Professional Documents
Culture Documents
KABUPATEN DEMAK
Skripsi
Oleh
Ana Sugiyarti
3401401027
TAHUN 2005
54
35
BAB I
PENDAHULUAN
misalnya, sebagian orang tua berpandangan bahwa anak wanita tidak perlu sekolah
tinggi karena akhirnya wanita hanya menjadi ibu rumah tangga dan pendamping
suami ini berarti wanita sering kali dinomorduakan dalam hal pendidikan. Orang tua
nantinya, sedangkan wanita hanya sebagai pengurus rumah tangga. Kalaupun mereka
bekerja hanya dianggap sebagai tambahan. Mencari nafkah bukanlah tanggung jawab
mutlak wanita. Oleh karena itu, pendidikan untuk wanita dinomorduakan. Masyarakat
menganggap bahwa wanita tidak perlu berprestasi terlalu tinggi sebab nantinya
mereka hanya menumpang pada suami. Penting tidaknya posisi wanita didalam
masyarakat tergantung pada posisi yang dicapai suami.Wanita juga tidak pantas jika
mempunyai kedudukan ataupun karier yang lebih bagus dari pada suami. Hal itu
wanita. Untuk menyamakan hak antara pria dan wanita, wanita mulai banyak yang
Kebonagung Kabupaten Demak terdapat empat sektor yang secara tradisional lebih
produk massal seperti garmen, tekstil, pabrik plastik dan sebagainya. Masuknya
bagi masyarakat desa karena membuka peluang berusaha untuk kerja sebagai buruh
Kabupaten Demak.
54
35
besar masyarakat adalah sebagai petani dan buruh tani. Adapun pemilikkan lahan
dari laki-laki 757 orang dan perempuan 747 orang dengan jumlah KK yaitu 439 KK.
Dari penghasilan suami sebagai petani dan buruh tani hasil panen mereka hanya
cukup untuk biaya hidup sesudah masa panen berikutnya. Dapat diketahui
penghasilan dari pekerjaan suami tidak menentu , sedangkan kebutuhan hidup sehari-
hari semakin meningkat. Keadaan seperti ini menekan para istri untuk membantu
menopang ekonomi rumah tangga. Karena sempitnya lapangan kerja yang tersedia di
desa maka keadaan demikian tidak menarik lagi bagi generasi angkatan kerja wanita
kerja di pabrik, mereka tidak betah dengan kehidupan desa, mereka ada yang
mencoba merubah nasib dengan merantau. Oleh karena itu banyak anggota keluarga
negeri membuat orang lebih menarik minat untuk mengadu untung di rantau orang.
Apalagi dengan ada pengaruh ajakan dari kerabat atau tetangga mereka yang
sebelumnya mengadu untung di luar negeri yang berhasil mengubah kondisi sosial
ekonomi keluarga . Keadaan ini memotivasi mereka (remaja atau istri) untuk
memutuskan bekerja di luar negeri. Sejak adanya informasi peluang kerja di luar
negeri dengan pendapatan yang lebih besar, minat untuk menjadi tenaga kerja wanita
(TKW) sangat besar dikalangan angkatan kerja wanita. Para calon tenaga kerja
wanita (TKW) tidak surut minatnya untuk menjadi tenga kerja wanita, meskipun
berbagai media massa memuat berbagai masalah yang dialami oleh tenaga kerja
wanita (TKW). Mereka sudah bulat tekadnya untuk bisa mengubah kondisi sosial
54
35
KABUPATEN DEMAK.
Adapun yang menjadi alasan pemilihan judul penelitian ini adalah karena
di Desa Klampok Lor tersebut pada tanggal 12 Maret 2005 memiliki catatan
mengenai TKW yang bekerja di luar negeri sebanyak 25 orang, jumlah ini merupakan
angka yang banyak jika dibandingkan dengan desa lainnya seperti Desa Mangunan
ekspor tenaga jasa penghasil devisa diselenggarakan secara effisien dan dengan
tetap memperhatikan harkat dan martabat serta nama baik bangsa dan negara.
Meskipun kita sering melihat, mendengar, dan membaca berita-berita dari berbagai
sumber media elektronik dan media cetak yang menyatakan keberadaan tenaga kerja
wanita yang dipulangkan ke Indonesia karena suatu sebab tertentu misalnya migrasi
secara ilegal ke negara tujuan, ini menunjukkan bahwa pertambahan angkatan kerja
Indonesia ke luar negeri dari tahun ke tahun makin meningkat. Hal ini dapat
tenaga kerja wanita ilegal baik pada negara tujuan dengan negara yang bersangkutan.
Namun demikian penelitian ini hanya membatasi pada permasalahan:
1.2.2. Dampak migrasi tenaga kerja wanita di luar negeri terhadap keluarga yang
ditinggalkan di desa.
Kabupaten Demak yang bekerja sebagai Tenaga Kerja wanita (TKW) di luar negeri
1.3.1. Faktor pendorong apakah yang menyebabkan perempuan Desa Klampok Lor
1.3.2. Bagaimanakah dampak migrasi tenaga kerja wanita di luar negeri terhadap
Demak bekerja sebagai tenaga kerja Wanita (TKW) di luar negeri dan dampak
migrasi tenaga kerja wanita (TKW) di luar negeri terhadap keluarga yang
ditinggalkan di desa.
54
35
luar negeri dan dampak migrasi tenaga kerja wanita di luar negeri terhadap
1.5.2. Bagi Masyarakat Umum dan Masyarakat Desa Klampok Lor Kecamatan
1.6. Sistematika
1.6.1. Bagian pendahuluan skripsi, berisi : judul, sari karangan atau abstraksi,
pengesahan, motto, dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel,
Bab I. Pendahuluan
sistematika.
Bab II. Telaah Kepustakaan
Pada bab ini akan dijelaskan dasar penelitian, fokus atau variabel penelitian,
sumber data, alat dan teknik pengumpulan data, validitas atau keabsahan data,
Pada bab ini dikemukakan gambaran umum daerah penelitian, hasil dan
pembahasan penelitian.
Bab V. Penutup
Pada bab ini berisi kesimpulan dan beberapa saran yang mungkin berguna bagi
semua pihak yang berkaitan dengan tenaga kerja Indonesia (TKI) dan Tenaga
Kabupaten Demak.
1.6.3. Bagian akhir dari skripsi ini berisi daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
54
35
BAB II
TELAAH KEPUSTAKAAN
Kebonagung juga dapat terlihat dalam kegiatan ekonomi pertanian. Sebelum adanya
hasil dari sawah ke rumah. Bagi petani yang tidak memiliki sawah sendiri, umumnya
bekerja menjadi buruh tani pada petani pemilik sawah. Dalam pola pertanian
buruh derep, menyiangi rumput dan buruh tanam. Jadi jelas bahwa didalam sistem
pertaniaan tradisional, tampak perbedaan peran dan pembagian kerja antara laki-laki
dan wanita. Namun demikian, pembagian kerja seperti itu tidak selalu mengandung
ketimpangan gender, karena laki-laki dan perempuan melakukannya atas dasar pola
yang secara tradisional telah diterima, dan kelompok yang satu tidak merasa
dirugikan oleh kelompok lainnya. Mereka mempunyai kesempatan yang sama untuk
mempresentasikan dirinya secara bebas dan tidak ada dominasi dalam kegiatan
mesin traktor), selain sebagai upaya untuk mengintensifkan hasil pertanian juga dapat
dalam sistem pertanian telah mempersempit kesempatan kerja bagi wanita pedesaan.
(Abdullah, 2003:164).
