Keluarga besarku (Ibunda, Kakak, Adik,
keluarga Bapak Widodo) yang
memberikan doa restu dan dukungan
semangat kepada diriku.
3. Rekan-rekan dekat ( Eni, Isa, Lukito,
Kosim, Hamid )yang telah banyak
membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Rekan-rekan seperjuangan PJKR 2001
5. Almameter FIK UNNES
KATA PENGANTAR
5
3. Ketua Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Universitas
penelitian ini.
4. Bapak Drs. Bambang Priyono, M.Pd selaku dosen pembimbing utama dan
Bapak Drs. Tri Rustiadi, M.Kes selaku dosen pembimbing pendamping yang
6. Bapak Agus Saparno selaku manajer dan Bapak Yitno selaku pelatih Sekolah
7. Siswa Sekolah Sepak Bola (SSB) New Pelita Solo yang telah banyak
Semoga Allh SWT memberikan pahala yang sesuai atas kebaikan yang
Akhir kata, penulis berharap semoga hasil penulisan skripsi ini dapat
6
Semarang, Agustus 2005
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ....................................................................................................
SARI........................................................................................................
PENGESAHAN ......................................................................................
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ..........................................................
KATA PENGANTAR ............................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................
DAFTAR TABEL...................................................................................
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................
BAB I : PENDAHULUAN
1.1. Alasan Pemilihan Judul......................................................
1.2. Permasalahan ....................................................................
1.3. Penegasan Istilah................................................................
1.4. Tujuan Penelitian ..............................................................
1.5. Manfaat Penelitian .............................................................
BAB II : LANDASAN TEORI
2.1. Landasan Teori..................................................................
7
2.1.1. Survei ..................................................................
2.1.2. Kondisi Fisik ......................................................
2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kondisi Fisik
.............................................................................
2.1.4. Komponen-komponen Kondisi Fisik ..................
2.1.5. Latihan Kondisi Fisik..........................................
2.1.6. Kondisi Fisik yang Dominan Dalam Sepak Bola
2.1.7. Pembagian Usia Dalam Sepak Bola....................
2.1.8. Sistem Enerji Dalam sepak Bola.........................
2.1.9. Hubungan Usia Dengan Kondisi Fisik................
2.1.10. Usia / Umur .........................................................
8
3.6.1. Prosedur Pelaksanaan Tes Kemampuan Kondisi
Fisik Cabang Olahraga Sepak Bola .....................
3.7. Metode Pengumpulan Data .............................................
3.8. Analisis Data ...................................................................
3.9. Faktor-faktor yang mempengaruhi penelitian ………….
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian ...............................................................
4.1.1. Deskripsi Masing-masing Latihan .......................
4.1.2. Tingkat Kondisi Fisik Secara Keseluruhan...........
4.2. Pembahasan Hasil Penelitian...........................................
BAB V : SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan ...........................................................................
5.2. Saran..................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................
LAMPIRAN............................................................................................
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3. Tabel norma penilaian kondisi fisik cabang olahraga sepak bola dan
7. Tabel hasil tes kondisi fisik pemain SSB New Pelita Solo .................
9
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
4. Tes Sit-Up........................................................................................... 68
5. Tes Push-Up....................................................................................... 68
10
10. Tes Lari 15 menit ............................................................................... 71
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Hasil Tes Kondisi Fisik Pemain SSB New Pelita Solo……………. 72
11
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam upaya membina prestasi yang baik maka pembinaan harus dimulai
dari pembinaan usia muda dan atlet muda berbakat sangat menentukan menuju
tercapainya mutu prestasi optimal dalam cabang olahraga sepak bola. Bibit atlit
yang unggul perlu pengolahan dan proses kepelatihan secara ilmiah, barulah
3. Pembinaan taktik.
4. Kematangan juara.
(Soekatamsi, 1988:11).
olahraga sepak bola seperti, kekuatan, kecepatan, kelincahan, daya tahan dan
12
lainnya. Sedangkan aspek skill, sepak bola tergolong pada jenis olahraga yang
lingkungan, dalam situasi yang berubah-ubah dari tekanan lawan, ruang dan
Dalam olahraga sepak bola dibutuhkan kondisi fisik yang baik, maka
untuk menuju kesana perlu dibuat program-program latihan yang baik serta
Kondisi fisik dan kesegaran jasmani sangat dipengaruhi faktor usia. Pada
maksimal sekitar umur 20-30 tahun, kemudian dengan bertambahnya umur akan
dimulai sejak usia muda, sehingga penurunan kondisi fisik dapat diperlambat.
yang terdiri dari tes kelentukan, kecepatan, daya tahan, kelincahan dan kekuatan
yang kesemua tes tersebut bertujuan untuk mengetahui dan meningkatkan kondisi
tiap pemain. Karena, tanpa fisik yang bagus seorang pemain tidak akan dapat
pada para pemain, ia akan mengadakan evaluasi apakah tes yang diberikan
berhasil atau tidak didalam meningkatkan kondisi fisik para pemainnya. Evaluasi
itu biasanya bisa berupa uji coba dengan cara bertanding atau bermain. Karena
13
dengan cara tersebut pelatih dapat mengetahui tingkat kondisi fisik para
pemainnya.
Sebagai salah satu kabupaten di Jawa Tengah, Solo juga dapat dikatakan
sebagai kota yang mendidik dan melahirkan bintang-bintang muda dalam kancah
sepak bola, seperti Indriyanto Nugroho, Agung Setyobudi, I Komang Putra dan
Indonesia. Tak heran jika di Solo banyak klub-klub sepak bola dari tingkat
perkotaan sampai tingkat pedesaan, salah satunya adalah SSB New Pelita Solo.
Solo. Dengan diadakannya kompetisi ini Pemerintah Daerah dapat mencari bibit-
bibit muda yang berbakat. SSB New Pelita Solo mempunyai cukup banyak
anggota yang terbagi dalam beberapa kelompok usia, yaitu kelompok yunior usia
12 –19 tahun dan kelompok senior usia 20 tahun keatas dengan jadual latihan
seminggu tiga kali yaitu pada hari Rabu, Jumat dan Minggu.
Latihan teknik dan taktik di SSB New Pelita Solo dilakukan dengan
diselingi aktivitas fisik seperti melompat-lompat keatas dengan dua kaki rata-rata
paha, setelah itu anak berlari menuju bola yang berada didepannya dengan jarak
lima meter dan melakukan shooting bola kearah gawang, selain itu pemain
melakukan shooting bola ke arah gawang dengan menggunakan lima buah bola
dengan menembakkan bola satu persatu kearah gawang dengan jarak 20 m dengan
palaksanaan anak menembak bola pertama dengan cara berlari dari belakang bola
14
yang berjarak 10 m setelah itu anak kembali kegaris start, gerakan ini dilakukan
secara berulang-ulang.
Dengan kondisi fisik yang baik seorang pemain dalam suatu pertandingan
dapat menerapkan teknik, taktik, strategi dan cara bermain sepak bola yang baik
dan mampu bermain selama 2x45 menit. Didalam sepak bola adanya keterkaitan
antara satu komponen dengan komponen yang lain sangatlah penting dan hal
inilah yang kurang dimiliki oleh para pemain SSB New Pelita Solo. Karena
Pelita Solo bermain cukup bagus di menit-menit awal baik dari segi teknik, taktik,
maupun kematangan juara sudah dimiliki para pemain. Tetapi itu semua tidak
kondisi fisik para pemain banyak yang menurun dan keadaan seperti inilah yang
kondisi fisik ini disebabkan karena tidak adanya program latihan fisik yang
aktivitas olah raga maka perlu disusun suatu program latihan fisik yang sistematis,
sangat diperlukan bagi siswa SSB New Pelita Solo. Sebab latihan-latihan kondisi
fisik yang sudah dilakukan di SSB New Pelita Solo saat ini sangat kurang. Untuk
mendapatkan hasil kondisi fisik yang signifikan (berarti) terhadap aspek teknik
maka dibutuhkan pelatih khusus fisik. Hal inilah yang kurang menjadi perhatian
15
di SSB New Pelita Solo. Sebab di SSB New Pelita Solo, setiap kelompok umur
hanya dipegang oleh satu pelatih, dimana pelatih itu selain melatih fisik juga
melatih teknik dan taktik permainan sepak bola. Jadi untuk penekanan khusus
terhadap fisik sangat kurang. Dengan demikian secara tidak langsung terjadi
tercapainya kondisi fisik yang baik. Tetapi kenyataan yang ada di lapangan, untuk
mencapai kondisi fisik yang baik tidak disertai dengan penanganan yang baik
karena tidak adanya pelatih khusus fisik. Hal inilah yang menyebabkan
sehingga mulai saat ini kondisi fisik para pemain mulai dibenahi dan ditingkatkan
Atas dasar uraian di atas, maka perlu diadakan penelitian yaitu "Survei
kondisi fisik bagi siswa SSB New Pelita di Kabupaten Sukoharjo Solo".
berikut:
SSB New Pelita Solo dalam melakukan beberapa pertandingan terakhir prestasi
Penurunan prestasi ini disebabkan karena kondisi fisik pemain yang mengalami
Kondisi fisik yang menurun ini disebabkan karena kurangnya latihan fisik yang
terprogram dan tidak adanya pelatih fisik yang menangani secara khusus.
