Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
Diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata 1
Untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh :
1
SARI
Kata kunci : TKE, TKP, Status Gizi, Anak Asuh, Panti Asuhan
2
BAB I
PENDAHULUAN
Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu faktor utama
kesehatan dan gizi memegang peranan penting, karena orang tidak akan dapat
memiliki status kesehatan dan gizi yang optimal (Depkes, 2001: 1).
Upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia baik fisik maupun non
fisik harus dilaksanakan sedini mungkin dan berlangsung terus sepanjang hidup. Salah
satu upaya yang harus dilaksanakan adalah peningkatan dan perbaikan gizi dan
kesehatan.
miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara. Salah satu institusi yang berusaha
menyelenggarakan fungsi tersebut di atas adalah Panti Asuhan. Pada institusi ini telah
asuhnya.
Panti Asuhan adalah salah satu institusi yang harus mendapatkan perhatian
penuh karena pada institusi inilah anak-anak asuh yang ada di dalamnya memerlukan
3
optimal pada anak-anak asuh tersebut diantaranya adalah adanya kecukupan konsumsi
perbaikan gizi masyarakat. Hal ini penting karena sebagian besar anak-anak asuh di
Panti Asuhan tersebut adalah anak usia sekolah yang merupakan generasi penerus
Pada usia remaja (10-18 tahun), terjadi proses pertumbuhan jasmani yang pesat, di
samping aktivitas fisik yang tinggi. Dari hasil SKRT 2001 dan data SUSENAS 2002,
diperoleh data bahwa prevalensi gizi kurang pada remaja dengan IMT < 5 percentil
sebesar 17,4 % serta prevalensi anemi sebesar 25,5 %. Sedangkan dilihat dari
70 % dari AKE yang dianjurkan (Permaisih, 2003: 2). Dari hasil tersebut, diketahui
bahwa status gizi buruk pada remaja masih tinggi serta rata-rata tingkat konsumsi
energi pada usia remaja masih di bawah standar AKG yang dianjurkan.
dilakukan pada bulan Desember 2004 lalu diketahui bahwa rata-rata anak asuh di
Panti Asuhan Pamardi Putra Demak berstatus gizi baik. Dari pemeriksaan Hb yang
dilakukan di Panti tersebut diperoleh hasil yaitu 20 % (10 anak asuh) memiliki kadar
Hb kurang dari 12 gram % serta 80 % (40 anak asuh) memiliki kadar Hb di atas 12
gram % (Sumber: Laporan Tahunan Panti Asuhan, 2004) . Keadaan ini menunjukkan
bahwa kadar Hb anak asuh di Panti Asuhan Pamardi Putra rata-rata berada di atas
standar kadar Hb pada anak usia sekolah yaitu di atas 12 gram % (Sumber WHO,
4
Salah satu upaya untuk mempertahankan status gizi anak asuh tersebut agar
tetap baik adalah panti asuhan perlu mempertahankan dan meningkatkan konsumsi
gizi agar tetap adekuat pada proses penyelenggaraan makanannya. Dalam rangka
pelaksanaan upaya ini tentunya setiap Panti Asuhan memiliki cara pengaturan dan
masing.
Panti asuhan Pamardi Putra adalah salah satu panti asuhan di kabupaten
Demak yang didirikan pada tanggal 1 Juni 1945 dengan alamat yaitu di Kelurahan
Bintoro Kecamatan Demak Kabupaten Demak. Panti asuhan ini adalah panti asuhan
tertua di kabupaten Demak dan satu-satunya yang dikelola oleh Dinas Kesejahteraan
Sosial Propinsi Jawa Tengah. Sampai saat ini, panti ini memiliki anak asuh sebanyak
50 orang yang terdiri dari 31 laki-laki dan 19 perempuan. Dengan manajemen yang
dikelola pemerintah, maka sudah seharusnya panti ini memiliki keistimewaan cara
status gizi anak asuh dengan perbaikan konsumsi energi dan protein.
Bertolak dari latar belakang tersebut di atas, maka penelitian ini akan mencoba
Konsumsi Protein (TKP) serta status gizi anak asuh di Panti Asuhan tersebut. Oleh
karena itu, penelitian ini mengambil judul “Tingkat Konsumsi Energi dan Konsumsi
Protein serta Hubungannya dengan Status Gizi Anak Asuh Usia 10-18 Tahun (Studi
Tahun 2005.”
5
1.2 Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dikaji dalam
penelitian ini adalah bagaimana tingkat konsumsi energi dan konsumsi protein serta
hubungannya dengan status gizi anak asuh usia 10-18 tahun di Panti Asuhan Pamardi
konsumsi energi dan konsumsi protein di Panti Asuhan Pamardi Putra Demak serta
bagaimana hubungannya dengan status gizi anak asuh usia 10-18 tahun di panti
Untuk memperjelas dan membatasi variabel dan objek penelitian ini maka
perlu adanya pembatasan dan penegasan istilah. Adapun istilah-istilah yang perlu
dipertegas adalah tingkat konsumsi energi, tingkat konsumsi protein, status gizi,
Tingkat konsumsi energi adalah prosentase dari jumlah energi total yang
dikonsumsi oleh setiap orang setiap harinya dibandingkan dengan angka kecukupan
energi yang dianjurkan. Sedangkan, tingkat konsumsi protein adalah prosentase dari
jumlah protein total yang dikonsumsi oleh setiap orang setiap harinya dibandingkan
6
dengan angka kecukupan protein yang dianjurkan (I Dewa Nyoman S, dkk, 2001:
113).
distandarkan dengan umur, berat badan dan jenis kelamin dengan terlebih dahulu
menghitung Nilai Basal Metabolisme atau Basal Metabolisme Rate (BMR), Angka
Kecukupan Energi (AKE) yang dianjurkan, dan kemudian akhirnya dapat ditentukan
distandarkan dengan umur, berat badan dan jenis kelamin dengan terlebih dahulu
Klasifikasi tingkat konsumsi (energi, protein dan zat gizi lainnya) dapat dibagi
menjadi empat dengan cut of points masing-masing yaitu baik bila konsumsi
konsumsi tidak dapat mencapai 70 % dari AKG (Buku Pedoman Petugas Gizi
Status gizi adalah ekspresi keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi
dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut atau keadaan fisiologis
akibat tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh ( I Dewa Nyoman S, dkk, 2001: 17).
umur adalah sebagai berikut CHS dengan Skor simpangan baku (Z Score) adalah
7
sebagai berikut : Gizi lebih bila Z score > 2,0 SD; gizi baik bila Z score berada pada
interval -2 SD sampai +2 SD, gizi kurang bila Z score < -2,0 SD, serta dikatakan gizi
Anak asuh adalah anak-anak yang telah terdaftar menjadi asuhan di suatu Panti
tersebut (Depkes, 2000: 26). Dalam penelitian ini, anak asuh yang dimaksud adalah
dibatasi dari umur 10 tahun sampai dengan 18 tahun baik laki-laki maupun
perempuan.
