You are on page 1of 82

FAKTOR PENDORONG PEREMPUAN BEKERJA DI LUAR NEGERI :

KASUS DI DESA KLAMPOK LOR KECAMATAN KEBONAGUNG

KABUPATEN DEMAK

Skripsi

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Pada Universitas Negeri Semarang

Oleh

Ana Sugiyarti

3401401027

FAKULTAS ILMU SOSIAL

JURUSAN HUKUM DAN KEWARGANEGARAAN

TAHUN 2005

54
35

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masyarakat Desa Klampok Lor masih memberlakukan nilai adat yang

mencerminkan ketimpangan kedudukan pria dan wanita. Dibidang pendidikan

misalnya, sebagian orang tua berpandangan bahwa anak wanita tidak perlu sekolah

tinggi karena akhirnya wanita hanya menjadi ibu rumah tangga dan pendamping

suami ini berarti wanita sering kali dinomorduakan dalam hal pendidikan. Orang tua

yang tidak mampu membiayai sekolah semua anak-anaknya, mereka akan

mendahulukan anak laki-laki. Laki-laki dipersiapkan untuk menjadi tiang keluarga

nantinya, sedangkan wanita hanya sebagai pengurus rumah tangga. Kalaupun mereka

bekerja hanya dianggap sebagai tambahan. Mencari nafkah bukanlah tanggung jawab

mutlak wanita. Oleh karena itu, pendidikan untuk wanita dinomorduakan. Masyarakat

menganggap bahwa wanita tidak perlu berprestasi terlalu tinggi sebab nantinya

mereka hanya menumpang pada suami. Penting tidaknya posisi wanita didalam

masyarakat tergantung pada posisi yang dicapai suami.Wanita juga tidak pantas jika

mempunyai kedudukan ataupun karier yang lebih bagus dari pada suami. Hal itu

seringkali dianggap merendahkan martabat suami.


Perlakuan yang berbeda semacam ini sedikit demi sedikit berubah,

kesadaran pandangan masyarakat untuk orientasi masa depan anak perempuan

memperoleh tanggapan positif, sebagai upaya untuk meningkatkan kedudukan

wanita. Untuk menyamakan hak antara pria dan wanita, wanita mulai banyak yang

berhasil meraih pendidikan sampai pada tingkat SLTA/ sederajat.

Suatu kenyataan bahwa dalam bidang tertentu, distribusi kerja perempuan

berdasarkan sektor dan wilayah. Di wilayah Desa Klampok Lor Kecamatan

Kebonagung Kabupaten Demak terdapat empat sektor yang secara tradisional lebih

banyak dimasuki pekerja perempuan. Industri/pabrik, perdagangan, jasa, dan

sementara itu tenaga kerja perempuan disektor pertanian memperlihatkan

kecenderungan terus menurun. Kelompok buruh perempuan kebanyakan adalah

produk massal seperti garmen, tekstil, pabrik plastik dan sebagainya. Masuknya

kapitalisme dengan ditandai dengan berdirinya pabrik-pabrik merupakan pencerahan

bagi masyarakat desa karena membuka peluang berusaha untuk kerja sebagai buruh

pabrik, khususnya perempuan di Desa Klampok Lor Kecamatan Kebonagung

Kabupaten Demak.

54
35

Tabel 1. Mata Pencaharian Penduduk Desa Klampok Lor

Mata Pencaharian Jumlah


Petani 317 orang
Buruh tani 561 orang
Buruh/swasta 68 orang
PNS 18 orang
Pedagang 7 orang
Peternak 11 orang
Montir 1 orang
Dokter 1 orang
Bidan 2 orang
Polri/TNI 8 orang
Tukang kayu 16 orang
Tukang Batu 21 orang
Sumber: Daftar isian potensi desa dan daftar isian tingkat perkembangan Desa
Klampok Lor Kecamatan Kebonagung Kabupaten Demak Tahun 2004.

Dari tabel di atas dapat digambarkan bahwa mata pencaharian sebagian

besar masyarakat adalah sebagai petani dan buruh tani. Adapun pemilikkan lahan

pertanian tanaman di Desa Klampok Lor, adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Pemilikkan Lahan Pertanian Tanamam Pangan

Jumlah rumah tangga memiliki tanah 336 ha


Tidak memiliki lahan pertanian 103 ha
Memiliki kurang 0.5 ha 286 ha
Memiliki 0,5-1,0 ha 38 ha
Memiliki lebih dari 1,0 ha 12 ha
Jumlah total rumah tangga petani 439 ha
Sumber: Daftar isian potensi desa dan daftar isian tingkat perkembangan Desa
Klampok Lor Kecamatan Kebonagung Kabupaten Demak Tahun 2004.
Total jumlah penduduk Desa Klampok Lor adalah 1499 orang. Terdiri

dari laki-laki 757 orang dan perempuan 747 orang dengan jumlah KK yaitu 439 KK.

Dari penghasilan suami sebagai petani dan buruh tani hasil panen mereka hanya

cukup untuk biaya hidup sesudah masa panen berikutnya. Dapat diketahui

penghasilan dari pekerjaan suami tidak menentu , sedangkan kebutuhan hidup sehari-

hari semakin meningkat. Keadaan seperti ini menekan para istri untuk membantu

menopang ekonomi rumah tangga. Karena sempitnya lapangan kerja yang tersedia di

desa maka keadaan demikian tidak menarik lagi bagi generasi angkatan kerja wanita

khususnya yang tersingkir atau kalah bersaing dalam memperebutkan kesempatan

kerja di pabrik, mereka tidak betah dengan kehidupan desa, mereka ada yang

mencoba merubah nasib dengan merantau. Oleh karena itu banyak anggota keluarga

khususnya perempuan yang keluar mencari alternatif pekerjaan lain.

Gemerlapnya kehidupan kota atau cerita tentang melimpahnya dolar luar

negeri membuat orang lebih menarik minat untuk mengadu untung di rantau orang.

Apalagi dengan ada pengaruh ajakan dari kerabat atau tetangga mereka yang

sebelumnya mengadu untung di luar negeri yang berhasil mengubah kondisi sosial

ekonomi keluarga . Keadaan ini memotivasi mereka (remaja atau istri) untuk

memutuskan bekerja di luar negeri. Sejak adanya informasi peluang kerja di luar

negeri dengan pendapatan yang lebih besar, minat untuk menjadi tenaga kerja wanita

(TKW) sangat besar dikalangan angkatan kerja wanita. Para calon tenaga kerja

wanita (TKW) tidak surut minatnya untuk menjadi tenga kerja wanita, meskipun

berbagai media massa memuat berbagai masalah yang dialami oleh tenaga kerja

wanita (TKW). Mereka sudah bulat tekadnya untuk bisa mengubah kondisi sosial

ekonomi keluarga mereka dengan menjadi tenaga kerja wanita (TKW).

54
35

Melihat perubahan pandangan, sikap, dan tekad generasi angkatan kerja

wanita, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan memilih judul

FAKTOR PENDORONG PEREMPUAN BEKERJA DI LUAR NEGERI

KASUS DI DESA KLAMPOK LOR KECAMATAN KEBONAGUNG

KABUPATEN DEMAK.

Adapun yang menjadi alasan pemilihan judul penelitian ini adalah karena

di Desa Klampok Lor tersebut pada tanggal 12 Maret 2005 memiliki catatan

mengenai TKW yang bekerja di luar negeri sebanyak 25 orang, jumlah ini merupakan

angka yang banyak jika dibandingkan dengan desa lainnya seperti Desa Mangunan

Lor 6 orang, sedangkan Desa Mijen tidak ada.

1.2. Identifikasi dan Pembatasan Masalah

Pengiriman tenaga kerja Indonesia ke luar negeri hakekatnya merupakan

ekspor tenaga jasa penghasil devisa diselenggarakan secara effisien dan dengan

memberikan kemudahan serta perlindungan yang diperlukan baik dalam negeri

maupun ke luar negeri sebagai bagian perencanaan ketenagakerjaan nasional dengan

tetap memperhatikan harkat dan martabat serta nama baik bangsa dan negara.

Meskipun kita sering melihat, mendengar, dan membaca berita-berita dari berbagai

sumber media elektronik dan media cetak yang menyatakan keberadaan tenaga kerja

wanita yang dipulangkan ke Indonesia karena suatu sebab tertentu misalnya migrasi

secara ilegal ke negara tujuan, ini menunjukkan bahwa pertambahan angkatan kerja

Indonesia ke luar negeri dari tahun ke tahun makin meningkat. Hal ini dapat

memunculkan kemungkinan terjadinya permasalahan baru terkait dengan hadirnya

tenaga kerja wanita ilegal baik pada negara tujuan dengan negara yang bersangkutan.
Namun demikian penelitian ini hanya membatasi pada permasalahan:

1.2.1. Faktor pendorong yang menyebabkan penduduk perempuan di Desa

Klampok Lor Kecamatan Kebonagung Kabupaten Demak bekerja sebagai

Tenaga Kerja Wanita (TKW) di luar negeri.

1.2.2. Dampak migrasi tenaga kerja wanita di luar negeri terhadap keluarga yang

ditinggalkan di desa.

1.3. Perumusan Masalah atau Fokus Masalah

Banyaknya perempuan dari Desa Klampok Lor Kecamatan Kebonagung

Kabupaten Demak yang bekerja sebagai Tenaga Kerja wanita (TKW) di luar negeri

menarik peneliti untuk mengungkapnya. Adapun yang menjadi permasalahan dalam

penelitian ini yaitu

1.3.1. Faktor pendorong apakah yang menyebabkan perempuan Desa Klampok Lor

Kecamatan Kebonagung Kabupaten Demak bekerja sebagai Tenaga Kerja

Wanita (TKW) di Luar negeri ?

1.3.2. Bagaimanakah dampak migrasi tenaga kerja wanita di luar negeri terhadap

keluarga yang ditinggalkan di desa ?

1.4. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui faktor

pendorong perempuan Desa Klampok Lor Kecamatan Kebonagung Kabupaten

Demak bekerja sebagai tenaga kerja Wanita (TKW) di luar negeri dan dampak

migrasi tenaga kerja wanita (TKW) di luar negeri terhadap keluarga yang

ditinggalkan di desa.

54
35

1.5. Kegunaan Penelitian

1.5.1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan baru mengenai segala

sesuatu yang dapat menjadi faktor pendorong perempuan untuk bekerja di

luar negeri dan dampak migrasi tenaga kerja wanita di luar negeri terhadap

keluarga yang ditinggalkan di desa.

1.5.2. Bagi Masyarakat Umum dan Masyarakat Desa Klampok Lor Kecamatan

Kebonagung Kabupaten Demak Khususnya

Dapat digunakan sebagai panduan untuk mensosialisasikan perempuan yang

mempunyai kemampuan (skill) dan berminat bekerja di luar negeri.

1.5.3. Bagi Pemerintah

Sebagai salah satu upaya untuk memecahkan masalah ketenagakerjaan

dengan mendayagunakan angkatan kerja di dalam negeri yang jumlahnya

semakin meningkat (dalam rangka untuk memperluas kesempatan kerja).

1.6. Sistematika

1.6.1. Bagian pendahuluan skripsi, berisi : judul, sari karangan atau abstraksi,

pengesahan, motto, dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel,

daftar gambar, dan daftar lampiran.

1.6.2. Bagian isi skripsi terdiri atas :

Bab I. Pendahuluan

Meliputi latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah, perumusan

masalah atau fokus masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan

sistematika.
Bab II. Telaah Kepustakaan

Meliputi keadaan yang melatar belakangi perempuan bekerja ke luar negeri,

sebab-sebab perempuan bekerja ke luar negeri, memilih bekerja di luar negeri,

dan motivasi perempuan bekerja di luar negeri.

Bab III. Metode Penelitian

Pada bab ini akan dijelaskan dasar penelitian, fokus atau variabel penelitian,

sumber data, alat dan teknik pengumpulan data, validitas atau keabsahan data,

model analisa data, serta prosedur penelitian.

Bab IV. Hasil dan Pembahasan

Pada bab ini dikemukakan gambaran umum daerah penelitian, hasil dan

pembahasan penelitian.

Bab V. Penutup

Pada bab ini berisi kesimpulan dan beberapa saran yang mungkin berguna bagi

semua pihak yang berkaitan dengan tenaga kerja Indonesia (TKI) dan Tenaga

Kerja Wanita khususnya di Desa Klampok Lor Kecamatan Kebonagung

Kabupaten Demak.