Latihan teknik dan taktik yang dikombinasikan dengan aktivitas gerak fisik dalam
16
Untuk itu perlu diketahui seberapa jauh kondisi fisik para pemain SSB New Pelita
Solo.
1.2 Permasalahan
dianalisis dan dicari permasalahannya. Bagi pemain sepak bola faktor fisik sangat
Copper dan Emory (1995) masalah penelitian adalah satu atau dua kalimat yang
tidak dapat dijawab dengan “ya” atau “tidak”, dan merupakan sebuah masalah
yang luas, akan diukur, digali dan diuji secara mendalam melalui hipotesis-
Bagaimana tingkat kondisi fisik para siswa Sekolah Sepak Bola (SSB)
1.3.1 Survei
Survei adalah salah satu jenis penelitian untuk mengetahui pendapat dari
informasi yang diperoleh dari penelitian, dapat dikumpulkan dari seluruh populasi
17
Penelitian survei adalah “penelitian yang mengambil sampel dari suatu
Pada penelitian ini survei diartikan sebagai alat atau metode dalam
Kondisi fisik ditinjau dari segi faalnya adalah kemampuan seseorang dapat
menjalankan olahraga.
18
(Garuda Mas, KONI 2000: 69-70)
Anak laki-laki menunjukkan perkembangan tinggi badan yang tak
seimbang dengan kemampuan fisiknya, terutama otot tungkai dan anggota badan
bagian atas. Karena itu pada puncak pertumbuhannya terjadi gangguan pada
keseimbangan sebagai contoh adalah anak sering sekali mudah terjatuh. Pada
masa ini pembinaan kekuatan yang sepadan tidaklah membahayakan, namun tetap
diingat penggunaan beban yang terlampau berat diluar batas toleransi dapat
Pada anak usia SLTP misalnya, kondisi fisik mereka sudah mulai
berkembang pesat seperti kekuatan, kecepatan, dan daya tahan sehingga ia lebih
sebelas pemain, dan salah satunya penjaga gawang (Sucipto dkk, 2000: 7).
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
sejauhmana tingkat kondisi fisik setiap individu siswa Sekolah Sepak Bola (SSB)
19
1.5 Manfaat Penelitian
Bagi peneliti sebagai bahan referensi dan media informasi tentang manfaat dan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berarti pada
Sekolah Sepak Bola (SSB) didalam membina dan menciptakan calon bibit-
bibit pemain sepak bola yang profesional dan handal bagi perkembangan sepak
20
BAB II
LANDASAN TEORI
Survei adalah salah satu jenis penelitian untuk mengetahui pendapat dari
informasi yang diperoleh dari penelitian yang dikumpulkan dari seluruh populasi
dan dapat pula dari sebagian populasi (Suharsimi Arikunto, 1993: 321).
Pada penelitian ini survei diartikan sebagai alat atau metode dalam memperoleh
(M. Sajoto, 1995: 8), sedangkan menurut Sugiyanto (1993: 221), kemampuan
aktivitas fisik.
Tubuh manusia pada garis besarnya terdiri dari unsur jasmani dan rohani.
Unsur jasmani dapat dilihat dari sudut pandang yaitu 1) dari segi wujudnya yang
21
dapat dilihat secara jelas seperti anatomi/antropometri, 2) dilihat dari kemampuan
atau kapasitas kerjanya yaitu dari segi faalnya. Dalam keadaan seperti ini, kondisi
fisik seseorang akan dapat diketahui sampai seberapa jauh kemampuannya dalam
langsung seperti yang pertama, melainkan harus melalui suatu tes, baik
otot.
22
2.1.3.1 Faktor latihan
Latihan adalah proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja yang
untuk meningkatkan prestasi atlit. Frekuensi latihan yang baik dilakukan tiga kali
sebagai berikut:
Unsur yang dibentuk dan dikembangkan meliputi kekuatan, daya tahan, daya
Pembentukan teknik harus dimulai dari teknik dasar ke teknik yang lebih
23
4. Pembentukan mental (mental build up)
Pembentukan mental dan usur psikologis sesuai dengan cabang olahraga yang
diikuti.
Akhir dari pembentukan harus menuju kematangan juara. Dengan bekal fisik,
Tubuh akan merasa lelah setelah melakukan aktivitas, hal ini disebabkan
Kondisi fisik yang baik harus didukung kesegaran jasmani yang baik pula.
Dengan kebiasaan hidup yang sehat maka seseorang akan jauh dari segala bibit
lingkungan
24
2.1.3.5 Faktor lingkungan
Lingkungan adalah tempat dimana seseorang itu tinggal dalam waktu yang
lama, dalam hal ini menyangkut lingkungan fisik, serta sosial, mulai dari
dalam kondisi dan tingkat kesegaran jasmani yang baik untuk menghadapi
Proses pelatihan kondisi dalam olahraga adalah suatu proses yang harus
dilakukan dengan hati-hati, sabar dan penuh kewaspadaan terhadap atlit. Melalui
sedikit demi sedikit bertambah, lama kelamaan seorang pemain akan berubah
menjadi orang yang lebih lincah, terampil dan lebih berhasil guna.
musim-musim tersebut.
yang dibutuhkan selama latihan atau melakukan aktivitas. Untuk seorang atlit
membutuhkan 25-30% lemak, 15% protein, 50-60% hidrat arang dan vitamin
serta mineral lainnya. Jadi untuk pembinan kondisi fisik dibutuhkan banyak
25
2.1.4 Komponen-komponen kondisi fisik
terhadap suatu keadaan (Garuda Emas, 2000: 90). Kekuatan memegang peranan
yang penting, karena kekuatan adalah daya pengerak setiap aktifitas dan
untuk berkontraksi secara terus menerus dalam waktu yang relatif lama dengan
Daya tahan adalah kemampuan untuk bekerja atau berlatih dalam waktu
yang lama, dan setelah berlatih dalam jangka waktu lama tidak mengalami
Sajoto,1995:8)
untuk berkontraksi secara teratur dalam waktu yang relatif lama dengan beban
26
2.1.4.4 Kecepatan (Speed)
segala aktivitas dengan pengukuran tubuh yang luas. Hal ini akan sangat mudah
(M. Sajoto, 19995: 9). Daya lentur adalah efektifitas seseorang dalam penyesuaian
diri untuk segala aktifitas dengan penguluran tubuh yang luas (Uen
Hartiawan,2002:7).
Daya lentur yang buruk juga mempengaruhi kecepatan dan daya tahan.
Karena, otot-otot harus bekerja keras untuk mengatasi tahanan menuju langkah
yang panjang.
seseorang yang mampu mengubah satu posisi yang berbeda dalam kecepatan
tinggi dengan koordinasi yang baik, berarti kelincahannya cukup baik (M. Sajoto,
1995: 9). Kelincahan adalah kemampuan untuk mengubah arah dengan cepat pada
waktu bergerak, tanpa kehilangan keseimbangan dan kesadaran akan posisi tubuh
27
2.1.4.7 Keseimbangan (Balance)
macam gerak yang berbeda kedalam pola gerakan tunggal secara efektif
dengan berbagai tingkat kesukaran dengan cepat dan dengan efisien dan penuh
mampu melakukan skill dengan baik dan cepat dan dapat menyelesaikan tugas
latihan.
gerakan bebas terhadap suatu sasaran, sasaran ini dapat merupakan suatu jarak
atau mungkin suatu objek langsung yang harus dikenai dengan salah satu bidang
dalam menanggapi rangsangan yang ditimbulkan lewat indra, syaraf atau rasa
bentuk tes kemampuan (M.Sajoto, 1995:10). Reaksi dapat dibedakan menjadi tiga
28
2.1.5 Latihan Kondisi Fisik
Dalam latihan kondisi fisik, dapat dibedakan menjadi dua macam program
maupun secara keseluruhan. Hal ini dilaksanakan bila berdasarkan tes awal
pemain yang bersangkutan belum berada dalam status kondisi fisik yang
pada saat tes seorang pemain sepak bola mempunyai VO2max 45 ml/kg/menit.