8
1.4.5 Panti Asuhan
kebutuhan fisik, mental dan sosial pada anak asuh sehingga memperoleh kesempatan
yang luas, tepat dan memadai bagi perkembangan kepribadiannya sesuai dengan yang
diharapkan sebagai bagian dari generasi penerus cita-cita bangsa dan sebagai insan
yang akan turut aktif dalam bidang pembangunan nasional (Depkes, 2000: 26).
Manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah meliputi manfaat bagi
Peneliti, manfaat bagi Institusi Panti Asuhan dan manfaat bagi Pemerintah.
Manfaat yang ingin dicapai oleh peneliti adalah peneliti dapat mengetahui
hubungannya dengan status gizi anak asuh usia 10-18 tahun di Panti Asuhan Pamardi
9
1.5.2 Manfaat bagi Institusi Panti Asuhan
1) Panti Asuhan dapat mengetahui konsumsi energi dan konsumsi protein anak asuh
3) Panti Asuhan dapat mengetahui hubungan antara Tingkat Konsumsi Energi (TKE)
4) Panti Asuhan dapat menyelenggarakan makanan yang cukup dan seimbang sesuai
dengan kecukupan gizi yang dianjurkan serta dapat lebih meningkatkan upaya
laporan hasil penelitian ini memiliki manfaat yaitu dapat dijadikan sebagai bahan
dengan upaya penanggulangan masalah gizi dan upaya perbaikan gizi di Panti
Asuhan.
10
BAB II
Dalam landasan teori ini akan diuraikan beberapa hal yang berkaitan dengan
variabel penelitian yaitu antara lain : konsumsi gizi dan faktor-faktor yang
Salah satu sifat alamiah manusia adalah makan yaitu melakukan konsumsi
makanan. Dalam proses pertumbuhan dan perkembangan manusia dari bayi hingga
dewasa, manusia memerlukan makanan yang sehat dan di dalamnya terkandung zat-
zat gizi dalam jumlah yang cukup dan dalam proporsi yang seimbang. Hal ini akan
dewasa kelak.
Zat gizi adalah zat atau unsur-unsur kimia yang terkandung dalam makanan
yang diperlukan untuk metabolisme dalam tubuh secara normal. Zat gizi yang
dibutuhkan oleh tubuh terdiri atas karbohidrat, lemak, protein, vitamin mineral dan
air.
dan tidak ada satu jenis bahan makanan yang mengandung semua bahan esensial atau
zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Oleh karenanya diperlukan perpaduan berbagai
jenis makanan dalam penyusunan suatu menu makanan (Elly Nurachmah, 2001: 35)
11
Susunan makanan yang seimbang adalah menyediakan zat gizi penting yang
Tujuan dari mengkonsumsi makanan adalah untuk memperoleh zat gizi yang
dibutuhkan tubuh. Kebutuhan zat gizi bagi masing-masing orang berbeda-beda dan
sangat dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, aktivitas, suhu lingkungan masa
berfungsi menyediakan energi untuk kegiatan dan panas tubuh; 2) Lemak, berfungsi
sebagai cadangan energi yang disimpan dalam jaringan lemak; 3) Protein, berfungsi
menyediakan cairan tubuh (Achmad Djaeni S, 2000: 35, 75, 95, 107, 167).
Makanan melalui proses pencernaan dalam tubuh dipecah menjadi zat gizi. Zat
tubuh. Zat gizi yang tidak diperlukan setelah diserap segera disimpan dalam tubuh
untuk penggunaan di kemudian hari. Jika tubuh kelebihan zat gizi yang dibutuhkan,
zat gizi tersebut digunakan untuk memelihara susunan tubuh dan fungsi yang normal.
Keadaan tubuh yang demikian ini berkaitan dengan status gizi dan kesehatan yang
memuaskan.
membantu pola pertumbuhan badan. Bila syarat konsumsi tidak terpenuhi dalam
12
waktu yang cukup lama baik kurang atau lebih maka akan terjadi gizi kurang
makanan. Kualitas hidangan atau makanan menunjukkan adanya semua zat gizi yang
diperlukan tubuh di dalam suatu hidangan dan perbandingannya yang satu terhadap
yang lain. Sedangkan kuantitas menunjukkan jumlah masing-masing zat gizi terhadap
kebutuhan tubuh. Kalau susunan hidangan atau makanan memenuhi kebutuhn tubuh
baik dari kualitas maupun kuantitasnya, maka tubuh akan mendapatkan kondisi
yang sebaik-baiknya ini disebut dengan konsumsi adekuat (Soegeng Santoso, 1999:
70).
Dalam usaha pencapaian konsumsi yang adekuat, maka ada dua faktor
konsumsi yang adekuat bilamana mereka mampu untuk menyediakan bahan pangan
karena didukung dengan pendanaan yang cukup. Zat gizi yang telah dikonsumsi
tersebut akan digunakan oleh tubuh untuk mencapai status gizi yang optimal.
Jumlah energi yang dibutuhkan seseorang tergantung pada usia, jenis kelamin,, berat
badan dan bentuk tubuh (Elly Nurachmah, 2001: 36). Energi dalam tubuh manusia
13
demikian agar manusia selalu tercukupi energinya diperlukan pemasukan zat-zat
makanan yang cukup pula ke dalam tubunya. Manusia yang kurang makan akan
karena kurangnya zat-zat makanan yang diterima oleh tubuh yang dapat menghasilkan
Untuk menilai tingkat konsumsi makanan (energi dan zat gizi), diperlukan
(RDA) untuk populasi yang diteliti. Untuk Indonesia, angka kecukupan gizi (AKG)
yang digunakan saat ini secara nasional adalah hasil Widyakarya Nasioanal Pangan
Adapun dasar penyajian angka kecukupan gizi (AKG) adalah sebagai berikut:
bahwa rata-rata AKG pada tingkat konsumsi energi dan protein untuk anak laki-laki
dan perempuan usia 10-18 tahun tertera pada tabel 1 di bawah ini :
Tabel 1
Angka Kecukupan Energi dan Protein Rata-Rata Yang Dianjurkan (per orang per
hari) untuk Anak Usia 10-18 Tahun
14
1 2 3 4 5 6 7 8 9
13 – 15 45 150 2400 66 46 153 2100 62
Sumber : Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VI Tahun 1998 Dalam I Dewa
Nyoman Supariasa (2002: 312).
Angka Kecukupan Gizi diperoleh dari perbandingan berat badan asli individu
dengan berat badan standar menurut umur. Hasil perhitungan tersebut kemudian
dikalikan dengan AKG standar. AKG individu yang telah diperoleh ini kemudian
Untuk klasifikasi dari tingkat konsumsi kelompok atau rumah tangga atau
perorangan belum ada standar yang pasti. Berdasarkan Buku Pedoman Petugas
Puskesmas, Depkes RI (1990), klasifikasi tingkat konsumsi zat gizi dibagi menjadi
bawah ini :
Tabel 2
Klasifikasi Tingkat Konsumsi Zat Gizi
15
2.1.2.1 Tingkat Konsumsi Energi
manusia membutuhkan energi. Energi dalam tubuh manusia dapat timbul dikarenakan
dalam tubuh. Menurut Suhardjo dalam G. Kartasapoetra, 2002: 16, seseorang tidak
dapat bekerja dengan energi yang melebihi dari apa yang diperoleh dari makanan
kecuali jika meminjam atau menggunakan cadangan energi dalam tubuh yang
sebenarnya hal ini dapat mengakibatkan terjadinya keadaan kurang gizi khususnya
energi.
Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Eleanor Noss Whitney, 1996:
277 yang mengatakan bahwa “people spend energy continuously and eat periodically
to refuel. Ideally, their food intakes cover their energy needs without too much
excess.”
utama. Nilai BMR ditentukan oleh berat dan susunan tubuh, umur serta jenis kelamin.
Kebutuhan energi secara relatif (per Kg berat badan) lebih tinggi bila tubuh
secara proporsional lebih banyak mengandung otot daripada lemak dan tulang. BMR
sering diucapkan dalam Kg massa tubuh tanpa lemak, dinamakan juga berat badan
16
Adapun rumus untuk menentukan nilai BMR untuk anak usia 7-18 tahun dapat
Tabel 3
Rumus Untuk Menaksir Nilai BMR dari Berat Badan Untuk Umur 10-18 Tahun
Anak usia 10-18 tahun adalah merupakan masa terjadinya proses pertumbuhan
jasmani yang pesat serta perubahan bentuk dan susunan jaringan tubuh, disertai
aktivitas fisik yang cukup tinggi. Sehingga perhitungan rata-rata untuk AKE usia 10-
Tabel 4
Angka Kecukupan Energi Untuk Anak Umur 10-18 Tahun
Perhitungan tingkat konsumsi energi dengan cara recall 24 jam kemudian akan
distandarkan dengan umur, berat badan dan jenis kelamin sehingga dapat dihitung
Nilai Basal Metabolisme atau Basal Metabolisme Rate (BMR), Angka Kecukupan
17
Energi (AKE) yang dianjurkan, dan akhirnya dapat ditentukan Tingkat Konsumsi
Energi (TKE).
Bila TKE seseorang setiap harinya selalu kurang dari 70 % dari AKG, maka tubuh
akan mengalami keseimbangan energi yang negatif sehingga akibatnya adalah berat
badan kurang dari berat badan seharusnya (ideal). Demikian sebaliknya, jika TKE
selalu lebih dari 100 % dari AKG, maka tubuh akan kelebihan energi, akibatnya
Protein adalah suatu zat yang dalam susunan kimianya terdiri dari unsur
fosfor dan sulfur. Peran protein bagi tubuh sangatlah penting karena “ Complete
proteins are necessary for sustenance of life. They provide the structure for all living
things and participate in the chemical process enabling life to go on (James F. Balch,
1990: 13). Masukan protein baik hewani maupun nabati sehari-hari dapat digunakan
untuk menyusun jaringan baru guna mengganti jaringan yang telah rusak dan mati
adalah terdiri dari protein (G. Kartasapoetra, 2002: 61). Oleh karena itu, sangatlah
cukup. Konsumsi protein yang seimbang dengan kebutuhan protein akan dapat
menunjang status gizi, atau dengan kata lain tubuh akan mengalami pertumbuhan
yang optimal.
18
Apabila ingin melakukan perbandingan antara konsumsi zat gizi dengan
keadaan gizi seseorang, maka dilakukan perbandingan konsumsi zat gizi individu
tersebut terhadap Angka Kecukupan Protein (AKP). AKP disediakan dalam golongan
umur, jenis kelamin, tinggi badan dan berat badan standar sehingga dapat dilakukan
koreksi terhadap BB (berat badan) nyata individu tersebut dengan BB standar yang
Untuk mengetahui AKP seorang anak usia 10-18 tahun maka dapat digunakan
Tabel. 5
Angka Kecukupan Protein Pada Kelompok Umur 10-18 Tahun Dinyatakan Dalam
Taraf Asupan Terjamin
1 2 3
10 – 18 1,96 0,90
Sumber : FAO/ WHO/ USU, 1985 Dalam Sunita Almatsier (2002: 99).
*
PST = Protein Senilai Telur
akan distandarkan dengan umur, berat badan dan jenis kelamin sehingga dapat
dihitung Angka Kecukupan Protein (AKP), dan akhirnya dapat ditentukan Tingkat
19
2.1.3 Status Gizi
Menurut Habbict (1979) yang dikutip oleh Johari (1988) dalam Sarwono W,
2003: 88, status gizi adalah tanda-tanda atau penampilan fisis yang diakibatkan karena
adanya keseimbangan antara pemasukan zat gizi dan pengeluaran zat gizi oleh suatu
organisme. Status gizi seseorang dipengaruhi oleh tingkat konsumsi atau asupan
yang baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi
umum pada tingkat setinggi mungkin (Sunita Almatsier, 2001: 9). Status gizi kurang
terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat gizi esensial dan
sebaliknya status gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat gizi dalam jumlah
Keadaan gizi yang tidak seimbang antara pemasukan dan pengeluaran akan
2001: 18, gizi salah adalah keadaan patologis akibat kekurangan atau kelebihan secara
relatif maupun absolut satu atau lebih zat gizi. Ada empat bentuk keadaan gizi salah
yaitu: 1) under nutrition, yaitu kekurangan konsumsi pangan secara relatif atau
kekurangan zat gizi tertentu; 3) over nutrition, yaitu keadaan kelebihan konsumsi
konsumsi pangan untuk peride tertentu; dan 4) imbalance yaitu keadaan yang
20
Penilaian status gizi adalah pembandingan keadaan gizi menurut hasil
pengukuran terhadap standar yang sesuai dari individu atau kelompok tertentu. Ada
beberapa cara dalam menilai status gizi seseorang yaitu: 1) secara langsung, dengan
pemeriksaan antropometri, klinis, biokimia dan biofisik dan; 2) secara tidak langsung
dapat dilaksanakan dengan survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi
Penilaian status gizi dengan cara pemeriksaan klinis dapat dijadikan sebagai
indikator yang sangat penting untuk menduga defisiensi gizi dengan melihat tanda-
tanda klinis gizi kurang misalnya adanya kelainan dan gangguan yang terjadi pada
kulit, rambut, mata, membran mukosa mulut dan bagian tubuh yang lain. Pemeriksaan
biokimia dalam penilaian status gizi dapat dilakukan dengan teknik pengukuran
kandungan berbagai zat gizi dan substansi kimia lainnya dalam darah dan urine yang
kemudian hasil pengukurannya dapat dibandingkan dengan standar normal yang telah
ditetapkan. Sedangkan penilaian status gizi dengan biofisik adalah metode penilaian
dengan melihat dari kemampuan fungsi jaringan dan perubahan struktur tubuh.
Penilaian ini dapat dilakukan dengan cara uji radiologi, tes fungsi fisik dan sitologi.
