You are on page 1of 77

PERBEDAAN MOTIVASI BERPRESTASI ANTARA SISWA YANG

MENJADI PENGURUS OSIS DENGAN SISWA YANG BUKAN


PENGURUS OSIS DI SMU YPE (YAYASAN PENDIDIKAN EKONOMI)
SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2004-2005

SKRIPSI
Diajukan dalam rangka Menyelesaikan Studi Strata I
untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :
Nama : Agus Hari Utomo
NIM : 1314972256
Jurusan : Bimbingan dan Konseling

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2005
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas

Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada :

Hari : Selasa

Tanggal : 16 Agustus 2005

Panitia Ujian

Ketua Sekretaris

Drs. Siswanto, MM Dra. Ninik Setyowani


NIP. 130515769 NIP. 130788543

Anggota Penguji

Pembimbing I 1.

Dra. M.Th. Sri Hartati, M.Pd


Drs. Supriyo, M.Pd NIP. 131578121
NIP. 130783045

Pembimbing II 2.

Drs. Supriyo, M.Pd


Drs. Suparwoto NIP. 130783045
NIP. 130368009

3.

Drs. Suparwoto
Nip. 130368009

ii
ABSTRAK

Agus Hari Utomo, 2005. Perbedaan Motivasi Berprestasi Siswa antara


Siswa yang Menjadi Pengurus OSIS dengan Siswa yang Bukan Pengurus OSIS di
SMU YPE (Yayasan Pendidikan Ekonomi) Semarang Tahun Pelajaran 2004-
2005. Skripsi. Jurusan Bimbingan dan Konseling. Fakultas Ilmu Pendidikan.
UNNES.

Kenyataan di SMU YPE Semarang menunjukan gejala yang bervariasi,


tidak semua siswa yang menjadi pengurus OSIS menunjukan adanya motivasi
berprestasi yang tinggi dan ada pula siswa yang terlibat aktif dalam kepengurusan
OSIS pengurus OSIS menunjukan motivasi berprestasi yang tinggi, sehingga
perlu diteliti lebih lanjut secara empiris.
Permasalahan yang dikaji apakah ada perbedaan motivasi berprestasi
antara siswa yang menjadi pengurus OSIS dengan siswa yang bukan pengurus
OSIS di SMA YPE Semarang Tahun Pelajaran 2004/2005? Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui perbedaan-perbedaan motivasi berprestasi antara siswa yang
menjadi pengurus OSIS dengan siswa yang bukan pengurus OSIS di SMA YPE
Semarang Tahun Pelajaran 2004/2005.
Populasi yang diteliti adalah siswa SMA YPE Semarang. Sampel yang
diambil sebanyak 20 siswa yang menjadi pengurus OSIS dan 25 siswa yang bukan
pengurus OSIS. Variabel yang diteliti yaitu motivasi berprestasi siswa. alat
pengambil data berupa angket. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji t.
Hasil penelitian diperoleh rata-rata motivasi berprestasi siswa yang
menjadi pengurus OSIS mencapai 3,36 dalam katepori cukup. Dilihat dari
indikatornya ternyata rata-rata berorientasi suksesnya mencapai 3,34 dalam
kategori cukup, berorientasi ke depan sebesar 3,46 dalam kategori tinggi, suka
tantangan mencapai 3,21 dalam kategori cukup, dan pada indikator tangguh
mencapai 3,41 dalam kategori tinngi. Rata-rata motivasi berprestasi siswa yang
bukan pengurus OSIS mencapai 3,10. Dilihat indikatornya ternyata rata-rata
berorientasi suksesnya mencapai 3,14 dalam kategori cukup, berorientasi ke depan
sebesar 3,20 dalam kategori cukup, suka tantangan mencapai 2,92 dalam kategori
cukup, dan pada indikator tangguh mencapai 3,12 dalam kategori cukup. Dari
hasil uji t diperoleh nilai thitung (4,060) dengan probabilitas 0,000 < 0,05, yang
berarti secara nyata ada berbedaan yang nyata motivasi berprestasi antara siswa
yang menjadi pengurus OSIS dengan siswa yang bukan pengurus OSIS. Dilihat
dari rata-ratanya maka siswa yang menjadi pengurus OSIS cenderung mempunyai
motivasi berprestasi yang lebih tinggi dari pada yang bukan pengurus OSIS.
Dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan motivasi
berprestasi antara siswa yang menjadi pengurus OSIS dengan siswa yang bukan
pengurus OSIS di SMU YPE Semarang, di mana motivasi berprestasi siswa yang
menjadi pengurus OSIS lebih tinggi dari pada yang bukan pengurus OSIS.
Disarankan kepada pembina OSIS dan guru pembimbing untuk
menyeleksi jenis kegiatan OSIS yang mampu meningkatkan motivasi berprestasi
siswa. Dengan pengawasan dan arahan tersebut diharapkan siswa yang menjadi
pengurus OSIS mampu bersaing dalam prestasi di kelas dan tetap dapat
menjalankan kepengurusan OSIS. Bagi siswa yang bukan pengurus OSIS
hendaknya juga diberikan kegiatan atau penugasan yang dapat meningkatkan

iii
motivasi berprestasi seperti karya ilmiah, tugas belajar di rumah yang menuntut
tanggung jawab yang tinggi dan keuletan dalam mengerjakan tugas tersebut, tidak
terkecuali bagi siswa yang menjadi pengurus OSIS juga mendapatkan penugasan
tersebut. Bagi peneliti lain dapat mengkaji lebih lanjut tentang perbedaan jenis
kegiatan yang dilakukan antara siswa yang menjadi pengurus OSIS dan kaitannya
dengan motivasi berprestasi. Dengan penelitian tersebut diharapkan dapat
ditemukan jenis-jenis kegiatan yang berpengaruh terhadap peningkatan motivasi
berprestasi siswa.

iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN

MOTO :

“Sesungguhnya Allah tidak mengubah suatu kaum sehingga mereka merubah

keadaan yang ada pada dirinya” (ar Ra’ad : 11)

PERSEMBAHAN :

 Bapak dan Alm. Ibu Tercinta.

 Adikku Purnawati yang selalu memberi dorongan dan motivasi.

 Pakdhe dan Budhe Sumahadi terima kasih atas doa dan segalanya.

 Pakdhe dan Budhe Eddy Hendrarno terima kasih atas doa dan segalanya.

 Buat seseorang yang selama ini telah menemani dengan sabar,

memberikan dorongan, cinta dan kasih sayangnya.

v
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang

telah melimpahkan rahmat, hidayah serta kekuatan dan kesabaran sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini walaupun masih jauh dari sempurna.

Oleh karena itu dengan segala kekurangan dan ketidakmampuan yang

ada pada penulis, maka izinkanlah penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Drs. Siswanto, MM, Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang memberikan izin

dan kesempatan dalam penulisan skripsi ini.

2. Drs. Suharso, M.Pd, Ketua Jurusan Bimbingan dan konseling yang telah

memberikan kelancaran sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

3. Drs. Supriyo, M.Pd, Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan,

saran serta motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Drs. Soeparwoto, Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan,

saran serta motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Dra. Badriyaningsih, Kepala SMU YPE Semarang yang telah memberikan izin

dalam melaksanakan penelitian.

6. Siswa-siswa SMU YPE yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian

ini.

7. Pihak-pihak lain yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

banyak membantu kelancaran dalam penyusunan skripsi ini.

vi
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh

karena itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun akan selalu penulis

harapkan.

Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca

pada umumnya dan penulis pada khususnya.

Semarang, Juli 2005

Penulis

vii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN.................................................................. ii

ABSTRAK .......................................................................................... iii

MOTO DAN PERSEMBAHAN .......................................................... v

KATA PENGANTAR ......................................................................... vi

DAFTAR ISI ....................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ............................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang ........................................................ 1

B. Permasalahan .......................................................... 4

C. Penegasan Judul ...................................................... 4

D. Tujuan Penelitian .................................................... 5

E. Manfaat Penelitian .................................................. 5

F. Sitematika Skripsi ................................................... 6

viii
BAB II LANDASAN TEORI

A. Motivasi Berprestasi ............................................... 7

1. Pengertian Motif, Motivasi dan Indikator

........................................................................... 7

2. Fungsi Motivasi .................................................. 13

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi ...................... 14

4. Macam-macam Motivasi ..................................... 18

5. Upaya Meningkatkan Motivasi ............................ 20

B. Organisasi Siswa Intra Sekolah ............................... 22

1. Pengertian OSIS .................................................. 22

2. Fungsi OSIS ........................................................ 24

3. Struktur OSIS SMU YPE .................................... 25

4. Kegiatan atau Program Kerja OSIS

SMU YPE ........................................................... 26

5. Faktor Pendukung dan Penghambat

Program Kerja OSIS SMU YPE .......................... 27

C. Hubungan Motivasi Berprestasi Siswa

yang menjadi Pengurus OSIS dengan

Siswa yang bukan Pengurus OSIS ........................... 28

D. Hipotesis ................................................................. 29

ix
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi .................................................................. 30

B. Sampel ..................................................................... 31

C. Variabel Penelitian ................................................... 31

D. Metode Pengumpulan Data ...................................... 32

E. Validitas dan Reliabilitas .......................................... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ....................................................... 38

1. Berorientasi Sukses ............................................. 40

2. Berorientasi Ke Depan ........................................ 41

3. Suka Tantangan................................................... 42

4. Tangguh .............................................................. 43

B. Pembahasan ............................................................. 44

C.Uji Hipotesis ............................................................. 47

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan.................................................................. 49

B. Saran ........................................................................ 50

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 51

LAMPIRAN-LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kriteria Penentuan Tingkatan

Motivasi Berprestasi ...................................................................... 39

2. Rata-rata Motivasi Berprestasi Siswa ............................................. 39

3. Distribusi Frekuensi Motivasi Berprestasi Siswa ............................ 40

4. Distribusi Frekuensi Berorientasi Sukses........................................ 41

5. Distribusi Frekuensi Berorientasi Ke Depan ...................................

6. Distribusi Frekuensi Tingkat Kesukaa

terhadap Tantangan ........................................................................ 43

7. Distribusi Frekuensi Tingkat Ketangguhan Siswa........................... 44

8. Hasil Uji Hipotesis ......................................................................... 47

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Tabel Kisi-kisi Pengembangan Instrumen Penelitian ....................... 55

2. Instrumen Uji Coba Penelitian Motivasi Berprestasi....................... 56

3. Analisis Hasil Uji Coba Instrumen .................................................. 60

4. Perhitungan Validitas Instrumen .................................................... 62

5. Perhitungan Reliabilitas Instrumen ................................................. 63

6. Daftar Siswa yang bukanPengurus OSIS ........................................ 64

7. Daftar Siswa yang menjadi Pengurus OSIS .................................... 65

8. Instrumen Penelitian Motivasi Berprestasi...................................... 67

9. Data Hasil Penelitian ...................................................................... 70

10. Surat Permohonan Ijin Penelitian

di SMU YPE Semarang.................................................................. 74

11. Surat Keterangan Bukti Penelitian

dari SMU YPE Semarang............................................................... 75

xii
DAFTAR SISWA YANG MENJADI PENGURUS OSIS

1. Eko Setyawan

2. Nur Fita Luxfi

3. Fenti Fun Haryani

4. Ardhian Nursiyanto

5. Sriyono

6. Puji Lestari

7. Iwan Santoso

8. Daru santoso

9. Eko Aris Setyawan

10. Surati

11. Agus Susilo

12. Sukamto

13. Eko Yulianto

14. Panca Indriyanti

15. Joko Mujianto

16. Suprayogo

17. Wisnu Utomo

18. Khomaidi

19. Emy Andarini

20. Ika Nilasari Putri

xiii
DAFTAR SISWA YANG BUKAN PENGURUS OSIS

1. Agustina 21. Bagus Handoyo

2. Ayu Lestari 22. Rochdita S

3. Budi Wahyu Abidin 23. Dewi Yuliani

4. Siti Wahyuni 24. Tri Hastorini

5. Choiril Bayu K 25. Heru Edi S

6. Nono Ardiyanto

7. Siti Halimah

8. Dwi Jatmiko

9. Nurhayati

10. Andi Prasetyo

11. Irwan Wahyudi

12. Wiwit Diah S

13. Efi Suharningsih

14. Siti Zumroh

15. Marti Prasetyo

16. Tri Yuni A

17. Yanita Rindawati

18. Ariyono Darmadi

19.Finatul Khikmah

20.Ahmad Syaifudin

xiv
xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam konteks penyelenggaraan pendidikan menengah umum maupun

dalam mengikuti proses belajar di sekolah siswa memiliki peranan yang sangat

penting. Karena siswa merupakan pusat dari segala kegiatan yang dilaksanakan

di sekolah sebagai upaya untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya.