Sedang menurut kenyataan yang diperlukan, bagi pemain sepak bola dalam
sehingga pada saat turnamen berlangsung pemain yang dimaksud dengan status
program latihan yang disusun sedemikian rupa sehingga dengan program tersebut
diharapkan akan berada dalam status kondisi puncak sesuai dengan kondisi fisik
yang dibutuhkan untuk cabang olahraga yang bersangkutan dalam suatu turnamen
satu atau lebih kelompok otot dalam menampilkan kekuatannya (Djanu Ismanto,
1991:77).
29
Kekuatan penting bagi setiap event baik untuk atlit pria atau wanita.
Serabut otot yang ada didalam otot akan memberi respon atau tanggapan bila
mendapatkan beban atau tahanan dalam latihan. Tanggapan atau respon ini
membuat otot lebih efisien dan mampu memberikan respon yang lebih baik
Kekuatan dalam latihan fisik perlu diutamakan terutama pada persiapan fisik
tahap awal. Disamping itu kekuatan merupakan salah satu unsur yang penting,
cepat (PB. PASI, 1993:73). Kecepatan didefinisikan sebagai jarak per waktu.
macam antara lain kecepatan yang melibatkan seluruh badan seperti kecepatan lari
dalam lari ancang-ancang pada event lompat) dan kecepatan yang melibatkan
anggota badan (seperti kaki menumpu pada event lompat). Faktor yang ikut
dengan kecepatan tinggi. Kekuatan adalah faktor utama untuk kecepatan, dan
30
2.1.6.3 Daya Tahan (Endurance)
Daya tahan pada prinsipnya ada dua yaitu daya tahan umum dan daya
tahan otot.
kegiatan yang berintensitas sedang diseluruh tubuh dan sebagian besar otot untuk
periode waktu yang lama (M. Sajoto, 1995:8). Sedangkan daya tahan otot adalah
kemampuan otot atau sekelompok otot untuk melakukan kontraksi yang berulang-
intensitasnya dalam waktu tertentu, hal ini disebut dengan stamina. Seorang atlit
dapat dikatakan memiliki daya tahan yang baik bila dia tidak mudah lelah atau
malalui jangkauan gerak sendi yang luas (Rusli Lutan, 2000:75). Kebanyakan
didaerah persendian. Jangkauan gerak alami tiap sendi pada tubuh tergantung
31
pada pengaturan tendo-tendo, ligamen, jaringan penghubung dan otot.
pemberian latihan dengan program yang terancana dengan baik. Pentahapan itu
Pada usia ini pertumbuhan fungsi organ tubuh anak mulai berlangsung dalam
tempo yang cukup cepat, meskipun juga tergantung pada kesehatan anak.
jenis stimulus yang datang dari luar tubuh. Pada usia ini fungsi pembinaan
lebih banyak bertujuan untuk merangsang pertumbhan fungsi psiko fisik dan
atau kesenangan.
Pada usia ini merupakan usia spesialisasi, spesialisasi adalah bagian pokok
dimaksud adalah latihan yang kusus untuk salah satu cabang olahraga yang
32
3. Anak usia 18-24 tahun (Usia prestasi puncak)
Atlet yang telah mencapai tahap prestasi puncak latihan yang diberikan dan
mempertahankan prestasi.
system energi daya tahan Aerobik dan Anaerobik. Rincian sistem Aerobik dan
Anaerobik menujukan bagaimana atau betapa besar keterlibatan kedua system ini
dalam melekukan aktifitas tertentu yang berhubungan dengan aktifitas olah raga.
Sistem energi Aerobik berarti dengan oksigen artinya kerja otot dan gerak
otot yang dilakukan mengunakan oksigen guna melepas energi dari bahan-bahan
otot (PB. PASI 1993 : 22). Beban kerja latihan aerobik dapat secara terus-menerus
atau dirinci menjadi interval-interval antara lari kencang dan lari pelan. Latihan
aerobik yang betul akan memperbaiki produksi energi aerobik dalam otot dan
bekerja dengan intensitas tingkat tinggi (PB. PASI 1993:23). Latihan ringan
seperti jogging dapat digunakan untuk dapat meningkatkan dan melatih daya
tahan anaerobic.
33
Dalam keterkaitannya dengan cabang olah raga sepak bola kedua system
melakukan gerak olah raga ini. Sistem aerobik dalam sepak bola digunakan untuk
perebutan bola, memberi umpan atau dalam mencetak gool. Sedang system
anaerobik untuk melakukan gerakan dalam intensitas sedang atau lambat seperti
lari jogging.
Kondisi fisik yang baik akan mempengaruhi terhadap aspek kejiwaan yang
berupa peningkatan motifasi kerja, semangat kerja, rasa percaya diri, ketelitian
dan lain sebagainya. Dikemukakan oleh Harsono (1988: 153) dengan kondisi fisik
yang baik akan berpengaruh terhadap fungsi dan system organisme tubuh seperti :
kondisi fisik lainnya. Akan tetapi peningkatan dan pemberian latihan dalam hal
kondisi fisik tidak melihat atau tidak disesuaikan dengan karakteristik anak yang
akan diberi latihan fisik, maka aktifitas fisik yang diberikan tidak akan
Untuk anak yang belum siap atau belum tepat untuk menerima beban
latihan fisik yang lebih berat akan berdampak pada pertumbuhan yang terhambat
dan bila dipaksakan hasilnya juga tidak dapat maksimal terhadap pencapaian
prestasi. Akan tetapi bila pembebanan latihan fisik diberikan pada anak yang
sudah berada pada fase yang siap untuk menerima latihan fisik ,hasil yang didapat
34
Seseorang akan mencapai puncak prestasi yang maksimal pada umur 24
atau 25 tahun (PB.PASI, 1993 : 24). Setelah sampai fase puncak prestasi yang
maksimal, prestasi tidak dapat ditingkatkan lagi tetapi pretasi hanya dapat
peningkatan kondisi fisik tidak dipertahankan dengan cara latihan yang teratur
prestasi.
Dalam sepak bola, latihan fisik hendaknya didasarkan pada usia dan
karakteristik anak yang akan dilatih sehinga dapat memperoleh hasil yang
dengan kemampuan fisiknya, terutama otot tungkai dan anggota badan bagian
keseimbangan. Anak sering mudah terjatuh, kondisi ini berakibat buruk bagi tugas
berat diluar batas toleransi dapat berakibat negatif yang menyebabkan jaringan
epipesis terhenti pertumbuhannya (Rusli Lutan dkk, 2004: 50). Pada anak usia
SLTP misalnya, kondisi fisik mereka sudah mulai berkembang pesat seperti
kekuatan, kecepatan, dan daya tahan sehinga ia lebih siap menerima beban latihan
35
Cabang olahraga sepak bola memerlukan pentahapan didalam belajar,
spesialisasi dan usia puncak prestasi. Ada kecenderungan dari beberapa pelatih
yang kurang memperhatikan usia atlet dengan memberikan volume serta intensitas
latihan yang tinggi serta dengan spesialisasi yang tinggi pula. Pentahapan
dipandang sebagai suatu siklus yang terkait dengan sistem pembinaan, manajemen
pelatih dan identifikasi bakat. Pentahapan itu merupakan patokan umum yang
Tabel 2.4 Tahap-tahap mulai belajar, spesialisasi dan usia puncak prestasi.