Ada dua bentuk respon yang dilakukan wanita desa untuk menghadapi
wilayah domestik karena kesempatan kerja di sektor publik makin sulit diraih. Kedua,
mereka berusaha memperoleh kesempatan kerja di luar desanya (di kota) dengan
melakukan migrasi. Ada yang bermigrasi secara ulang antara desa-kota, ada juga
yang bermigrsi dalam jangka panjang, ada yang hanya berada di wilayah Indonesia,
tangga. Hal ini sekaligus menunjukkan kerjasama yang seimbang antara suami dan
istri untuk memenuhi ekonomi rumah tangga. Kedua, dengan berdagang para
perempuan dapat setiap hari memegang uang sehingga memiliki otonomi untuk
54
35
tertentu, mereka tidak perlu meminta uang atau persetujuan dari suami mereka. Uang
biasanya sangat sulit diperoleh dari suami mereka karena baru dapat tersedia pada
saat panen. Hal ini juga menyebabkan kedudukan perempuan tidak lebih rendah
dihadapan suami mereka karena mereka juga ikut memecahkan masalah ekonomi
dengan orang-orang lain yang tidak mereka kenal sebelumnya dan menemukan dunia
lain di luar desa yang menunjukkan suasana berbeda dengan dengan keadaan sehari-
hari di desa. Dengan demikian, mereka mempunyai pengetahuan dan wawasan lebih
perubahan peran dari petani menjadi pabrikan dalam hubungan kerja. Hubungan
kerja antara petani dan buruh tani didasarkan pada hubungan personal, saling
hamba. Sebaliknya hubungan kerja di pabrik lebih impersonal, kedua belah pihak
(pengusaha dan buruh) memiliki hak dan kewajiban yang jelas karena diatur dalam
Pola kerja di pabrik dengan sistem shift (pagi, siang, dan malam)
memaksa mereka untuk merubah kebiasaan di desa yang bekerja tanpa jadwal yang
ketat. Mereka dipaksa mengatur pekerjaan di rumah dengan pekerjaan pabrik agar
tidak berbenturan. Mereka yang masih gadis secara bebas dapat mengatur waktunya
Bagi yang telah berkeluarga seringkali menghadapi kesulitan untuk membagi waktu
mengasuh anak, mulai digantikan oleh suaminya, terutama bagi wanita (istri)
pabrikan yang bekerja malam. Hal yang sama jarang dilakukan oleh generasi yang
layak dikerjakan oleh wanita. Jadi ketika wanita mulai menginjakan sebelah kakinya
di pabrik, peran anggota keluarga juga ikut berubah. Bagi laki-laki, bekerja di pabrik
melainkan justru dilihat sebagai cara efektif untuk menegakkan ekonomi rumah
tangga. Dan pandangan laki-laki telah bergeser dari memandang wanita sebagai
konco wingking menjadi teman sederajat. Keharusan lama seperti “wanita harus
bangun sebelum ayam berkokok” sudah tidak berlaku karena jadwal di pabrik telah
merubah irama kerja di rumah dan di desa (Abdullah, 2003:169). Jadi di sini dapat
disimpulkan bahwa hadirnya pabrik ikut mengeser tatanan sosial dan sistem nilai
juga dapat dilihat, misalnya, dalam cara berpakaian, bahasa, cara mengisi waktu
luang atau liburan, dan sebagainya. Selain itu mereka juga semakin intensif
54
35
Meski pun tidak selalu digunakan dalam percakapan sehari-hari, bahasa ini dianggap
mewakili kondisi mereka yang sebenarnya. Di sisi lain, mereka tidak mampu lagi
menggunakan bahasa Jawa Krama yang baik. Disamping mereka telah jarang
diajarkan, mereka juga engggan untuk belajar menggunakan dalam pergaulan maka
tinggallah bahasa Jawa Ngoko saja yang masih luas digunakan. Jadi ada semacam
bilingual dalam percakapan sehari-hari, baik di pabrik maupunn di desa. Semua itu
Simbol lain yang menjadi tren bagi wanita pabrikan adalah cara mengisi
waktu liburan. Mereka umumnya lebih suka pergi ke tempat-tempat hiburan yang ada
di kota atau ke tempat wisata, dan sebagian lainnya lebih senang pergi ke super
market untuk berbelanja, atau saling mengunjungi teman di lain desa. Hal semacam
ini tidak pernah terjadi sebelumnya, karena dalam budaya petani kegiatan seperti itu
dianggap kurang layak dilakukan wanita. Pergi ke tempat laki-laki, meski itu teman,
tetap dianggap tindakan yang kurang sopan dan bertentangan dengan nilai adat
citra diri yang didasari oleh nilai-nilai baru yang lebih modern dari pada generasi
gender yang timpang, melainkan pada hubungan kesetaraan yang lebih proporsional.
Keberadaan wanita pekerja pabrik semakin penting, terutama sumbangan
ekonomi mereka bagi keluarga. Bekerja di pabrik menjadi tumpuan keluarga untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Bagi buruh wanita yang masih gadis, bekerja di
bagi yang sudah berkelurga dapat membantu suami. Meskipun sumbangan ekonomi
mereka cukup penting, namun tetap kurang mendapat pengakuan yang sama dengan
laki-laki. Mereka dianggap hanya sekedar “membantu” atau hanya dianggap sebagai
Tidak dapat dipungkiri lagi dari tahun ke tahun makin banyak wanita
yang berperan ganda. Sebagian wanita bekerja karena memang ekonomi rumah
tangga menuntut agar mereka ikut berperan serta dalam mencukupi kebutuhan,
sedangkan sebagian lain bekerja untuk kebutuhan mereka sendiri yaitu untuk
kepuasan batin. Bagi sebagian wanita kelas menegah ke atas bekerja dianggap
sebagai sarana untuk mengekspresikan diri dan sarana untuk menjalin komunikasi
dengan dunia luar. Makin membaiknya tingkat pendidikan yang dicapai wanita
persyaratan kerja yang diminta terhadap calon buruh juga semakin meningkat.
Misalnya, tenaga kerja yang dibutuhkan di pabrik paling rendah tamatan SLTA dan
sudah mempunyai pengalaman kerja. Karena kondisi pasar tenaga kerja menuntut
54
35
pendidikannya. Ini berarti, mereka memaksa orang tua untuk menyekolahkan pada
tingkat yang lebih tinggi. Di sini dapat dilihat bahwa perluasan ekonomi kapitalis
yang merambah sampai ke tingkat desa, tidak selalu diartikan negatif, karena ia juga
2003:168). Dari alasan yang telah dikemukakan di atas menyebabkan wanita kalah
pekerjaan kadang menjadi suatu hal yang “mewah”, apa pun jenis pekerjaan itu.
pekerjaan bukan hanya terjadi pada jenis pekerjaan halus, dalam arti tidak begitu
mementingkan kekuatan fisik dan bayaran agak tinggi. Untuk mendapatkan pekerjaan
yang tergolong “rendah pun hanya mengandalkan tenaga cukup sulit. Mereka
terpaksa harus mencari bantuan orang lain untuk mendapatkannya (Abdullah, 2003:
243).
relatif kaya dapat menyerap tenaga kerja dari Indonesia dalam jumlah yang besar.
Dengan persyaratan yang lebih mudah dan juga dengan kemampuan yang dimiliki
teman sejawatnya yang bekerja di tanah air. Dengan tingkat penghasilan yang lebih
dalam rumahtangga tanpa upah ke pekerjaan domestik luar rumah dengan upah.