Selain itu, siswa diharapkan mampu utnuk aktif mengikuti berbagai kegiatan

dalm rangka mengembangkan dirinya, khususnya dalam bidang ilmu

pengetahuan dan ketrampilan yang sesuai dengan kemampuan dan bakatnya.

Pengembangan potensi yang dimiliki siswa tentunya tidak akan terlepas

dari motivasi berprestasi yang siswa yang dapat wujudkan melalui wadah

organisasi siswa yang disebut Organisasi Siswa Intra Sekolah [OSIS]. Melalui

wadah tersebut siswa dapat mengembangkan berbagai kegiatan ekstrakurikuler

yang dimaksudkan untuk mendukung dan melengkapi tujuan kegiatan intra

sekolah.

Untuk itu tepatlah kiranya bila motivasi merupakan penggerak dalam

melakukan segala aktivitas yang dapat menunjang prestasi. Seperti halnya

lembaga pendidikan lain, SMU YPE yang berdiri sejak tanggal 26 Oktober 1986

dan terletak di jalan Karangrejo Sampangan Semarang menempati gedung yang

cukup tenang, sehingga pelaksanaan proses belajar mengajar bisa berjalan

lancar. SMU YPE berjumlah 5 kelas dengan perincian kelas 1 ada 2 kelas, kelas
2 ada 1 kelas dan kelas 3 ada 2 kelas dengan jumlah siswa keseluruhan 108

siswa. Pihak sekolah sangat mendukung dengan program kerja OSIS yang selalu

memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan,

bakat, kreativitas maupun minat siswa yang disalurkan melalui organisasi

disekolah tersebut.

Berbagai sarana dan prasarana pendukung telah tersedia yang dapat

dipergunakan untuk memperlancar kegiatan belajar dan mengembangkan

motivasi berprestasi siswa melalui wadah OSIS. Adapun tujuan dari pada OSIS

adalah menampung bakat, minat para siswa untuk disalurkan sesuai dengan

keinginan dan turut serta menjaga dan menjunjung tinggi almamater dalam

setiap kesempatan. Selain itu berbagai kegiatan yang diprogramkan OSIS

diharapkan siswa mampu melaksanakanya dan mengembangkan serta

meningkatkan apa yang sudah ada dengan tidak meninggalkan kewajiban

sebagai siswa itu sendiri.

Keberhasilan seseorang di bidang pendidikan tidak terlepas dari motivasi

yang ada pada dirinya maupun dari orang lain. Pencapaian prestasi akademik

disekolah sangat ditentukan oleh faktor motivasi berprestasi (Sugiyo, dkk.

1995). Dalam hal ini dapat dikatakan keberhasilan seseorang dalam belajar tidak

hanya ditentukan kecerdasan semata-mata tetapi ditentukan pula oleh

kecerdasan emosional yang meliputi pengendalian diri, semangat, ketekunan

dan disiplin, serta kemampuan untuk memotivasi diri.

Kegiatan kesiswaan yang ada diharapkan dapat menggali potensi dan

memacu diri siswa agar timbul keinginan untuk meningkatkan prestasi

2
belajarnya sehingga tercapai tujuan pendidikan seperti yang diharapkan. Tanpa

adanya motivasi berprestasi dalam diri siswa akan berakibat siswa yang

memiliki kemampuan dasar cukup tinggi tidak dapat menunjukan potensi dan

meraih prestasi yang optimal dan pada akhirnya dapat menurunkan mutu sumber

daya manusia.

OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah) merupakan satu organisasi siswa di

sekolah yang bukan hanya melatih siswa mengenai kepemimpinan, kemampuan

berorganisasi, juga melatih disiplin yang pada akhirnya dapat memberikan

keuntungan yang positif bagi siswa. Tapi satu hal yang menarik apakah setiap

pengurus OSIS mempunyai prestasi yang tinggi dari pada mereka yang bukan

sama sekali masuk dalam kepengurusan OSIS.

Analisis di atas menjadi persoalan menarik karena kenyataan di lapangan

menunjukkan bahwa kondisi siswa yang belum sepenuhnya sejalan dengan apa

yang diharapkan oleh sekolah. Pengamatan selama menjalankan tugas-tugas

praktikum dan praktik pengalaman lapangan di SMU menunjukkan gejala-gejala

yang bervariasi, artinya tidak semua siswa-siswa SMU yang aktif menjadi

pengurus OSIS menunjukan adanya motivasi berprestsasi yang tinggi.

Sementara ada siswa-siswa yang tidak terlibat secara aktif dalam kepengurusan

OSIS menunjukan adanya motivasi berprestasi yang tinggi.

Gejala-gejala di atas terjadi pula pada SMU-SMU di Semarang salah

satunya SMU YPE (Yayasan Pendidikan Ekonomi). Selama beberapa kali

melakukan kunjungan ke sekolah-sekolah tersebut dan hasil wawancara dengan

guru BK di temukan gejala-gejala yang demikian.

3
Hal di atas mendorong peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul

“Perbedaan motivasi berprestasi antara siswa yang menjadi pengurus OSIS

dengan siswa yang bukan pengurus OSIS di SMU YPE (Yayasan Pendidikan

Ekonomi) di Semarang tahun Pelajaran 2004/2005

B. Permasalahan

Bertolak dari permasalahan tersebut di atas maka dapat dirumuskan satu

permasalahan yang akan diteliti yaitu: Apakah ada perbedaan motivasi

berprestasi antara siswa yang menjadi pengurus OSIS dengan siswa yang bukan

pengurus OSIS di SMU YPE tahun Pelajaran 2004/2005.

C. Penegasan Judul

Untuk memberikan gambaran yang jelas dan menghindarkan kesalahan

dalam penafsiran jidul penelitian, maka penulis kemukakan batasan-batasan

tentang istilah dalam judul penelitian ini yaitu :

1. Perbedaan

Kata perbedaan mempunyai arti suatu yang menjadikan lberlainan.

(Poerwadarminta, 1990:104).

2. Motivasi Berprestasi

Motif merupakan keadaan dalam pribadi orang yang mendorong

individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai suatu

tujuan (Suryabrata, 1995:70).

4
Motivasi berprestasi adalah suatu konsep yang digunakan untuk

mencapai sukses dengan suatu ukuran pencapaian hasil dan prestasi yang

memuaskan.

D. Tujuan Penelitian

Ada pun tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui perbedaan motivasi

berprestasi antara siswa yang menjadi pengurus OSIS dengan siswa yang bukan

pengurus OSIS di SMU YPE tahun Pelajaran 2004/2005.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat secara teoritis

Diharapkan dari penelitian yang dilakukan ini dapat memberi manfaat

bagi peneliti agar lebih mengetahui bagaimana perbedaan motivasi

berprestasi antara siswa yang menjadi pengurus OSIS dengan siswa yang

bukan pengurus OSIS di SMU YPE tahun Pelajaran 2004/2005.

2. Manfaat secara Praktis

Hasil penelitian yang dilakukan diharapkan menjadi bahan

pertimbangan bagi guru dan orang tua serta siswa untuk melakukan

instrospeksi dalam meningkatkan motivasi berprestasi, sehingga nantinya

akan diperoleh dua keuntungan secara langsung yaitu dapat berprestasi lebih

baik dan ikut berpartisipasi dalam berorganisasi di sekolah.

5
E. Sistematika Skripsi

Garis besar dari sistematika penulisan skripsi ini dapat di jabarkan secara

ringkas yaitu :

Bab I mencakup latar belakang, permasalahan, penegasan istilah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian dan bagian akhir dari bab ini adalah

sistematika skripsi.

Bab II akan diuraikan tentang landasan teori yang berisi tentang daftar kajian

teori yang diperoleh dari buku referensi/daftar pustaka. Selain itu juga

akan disampaikan tentang hipotesis penelitian.

Bab III bagian ini berisikan tentang metode penelitian yaitu penentuan obyek

penelitian, mencakup jenis penelitian, populasi dan sampel penelitian,

variabel penelitian, metode pengumpulan data, validitas dan reliabilitas

serta metode analisis data.

Bab IV berisikan laporan dari hasil penelitian dan pembahasan. Dalam hal ini

akan dibahas mengenai pengujian hipotesis dan pembahasan hasil

penelitian.

pBab V simpulan dan saran dari hasil penelitian.

6
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Motivasi berprestasi

1. Pengertian Motif, Indikator dan Motivasi Berprestasi

Membahas mengenai motivasi berprestasi tentu tidak lepas dari kata

motif. Motif dalam bahasa inggris adalah motive yang berasal dari kata

motion yang berarti gerak atau dorongan. Motif adalah keadaan di dalam

orang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas atau penggerak

tingkah laku ke arah suatu tujuan dengan didasari adanya suatu kebutuhan

(Tabrani, 1994:98)

Motif adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu

untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan

(Suryabrata, 1995:70). Jadi motif bukanlah hal yang dapat diamati, tetapi

adalah hal yang dapat disimpulkan adanya karena sesuatu yang dapat kita

saksikan. Tiap aktivitas yang dilakukan seseorang itu didorong oleh sesuatu

kekuatan dari dalam diri orang itu, kekuatan pendorong inilah yang kita

sebut motif.

Ahli lain mengemukakan bahwa motif merupakan daya pengerak dalam

subyek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu

tujuan. Motif merupakan kondisi intern atau disposisi (kesiapsiagaan)

sedang pengertian motivasi adalah daya pengerak yang telah menjadi aktif

7
(Gunarso, 1996:92). Motif menjadi aktif pada saat tertentu, bila kebutuhan

untuk mencapai tujuan sangat dirasakan.

Motivasi adalah motif atau hal yang sudah menjadi aktif pada saat

tertentu terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan terasa sangat

mendesak (Abror, 1993:114) Motivasi adalah suatu motif kecenderungan di

dalam diri individu untuk bertindak mencapai suatu tujuan yang konkrit

guna memuaskan kebutuhannya (Sadli, 1991:27).

Menurut Sardiman (2000:73) berawal dari kata motif, bahwa motivasi

adalah daya pengerak yang telah menjadi aktif. Selanjutnya dikatakan

bahwa motivasi adalah serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-

kondisi tertentu sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu. Bila

ia tidak suka, maka ia berusaha untuk meniadakan rasa tidak suka itu.

Sedangkan Purwanto (1990:81) berpendapat motivasi sebagai suatu

yang didasari untuk menggerakan, mengarahkan dan menjaga tingkah laku

seseorang agar ia bertindak melakukan sesuatu sehingga mancapai hasil

atau tujuan tertentu.

Motivasi siswa pada penelitian ini didefinisikan sebagai keseluruhan

daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan atau

tindakan, menjamin kelangsungan dari kegiatannya dan memberikan arah

pada kegiatan siswa tersebut, sehingga tujuan yang dikehendaki tercapai.

Dari pengertian-pengertian motivasi diatas, dapat disimpulkan tiga

fungsi motivasi sebagai berikut :

8
a. Mendorong manusia untuk berbuat (motivasi sebagai motor pengerak

dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan).

b. Menyeleksi suatu perbuatan (menetukan perbuatan-perbuatan apa yang

harus dilakukan untuk mencapai tujuan).

c. Menentukan arah perbuatan (ke arah tujuan yang hendak dicapai).