Survei konsumsi makanan sering digunakan sebagai salah satu teknik untuk
menunjukkan tingkat keadaan gizi. Survei konsumsi makanan yang sering dipakai
adalah “recall” 24 jam. Dalam metode ini, responden disuruh untuk mengingat dan
menceritakan semua yang dimakan dan diminum selama 24 jam yang lalu atau
Di masyarakat, cara penilaian status gizi yang paling sering digunakan adalah
dapat dilakukan siapa saja dan cukup teliti. Antropometri merupakan ukuran dari
21
berbagai macam dimensi tubuh manusia yang relatif ukurannya berbeda menurut jenis
Antropometri sudah lama digunakan dalam penentuan status gizi baik pada
anak-anak maupun orang dewasa serta individu maupun masyarakat. Pada penilaian
status gizi digunakan indeks antropometri disajikan dalam bentuk berat badan menurut
umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), berat badan menurut tinggi badan
Berat badan menurut umur (BB/U) merupakan salah satu indeks antropometri
yang dapat menggambarkan massa tubuh. Massa tubuh sanagat sensitive terhadap
menurunnya nafsu makan atau juga menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi (I
konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti
kemungkinan perkembangan berat badan yaitu dapat berkembang cepat atau lebih
dengan standar yang telah ditetapkan. Standar rujukan yang disarankan untuk maksid
Klasifikasi status gizi WHO-NCHS dengan skor simpang baku (Z score) dapat
22
Tabel 6
Penilaian status gizi berguna sekali dan dapat digunakan sebagai landasan
kurang gizi, menyediakan jumlah dan jenis pangan yang diperlukan dan umumnya
gizi sub-kelompok penduduk tertentu secara berkala guna menentukan apakah upaya
Pemantauan status gizi anak asuh memiliki maksud dan tujuan sebagai berikut,
yaitu : 1) mengetahui secara dini masalah gizi yang dihadapi dan tindak lanjut
23
3) meningkatkan kepedulian pihak luar Panti Asuhan dan memperoleh dukungan dana
kebutuhan fisik, mental dan sosial pada anak asuh sehingga memperoleh kesempatan
yang luas, tepat dan memadai bagi perkembangan kepribadiannya sesuai dengan yang
diharapkan sebagai bagian dari generasi penerus cita-cita bangsaa dan sebagai insan
yang akan turut aktif dalam bidang pembangunan nasional (Depsos, 1997: 4).
Anak asuh adalah anak-anak yang telah terdaftar menjadi asuhan di suatu Panti
Suatu makanan terdiri dari sejumlah makanan padat dan cair yang dikonsumsi
sebagai reaksi fisiologik, psikologik, budaya dan sosial, hal inilah kemudian disebut
24
Penyelenggaraan makanan adalah proses kegiatan yang saling berkaitan
mengatur makanan yang seimbang, memenuhi syarat gizi sesuai dengan selera anak
asuh, keamanan pangan dan perlindungan terhadap gangguan akibat makanan. Agar
Panti Asuhan itu perlu diselenggrakan dengan seefisien mungkin. Oleh karena itu,
menyediakan makanan bagi anak asuh dalam jumlah dan mutu yang memenuhi syarat
gizi.; 2) menyediakan makanan yang memenuhi cita rasa dan selera anak asuh; 3)
menyediakan makanan yang memenuhi standar sanitasi dan batas sumber dana dan
25
2.1.5.2 Kegiatan Penyelengaraan Makanan
jumlah dan standar kecukupan gizi rata-rata anak asuh; 2) perencanaan menu,
disesuaikan dengan anjuran kecukupan konsumsi, serta menu yang akan disajikan
baik dan teratur. Tidak teraturnya pelaksanaan kegiatan penyelengaraan makanan akan
berdampak pada hasil yang akan dicapai yang pada akhirnya juga berdampak pada
2.1.5.3 Ketenagaan
makanan harus memenuhi kriteria sebagai berikut : harus berbadan dan berperilaku
sehat, tidak mengidap penyakit menular, serta mampu menerapkan kaidah hygiene
26
2.1.5.4 Dana atau Anggaran
Fasilitas minimal yang harus dimiliki oleh Panti Asuhan sebagai salah satu
makan. Bangunan dapur yang ideal yaitu di dalamnya haruslah memiliki ruangan-
lengkap mulai dari ruang penerimaan sampai ruang pemasakan serta ruang distribusi
makanan. Peralatan memasak dan peralatan makan yang digunakan dalam proses
Hygiene dan Sanitasi Makanan. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
Hygiene dan Sanitasi Makanan yaitu di antaranya air yang digunakan untuk memasak
dan mencuci harus bersih, limbah haruslah mengalir dan salurannya harus tertutup,
tempat cuci tangan memadai, ventilasi dan pencahayaan cukup, tempat pembuangan
sampah harus kedap air serta ada upaya untuk mencegah vektor penyakit (tikus, lalat,
27
2.1.6 Kerangka Teori
Keterangan :
: : Variabel yang diteliti
: : Variabel yang tidak diteliti
28
2.2 Hipotesis
dirumuskan hipotesis yang berkaitan dengan hubungan antara tingkat konsumsi energi
dengan status gizi dan hubungan anatara tingkat konsumsi protein dengan status gizi.
Ho : Tidak ada hubungan antara tingkat konsumsi energi dengan status gizi
Ha : Ada hubungan antara tingkat konsumsi energi dengan status gizi anak
asuh (diterima).
Ho : Tidak ada hubungan antara tingkat konsumsi protein dengan status gizi
Ha : Ada hubungan antara tingkat konsumsi protein dengan status gizi anak
asuh (diterima).
29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
diteliti (Soekidjo Notoatmodjo, 2002: 79). Dalam penelitian ini diambil populasi
penelitian yaitu seluruh anak asuh yang berusia 10-18 tahun di Panti Asuhan Pamardi
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan
ditentukan dengan berdasarkan pada jumlah populasi yang akan diteliti dan
kriteria sebagai berikut : 1) Kriteria Inklusi, antara lain : anak asuh yang tinggal dan
menetap di Panti Asuhan, sudah menjadi anak asuh dan menghuni Panti Asuhan
minimal 3 bulan, tidak dalam keadaan sakit pada saat penelitian; 2) Kriteria Eksklusi,
antara lain : anak asuh mempunyai riwayat sakit kronis, tidak bersedia dijadikan
Dari kriteria yang telah ditetapkan di atas, ternyata semua populasi yang telah
30
3.3 Variabel Penelitian
Variabel adalah gejala yang menjadi fokus peneliti untuk diamati (Sugiyono,
2002: 2). Dalam penelitian ini ada dua variabel yaitu variable bebas dan variabel
terikat. Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang diselidiki
variabel bebas.
Yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat konsumsi
energi dan tingkat konsumsi protein anak asuh, sedangkan variabel terikatnya adalah
konsumsi energi, tingkat konsumsi protein serta status gizi anak asuh usia 10-18 tahun
yang tinggal atau menetap di Panti Asuhan Pamardi Putra Demak. Jenis penelitian ini
adalah deskriptif analitik dengan metode survey dan pendekatan cross sectional.