Pekerja Indonesia masih mempunyai peluang untuk memasuki pasar tenaga kerja
beberapa faktor. Pertama, tekanan ekonomi. Kedua, lingkungan keluarga yang sangat
mendukung dalam bekerja. Ketiga, tidak ada peluang kerja lain yang sesuai dengan
yang tahu seberapa besar kebutuhan rumahtangga serta seberapa pula pengahasilan
yang diperoleh suami. Jika wanita memilih bekerja bekerja dan terlibat dalam
ekonomi keluarga pasti karena penghasilan suami saja tidak mencukupi. Oleh karena
itu, istri merasa perlu membantu suami dan sebaliknya suami sangat mendukung.
bahwa wanita bekerja hanya sekedar untuk memperoleh tambahan uang saku untuk
dinikmati sendiri, tidaklah benar. Penghasilan wanita dalam bentuk tunai, sangatlah
penting karena dapat digunakan untuk mencukupi kebutuhan dapur sehari-hari. Apa
pun anggapan orang penghasilan wanita sangat berarti, karena dapat dipakai untuk
membiayai kebutuhan konsumsi yang dapat ditunda, misalnya: biaya anak sekolah,
54
35
mereka anggap dapat memenuhi keinginan yang kurang atau tidak terpenuhi kalau
sekiranya tetap bertahan di tempat asal. Alasan migran utama meniggalkan negara
(Nasution, 1999:77).
dengan pertumbuhan ekonomi dalam suatu negara. Pada saat perekonomian negara
kelebihan tenaga kerja umumnya tidak dapat diserap oleh kegiatan ekonomi di dalam
mobilitas ke wilayah lain. Oleh karena itu pengiriman tenaga kerja ke luar negeri
pemasukan devisa negara dari kegiatan migrasi penduduk ke luar negeri ( Nasution,
1999:110).
Kedua, kesempatan tersebut selain dapat menyerap banyak tenaga kerja juga
wanita Indonesia ke luar negeri. Pertama, angkatan kerja yang memburu ringgit;
kedua, kelompok pemburu real; dan ketiga, kelompok pemburu dolar (Abdullah,
2003:191).
income di daerah asal sementara beban keluarga semakin tinggi. Pilihan mobilitas
keluar merupakan suatu strategi yang harus dilakukan. Sementara itu, lapangan kerja
tidak tersedia di daerah asal. Hal ini juga didorong oleh berkembangnya perubahan
nilai ekonomi kerja wanita yang mendorong dinamisme wanita dalam bersaing di
pasar kerja yang lebih luas. Dalam hal ini, kontrol budaya yang semakin longgar
(akibat modernisasi), memberikan peluang bagi wanita untuk lebih aktif diberbagai
gilirannya, mampu merubah struktur pasar kerja yang selama ini didominasi oleh
laki-laki. Hal ini berdampak positif karena dapat menciptakan iklim peran pertukaran
54
35
dipengaruhi oleh sistem politik dan sistem ekonomi, dalam jaringan kerja sebuah
sistem dalam pengertian yang sangat luas. Perubahan salah satu fungsi didalamnya
akan berpengaruh besar, misalnya tanpa ada perubahan politik (kebijakan) di negara
mempunyai peluang kerja untuk memasuki pasar kerja. Terciptanya suatu atmosfer
ekonomi yang sangat sehat dan demokratis, misalnya akan dapat merangsang
partisipasi angkatan kerja lebih tinggi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
sistem politik yang ada di dalam suatu negara atau kelompok masyarakat tertentu,
angkatan kerja wanita secara global (Abdullah, 2003:184). Disisi lain, meningkatnya
partisipasi angkatan kerja wanita, pada hakikatnya tidak dapat dilepaskan dari
keterbukaan sistem sosial budaya yang berkaitan erat dengan etika masyarakat.
maka pada hakikatnya ada tiga hal yang berpengaruh terhadap status kerja,
secara struktural akan terkikis oleh karakteristis pasar kerja yang didasarkan pada
(Abdullah, 2003:185).
perubahan besar dalam sistem sosial budaya, yaitu proses perubahan kekuasaan yang
mencoba relasi yang lebih harmonis. Suatu bentuk hubungan yang tidak
menempatkan satu kelompok sebagai pusat dan membuang kelompok lainnya. Hal
ini dapat berarti akan hilangnya kontradiksi-konradiksi peran antara laki-laki dan
wanita tidak ditempatkan sebagai konco wingking, tetapi sebagai patner dalam
pengertian yang luas, dan memiliki kesempatan yang sama berdasarkan kemampuan
yang dimiliki. Suatu kenyataan bahwa dalam bidang tertentu, pekerja wanita lebih
terampil dan teliti mengerjakan pekerjaan yang biasa dikerjakan laki-laki, misalnya
Secara umum dapat dijelaskan dari perspektif individual dan struktural (Stalker dalam
54
35
pilihan dalam upaya mencapai dan memperbaiki kesejahteran. Menurut teori sumber
tekanan kondisi eksternal yang dihadapi para migran. Struktural sosial, ekonomi, dan
mendorong para pekerja untuk pergi ke negara tujuan. Keputusan migran dapat
terjadi sebagai akibat kesulitan mendapatkan pekerjaan dengan upah yang sesuai
dengan kebutuhan hidup para migran. Karena motovasi diatas, tidak mengherankam
bila migran bercirikan usia produktif dengan umur berkisar antara 20-35 tahun dan
kebanyakan dari pedesaan (Nasution, 1999:45). Namun disisi lain, migrasi dapat
dianggap sebagai suatu peluang , terutama karena hal ini merupakan proses tidak
kerja, aturan hukum, dan juga budaya sehingga semuanya merupakan point dan
Pada umumnya kondisi ekonomi rumah tangga yang rendah akan lebih
dominan melatar belakangi keterlibatan wanita dalam angkatan kerja, oleh karena
itu semakin rendah tingkat sosial suatu masyarakat maka tingkat partisipasi angkatan
kerja wanita cenderung meningkat pula. Rendahnya income perkapita dan tingginya
54
35
Timur Tengah dan negara-negara kaya lainnya di Asia telah mengubah konsep
di luar istana keluarga, wanita kemudian melakukan mobilitas lebih tinggi untuk
memksimalkan perannya dalam proses produksi yang lebih luas maupun pada
Kesempatan kerja di luar negeri semakin terbuka, hal ini dapat dilihat dua
hal yaitu pertama, begitu banyak penduduk perempuan yang pergi jauh meninggalkan
rumah dan desa, hingga ke Saudi Arabia, Malaysia, dan Hongkong. Kedua, jumlah
bidang atau jenis pekerjaan yang dimasuki oleh perempuan juga bertambah banyak.