Motivasi sebagai suatu istilah umum menunjukan bahwa tingkah

laku itu digerakkan oleh kebutuhan-kebutuhan dan diarahkan ke suatu

tujuan (Sumadi S, 1984:4), motivasi ini dirasa penting karena : 1)

merupakan suatu kondisi yang dapat menarik keluar tingkah laku 2)

diperlukan bagi “reinforcement” atau stimulus yang memperkuat dan

mempertahankan tingkah laku yang dikehendaki dan merupakan kondisi

mutlak bagi proses belajar 3) menyebabkan timbulnya berbagai tingkah

laku dimana salah satu diantaranya mungkin dapat merupakan tingkah laku

yang dikehendaki.

Motivasi merupakan pendorong tingkah laku manusia. Namun usaha

pencapaian dan perwujudan motivasi itu tidak hanya tergantung pada

motivasi itu sendiri tetapi juga faktor lingkungan dan faktor belajar yang

memadai, maka pencapaian dan perwujudan itu akan berlangsung tanpa

mengalami banyak kesulitan. Jika faktor lingkungan dan atau faktor belajar

kurang atau tidak memadai, perwujudan dan pencapaian motivasi dapat

mengalami hambatan atau kesulitan.

Menurut Kartono (1985:68) motivasi adalah sebab, alasan dasar,

dorongan bagi seseorang untuk berbuat atau ide pokok yang selalu

9
berpengaruh besar terhadap tingkah laku. Selain itu motivasi merupakan

penentu perilaku (Irwanto, 1991:193). Masih menurut Irwanto ada tiga

determinan terjadinya perilaku yaitu dari lingkungan, dari dalam diri

individu dan tujuan dari suatu obyek.

Suatu daya dorong yang dimiliki individu yang keberadaannya ada

dalam diri individu disebut motif. Motif ini dapat aktif dan dinamis yang

akhirnya menjadi suatu tindakan, manakala ada usaha atau proses

pemunculannya. Kesesuaian antara tindakan dan motif dalam proses

pemunculannya itu disebut motivasi (Winkel, 1989: 83)

Setiap individu pasti mempunyai keinginan yang kuat untuk

meningkatkan prestasi agar hasil yang diperoleh hasil yang maksimal.

Untuk mendapatkan semua itu tergantung dari individu dalam memotivasi

dirinya.

Motivasi siswa pada penelitian ini didefinisikan sebagai keseluruhan

daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan atau

tindakan, menjamin kelangsungan dari kegiatannya dan memberikan arah

pada kegiatan tersebut, sehingga tujuan yang dikehendaki tercapai.

Konsep motivasi berprestasi pertama kali menggunakan istilah “N-

Ach” atau Need for Achievement” dan dipapulerkan oleh McClelland

(dalam Martaniah, 1984:21). Konsep ini bertolak dari suatu asumsi bahwa

“N-AcH” merupakan semacam kekuatan psikologis yang mendorong setiap

individu sehingga membuat aktif dan dinamis untuk mengejar kemajuan.

10
Motivasi berprestasi menurut Heckhausen (dalam Purwanto,

1993:21) adalah batasan motivasi berprestasi sebagai usaha keras untuk

meningkatkan atau kecakapan diri setinggi mungkin dalam semua aktivitas

dengan menggunakan standar keunggulan sebagai pembanding. Standar

keunggulan dapat berupa tingkat tingkat kesempurnaan hasil pelaksanaan

tugas (berkaitan dengan tugas), perbandingan dengan prestasi sendiri

sebelumnya (berkaitan dengan diri sendiri), dan perbandingan dengan

prestasi orang lain.

Kemampuan yang dimiliki seseorang dalam berbagai aktivitas

merupakan standar keunggulan dimana suatu kegiatan tersebut dapat gagal

atau berhasil. Motivasi berprestasi juga dapat di artikan sebagai perjuangan

untuk menambah prestasi setinggi mungkin, Heckhausen (dalam Haditono,

1989:12). Ada tiga bentuk standart keunggulan/keberhasilan menurut

Heckhausen yaitu :

a) Keberhasilan dalam menyelesaikan tugas.

b) Keberhasilan yang dibandingkan dengan keberhasilan sebelumnya.

c) Keberhasilan yang dicapai dibandingkan dengan keberhasilan yang diraih

orang lain.

Sedangkan ahli lain Lindgren (dalam Rasimin Bs, 1982 : 1),

menyatakan bahwa motivasi berprestasi adalah dorongan yang berhubungan

dengan prestasi, yaitu menguasai, memanipulasi, mengatur lingkungan

maupun fisik untuk mengatasi rintangan-rintangan dan memelihara kualitas

11
belajar yang tinggi, bersaing melalui usaha-usaha untuk melebihi perbuatan-

perbuatan yang lampau dan mengungguli perbuatan orang lain.

Individu yang mempunyai motivasi berprestasi biasanya lebih

menyukai tugas yang menuntut tanggung jawab. Hal ini berarti keberhasilan

yang dicapai bukan karena bantuan orang lain atau karena fakor

keberuntungan, melainkan karena hasil kerja keras dirinya sendiri. Selain

itu individu juga mempunyai dorongan yang kuat untuk segera mengetahui

hasil nyata dari tindakannya, karena hal itu dapat digunakan sebagai umpan

balik. Selanjutnya dari hasil evaluasi tersebut individu dapat memperbaiki

kesalahannya dan mendorong untuk berprestasi lebih baik dengan

menggunakan cara-cara baru.

Adanya beberapa temuan dari Hechausen (dalam Martaniah, 1984 :

28) yang menunjukan bahwa karaktristik individu yang mempunyai

motivasi berprestasi antara lain sebagai berikut:

a. Berorientasi sukses, artinya bahwa jika individu dihadapkan pada

situasi berprestasi ia merasa optimis bahwa sukses akan diraihnya dan

dalam mengerjakan tugas ia lebih terdorong oleh harapan untuk

sukses dari pada menghindar tapi gagal.

b. Berorientasi jauh ke depan, dia cenderung membuat tujuan-tujuan

yang hendak dicapainya di waktu yang akan datang dan ia sangat

12
menghargai waktu serta ia lebih dapat menangguhkan pemuasan

untuk mendapatkan penghargaan di waktu mendatang.

c. Suka tantangan, dia suka situasi prestasi yang mengundang resiko

yang cukup untuk gagal. Dia suka akan perbedaan dan kekhasan

tersendiri sesuai dengan kompetensi profesional yang di miliki, maka

secara tidak langsung akan mempengaruhi kualitas motivasi dan

pencapaian prestasi belajar pada siswa.

d. Tangguh, dia dalam melakukan tugas-tugasnya menunjukan keuletan,

dia tidak mudah putus asa dan berusaha terus sesuai dengan

kemampuannya.

2. Fungsi Motivasi

Dalam memahami peranan motivasi serta fungsinya, maka akan di

kemukakan beberapa fungsi motivasi sebagai berikut :

a. Mendorong manusia untuk berbobot, jadi fungsi motivasi sebagai

penggerak.

b. Menentukan gerak perbuatan yaitu dapat mencapai tujuan yang hendak

dicapai.

c. Menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang

harus dijalankan dengan serasi guna mencapai tujuan.

13
Demikian pentingnya arti motivasi dalam kita melangkah untuk

berbuat, sehingga jika dikaitkan dengan belajar maka motivasi menduduki

tempat strategis dalam upaya keberhasilan tujuan belajar.dalam hal ini dapat

dikatakan bahwa keberhasilan seseorang dalam belajar tidak hanya

ditentukan oleh kecerdasan semata-mata tetapi ditentukan pula oleh

kecerdasan emosional yang meliputi pengendalian diri, semangat, disiplin

dan ketekunan, serta kemampuan untuk memotivasi diri.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Berprestasi

Salah satu prinsip dalam melaksanakan pendidikan adalah individu

secara aktif mengambil bagian dalam kegiatan pendidikan yang dilaksanakan.

Untuk dapat melaksanakan suatu kegiatan, pertama-tama harus ada dorongan

untuk melaksanakan kegiatan itu. Dengan kata lain, untuk dapat melakukan

sesuatu harus ada motivasi. Begitu juga keadaanya dalam proses belajar atau

pendidikan, individu harus mempunyai motivasi untuk mengikuti kegiatan

belajar atau pendidikan yang sedang berlangsung,

Motivasi berprestasi dapat dipengaruhi oleh lingkungannya (Crow

dan Crow, 1989:24). Artinya sikap terhadap lingkungan merupakan petunjuk

tentang pandangan dan penilaian individu terhadap lingkungan. Sikap positif

terhadap lingkungan akan meningkatkan motivasi berprestasi, sedangkan

sikap negatif terhadap lingkungan akan menurunkan motivasi berprestasi.

Selain itu, ada empat unsur yang merupakan penyebab motivasi

berprestasi yang dikemukakan oleh Weiner (dalam Martaniah, 1984:2).

14
Keempat unsur tersebut adalah kemampuan atau kekuatan, usaha, kesukaran

tugas, dan keberuntungan atau kebutuhan. Selanjutnya empat atribusi

penyebab tersebut dibagi dalam dua dimensi yaitu locus of control dan

stabilitas. Locus of control ini dapat bersifat internal dan eksternal.

Sedangkan stabilitas dapat bermacam-macam, dia mengklasifikasikan

kemampuan dan usaha sebagai penentu internal dan perilaku. Kemudian

kesukaran tugas dan keberuntungan sebagai penentu perilaku eksternal.

Berdasarkan penemuannya bersama Potipan, maka dikemukanlah

pendapatnya tentang motivasi berprestasi yaitu sebagai berikut :

a. Individu yang mempunyai motif berprestasi tinggi mengatribusikan

sukaes pada usaha dan mengatribusikan kegagalan pada tidak adanya

usaha.

b. Individu yang mempunyai motif berprestasi rendah tidak melihat usaha

sebagai sesuatu yang menentukan hasil.

c. Individu yang mempunyai motif berprestasi tinggi menganggap

menyebab sukses adalah kemampuan yang tinggi, sedang yamg

mempunyai motif berprestasi rendah menganggap penyebab karena

kurangnya kemampuan.

d. Individu yang mempunyai motif berprestasi tinggi secara relatif

mempunyai kemampuan yang tinggi.

Banyak teori yang mendasari motivasi. Menurut Morgan (dalam

Sardiman, 2000:78) ada empat faktor pendorong bagi seseorang melakukan

15
kegiatan dan dapat memicu munculnya motivasi berprestasi siswa, antara

lain :

a. Kebutuhan untuk berbuat sesuatu aktivitas.

b. Kebutuhan untuk menyenangkan orang lain.

c. Kebutuhan untuk mencapai hasil.

d. Kebutuhan untuk mengatasi kesulitan.

Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi

adalah sebagai berikut :

a. Cita-cita atau Aspirasi

Cita-cita atau disebut juga aspirasi adalah suatu target yang ingin dicapai.

Target ini diartikan sebagai tujuan yang ditetapkan dalam suatu kegiatan

yang mengandung makna bagi seseorang. Aspirasi ini dapat bersifat

positif dan dapat pula bersifat negatif. Siswa yang mempunyai aspirasi

positif adalah siswa yang menunjukan hasratnya untuk memperoleh

keberhasilan. Sebaliknya siswa yang mempunyai aspirasi negatif adalah

siswa yang menunjukan keinginan atau hasrat menghindari kegagalan.

b. Kemampuan Belajar

Kemampuan ini meliputi beberapa aspek psikis yang terdapat

dalam diri siswa, misalnya pengamatan, perhatian, ingatan, daya pikar

dan fantasi. Dalam kemampuan belajar ini, taraf perkembangan berpikir

siswa menjadi ukuran. Siswa yang taraf perkembangan berpikirnya

konkrit tidak sama dengan siswa yang sudah sampai pada taraf

perkembangan berpikir operasional.