1.6.3. Bagian akhir dari skripsi ini berisi daftar pustaka dan lampiran-lampiran.

54
35

BAB II

TELAAH KEPUSTAKAAN

2.1. Keadaan yang melatar belakangi perempuan bekerja di luar negeri

Pembagian peran laki-laki dan wanita di Desa Klampok Lor Kecamatan

Kebonagung juga dapat terlihat dalam kegiatan ekonomi pertanian. Sebelum adanya

pabrik, kegiatan ekonomi masyarakat berpusat di pertanian. Wanita biasanya

mengerjakan pekerjaan yang membutuhkan ketelatenan yaitu, menanam bibit,

menyiangi, dan menuai dan lain-sebagainya. Sementara laki-laki lebih banyak

mengerjakan jenis pekerjaan yang berat yaitu membajak, mencangkul, mengangkut

hasil dari sawah ke rumah. Bagi petani yang tidak memiliki sawah sendiri, umumnya

bekerja menjadi buruh tani pada petani pemilik sawah. Dalam pola pertanian

tradisional, laki-laki biasanya menjadi buruh mencangkul, sedangkan wanita sebagai

buruh derep, menyiangi rumput dan buruh tanam. Jadi jelas bahwa didalam sistem

pertaniaan tradisional, tampak perbedaan peran dan pembagian kerja antara laki-laki

dan wanita. Namun demikian, pembagian kerja seperti itu tidak selalu mengandung

ketimpangan gender, karena laki-laki dan perempuan melakukannya atas dasar pola

yang secara tradisional telah diterima, dan kelompok yang satu tidak merasa

dirugikan oleh kelompok lainnya. Mereka mempunyai kesempatan yang sama untuk

mempresentasikan dirinya secara bebas dan tidak ada dominasi dalam kegiatan

ekonomi tersebut (Abdullah, 2003:164).


Masuknya teknologi pertanian baru (misalnya penggunaan pestisida dan

mesin traktor), selain sebagai upaya untuk mengintensifkan hasil pertanian juga dapat

dilihat sebagai perpanjangan tangan sistem ekonomi kapitalis (mulai tumbuh

berdirinya pabrik-pabrik), dan mendesak posisi wanita ke pinggiran dalam

memperebutkan kesempatan ekonomi. Masuknya sistem tebasan dan huller (traktor)

dalam sistem pertanian telah mempersempit kesempatan kerja bagi wanita pedesaan.

(Abdullah, 2003:164).

Ada dua bentuk respon yang dilakukan wanita desa untuk menghadapi

struktural akibat masuknya teknologi pertanian. Pertama, wanita kembali memasuki

wilayah domestik karena kesempatan kerja di sektor publik makin sulit diraih. Kedua,

mereka berusaha memperoleh kesempatan kerja di luar desanya (di kota) dengan

melakukan migrasi. Ada yang bermigrasi secara ulang antara desa-kota, ada juga

yang bermigrsi dalam jangka panjang, ada yang hanya berada di wilayah Indonesia,

ada pula yang bekerja jauh di luar negeri (Abdullah, 2003:165).

Peran perempuan dalam ekonomi rumahtangga semakin penting sejalan

dengan menurunnya peranan sektor pertanian dalam perekonomian desa. Bidang

perdagangan merupakan alternatif pekerjaan non-pertanian bagi rumahtangga tani.

Perdagangan memiliki daya tarik penting bagi perempuan. Pertama, mereka

mendapat penghasilan sendiri sehingga mempunyai andil dalam ekonomi rumah

tangga. Hal ini sekaligus menunjukkan kerjasama yang seimbang antara suami dan

istri untuk memenuhi ekonomi rumah tangga. Kedua, dengan berdagang para

perempuan dapat setiap hari memegang uang sehingga memiliki otonomi untuk

54
35

mengatur rumahtangga dan kepentingan-kepentingan dirinya. Apabila ada kebutuhan

tertentu, mereka tidak perlu meminta uang atau persetujuan dari suami mereka. Uang

biasanya sangat sulit diperoleh dari suami mereka karena baru dapat tersedia pada

saat panen. Hal ini juga menyebabkan kedudukan perempuan tidak lebih rendah

dihadapan suami mereka karena mereka juga ikut memecahkan masalah ekonomi

rumah tangga. Secara sosial budaya mereka memperoleh tempat didalam

masyarakatnya, menemukan status baru, dapat menemukan jaringan hubungan

dengan orang-orang lain yang tidak mereka kenal sebelumnya dan menemukan dunia

lain di luar desa yang menunjukkan suasana berbeda dengan dengan keadaan sehari-

hari di desa. Dengan demikian, mereka mempunyai pengetahuan dan wawasan lebih

luas (Abdullah, 2001:147).

Tumbuhnya sektor industri baik di desa atau di kota sangat penting

artinya kegiatan tersebut akan memberikan peluang berusaha. Wanita mengalami

perubahan peran dari petani menjadi pabrikan dalam hubungan kerja. Hubungan

kerja antara petani dan buruh tani didasarkan pada hubungan personal, saling

mempercayai, sehingga lebih menampakkan wujudnya sebagai hubungan tuan-

hamba. Sebaliknya hubungan kerja di pabrik lebih impersonal, kedua belah pihak

(pengusaha dan buruh) memiliki hak dan kewajiban yang jelas karena diatur dalam

suatu peraturan yang telah disepakati bersama ( Abdullah, 2003:169).

Pola kerja di pabrik dengan sistem shift (pagi, siang, dan malam)

memaksa mereka untuk merubah kebiasaan di desa yang bekerja tanpa jadwal yang

ketat. Mereka dipaksa mengatur pekerjaan di rumah dengan pekerjaan pabrik agar
tidak berbenturan. Mereka yang masih gadis secara bebas dapat mengatur waktunya

untuk membantu pekerjaan di rumah (pekerjaan domestik) dan bekerja di pabrik.

Bagi yang telah berkeluarga seringkali menghadapi kesulitan untuk membagi waktu

antara menyelesaikan pekerjaan di rumah dengan keharusan bekerja di pabrik.

Disinilah banyak pekerjaan domestik wanita misalnya: memasak, menyapu, dan

mengasuh anak, mulai digantikan oleh suaminya, terutama bagi wanita (istri)

pabrikan yang bekerja malam. Hal yang sama jarang dilakukan oleh generasi yang

sebelumnya, karena masih kuatnya pandangan bahwa pekerjaaan domestik hanya

layak dikerjakan oleh wanita. Jadi ketika wanita mulai menginjakan sebelah kakinya

di pabrik, peran anggota keluarga juga ikut berubah. Bagi laki-laki, bekerja di pabrik

bukannya dilihat sebagai bentuk pengingkaran wanita terhadap tugas domestik,

melainkan justru dilihat sebagai cara efektif untuk menegakkan ekonomi rumah

tangga. Dan pandangan laki-laki telah bergeser dari memandang wanita sebagai

konco wingking menjadi teman sederajat. Keharusan lama seperti “wanita harus

bangun sebelum ayam berkokok” sudah tidak berlaku karena jadwal di pabrik telah

merubah irama kerja di rumah dan di desa (Abdullah, 2003:169). Jadi di sini dapat

disimpulkan bahwa hadirnya pabrik ikut mengeser tatanan sosial dan sistem nilai

masyarakat desa yang telah mapan.

Berbagai simbol baru yang mencerminkan adanya pergeseran nilai itu

juga dapat dilihat, misalnya, dalam cara berpakaian, bahasa, cara mengisi waktu

luang atau liburan, dan sebagainya. Selain itu mereka juga semakin intensif

54
35

menggunakan bahasa Indonesia, baik di lingkungan tempat kerja maupun di desa.

Meski pun tidak selalu digunakan dalam percakapan sehari-hari, bahasa ini dianggap

mewakili kondisi mereka yang sebenarnya. Di sisi lain, mereka tidak mampu lagi

menggunakan bahasa Jawa Krama yang baik. Disamping mereka telah jarang

diajarkan, mereka juga engggan untuk belajar menggunakan dalam pergaulan maka

tinggallah bahasa Jawa Ngoko saja yang masih luas digunakan. Jadi ada semacam

bilingual dalam percakapan sehari-hari, baik di pabrik maupunn di desa. Semua itu

sesungguhnya menunjukkan tampilnya simbol-simbol budaya baru yang memasuki

wilayah desa (Abdullah, 2003:172).

Simbol lain yang menjadi tren bagi wanita pabrikan adalah cara mengisi

waktu liburan. Mereka umumnya lebih suka pergi ke tempat-tempat hiburan yang ada

di kota atau ke tempat wisata, dan sebagian lainnya lebih senang pergi ke super

market untuk berbelanja, atau saling mengunjungi teman di lain desa. Hal semacam

ini tidak pernah terjadi sebelumnya, karena dalam budaya petani kegiatan seperti itu

dianggap kurang layak dilakukan wanita. Pergi ke tempat laki-laki, meski itu teman,

tetap dianggap tindakan yang kurang sopan dan bertentangan dengan nilai adat

(Abdullah, 2003:172). Berbagai contoh tersebut menunjukkkan bahwa konsep diri

wanita pabrikan berbeda dengan generasi sebelumnya. Mereka berusaha membangun

citra diri yang didasari oleh nilai-nilai baru yang lebih modern dari pada generasi

sebelumnya. Laki-laki tidak sepenuhnya menempatkan mereka dalam struktur

gender yang timpang, melainkan pada hubungan kesetaraan yang lebih proporsional.
Keberadaan wanita pekerja pabrik semakin penting, terutama sumbangan

ekonomi mereka bagi keluarga. Bekerja di pabrik menjadi tumpuan keluarga untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari. Bagi buruh wanita yang masih gadis, bekerja di

pabrik dapat membantu orang tuanya mencukupi kebutuhan keluarga; sedangkan

bagi yang sudah berkelurga dapat membantu suami. Meskipun sumbangan ekonomi

mereka cukup penting, namun tetap kurang mendapat pengakuan yang sama dengan

laki-laki. Mereka dianggap hanya sekedar “membantu” atau hanya dianggap sebagai

penghasilan tambahan saja bagi keluarga (Abdullah, 2003: 171).

Tidak dapat dipungkiri lagi dari tahun ke tahun makin banyak wanita

yang berperan ganda. Sebagian wanita bekerja karena memang ekonomi rumah

tangga menuntut agar mereka ikut berperan serta dalam mencukupi kebutuhan,

sedangkan sebagian lain bekerja untuk kebutuhan mereka sendiri yaitu untuk

kepuasan batin. Bagi sebagian wanita kelas menegah ke atas bekerja dianggap

sebagai sarana untuk mengekspresikan diri dan sarana untuk menjalin komunikasi

dengan dunia luar. Makin membaiknya tingkat pendidikan yang dicapai wanita

mengakibatkan membesarnya jumlah wanita pekerja (Abdullah, 2003:239).

Sejalan dengan semakin terbatasnya kesempatan kerja di pabrik, karena

tidak seimbangnya pencari kerja dengan kesempatan yang ada, mengakibatkan

persyaratan kerja yang diminta terhadap calon buruh juga semakin meningkat.

Misalnya, tenaga kerja yang dibutuhkan di pabrik paling rendah tamatan SLTA dan

sudah mempunyai pengalaman kerja. Karena kondisi pasar tenaga kerja menuntut

54
35

demikian, maka angkatan kerja wanita pendatang berusaha meningkatkan

pendidikannya. Ini berarti, mereka memaksa orang tua untuk menyekolahkan pada

tingkat yang lebih tinggi. Di sini dapat dilihat bahwa perluasan ekonomi kapitalis

yang merambah sampai ke tingkat desa, tidak selalu diartikan negatif, karena ia juga

menjadi pendorong bagi meningkatnya tingkat pendidikan wanita desa (Abdullah,

2003:168). Dari alasan yang telah dikemukakan di atas menyebabkan wanita kalah

bersaing dengan laki-laki dalam memperebutkan kesempatan kerja di pabrik. Di

tengah rumitnya masalah ketenagakerjaan yang ada di Indonesia akhir-akhir ini,

pekerjaan kadang menjadi suatu hal yang “mewah”, apa pun jenis pekerjaan itu.

Untuk mendapatkanya kadang-kadang sangat sulit. Kesulitan untuk mendapatkan

pekerjaan bukan hanya terjadi pada jenis pekerjaan halus, dalam arti tidak begitu

mementingkan kekuatan fisik dan bayaran agak tinggi. Untuk mendapatkan pekerjaan

yang tergolong “rendah pun hanya mengandalkan tenaga cukup sulit. Mereka

terpaksa harus mencari bantuan orang lain untuk mendapatkannya (Abdullah, 2003:

243).