Mereka memiliki hak yang sama dengan laki-laki dalam mengeluti berbagai bidang
pekerjaan, sedangkan mengenai persyartan bagi TKI yang ingin kerja di luar negeri
(Lampiran)
Secara umum bekerja di luar negeri sangat menarik minat pencari kerja di
tanah air baik laki-laki maupun perempuan yaitu memperoleh gaji besar jika
dibandingkan dengan gaji di dalam negeri dengna motif pekerjaan yang sama. Suatu
contoh para tenaga kerja wanita (TKW) yang bekerja pembantu rumah tamgga di
Saudi Arabia mendapatkan imbalan jasa yang lebih baik dengan kategori pekerjaan
ynag sama. Pada saai itu gaji yang diterima setiap bulannya adalah 600 real kurang
lebih Rp.1.200.000. Selain itu mereka juga memperoleh pengalaman dan wawasan
METODE PENELITIAN
adalah prosedur penelitian yang mengunakan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
kualitatif tidak bertujuan untuk mengkaji atau membuktikan kebenaran suatu teori
tetapi teori yang sudah ada dikembangkan dengan menggunakan data yang
karena beberapa sebab antara lain di daerah pertanian terjadi maskulinisasi (akibat
pendidikan wanita sehingga mereka enggan, malu dan gengsi untuk mengerjakan
lahan pertanian). Berdasarkan faktor ini peluang kerja di luar pertanian sangat
diperlukan wanita. Disaat angkatan kerja yang tidak seimbang dengan kesempatan
kerja yang ada di desa maupun di kota, mereka berusaha untuk memperoleh
kesempatan kerja dengan melakukan migrasi jangka panjang sampai ada pula yang
bekerja di luar negeri. Dalam penelitian ini peneliti memilih lokasi di Desa Klampok
Lor Kecamatan Kebonagung Kabupaten Demak, karena dari sebagian penduduk ada
54
35
yang bekerja ke luar negeri bahkan sampai ada yang pulang ke rumah dan memilih
untuk berangkat kerja lagi, sedangkan subjek penelitiannya yaitu para tenaga kerja
wanita Desa Klampok Lor Kecamatan Kebonagung Kabupaten Demak yang sudah
pulang bekerja ke luar negeri atau yang akan berangkat ke luar negeri dan keluarga
kepustakaan lainnya (Moleong, 2002: 65). Fokus pada penelitian ini yaitu:
Lor Kecamatan Kebon Agung Kabupten Demak bekerja sebagai tenaga kerja
3.2.2. Dampak migrasi TKW bagi keluarga yang di tinggalkan di desa, dengan
indikator:
kualitatif adalah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti
dokumen dan lain-lain (Moleong, 2002:112). Adapun yang menjadi sumber data
3.3.1. Informan
keluarga TKW yang ditinggalkan di desa, para tenaga kerja wanita (TKW) di Desa
Klampok Lor Kecamatan Kebonagung Kabupaten Demak yang sudah pulang bekerja
dari luar negeri dan yang akan berangkat ke luar negeri, Kepala desa dan perangkat
Desa Klampok Lor kecamatan Kebonagung kabupaten, Kepala Depnaker Demak dan
Sumber tertulis berupa sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dan
arsip, dokumen pribadi dan dokumen resmi. Sumber tertulis dalam penelitian ini
adalah data tentang daftar isian potensi desa dan daftar isian tingkat perkembangan
desa tahun 2004, data rekapitulasi jumlah penduduk tahun 2004, administrasi
desa, data nama tenaga kerja wanita desa Klampok Lor kecamatan Kebonagung
54
35
3.4.1. Observasi
tanpa bantuan alat standart lain untuk keperluan tersebut (Nazir, 1999:212). Dengan
sebagainya sewaktu kejadian tersebut berlaku atau sewaktu perilaku tersebut terjadi.
3.4.2. Wawancara
135). Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan
pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.
wawancara yang terbuka agar nantinya dapat dipeoleh informasi data yang lebih
akurat. Wawancara dilakukan antara peneliti dengan para perempuan tenaga kerja
yang sudah pulang bekerja dari luar negeri dan yang akan berangkat kerja ke luar
yang berupa catatan, buku, surat kabar, majalah, prestasi, notulen rapat, agenda dan
sebagainya (Arikunto, 1998: 149). Jenis dokumen yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah dokumen yang berkaitan dengan keberadaan TKW yang bekerja
di luar negeri, seperti: keberadaan Tenaga Kerja Indonesia yang terdaftar dalam
Depnaker Demak, dan catatan jumlah Tenaga Kerja Indonesia yang terperinci per
yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding
sumber, metode, penyidik, dan teori. Teknik triangulasi yang paling banyak
baik derajat kepercayaan, suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang
berbeda dalam metode kualitatif. Hal ini dapat dicapai dengan jalan:
3.4.4.2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang
54
35
pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan
3.4.4.5. Membandingkan hasil wawancara dan isi suatu dokumen yang berkaitan.
wawancara
mengungkap data.
b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang
Wawancara Informan A
Informan B
dalam pola kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan
dapat ditemukan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Moleong, 2002:
103).
Analisa data dilakukan secara induktif dengan komponen-komponen
analisa data model interaktif mengalir yaitu dimulai dari pengumpulan data, reduksi
data, peyajian data, dan verifikasi (Milles dan Hurberman, 1992: 20).
lapangan baik berupa catatan di lapangan, gambar, dokumen dan lainnya diperiksa
dan memproses data “kasar” yang muncul dari catatan tertulis di lapangan.
atau bagian-bagian tertentu dari hasil penelitian yang kemudian disusun secara
sistematis.
3.4.5.4. Verifikasi
dokumentasi kemudian peneliti mencari makna dari hasil penelitian atau dari hasil
yang terkumpul. Peneliti berusaha mencari pola hubungan serta hal-hal yang sering
kemudian diverifikasi.
54
35
wawancara, dan metode dokumentasi yang disebut tahap pengumpulan data. Karena
data yang dikumpulkan banyak maka diadakan reduksi data, setelah direduksi
kemudian diadakan sajian data. Apabila ketiga tahapan tersebut telah selesai
Dalam penelitian ini, peneliti membagi dalam empat tahap, yaitu tahap
sebelum ke lapangan, tahap pekerjaan lapangan, analisis data, dan penulisan laporan.
c. Menyusun perizinan
b. Memasuki lapangan
akan mereduksi serta menyajikan data tersebut setelah ini dilakukan verifikasi data.
Peneliti berusaha untuk mencari pola hubungan serta hal-hal yang sering timbul.
54
35
BAB IV
Desa Klampok Lor merupakan salah satu dari desa yang ada di
tersebut berbatasan dengan: sebelah utara: Desa Mangunan Lor, sebelah selatan: Desa
Mijen tengah, sebelah barat: Desa Tlogosih, dan sebelah timur: Desa Mijen Timur.
Luas desa terbagi atas tanah sawah 119,80 ha, tegalan atau ladang 1 ha,
dan pemukiman 20 ha, tanah fasilitas umum yang difungsikan untuk kas desa 7,75 ha,
Sesuai dengan apa yang telah ditunjukkkan pada tabel 1 (lihat hal: 3)
dapat kita simpulkan bahwa masyarakat Desa Klampok Lor sebagian besar bermata
pencaharian sebagai petani dan buruh tani. Kedua jenis pekerjaan ini dipandang
para petani rela menjual sawahnya untuk biaya pemberangkatan anak/istrinya untuk
menjadi TKW yang dinilai lebih menjanjikan. Bagi buruh tani, ongkos
pemberangkatan di tanggung oleh keluarga atau dapat juga dengan modal yang
memandang pendidikan itu penting maka akan menyekolahkan anaknya sampai pada
jenjang yang leih tinggi atau semampu kondisi ekonomi keluarga. Sedangkan bagi
mereka yang memandang sekolah itu tidak penting disebabkan karena faktor
ekonomi, sehingga mereka memiliki pandangan bahwa dengan sekolah hanya akan
membuang biaya yang seharusnya biaya tersebut untuk biaya hidup sehari-hari.
Untuk lebih jelasnya kita lihat tingkat pendidikan masyarakat Desa Klampok Lor
sebagai berikut :
Sumber: Daftar isian potensi desa dan daftar isian tingkat perkembangan Desa
Klampok Lor Kecamatan Kebonagung Kabupaten Demak Tahun 2004.