Dalam proses pembinaan perlu memahami tingkat kesiapan atlit muda yang
dibina, tentu saja berdasarkan kajian terhadap karakteristik peserta didik atau atlit
muda itu, pembinaan dapat meningkatkan program yang sesuai dengan beberapa
penekanan. Meskipun secara umum selalu dikemukakan para ahli, program itu
mencakup:
dan kerena itu, secara kualitatif penjenjangan itu dilukiskan dalam model model
36
Jenjang pembinaan Orientasi pembinaan
Ke bawah menyenangkan
Gambar 2.1 Piramida latihan berdasar usia (Sharkeey, 1986).
sebelas pemain, dan salah satunya penjaga gawang. Permainan ini hampir
door) dan didalam ruangan tertutup (in door). Lebih lanjut dikatakan bahwa sepak
bola adalah aktivitas jasmani atau latihan fisik, berisikan gerakan lari, lompat,
Semua gerakan tersebut terangkai dalam suatu pola gerak yang diperlukan
37
Pengertian sepak bola dalam penelitian ini adalah sepak bola out door atau
sepak bola yang di mainkan diluar ruangan. Selain untuk mengenalkan bagaimana
cara-cara bermain sepak bola dengan teknik yang bagus, seorang pelatih juga
latihan, baik latihan fisik maupun teknik. Selain itu dapat juga melalui pendekatan
Sepak bola merupakan permainan tim maka perlu kerjasama yang baik
dalam tim, hal ini juga dituntut kemampuan masing-masing individu, sehingga
sebuah tim akan semakin baik kalau didukung dangan kemampuan masing-
masing individu yang bermain dalam sebuah tim. Kemampuan individu meliputi
taktik, teknik dan fisik serta hal-hal lain yang perlu dibina dan dikembangkan.
Kalau tidak, ia tidak mungkin menjadi pemain yang baik seperti yang
diungkapkan Soekatamsi (1998:17), yaitu ”seorang pemain sepak bola yang tidak
menguasai teknik dan fisik dasar bermain sepak bola tidak akan mungkin menjadi
38
2.1.11.1 Teknik Permainan Sepak bola
yang dalam hal ini menyangkut cara berlari, cara melompat dan gerak tipu badan
Untuk bermain sepak bola dengan baik, pemain dibekali dengan teknik
dasar yang baik. Pemain yang memiliki teknik dasar yang baik cenderung dapat
bermain sepak bola dengan baik pula. Beberapa teknik dasar yang perlu dimiliki
1. Menendang (Kicking)
yang paling dominan. Pemain yang memiliki teknik menendang dengan baik akan
dapat bermain secara efisien. Tujuan menendang bola adalah untuk mengumpan
beberapa macam, yaitu menendang dengan kaki bagian dalam (inside), kaki
bagian luar (outside), punggung kaki (instep), dan punggung kaki bagian dalam
39
Tujuan menghentikan bola adalah untuk mengontrol bola, yang didalam-nya
untuk passing. Dilihat dari perkenaan bagian badan, yang pada umumnya
digunakan untuk menghentikan bola adalah kaki, paha, dan dada. Bagian kaki
yang biasa digunakan untuk menghentikan bola adalah kaki bagian dalam, kaki
karena itu bagian kaki yang dipergunakan dalam menggiring bola sama dengan
bagian kaki yang digunakan untuk menendang bola. Menggiring bola bertujuan
antara lain untuk mendekati jarak kesasaran, melewati lawan, dan menghambat
Pada umumnya dribbling dilakukan dengan tiga cara yaitu dengan kaki
bagian dalam, dengan kaki bagian luar, dan dengan punggung kaki
mencetak gol, dan untuk mematahkan serangan lawan atau membuang bola.
Ditinjau dari posisi tubuhnya, menyundul bola dapat dilakukan dengan berdiri,
melompat, dan sambil meloncat. Banyak gol tercipta dalam permainan sepak bola
40
5. Merampas bola (tackling)
lawan. Merampas bola dapat dilakukan sambil berdiri (standing tackling) dan
bola yang dimainkan dengan lengan dari luar lapangan permainan. Selain mudah
untuk memainkan bola, lemparan bola ke dalam off-side tidak berlaku. Lemparan
kedalam dapat dilakukan dengan atau tanpa awalan, baik dengan posisi kaki
7. Gerak tipu
Gerak tipu dalam sepak bola bertujuan untuk mengelabuhi lawan. Macam-
macam teknik gerak tipu diantaranya adalah tipuan dengan gerakan kaki, tipuan
sepak bola. Teknik menjaga gawang meliputi menangkap bola, melempar bola,
datangnya bola, ada yang datangnya bola masih dalam jangkauan penjaga gawang
(tidak meloncat) dan ada yang di luar jangkauan penjaga gawang (harus dengan
sasaran. Untuk menendang bola dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tendangan
41
2.1.11.2 Taktik Permainan Sepak Bola.
1. Taktik Individu
1.2. Menganbil inisiatif kemana bola akan diumpan pada saat dilakukannya
2. Taktik Unit
Taktik unit diterapkan oleh tiap-tiap unit pemain (belakang, tengah, dan
42
3. Taktik Beregu
3.2. Mengambil inisiatif untuk merubah pola permainan pada saat-saat unggul
kondisi fisik yang baik. Dalam hal ini dibutuhkan kekuatan dan ketahanan tubuh
yang prima. Teknik-teknik dalam sepak bola yang dilakukan melibatkan seluruh
bagian tubuh mula dari otot kaki, otot paha, otot punggung dan otot perut.
Dengan kondisi fisik yang baik, seorang pemain sepak bola dapat
pelatih. Selain itu dengan kondisi fisik yang baik, seorang pemain dapat
menerapkan teknik, taktik, strategi dan cara bermain sepak bola dengan baik
didalam permainan.
43
Dari uraian diatas maka kondisi fisik sangat dibutuhkan bagi seorang
untuk rekreasi, mengisi waktu luang, untuk menjaga kesehatan dan untuk
mencapai suatu prestasi yang diharapkan. Dalam olahraga sepak bola, setiap
sepak bola hanya untuk rekreasi maka orang itu melakukan sepak bola hanya
Dalam olahraga sepak bola memerlukan kondisi fisik yang baik, maka
untuk menuju kearah sana perlu dibuat program-program latihan yang baik serta
didukung dengan fasilitas dan tenaga pembina yang profesional. Dalam hal ini
adalah olahraga untuk mendapatkan suatu keadaan kondisi fisik yang baik, serta
menuju kearah prestasi yang diharapkan khususnya dalam olahraga sepak bola.
Jadi tujuan orang melakukan olahraga sepak bola itu berbeda-beda tergantung dari
SSB New Pelita Solo merupakan sekolah sepak bola yang membina dan
mencetak bibit-bibit pemain sepak bola yang profesional dengan moto Asah
(Mengasah anak supaya pandai dan terampil), Asih (Dengan penuh kasih dan
SSB New Pelita Solo telah banyak menorehkan prestasi baik diliga
maupun non liga dan tak sedikit prestasi yang diraih anak-anak SSB New Pelita
44
Solo. Didalam menunjang latihan SSB New Pelita Solo menggunakan lapangan
sepak bola yang terletak di Stadion Malaga Sriwedari dengan sarana dan
dilengkapi tempat duduk penonton yang melingkari lapangan, tempat ganti baju
para pemain, tempat duduk cadangan pemain, 25 buah bola, 4 buah gawang,
rompi latihan yang berwana, corong kerucut yang digunakan untuk penunjang
latihan yang berjumlah 20 buah dan ditambah lampu penerangan stadion yang
berjumlah 4 buah.
Sriwedari semua kegiatan disusun dengan organisasi yang baik dengan dipimpin
Didalam kegiatan latihan SSB New Pelita Solo tiap kelompok umur ditangani oleh
dua pelatih dengan jadwal latihan 3x dalam seminggu yaitu hari Minggu, Rabu
Khusus hari minggu digunakan untuk latihan fisik yang dimulai pada
pukul 07.00-selesai. Untuk program latihan fisik di SSB New Pelita Solo belum
bisa dikatakan memenuhi target kondisi fisik yang baik karena terbatasnya waktu
latihan yaitu latihan fisik hanya dilakukan seminggu sekali. Latihan–latihan fisik
yang sering dilakukan di SSB New Pelita Solo berupa latihan fisik, daya tahan,
kecepatan dan keterampilan seperti lari keliling lapangan, lari sprint 40 meter, lari
keatas trap-trap secepat mungkin, sit-up, push-up dan ditambah latihan shooting.
45
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah suatu cara atau teknik yang digunakan untuk
juga merupakan syarat mutlak dalam suatu penelitian sebab baik atau tidaknya
adalah untuk menjaga agar pengetahuan dicapai dari suatu penelitian dapat
penelitian harus dapat mengarah pada tujuan penelitian sehingga hasil yang
Hal ini berarti populasi yang di gunakan dalam penelitian ini memenuhi
46
(Suharsimi Arikunto, 1997:115). Menurut Sutrisno Hadi (1987:216), populasi
adalah seluruh penduduk yang dimaksud untuk diselidiki, populasi dibatasi oleh
sejumlah penduduk atau individu yang paling sedikit mempunyi sifat yang sama.
dalam penelitian ini adalah siswa SSB New Pelita Kabupaten Sukoharjo Solo
sampling yaitu semua populasi siswa SSB New Pelita Solo yang berjumlah 30
orang.
penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara
10-12 % atau 20-25% atau lebih, sehingga sampel dalam penelitian ini adalah 30
orang.
variabel terikat.