Terbukanya kesempatan kerja yang cukup luas di negara-negara yang

relatif kaya dapat menyerap tenaga kerja dari Indonesia dalam jumlah yang besar.

Dengan persyaratan yang lebih mudah dan juga dengan kemampuan yang dimiliki

wanita mempunyai kesempatan untuk tampil kembali dalam kegiatan ekonomi.

Bekerja di luar negeri dapat meningkatkan penghasilan bila dibandingkan dengan

teman sejawatnya yang bekerja di tanah air. Dengan tingkat penghasilan yang lebih

menarik tersebut dapat meningkatkan taraf hidup keluarga pekerja ( Nasution,


1999:108). Ada kecenderungan pekerja wanita hanya beralih dari pekerjaan domestik

dalam rumahtangga tanpa upah ke pekerjaan domestik luar rumah dengan upah.

Pekerja Indonesia masih mempunyai peluang untuk memasuki pasar tenaga kerja

internasional, misalnya dapat masuk dalam bidang kesehatan, kecantikan, restoran,

dan lain sebagainya.

2.2. Sebab-sebab perempuan bekerja di luar negeri.

Keterlibatan wanita dalam kegiatan ekonomi keluarga dipengaruhi oleh

beberapa faktor. Pertama, tekanan ekonomi. Kedua, lingkungan keluarga yang sangat

mendukung dalam bekerja. Ketiga, tidak ada peluang kerja lain yang sesuai dengan

ketrampilannya. (Abdullah, 2003:226). Wanita adalah pengelola rumahtangga, dialah

yang tahu seberapa besar kebutuhan rumahtangga serta seberapa pula pengahasilan

yang diperoleh suami. Jika wanita memilih bekerja bekerja dan terlibat dalam

ekonomi keluarga pasti karena penghasilan suami saja tidak mencukupi. Oleh karena

itu, istri merasa perlu membantu suami dan sebaliknya suami sangat mendukung.

Bekerja menjadi suatu strategi menghadapi tekanan ekonomi sekaligus mewujudkan

rasa bertanggung jawab terhadap kelangsungan ekonomi rumahtangganya. Asumsi

bahwa wanita bekerja hanya sekedar untuk memperoleh tambahan uang saku untuk

dinikmati sendiri, tidaklah benar. Penghasilan wanita dalam bentuk tunai, sangatlah

penting karena dapat digunakan untuk mencukupi kebutuhan dapur sehari-hari. Apa

pun anggapan orang penghasilan wanita sangat berarti, karena dapat dipakai untuk

membiayai kebutuhan konsumsi yang dapat ditunda, misalnya: biaya anak sekolah,

perbaikan rumah, dan perabotan rumah tangga (Abdullah, 2003:230).

54
35

Migran biasanya memiliki alasan tertentu yang menyebabkan mereka

meninggalkan kampung halamannya dan seterusnya memilih tempat-tempat yang

mereka anggap dapat memenuhi keinginan yang kurang atau tidak terpenuhi kalau

sekiranya tetap bertahan di tempat asal. Alasan migran utama meniggalkan negara

asal adalah karena faktor ekonomi, terutama disebabkan sukarnya mendapat

pekerjaan, serta wujudnya keinginan untuk mendapatkan penghasilan lebih tinggi

(Nasution, 1999:77).

Secara umum migrasi tenaga kerja ke luar negeri berhubungan erat

dengan pertumbuhan ekonomi dalam suatu negara. Pada saat perekonomian negara

masih tergolong terbelakang dan tingkat pertumbuhan penduduk masih tinggi,

kelebihan tenaga kerja umumnya tidak dapat diserap oleh kegiatan ekonomi di dalam

negara. Tuntutan akan pekerjaan yang semakin meningkat dalam memenuhi

kebutuhan hidunya, mendorong mereka untuk berusaha mencari pekerjaan. Dipihak

lain kesempatan kerja terbatas, sehingga mendorong mereka untuk mengadakan

mobilitas ke wilayah lain. Oleh karena itu pengiriman tenaga kerja ke luar negeri

menjadi salah satu alternatif pemecahan masalah ketenagakerjaan disamping faktor

pemasukan devisa negara dari kegiatan migrasi penduduk ke luar negeri ( Nasution,

1999:110).

Ada dua faktor yang mendorong pemerintah untuk mengambil kebijakan

ini. Pertama, makin kompleksnya masalah kependudukan yang terjadi di dalam

negeri dengan berbagai implikasi sosial ekonomi, seperti masalah penganguran,


menuntut langkah-langkah inovatif untuk berusaha mengurangi masalah tersebut.

Kedua, kesempatan tersebut selain dapat menyerap banyak tenaga kerja juga

menawarkan tingkat penghasilan yang lebih menarik (Nasution, 1999:125).

2.3. Memilih bekerja di luar negeri.

Secara umum terdapat 3 (tiga) kelompok besar mobilitas angkatan kerja

wanita Indonesia ke luar negeri. Pertama, angkatan kerja yang memburu ringgit;

kedua, kelompok pemburu real; dan ketiga, kelompok pemburu dolar (Abdullah,

2003:191).

Maraknya trend mobilitas angkatan kerja wanita Indonesia, terutama di

daerah-daerah yang secara ekonomi masih terbelakang, berkaitan dengan rendahnya

income di daerah asal sementara beban keluarga semakin tinggi. Pilihan mobilitas

keluar merupakan suatu strategi yang harus dilakukan. Sementara itu, lapangan kerja

tidak tersedia di daerah asal. Hal ini juga didorong oleh berkembangnya perubahan

nilai ekonomi kerja wanita yang mendorong dinamisme wanita dalam bersaing di

pasar kerja yang lebih luas. Dalam hal ini, kontrol budaya yang semakin longgar

(akibat modernisasi), memberikan peluang bagi wanita untuk lebih aktif diberbagai

sektor produksi. Meningkatnya peran wanita diberbagai sektor kehidupan pada

gilirannya, mampu merubah struktur pasar kerja yang selama ini didominasi oleh

laki-laki. Hal ini berdampak positif karena dapat menciptakan iklim peran pertukaran

peran yang lebih setara di dalam hubungan gender. (Abdullah, 2003:192).

54
35

Keterlibatan wanita di pasar kerja global (sektor publik), sangat

dipengaruhi oleh sistem politik dan sistem ekonomi, dalam jaringan kerja sebuah

sistem dalam pengertian yang sangat luas. Perubahan salah satu fungsi didalamnya

akan berpengaruh besar, misalnya tanpa ada perubahan politik (kebijakan) di negara

penerima pekerja Indonesia, seperti yang terjadi di Hongkong pekerja Indonesia

mempunyai peluang kerja untuk memasuki pasar kerja. Terciptanya suatu atmosfer

ekonomi yang sangat sehat dan demokratis, misalnya akan dapat merangsang

partisipasi angkatan kerja lebih tinggi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa

sistem politik yang ada di dalam suatu negara atau kelompok masyarakat tertentu,

secara langsung atau tidak langsung, berpengaruh terhadap meningkatnya partisipasi

angkatan kerja wanita secara global (Abdullah, 2003:184). Disisi lain, meningkatnya

partisipasi angkatan kerja wanita, pada hakikatnya tidak dapat dilepaskan dari

keterbukaan sistem sosial budaya yang berkaitan erat dengan etika masyarakat.

Makin terbuka sistem sosial-budaya dalam masyarakat, makin besar pula

kemungkinan wanita terlibat di dalam dunia kerja, dan sebaliknya.

Berdasarkan kenyataan tingkat kompetisi pasar global yang kian tinggi,

maka pada hakikatnya ada tiga hal yang berpengaruh terhadap status kerja,

khususnya pekerja wanita, yaitu: kebutuhan, kesempatan, dan kemampuan. Makin

tinggi kebutuhan pasar, makin luas kesempatan wanita untuk berpartisipasi di

berbagai sektor produksi. Dengan demikian, disatu sisi, meningkatnya partisipasi


wanita diiringi oleh meningkatnya persaingan pasar kerja global. Batasan gender

secara struktural akan terkikis oleh karakteristis pasar kerja yang didasarkan pada

kemampuan individual. Disisi lain, meningkatnya mobilitas wanita telah

menghancurkan mitos bahwa aktivitas mobilitas selalu didominasi oleh laki-laki

(Abdullah, 2003:185).

Persaingan tersebut dapat dipandang sebagai suatu tahap dari proses

perubahan besar dalam sistem sosial budaya, yaitu proses perubahan kekuasaan yang

mencoba relasi yang lebih harmonis. Suatu bentuk hubungan yang tidak

menempatkan satu kelompok sebagai pusat dan membuang kelompok lainnya. Hal

ini dapat berarti akan hilangnya kontradiksi-konradiksi peran antara laki-laki dan

perempuan di berbagai sektor kehidupan, sehingga akan terjadi pergeseran peran

wanita tidak ditempatkan sebagai konco wingking, tetapi sebagai patner dalam

pengertian yang luas, dan memiliki kesempatan yang sama berdasarkan kemampuan

yang dimiliki. Suatu kenyataan bahwa dalam bidang tertentu, pekerja wanita lebih

terampil dan teliti mengerjakan pekerjaan yang biasa dikerjakan laki-laki, misalnya

pekerjaan yang berhubungan dengan administrasi.. Oleh karena itu, perusahaan

cenderung memilih memperkerjakan wanita ( Abdullah, 2003:187).

2.4. Motivasi perempuan bekerja di luar negeri.

Secara teoritis motivasi melakukan migrasi setiap orang berbeda-beda..

Secara umum dapat dijelaskan dari perspektif individual dan struktural (Stalker dalam

54
35

bukunya Nasution, 1999:43). Dari perspektif individual, migrasi dipandang sebagai

keputusan rasional. Setiap individu mempunyai berbagai macam pengetahuan dan

pilihan dalam upaya mencapai dan memperbaiki kesejahteran. Menurut teori sumber

daya manusia untuk mencapai tujuan manusia berusaha mendapatkan kombinasi

dengan mempertimbangkan gaji (upah) dan jaminan pekerjaan. Menurut perspektif

sruktural, migrasi dipandang sebagai keputusan yang berkaitan dengan adanya

tekanan kondisi eksternal yang dihadapi para migran. Struktural sosial, ekonomi, dan

politik dapat menekan kehidupan pekerja di negara asal. Tekanan keterbatasan

peluang kerja dan kebutuhan ekonomi keluarga (kemiskinan) barangkali dapat

mendorong para pekerja untuk pergi ke negara tujuan. Keputusan migran dapat

terjadi sebagai akibat kesulitan mendapatkan pekerjaan dengan upah yang sesuai

dengan kebutuhan hidup para migran. Karena motovasi diatas, tidak mengherankam

bila migran bercirikan usia produktif dengan umur berkisar antara 20-35 tahun dan

kebanyakan dari pedesaan (Nasution, 1999:45). Namun disisi lain, migrasi dapat

dianggap sebagai suatu peluang , terutama karena hal ini merupakan proses tidak

langsung dalam meningkatkan kualitas SDM. Karena terdapat perbedaan sistem

kerja, aturan hukum, dan juga budaya sehingga semuanya merupakan point dan

pengetahuan yang positif bagi mereka (Nasution, 1999:119).


4.5. Kerangka Berpikir

Faktor Pendorong Perempuan Bekerja di Luar


Negeri:
1. Faktor Kecilnya Kesempatan Kerja
2. Faktor Sosial Budaya
3. Faktor Ekonomi

Keputusan Menjadi TKW di Luar Negeri

Peluang Bekerja di Luar Negeri:


1. Kesempatan Kerja Yang Sama Antara
Laki-Laki dan Perempuan
2. Prosedur-Prosedur Yang Mudah Untuk
Bekerja Diluar Negeri
3. Upah Yang Lebih Tinggi

Dampak Migrasi TKW Terhadap Keluarga Yang di Tinggalkan di Desa:


1. Kehidupan Sosisl Budaya
2. Kehidupan Ekonomi
3. Kehidupan Psikis

Pada umumnya kondisi ekonomi rumah tangga yang rendah akan lebih

dominan melatar belakangi keterlibatan wanita dalam angkatan kerja, oleh karena

itu semakin rendah tingkat sosial suatu masyarakat maka tingkat partisipasi angkatan

kerja wanita cenderung meningkat pula. Rendahnya income perkapita dan tingginya

angka kemiskinan, telah mengikis pandangan streotipe masyarakat timur tentang

peran wanita, khususnya Indonesia. Lahirnya “surga “ di negara-negara minyak di

54
35

Timur Tengah dan negara-negara kaya lainnya di Asia telah mengubah konsep

hubungan gender. Maka mulailah wanita berkiprah melebarkan langkah-langkahnya

di luar istana keluarga, wanita kemudian melakukan mobilitas lebih tinggi untuk

memksimalkan perannya dalam proses produksi yang lebih luas maupun pada

tingkat kompetisi pasar global (sektor publik).