54
35
Apabila dilihat dari tabel 3 tersebut diatas, dapat kita ketahui bahwa
jumlah terbesar adalah tamatan SD (478). Ini terjadi karena dilatarbelakangi oleh
banyaknya penduduk yang bekerja pada sektor pertanian menjadi buruh tani .
angkatan kerja maka kita harus mengetahui dahulu jumlah penduduk Desa Kalmpok
terbesar adalah 10-14 tahun yang berjumlah 3.982 orang, Ini berarti sebagian besar
dari mereka adalah masih sekolah SD atau peralihan dari SD ke SLTP, jumlah
sehingga masih tergantung pada orang tua. Sedangkan yang disebut usia produktif
Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Dan Sex Ratio Diperinci Per Desa
Kebonagung bertambah lebih banyak jika dibandingkan dengan laki-laki yaitu dari
17.789 menjadi 18.797. Hal ini terjadi karena pengaruh dari kelahiran penduduk yang
54
35
berjenis kelamin perempuan (177 orang), dan ditambah pula oleh banyaknya
penduduk yang datang didominasi oleh perempuan (473 orang). Sedangkan penduduk
yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak merantau ke kota-kota besar untuk
proses perpindahan penduduk anatara dua negara atau lebih. Proses perpindahan
penduduk berlangsung secara aktif, karena pada waktu ini tidak ditunjang oleeh
luar negeri membuat perempuan berani memutuskan bekerja di laur negeri sebagai
Tenaga Kerja Wanita (TKW). Seperti yang dituturkan Siti Qoiriyah dan Sumarni
perempuan harus mencari pekerjaan di lahan orang lain (di luar negeri).
4.2.2. Faktor Sosial Budaya
masyarakat Desa Klampok Lor yang terutama menjadi subjek penelitian adalah
mereka yang mempunyai pandangan lebih maju. Jika pada masyarakat desa yang
belum mengalami berbagai perubahan serta pengaruh dari luar lingkungannya masih
memiliki sifat sebagai masyarakat desa yang antara lain, memiliki sifat nrimo atau
pasrah manut, dan memiliki anggapan kalau dengan bersekolah yang tinggi akan
ditandai dengan derasnya arus informasi dan semakin luasnya kesempatan pendidikan
bagi seluruh masyarakat termasuk bagi putra-putri masyarakat desa telah membuka
pemikiran dan pandangan masyarakat tentang dirinya pada masa kini. Dengan
Tidak sedikit mereka para orang tua yang mau memikirkan pentingnya
pendidikan bagi anaknya. Bahkan mereka mempunyai anggapan jangan sampai anak-
anak kami hidupnya sama dengan orang tuanya. Hal ini dikarenakan pendidikan yang
saya miliki kurang memadai. Seperti yang diungkapkan oleh Lastri (Wawancara
54
35
Saya menginginkan agar anak saya dapat sekolah dan sekolah tersebut
lebih meningkat sampai ke jenjang yang lebih tinggi dari pada saya. Jika
anak saya tidak mau sekolah saya akan paksa anak agar mau sekolah.
Saya akan sekuat tenaga mencari uang untuk menyekolahkan anak dan
mencukupi kebutuhan kelurga.
Dari pendapat diatas terlihat bahwa orang tua tersebut sadar akan
pendidikan dan beranggapan lebih penting dari pada harus memikirkan kebutuhan
yang sesaat saja. Mereka rela berkorban demi pendidikan anak walaupun mereka
mereka harus keluar dari desanya untuk mencari pekerjaan di kota. Dengan
depan dengan membekali anaknya dengan pendidikan yang lebih tinggi bagi masa
untuk bekerja di sawah. Karena mungkin tidak sesuai dengan pendidikan yang telah
merupakan pekerjaan bagi orang tua karena zaman telah maju, dan untuk generasi
muda adalah lebih memilih bekerja di pabrik yang m enghasilkan banyak uang. Hal
ini seperti yang diungkap oleh Heni (Wawancara tanggal 12 Maret 2005):
Bekerja di sawah menurut saya tidak mungkin karena hal tersebut tidak
sesuai dengan pendidikan yang telah saya peroleh. Kalau sekedar
membantu saja saya masih mau, asal jangan bekerja di sawah. Menurut
saya, saya akan lebih tertarik untuk bekerja di pabrik karena di sana
gajinya lebih banyak.
meningkatnya pendidikan maka mereka generasi muda Desa Klampok Lor tidak
segan-segan mengambil keputusan untuk bekerja dengan gaji yang lebih tinggi dari
pada menjadi petani dan tetap di derahnya. Bersekolah lebih tinggi akan
menguntungkan baginya karena akan membuat mereka selektif dalam memilih jenis
pekerjaan.
mereka akan menjawab: saya kerja di luar negeri karena ada peluang kerja yang
ditawarkan sesuai dengan ketrampilan yang saya miliki, karena diajak oleh saudara,
tingginya upah, dan kerja di luar negeri sendiri akan membuat mereka senang karena
mereka (khususnya perempuan yang belum menikah) tidak ada paksaan dari orang
tua. Kesenangan tersendiri tersebut mereka rasakan karena dengan mereka bekerja di
luar negeri mereka dapat menikmati uang hasil kerjanya, dapat mengetahui adapt
istiadat dan kebudayaan masyarakat setempat. Hal ini sesuai dengan apa yang
Saya merasa senang ikut majikan. Senangnya saya karena dapat keliling
kota tanpa harus mengeluarkan biaya, karena kerja saya sebagai baby
sister yang biasanya mengikuti majikan serta mengasuh anaknya yang
masih kecil. Saya jadi tahu pusat perbelanjan di Hongkong dan tempat-
tempat rekreasi di Hongkong.
mempunyai alasan selain faktor ekonomi yaitu, pengaruh dari orang tua yang
menginginkan anaknya bekerja dan juga gengsi karena menganggur. Selain itu
54
35
karena ia merasa tahu akan adat istiadat dan kebudayan setempat, pusat perbelanjaan
Kerja saya dulu dengan sekarang berbeda. Kalu dulu saya kerja sebagai
pembantu rumah tangga nggak boleh keluar dari rumah entah itu siang
ataupun malam hari itupun dengan alasan tertentu, sehingga saya jadi
tidak tahu seluk beluk kota di negara. Sedangkan kalau yang sekarang
saya diajak jalan-jalan oleh majikan saya ke supermarket, taman bunga,
kompleks-kompleks terkenal, dan jalan-jalan. Dengan begitu saya jadi
tahu akan suasana dan pergaulan orang luar negeri yang sangat berbeda
dengan di Indonesia dan tahu bahasa mandarin meski masih sedikit
karena majikan saya masih keturunan Cina, sehingga sering mengajari
saya bahasa mandarin.
luar negeri yaitu untuk mencari kesenangan dalam artian bagi dirinya sendiri dan
untuk pekerjaan yang mereka tekuni. Dengan mereka bekerja di luar negeri dan cocok
sebagai pembantu rumah tangga dan baby sister.sehingga mereka termotivasi dan
terdorong untuk bekerja. Dan hal itu menciptakan semangat tersendiri bagi migran
adalah bermata pencaharian sebagai petani dan buruh tani. Dari sejumlah penduduk
yang ada, sebagian masyarakat desa yang memiliki tanah pertanian digunakan
sebagai mata pencaharian namun tidak sedikit yang tidak mempunyai tanah pertanian
yang akhirnya mereka harus bekerja sebagai buruh pertanian pada mereka yang
memiliki tanah pertanian yang luas dengan keadaan seperti ini maka mengakibatkan
masyarakat tersebut harus berpikir panjang. Alasannya karena jika tiap hari ada orang
yang membutuhkan tenaga mereka sebagai buruh harian kalau tidak ada orang yang
membutuhkan mereka akan sangat repot sekali. Seperti yang dikemukakan oleh
kesusahan karena mata pencahariannya sebagai buruh tani tersebut tidak setiap hari
ada. Mereka harus menunggu pada saat tertentu yaitu jika ada yang menyuruh mereka
untuk buruh harian, namun jika tidak ada mereka harus menganggur di rumah. Dan
daerahnya.
Hal yang sama juga dituturkan juga oleh Parman (Wawancara tanggal 13
Maret 2005):
Disini saya mempunyai sawah yang tidak begitu luas, maklumlah sawah
ini merupakan peninggalan dari orang tua yang wajib saya jaga. Dari dulu
saya memang terbiasa bekerja di sawah tetapi hanya sekedar membantu
orang tua, namun sekarang sudah menjadi mata pencaharian saya. Saya
tidak tahu mau kerja apa, seandainya tidak dapat warisan tanah dari orang
tua.