16
Jadi siswa yang mempunyai kemampuan belajar tinggi,

biasanya lebih bermotivasi dalam belajar, karena siswa tersebut lebih

sering memperoleh sukses, sehingga kesuksesan ini memperkuat

motivasinya.

c. Kondisi Siswa

Kondisi fisik dan kondisi psikologis siswa sangat mempengaruhi faktor

motivasi, sehingga sebagai guru harus lebih cermat melihat kondisi fisik

dan psikologis siswa. Misalnya siswa yang kelihatan lesu, mengantuk,

mungkin disebabkan waktu berangkat belum sarapan, atau mungkin

dirumah mengalami masalah yang menimbulkan kemarahan, kejengkelan

atau mungkin kecemasan. Maka kondisi-kondisi fisik dan psikologis

inipun dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan motivasi siswa.

d. Kondisi Lingkungan

Kondisi lingkungan merupakan suatu unsur-unsur yang datang dari luar

diri siswa. Unsur-unsur disini dapat berasal dari lingkungan keluarga,

sekolah maupun lingkungan masyarakat baik yang menghambat atau

mendorong. Kalau dilihat dari lingkungan sekolah, guru harus berusaha

mengelola kelas, menciptakan suasana belajar yang menyenangkan,

menampilkan diri secara menarik dalam rangka membantu siswa

termotivasi dalam belajar.

e. Unsur-unsur Dinamis dalam Belajar

Unsur-unsur dinamis dalam belajar adalah unsure-unsur yang

keberadaannya dalam proses belajar tidak stabil, kadang-kadang kuat,

17
kadang-kadang lemah dan bahkan hilang sama sekali, khususnya kondisi-

kondisi yang sifatnya kondisional. Misalnya keadaan emosi siswa, gairah

belajar, dan situasi dalam keluarga.

f. Upaya Guru Membelajarkan Siswa

Upaya yang dimaksud adalah bagaimana guru mempersiapkan diri dalam

membelajarkan siswa mulai dari penguasaan materi, cara

menyampaikannya, menarik perhatian siswa, dan mengevaluasi hasil

belajar. Apabila uapaya guru hanya sekedar mengajar, artinya

keberhasilan guru yang menjadi titik tolak, besar kemungkinan siswa

tidak tertarik untuk belajar. Dengan kata lain motivasi untuk belajar siswa

melemah atau hilang.

4. Macam-macam Motivasi

Berdasarkan sifatnya, motivasi dapat dibagi dua yaitu motivasi

intrinsik dan ekstrinsik.

a. Motivasi Intrinsik

Motivasi Intrinsik adalah motivasi yang timbul dari diri sendiri dan

tidak dipengaruhi oleh sesuatu dari luar. Jadi tingkah laku yang

dilakukan seseorang disebabkan oleh kemauan diri sendiri, bukan

dorongan dari luar. Misalnya seorang siswa mengerjakan pekerjaan

rumah soal-soal matematika, bertujuan untuk memahami konsep-konsep

matematika melalui penyelesaian soal-soal itu, bukan karena takut pada

guru atau ingin mendapat pujian dari guru.

18
b. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbulnya dalam diri

seseorang karena pengaruh dari rangsangan luar. Misalnya siswa yang

mengerjakan pekerjaan rumah , sekedar mematuhi perintah guru, kalau

tidak dipatuhi guru akan memarahinya.

Sedangkan menurut latar belakang perkembangannya motivasi

dapat digolongkan menjadi dua yaitu motivasi primer dan motivasi

sekunder. Motivasi primer adalah motivasi bawaan dan tidak dipelajari.

Termasuk dalam motif ini antara lain, rasa haus, rasa lapar. Sedangkan

motivasi sekunder adalah motivasi yang diperolah dari belajar melalui

pengalaman. Oleh beberapa ahli motif sekunder ini disebut juga motif

sosial. Termasuk dalam motif sosial ini adalah motif berprestasi, motif

berkuasa (TIM MKDK IKIP Semarang::32).

Selain itu, ada juga ahli yang menggolongkan motif-motif menjadi

dua macam atas dasar isi atau persangkut-pautannya yaitu :

a. Motif Jasmaniah, seperti reflek, insting, otomatisme, nafsu, hasrat dan

sebagainya.

b. Motif Rohaniah, yaitu kemauan.

Kemauan itu sendiri terbentuk melalui empat momen antara lain : 1)

momen timbulnya alasan-alasan, misalnya seseorang yang giat belajar

dikamar karena (alasannya) sebentar lagi akan menempuh ujian 2)

momen pilih, yaitu keadaan dimana ada alternatif-alternatif, yang

menyebabkan persaingan antara alasan-alasan itu. Disini orang

19
menimbang-nimbang dari berbagai segi untuk menentukan pilihan,

alternatif mana yang dipilih 3) momen putusan, momen perjuangan

alasan-alasan berakhir dengan dipilihnya salah satui alternatif, dan ini

menjadi putusan, ketetapan yang menentukan aktivitas yang akan

dilakukan 4) momen terbentuknya kemauan, dengan diambilnya sesuatu

keputusan maka timbulah didalam manusia dorongan untuk bertindak,

melakukan putusan tersebut.

5. Upaya meningkatkan Motivasi

Seperti diketahui, motivasi berprestasi siswa tidak sama. Pada siswa

yang motivasinya bersifat intrinsik, kemauan belajarnya lebih kuat dan tidak

tergantung dari faktor di luar dirinya. Sebaliknya dengan siswa yang motivasi

belajarnya bersifat ekstrinsik. Kemauan untuk belajar tergantung pada

kondisi diluar dirinya.

Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan motivasi

antara lain:

a. Mengoptimalkan Penerapan Prinsip-prinsip Belajar.

Ada beberapa prinsip yang terkait dalam proses belajar, misalnya

perhatian siswa, keaktifan siswa, keterlibatan langsung siswa,

pengulangan belajar, materi pelajaran yang merangsang dan menantang,

pemberian balikan dan penguatan.

20
Agar motivasi belajar siswa meningkat, hendaknya guru berusaha

menciptakan situasi sedemikian rupa, sehingga perhatian, keterlibatan

siswa yang termasuk dalam prinsip belajar berfungsi secara optimal.

b. Mengoptimalkan Unsur-unsur Dinamis dalam Belajar.

Yang dimaksud dalam unsur-unsur dinamis dalam belajar adalah

unsur-unsur yang keberadaannya dapat berubah-ubah, dari tidak ada

menjadi ada, dari keadaan melemah menjadi menguat. Yang termasuk

dalam unsur ini antara lain bahan pengajar, alat bantu belajar dan upaya

pengadaanya, suasana belajar dan upaya pengembangannya, kondisi siswa

dan upaya penyiapan dan penguatannya.

Guru sebagai seorang pendidik hendaknya berusaha

mengorganisasikan pelajaran, sehingga siswa mudah dan senang

mempelajarinya. Selain itu guru harus pula mempertimbangkan beberapa

hal dalam memilih mata pelajaran, antara lain tingkat kemampuan siswa,

tingkat perkembangan usia siswa, keterkaitannya dengan pengalaman

siswa, kesesuaian materi dengan minat atau lingkungan siswa.

c. Mengoptimalkan Pemanfaatan Pengalaman yang telah dimiliki Siswa

Siswa lebih senang mempelajari materi pelajaran yang baru,

apabila siswa mempunyai latar belakang pengalaman untuk mempelajari

materi baru tersebut. Oleh karena itu perbanyaklah contoh-contoh untuk

menjelaskan konsep baru.

d. Mengembangkan Cita-cita atau Aspirasi Siswa.

21
Setiap siswa mempunyai cita-cita untuk mencapai kesuksesan

dalam belajar, namun tidak semua siswa mencapai kesuksesan tersebut.

Kesesuksesan biasanya dapat meningkatkan aspirasi dan kegagalan

mengakibatkan aspirasi rendah. Untuk meningkatkan aspirasi ini

hendaknya guru tidak menjadikan siswa selalu gagal. Alangkah idealnya

siswa diberi kesempatan merumuskan belajar sesuai dengan

kemampuannya (TIM MKDK IKIP Semarang: 36).

B.Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS)

Berikut ini akan dijelaskan beberapa pengertian OSIS, fungsi OSIS,

struktur, program kerja serta faktor pendukung dan penghambat program kerja

OSIS anatara lain :

1. Pengertian OSIS

a. Secara Semantis

Dalam Surat Keputusan Direktur Jendral Pendidikan Dasar dan

Menengah Nomor 226/C/kep/0/1992 di sebutkan bahwa organisasi

kesiswaan di sekolah adalah OSIS.

Kepanjangan OSIS adalah Organisasi Siswa intra Sekolah, yang

masing-masing kata mempunyai pengertian sebagai berikut:

1) Organisasi, adalah kelompok kerjasama antar pribadi yang diadakan

untuk mencapai tujuan bersama. Organisasi dalam hal ini

dimaksudkan sebagai satuan atau kelompok kerjasama para siswa

22
yang dibentuk dalam usaha mencapai tujuan bersama, yaitu

mendukung terwujudnya pembinaan kesiswaan.

2) Siswa, adalah peserta didik pada satuan pendidikan dasar dan

menengah.

3) Intra, berarti terletak didalam dan diantara. Sehingga suatu organisasi

siswa yang ada di dalam dan di lingkungan sekolah yang

bersangkutan.

4) Sekolah, adalah satuan pendidikan tempat menyelenggarakan kegiatan

belajar mengajar, yang dalam hal ini sekolah dasar dan sekolah

menengah atau sekolah/madrasah yang sederajat.

b. Secara Organis

OSIS adalah satu-satunya wadah organisasi siswa yang sah disekolah, oleh

karena itu setiap sekolah wajib membentuk OSIS yang tidak mempunyai

hubungan organisator dengan OSIS disekolah lain dan tidak menjadi

bagian/alat dari organisasi lain yang ada diluar sekolah.

c. Secara fungsional

OSIS adalah sebagai salah satu dari empat jalur pembinaan kesiswaan,

disamping tiga jalur yang lain yaitu: latihan kepemimpinan,

ekstrakurikuler dan wawasan wiyatamandala.

. d. Secara sistematik

OSIS sebagai tempat kehidupan berkelompok siswa yang bekerjasama

untuk mencapai tujuan bersama. Oleh karena itu OSIS sebagai suatu

sistem ditandai oleh 1) berorientasi pada tujuan 2) memiliki susunan

23
kehidupan kelompok 3) memiliki sejumlah peranan 4) terkoordinasi 5)

berkelanjutan dalam waktu tertentu.

2. Fungsi

Sebagai salah satu jalur dari pembinaan kesiswaan, maka fungsi dari

OSIS itu sendiri adalah sebagai berikut:

a. Sebagai wadah

Organisasi Siswa Intra Sekolah merupakan salah satu-satunya wadah

kegiatan para siswa disekolah bersama dengan jalur pembinaan yang lain

untuk mendukung tercapainya tujuan pembinaan kesiswaan. Oleh sebab

itu OSIS dalam mewujudkan fungsinya sebagai wadah dan wahana harus

selalu bersama-sama dengan jalur yang lain yakni latihan kepemimpinan,

ekstrakurikuler, dan wawasan wiyatamandala, untuk bekerjasama dalam

mewujudkan tujuan bersama.

b. Sebagai Motivator

Motivator adalah perangsang yang menyebabkan lahirnya keinginan dan

semangat para siswa untuk berbuat dan melakukan kegiatan bersama

dalam mencapai tujuan. OSIS akan berperan sebagai penggerak apabila

para pembina, pengurus, mampu membawa OSIS selalu dapat

menyesuaikan dan memenuhi kebutuhan yang diharapkan, yaitu

menghadapi perubahan, memiliki daya tangkal terhadap ancaman,

memanfaatkan peluang dan perubahan serta memberikan kepuasan

terhadap anggotanya.

24
c. Sebagai Preventif

Apabila fungsi yang bersifat intelek dalam arti secara internal OSIS

dapat menggerakkan sumber daya yang ada dan secara eksternal OSIS

mampu beradaptasi dengan lingkungan, seperti menyelesaikan persoalan

perilaku-perilaku menyimpang siswa dan sebagainya. Dengan demikian

secara preventif OSIS ikut menanamkan sekolah dari segala ancaman

yang datang dari dalam maupun dari luar. Fungsi preventif OSIS akan

terwujud apabila fungsi OSIS sebagai pendorong lebih dahulu harus

dapat diwujudkan.