47
Variabel penelitian adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel penelitian adalah kondisi fisik.
Untuk memperoleh data yang relevan dan akurat maka diperlukan alat
pengukur data yang dapat dipertanggungjawabkan, yaitu alat ukur atau instrumen
penelitian yang valid dan reliabel, karena instrumen penelitian yang baik harus
1996:135).
ditentukan oleh instrumen yang digunakan sebab, data yang diperlukan untuk
yang dilakukan. Jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
obserfasi, wawancara dan tehnik tes dimana ketiga jenis instrumen ini digunakan
untuk mengetahui tingkat kondisi fisik para siswa SSB New Pelita Solo yang
kondisi fisik, dalam penelitian ini digunakan tes dan pengukuran kemampuan
kondisi fisik dengan mengukur komponen fisik dasar cabang olahraga sepak bola
48
dari SMEP yang meliputi: 1) kekuatan, 2) daya tahan otot, 3) kecepatan, 4)
Tes kondisi fisik ini dilakukan untuk pemain SSB New Pelita Solo dan
tidak dalam keadaan sakit atau cidera, sehingga mampu mengikuti tes yang
secara berurutan, pemain yang tidak mengikuti salah satu tes tersebut dianggap
gagal.
Macam tes dan pengukuran kemampuan fisik pemain sepak bola adalah sebagai
berikut :
1. Hand Dynamometer
2. Back Dynamometer
3. Leg Dynamometer
4. Sit up
5. Push up
6. Lari 50 meter
7. Shuttle run
8. Flexometer
9. Vertikal jump
49
3.6 Penilaian Kemampuan Kondisi Fisik
yang telah dipakai untuk memberikan nilai-nilai dari setiap skor butir-butir,
dengan kategori (1) Sempurna, (2) Baik Sekali, (3) Baik, (4) Cukup, (5) Kurang.
Konversi nilai dari setiap kategori komponen kondisi fisik adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1
Konversi Nilai Kategori Kondisi Fsik
olahraga sepak bola dan teknik pengukurannya serta kategori setiap komponen
50
Tabel 3.2
Norma Penilaian Komponen Kondisi Fisik Cabang Olahraga Sepak Bola dan
Teknik Pengukurannya Serta Kategori Setiap Komponen
No Komponen Teknik Kategori
Pengukurannya Kurang Cukup Baik Baik Sekali Sempurna
1 Kekuatan:
- Otot Lengan Hand 23-29 30-36 37-43 4,4-5,0 >51
& bahu Dynamometer
- Otot Back 59-79,5 80-100,5 101-122 122,5-143 >143,5
Punggung Dynamometer
- Otot Leg Dynamometer 77-145 148-214 215-282 >283 -
Tungkai
Daya Tahan
otot
- Otot Perut Sit-up 0-29 30-49 50-69 70-89 >90
- Otot Lengan Push up 4-11 12-19 20-28 29-37 >38
& bahu
Power:
- Otot Vertical jumps 38-45 46-52 53-61 62-69 >70
Tungkai
dengan cara:
1. Menjumlahkan konversi nilai skor dari setiap komponen kondisi fisik pemain
tersebut.
2. Hasil jumlah tersebut dalam butir di atas dibagi dengan banyaknya komponen
3. Hasil ini kemudian dinotasikan kedalam tabel kategori status kondisi fisik
51
Tabel 3.3
Kategori Status Kondisi Fisik
Untuk memperoleh data yang relevan dan akurat maka diperlukan alat
pengukur data yang dapat dipertanggungjawabkan, yaitu alat ukur atau instrumen
penelitian yang valid dan reliabel, karena instrumen penelitian yang baik harus
1996:135).
yang satu dengan olahraga yang lain berbeda, hal ini dikarenakan tes dan
atau secara keseluruhan, tetapi tes tersebut sudah dapat menggambarkan kondisi
fisik seorang pemain. Tes yang digunakan untuk mengukur tingkat kondisi fisik
Evaluasi dan Pelaporan (SMEP), khusus cabang olahraga sepak bola (KONI,
52
Adapun prosedur pelaksanaan pengukuran tes kondisi fisik cabang
Pelaksanaan :
Testee berusaha menarik alat tersebut dengan kedua tangan dengan arah
Skor :
Skor kekuatan tarik atau kekuatan dorong terbaik dari tiga kali dicatat
Pelaksanaan :
badan ke atas, sehingga menuju pada sikap berdiri tegak. Alat tersebut
53
menunjukkan angka yang menyatakan besarnya kekuatan kontraksi dari
Skor :
Besarnya kekuatan tarikan otot punggung testee dapat dilihat pada alat
Pelaksanaan :
testee itu meluruskan kedua tungkainya dengan maksimum, lalu kita lihat
Penilaian:
Skor terbaik dari tiga kali percobaan dicatat sebagai skor dalam satuan kg,
3.6.4 Sit up
Pelaksanaan :
54
Testee tidur terlentang, kedua tangan saling berkaitan di belakang kepala,
saat testee bangun. Testee berusaha bangun sehingga berada dalam sikap
duduk dan kedua siku dikenakan pada kedua lutut dan kemudian dia
kontinyu, perhatikan agar sikap tungkai selalu membentuk sudut 90° pada
Penilaian:
1 menit. Jumlah berapa kali testee dapat melakukan tes tersebut dicatat
sebagai hasilnya (yang dicatat jumlah gerakan sit-up yang betul, yang
dapat dilakukan testee itu, tes gagal apabila pada waktu berusaha
mengangkat tubuh, salah satu siku tidak menyentuh paha atau lutut).
Peserta yang tidak mampu melakukan tes ini diberi angka nol.
3.6.5 Push up
bahu
Pelaksanaan :
55
Setelah itu, badan diturunkan dengan cara membengkokkan lengan pada
Penilaian:
1 menit. Jumlah berapa kali testee dapat melakukan tes tersebut dicatat
sebagai hasilnya. (yang dicatat jumlah gerakan push-up yang betul, yang
dapat dilakukan testee itu, tes gagal apabila pada waktu berusaha
mengangkat tubuh, salah satu siku tidak menyentuh paha atau lutut).
Peserta yang tidak mampu melakukan tes ini diberi angka nol.
Pelaksanaan :
Testee berdiri dibelakang garis start, dengan sikap start melayang. Pada
Penilaian:
Jumlah waktu tempuh yang terbaik dari 2 x percobaan sebagai hasil tes
Pelaksanaan :
56
Testee berdiri di belakang garis start, dengan salah satu kaki diletakkan di
depan. Pada aba-aba "ya" diberikan, testee dengan segera dan secepat
mungkin lari ke depan menuju garis akhir dan menyentuh garis tersebut,
Penilaian:
Skor waktu terbaik dari dua kali kesempatan dicatat sebagai skor akhir
3.6.8 Flexometer
Pelaksanaan :
Testee coba berdiri tegak di atas alat ukur dengan kedua kaki rapat dan
kedua ujung ibu jari kaki rata dengan pinggir alat ukur. Badan
Penilaian:
Jarak jangkauan yang terjauh yang dapat dicapai oleh testee tersebut
57
Pelaksanaan
berdiri dengan bagian samping tubuhnya ke arah tembok, dan salah satu
Setelah itu testee berusaha melompat ke atas setinggi mungkin. Pada saat
titik tertinggi dari lompatan itu, ia segera menyentuhkan ujung jari dari
salah satu tangannya pada papan ukuran kemudian mendarat dengan kedua
kaki.