54
35
semakin sempit oleh karena proses pewarisan yang dibagi-bagikan kepada anggota
keluarga. Disisi lain dengan diberikannya warisan berupa sawahuntuk anaknya maka
terbatasnya lapangan pertanian maka tidak dapat menyerap tenaga kerja yang banyak,
oleh sebab itu ada dari sebagian penduduk perempuan khususnya mencari pekerjaan
Dilihat dari fakta yang ada di desa kita sesama manusia tidak dapat
atau migran untuk bekerja dikota atau di luar negeri. Karena mereka menilai lahan
kota bahkan ada juga yang mencari pekerjaan sampai dengan di luar negeri.
umumnya ingin memperoleh penghidupan yang lebih baik, terutama dalam hal
pendidikan anak.
meluas jaringan sosialnya. Keluarga TKW yang berasal dari keluarga miskin,
TKW sekarang sudah akrab dengan suasana Bank karena sering menerima dan
54
35
Rasidi seorang suami dari istri yang bekerja menjadi TKW menuturkan
Semenjak istrinya bekerja di Arab sudah 5 kali ke Bank BNI, sebelum itu
jarang sekali ke Bank. Dengan situasi kantor pos dan wartel juga sudah
biasa meskipun sebelumnya sempat kebingungan dalam berkirim surat
maupun menelepon. Rasidi juga mengaku sering berkumpul dengan
orang-orang berpengalaman dari tingkat kelurahan pada saat
perkumpulan kepenggurusan LKMD dan kepenggurusan pembangunan
mushola atau masjid, sehingga bertambah luas pengalamannya.
antara lain biaya untuk membeli buku-buku dan kelengkapan belajar, membeli
peralatan, membayar SPP, membayar uang gedung, membeli seragam, dan lain-lain
semuanya menjadi tanggung jawab orang tua atau keluarganya. Masalah ketersediaan
dana untuk melanjutkan sekolah berkaitan erat dengan kondisi sosial ekonomi orang
tua. Lastri seorang ibu rumah tangga beranak satu yang sekarang baru pulang
jenjang pendidikan lebih tinggi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya kondisi
sosial ekonomi orang tua dan kepedulian orang tua terhadap pendidikan anak.
Apabila keduanya dapat diaplikasikan secara tepat akan mendorong anak untuk
berprestasi. Jadi dapat kita ketahui bahwa kondisi sosial ekonomi orang tua
ekonomi, sehingga banyak keluarga TKW yang berstatus keluarga tidak mampu
menyulitkan para petani penggarap, karena kekurangan tenaga sebagai buruh tani.
Keluarga TKW yang dulunya sebagai buruh tani sekarang tidak lagi menjadi menjadi
buruh tani lagi, sebab sebagian dari mereka menjadi petani tetap. Bahkan mereka
54
35
lainnya. Seiring dengan keadaan itu maka timbulah persaingan tidak sehat diantara
sesama petani dalam memberikan upah dan pelayanannya kepada buruh tani,
sehingga buruh tani semakin lebih memilih-memilih untuk siapa mereka bekerja.
Bahkan mereka mengambil buruh tani untuk derep dari desa lain atau daerah lain
seperti Purwodadi. Seperti dengan apa yang dituturkan Kasmijan (wawancara tanggal
4.4.1.Dampak positif
secara lahiriah dan batiniah terpenuhi secara serasi, selaras, dan seimbang.
Pemenuhan kebutuhan lahiriah dapat dilihat dari pemenuhan kebutuhan fisik keluarga
Suatu contoh dari TKW yang berhasil bekerja dari Saudi Arabia yaitu Siti Qoiriyah
sekarang dapat hidup mandiri pisah dari orang tuanya, dia juga mampu membeli
tanah dan merenovasi rumah, bahkan jika dilihat perabotan rumah tangganya
sekarang jauh lebih lengkap jika dibandingkan dahulu, selain itu juga mampu
membeli kendaraan.
Kebutuhan pangan sehari-hari keluarga TKW sekarang sudah mulai lebih
baik, seperti dinyatakan oleh Rasidi (Wawancara tanggal 13 Mei tahun 2005) :
keehatan lingkungan terutama yang berhubungan dengan MCK (mandi, cuci, kakus,
memenuhi persyaratan rumah sehat yaitu ventilasi sinar matahari dapat masuk
54
35
membahayakan kesehatan.
perabot rumah tangga, bahkan yang kurang perlu seperti membeli TV sampai 2,
kamera dan VCD. Menurut Rasidi dan Zaenudin ia sering nonton CD dan
istrinya bekerja di luar negeri bukan karena paksaan dari dirinya, akan tetapi karena
kesadaran diri atau keinginan sendiri. Baginya bekerja di luar negeri untuk
menambah pendapatan keluarga. Dirinya merasa bangga dan senang karena dapat
membantu suami dan saling bekerjasama menopang ekonomi keluarga, selain itu
keputusan untuk dirinya sendiri dan adanya kemauan untuk mengubah nasib.
maka tugas ibu digantikan oleh ayahnya yaitu memasak, mencuci, dan mengurus
rumah tanggga, adapun tugas ibu digantikan oleh neneknya termasuk pengasuhan
keluarga seperti mencari nafkah sesuai dengan kebiasaan sehari-hari yang dapat
dilakukannya.
Menurut Rasidi (wawancara tanggal 7 Juli tahun 2005), perilaku anaknya
cenderung pendiam, dia berbeda dengan anak-anak lain yang seumurnya, yang
biasanya suka bermain dan bersenang-senang. Selain itu karena sudah terbiasa
keprihatinan. Kalau ibunya mengirim uang, maka anaknya pun juga tidak minta
juga cukup baik. Mengenai perilaku sosial yang dilakukan anak dalam keluarga
cukup baik, hal tersebut karena didikan oleh neneknya cukup baik, kapan ia bermain,
tanggal 3 Mei tahun 2005) yang ditinggal istrinya pergi keluar negeri hampir 2 (dua)
tahun, anak-anaknya diasuh oleh dirinya sendiri dan karena dirinya kerja di bengkel
dan kadang menjadi buruh tani , maka tidak ada kesempatan untuk mengawasi dan
pada anaknya. Kendati demikian yang paling menyolok dirasakan Zaenudin adalah
anak terasa sangat manja, uang saku untuk anaknya yang duduk di MTS (sederajat
dengan SLTP) kelas 2 minta Rp.5.000,00 per hari pada hal jarak ke sekolah tidak
begitu jauh jika naik sepeda. Uang saku Rp.5.000,00 bukan ukuran bagi seusia dia.
54
35
Zaenudin juga menuturkan jika tidak dikasih maka anaknya akan marah dan murung
tidak mau berangkat sekolah, maka orang tua terpaksa harus menurutinya.