Kesempatan kerja di luar negeri semakin terbuka, hal ini dapat dilihat dua

hal yaitu pertama, begitu banyak penduduk perempuan yang pergi jauh meninggalkan

rumah dan desa, hingga ke Saudi Arabia, Malaysia, dan Hongkong. Kedua, jumlah

bidang atau jenis pekerjaan yang dimasuki oleh perempuan juga bertambah banyak.

Mereka memiliki hak yang sama dengan laki-laki dalam mengeluti berbagai bidang

pekerjaan, sedangkan mengenai persyartan bagi TKI yang ingin kerja di luar negeri

sudah diatur dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.44/Menaker/1994

(Lampiran)

Secara umum bekerja di luar negeri sangat menarik minat pencari kerja di

tanah air baik laki-laki maupun perempuan yaitu memperoleh gaji besar jika

dibandingkan dengan gaji di dalam negeri dengna motif pekerjaan yang sama. Suatu

contoh para tenaga kerja wanita (TKW) yang bekerja pembantu rumah tamgga di

Saudi Arabia mendapatkan imbalan jasa yang lebih baik dengan kategori pekerjaan

ynag sama. Pada saai itu gaji yang diterima setiap bulannya adalah 600 real kurang

lebih Rp.1.200.000. Selain itu mereka juga memperoleh pengalaman dan wawasan

yang tentunya memberikan kebanggaan tersendiri.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Dasar Penelitian

Penelitian ini mengunakan metode penelitian kualitatif. Menurut Bogdan

dan Tylor dalam bukunya (Moleong,2002:3) yang dimaksud penelitian kualitatif

adalah prosedur penelitian yang mengunakan data deskriptif berupa kata-kata tertulis

atau jawaban dari orang-orang dan perilaku yang diamati.

Penelitian ini disesuaikan dengan kenyataan di lapangan. Penelitian

kualitatif tidak bertujuan untuk mengkaji atau membuktikan kebenaran suatu teori

tetapi teori yang sudah ada dikembangkan dengan menggunakan data yang

dikumpulkan. Wanita pedesaan berbondong-bondong mencari pekerjaan di kota-kota

karena beberapa sebab antara lain di daerah pertanian terjadi maskulinisasi (akibat

revolusi hijau, teknologi mekanis, sempitnya lahan pertanian, dan meningkatnya

pendidikan wanita sehingga mereka enggan, malu dan gengsi untuk mengerjakan

lahan pertanian). Berdasarkan faktor ini peluang kerja di luar pertanian sangat

diperlukan wanita. Disaat angkatan kerja yang tidak seimbang dengan kesempatan

kerja yang ada di desa maupun di kota, mereka berusaha untuk memperoleh

kesempatan kerja dengan melakukan migrasi jangka panjang sampai ada pula yang

bekerja di luar negeri. Dalam penelitian ini peneliti memilih lokasi di Desa Klampok

Lor Kecamatan Kebonagung Kabupaten Demak, karena dari sebagian penduduk ada

54
35

yang bekerja ke luar negeri bahkan sampai ada yang pulang ke rumah dan memilih

untuk berangkat kerja lagi, sedangkan subjek penelitiannya yaitu para tenaga kerja

wanita Desa Klampok Lor Kecamatan Kebonagung Kabupaten Demak yang sudah

pulang bekerja ke luar negeri atau yang akan berangkat ke luar negeri dan keluarga

TKW yang ditinggalkan di desa.

3.2. Fokus Penelitian

Fokus pada dasarnya masalah yang bersumber dari pengalaman peneliti

atau melalui pengetahuan yang diperolehnya melalui kepustakaan ilmiah ataupun

kepustakaan lainnya (Moleong, 2002: 65). Fokus pada penelitian ini yaitu:

3.2.1. Faktor pendorong yang menyebabkan penduduk perempuan di Desa klampok

Lor Kecamatan Kebon Agung Kabupten Demak bekerja sebagai tenaga kerja

wanita (TKW) di luar negeri, dengan indikator:

3.2.1.1. Faktor kecilnya kesempatan kerja

3.2.1.2. Faktor sosial budaya

3.2.1.3. Faktor ekonomi

3.2.2. Dampak migrasi TKW bagi keluarga yang di tinggalkan di desa, dengan

indikator:

3.2.2.1. Kehidupan sosial budaya

3.2.2.2. Kehidupan ekonomi

3.2.2.3. Kehidupan psikis


3.3. Sumber Data

Menurut Lofland dan Lofland sumber data utama dalam penelitian

kualitatif adalah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti

dokumen dan lain-lain (Moleong, 2002:112). Adapun yang menjadi sumber data

penelitian ini adalah:

3.3.1. Informan

Informan merupakan sumber data berupa orang. Kata-kata dan tindakan

orang-orang yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber data utama

(Moleong, 2002:112). Dalam penelitian ini peneliti memperoleh informasi dari

keluarga TKW yang ditinggalkan di desa, para tenaga kerja wanita (TKW) di Desa

Klampok Lor Kecamatan Kebonagung Kabupaten Demak yang sudah pulang bekerja

dari luar negeri dan yang akan berangkat ke luar negeri, Kepala desa dan perangkat

Desa Klampok Lor kecamatan Kebonagung kabupaten, Kepala Depnaker Demak dan

perangkat pegawai Depnaker Demak.

3.3.2. Sumber Tertulis

Sumber tertulis berupa sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dan

arsip, dokumen pribadi dan dokumen resmi. Sumber tertulis dalam penelitian ini

adalah data tentang daftar isian potensi desa dan daftar isian tingkat perkembangan

desa tahun 2004, data rekapitulasi jumlah penduduk tahun 2004, administrasi

pemerintah desa/kelurahan, perubahan jumlah penduduk tahun 2004, peta/gambar

desa, data nama tenaga kerja wanita desa Klampok Lor kecamatan Kebonagung

kabupaten Demak tahun 2004.

54
35

3.4. Alat dan Teknik Pengumpulan Data

3.4.1. Observasi

Observasi adalah cara pengambilan data dengan menggunakan alat indra

tanpa bantuan alat standart lain untuk keperluan tersebut (Nazir, 1999:212). Dengan

cara pengamatan langsung peneliti dapat mengetahui hal-hal, perilaku-perilaku, dan

sebagainya sewaktu kejadian tersebut berlaku atau sewaktu perilaku tersebut terjadi.

3.4.2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu (Moleong, 2002:

135). Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan

pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.

Peneliti melakukan wawancara setelah ada persiapan, peneliti memilih bentuk

wawancara yang terbuka agar nantinya dapat dipeoleh informasi data yang lebih

akurat. Wawancara dilakukan antara peneliti dengan para perempuan tenaga kerja

wanita (TKW) di Desa Klampok Lor Kecamatan Kebonagung Kabupaten Demak

yang sudah pulang bekerja dari luar negeri dan yang akan berangkat kerja ke luar

negeri serta keluarga dari TKW yang ditinggalkan di desa.

3.4.3. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel

yang berupa catatan, buku, surat kabar, majalah, prestasi, notulen rapat, agenda dan

sebagainya (Arikunto, 1998: 149). Jenis dokumen yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah dokumen yang berkaitan dengan keberadaan TKW yang bekerja

di luar negeri, seperti: keberadaan Tenaga Kerja Indonesia yang terdaftar dalam
Depnaker Demak, dan catatan jumlah Tenaga Kerja Indonesia yang terperinci per

kecamatan dari seluruh Kabupaten Demak dari Depnaker Demak.

Peneliti menggunakan ketiga teknik untuk pengumpulan data yaitu

wawancara, observasi dan metode dokumentasi agar nantinya dapat digunakan

sebagai pembanding untuk mengecek kebenaran data.

3.4.4. Validitas atau Keabsahan Data

Untuk memperoleh validitas data peneliti mengunakan teknik triangulasi.

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu

yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding

terhadap data itu (Moleong, 2002: 178).

Denzin dalam bukunya (Moleong, 2002:178) membedakan empat macam

triangulasi sebagai teknik dengan pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan

sumber, metode, penyidik, dan teori. Teknik triangulasi yang paling banyak

diguanakan ialah pemeriksaan melalui sumber. Triangulasi dengan sumber menurut

Patton dalam bukunya (Moleong, 2002:178) berarti membandingkan dan mengecek

baik derajat kepercayaan, suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang

berbeda dalam metode kualitatif. Hal ini dapat dicapai dengan jalan:

3.4.4.1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.

3.4.4.2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang

dikatakan secara pribadi.

3.4.4.3.Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian

dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

54
35

3.4.4.4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai

pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan

menegah atau tinggi, orang berada, dan orang pemerintah.

3.4.4.5. Membandingkan hasil wawancara dan isi suatu dokumen yang berkaitan.

Model triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.

Sumber data pengamatan

wawancara

Sumber data yang diperoleh dari pedoman wawancara, dibandingkan dengan

pengamatan dilapangan. Tujuannya adalah untuk menemukan kesamaan dalam

mengungkap data.

b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang

dikatakan secara pribadi.

Wawancara Informan A

Informan B

Dalam teknik ini responden A dan responden B dibandingkan dengan

menggunakan pedoman wawancara. Tujuannya adalah agar didapatkan hasil

penelitian yang diharapkan sesuai dengan fokus penelitian.

3.4.5. Model Analisis Data

Analisa data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke

dalam pola kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan

dapat ditemukan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Moleong, 2002:

103).
Analisa data dilakukan secara induktif dengan komponen-komponen

analisa data model interaktif mengalir yaitu dimulai dari pengumpulan data, reduksi

data, peyajian data, dan verifikasi (Milles dan Hurberman, 1992: 20).

Proses analisis data dalam penelitian ini adalah:

3.4.5.1. Pengumpulan data

Pengumpulan data adalah mengumpulkan data-data yang diperoleh dari

lapangan baik berupa catatan di lapangan, gambar, dokumen dan lainnya diperiksa

kembali, diatur dan kemudian diurutkan.

3.4.5.2. Reduksi data

Reduksi data yaitu membuat rangkaian pembahasan terhadap data-data

dan memproses data “kasar” yang muncul dari catatan tertulis di lapangan.

3.4.5.3. Penyajian data

Sajian data ini membantu peneliti untuk melihat gambaran keseluruhan

atau bagian-bagian tertentu dari hasil penelitian yang kemudian disusun secara

sistematis.

3.4.5.4. Verifikasi

Dari data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan

dokumentasi kemudian peneliti mencari makna dari hasil penelitian atau dari hasil

yang terkumpul. Peneliti berusaha mencari pola hubungan serta hal-hal yang sering

timbul. Dari hasil data yang diperoleh peneliti membuat kesimpulan-kesimpulan

kemudian diverifikasi.

54
35

Pengumpulan data Penyajian data

Reduksi data Verifikasi

Sumber: Milles dan Hurberman 1992 : 20

Keempat komponen tersebut saling mempengaruhi dan terkait. Pertama-

tama peneliti melakukan penelitian di lapangan dengan menggunakan observasi,

wawancara, dan metode dokumentasi yang disebut tahap pengumpulan data. Karena

data yang dikumpulkan banyak maka diadakan reduksi data, setelah direduksi

kemudian diadakan sajian data. Apabila ketiga tahapan tersebut telah selesai

dilakukan, maka kemudian diverifikasi.

3.4.6. Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti membagi dalam empat tahap, yaitu tahap

sebelum ke lapangan, tahap pekerjaan lapangan, analisis data, dan penulisan laporan.

3.4.6.1. Tahap pra lapangan

a. Menyusun rancangan penelitian

b. Memilih lapangan penelitian

c. Menyusun perizinan

d. Menjajagi dan menilai keadaan lapangan


e. Memilih dan memanfaatkan informan

f. Menyiapkan perlengkapan penelitian

g. Persoalan etika penelitian

3.4.6.2. Tahap pekerjaan lapangan

a. Memahami latar penelitian dan persiapan diri

b. Memasuki lapangan

c. Berperan serta mengumpulka data

3.4.6.3. Tahap analisa data

Setelah semua data yang diperoleh di lapangan terkumpul maka peneliti

akan mereduksi serta menyajikan data tersebut setelah ini dilakukan verifikasi data.

Peneliti berusaha untuk mencari pola hubungan serta hal-hal yang sering timbul.