Penilaian
Pelaksanaan :
Testee berdiri di belakang garis start. Pada aba-aba "ya" diberikan, testi
coba mulai berlari selama 15 menit, sampai ada waktu 15 menit telah
Skor:
58
Jarak yang ditempuh oleh testee itu selama 15 menit, dicatat sampai dalam
label yang tersedia. Untuk menghitung V02 max digunakan rumus berikut:
⎛ X meter ⎞
VO2 max = ⎜ −133 ⎟ x 0,172 + 33,3
⎝ 15 ⎠
Keterangan :
15 : Waktu 15 menit
Untuk memperoleh data yang sesuai maka dalam penelitian ini menggunakan
kondisi fisik sepak bola dengan menggunakan teknik tes dan pengukuran kondisi
fisik.
antaralain:
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni tanggal 19, hari Minggu, dan
59
3.7.2 Tempat dan lokasi
dalam penelitian. Dalam pelaksanaannya terdapat dua jenis analisa data yang
dikatakan Sutrisno Hadi (1981: 221) bahwa dalam suatu penelitian seorang
peneliti dapat menggunakan dua jenis analisis yaitu analisis statistik dan non
statistik.
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
yang digunakan:
n
DP = x 100%
N
Keterangan :
60
pengambilan data, maka dibawah ini dikemukakan adanya variabel yang
Bila hal ini terjadi, maka proses penelitian hari itu diganti dengan hari lain.
semua peralatan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan tes harus sudah tersedia,
yang tinggi, maka faktor tenaga penilai harus diperhatikan. Dalam penelitian ini,
tenaga pembantu dalam pelaksanaan tes kondisi fisik harus dibekali tentang cara-
cara, proses penilaian dan segala peraturan dalam pelaksanaan kondisi fisik
61
BAB IV
pemain sepak bola SSB New Pelita Solo SSB New khususnya umur 12-13 tahun.
Unsur-unsur fisik dalam olah raga sepak bola meliputi antara lain kekuatan,
kecepatan, kelincahan, kelenturan, daya tahan dan daya otot, sedangkan aspek
skill adalah kemampuan untuk melakukan tendangan dan dribble bola dengan
baik.
klub sepak bola. Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji data dalam
penelitian ini adalah analisis deskriptif prosentase. Dimana hasil dari data
penelitian ini dihitung dalam jumlah proses berapa pemain yang dalam kategori
akan ditinjau kondisi hasil dari masing-masing latihan fisik sebagai berikut :
62
4.1.1.1. Pull Dynamometer.
Tabel 4.1
Hasil tes pengukuran pull dynamometer
Dari hasil penelitian dari 30 anak maka 30 anak tersebut termasuk dalam kategori
kurang atau 100% anak kurang mampu dalam melakukan pull dynamometer.
Tabel 4.2
Hasil tes pengukuran push dynamometer
Dari hasil penelitian dari 30 anak maka 30 anak tersebut termasuk dalam
kategori kurang atau 100% anak kurang mampu dalam melakukan push
dynamometer.
63
4.1.1.3. Back Dynamometer
Tabel 4.3
Hasil tes pengukuran back dynamometer
Dari hasil penelitian dari 30 anak maka 30 anak tersebut termasuk dalam
kategori kurang atau 100% anak kurang mampu dalam melakukan back
dynamometer.
Tabel 4.4
Hasil tes pengukuran leg dynamometer
Dari hasil penelitian dari 30 anak maka 30 anak tersebut termasuk dalam
kategori kurang atau 100% anak kurang mampu dalam melakukan leg
dynamometer.
64
4.1.1.5 Sit-up.
Hasil penilaian tes pengukuran sit-up terhadap 30 anak siswa SSB New
Tabel 4.5
Hasil tes pengukuran sit-up
Dari hasil penelitian 30 anak maka diperoleh sebagian besar termasuk dalam
kategori kurang sebanyak 25 anak atau 83,3% dari seluruh anak, sedangkan 5
\4.1.1.6. Push-up.
Hasil penilaian tes pengukuran push-up terhadap 30 anak siswa SSB New
Tabel 4.6
Hasil tes pengukuran push-up
kategori baik yaitu sebanyak 15 anak atau 50% dari seluruh anak, dan 15 anak
65
4.1.1.7. Lari 50 m.
Hasil penilaian tes pengukuran lari 50 m terhadap 30 anak siswa SSB New
Tabel 4.7
Hasil tes pengukuran lari 50 m
Dari hasil penelitian tes pengukuran lari 50 m dari 30 anak maka diperoleh
sebagian besar anak termasuk dalam kategori kurang yaitu 14 anak atau 46,7%
dari seluruh anak, 13 anak (43,3%) lainnya termasuk dalam kategori cukup dan 3
4.1.1.8 Shuttle-run.
Tabel 4.8
Hasil tes pengukuran shuttle-run
besar termasuk dalam kategori baik sekali yaitu 8 anak atau 26,7% dari seluruh
anak, 14 anak (46,7%) lainnya termasuk dalam kategori baik, 4 anak (13,3%)
66
termasuk dalam kategori cukup dan 4 anak (13,3%) termasuk dalam kategori
kurang.
4.1.1.9. Flexometer
Hasil penilaian tes pengukuran flexometer terhadap 30 anak siswa SSB New
Tabel 4.9
Hasil tes pengukuran flexometer
sebagian besar termasuk dalam kategori kurang yaitu sebanyak 15 anak atau 50%
dari seluruh anak, 9 anak (30%) lainnya termasuk dalam kategori cukup, 5 anak
(13,3%) termasuk dalam kategori baik, dan 1 anak (3,3%) termasuk dalam
Hasil penilaian tes pengukuran vertical jump terhadap 30 anak siswa SSB
Tabel 4.10
Hasil tes pengukuran vertical jump
Skor Jumlah Persentase
Sempurna 0 0%
Baik Sekali 0 0%
Baik 0 0%
Cukup 3 10%
Kurang 27 90%
Jumlah 30 100%
Sumber : Data primer yang diolah
67
Dari hasil penelitian tes pengukuran vertical jump dari 30 anak diperoleh
sebagian besar anak termasuk dalam kategori kurang yaitu sebanyak 27 anak atau
90% dari seluruh anak dan 3 anak (10%) termasuk dalam kategori cukup.
Tabel 4.11
Hasil tes pengukuran lari 15 menit
Dari hasil penelitian tes pengukuran lari 15 menit dari 30 anak, seluruh
anak termasuk dalam kategori kurang atau dapat disimpulkan bahwa 100% anak
siswa SSB New Pelita Solo khususnya umur 12-13 tahun termasuk dalam kategori
Dari data yang terkumpul disusun dan dianalisis dengan statistik dimana
hasil yang diperoleh dapat diuji kebenarannya. Metode pengumpulan data tes
digunakan untuk menguji data dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif
prosentase. Dimana hasil dari data penelitian dihitung dalam jumlah prosentase
berapa anak yang dalam kategori sempurna, baik sekali, baik, cukup dan kurang.
Hasil data penelitian untuk siswa SSB New Pelita Solo telah dianalisis
68
Tabel 4.12
Tabel Hasil Analisis Deskriptif Prosentase Siswa SSB New Pelita Solo
1. Tingkat Kondisi Fisik para siswa SSB New Pelita Solo yang masuk dalam
2. Tingkat Kondisi Fisik para siswa SSB New Pelita Solo yang masuk dalam
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat kondisi fisik dari
mengangkat lengan, otot trapezius yang cara bekerjanya dengan mengangkat bahu
memanjang bila otot berkontraksi. Otot bahu hanya meliputi sebuah sendi saja dan
Dalam olahraga sepak bola, kekuatan otot lengan dan bahu digunakan untuk
melakukan lemparan bola kedalam (trow-in) baik yang dilakukan oleh pemain
69
Berdasarkan hasil penilaian tes pengukuran pull dynamometer terhadap 30
orang siswa SSB New Pelita Solo seluruh anak termasuk dalam kategori kurang.
Untuk mendapatkan hasil kekuatan otot lengan dan bahu yang maksimal,
pull and push dynamometer dapat dilatih dan ditingkatkan kekuatannnya dengan
Sedangkan alat yang digunakan untuk melatih kekuatan otot lengan dan
adalah kekuatan otot punggung. Sedangkan otot punggung itu sendiri berperan
dalam menjaga agar postur tubuh senantiasa tetap tegap. Otot punggung
memberikan peran penting dalam melakukan gerak dalam cabang olahraga sepak
30 anak siswa SSB New Pelita Solo seluruh anak termasuk dalam kategori kurang.
adalah kekuatan otot tungkai. Sedangkan otot tungkai adalah kemampuan otot
aatau sekelompok otot tungkai untuk mengatasi beban (Budi Harjo, 2000:39).
sepak bola seperti gerakan menendang bola, menggiring bola, meloncat atau
melompat.
anak siswa SSB New Pelita Solo seluruh anak termasuk dalam kategori kurang.