3. Struktur OSIS SMU YPE

Sebagai suatu lembaga sudah barang tentu memiliki apa yang disebut

dengan struktur organisasi. Struktur ini sangat erat hubungannya dengan

pemberian tugas, wewenang serta tangggung jawab agar mudah dan lancar

didalam pelaksanaannya.

Bahwa penanggunmg jawab pembinaan OSIS di sekolah ini adalah

kepala sekolah, wakil kepala sekolah dibantu oleh guru sebagai pembina.

Adapun struktur OSIS SMU YPE adalah sebagai berikut, ketua dibantu wakil

ketua, kemudian sekretaris, bendahara dan pembantu umum. Untuk

melaksanakan tugas dan fungsinya dibentuklah pengurus harian guna

mendukung kegiatan OSIS yaitu seksi agama, seksi humas, seksi

perlengkapan, seksi seni dan olah raga kesehatan serta seksi majalah dinding.

25
Berikut ini adalah Bagan Struktur OSIS SMU YPE :

Wakil Ketua
Ketua

Sekretaris I dan II Bendahara I dan II

Pemantu Umum

Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi


Agama Humas Perlengka Seni/Orkes Mading
pan

4. Kegiatan atau Program Kerja OSIS SMU YPE

OSIS adalah Organisasi Siswa Intra Sekolah yang dibentuk sebagai

suatu sarana para siswa untuk mengeluarkan aspirasinya. Sebagai satu-

satunya organisasi yang berada dalam likungan sekolah, OSIS memiliki

beberapa program kerja yaitu :

a. Upacara Bendera

b. Rapat pengurus OSIS

c. Pelaksanaan Masa Orientasi Siswa

d. Pendataan anggota OSIS

e. Pelaksanaan Ekstrakurikuler

f. Lomba memeriahkan Hari Besar

g. Upacara Hari Besar Nasional

26
h. Pelaksanaan Persami

i. Peringatan Hari Besar Agama

j. Kegiatan Bulan Ramadhan

k. Rapat Evaluasi Kegiatan

l. Rapat Rutin 1 Bulan sekali

m. Kegiatan Akhir Semester

n. Evaluasi Kegiatan Akhir Semester

5. Faktor Pendukung dan Penghambat Program Kerja OSIS SMU YPE

Setelah melakukan beberapa kali kunjungan dan melakukan

wawancara dengan pihak sekolah dan siswa, maka didapatkan beberapa

faktor pendukung dan penghambat OSIS di SMU YPE antara lain :

a. Faktor Pendukung

Keberhasilan dalam kegiatan/program kerja memang tidak terlepas

dukungan dari berbagai pihak. Terutama dari pihak pengelola sekolah

sendiri, baik kepala sekolah, guru maupun siswa dan sarana prasarana

yang cukup mendukung serta pihak lainnya yang tidak dapat di sebutkan

satu persatu.

b. Faktor Penghambat

Beberapa faktor yang menghambat pelaksanaan program kerja OSIS

adalah keterbatasan dana dan waktu yang terkadang berbarengan dengan

kegiatan belajar mengajar, sehingga mengakibatkan program/kegiatan

yang sudah direncanakan tidak dapat terlaksana.

27
C. Hubungan motivasi berprestasi antara siswa yang menjadi pengurus

OSIS dengan siswa yang bukan pengurus OSIS

OSIS merupakan wadah kegiatan siswa di sekolah yang bukan hanya

melatih siswa mengenai kemampuan berorganisasi, juga merupakan wahana

yang potensial untuk mengembangkan dan meningkatkan motivasi berprestasi

siswa-siswa SMU.

Diharapkan dengan berbagai kegiatan yang dilakukan siswa yang

menjadi pengurus OSIS tidak membuat siswa merasa jenuh, akan tetapi dapat

membuat siswa merasa terpacu untuk meningkatkan motivasi berprestasi yang

tinggi, sehingga mampu berkompetisi dan bersaing untuk memperolah prestasi

yang terbaik. Namun yang terjadi di lapangan berbeda, tidak semua siswa yang

menjadi pengurus OSIS menunjukkan motivasi breprestasi yang tinggi,

sedangkan ada siswa yang bukan pengurus OSIS dapat memperlihatkan

motivasi berprestasi yang tinggi.

Dari hasil penelitian tentang perbedaan motivasi berprestasi pada siswa

dari orang tua di rumah dan orang tua tidak di rumah pada SLTP N 17 Tegal

Tahun Pelajaran 2001-2002 yang dilakukan mahasiswa BK menunjukkan

bahwa ada perbedaan yang signifikan antara siswa yang orang tuanya dirumah

dengan siswa yang orang tuanya tidak dirumah yaitu motivasi berprestasi siswa

yang orang tuanya di rumah lebih tinggi dari pada motivasi berprestasi siswa

yang orang tuanya tidak dirumah (Uin Masrurin, 2001: 49).

Direktorat pembinaan kesiswaan, secara eksplisit menyuratkan tugas

pokok OSIS adalah menghimpun ide, pemikiran, bakat, kreativitas, minat

28
siswa, mendorong sikap, jiwa, semangat persatuan dan kesatuan diantara para

siswa serta tempat sarana untuk berkomunikasi dan berinteraksi sosial,

menyampaikan pikiran dan gagasan dalam usaha untuk lebih mematangkan

kemampuan berpikir, berwawasan dan mengambil keputusan.

Oleh karena itu adanya dorongan dari siswa sendiri terutama yang

menjadi pengurus OSIS adalah modal utama untuk menjadi yang terbaik,

dengan berbagai kegiatan yang dilakukan bukan menjadi halangan untuk tetap

berprestasi.

D. HIPOTESIS

Merujuk pada kerangka teori yang dipaparkan di atas, maka hipotesis

dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

“Ada perbedaan motivasi berprestasi yang signifikan antara siswa yang

menjadi pengurus OSIS dengan siswa yang bukan pengurus OSIS di SMU

YPE (Yayasan Pendidikan Ekonomi) Semarang Tahun Pelajaran 2004-2005”.

29
30
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Setelah membicarakan masalah teori dan menetapkan hipotesis, maka langkah

selanjutnya yang amat penting dalam penelitian adalah menentukan metode

penelitian. Berhasil tidaknya suatu penelitian dalam usaha menguji kebenaran suatu

hipotesis, sangat tergantung pada ketetapan dalam menentukan metode yang

digunakan.

A. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Suharsimin Arikunto, 1997 :

102). Sedangkan Sutrisno Hadi (1997 : 220) menyatakan populasi adalah seluruh

yang dimaksud untuk diselidiki. Dari dua pengertian tersebut dapat disimpulkan

bahwa populasi adalah keseluruhan dari subyek penelitian atau jumlah individu

dalam suatu dalam suatu wilayah penelitian yang mempunyai karakteristik yang

sama. Berdasarkan pengertian di atas dalam penelitian ini populasi yang

digunakan adalah siswa SMU YPE (Yayasan Pendidikan Ekonomi) tahun

pelajaran 2004/2005.
B. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Suharsimin

Arikunto, 1998 : 117). Dalam suatu penelitian, subyek yang diambil kurang dari

100 orang maka digunakan penelitian populasi artinya seluruh subyek yang ada

menjadi sample. Sedang subyek penelitian lebih dari 100 orang maka dapat

digunakan penelitian sampel dengan prosentase sampel yang diambil antara 10%

- 15% atau 20% - 25%. Karena jumlah responden yang di gunakan sebanyak 45

siswa maka dalam penelitian ini menggunakan sampel total yaitu semua anggota

populasi sebagai sampel penelitian.

C. Variabel Penelitian

Variable adalah gejala-gejala yang menunjukkan variasi, baik dalam

jenisnya maupun dalam tingkatannya (Sutrisno Hadi, 1989: 224). Gejala variasi

yang dimaksudkan adalah motivasi berprestasi siswa yang menjadi pengurus

OSIS dengan siswa yang bukan pengurus OSIS di SMU YPE Semarang Tahun

Pelajaran 2004/2005. berdasarkan pengertian tentang variabel penelitian maka

variabel yang di teliti yaitu siswa yang bukan pengurus OSIS berfungsi sebagai

variabel bebas, sedangkan motivasi berprestasi siswa berfungsi sebagai variabel

terikat.
D. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian perlu dikumpulkan sejumlah data yang dibutuhkan.

Data yang dikumpulkan dapat mendukung dalam keberhasilan penelitian.

Pengumpulan data dilakukan dengan berbagai metode dan tentunya diperlukan

metode yang tepat. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam peneltian

ini adalah skala Psikologis. Skala Psikologis ini digunakan untuk mengungkap

dan menyimpulkan data tentang motivasi berprestasi siswa yang menjadi

pengurus OSIS dengan siswa yang bukan pengurus OSIS. Adapu siswa yang

dijadikan subyek penelitian adalah sejumlah siswa yang menjadi pengurus OSIS

dengan siswa yang bukan pengurus OSIS di SMU YPE Semarang Tahun

Pelajaran 2004/2005 sebanyak 45 siswa.

Instrumen skala psikologi yang disusun berdasarkan indicator penelitian

yang ditetapkan. Indikator penelitian merupakan unsur-unsur dari variabel

penelitian yang dapat digunakan ukuran keberhasilan suatu penelitian. Agar

instrumen skala psikologis dapat terarah digunakan sebagai alat, maka instrumen

disusun dan dikembangkan berdasarkan indicator-indikator yang ditetapkan

dalam kisi-kisi. Indicator penelitian digunakan sebagai dasar penyusunan

instrumen juga dimaksudkan agar hasil penelitian dapat diperoleh dengan valid

dan reliabel.

Untuk selanjutnya instrumen penelitian ini harus dibuat terlebih dahulu

oleh oleh peneliti. Bentuk instrumen skala psikologi yang dibuat dan digunakan

dapat berupa pilihan ganda dengan opsen lima pilihan. Skor tiap opsen dibuat
dengan skala bertingkat atau bentuk skor rentangan (rating scale). Adapau skor

jawaban yang digunakan berkisar antara 1-5, dengan skor tiap opsen disesuaikan

dengan bentuk penyataannya. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh data yang

diharapkan.

Ada pun indikator-indikator yang ditetapkan dalam kisi-kisi yang akan

dikembangkan dalam penyusunan instrumen adalah sebagai berikut :

Tabel 1.

Rancangan Kisi-kisi Motivasi Berprestasi

ITEM

VARIABEL INDIKATOR + -

Motivasi Berprestasi Berorientasi Sukses 5 5

Berorientasi Ke Depan 5 5

Suka Tantangan 5 5

Tangguh 5 5

Jumlah 20 20

Instrumen skala psikologi yang dibuat menggunakan lima alternatif

jawaban yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), ragu-ragu (R), tidak setuju (TS),

dan sangat tidak setuju (STS). Untuk pernyataan positif, nilai 5 diberikan untuk

jawaban sangat setuju, nilai 4 untuk jawaban setuju, nilai 3 untuk jawaban ragu-

ragu, nilai 2 untuk jawaban tidak setuju dan nilai 1 untuk jawaban sangat tidak
setuju. Sebaliknya untuk pernyataan negatif, nilai tertinggi 5 diberikan untuk

jawaban sangat tidak setuju, nilai 4 untuk jawaban tidak setuju, nilai 3 untuk

jawaban ragu-ragu, nilai 2 untuk jawaban setuju, dan untuk nilai 1 untuk

jawaban sangat setuju.

E. Validitas dan Reliabilitas

a. Validitas

Suatu instrumen atau skala psikologis dikatakan valid apabila

instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak

diukur. Hasil penelitian yang valid apabila terdapat kesamaan antara data

yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya pada obyek. Jadi instrumen

yang valid merupakan syarat untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid.

Untuk mengetahui kevalidan suatu instrumen yang akan disebarkan

kepada responden sesungguhnya sebagai obyek penelitian maka instrumen

yang telah disusun oleh praktikan perlu diuji cobakan sehingga instrumen

yang akan diberikan kepada responden benar-benar mengukur sesuai dengan

obyek yang akan di ukur dengan menggunakan rumus korelasi product

moment (Sutrisno H, 1994:294).