Kondisi perilaku umum sosial pada anak-anak remaja yang berasal dari
kelurga yang ditinggal ibunya bekerja di luar negeri sebagaimana hasil wawancara
karena orang tua merasa ada ketakutan untuk masa yang akan datang mengenai rasa
kasih sayang anak terhadap orang tua oleh sebab itu orang tua sering memberikan
4.6. PEMBAHASAN
khususnya TKW , perlu mendapatkan perhatian yang lebih dari pemerintah. Hal ini
disebabkan oleh dua faktor yaitu pertama, beragamnya masalah kependudukan yang
terjadi di dalam negeri yang berdampak terhadap sosial ekonomi, yaitu masalah
yang relative kaya sehingga mampu menyerap tenaga kerja dari Indonesia dalam
jumlah besar.
ekonomi yaitu untuk membiayai anak sekolah, merenovasi rumah, membeli tanah
atau sawah, membantu suami, ingin hidup mandiri, dan memperbaiki kesejahteraan
ekonomi keluarga. Selain itu dengan melihat dan menganalisa kenyataan sesuai
dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada sebagian dari para migran
(perempuan yang menjadi TKW) mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk mencari
dan pergaulan dalam bekerja sehingga menjadi faktor untuk menunjang mereka
kita lihat dari dua segi yaitu dari segi positif dan segi negatif. Dari segi positifnya
jaringan sosial, dan semakin membaiknya status sosial ekonomi keluarga. Sedangkan
segi negatifnya yaitu dengan adanya peningkatan pendapatan keluarga TKW sangat
barang yang bahkan kurang perlu seperti kamera dan VCD. Selain itu juga
telah peneliti uraikan diatas, diketahui bahwa perilaku sosial anak dalam kelurga yang
ditinggal ibunya bekerja ke luar negeri memiliki perilaku sosial yang berbeda yaitu
perilaku cukup baik dan berperilaku kurang baik (seperti manja, kurang terawasi
54
35
Peran ayah dan sekaligus ibu harus dilakukan bagi keluarga yang
memiliki istri bekerja di laur negeri. Secara materi kehidupan ekonomi keluarga
jiwa anak, bila anak tidak mendapat pengawasan, pendidikan keluarga, tuntunan dan
keteladanan orang tuanya. Bagi orang tua yang selalu memperhatikan kehidupan anak
dengan dukungan ekonomi keluarga yang baik maka tentu akan meningkatkan
kualitas kehidupan anak. Seorang suami yang mempunyai istri sebagai TKW ada
pendidikan, sehingga mereka para TKW mampu berfungsi sebagai wahana pencetak
5.1. Simpulan
5.1.1. Keluarga memiliki tuntutan yang lebih besar dan kontinue yang mungkin dapat
mengerahkan semua anggota keluarga mereka, laki-laki dan perempuan dapat juga
melakukan tugas-tugas yang paling sukar dan berat sekalipun agar kehidupan
ekonomi keluarga tetap berlangsung. Dan sebagian besar faktor utama pendorong
perempuan bekerja sebagai TKW di luar negeri adalah karena alasan ekonomi
meskipun demikian juga tidak terlepas dari faktor demografi dan faktor sosial budaya
di desa tersebut.
5.1.2. Dampak bagi keluarga TKW yang ditingggalkan di Desa yaitu, bahwa status
sosial ekonomi keluarga TKW di Desa Klampol Lor bertambah lebih baik karena
pendapatan dari hasil kerja menjadi TKW di luar negeri mampu menopang kehidupan
keluarga dan lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarganya.
5.1.3. Perilaku sosial anak dalam keluarga yang ibunya bekerja sebagai TKW di luar
negeri ada yang baik dan ada yang kurang sesuai maksudnya adalah anak-anak yang
berlatar belakang keluarga dengan ibunya menjadi TKW lebih menjurus kepada
sikap-sikap yang kurang sesuai dengan norma dan nilai agama dan sosial.
5.2 Saran
5.2.1. Sebaiknya perempuan yang diberangkatkan menjadi TKW adalah TKW yang
benar-benar lulus seleksi dari latihan mental spiritual, skil dan minimal dapat baca
tulis dan menguasai bahasa negara tujuan, karena dengan begitu akan mempermudah
54
35
komunikasi dalam hubungan kerja antara majikan atau perusaahan pemberi kerja
dengan pekerjanya.
5.2.2. Bagi keluarga yang ibunya menjadi TKW di luar negeri sebaiknya orang tua
(ayah) dan keluarga dekat (nenek,kakek, paman dan lain-lainnya) ikut serta
jawabnya, sehingga anak tidak merasakan kurang kasih sayang dan tetap memiliki
sikap sosial keluarga yang selaras dengan masyarakat agama yang agamis.
5.2.3. Sebagai keluarga yang ditinggal istrinya menjadi TKW di luar negeri
Apabila ada suatu permasalahan dalam keluarga sebaiknya didiskusikan bersama, jika
perlu dibentuk adanya suatu forum keluarga. Semua anggota keluarga dapat diajak
diskusi termasuk juga anak. Jika pendapat anak kurang tepat maka orang tua (ayah)
dan keluarga dekat dapat menjelaskan secara sabar sampai dapat diterima oleh anak.
Dengan cara ini anak diajarkan untuk kritis dan mempergunakan nalar budinya dalam
menghadapi persoalan.
5.2.4. Anak-anak dari keluarga yang ibunya bekerja menjadi TKW di luar negeri
agar dapat sesuai dengan harapan orang tua misalnya, dengan cara memanfaatkan
uang yang dihasilkan dari kerja keras ibunya untuk membeli buku pelajaran, dan
5.2.5. Kiriman yang berupa uang hasil kerja menjadi TKW sekiranya sudah dapat
54
35
keabsahan data penelitian ini menggunakan teknik triangulasi. Metode analisa data
yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif (Milles dan Hurberman, 1992: 20)
Berdasarkan hasil penelitian dan kemudian dianalisis diperoleh bahwa (1)
faktor pendorong penduduk perempuan Desa Klampok Lor Kecamatan Kebonagung
Kabupaten Demak bekerja di luar negeri karena faktor ekonomi yaitu membiayai
sekolah anak, merenovasi rumah, membeli tanah atau sawah, membantu suami, ingin
hidup mandiri, dan memperbaiki kesejahteraan ekonomi keluarga. Selain itu dengan
melihat dan menganalisa kenyataan sesuai dengan hasil penelitian menunjukkan
bahwa ada sebagian dari para migran mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk
mencari pengalaman, wawasan, dan pergaulan dalam bekerja. (2) Dampak migrasi
Tenaga Kerja Wanita (TKW) terhadap keluarga yang ditinggalkan di desa dapat kita
lihat dari segi positif dan segi negatif.
Simpulan dalam penelitian ini adalah (1) keluarga memiliki tuntutan yang
lebih besar dan kontinue yang mungkin dapat mengerahkan semua anggota keluarga
mereka, laki-laki dan perempuan dapat juga melakukan tugas-tugas yang paling sukar
dan berat sekalipun agar kehidupan ekonomi keluarga tetap berlangsung. Dan
sebagian besar faktor utama pendorong perempun bekerja sebagai Tenaga Kerja
Wanita (TKW) di luar negeri adalah karena alasan ekonomi, meskipun demikian juga
tidak terlepas dari faktor demografi dan faktor sosial budaya desa tersebut. (2)
Dampak bagi keluarga Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang ditinggalkan di desa yaitu,
bahwa status sosial ekonomi keluarga Tenaga Kerja Wanita (TKW) di Desa
Klampok Lor Kecamatan Kebonagung Kabupaten Demak bertambah lebih baik. (3)
Perilaku sosial anak dalam keluarga yang ibunya bekerja sebagai Tenaga Kerja
Wanita (TKW) ada yang baik dan ada yang kurang sesuai dengan norma dan nilai
agama dan sosial.
Saran untuk peneitian ini adalah (1) sebaiknya perempuan yang
diberangkatkan menjadi TKW adalah TKW yang benar-benar lulus seleksi dari
latihan mental spiritual, skil dan minimal dapat baca tulis dan menguasai bahasa
negara tujuan, karena dengan begitu akan mempermudah komunikasi dalam
hubungan kerja antara majikan atau perusaahan pemberi kerja dengan pekerjanya.
(2) Bagi keluarga yang ibunya menjadi TKW di luar negeri sebaiknya orang tua
(ayah) dan keluarga dekat (nenek,kakek, paman dan lain-lainnya) ikut serta
memberikan bimbingan kepada anak-anaknya sebagai bagian dari tanggung
jawabnya, sehingga anak tidak merasakan kurang kasih sayang dan tetap memiliki
sikap sosial keluarga yang selaras dengan masyarakat agama yang agamis.