70
Untuk mendapatkan hasil kekuatan otot tungkai yang maksimal dapat dilatih
4.2.4 Sit-up.
Komponen yang berperan dalam melakukan sit-up adalah daya tahan tahan
mampu mempertahankan suatu kontraksi statis dalam waktu yang lama (Budi
Harjo, 2000:39).
Pengukuran daya tahan otot perut melalui tes sit-up yang dilakukan
sebanyak mungkin sampai tidak mampu melakukan sit-up lagi sesuai dengan
ketentuan. Selain mengunakan teknik dasar menendang bola dan kekuatan otot
tungkai pada waktu menendang bola juga mengunakan daya tahan otot. Daya
tahan otot yang digunakan untuk menendang bola lambung adalah daya tahan otot
perut.
SSB New Pelita Solo, diperoleh sebagian besar siswa termasuk dalam kategori
kurang yaitu 25 anak atau 83,3% dari seluruh anak, sedangkan 5 anak (16,7%)
lainnya mendapat kategori cukup. Berdasarkan hasil tes yang dilakukan maka
pelatih perlu menambah dan meningkatkan frekuensi latihan fisik secara bertahap,
4.2.5 Push-up.
lengan dan bahu. Kekuatan otot lengan terdiri dari otot bisep (membengkokkan
lengan pada siku), otot trisep (melurueskan siku) dan otot ekstensor (meluruskan
pergelangan dan jari tangan). Kekuatan otot bahu terdiri dari otot deltoid yang
71
cara kerjannya dengan mengangkat lengan dan otot trapezius yang cara kerjanya
kekuatan otot lengan dan bahu yang berfungsi untuk melakukan gerak melempar
bola.
siswa SSB New Pelita Solo, diperoleh sebagian besar siswa termasuk dalam
kategori baik yaitu 15 anak atau 50% dari seluruh anak, dan 15 anak (50%)
Tes push-up bertujuan untuk mengukur komponen daya tahan lokal otot
lengan dan bahu. dimana dalam permainan sepak bola, daya tahan lokal otot
lengan dan bahu berpengaruh terhadap teknik bermain sepak bola seperti body
contac, melakukan lemparan kedalam dan menangkap bola bagi penjaga gawang.
Untuk mendapatkan hasil kekuatan otot lengan dan bahu yang maksimal, pemain
4.2.6 Lari 50 m.
Lari cepat adalah lari yang dilakukan dengan kecepat penuh dalam
beberapa detik dengan jarak sekitar 50-60 meter (Djanu Ismanto , 1991:54).
tungkai, kecepatan, otot lengan dan otot bahu. Kekuatan otot tungkai dapat
diartikan sebagai kemampuan otot atau sekelompok otot tungkai untuk mengatasi
Lari cepat memiliki tujuan untuk mendapatkan waktu percepatan lari yang
lebih singkat dan meningkatkan jarak kecepatan penuh seorang atlit. Lari cepat
harus mengutamakan tenaga untuk bergerak cepat dalam waktu beberapa detik.
72
Menurut M. Sajoto bahwa kecepatan gerak terutama kecepatan menempuh suatu
jarak tertentu, lebih banyak dipengaruhi oleh faktor bawaan atau bakat.
siswa SSB New Pelita Solo, diperoleh sebagian besar siswa termasuk dalam
kategori kurang yaitu 14 anak atau 46,7% dari seluruh anak, 13 anak (43,3%)
lainnya termasuk dalam kategori cukup dan 3 anak (10%) termasuk dalam
kategori baik sekali. Tes lari 50 meter bertujuan untuk mengukur komponen
kecepatan. dimana dalam permainan sepak bola lari merupakan penunjang dalam
permainan sepak bola misalnya untuk mengejar bola dan mengiring bola.
latihan lari dan sekaligus dengan latihan reaksi. Hal yang perlu diperhatikan
dalamlatihan kecepatan adalah latihan kecepatan dilakukan pada awal dari suatu
unit latihan pada saat otot-otot masih segar, intensitas latihan berada pada tingkat
antara 10 sampai 16 kali dan terdiri dari 3-4 seri. Agar latihan kecepatan lebih
dengan tepukan tangan, bunyi pluit atau suara sebagai komando untuk mulai.
4.2.7 Shuttle-run.
speed dan koordinasi. Kelincahan dapat diamati dalam situasi permainan. Sebagai
contoh, seorang pemain yang tergelincir dan terjatuh dilapangan, namun masih
mampu menguasai bola dan mengoperkan bola tersebut dengan tepat kepada
temannya. Dan sebaliknya, seorang pemain yang kurang lincah menguasai situasi
yang sama tidak saja tidak mampu menguasai bola, namun kemungkinan justru
73
Otot yang berperan dalam melakukan shuttle-run adalah otot Adductor
(menarik kedalam paha), otot Sartorius (membengkokkan lutut dan panggul dan
siswa SSB New Pelita Solo, diperoleh sebagian besar siswa termasuk dalam
kategori baik sekali yaitu 8 anak atau 26,7% dari seluruh anak, 14 anak (46,7%)
lainnya termasuk dalam kategori baik, 4 anak (13,3%) termasuk dalam kategori
4.2.8 Flexometer
bagian penting dari kesegaran otot dan memiliki peranan penting dalam mencegah
Dan latihan kelentukan ini adalah latihan untuk meningkatkan daya elastis dari
memungkinkan atlit untuk melakukan dan menguasai motor-skill secara baik dan
benar. Dan karenanya akan memungkinkan atlit untuk mencapai tingkat optimal
74
Harsono (1988) mengemukakan mamfaat dari kelentukan yang positif
sikap tubuh.
pemanasan akan mengakibatkan terjadinya resiko sobek atau kerusakan pada otot
dicapai dengan jalan latihan peregangan (starching) dalam berbagai cara. Latihan
ini mudah sebab hanya mengunakan energi dalam jumlah sedikit dan tidak
siswa SSB New Pelita Solo, diperoleh sebagian besar siswa termasuk dalam
kategori kurang yaitu sebanyak 15 anak atau 50% dari seluruh anak, 9 anak (30%)
lainnya termasuk dalam kategori cukup, 5 anak (13,3%) termasuk dalam kategori
power otot-otot kaki. Selain itu vertical jump juga dipengaruhi oleh kelenturan
salah satu alat ukur untuk mengetahui besarnya kemampuan daya eksplosif otot-
otot tungkai dan pinggul adalah dengan melakukan loncat tegak atau vertical
jump. Dalam gerak vertical jump, otot-otot pada lutut, pinggul dan pergelangan
kaki akan lebih banyak melakukan gerak ekstensi, sedangkan otot-otot jari kaki
75
Vertical jump bertujuan untuk mengukur komponen power otot tungkai.
Kemampuan otot tungkai berpengaruh terhadap jauh dekatnya atau keras tidaknya
tendangan.
Hasil penilaian tes pengukuran vertical jump terhadap 30 anak siswa SSB
New Pelita Solo diperoleh sebagian besar hanya masuk kedalam kategori kurang
yaitu sebanyak 27 anak atau 90% dari seluruh anak dan 3 anak (10%) masuk
kedalam kategori cukup. Tes vertical jump bertujuan untuk mengukur komponen
power otot tungkai. Otot tungkai ini digunakan untuk menendang dan melakukan
Ada tiga sistem energi yang bekerja dalam tubuh yaitu sistem sistem
tidak memerlukan oksigan dan karenanya tidak menghasilkan asam laktat) dan
sistem anaerobic laktat (sistem ini tidak memerlukan oksigen tetapi menghasilkan
daya tahan lama seperti pelari marathon. Otot yang berperan adalah otot lambat
yang memiliki daya tahan lebih baik bila dibandingkan dengan otot cepat. Daya
tahan aerobik dapat dikembangkan melalui latihan terus menerus atau semakin
panjang waktunya dari suatu event maka semakin penting daya aerobiknya.
kecepatan seperti sprinter, pelompat dan pelempar. Otot yang berperan adalah
76
otot cepat, otot ini tidak dapat bertahan lama karena sifatnya berbeda dengan otot
lambat.
Dalam olahraga sepak bola memerlukan daya tahan otot aerobik maupun
otot anaerobik. Otot aerobik diperlukan bagi seorang pemain karena dengan daya
tahan otot aerobik yang baik, seorang pemain tidak akan cepat mengalami
siswa SSB New Pelita Solo, seluruh anak termasuk dalam kategori kurang. Tes ini
sebab dengan daya tahan cardiovasculair yang bagus seorang pemain akan
mampu bermain dalam pertandingan selama 2x45 menit dengan kondisi fisik yang
prima.