Adapun rumusnya adalah sebagai berikut :

∑ XY − ∑ N ∑
( X )( Y )
rXY =
 (∑ X )  Y − (∑ Y ) 
2 2

∑ X − ∑
2 2

 N  N 

Keterangan:

rxy = Korelasi product moment antara x dan y

X = Nilai tiap item atau jumlah skor item

Y = Jumlah skor total

N = Jumlah subjek

X2 = Jumlah kuadrat skor item

Y2 = Jumlah kuadrat skor total

XY = Jumlah perkalian antara skor item

b. Reliabilitas

Reliabilitas adalah suatu alat ukur berkisar pada persoalan stabilitas skor

persoalan tentang kekonsistenan hasil pengukuran (Sutrisno Hadi, 1991:127).

Reliabilitas adalah menunjukkan pada ketetapan (konsistensi) dari nilai yang

diperoleh sekelompok individu dalam kesempatan yang berbeda dengan test

yang sama atau itemnya “ekuivalen” (Conny, 1982:39). Karena variabel yang

akan diteliti merupakan variabel dengan jawaban skala bertingkat maka uji

reliabilitasnya dengan menggunakan rumus Alpha. Rumus Alpha digunakan


untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0 tapi

mempunyai rentang 1–3, 1–5 dan seterusnya..

Adapun rumus Alpha adalah sebagai berikut :

 k   Σσ b 
2

r11 =   1 - 2 
 k - 1  σ t 

Keterangan

r11 = Reliabilitas instrumen

k = Banyaknya butir pernyataan

Σσb2 = Jumlah varians butir

σt2 = Varians total

(Suharsimi Arikunto, 1996 : 191)

F. Analisa Data

Untuk mengetahui perbedaan motivasi berprestasi yang dimiliki siswa

yang menjadi pengurus OSIS dengan siswa yang bukan pengurus OSIS yaitu

dengan menggunakan rumus t-tes (Sudjana, 1992:239).

Adapun rumus yang di sajikan adalah :

Χ1 − Χ 2
t=
1 1
s +
n1 n2
dimana,

S=
(n1 − 1)S12 + (n2 − 1)S 2 2
n1 + n2 − 2

Keterangan :

Χ1 = Rata-rata kelompok 1

Χ 2 = Rata-rata kelompok 2

S = Standar deviasi gabungan

n1 = Jumlah responden kelompok 1

n2 = Jumlah Responden Kelompok 2


INSTRUMEN PENELITIAN

PENGANTAR

Daftar pernyatan atau pertanyaan ini merupakan instrumen penelitian untuk

memperoleh data mengenai “Perbedaan Motivasi Berprestasi Antara Siswa yang

Menjadi Pengurus OSIS dengan Siswa yang Bukan Pengurus OSIS di SMU YPE

(Yayasan Pendidikan Ekonomi) Semarang Tahun Pelajaran 2004-2005”.

Penemuan bukti tentang perbedaan motivasi berprestasi antara siswa yang

menjadi pengurus OSIS dengan siswa yang bukan pengurus OSIS sebagai penelitian

ini memiliki arti penting yaitu memberikan informasi tentang kondisi motivasi

berprestasi siswa khususnya di SMU YPE Semarang, serta dapat dijadikan

pertimbangan dalam usaha meningkatkan motivasi berprestasi siswa.

Untuk mencapai tujuan itu dengan segala kerendahan hati, saya mohon

kesediaan para siswa yang menjadi pengurus OSIS dengan yang bukan pengurus

OSIS bersedia untuk mengisi angket tersebut.

Atas perhatian dan kesediaan saudara, saya ucapkan terima kasih.

Hormat saya.

Peneliti
PETUNJUK PENGISIAN ANGKET

1. Bacalah pernyataan-pernyataan pada lembar berikut ini.

2. pilihlah salah satu dari 5 jawaban yang tersedia yang paling sesuai dengan diri anda

dengan memberikan tanda silang ( X ) pada alternatif jawaban.

SS : apabila saudara Sangat Setuju dengan pernyataan tersebut.

S : apabila saudara Setuju dengan pernyataan tersebut.

R : apabila saudara Ragu-ragu dengan pernyataan tersebut.

TS : apabila saudara Tidak Setuju dengan pernyataan tersebut.

STS : apabila saudara Sangat Tidak Setuju dengan pernyataan tersebut.

3. Apabila anda ingin mengubah jawaban, maka dapat memberikan tanda sama

dengan (=) pada jawaban tersebut dan anda dapat memilih jawaban yang lain

sesuai dengan keinginan anda.

4. Pilihan jawaban hendaknya berdasarkan pada, pemikiran dan keadaan anda saat

ini. Untuk itu kami harapkan anda menjawab dengan sejujurnya dan jawaban yang

anda berikan tidak ada yang salah.

5. Bila anda telah selesai, periksalah kembali apabila ada yang terlewati. Sebelumnya

kami sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kerja sama yang anda

berikan kepada kami.

SELAMAT MENGERJAKAN
INSTRUMEN PENELITIAN

NO Pernyataan SS S R TS STS

1. Saya merasa yakin bahwa prestasi


akademik saya akan tinggi.

2. Saya yakin, bahwa saya selalu berhasil


apabila tekun dalam mengerjakan
sesuatu.

3. Apabila mengerjakan suatu tugas saya


selalu merasa optimis akan berhasil.

4. Setelah jam pelajaran selesai, saya


pergunakan waktu untuk membaca
buku-buku pengetahuan untuk
menambah wawasan.

5. Dalam mengerjakan tugas saya selalu


mentargetkan keberhasilan.

6. Saya merasa pesimistis menghadapi


kehidupan yang penuh dengan
persaingan yang sangat ketat.

7. Dalam menghadapi kesulitan belajar


membuat saya malas mengerjakan
tugas.

8. Saya tidak yakin bahwa prestasi saya


akan tinggi.

9. Menurut saya yang penting adalah saat


ini, masa depan adalah sesuatu yang
belum pasti.

10. Saya tidak ingin kehilangan waktu


sedikitpun untuk kegiatan yang kurang
bermanfaat.

11. Keinginan untuk meraih prestasi selalu


memacu saya untuk belajar lebih giat.

12. Menurut saya tidak pernah ada kata


selesai dalam menuntut ilmu.

13. Saya tidak akan pernah puas dengan


hasil yang saya capai.

14. Saya berencana mengikuti berbagai


kegiatan yang bermanfaat bagi masa
depan.

15. Saya sering merasa malas untuk


meneruskan pekerjaan yang sukar dan
menundanya lain waktu.

16. Saya merasa bosan apabila mengerjakan


tugas yang tidak cepat selesai.

17. Saya sering merasa malas untuk


membaca buku-buku tentang ilmu
pengetahuan.

18. Saya tidak bercita-cita untuk


memperoleh nilai-nilai yang baik.

19. Saya menyukai pekerjaan yang


menuntut kreativitas.

20. Saya merasa puas bila mampu


menyelesaikan kegiatan yang penuh
dengan resiko.

21. Saya merasa tertantang bila dibebani


tanggung jawab yang belum pernah
saya lakukan.

22. Apabila diberi tugas yang berat saya


merasa tertantang untuk secepatnya
mengerjakannya.

23. Saya tidak tertarik menghadapi hal-hal


baru yang agak sulit.

24. Saya tidak mempunyai keinginan yang


kuat untuk lebih unggul dari teman-
teman saya.

25. Saya kurang peduli dengan kemajuan


teknologi dunia.

26. Saya merasa khawatir akan gagal jika


mendapat tugas baru yang belum pernah
saya kerjakan.

27. Saya kurang tertarik pada gagasan


untuk mencapai prestasi puncak.

28. Kegagalan yang saya alami dapat


membuat saya berusaha lebih keras lagi
untuk mencapai kesuksesan.

29. Saya merasa tidak terbebani dengan


tugas-tugas yang diberikan oleh guru.

30. Dengan mengerahkan segenap


kemampuan, saya selalu berusaha
mengerjakan tugas dari guru saya.

31. Saya merasa tidak puas kalau tugas


yang saya peroleh tidak dikerjakan
dengan sebaik mungkin.

32. Apabila menghadapi hal-hal baru, saya


selalu berusaha untuk memecahkannya.

33. Bekerja keras dalam menyelesaikan


tugas bagi saya terasa sebagai beban
berat.

34. Dalam menyelesaikan tugas saya


berusaha seadanya saja.

35. Saya terlalu cepat minta bantuan teman


bila menghadapi kesulitan.

36. Saya tidak akan mengulangi suatu


kegiatan meskipun pernah gagal dalam
kegiatan yang sama.

37. Kalau menghadapi kesulitan yang berat


saya mudah putus asa.
TABEL KISI-KISI PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENELITIAN

MOTIVASI BERPRESTASI

ITEM

VARIABEL INDIKATOR + -

Motivasi Berorientasi Sukses 1, 2, 3, 4, 5 6, 7, 8, 9,

berprestasi Berorientasi Ke Depan 10, 11, 12, 13, 14 15, 16, 17, 18

Suka Tantangan 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27

Tangguh 28, 29, 30, 31, 32 33, 34, 35, 36, 37

Jumlah 19 18
DAFTAR PUSTAKA

Abror, Abd. Rachman. 1993. Psikologi Pendidikan. PT. Tiara Wacana. Yogjakarta.

Arikunto, suharsini. 1998, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan


Praktek.Jakarta:Rineka Cipta.

Azwar Saifuddin. 1997, Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Crow, L & Crow, A. 1989. Psikologi Pendidikan. Penterjemah : Abror Yogjakarta:


Nur Cahaya.

Direktorat Pembinaan Kesiswaan. 1997, Petunjuk Pelaksanaan Organisasi Siswa


Intra Sekolah. (OSIS). Jakarta: Depdikbud

Gunarso, S.D dan Y.S.D. Gunarso. 1996. Psikologi Praktis : Anak, remaja dan
keluarga. BPK Gunung Mulia, Jakarta.

Irwanto. 1991. Psikologi Umum. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Kartono, K.1985. Psikologi Sosial untuk Manajemen Perusahaan dan Industri.


Jakarta: CV. Rajawali.

Maman R, 2004. Konsep Statistika. UNNES Press.

Masrurin, U. 2005. Perbedaan Motivasi Berprestasi Siswa yang Orang Tuanya di


rumah dan Orang Tuanya tidak di Rumah. Skripsi. Semarang : Fakultas
Ilmu Pendidikan UNNES.

Martaniah, Sri Mulyani. 1984, Motif Sosial. Yogyakarta: Gadjah MadaUniversity


Press.

Nanang W, 2002. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Motivasi Berprestasi
Siswa Kelas II SMU Veteran Purwokerto. Skripsi. Semarang : Fakultas
Imu Pendidikan UNNES.

Purwanto,E. 1993. Pengaruh Balikan Sosial terhadap Motivasi Berprestasi. Tesis.

Purwanto, M.N. 1990. Psikologi Pendidikan. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.


Sadli, Saparinah. 1991. Intelegensi Bakat dan Tes-IQ. Gaya Favorit Press Fakultas
Psikologi Universitas Indonesia. Jakarta.

Sardiman,A.M. 2000. Interaksi dan motivasi belajar mengajar. CV. Rajawali.Jakarta.

Sugiyo, E. Purwanto, T.E, Budiningi, M Nasrun dan S Haryanto. 1995.


Menungkatkan Motivasi Berprestasi siswa melalui Pelatihan Atribusi
Kausal. IKIP Semarang .

Sudjana, MA. 1992. Metode Statistika. Tarsito Bandung

Rasimin, B.S. 1982. Motivasi dalam Belajar. Jakarta:Depdikbud.

Sudi Harsih. 2005. Perbedaan Motivasi Belajar antara Siswa yang Ber-Nun Tinggi,
Sedang, Rendah. Skripsi. Semarang : Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES.

Suryabrata, S. 1995. Psikologi Pendidikan. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Suryabrata, S. 1984. Psikologi Pendidikan. Jakarta: CV. Rajawali.

Tabrani, A.Rusyan, dkk, 1998. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar.


Bandung: PT. Remadja Karya.