3.4.6.4. Membuat laporan penelitian

54
35

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Keadaan umum desa

Desa Klampok Lor merupakan salah satu dari desa yang ada di

Kecamatan Kebonagung Kabupaten Demak. Adapun wilayah Desa Klampok Lor

tersebut berbatasan dengan: sebelah utara: Desa Mangunan Lor, sebelah selatan: Desa

Mijen tengah, sebelah barat: Desa Tlogosih, dan sebelah timur: Desa Mijen Timur.

Luas desa terbagi atas tanah sawah 119,80 ha, tegalan atau ladang 1 ha,

dan pemukiman 20 ha, tanah fasilitas umum yang difungsikan untuk kas desa 7,75 ha,

perkantoran pemerintahan 0,050 ha, dan lain-lainnya 0,17 ha.

4.1.1. Keadaan penduduk berdasarkan mata pencaharian

Sesuai dengan apa yang telah ditunjukkkan pada tabel 1 (lihat hal: 3)

dapat kita simpulkan bahwa masyarakat Desa Klampok Lor sebagian besar bermata

pencaharian sebagai petani dan buruh tani. Kedua jenis pekerjaan ini dipandang

belum menjanjikan untuk meningkatkan penghasilan. Dari kedua pekerjaan tersebut,

para petani rela menjual sawahnya untuk biaya pemberangkatan anak/istrinya untuk

menjadi TKW yang dinilai lebih menjanjikan. Bagi buruh tani, ongkos

pemberangkatan di tanggung oleh keluarga atau dapat juga dengan modal yang

diperoleh dari perusahaan yang memberangkatkannya dan untuk mengembalikannya


nanti dengan cara mengangsur atau memotong 5 bulan dari gaji setelah mereka para

Tenaga Kerja Wanita (TKW) bekerja di luar negeri.

4.1.2. Keadaan penduduk berdasarkan tingkat pendidikan

Pendidikan disini menjadi dua kategori yaitu bagi mereka yang

memandang pendidikan itu penting maka akan menyekolahkan anaknya sampai pada

jenjang yang leih tinggi atau semampu kondisi ekonomi keluarga. Sedangkan bagi

mereka yang memandang sekolah itu tidak penting disebabkan karena faktor

ekonomi, sehingga mereka memiliki pandangan bahwa dengan sekolah hanya akan

membuang biaya yang seharusnya biaya tersebut untuk biaya hidup sehari-hari.

Untuk lebih jelasnya kita lihat tingkat pendidikan masyarakat Desa Klampok Lor

sebagai berikut :

Tabel 3. Pendidikan Masyarakat Desa Klampok Lor

Tingkat pendidikan Jumlah


Belum sekolah 199 orang
Usia 7-45 tahun tidak pernah sekolah 318 orang
Pernah sekolah SD tetapi tidak tamat 6 orang
Tamat SD/sederajat 478 orang
SLTP/sederajat 265 orang
SLTA/sederajat 186 orang
D1 -
D2 8 orang
D3 5 orang
S1 23 orang
S2 1 orang
S3 -

Sumber: Daftar isian potensi desa dan daftar isian tingkat perkembangan Desa
Klampok Lor Kecamatan Kebonagung Kabupaten Demak Tahun 2004.

54
35

Apabila dilihat dari tabel 3 tersebut diatas, dapat kita ketahui bahwa

jumlah terbesar adalah tamatan SD (478). Ini terjadi karena dilatarbelakangi oleh

keadaan ekonomi keluarga yang kurang, keadaan tersebut menyebabkan pula

banyaknya penduduk yang bekerja pada sektor pertanian menjadi buruh tani .

4.2. Faktor Pendorong Perempuan Bekerja di Luar Negeri

4.2.1. Faktor Kecilnya Kesempatan Kerja

Kondisi demografis menggambarkan komposisi angkatan kerja, karena

tenaga kerja merupakan sebagian dari penduduk. Untuk mengetahui komposisi

angkatan kerja maka kita harus mengetahui dahulu jumlah penduduk Desa Kalmpok

Lor menurut kelompok umur sebagai berikut :

Tabel 4. Penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin di Kecamatan

Kebonagung tahun 2003

Kelompok umur Laki-laki perempuan jumlah


0-4 1.956 1.838 3.794
5-9 2.172 2.006 4.178
10-14 2.164 2.065 4.229
15-19 2.103 2.080 4.183
20-24 1.680 1.783 3.463
25-29 1.560 1.648 3.208
30-34 1.515 1.558 3.073
35-39 1.399 1.381 2.780
40-44 1.169 1.075 2.244
45-49 858 772 1.630
50-54 616 621 1.237
55-59 512 570 1.082
60-64 485 579 1.064
65 + 661 821 1.482
Jumlah 18.850 18.797 37.647
Jumlah 2002 18.667 18.787 37.456
2001 17.505 17.625 35.130

Sumber: BPS, Statistik Kecamatan Kebonagung Dalam Angka 2003


Dalam tabel diatas menunjukkan bahwa kelompok umur penduduk

terbesar adalah 10-14 tahun yang berjumlah 3.982 orang, Ini berarti sebagian besar

dari mereka adalah masih sekolah SD atau peralihan dari SD ke SLTP, jumlah

tersebut merupakan angka ketergantungan karena belum memasuki usia produktif,

sehingga masih tergantung pada orang tua. Sedangkan yang disebut usia produktif

adalah mulai dari umur 15- 35 tahun.

Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Dan Sex Ratio Diperinci Per Desa

Di Kecamatan Kebonagung Tahun 2003

Desa Laki-laki perempuan Jumlah Sex Ratio


1. Pilangwetan 1.124 1.189 2.313 94,53
2. Kebonagung 2.358 2.365 4.723 99,70
3. Mijen 1.604 1.573 3.177 101,97
4. Klampok Lor 716 738 1.454 97,02
5. Mangunan 706 666 1.372 106,01
Lor
6. Werdoyo 1.694 1.668 3.362 101,56
7. Mangunrejo 2.264 2.319 4.583 97,63
8. Babat 1.138 1.102 2.240 103,27
9. Megonten 1.384 1.324 2.708 104,53
10. Sokokidul 1.048 1.063 2.111 98,59
11. Tlogosih 1.484 1.459 2.943 101,71
12. Prigi 939 989 1.928 94,94
13. Sari Mulyo 1.300 1.307 2.607 99,46
14. Solowire 1.091 1.035 2.126 105,41

Jumlah 18.850 18.797 37.647 100,28


Jumlah 2002 18.667 18.789 37.456 99,35
Jumlah 2001 17.505 17.625 35.130 99,32
Sumber : BPS, Statistik Kecamatan Kebonagung Dalam Angka 2003.

Dari data diatas menunjukkan jumlah penduduk perempuan di Kecamatan

Kebonagung bertambah lebih banyak jika dibandingkan dengan laki-laki yaitu dari

17.789 menjadi 18.797. Hal ini terjadi karena pengaruh dari kelahiran penduduk yang

54
35

berjenis kelamin perempuan (177 orang), dan ditambah pula oleh banyaknya

penduduk yang datang didominasi oleh perempuan (473 orang). Sedangkan penduduk

yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak merantau ke kota-kota besar untuk

mencari pekerjaan karena di desa tidak mendapatkan pekerjaan.

Dilain pihak banyaknya TKW disebabkan oleh faktor migrasi yaitu

proses perpindahan penduduk anatara dua negara atau lebih. Proses perpindahan

penduduk berlangsung secara aktif, karena pada waktu ini tidak ditunjang oleeh

penyediaan lapangan kerja yang cukup sehingga menghadapi masalah pengangguran

dan kemiskinan. Masalah pengangguran dan kemiskinan serta kesempatan kerja di

luar negeri membuat perempuan berani memutuskan bekerja di laur negeri sebagai

Tenaga Kerja Wanita (TKW). Seperti yang dituturkan Siti Qoiriyah dan Sumarni

(Wawancara tanggal 8 Juli 2005):

Faktor pendorong ia berangkat kerja di luar negeri bukan karena kalah


bersaing atau takut tersaing oleh angkatan kerja sekarang tetapi karena di
desa itu memang sulit untuk mendapatkan pekerjaan. Negara tujuan ia
bekerja ialah di Arab.

Dari pernyataan diatas dapat kita analisis bahwa penduduk desa

mengalami kesulitan mencari makan ditanahnya sendiri, mereka berebut mencari

pekerjaan, sedangkan lahan untuk mencari makan tersebut semakin menyempit,

karena jumlah penduduk semakin bertambah. Akibatnya mereka khususnya

perempuan harus mencari pekerjaan di lahan orang lain (di luar negeri).
4.2.2. Faktor Sosial Budaya

Pada umumnya pendidikan pada masyarakat Desa Klampok Lor

memiliki banyak kesamaan dengan masayarakat desa lainnya. Namun pada

masyarakat Desa Klampok Lor yang terutama menjadi subjek penelitian adalah

mereka yang mempunyai pandangan lebih maju. Jika pada masyarakat desa yang

belum mengalami berbagai perubahan serta pengaruh dari luar lingkungannya masih

memiliki sifat sebagai masyarakat desa yang antara lain, memiliki sifat nrimo atau

pasrah manut, dan memiliki anggapan kalau dengan bersekolah yang tinggi akan

menghambur-hamburkan uang saja. Tetapi seiring dengan perkembangan jaman yang

ditandai dengan derasnya arus informasi dan semakin luasnya kesempatan pendidikan

bagi seluruh masyarakat termasuk bagi putra-putri masyarakat desa telah membuka

kesempatan bagi masyarakat desa untuk memberikan pengaruh positif terhadap

pemikiran dan pandangan masyarakat tentang dirinya pada masa kini. Dengan

semakin majunya pemikiran masyarakat desa akan berpengaruh terhadap

perkembangan bakat atau potensi-potensi individual msayarakat desa.

Tidak sedikit mereka para orang tua yang mau memikirkan pentingnya

pendidikan bagi anaknya. Bahkan mereka mempunyai anggapan jangan sampai anak-

anak kami hidupnya sama dengan orang tuanya. Hal ini dikarenakan pendidikan yang

saya miliki kurang memadai. Seperti yang diungkapkan oleh Lastri (Wawancara

tanggal 7 Juli 2005):

54
35

Saya menginginkan agar anak saya dapat sekolah dan sekolah tersebut
lebih meningkat sampai ke jenjang yang lebih tinggi dari pada saya. Jika
anak saya tidak mau sekolah saya akan paksa anak agar mau sekolah.
Saya akan sekuat tenaga mencari uang untuk menyekolahkan anak dan
mencukupi kebutuhan kelurga.

Dari pendapat diatas terlihat bahwa orang tua tersebut sadar akan

pendidikan dan beranggapan lebih penting dari pada harus memikirkan kebutuhan

yang sesaat saja. Mereka rela berkorban demi pendidikan anak walaupun mereka

mereka harus keluar dari desanya untuk mencari pekerjaan di kota. Dengan

pemikiran-pemikiran mereka (masyarakat desa) walaupun masih sederhana dan

memiliki bekal pendidikan rendah justru memberikan bekal untuk melangkah ke

depan dengan membekali anaknya dengan pendidikan yang lebih tinggi bagi masa

depan anak mereka.

Berbeda dengan generasi muda sekarang, mereka pada umumnya enggan

untuk bekerja di sawah. Karena mungkin tidak sesuai dengan pendidikan yang telah

mereka capai. Alasan lain mungkin mereka menganggap pekerjaan di sawah

merupakan pekerjaan bagi orang tua karena zaman telah maju, dan untuk generasi

muda adalah lebih memilih bekerja di pabrik yang m enghasilkan banyak uang. Hal

ini seperti yang diungkap oleh Heni (Wawancara tanggal 12 Maret 2005):

Bekerja di sawah menurut saya tidak mungkin karena hal tersebut tidak
sesuai dengan pendidikan yang telah saya peroleh. Kalau sekedar
membantu saja saya masih mau, asal jangan bekerja di sawah. Menurut
saya, saya akan lebih tertarik untuk bekerja di pabrik karena di sana
gajinya lebih banyak.

Dari pernyataan diatas dapat kita analisis bahwa dengan semakin

meningkatnya pendidikan maka mereka generasi muda Desa Klampok Lor tidak
segan-segan mengambil keputusan untuk bekerja dengan gaji yang lebih tinggi dari

pada menjadi petani dan tetap di derahnya. Bersekolah lebih tinggi akan

menguntungkan baginya karena akan membuat mereka selektif dalam memilih jenis

pekerjaan.