Data dalam penelitian ini dibedakan atas jenisnya yaitu data primer dan data
skunder. Teknik pengumpulan data adalah suatu cara untuk mendapatkan data yang
31
sesuai dengan penelitian yang dilaksanakan. Data dalam penelitian ini terdiri atas data
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-
hal yang diketahui oleh responden tersebut. Kuesioner dalam penelitian ini disediakan
dalam bentuk formulir recall 24 jam yang merupakan instrumen utama untuk
mengetahui Tingkat Konsumsi Energi (TKE) dan Tingkat Konsumsi Protein (TKP)
dan kuesioner pendukung yang bertujuan untuk mengetahui sumber daya dan proses
2) Pengukuran antropometri
penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan terhadap sampel penelitian.
Rate) untuk mengetahui angka kecukupan energi dan protein yang dianjurkan.
32
3.5.2 Data Skunder
1) Observasi
Dalam konsep penelitian, observasi atau yang disebut juga dengan pengamatan
adalah suatu prosedur yang berencana yang antara lain meliputi melihat dan mencatat
jumlah dan taraf aktifitas tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti
(Soekidjo Notoatmodjo, 2002: 93). Dalam penelitian ini dilakukan observasi langsung
di ruang dapur serta gambaran umum panti asuhan dengan berdasarkan pada lembar
2) Dokumentasi
rapat, catatan harian dan sebagainya. Dalam penelitian ini, peneliti mengkaji
tentang profil panti asuhan, dokumen yang berisi data-data nama anak asuh, tanggal
masuk panti asuhan, umur, pendidikan dan data-data hasil pemeriksaan status gizi
1) Pra Penelitian
33
2) Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama 4 kali, yaitu pada tanggal 19, 20, 29 dan 30
April 2005 dengan prosedur penelitian sebagai berikut : penelitian untuk mencari rata-
rata konsumsi energi dan protein anak asuh dilaksanakan setiap kali waktu makan
(pagi, siang dan malam) dengan menggunakan instrumen timbangan makanan dan
formulir recall 24 jam selama 4 hari (tanggal 19, 20, 29 dan 30 April 2005);
penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan anak asuh dilaksanakan 2 kali
yaitu pada tanggal 19 April dan 29 April 2005; observasi untuk mengetahui
kali (tanggal 19, 20, 29 dan 30 April 2005); quesioner tentang sumberdaya dan
3) Pasca Penelitian
34
5) Kuesioner tentang sumber daya dan proses penyelenggaraan makanan pada
penelitian. Oleh karena itu, ada beberapa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
Data mentah yang telah dikumpulkan oleh peneliti kemudian dianalisis dalam
rangka untuk memberikan arti yang berguna dalam memecahkan masalah dalam
sebagai berikut :
1) Editing
Sebelum data diolah, data tersebut perlu diedit terlebih dahulu. Data atau
keterangan yang telah dikumpulkan dalam record book, daftar pertanyaan ataupun
35
pada interview quide perlu dibaca sekali lagi dan diperbaiki jika dirasakan masih ada
2) Coding
Data yang dikumpulkan dapat berupa angka, kalimat pendek atau panjang. Untuk
3) Entry
4) Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan teknik sebagai
berikut :
Analisis ini dilakukan pada masing-masing variabel. Hasil analisis ini berupa
normalitas. Uji yang digunakan adalah Kolmogorov- Smirnov Test. Dari hasil uji
normalitas tersebut maka kemudian dihitung kekuatan dan sifat ketergantungan antar
variabel yang merupakan masalah sentral yang ingin diketahui pada banyak penelitian
(Bhisma Murti, 1996: 119). Untuk menguji korelasi antara variabel satu dengan
variabel lain, maka digunakan uji korelasi. Uji korelasi yang digunakan dalam
36
Kekuatan korelasi dapat dihitung dengan menghitung koefisien Korelasi
rxy = ∑ xy
(∑ x )(∑ y
2 2
)
Keterangan :
x2 = (X - X ) 2
y2 = ( Y - Y ) 2
∑ xy = jumlah xy
sebagai berikut :
r n−2
t =
1− r2
Keterangan :
n = jumlah sampel
r = koefisien korelasi
t = tingkat signifikansi
37
BAB IV
adalah tentang gambaran umum Panti Asuhan Pamardi Putra Demak, Karakteristik
Demak.
kepada anak terlantar. Pada tanggal 1 Juni 1945 dari Gerakan Rakyat Indonesia (GRI)
satu rumah milik DPUK Demak, dengan diberi nama “Rumah Perawatan”.
Tahun 1948 Tentara Belanda mengadakan kles ke- 2 dan menduduki kota
Demak, Rumah Perawatan jatuh ke tangan Belanda, yang kemudian diganti Sosial
Taken dengan diberi nama “Asrama Tapel Kuda”. Pada tahun 1950 terjadi
diberi nama Rumah Pendidikan Sosial Sono Ngesti Utomo. Kemudian pada tahun
1954, rumah perawatan tersebut berganti nama menjadi Panti Sosial Pamardi Putra.
Nama tersebut didasarkan karena pada saat itu yang diberikan pelayanan dan
38
Sampai saat ini, Panti Asuhan Pamardi Putra memberikan pelayanan kepada
50 orang anak asuh, yang terdiri atas 31 anak laki-laki dan 19 anak perempuan. Panti
Asuhan Pamardi Putra terletak di Jalan Sunan Kalijogo No. 46 Demak, panti ini
dibangun di atas tanah dengan luas tanah 9.725 m2 (luas bangunan 2.000 m2).
Ada dua filosofi yang mendasari berdirinya Panti Asuhan Pamardi Putra, yaitu
: memberi bekal ilmu kepada anak lebih beharga daripada memberi harta serta; tak
seorangpun yang ingin menjadi bodoh oleh karena itu belajarlah menangkap
Adapun Visi Panti Asuhan Pamardi Putra adalah terwujudnya kader bangsa yang
berkualitas, mandiri dan sejahtera. Sedangkan Misi yang diemban oleh Panti Asuhan
ini adalah : memberikan pelayanan yang prima kepada anak dan remaja terlantar;
orang pegawai dengan tugas dan kompetensi sebagai berikut : Kepala Panti Asuhan (1
39
orang), Bendahara (1 orang), Fungsional Pekerja Sosial (1 orang), Staf Koordinator
di antaranya adalah : kantor, asrama putra, aula, work shop, asrama putri, rumah dinas
Kepala Panti, musholla dan tempat rekreatif, wisma tempat ketrampilan, lapangan/
sarana olahraga, ruang konsultasi, ruang Case Conference, ruang kesehatan, dapur,
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Panti diketahui bahwa anak asuh
Sekolah Dasar sampai dengan tamat SMA/ MA. Secara rutin, setiap hari anak asuh di
Tabel 9
Jadwal Kegiatan Anak Asuh Panti Asuhan Pamardi Putra Demak
1 2 3
1. 04.00 – 04.30 Bangun tidur, Sholat Subuh
2. 05.00 – 06.00 Aktivitas pagi
3. 06.00 – 06.30 Sarapan pagi, persiapan berangkat sekolah
4. 07.00 – 14.00 Kegiatan sekolah formal
5. 14.00 – 14.30 Makan siang
40
1 2 3
6. 14.30 – 15.30 Istirahat
7. 15.30 – 17.30 Aktivitas pribadi, olahraga, latihan ketrampilan dan
kesenian.