Daftar Isi
Halaman
Halaman Judul……………………………………………………………….. i
Persetujuan Pembimbing…………………………………………………….. ii
Pernyataan…………………………………………………………………… iv
Prakata………………………………………………………………………... vi
Sari……………………………………………………………………………. viii
Daftar Isi……………………………………………………………………… x
BAB I PENDAHULUAN
di Luar Negeri………………………………………………….. 9
54
35
4.6. Pembahasan………………………………………………………. 51
BAB V PENUTUP
5.1. Simpulan…………………………………………………………... 54
5.2. Saran………………………………………………………………. 54
Daftar Pustaka…………………………………………………………………… 56
Lampiran…………………………………………………………………………
54
35
Daftar Tabel
No. Halaman
5. Tabel Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio…… 36
Daftar Lampiran
1. No. Lampiran
3. Instrumen Penelitian
4. Pedoman Observasi
5. Peta Desa
44/Menaker/1994
54
35
Persetujuan Pembimbing
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang Panitia
Hari :
Tanggal :
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui
Ketua Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan
ii
Pengesahan Kelulusan
Skripsi ini telah dipertahankan di depan siding Panitia Ujian Skripsi Fakultas
Hari :
Tanggal:
Penguji Skripsi
Anggota I Anggota II
Mengetahui :
Dekan,
Drs. Sunardi
NIP:130367998
54
35
Pernyataan
Saya, menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil
karya saya sendiri, bukan jiplakan dari hasil karya orang lain, baik dari sebagian atau
seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip
Ana Sugiyarti
NIM: 3401401027
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan yang ada pada suatu
kaumnya, sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada mereka sendiri
PERSEMBAHAN :
54
35
PRAKATA
Segala puji hanya bagi Allah, dengan rahmat dan karunia Nya saya dapat
menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana
dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis ucapkan terima
kasih kepada :
1. DR. Ari Tri Sugito, S.H., M.M., Rektor Universitas Negeri Semarang.
3. Drs. Eko Handoyo, M.Si Ketua Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan Universitas
Negeri Semarang.
4. Dra. Sudarmani Sri Rejeki, M.Pd. Dosen Pembimbing I yang selalu memberikan
5. Puji Lestari, S.Pd., M.Pd. Dosen Pembimbing II dengan ketulusan dan kesabaran
bekal ilmu yang tidak ternilai harganya selama belajar di Jurusan Hukum dan
Kewarganegaraan.
10. Semua TKW dan Keluarga TKW di Desa Klampok Lor Kecamatan Kebonagung
11. Ibu, bapak, kakak, adik, dan sahabat-sahabat yang telah memberi bantuan moral
dan spiritual.
12. Semua pihak yang terkait yang telah membantu penulis menyelengarakan skripsi
ini yang tidak dapat saya sebutkan satu per saru, baik materi maupun spiritual.
skripsi ini maka saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penuli harapkan
Harapan penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi diri penulis
Penulis
54
35
DAFTAR PUSTAKA
Barthos, Basir. 1999. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara
Ihromi, T.O. 1995. Kajian Wanita Dalam Pembangunan. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
Makoalloe, El.2002. Perempuan, Kerja, Karir, dan Kodrat. Dalam Koran Mahasiswa
edisi No. 71. Hal:60.
Miles, M.B. dan Hubrman, A. Michael. Analisa Data Kualitatif. Jakarta: Universitas
Indonesia
Nasution, Arif. 1999. Globalisasi dan Migrasi antar Negara. Bandung: Kerjasama
Yayasan Adikarya IKAPI.
KABUPATEN DEMAK
Identitas Responden
Nama :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
Umur :
54
35
3. Apakah dengan pendidikan dan norma sosial yang bergeser dinamis menunjang
untuk kerja di luar negeri ?
4. Apakah bekerja di luar negeri merupakan suatu budaya yang terjadi di desa ?
5. Apakah saudara merasa ada suatu kebanggaan tersendiri karena sudah pernah atau
yang akan berangkat kerja di luar negeri ?
Faktor Ekonomi.
1. Dari mana saudara mendapatkan informasi untuk bekerja di luar negeri ?
2. Menurut saudara apakah ada perbedaan kerja antara kerja di dalam negeri dengan
kerja di luar negeri ?
3. Berapa gaji yang saudara terima setiap bulan jika dikurskan dengan nilaai mata
uang rupiah ?
4. Apakah saudara merasa ada perubahaan penghasilan ?
5. Apakah saudara mendapatkan fasilitas kerja yang baik ?
Kehidupan Psikis
1. Apakah istri/anak saudara bertekad kerja di luar negeri karena tertekan/ pakasaan
dari orang tua/suami ?
2. Apakah saudara tidak merasa berat meniggalkan istri/anak yang akan bekerja di
luar negeri ?
3. Bagaimana saudara melakukan hubungan dengan keluarga (istri/anak) yang
menjadi TKW ?
4. Siapakah yang menjaga keluarga (anak-anak) saudara pada saat istri/anak anda
bekerja sebagai TKW ?
5. Bagaimanakah pengaruh kehidupan anak mengenai kepribadian dan moral anak
mengingat bahwa peran seorang ibu sangat kuat dalam mewariskan nilai-nilai
moral pada anak mereka ?
PEDOMAN OBSERVASI
54
35
Persyaratan bagi tenaga kerja Indonesia (TKI) yang ingin bekerja di luar
negeri diatur dalam keputusan Menteri tenaga Kerja No.44/Men 1994 tentang
petunjuk pelaksanaan penempatan tenaga kerja di dalam dan ke luar negeri. Pada bab
VI bagian kedua mengenai persayaratan calon tenaga kerja Indonesia (TKI) berbunyi:
setiap calon tenaga TKI yang akan dipekerjakan ke luar negeri harus memenuhi
syarat-syarat :
3. Sehat mental dan fisik yang dibuktikan dengan surat keterangan dokter atau lulus
Sertifikat Ketrampilan;
6. Memiliki paspor dari kantor imigrasi terdekat dengan kantor daerah asal TKI
7. Bersedia mematuhi pelaksanaan isi perjanjian kerja yang telah disepakati dan
8. Bersedia memikul biaya yang diperlukan dalam proses penenpatan yang telah
54
35
BAB I
PENDAHULUAN
54
35
54
35
Sumber data yang digunkan dalam penelitian ini adalah sumber tertulis dan
informan
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Simpulan
Simpulan dalam penelitian ini adalah (1) keluarga memiliki tuntutan yang lebih
besar dab kontinue yang mungkin dapat menerahkan semua anggota keluarga
mereka, laki-laki dan perempuan dapat juga melakukan tugas-tugas yang
paling sukar dan berat sekalipun agar kehidupan ekonomi keluarga tetap
berlangsung. Dan sebagian besar faktor utama pendorong perempun bekerja
sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) di luar negeri adalah karena alasan
ekonomi, meskipun demikian juga tidak terlepas dari faktor demografi dan
faktor sosial budaya desa tersebut. (2) Dampak bagi keluarga Tenaga Kerja
Wanita (TKW) yang ditinggalkan di desa yaitu, bahwa status sosial ekonomi
keluarga Tenaga Kerja Wanita (TKW) di Desa Klampok Lor Kecamatan
Kebonagung Kabupaten Demak bertambah lebih baik. (3) Perilaku sosial anak
dalam keluarga yang ibunya bekerja sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) ada
yang baik dan ada yang kurang sesuai dengan norma dan nilai agama dan
sosial.
5.2. Saran
54
35