Ketika para migran ditanya mengenai alasan awal mula mereka

(penduduk perempuan Desa Klampok Lor) memutuskan bekerja di luar negeri

mereka akan menjawab: saya kerja di luar negeri karena ada peluang kerja yang

ditawarkan sesuai dengan ketrampilan yang saya miliki, karena diajak oleh saudara,

tingginya upah, dan kerja di luar negeri sendiri akan membuat mereka senang karena

mereka (khususnya perempuan yang belum menikah) tidak ada paksaan dari orang

tua. Kesenangan tersendiri tersebut mereka rasakan karena dengan mereka bekerja di

luar negeri mereka dapat menikmati uang hasil kerjanya, dapat mengetahui adapt

istiadat dan kebudayaan masyarakat setempat. Hal ini sesuai dengan apa yang

dikatakan oleh Sulistiowati (Wawancara tanggal 20 April 2005) sebagai berikut:

Saya merasa senang ikut majikan. Senangnya saya karena dapat keliling
kota tanpa harus mengeluarkan biaya, karena kerja saya sebagai baby
sister yang biasanya mengikuti majikan serta mengasuh anaknya yang
masih kecil. Saya jadi tahu pusat perbelanjan di Hongkong dan tempat-
tempat rekreasi di Hongkong.

Dari penyataan diatas terlihat bahwa saudara Sulistiowati dalam bekerja

mempunyai alasan selain faktor ekonomi yaitu, pengaruh dari orang tua yang

menginginkan anaknya bekerja dan juga gengsi karena menganggur. Selain itu

saudara sulistiowati dalam bekeja di laur negeri mempunyai kesenangan tersendiri

54
35

karena ia merasa tahu akan adat istiadat dan kebudayan setempat, pusat perbelanjaan

dan tempat rekreasi.

Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh Mintarni (Wawancara

tanggal 19 April 2005):

Kerja saya dulu dengan sekarang berbeda. Kalu dulu saya kerja sebagai
pembantu rumah tangga nggak boleh keluar dari rumah entah itu siang
ataupun malam hari itupun dengan alasan tertentu, sehingga saya jadi
tidak tahu seluk beluk kota di negara. Sedangkan kalau yang sekarang
saya diajak jalan-jalan oleh majikan saya ke supermarket, taman bunga,
kompleks-kompleks terkenal, dan jalan-jalan. Dengan begitu saya jadi
tahu akan suasana dan pergaulan orang luar negeri yang sangat berbeda
dengan di Indonesia dan tahu bahasa mandarin meski masih sedikit
karena majikan saya masih keturunan Cina, sehingga sering mengajari
saya bahasa mandarin.

Dengan demikian ada kesenangan tujuan para migran untuk bekerja di

luar negeri yaitu untuk mencari kesenangan dalam artian bagi dirinya sendiri dan

untuk pekerjaan yang mereka tekuni. Dengan mereka bekerja di luar negeri dan cocok

dengan pekerjaannya mereka seakan melalaikan pekerjaan mereka yang hanya

sebagai pembantu rumah tangga dan baby sister.sehingga mereka termotivasi dan

terdorong untuk bekerja. Dan hal itu menciptakan semangat tersendiri bagi migran

yang kerja di luar negeri.

4.2.3. Faktor Ekonomi

Desa Klampok Lor merupakan desa yang sebagian besar penduduknya

adalah bermata pencaharian sebagai petani dan buruh tani. Dari sejumlah penduduk

yang ada, sebagian masyarakat desa yang memiliki tanah pertanian digunakan

sebagai mata pencaharian namun tidak sedikit yang tidak mempunyai tanah pertanian
yang akhirnya mereka harus bekerja sebagai buruh pertanian pada mereka yang

memiliki tanah pertanian yang luas dengan keadaan seperti ini maka mengakibatkan

masyarakat tersebut harus berpikir panjang. Alasannya karena jika tiap hari ada orang

yang membutuhkan tenaga mereka sebagai buruh harian kalau tidak ada orang yang

membutuhkan mereka akan sangat repot sekali. Seperti yang dikemukakan oleh

Karno (Wawancara tanggal 12 Maret 2005):

Sebagai masyarakat disini saya tidak mempunyai tanah pertanian, maka


kerja saya disini adalah sebagai buruh harian pada orang yang punya
tanah. Saya kerja jadi buruh harian tersebut kalau ada yang menyuruh,
kalau tidak ada yang menyuruh saya untuk buruh maka saya tidak ada
pekerjan.

Dari pendapat diatas terlihat bahwa masyarakat desa tersebut merasa

kesusahan karena mata pencahariannya sebagai buruh tani tersebut tidak setiap hari

ada. Mereka harus menunggu pada saat tertentu yaitu jika ada yang menyuruh mereka

untuk buruh harian, namun jika tidak ada mereka harus menganggur di rumah. Dan

dengan semakin terbatasnya lapangan kerja di pedesaan tersebut mengakibatkan

penduduk desa khususnya perempuan berinisiatif untuk mencari pekerjaan di luar

daerahnya.

Hal yang sama juga dituturkan juga oleh Parman (Wawancara tanggal 13

Maret 2005):

Disini saya mempunyai sawah yang tidak begitu luas, maklumlah sawah
ini merupakan peninggalan dari orang tua yang wajib saya jaga. Dari dulu
saya memang terbiasa bekerja di sawah tetapi hanya sekedar membantu
orang tua, namun sekarang sudah menjadi mata pencaharian saya. Saya
tidak tahu mau kerja apa, seandainya tidak dapat warisan tanah dari orang
tua.

54
35

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa lahan pertanian di desa

semakin sempit oleh karena proses pewarisan yang dibagi-bagikan kepada anggota

keluarga. Disisi lain dengan diberikannya warisan berupa sawahuntuk anaknya maka

secar tidak langsung memberikan pekerjaan untuk anaknya. Dengan semakin

terbatasnya lapangan pertanian maka tidak dapat menyerap tenaga kerja yang banyak,

oleh sebab itu ada dari sebagian penduduk perempuan khususnya mencari pekerjaan

lain di luar pertanian..

Dilihat dari fakta yang ada di desa kita sesama manusia tidak dapat

melarang keputusan yang mereka ambil mengenai berpindahnya masyarakat desa

atau migran untuk bekerja dikota atau di luar negeri. Karena mereka menilai lahan

pekerjaan di desa semakin terbatas. Sehinggan berusaha untuk mencari pekerjaan ke

kota bahkan ada juga yang mencari pekerjaan sampai dengan di luar negeri.

Lastri (Wawancara tanggal 13 Maret 2005) menuturkan:

Faktor pendorong ia memutuskan bekerja menjadi menjadi TKW karena


biaya hidup sehari-hari hanya cukup untuk makan sedangkan untuk
membiayai kebutuhan sekolah anak mengalami kesulitan. Suaminya
terkadang membantu orang tua menggarap sawah yang hasilnya dijual
untuk tambahan penghasilan, dan itu pun hasilnya tidak menentu.
Menurut Lastri ia mendapat majikan yang sangat baik walaupun kadang
cerewet tapi lama-kelamaan sudah terbiasa. Kadang majikannya
mengajak rekreasi bersama-sama keluargaanya, dan lingkungan di tempat
dia bekerja hamper semua perumahan elit.
Hal yang sama juga dituturkan oleh Siti Qoiriyah (wawancara tanggal 8

Juli tahun 2005):

Faktor pendorong ia memutuskan bekerja di luar negeri menjadi TKW


karena biaya hidup sehari-hari yang hanya mengandalkan pemberian
suami dirasakan belum mencukupi kebutuhan keluarga, Disamping itu ia
juga ingin hidup mandiri dan pisah dari orang tuanya. Tujuan utama Siti
Qoiriyah bekerja di Araba karena berharap dapat memperbaiki ekonomi
keluarga.

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa setiap indivudu pada

umumnya ingin memperoleh penghidupan yang lebih baik, terutama dalam hal

mencukupi kebutuhan keluarga seperti, kebutuhan primer dan kebutuhan untuk

pendidikan anak.

4.3.Dampak Kehidupan Sosial Budaya Keluarga TKW

4.3.1. Dampak Positif

4.3.1.1. Perluasan jaringan sosial

Proses sosialisasi yang dialami keluarga TKW semakin berkembang dan

meluas jaringan sosialnya. Keluarga TKW yang berasal dari keluarga miskin,

jaringan sosialnya sempit sekarang bertambah luas jaringan sosialnya. Keluarga

TKW sekarang sudah akrab dengan suasana Bank karena sering menerima dan

mengambil uang di Bank.

54
35

Rasidi seorang suami dari istri yang bekerja menjadi TKW menuturkan

(wawancara tanggal 7 Juli tahun 2005):

Semenjak istrinya bekerja di Arab sudah 5 kali ke Bank BNI, sebelum itu
jarang sekali ke Bank. Dengan situasi kantor pos dan wartel juga sudah
biasa meskipun sebelumnya sempat kebingungan dalam berkirim surat
maupun menelepon. Rasidi juga mengaku sering berkumpul dengan
orang-orang berpengalaman dari tingkat kelurahan pada saat
perkumpulan kepenggurusan LKMD dan kepenggurusan pembangunan
mushola atau masjid, sehingga bertambah luas pengalamannya.

4.3.1.2. Perhatian pada pendidikan anak.

Dalam pemenuhan kebutuhan akan pendidikan diperlukan adanya biaya

antara lain biaya untuk membeli buku-buku dan kelengkapan belajar, membeli

peralatan, membayar SPP, membayar uang gedung, membeli seragam, dan lain-lain

semuanya menjadi tanggung jawab orang tua atau keluarganya. Masalah ketersediaan

dana untuk melanjutkan sekolah berkaitan erat dengan kondisi sosial ekonomi orang

tua. Lastri seorang ibu rumah tangga beranak satu yang sekarang baru pulang

berangkat kerja sebagai pembantu rumah tangga di Malaysia menuturkan:

Bahwa ia bekerja sebab ingin memperjuangkan anaknya agar bisa


sekolah. Berkat kerja kerasnya ia dapat menyekolahkan anaknya dengan
biaya sendiri. Jika tidak menjadi TKW mungkin anaknya tidak dapat
sekolah sampai sekarang, karena biaya pendidikan sangat mahal untuk
orang seperti Lastri. (wawancara tanggal 7 juli tahun 2005).

Kondisi sosila ekonomi orang tua : Motivasi melanjutkan pendidikan


1. Tingkat pendidikan lebih tinggi :
2. Jumlah penghasilan 1. Intrinsik
3. Kondisi lingkungan a. Keinginan berprestasi
4. Tingkat pengeluaran dan b. Keinginan mencapai cita-cita
pemenuhan kebutuhan 2. Ekstrinsik
5. Pemilikkan harta dan modal yang a. Dorongan keluarga
bernilai b. Dorongan teman
Dari bagan diatas dapat kita peroleh penjelasan bahwa untuk mencapai

jenjang pendidikan lebih tinggi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya kondisi

sosial ekonomi orang tua dan kepedulian orang tua terhadap pendidikan anak.

Apabila keduanya dapat diaplikasikan secara tepat akan mendorong anak untuk

berprestasi. Jadi dapat kita ketahui bahwa kondisi sosial ekonomi orang tua

mempunyai pengaruh positif terhadap motivasi anak untuk melanjutkan pendidikan

yang lebih tinggi.

4.3.1.3. Perubahan status sosial keluarga TKW

Kedudukan dan status menentukan kelas seseorang dalam masyarakat.

Kedudukan ini memberikan pengaruh, kehormatan, kewibawaan, dan lain-lain.

Beberapa keluarga di desa sekarang sudah mengalami perubahan status sosial

ekonomi, sehingga banyak keluarga TKW yang berstatus keluarga tidak mampu

sebelumnya menjadi keluarga yang mampu.

Zainudin menuturkan (wawancara tanggal 13 April tahun 2005):

Sebelum istrinya bekerja di Malaysia adalah sebagai buruh tani, berkat


kiriman uang dari istrinya dia mampu memiliki modal untuk membeli
peralatan bengkel sehingga ia dapat membuka bengkel. Predikat
Zaenudin sekarang menjadi wiraswasta pemilik bengkel. Suatu
peningkatan status dikalangan buruh tani.

4.3.2. Dampak negatif

Adanya peningkatan status dan peranan sosial keluarga TKW sangat

menyulitkan para petani penggarap, karena kekurangan tenaga sebagai buruh tani.

Keluarga TKW yang dulunya sebagai buruh tani sekarang tidak lagi menjadi menjadi

buruh tani lagi, sebab sebagian dari mereka menjadi petani tetap. Bahkan mereka

54
35

sendiri membutuhkan buruh tani untuk membantu mengerjakan tugas-tugas pertanian

lainnya. Seiring dengan keadaan itu maka timbulah persaingan tidak sehat diantara

sesama petani dalam memberikan upah dan pelayanannya kepada buruh tani,

sehingga buruh tani semakin lebih memilih-memilih untuk siapa mereka bekerja.