8. 17.30 – 19.00 Sholat, mengaji, makan malam
9. 19.00 – 21.00 Kegiatan belajar
10. 21.00 – 04.00 Istirahat, tidur malam
Sumber : Profil Pelayanan Panti Asuhan Pamardi Putra Demak
1) Umur
12
10
Jumlah (orang)
8
Laki-laki
6 Perempuan
4
2
0
10 – 12 13 – 15 16 – 18
Umur (tahun)
Gambar 1
Karakteristik Responden Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
41
2) Pendidikan
20
Jumlah (orang)
15
10 Laki-laki
5 Perempuan
0
SD SLTP SLTA
Tingkat Pendidikan
Gambar 2
Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin
(TKE) responden yang diperoleh dari makanan yang telah disediakan oleh panti
asuhan adalah masih berada di bawah Angka Kecukupan Energi (AKE) yang
dianjurkan menurut berat badan, umur dan jenis kelamin masing-masing anak asuh.
TKE minimal dari 35 responden adalah 51,11 % dan TKE maksimal 99,02 %. TKE
rata-rata dari seluruh responden adalah 75,05 % dengan Standar Deviasi (SD) 12,57.
42
Sedangkan Tingkat Konsumsi Energi total (TKE total) yaitu tingkat konsumsi
energi setelah dijumlahkan dengan makanan jajanan), dari hasil penelitian didapatkan
bahwa TKE total minimal dari 35 responden adalah 52,61 %, TKE total maksimal
adalah 115,80 %. TKE total rata-rata dari seluruh responden adalah 83,08 % dengan
didapatkan angka Tingkat Konsumsi Energi (TKE). Untuk mengetahui TKE Anak
Asuh di Panti Asuhan Pamardi Putra Demak dapat dilihat pada gambar 3 di bawah ini
14.30% (5
25.70% (9
orang)
orang)
Defisit
Kurang
Sedang
Baik
48.60% 11.40% (4
(17 orang) orang)
Gambar 3
Kategori TKE Total Anak Asuh di Panti Asuhan Pamardi Putra Demak
memiliki TKE kategori baik, 48,60 % (17 responden) termasuk dalam kategori
43
4) Tingkat Konsumsi Protein (TKP)
(TKP) responden yang disediakan oleh panti asuhan adalah berada bawah Angka
Kecukupan Protein (AKP). TKP minimal dari seluruh responden adalah 41,53 % dan
maksimal 117,78 %. TKP rata-rata dari seluruh responden adalah 68,06 % dengan
Sedangkan Tingkat Konsumsi Protein total (TKP total) yaitu tingkat konsumsi
protein setelah dijumlahkan dengan makanan jajanan), dari hasil penelitian didapatkan
bahwa TKP total minimal responden adalah 47,56 %, TKP total maksimal adalah
130,93 %. TKP total rata-rata dari seluruh responden adalah 75,19 % dengan SD
21,81.
didapatkan angka Tingkat Konsumsi Protein (TKP). Untuk mengetahui TKP Anak
Asuh di Panti Asuhan Pamardi Putra Demak dapat dilihat pada gambar 4 di bawah
ini:
14.30% (orang)
Gambar 4
Kategori TKP Total Anak Asuh di Panti Asuhan Pamardi Putra Demak
44
Dari gambar tersebut di atas maka dapat diketahui bahwa, 14,30 % (5
dalam kategori sedang dan 20,00 % (7 responden) dalam kategori kurang serta 48,60
5) Status Gizi
Z score maksimal adalah +2,25; Z Score rata-rata adalah –1,61 dengan SD +0,89.
Untuk mengetahui status gizi Anak Asuh di Panti Asuhan Pamardi Putra Demak dapat
2.90% (1 orang)
2.90% ( 1 orang)
Gizi Buruk
25.70% (9 orang) Gizi Kurang
Gizi Baik
68.60% Gizi Lebih
(24 orang)
Gambar 5
Grafik Status Gizi Anak Asuh di Panti Asuhan Pamardi Putra Demak
Tahun 2005
45
berstatus gizi lebih, 68,60 % (24 responden) berstatus gizi baik dan 25,70 % (9
responden) berstatus gizi kurang serta 2,90 % (1 responden) ternyata dalam status gizi
buruk.
1) Sumber Daya
1.1) Pendanaan
Kabupaten Demak diperoleh dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Provinsi Jawa Tengah sebagai donatur tetap dan Yayasan Dharmais sebagai donatur
tidak tetap.
1.2) Tenaga
1.3) Sarana
ruangan dapur dan ruang makan yang letaknya bersebelahan dengan sekat dari tembok
dan jendela distribusi makanan. Ruangan dapur di Panti Asuhan Pamardi Putra
46
persiapan bahan makanan, ruang pemasakan, ruangan distribusi makanan, ruangan
sampah), ruang ganti pakaian pegawai (sebaiknya ada WC dan kamar mandi), serta
terbuka sehingga ruang dapur di Panti tersebut belum memenuhi syarat ruangan dapur
Demak terdiri atas 5 meja makan besar, 2 buah lemari untuk penyimpanan alat-alat
makan. Untuk masing-masing meja terdapat 10 kursi sehingga dapat dipakai untuk 10
Kabupaten Demak didasarkan pada hasil konsultasi dengan Petugas Gizi Puskesmas
Demak I. Menu makanan yang ada di Panti terdiri dari menu untuk makan pagi, siang
dan malam serta makanan selingan yang masing-masing berbeda satu sama lainnya.
mengunakan siklus menu 10 hari, artinya menu tersebut digunakan hanya untuk 10
47
hari makan (hari ke-1 sampai dengan hari ke-10) dan untuk selanjutnya hari ke-11
menu itu akan kembali lagi ke menu awal (hari ke-1) dan seterusnya. Selain itu, setiap
6 bulan sekali diadakan evaluasi susunan siklus menu. Dari hasil evaluasi tersebut,
maka susunan menu yang sudah digunakan dapat digunakan kembali atau juga
susunan tersebut ditukar dengan susunan menu yang lain atau juga kombinasi menu.