Untuk dapat menghasilkan daya tahan aerobik dan anaerobik yang baik
adalah intensitas (kecepatan dari pengulangan), lama waktu (panjang waktu atau
panjang jarak suatu ulangan, pemulihan (waktu interval antara pengulangan dan
Berdasarkan uraian diatas bahwa kondisi fisik para siswa SSB New Pelita
Solo rata-rata dalam kategori kurang yaitu sebesar 25 anak atau jika dihitung
dalam prosentase 83,3%, sedangkan 5 anak atau 16,7% dikategorikan cukup. Data
tersebut diatas diperoleh dari hasil tes dan pengukuran yang dilakukan para siswa
77
SSB New Pelita Solo yang terdiri dari 11 komponen tes kondisi fisik cabang
dari 11 tes pengukuran kondisi fisik yang diberikan tes shuttle-run dan tes push-
up saja yang memiliki hasil kondisi yang baik, sedangkan pada tes kondisi fisik
yang lainnya diperoleh masih kurang dan pada kondisi yang kurang baik.
Kurangnya kondisi fisik para siswa SSB New Pelita Solo tersebut
dikarenakan frekuensi latihan yang belum maksimal yakni 3 kali per minggu dan
kurangnya latihan fisik yang terprogram dan faktor tersebut berdampak pada
78
BAB V
5.1. Simpulan
bahwa tingkat kondisi fisik siswa Sekolah Sepak Bola (SSB) New Pelita Solo
5.2. Saran
Sekolah Sepak Bola (SSB) New Pelita Solo meningkatkan kondisi fisik para
terencana dan terprogram dengan baik supaya dapat meningkatkan kondisi fisik
para pemainnya secara keseluruhan agar yang kurang baik menjadi lebih baik dan
79
DAFTAR PUSTAKA
Dirham, 1997. Metode Teknik Dasar Bermain Sepak Bola, Disertasi. Semarang:
Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan.
Djanu Ismanto, 1991. Perbedaan Pengaruh Latihan Loncat Jongkok dan Loncat
Mengangkat Lutut Terhadap Kemampuan Lari Cepat 50 Meter,
Disertasi. Surabaya: Program Pascasarjana Universitas Airlangga.
Garuda Emas, 2000. Pemanduan dan Pembinaan Bakat Usia Dini. Jakarta:
KONI.
KONI Pusat, 1999. Sistem Monitoring Evaluasi dan Pelaporan (SMEP). 1999.
KONI Pusat.
80
Rusli Lutan dkk, 2000. Dasar-dasar Kepelatihan. Depdikbud: Dirjendikti.
Soekamtasi, 1984. Teknik Dasar Bermain Sepak Bola. Solo: Tiga SErangkai.
Uen Hartiawan, 2002. Peningkatan dan Pembinan Kondisi Fisik. FIK UNNES.
81
DAFTAR NAMA PETUGAS
PENGAMBIL DATA
NO NAMA KETERANGAN
1 Arif Wibowo Peneliti
2 Eny Wijayanti Mahasiswa FIS UNNES
3 Yeni Pamuji Rahayu Mahasiswa FIK UNNES
4 Santoso Mahasiswa FIK UNNES
5 Edijoko Mahasiswa FIK UNNES
6 Eka Saputra Mahasiswa FIK UNNES
7 Arif Hidayatuloh Mahasiswa FIK UNNES
8 Aji Pamujo Mahasiswa FIK UNNES
9 Lukas Alexsander Onaola Mahasiswa FIK UNNES
10 Agus Saparno Manager SSB New Pelita Solo
11 Suyitno Pelatih SSB New Pelita Solo
82
Tabel 4.11. Hasil Kemampuan VO2 max dari hasil lari 15 menit
⎛ xmeter ⎞
VO2 max = ⎜ − 133 ⎟ × 0,172 + 33,3
⎝ 15 ⎠
83
HASIL TES KONDISI FISIK
TAHUN 2005
Tabel 4.1 sampai 4.11
Hasil Kondisi Fisik Per Aitem Tes
84
NILAI TES KONDISI FISIK
NO NAMA UMUR Jumlah Kategori
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
14 YUSUF 12 18 16 34,5 30,5 18 17 8,8 15,9 5,8 28 35
30 K
(2) (2) (2) (2) (2) (4) (2) (8) (2) (2) (2)
15 RAHMAD 13 14 17 46,5 47,5 26 19 7,8 16,2 14,0 35 39
34 K
(2) (2) (2) (2) (2) (4) (4) (6) (6) (2) (2)
16 KURNIAWAN 12 15 13 36,5 27,5 30 23 6,8 16,1 13,5 21 39
40 C
(2) (2) (2) (2) (4) (6) (6) (6) (6) (2) (2)
17 HERMANTO 13 17 13 31,0 27,5 30 20 7,7 17,2 5,1 25 37
30 K
(2) (2) (2) (2) (4) (6) (4) (2) (2) (2) (2)
18 NURFAUZI 12 18 10 51,0 41,0 23 21 7,5 16,6 7,6 32 34
34 K Tabel 4.1. Hasil tes pengukuran Pull
(2) (2) (2) (2) (2) (6) (4) (6) (4) (2) (2)
19 STEFANUS 13 10 16 38,0 75,0 28 25 8,0 15,8 5,9 28 38 K Dynamometer.
32
(2) (2) (2) (2) (2) (6) (2) (8) (2) (2) (2) Tabel 4.2. Hasil tes pengukuran Push
20 NANDA 12 15 10 50,0 28,5 21 23 7,7 16,3 3,1 27 38
(2) (2) (2) (2) (2) (6) (4) (6) (2) (2) (2)
32 K Dynamometer.
21 FARIK 13 15 18 31,0 24,0 26 25 8,6 16,3 5,8 38 33
30 K
Tabel 4.3. Hasil tes pengukuran Back
(2) (2) (2) (2) (2) (6) (2) (6) (2) (2) (2)
22 MUSTOFA 12 15 16 29,0 20,0 15 21 8,0 17,8 5,6 24 37
Dynamometer.
26 K
(2) (2) (2) (2) (2) (6) (2) (2) (2) (2) (2) Tabel 4.4. Hasil tes pengukuran Leg
23 ALI AKBAR S. 13 16 11 30,0 70,0 26 18 8,3 16,3 4,5 46 34 Dynamometer.
30 K
(2) (2) (2) (2) (2) (4) (2) (6) (2) (2) (2)
24 ARVON 12 13 15 34,5 71,5 25 14 7,8 15,7 2,8 46 34 Tabel 4.5. Hasil tes pengukuran Sit-Up.
34 K
(2) (2) (2) (2) (2) (4) (4) (8) (2) (4) (2) Tabel 4.6. Hasil tes pengukuran Push- Up.
25 RAHARDIAN 13 10 15 13,0 58,0 29 21 7,4 16,0 18,1 37 36
(2) (2) (2) (2) (2) (6) (4) (8) (8) (2) (2)
40 C Tabel 4.7. Hasil tes pengukuran Lari 50
26 LUTFI HAKIM 12 10 10 34,0 24,5 17 16 8,4 18,7 7,5 23 38
26 K meter.
(2) (2) (2) (2) (2) (4) (2) (2) (4) (2) (2)
27 JAMAL 13 14 18 33,5 45,0 19 20 8,3 16,9 8,1 35 36 Tabel 4.8. Hasil tes pengukuran Shuttle –
30 K
(2) (2) (2) (2) (2) (6) (2) (4) (4) (2) (2) Rune.
28 ADI 12 17 14 50,0 27,5 13 19 7,5 16,1 3,0 26 33
(2) (2) (2) (2) (2) (4) (2) (6) (2) (2) (2)
28 K Tabel 4.9. Hasil tes pengukuran
29 JOJO 12 16 12 29,0 32,5 20 17 9,4 15,7 2,4 38 42
30 K
Flexsometer.
(2) (2) (2) (2) (2) (4) (2) (8) (2) (2) (2)
30 ADIT 12 15 15 76,0 63,5 26 23 9,0 16,5 3,2 23 38
Tabel 4.10. Hasil tes pengukuran Vertical
30 K
(2) (2) (2) (2) (2) (6) (2) (6) (2) (2) (2) Jump.
Tabel 4.11. Hasil tes pengukuran Lari 15
menit.
85
86