Bahkan mereka mengambil buruh tani untuk derep dari desa lain atau daerah lain

seperti Purwodadi. Seperti dengan apa yang dituturkan Kasmijan (wawancara tanggal

3 Mei tahun 2005) :

“Kulo saniki nek ngarap sabin keteteran sanget, sebab tiyang-tiyang


senege kerja ting nggone Marsidi utawi Rasidi , sebab tiyang kalih niku
nek ngaladeni buruh tani sae sanget”. (Saya sekarang jika menggarap
sawah kerepotan sekali, karena orang-orang buruh tani lebih senang
memilih bekerja di tempat Marsidi atau Rasidi, karena kedua orang itu
jika memperkerjakan agak royal dalam memberi upah, dan hidangan
makanan.

4.4. Dampak kehidupan Ekonomi Keluarga TKW

4.4.1.Dampak positif

.4.4.1.1. Peningkatan kesejahteraan

Suatu keluarga dikatakan sejahtera jika kebutuhan keluarga tersebut

secara lahiriah dan batiniah terpenuhi secara serasi, selaras, dan seimbang.

Pemenuhan kebutuhan lahiriah dapat dilihat dari pemenuhan kebutuhan fisik keluarga

Suatu contoh dari TKW yang berhasil bekerja dari Saudi Arabia yaitu Siti Qoiriyah

sekarang dapat hidup mandiri pisah dari orang tuanya, dia juga mampu membeli

tanah dan merenovasi rumah, bahkan jika dilihat perabotan rumah tangganya

sekarang jauh lebih lengkap jika dibandingkan dahulu, selain itu juga mampu

membeli kendaraan.
Kebutuhan pangan sehari-hari keluarga TKW sekarang sudah mulai lebih

baik, seperti dinyatakan oleh Rasidi (Wawancara tanggal 13 Mei tahun 2005) :

Bahwa keluarganya tidak pernah lagi merasakan kekurangan pangan.


Kebutuhan sandang juga terpenuhi dengan cukup, sejak adanya kiriman
uang dari istrinya yang berada di luar negeri ia diperbolehkan untuk
membeli perabotan rumah tangga atau keperluan yang lainnya, demikian
penuturan Rasidi suami dari keluarga TKW.

4.4.1.2. Peningkatan kualitas kesehatan keluarga TKW

Pada umumya masyarakat desa belum begitu memperhatikan masalah

keehatan lingkungan terutama yang berhubungan dengan MCK (mandi, cuci, kakus,

dan saluran pembuangan air).

Nasikun seorang tukang batu di Desa Klampok Lor menuturkan

(wawancara tanggal 16 Mei tahun 2005):

Bahwa ia telah membangun rumah lengkap dengan MCK di rumah Rasidi


yang istrinya bekerja di Arab , dan di rumah Marsidi yang anaknya
bekerja di Hongkong.

Muhrondi juga menuturkan (wawancara tanggal 6 Mei):

Ingin merencanakan akan membuat rumah lengkap dengan MCK jika


tabungan istrinya yang bekerja di Malaysia sudah cukup untuk biaya
pembangunan rumah.

Pembangunan rumah-rumah yang dibangun oleh keluarga TKW juga

memenuhi persyaratan rumah sehat yaitu ventilasi sinar matahari dapat masuk

rumah, sehingga tidak lembab, dan berlantai.

4.4.2. Dampak negatif.

Peningkatan pendapatan keluarga TKW sangat mempengaruhi perilaku

konsumtif, salah satunya yaitu membeli makanan kemasan (sarden) meskipun

54
35

tujuannya untuk memenuhi dan meningkatkan kesehatan. Mereka tidak menyadari

bahwa sebenarnya produk makanan kemasan mengandung zat pengawet yang

membahayakan kesehatan.

Perilaku konsumtif ditujukan juga dengan pemilikkan barang-barang

perabot rumah tangga, bahkan yang kurang perlu seperti membeli TV sampai 2,

kamera dan VCD. Menurut Rasidi dan Zaenudin ia sering nonton CD dan

mendengarkan lagu CD.

4.5. Dampak kehidupan psikis keluarga TKW.

4.5.1. Dampak positif perilaku sosial dalam keluarga

Rasidi menuturkan (wawancara tanggal 7 Juli tahun 2005), bahwa

istrinya bekerja di luar negeri bukan karena paksaan dari dirinya, akan tetapi karena

kesadaran diri atau keinginan sendiri. Baginya bekerja di luar negeri untuk

menambah pendapatan keluarga. Dirinya merasa bangga dan senang karena dapat

membantu suami dan saling bekerjasama menopang ekonomi keluarga, selain itu

bekerja di luar negeri menunjukkan adanya kemandirian bahwa ia dapat mengambil

keputusan untuk dirinya sendiri dan adanya kemauan untuk mengubah nasib.

Sebagaimana diketahui bahwa keluarga yang ibunya kerja di luar negeri,

maka tugas ibu digantikan oleh ayahnya yaitu memasak, mencuci, dan mengurus

rumah tanggga, adapun tugas ibu digantikan oleh neneknya termasuk pengasuhan

anak-anaknya. Ayah sebagai kepala keluarga tetap berperan dalam pengurusan

keluarga seperti mencari nafkah sesuai dengan kebiasaan sehari-hari yang dapat

dilakukannya.
Menurut Rasidi (wawancara tanggal 7 Juli tahun 2005), perilaku anaknya

cenderung pendiam, dia berbeda dengan anak-anak lain yang seumurnya, yang

biasanya suka bermain dan bersenang-senang. Selain itu karena sudah terbiasa

ditinggal ibunya bekerja, anaknya justru memperlihatkan hidup kemandirian dan

keprihatinan. Kalau ibunya mengirim uang, maka anaknya pun juga tidak minta

dibelikan macam-macam, biasanya ayahnya dulu yang menawarkan dengan

kesadaran diri untuk diperkenankan membeli barang yang diinginkan anaknya.

Anaknya seringkali hemat dalam menggunakan uang, prestasi belajarnya di sekolah

juga cukup baik. Mengenai perilaku sosial yang dilakukan anak dalam keluarga

cukup baik, hal tersebut karena didikan oleh neneknya cukup baik, kapan ia bermain,

kapan ia belajar, dan kapan ia mengaji telah diatur oleh neneknya.

4.5.2. Dampak negatif perilaku sosial dalam keluarga.

Lain dengan apa yang dituturkan Rasidi, menurut Zaenudin (wawancara

tanggal 3 Mei tahun 2005) yang ditinggal istrinya pergi keluar negeri hampir 2 (dua)

tahun, anak-anaknya diasuh oleh dirinya sendiri dan karena dirinya kerja di bengkel

dan kadang menjadi buruh tani , maka tidak ada kesempatan untuk mengawasi dan

memberikan pendidikan (baik pendidikan informal maupun pendidikan keluarga)

pada anaknya. Kendati demikian yang paling menyolok dirasakan Zaenudin adalah

anak terasa sangat manja, uang saku untuk anaknya yang duduk di MTS (sederajat

dengan SLTP) kelas 2 minta Rp.5.000,00 per hari pada hal jarak ke sekolah tidak

begitu jauh jika naik sepeda. Uang saku Rp.5.000,00 bukan ukuran bagi seusia dia.

54
35

Zaenudin juga menuturkan jika tidak dikasih maka anaknya akan marah dan murung

tidak mau berangkat sekolah, maka orang tua terpaksa harus menurutinya.

Kondisi perilaku umum sosial pada anak-anak remaja yang berasal dari

kelurga yang ditinggal ibunya bekerja di luar negeri sebagaimana hasil wawancara

peneliti diketahui bahwa anak-anaknya menjadi manja, kurang terawasi dalam

bersikap, dan pemurung. Ada kecenderungan untuk memanjakan anak-anaknya

karena orang tua merasa ada ketakutan untuk masa yang akan datang mengenai rasa

kasih sayang anak terhadap orang tua oleh sebab itu orang tua sering memberikan

kelonggaran dan menuruti keinginan anak.

4.6. PEMBAHASAN

Perkembangan mobilitas angkatan kerja Indonesia ke luar negeri

khususnya TKW , perlu mendapatkan perhatian yang lebih dari pemerintah. Hal ini

disebabkan oleh dua faktor yaitu pertama, beragamnya masalah kependudukan yang

terjadi di dalam negeri yang berdampak terhadap sosial ekonomi, yaitu masalah

pengangguran dan kemiskinan yang biasanya lebih banyak berasal dari

pedesaan.Kedua, terbukanya kesempatan kerja yang cukup luas di negara-negara

yang relative kaya sehingga mampu menyerap tenaga kerja dari Indonesia dalam

jumlah besar.

Faktor pendorong penduduk perempuan di Desa Klampok Lor kecamatan

Kebonagung Kabupaten Demak bekerja menjadi TKW terutama karena faktor

ekonomi yaitu untuk membiayai anak sekolah, merenovasi rumah, membeli tanah

atau sawah, membantu suami, ingin hidup mandiri, dan memperbaiki kesejahteraan
ekonomi keluarga. Selain itu dengan melihat dan menganalisa kenyataan sesuai

dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada sebagian dari para migran

(perempuan yang menjadi TKW) mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk mencari

kesenangan tersendiri bagi mereka, untuk mencari pengalaman, menambah wawasan

dan pergaulan dalam bekerja sehingga menjadi faktor untuk menunjang mereka

bekerja di luar negeri.

Alasan para TKW bekerja di luar negeri berbeda-beda karena setiap

individu mempunyai berbagai macam keputusan dalam upaya memperbaiki

kesejahteraan, sehingga keluarga dan kerabat memberi dukungan dan dorongan

untuk bekerja menjadi TKW.

Dampak migrasi TKW terhadap keluarga yang di tinggalkan di desa dapat

kita lihat dari dua segi yaitu dari segi positif dan segi negatif. Dari segi positifnya

yaitu adanya kemajuan perhatian pada pendidikan keluarga, semakin meluasnya

jaringan sosial, dan semakin membaiknya status sosial ekonomi keluarga. Sedangkan

segi negatifnya yaitu dengan adanya peningkatan pendapatan keluarga TKW sangat

mempengaruhi perilaku konsumtif dengan ditandai adanya kepemilikkan barang-

barang yang bahkan kurang perlu seperti kamera dan VCD. Selain itu juga

mempengaruhi perilaku sosial anak-anaknya, sebagaimana hasil penelitian yang

telah peneliti uraikan diatas, diketahui bahwa perilaku sosial anak dalam kelurga yang

ditinggal ibunya bekerja ke luar negeri memiliki perilaku sosial yang berbeda yaitu

perilaku cukup baik dan berperilaku kurang baik (seperti manja, kurang terawasi

dalam bersikap, dan pemurung).

54
35

Peran ayah dan sekaligus ibu harus dilakukan bagi keluarga yang

memiliki istri bekerja di laur negeri. Secara materi kehidupan ekonomi keluarga

semakin meningkat baik, tetapi dapat menimbulkan kerugian pada perkembangan

jiwa anak, bila anak tidak mendapat pengawasan, pendidikan keluarga, tuntunan dan

keteladanan orang tuanya. Bagi orang tua yang selalu memperhatikan kehidupan anak

dengan dukungan ekonomi keluarga yang baik maka tentu akan meningkatkan

kualitas kehidupan anak. Seorang suami yang mempunyai istri sebagai TKW ada

kemungkinan mampu memenuhi sosial psikologis terutama pemenuhan kebutuhan

pendidikan, sehingga mereka para TKW mampu berfungsi sebagai wahana pencetak

sumber daya manusia yang berkualitas dalam mengantarkan anak-anaknya menjadi

panutan masyarakat dan diri sendiri.


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

5.1.1. Keluarga memiliki tuntutan yang lebih besar dan kontinue yang mungkin dapat

mengerahkan semua anggota keluarga mereka, laki-laki dan perempuan dapat juga

melakukan tugas-tugas yang paling sukar dan berat sekalipun agar kehidupan

ekonomi keluarga tetap berlangsung. Dan sebagian besar faktor utama pendorong

perempuan bekerja sebagai TKW di luar negeri adalah karena alasan ekonomi

meskipun demikian juga tidak terlepas dari faktor demografi dan faktor sosial budaya

di desa tersebut.

5.1.2. Dampak bagi keluarga TKW yang ditingggalkan di Desa yaitu, bahwa status

sosial ekonomi keluarga TKW di Desa Klampol Lor bertambah lebih baik karena

pendapatan dari hasil kerja menjadi TKW di luar negeri mampu menopang kehidupan

keluarga dan lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarganya.