oleh Panti Asuhan merupakan menu yang bervariasi dengan macam dan bahan
makanan yang berbeda setiap hari. Kombinasi makanan yang digunakan dalam
susunan menu di Panti Asuhan telah mengarah pada pola menu seimbang yang terdiri
atas tiga fungsi utama zat gizi, yaitu sumber energi, sumber zat pembangun dan
bahan makanan. Pembelian bahan makanan oleh Panti Asuhan Pamardi Putra
Dalam membeli bahan makanan, Juru masak panti terlebih dahulu melakukan
pemeriksaan dan pemilihan terhadap kualitas bahan makan tersebut sehingga bahan
makanan yang dipilih dalam keadaan tidak hancur/ rusak, segar, bersih dan tidak
Sebelum bahan – bahan makanan yang telah dibeli tersebut diolah, terlebih
dahulu dipersiapkan bahan makanan dan bumbu yang akan dimasak serta alat-alat
yang dibutuhkan sesuai dengan menu makanan yang harus disediakan pada setiap kali
waktu makan. Bahan-bahan makanan tersebut diolah sesuai dengan sifat bahan
48
makanan tersebut sehingga diperoleh makanan yang enak, masih segar, tidak mentah
masak yaitu jam 04.00 WIB untuk makan pagi, jam 11.00 WIB untuk makan siang
dan jam 15.30 WIB untuk makan malam dan makan selingan.
dilakukan segera setelah makanan tersebut matang. Sebelum anak-anak asuh dipanggil
untuk makan secara bersama-sama di ruang makan, makanan sudah disiapkan terlebih
makan dengan lauk dan sayur dibuat sama, dan untuk nasinya setiap anak asuh
jadwal makan yaitu jam 05.30 WIB untuk makan pagi, jam 14.00 WIB untuk makan
siang, jam 17.30 WIB untuk makan malam (sore) serta jam 20.00 WIB untuk
makanan selingan. Bagi anak asuh yang pada waktu-waktu tersebut memiliki
makan bersama diperbolehkan makan sendiri dengan izin petugas dapur (juru masak)
Panti Asuhan.
bersih dan kurang hygienis. Hal ini bisa dilihat dari keadaan dapur sebagai tempat
berlangsungnya proses pengolahan makanan yang agak sempit sehingga penataan dan
49
tata alur proses penyelenggaraan makanan dirasakan kurang efektif dan efisien. Selain
itu di ruangan dapur juga dirasakan ventilasi udara yang masih kurang, sedangkan
Di bagian lain, air bersih yang digunakan untuk masak berasal dari PDAM,
pembuangan limbah cair dibuat mengalir, tempat cuci tangan sangat memadai karena
berasal dari air sumur yang terletak di dekat ruang makan dan ruang dapur, tempat
Demak, Kepala Panti dengan dibantu Staf Koordinator Penyantunan dan staf lainnya
makan yang segar dan bergizi untuk diolah dan disajikan sebagai bahan makanan
untuk pagi, siang dan sore (malam) secara bervariasi sesuai dengan menu yang harus
konsultasi dengan petugas gizi kaitannya dengan rencana atau usulan menu yang telah
diuat oleh Panti Asuhan; 3) penilaian terhadap cita rasa makanan dengan mencicipi
hasil makanan yang telah masak dan siap disajikan untuk anak asuh; 4) penilaian
terhadap sanitasi makanan dengan tidak menunda masakan (satu kali masak untuk
satu kali makan) sehingga tidak ada makanan yang basi serta melakukan pengawasan
terhadap kebersihan alat-alat masak dan lingkungan dapur serta ruang makan; 5)
pemantauan terhadap waktu makan asuh dengan menunggui anak yang sedang makan
serta melihat kerapian dan kedisiplinan anak asuh; 6) mengatasi pola konsumsi anak
asuh yang memiliki pantangan terhadap suatu jenis makanan dengan cara mengganti
50
suatu makanan jika jumlah anak yang memantang suatu jenis makanan itu banyak,
serta menyediakan makanan tersendiri jika anak asuh yang memantang jumlahnya
sedikit.
Pamardi Putra Kabupaten Demak dilakukan setiap hari (sebelum dan sesudah
keuangan kepada Bendahara Panti dengan membawa rancangan menu yang harus
disajikan, kemudian setelah pulang belanja, juru masak Panti tersebut juga
melaporkan hasil belanja kepada Bendahara atau staf di Kantor dengan menunjukkan
Asuhan.
1) Uji Normalitas
untuk tingkat konsumsi energi total, nilai p = 0,607 untuk tingkat konsumsi protein
total serta nilai p = 0,532 untuk Status Gizi. Dari hasil tersebut, dapat diketahui bahwa
semua nilai p lebih dari 0,05, hal ini menunjukkan bahwa semua variabel yang diteliti
berdistribusi normal. Oleh karena semua variabel berdistribusi normal maka untuk
51
mengetahui hubungan antar variabel dapat digunakan uji statistik parametrik korelasi
pearson.
Hasil uji statistik korelasi pearson antara tingkat konsumsi energi dengan
status gizi dengan α = 0,01 didapatkan nilai r = 0,558 dan nilai p = 0,001. Hal ini
menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat konsumsi energi
Hasil uji statistik korelasi pearson antara tingkat konsumsi protein dengan
status gizi dengan α = 0,01 didapatkan nilai r = 0,626 dan nilai p = 0,000. Hal ini
menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat konsumsi protein
4.2 Pembahasan
4.2.1 Tingkat Konsumsi Energi (TKE) dan Tingkat Konsumsi Protein (TKP)
Kecukupan energi yang diperoleh anak asuh di Panti Asuhan Pamardi Putra
ternyata belum memenuhi angka kecukupan energi yang dianjurkan. Begitu juga
dengan konsumsi energi total anak asuh (setelah ditambah makanan jajanan), juga
belum memenuhi angka kecukupan energi yang dianjurkan menurut umur dan jenis
kelamin. Rata-rata kecukupan energi yang didapat anak asuh dari makanan yang
disediakan oleh Panti Asuhan pada semua semua golongan umur adalah 75,05 %.
Pamardi Putra ternyata juga belum memenuhi angka kecukupan protein yang
52
dianjurkan menurut umur dan jenis kelamin. Begitu juga dengan konsumsi protein
total anak asuh (setelah ditambah makanan jajanan), juga belum memenuhi angka
kecukupan protein yang dianjurkan. Rata-rata kecukupan protein yang didapat anak
asuh dari makanan yang disediakan oleh Panti Asuhan pada semua semua golongan
umur adalah 68,06 %. Sedangkan rata-rata kecukupan protein total anak asuh adalah
75,19 %.
Dari hal tersebut di atas, maka dapat diketahui bahwa Tingkat Konsumsi
Energi (TKE) dan Tingkat Konsumsi Protein (TKP) pada anak asuh di Panti Asuhan
Pamardi Putra Demak belum memenuhi tingkat konsumsi yang dianjurkan karena
untuk mencapai tingkat konsumsi yang baik maka konsumsi energi maupun protein
yang diperoleh dari makanan setiap harinya harus sebanding dengan angka kecukupan
energi dan angka kecukupan protein yang dianjurkan, atau dengan kata lain, TKE dan
Masih rendahnya tingkat konsumsi energi dan protein ini dikarenakan oleh
masih kurang seimbangnya kandungan zat-zat gizi makanan yang dikonsumsi oleh
anak-anak asuh. Di samping itu, faktor lain yang ikut mempengaruhi adalah makanan
yang disediakan oleh Panti Asuhan dirasakan oleh anak asuh kurang bervariasi karena
dari menu makanan yang ada setiap harinya sering terjadi pengulangan menu dalam
satu hari. Hal ini membuat anak asuh kurang menyukai dan menurunkan selera makan
mereka.