Tim MKDK. 1996. Belajar dan Pembelajaran. IKIP Semarang.

Thoha, Miftah, 1983. Perilaku Organisasi. (konsep dasar dan aplikasinya). Jakarta:
Rajawali Press.

Winkel, Ws, 1990. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Rajawali Press.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pembahasan pada bab ini adalah hasil dari studi lapangan untuk

memperoleh data dengan angket untuk mengukur variabel motivasi berprestasi

siswa yang menjadi pengurus OSIS dan bukan pengurus OSIS di SMA YPE

Semarang. Gambaran umum tentang variabel motivasi berprestasi digunakan

analisis deskriptif dan untuk menguji hipotesis yang menyatakan ada perbedaan

motivasi berprestasi antara siswa yang menjadi pengurus OSIS dan bukan

pengurus OSIS digunakan statistik uji t.

Responden penelitian ini adalah siswa kelas I, II dan III SMA YPE

Semarang sebanyak 45 siswa, yang terdiri dari 25 siswa bukan pengurus OSIS

dan 20 siswa pengurus OSIS.

A. Deskripsi Motivasi Berprestasi Siswa

Sebagai penggambaran mengenai variabel penelitian yaitu motivasi

berprestasi digunakan statistik deskriptif. Untuk mengintepretasikannya

digunakan rata-rata yang dikonsultasikan dengan rata-rata idealnya. Pada

penelitian ini menggunakan angket dengan skor tertinggi 5 dan terendah 1,

sehingga dapat dibuat kriteria tingkatan sebagai berikut.

Mean tertinggi =5

Mean terendah =1

Rentang = mean tertinggi – mena terendah = 5-1 = 4


Banyak kelas = 5 kategori

Panjang kelas = rentang : banyak kelas = 4: 5 = 0,8

Dengan demikian kriteria untuk mendeskriptifkan motivasi berprestasi siswa

dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.
Kriteria penentuan tingkatan motivasi beprestasi

Interval Kriteria
1,00 – 1,80 Sangat rendah
1,81 – 2,60 Rendah
2,61 – 3,40 Cukup
3,41 – 4,20 Tinggi
4,21 – 5,00 Sangat tinggi

(Maman Rachman, 2004 : 36)

Rata-rata motivasi berprestasi dari siswa yang menjadi pengurus

OSIS dan bukan pengurus OSIS dapat dilihat pada tabel 3 berikut.

Tabel 3.
Rata-rata motivasi beprestasi Siswa
Kelompok N Mean Kriteria
Berorientasi sukses Pengurus OSIS 20 3.34 Cukup
Bukan pengurus OSIS 25 3.14 Cukup
Berorientasi ke depan Pengurus OSIS 20 3.46 Tinggi
Bukan pengurus OSIS 25 3.20 Cukup
Suka tantangan Pengurus OSIS 20 3.21 Cukup
Bukan pengurus OSIS 25 2.92 Cukup
Tangguh Pengurus OSIS 20 3.41 Tinggi
Bukan pengurus OSIS 25 3.12 Cukup
Total Pengurus OSIS 20 3.36 Cukup
Bukan pengurus OSIS 25 3.10 Cukup

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa rata-rata motivasi berprestasi

siswa yang menjadi pengurus OSIS mencapai 3,36 dan yang bukan pengurus

OSIS mencapai 3.10. Keduanya pada interval yang sama yaitu dalam kategori

cukup, namun jika dilihat dari rata-ratanya ada kecenderungan bahwa motivasi
berprestasi siswa yang menjadi pengurus OSIS lebih tinggi daripada yang

bukan pengurus OSIS. Hal ini dapat dilihat dari distribusi frekuensi tingkatan

motivasi berprestasi dari kedua kelompok tersebut pada tabel 4.

Tabel 4.
Distibusi Frekuensi motivasi beprestasi Siswa

Kelompok Motivasi
Pengurus Osis Bukan pengurus OSIS Berprestasi
f % f %
25 100% 13 65% Cukup
7 35% Tinggi
25 100% 20 100% Total

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa dari 25 siswa yang bukan

pengurus OSIS semuanya mempunyai motivasi berprestasi yang cukup,

sedangkan dari 20 siswa yang menjadi pengurus OSIS terdapat 13 siswa atau

65% mempunyai motivasi berprestasi yang cukup dan 7 siswa atau 35%

mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi.

1. Berorientasi Sukses

Berdasarkan tabel 3, diperoleh rata-rata skor pada indikator

beroroentasi sukses pada kelompok siswa yang menjadi pengurus OSIS

mencapai 3.34 dan yang bukan pengurus OSIS sebesar 3.14. Rata-rata

kedua kelompok tersebut pada interval yang sama yaitu dalam kategori

cukup. Jika dilihat dari besarnya rata-ratanya ada kecenderungan bahwa

siswa yang menjadi pengurus OSIS mempunyai orientasi untuk sukses

yang lebih tinggi daripada siswa yang bukan pengurus OSIS. Hal ini dapat

dilihat juga dari distribusi frekuensi pada tabel 5.


Tabel 5.
Distibusi Frekuensi Berorientasi Sukses
Kelompok Berorientasi
Pengurus Osis Bukan pengurus OSIS Sukses
f % F %
23 92 10 50 Cukup
2 8 10 50 Tinggi
25 100% 20 100 Total

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa dari 25 siswa yang bukan

pengurus OSIS terdapat 23 siswa atau 92% mempunyai orientasi untuk

sukses yang cukup dan 2 siswa atau 8% dalam kategori tinggi, sedangkan

dari 20 siswa yang menjadi pengurus OSIS terdapat 10 siswa atau 50%

mempunyai orientasi untuk sukses yang cukup dan 10 siswa atau 50 %

siswa dalam kategori tinggi.

2. Berorientasi Ke Depan

Berdasarkan tabel 3, diperoleh rata-rata skor pada indikator

beroroentasi ke depan pada kelompok siswa yang menjadi pengurus OSIS

mencapai 3.46 dalam kategori tinggi dan yang bukan pengurus OSIS

sebesar 3.20 dalam kategori cukup. Jika dilihat dari besarnya rata-ratanya

ada kecenderungan bahwa siswa yang menjadi pengurus OSIS mempunyai

orientasi ke depan yang lebih tinggi daripada siswa yang bukan pengurus

OSIS. Hal ini dapat dilihat juga dari distribusi frekuensi pada tabel 6.

Tabel 6.
Distibusi Frekuensi Berorientasi Ke Depan
Kelompok
Pengurus Osis Bukan pengurus OSIS Berorientasi ke depan
f % F %
2 8 Rendah
16 64 10 50 Cukup
7 28 9 45 Tinggi
1 5 Sangat tinggi
25 100% 20 100 Total
Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa dari 25 siswa yang bukan

pengurus OSIS terdapat 16 siswa atau 64% mempunyai orientasi ke depan

yang cukup, 7 siswa atau 28% dalam kategori tinggi dan 2 siswa atau 8%

dalam kategori rendah, sedangkan dari 20 siswa yang menjadi pengurus

OSIS terdapat 10 siswa atau 50% mempunyai orientasi ke depan yang

cukup dan 9 siswa atau 45 % siswa dalam kategori tinggi dan 1 siswa atau

5% dalam kategori sangat tinggi.

3. Suka Tantangan

Berdasarkan tabel 3, diperoleh rata-rata skor pada indikator suka tantangan

pada kelompok siswa yang menjadi pengurus OSIS mencapai 3,21 dalam

kategori cukup dan yang bukan pengurus OSIS sebesar 2,92 juga dalam

kategori cukup. Jika dilihat dari besarnya rata-ratanya ada kecenderungan

bahwa siswa yang menjadi pengurus OSIS lebih menyukai tantangan

daripada siswa yang bukan pengurus OSIS. Hal ini dapat dilihat juga dari

distribusi frekuensi pada tabel 7.

Tabel 7.
Distibusi Frekuensi Tingkat Kesukaan terhadap Tantangan
Kelompok
Pengurus Osis Bukan pengurus OSIS Suka Tantangan
f % f %
1 4 1 5 Rendah
24 96 13 65 Cukup
6 30 Tinggi
25 100% 20 100 Total

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa dari 25 siswa yang bukan

pengurus OSIS terdapat 24 siswa atau 96% tingkat kesukaan terhadap

tantangan dalam kategori cukup dan 1 siswa atau 4% dalam kategori


rendah, sedangkan dari 20 siswa yang menjadi pengurus OSIS terdapat 13

siswa atau 65% dalam kategori cukup, 6 siswa atau 30% siswa dalam

kategori tinggi dan hanya 1 siswa atau 5% dalam kategori rendah.

4. Tangguh

Berdasarkan tabel 3, diperoleh rata-rata skor pada indikator

tangguh pada kelompok siswa yang menjadi pengurus OSIS mencapai

3,41 dalam kategori tinggi dan yang bukan pengurus OSIS sebesar 3,12

dalam kategori cukup. Jika dilihat dari besarnya rata-ratanya ada

kecenderungan bahwa siswa yang menjadi pengurus OSIS lebih tangguh

daripada siswa yang bukan pengurus OSIS. Hal ini dapat dilihat juga dari

distribusi frekuensi pada tabel 8.

Tabel 8.
Distibusi Frekuensi Tingkat Ketangguhan Siswa

Kelompok Ketangguhan
Pengurus Osis Bukan pengurus OSIS
f % f %
24 96 12 60 Cukup
1 4 8 40 Tinggi
25 100% 20 100 Total

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa dari 25 siswa yang bukan

pengurus OSIS terdapat 24 siswa atau 96% mempunyai tingkat

ketangguhan dalam kategori cukup, terdapat 1 siswa atau 8% dalam

kategori tinggi, sedangkan dari 20 siswa yang menjadi pengurus OSIS

terdapat 12 siswa atau 60% dalam kategori cukup dan 8 siswa atau 40%

siswa dalam kategori tinggi.


B. Uji Hipotesis

Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini digunakan uji t. Dalam

perhitungannya menggunakan bantuan program SPSS release 10, jika

diperoleh nilai thitung > ttabel atau probabilitas < 0,05 dapat disimpulkan

hipotesis nol ditolak yang berarti ada perbedaan yang signifikan. Hasil uji

hipotesis ini dapat dilihat dari tabel berikut.

Tabel 9
Hasil Uji Hipotesis
Indikator t hitung Sig (2-tailed) Kriteria
Berorientasi sukses 2.420 0.021 Berbeda nyata
Berorientasi ke depan 2.616 0.012 Berbeda nyata
Suka tantangan 3.237 0.003 Berbeda nyata
Tangguh 3.197 0.004 Berbeda nyata
Total 4.060 0.000 Berbeda nyata

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa nilai thitung (4,060) dengan

probabilitas 0,000 < 0,05, yang berarti hipotesis diterima karena signifikan.

Hal ini menunjukkan bahwa secara nyata ada perbedaan motivasi berprestasi

antara siswa yang menjadi pengurus OSIS dan yang bukan pengurus OSIS.

Dilihat dari rata-rata skor pada kelompok siswa yang menjadi pengurus OSIS

lebih tinggi daripada kelompok siswa yang bukan pengurus OSIS, maka dapat

disimpulkan bahwa siswa yang menjadi pengurus OSIS lebih mempunyai

orientasi sukses, orientasi ke depan, lebih menyukai tantangan dan lebih

tangguh daripada siswa yang bukan pengurus OSIS.


5.00
Pengurus OSIS
Bukan pengurus OSIS
4.20

3.46 3.41
3.34
3.40 3.14 3.2 3.21 3.12
2.92

2.60

1.80

1.00

Tangguh
tantangan
Berorientasi

Berorientasi
ke depan

Suka
sukses

Gambar 1
Perbedaan Motivasi Berprestasi antara Siswa yang Menjadi Pengurus OSIS
dan Bukan Pengurus OSIS

C. Pembahasan

Hasil penelitian ini ternyata menerima hipotesis yang menyatakan ada

perbedaan motivasi berprestasi antara siswa yang menjadi pengurus OSIS dan

yang bukan pengurus OSIS. Dilihat dari rata-ratanya secara nyata siswa yang

menjadi pengurus OSIS mempunyai motivasi berprestasi yang lebih tinggi

daripada yang bukan pengurus OSIS. Ini berarti siswa yang menjadi pengurus

OSIS lebih mempunyai orientasi sukses, orientasi ke depan, lebih menyukai

tantangan dan lebih tangguh daripada siswa yang bukan pengurus OSIS.