53
4.2.2 Hubungan Tingkat Konsumsi Energi (TKE) dengan Status Gizi
Dari hasil analisis korelasi pearson dapat diketahui bahwa ada hubungan yang
bermakna (signifikan) antara TKE dengan status gizi. Hal ini ditunjukkan dengan nilai
pengaruh terhadap status gizi. Menurut teori, “ Most people maintain a steady energy
balance over time. On any given day, they may eat a little more or a little less than
usual, and their weight may go up or down a pound or two, but for the most part, they
stay in balance. When the balance shifts, their weight changes” (Eleanor Noss
Whitney, 1996: 277). Bila konsumsi energi melalui makanan kurang dari energi yang
dikeluarkan maka tubuh akan kekurangan energi (Sunita Almatsier, 2003: 150).
Akibat yang dapat ditimbulkan adalah tubuh akan mengalami ketidak seimbangan
(energi negatif), sehingga berat badan kurang dari berat badan seharusnya (ideal).
Sebaliknya, bila konsumsi energi yang diperoleh dari makanan melebihi energi yang
dikeluarkan maka kelebihan energi tersebut akan disimpan dalam bentuk lemak tubuh,
akibatnya terjadi berat badan yang melebihi berat badan idealnya (terjadi kegemukan).
Dari hasil analisis korelasi pearson dapat diketahui bahwa ada hubungan yang
sangat bermakna (signifikan) antara TKP dengan status gizi. Hal ini ditunjukkan
protein (TKP) maka semakin baik pula status gizi anak-anak asuh tersebut. Hal ini
sesuai dengan teori bahwa kebutuhan konsumsi protein pada usia remaja
54
(10-18 tahun) mengalami kenaikan sejalan dengan proses pertumbuhan yang pesat.
Dengan kata lain, kebutuhan protein itu berbanding lurus dengan berat badan
seseorang (status gizi). Jadi jika konsumsi protein yang diperoleh dari makanan itu
memenuhi angka kecukupan protein yang dianjurkan (TKP baik), maka akan
1) Penelitian variabel bebas yang hanya dilaksanakan 4 kali dengan tanggal menu
yang sama (tanggal menu hari ke- 1 sama dengan menu hari ke-3 serta tanggal
menu hari ke-2 sama dengan menu hari ke- 4), sehingga rata-rata konsumsi energi
2) Banyak faktor yang mempengaruhi status gizi, dan di sini peneliti hanya meneliti
TKE dan TKP serta faktor lain tidak diteliti karena keterbatasan peneliti.
3) Pengisian formulir recall yang dilakukan oleh anak asuh dan pengisian kuesioner
oleh pimpinan Panti dan Petugas Dapur yang terlebih dahulu mendapat arahan
adanya jawaban yang tidak mewakili keadaan sebenarnya dan hal ini dapat
4) Observasi yang tidak dapat dilakukan oleh peneliti pada setiap kali proses
produksi sehingga proses produksi tidak dapat diteliti atau dikaji secara lebih
rinci.
55
5) Indeks antropometri BB/ U dengan ambang batas Z Score lebih menggambarkan
status gizi seseorang saat ini sehingga analisa sehingga kurang bisa
56
BAB V
5.1 Simpulan
Dari hasil penelitian tentang tingkat konsumsi energi dan protein serta
hubungannya dengan status gizi anak asuh usia 10-18 tahun di Panti Asuhan Pamardi
1) Rata –rata TKE dan TKP anak asuh di Panti Asuhan Pamardi Putra Demak masih
berada di bawah standar Angka Kecukupan Zat Gizi (Energi maupun Protein)
membawa peningkatan pula terhadap status gizi anak asuh, demikian sebaliknya
penurunan TKE anak asuh akan membawa penurunan pula terhadap status gizi
anak asuh. Hal ini disebabkan karena adanya hubungan yang signifikan antara
membawa peningkatan pula terhadap status gizi anak asuh, demikian sebaliknya
penurunan TKP anak asuh akan membawa penurunan pula terhadap status gizi
anak asuh. Hal ini disebabkan karena adanya hubungan yang signifikan antara
57
5.2 Saran
Dari hasil penelitian ini, ada beberapa saran yang akan peneliti sampaikan
yang berkaitan dengan konsumsi energi, konsumsi protein serta status gizi anak asuh.
1) Bagi Institusi Panti Asuhan, disarankan agar lebih berupaya untuk dapat
menyusun dan menyediakan menu makanan yang variatif dengan kandungan gizi
seimbang sehingga kebutuhan zat gizi terutama energi dan protein dapat dipenuhi
secara baik dan optimal agar dapat meningkatkan status gizi anak asuh di Panti
Asuhan.
status gizi anak asuh secara rutin. Hal ini dilaksanakan dalam rangka perbaikan
58
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Djaeni S. 2000. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi. Jakarta: Dian
Rakyat.
Depkes RI. 2000. Pedoman Perbaikan Gizi di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA).
Jakarta: Ditjen Gizi Masyarakat.
Depkes RI. 2001. Pedoman Penyuluhan Gizi Pada Anak Sekolah Bagi Petugas
Puskesmas. Jakarta: Ditjen Gizi Masyarakat.
Depkes RI. 1995. Daftar Komposisi Zat Gizi Pangan Indonesia Edisi 1995. Jakarta:
Direktorat Bina Gizi Masyarakat.
Eleanor Noss Whitney and Sharon Rady Rolfes. 1996. Understanding Nutritions.
New York: West Publishing Company.
Elly Nurachmah. 2001. Nutrisi Dalam Keperawatan. Jakarta: CV. Sagung Seto.
G. Kartasapoetra dan Marsetyo. 2003. Ilmu Gizi (Korelasi Gizi, Kesehatan dan
Produktifitas Kerja). Jakarta: Rineka Cipta.
Hardinsyah dan Dodik Briawan. 2000. Daftar Kandungan Zat Gizi Bahan Makanan.
Bogor: Fakultas Pertanian IPB.
James F Balch and Phyllis A. Balch. 1990. Prescription for Nutritional Healing. New
York: Avery Publishing Group Inc.
59
Masruchah. 2004. Profil Pelayanan Panti Asuhan Pamardi Putra Demak Tahun 2004.
Demak: PA Pamardi Putra.
Masruchah. 2004. Laporan Tahunan Panti Asuhan Pamardi Putra Demak Tahun
2004. Demak: PA Pamardi Putra.
Sarwono Waspadji, dkk. 2003. Pengkajian Status Gizi Studi Epidemiologi. Jakarta:
Instalasi Gizi RSCM-FKUI.
Singgih Santoso. 2003. Mengatasi Berbagai Masalah Statistik dengan SPSS Versi
11,5. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Soegeng Santoso, dkk. 1999. Kesehatan dan Gizi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Sunita Almatsier. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
60