Perbedaan ini karena siswa yang mengikuti pengurus OSIS mendapat

pengalaman yang lebih dalam menyelesaikan masalah-masalah organisasi,

sehingga dapat menumbuhkan motivasi berprestasi siswa.


Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Nanang Wardana (1997),

yang menyatakan bahwa anak yang diberi kesempatan untuk berperilaku benar

sehingga anak dapat menanamkan disiplin diri, dengan demikian

menumbuhkembangkan motivasi berprestasi bagi si anak. Dengan disiplin

yang tinggi anak akan bertanggungjawab sehingga tumbuh pula motivasi

berprestasi yang bercirikan memiliki kepercayaan diri, berorientasi ke depan,

ulet dan tangguh dalam melaksanakan tugas, berjuang untuk mendapatkan

prestasi sosial. Demikian juga pada hasil penelitian ini, dengan adanya

keikutsertaan siswa pada kegiatan OSIS, akan tertanam rasa disiplin diri yaitu

melaksanakan kegiatan OSIS dengan tepat waktu, yang akhirnya akan tumbuh

motivasi berprestasi siswa.

OSIS merupakan wadah kegiatan siswa di sekolah yang bukan hanya

melatih siswa mengenai kemampuan berorganisasi, juga merupakan wahana

yang potensial untuk mengembangkan dan meningkatkan motivasi berprestasi

siswa-siswa SMU. Dengan kegiatan organisasi di dalam OSIS siswa akan

mendapatkan pengalaman yang menuntut siswa lebih mempunyai pandangan

dan berorientasi untuk sukses. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan pengurus

OSIS untuk mensukseskan program-program yang disusunnya. Dengan

kegiatan tersebut siswa lebih dituntut agar dapat melaksanakan kegiatan dalam

OSIS dengan sukses. Untuk mencapainya diperlukan persiapan, kerja sama

dan membutuhkan pandangan ke depan tentang hasil yang akan dicapai,

masalah-masalah yang mungkin terjadi. Dengan kegiatan tersebut siswa

terlatih untuk berorientasi ke depan, lebih tangguh. Dengan kebiasaan


mengikuti kegiatan tersebut siswa yang menjadi pengurus OSIS lebih

cenderung menyukai tantangan.

Konsekuensi dari kegiatan yang diikuti pada OSIS akan membentuk

sikap tanggung jawab termasuk di dalamnya harus meningkatkan hasil

belajarnya. Jelas bahwa siswa yang terbiasa dengan kegiatan OSIS dapat

berpengaruh pada motivasi berprestasi yang lebih tinggi daripada yang buka

pengurus OSIS. Dengan kegiatan yang dilakukan siswa yang menjadi

pengurus OSIS tidak membuat siswa merasa jenuh, akan tetapi dapat

membuat siswa merasa terpacu untuk meningkatkan motivasi berprestasi yang

tinggi, sehingga mampu berkompetisi dan bersaing untuk memperolah prestasi

yang terbaik.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (1994: 97) menyatakan bahwa kondisi

lingkungan siswa seperti keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan

sebaya dan kehidupan kemasyarakatan yang aman, tentram, tertib dan indah

maka semangat dan motivasi belajar dengan mudah diperkuat. OSIS dalam hal

ini merupakan kehidupan mayarakat secara khusus kehidupan organisasi yang

dapat membentuk sikap yang positif yang dapat berpengaruh pada motivasi

berprestasi siswa.

Hasil penelitian ini sejalan dengan tugas pokok OSIS adalah

menghimpun ide, pemikiran, bakat, kreativitas, minat siswa, mendorong sikap,

jiwa, semangat persatuan dan kesatuan diantara para siswa serta tempat sarana

untuk berkomunikasi dan berinteraksi sosial, menyampaikan pikiran dan

gagasan dalam usaha untuk lebih mematangkan kemampuan berpikir,


berwawasan dan mengambil keputusan. Dorongan dari siswa sendiri terutama

yang menjadi pengurus OSIS adalah modal utama untuk menjadi yang terbaik,

dengan berbagai kegiatan yang dilakukan bukan menjadi halangan untuk tetap

berprestasi.

Secara umum dapat diambil kesimpulan bahwa dengan mengikuti

kegiatan OSIS siswa akan terbantuk sikap berorientasi untuk sukses,

berorientasi ke depan, lebih menyukai tantanagan dan lebih tangguh yang

dapat berpengaruh pada motivasi berprestasi siswa.


BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diambil simpulan ada perbedaan

yang nyata motivasi berprestasi antara siswa yang menjadi pengurus OSIS dan

bukan pengurus OSIS pada SMA YPE Semarang, dimana motivasi berprestasi

siswa yang menjadi pengurus lebih tinggi daripada yang bukan pengurus

OSIS, ditunjukkan dari hasil uji t diperoleh 4,060 dengan probabilitas 0,000 <

0,05. Hal ini menunjukkan bahwa siswa yang menjadi pengurus OSIS

mempunyai orientasi untuk mencapai kesuksesan, berorientasi ke depan, suka

tantangan dan lebih tangguh daripada yang bukan pengurus OSIS.

Rata-rata skor untuk indikator berorientasi sukses pada siswa yang

menjadi pengurus OSIS mencapai 3,34 lebih tinggi daripada yang bukan

pengurus OSIS yaitu 3,14. Rata-rata untuk indikator berorientasi ke depan

pada siswa yang menjadi pengurus OSIS mencapai 3,46 lebih tinggi daripada

yang bukan pengurus OSIS yaitu 3,20. Rata-rata untuk indikator suka tantang

pada siswa yang menjadi pengurus OSIS mencapai 3,21 lebih tinggi daripada

yang bukan pengurus OSIS yaitu 2,92. Rata-rata untuk indikator tangguh pada

siswa yang menjadi pengurus OSIS mencapai 3,41 lebih tinggi daripada yang

bukan pengurus OSIS yaitu 3,12.

B. Saran

1. Disarankan kepada pembina OSIS dan guru pembimbing untuk

menyeleksi jenis kegiatan OSIS yang mampu meningkatkan motivasi

berprestasi siswa. Dengan pengawasan dan arahan tersebut diharapkan


siswa yang menjadi pengurus OSIS mampu bersaing dalam prestasi di

kelas dan tetap dapat menjalankan kepengurusan OSIS.

2. Bagi siswa yang bukan pengurus OSIS hendaknya juga diberikan kegiatan

atau penugasan yang dapat meningkatkan motivasi berprestasi seperti

karya ilmiah, tugas belajar di rumah yang menuntut tanggung jawab yang

tinggi dan keuletan dalam mengerjakan tugas tersebut, tidak terkecuali

bagi siswa yang menjadi pengurus OSIS juga mendapatkan penugasan

tersebut.

3. Bagi peneliti lain dapat mengkaji lebih lanjut tentang perbedaan jenis

kegiatan yang dilakukan antara siswa yang menjadi pengurus OSIS dan

bukan pengurus OSIS dan kaitannya dengan motivasi berprestasi. Dengan

penelitian tersebut diharapkan dapat ditemukan jenis-jenis kegiatan yang

berpengaruh terhadap peningkatan motivasi berprestasi siswa.


ABSTRAK

Agus Hari Utomo, 2005. Perbedaan Motivasi Berprestasi Siswa antara Siswa
yang Menjadi Pengurus OSIS dan Siswa yang Bukan Pengurus OSIS di SMU YPE
(Yayasan Pendidikan Ekonomi) Semarang Tahun Pelajaran 2004-2005. Skripsi.
Jurusan Bimbingan dan Konseling. Fakultas Ilmu Pendidikan. UNNES.

Kenyataan di SMU YPE Semarang menunjukkan gejala yang bervariasi,


tidak semua siswa yang aktif menjadi pengurus OSIS menunjukkan adanya
motivasi berprestasi yang tinggi dan ada pula siswa yang terlibat aktif
kepengurusan OSIS menunjukkan adanya motivasi berprestasi yang tinggi,
sehingga perlu diteliti lebih lanjut secara empiris.
Permasalahan yang dikaji apakah ada perbedaan motivasi berprestasi
antara siswa yang menjadi pengurus OSIS dengan siswa yang bukan pengurus
OSIS di SMA YPE Semarang Tahun Pelajaran 2004/2005? Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui perbedaan perbedaan motivasi berprestasi antara siswa yang
menjadi pengurus OSIS dengan siswa yang bukan pengurus OSIS di SMA YPE
Semarang Tahun Pelajaran 2004/2005.
Populasi yang diteliti adalah siswa SMA YPE Semarang. Sampel yang
dimabil sebanyak 20 siswa yang menjadi pengurus OSIS dan 25 siswa yang bukan
pengurus OSIS. Variabel yang diteliti yaitu motivasi berprestasi siswa. alat
pengambil data berupa angket. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji t.
Hasil penelitian diperoleh rata-rata rata-rata motivasi berprestasi siswa
yang menjadi pengurus OSIS mencapai 3,36 dalam kategori cukup. Dilihat dari
indikatornya ternyata rata-rata berorientasi suksesnya mencapai 3,34 dalam
kategori cukup, berorientasi ke depan sebesar 3,46 dalam kategori tinggi, suka
tantangan mencapai 3,21 dalam kategori cukup, dan pada indikator tangguh
mencapai 3,241 dalam kategori tinggi. Rata-rata motivasi berprestasi siswa yang
bukan pengurus OSIS mencapai 3,10. Dilihat dari indikatornya ternyata rata-rata
berorientasi suksesnya mencapai 3,14 dalam kategori cukup, berorientasi ke depan
sebesar 3,20 dalam kategori cukup, suka tantangan mencapai 2,92 dalam kategori
cukup, dan pada indikator tangguh mencapai 3,12 dalam kategori cukup. Dari hasi
uji t diperoleh nilai thitung (4,060) dengan probabilitas 0,000 < 0,05, yang berarti
secara nyata ada perbedaan yang nyata motivasi berprestasi siswa antara yang
menjadi pengurus OSIS dengan yang bukan pengurus OSIS. Dilihat dari rata-
ratanya maka siswa yang menjadi pengurus OSIS cenderung mempunyai motivasi
berprestasi yang lebih tinggi daripada yang bukan pengurus OSIS.
Dapat disimpulkan bahwa perbedaan yang nyata motivasi berprestasi
antara siswa yang menjadi pengurus OSIS dan bukan pengurus OSIS pada SMA
YPE Semarang, dimana motivasi berprestasi siswa yang menjadi pengurus lebih
tinggi daripada yang bukan pengurus OSIS.
Disarankan kepada pembina OSIS dan guru pembimbing untuk
menyeleksi jenis kegiatan OSIS yang mampu meningkatkan motivasi berprestasi
siswa. Dengan pengawasan dan arahan tersebut diharapkan siswa yang menjadi
pengurus OSIS mampu bersaing dalam prestasi di kelas dan tetap dapat
menjalankan kepengurusan OSIS. Bagi siswa yang bukan pengurus OSIS
hendaknya juga diberikan kegiatan atau penugasan yang dapat meningkatkan
motivasi berprestasi seperti karya ilmiah, tugas belajar di rumah yang menuntut
tanggung jawab yang tinggi dan keuletan dalam mengerjakan tugas tersebut, tidak
terkecuali bagi siswa yang menjadi pengurus OSIS juga mendapatkan penugasan
tersebut. Bagi peneliti lain dapat mengkaji lebih lanjut tentang perbedaan jenis
kegiatan yang dilakukan antara siswa yang menjadi pengurus OSIS dan bukan
pengurus OSIS dan kaitannya dengan motivasi berprestasi. Dengan penelitian
tersebut diharapkan dapat ditemukan jenis-jenis kegiatan yang berpengaruh
terhadap peningkatan motivasi berprestasi siswa.

You might also like