5.1.3. Perilaku sosial anak dalam keluarga yang ibunya bekerja sebagai TKW di luar

negeri ada yang baik dan ada yang kurang sesuai maksudnya adalah anak-anak yang

berlatar belakang keluarga dengan ibunya menjadi TKW lebih menjurus kepada

sikap-sikap yang kurang sesuai dengan norma dan nilai agama dan sosial.

5.2 Saran

5.2.1. Sebaiknya perempuan yang diberangkatkan menjadi TKW adalah TKW yang

benar-benar lulus seleksi dari latihan mental spiritual, skil dan minimal dapat baca

tulis dan menguasai bahasa negara tujuan, karena dengan begitu akan mempermudah

54
35

komunikasi dalam hubungan kerja antara majikan atau perusaahan pemberi kerja

dengan pekerjanya.

5.2.2. Bagi keluarga yang ibunya menjadi TKW di luar negeri sebaiknya orang tua

(ayah) dan keluarga dekat (nenek,kakek, paman dan lain-lainnya) ikut serta

memberikan bimbingan kepada anak-anaknya sebagai bagian dari tanggung

jawabnya, sehingga anak tidak merasakan kurang kasih sayang dan tetap memiliki

sikap sosial keluarga yang selaras dengan masyarakat agama yang agamis.

5.2.3. Sebagai keluarga yang ditinggal istrinya menjadi TKW di luar negeri

hendaknya orang tua (ayahnya) dapat memberikan keteladanan bagi anak-anaknya.

Apabila ada suatu permasalahan dalam keluarga sebaiknya didiskusikan bersama, jika

perlu dibentuk adanya suatu forum keluarga. Semua anggota keluarga dapat diajak

diskusi termasuk juga anak. Jika pendapat anak kurang tepat maka orang tua (ayah)

dan keluarga dekat dapat menjelaskan secara sabar sampai dapat diterima oleh anak.

Dengan cara ini anak diajarkan untuk kritis dan mempergunakan nalar budinya dalam

menghadapi persoalan.

5.2.4. Anak-anak dari keluarga yang ibunya bekerja menjadi TKW di luar negeri

agar dapat sesuai dengan harapan orang tua misalnya, dengan cara memanfaatkan

uang yang dihasilkan dari kerja keras ibunya untuk membeli buku pelajaran, dan

keperluan sekolah yang dapat meningkatkan prestasi belajar.

5.2.5. Kiriman yang berupa uang hasil kerja menjadi TKW sekiranya sudah dapat

mencukupi kebutuhan hidup keluarganya sebaiknya ada sebagian penghasilan untuk

ditabung guna mencukupi kebutuhan masa depan.


SARI

Ana Sugiyarti. 2005. Faktor Pendorong Perempuan Bekerja Di Luar Negeri


Kasusu Di Desa Klampok Lor Kecamatan Kebonagung Kabupaten Demak. Jurusan
Hukum dan Kewarganegaraan. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Semarang 56
Hal.

Kata Kunci : Faktor Pendorong, Perempuan, Bekerja Di Luar Negeri.

Memperoleh penghasilan merupakan tanggung jawab suami sebagai kepala


rumah tangga. Namun demikian ada kalanya pendapatan dari suami kurang
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan keluarga ditambah dengan kondisi ekonomi
yang kian tidak menentu dan berubahnya pola pikir perempuan menjadikan
perempuan berani mengambil keputusan untuk keluar rumah dan bahkan sampai
dengan bekerja menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW) guna membantu memenuhi
kebutuhan keluarga yang kurang tercukupi tersebut. Permasalahan dalam penelitian
ini adalah (1) faktor pendorong apakah yang menyebabkan perempuan penduduk
Desa Klampok Lor Kecamatan Kebonagung Kabupaten Demak bekerja sebagai
Tenaga Kerja Wanita (TKW) di luar negeri ?, dan (2) bagaimanakah dampak migrasi
Tenaga Kerja Wanita (TKW) terhadap keluarga yang ditinggalkan di desa ?.
Sedangkan tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui faktor pendorong yang
menyebabkan perempuan penduduk Desa Klampok Lor Kecamatan Kebonagung
Kabupaten Demak bekerja sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) di luar negeri dan
(2) dampak migrasi Tenaga Kerja Wanita (TKW) terhadap keluarga yang
ditinggalkan di desa. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, dimana
dalam prosedur penelitian menggunakan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
jawaban dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Penelitian kualitatif tidak
bertujuan untukk mengkaji atau membuktikan kebenaran suatu teori tetapi teori yang
sudah ada dikembangkan dengan menggunakan data yang dikumpulakan. Dalam
penelitian ini peneliti memilih lokasi penelitian di Desa Klampok Lor Kecamatan
Kebonagung Kabupaten Demak karena dari sebagian penduduk perempuan ada yang
bekerja ke luar negeri, sedangkan subjek penelitian ini adalah (1) penduduk
perempuan Desa Klampok Lor Kecamatan Kebonagung Kabupaten Demak yang
bekerja sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) di luar negeri baik yang sudah pulang
atau yang akan berangkat kerja di luar negeri dan (2) keluarga Tenaga Kerja Wanita
(TKW) yang ditinggalkan di desa. Fokus penelitian ini adalah (1) faktor pendorong
yang menyebabkan perempuan penduduk Desa Klampok Lor Kecamatan
Kebonagung Kabupaten Demak bekerja sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) di luar
negeri, dengan indikator : faktor demografi, faktor sosial budaya, dan faktor ekonomi,
dan (2) dampak migrasi Tenaga Kerja Wanita (TKW) terhadap keluarga yang
ditinggalkan di desa, dengan indikator: kehidupan sosial budaya, kehidupan
ekonomi, dan kehidupan psikis. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sumber tertulis dan informan. Alat dan teknik pengumpulan data
menggunakan metode wawancara, observasi, dan metode dokumentasi. Validitas dan

54
35

keabsahan data penelitian ini menggunakan teknik triangulasi. Metode analisa data
yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif (Milles dan Hurberman, 1992: 20)
Berdasarkan hasil penelitian dan kemudian dianalisis diperoleh bahwa (1)
faktor pendorong penduduk perempuan Desa Klampok Lor Kecamatan Kebonagung
Kabupaten Demak bekerja di luar negeri karena faktor ekonomi yaitu membiayai
sekolah anak, merenovasi rumah, membeli tanah atau sawah, membantu suami, ingin
hidup mandiri, dan memperbaiki kesejahteraan ekonomi keluarga. Selain itu dengan
melihat dan menganalisa kenyataan sesuai dengan hasil penelitian menunjukkan
bahwa ada sebagian dari para migran mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk
mencari pengalaman, wawasan, dan pergaulan dalam bekerja. (2) Dampak migrasi
Tenaga Kerja Wanita (TKW) terhadap keluarga yang ditinggalkan di desa dapat kita
lihat dari segi positif dan segi negatif.
Simpulan dalam penelitian ini adalah (1) keluarga memiliki tuntutan yang
lebih besar dan kontinue yang mungkin dapat mengerahkan semua anggota keluarga
mereka, laki-laki dan perempuan dapat juga melakukan tugas-tugas yang paling sukar
dan berat sekalipun agar kehidupan ekonomi keluarga tetap berlangsung. Dan
sebagian besar faktor utama pendorong perempun bekerja sebagai Tenaga Kerja
Wanita (TKW) di luar negeri adalah karena alasan ekonomi, meskipun demikian juga
tidak terlepas dari faktor demografi dan faktor sosial budaya desa tersebut. (2)
Dampak bagi keluarga Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang ditinggalkan di desa yaitu,
bahwa status sosial ekonomi keluarga Tenaga Kerja Wanita (TKW) di Desa
Klampok Lor Kecamatan Kebonagung Kabupaten Demak bertambah lebih baik. (3)
Perilaku sosial anak dalam keluarga yang ibunya bekerja sebagai Tenaga Kerja
Wanita (TKW) ada yang baik dan ada yang kurang sesuai dengan norma dan nilai
agama dan sosial.
Saran untuk peneitian ini adalah (1) sebaiknya perempuan yang
diberangkatkan menjadi TKW adalah TKW yang benar-benar lulus seleksi dari
latihan mental spiritual, skil dan minimal dapat baca tulis dan menguasai bahasa
negara tujuan, karena dengan begitu akan mempermudah komunikasi dalam
hubungan kerja antara majikan atau perusaahan pemberi kerja dengan pekerjanya.
(2) Bagi keluarga yang ibunya menjadi TKW di luar negeri sebaiknya orang tua
(ayah) dan keluarga dekat (nenek,kakek, paman dan lain-lainnya) ikut serta
memberikan bimbingan kepada anak-anaknya sebagai bagian dari tanggung
jawabnya, sehingga anak tidak merasakan kurang kasih sayang dan tetap memiliki
sikap sosial keluarga yang selaras dengan masyarakat agama yang agamis.
Daftar Isi

Halaman

Halaman Judul……………………………………………………………….. i

Persetujuan Pembimbing…………………………………………………….. ii

Pengesahan Kelulusan……………………………………………………….. iii

Pernyataan…………………………………………………………………… iv

Motto dan Persembahan……………………………………………………… v

Prakata………………………………………………………………………... vi

Sari……………………………………………………………………………. viii

Daftar Isi……………………………………………………………………… x

Daftar Tabel…………………………………………………………………... xii

Daftar Lampiran………………………………………………………………. xiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang………………………………………………….. 1

1.2. Identifikasi dan Pembatasan Masalah…………………………... 5

1.3. Perumusan Masalah atau Fokus Masalah………………………. 6

1.4. Tujuan Penelitian……………………………………………….. 6

1.5. Kegunaan Penelitian……………………………………………. 7

1.6. Sistematika Skripsi……………………………………………… 7

BAB II TELAAH PUSTAKA

2.1. Keadaan Yang Melatar Belakangi Perempuan Bekerja

di Luar Negeri………………………………………………….. 9

2.2. Sebab-sebab Perempuan Bekerja di Luar Negeri……………….. 16

2.3. Memilih Bekerja di Luar Negeri………………………………… 18

54
35

2.4. Motivasi Perempaun Bekerja di Luar Negeri…………………… 20

2.5. Kerangka Berpikir………………………………………………. 22

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Dasar Penelitian…………………………………………………. 24

3.2. Fokus Penelitian…………………………………………………. 25

3.3. Sumber Data Penelitian………………………………………….. 26

3.4. Alat dan Teknik Pengumpulan Data…………………………….. 27

3.5. Validitas dan Keabsahan Data…………………………………… 28

3.6. Model Analisa Data……………………………………………… 29

3.7. Prosedur Penelitian………………………………………………. 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Keadaaan Umum Desa………………………………………….. 33

4.2. Faktor Pendorong Perempuan Bekerja Di Luar Negeri…………. 35

4.3. Dampak Kehidupan Sosial Budaya Keluarga

Tenaga Kerja Wanita (TKW)……………………………………. 44

4.4. Dampak Kehidupan Ekonomi Keluarga

Tenaga Kerja wanita (TKW)…………………………………….. 47

4.5. Dampak Kehidupan Psikis Keluarga

Tenaga Kerja Wanita (TKW)……………………………………. 49

4.6. Pembahasan………………………………………………………. 51

BAB V PENUTUP

5.1. Simpulan…………………………………………………………... 54

5.2. Saran………………………………………………………………. 54

Daftar Pustaka…………………………………………………………………… 56
Lampiran…………………………………………………………………………

54
35

Daftar Tabel

No. Halaman

1. Tabel Data Mata Pencahariaan Penduduk Desa…………………………. 3

2. Tabel Data Pemilikkan Lahan Pertanian Tanaman Pangan……………… 3

3. Tabel Data Pendidikan Masyarakat Desa……………………………….. 34

4. Tabel Data Pendududuk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin… 35

5. Tabel Data Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio…… 36
Daftar Lampiran

1. No. Lampiran

2. Surat Ijin Penelitian

3. Instrumen Penelitian

4. Pedoman Observasi

5. Peta Desa

6. Wawancara Hasil Penelitian

7. Dokumentasi (foto-foto) Hasil Penelitian

8. Persayaratan Kerja TKI dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.

44/Menaker/1994

54
35

Persetujuan Pembimbing

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang Panitia

Ujian Skripsi pada :

Hari :

Tanggal :

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Sudarmani Sri Rejeki, M.Pd. Puji Lestari, S.Pd., M.Si.


NIP: 130359493 NIP : 132296576

Mengetahui
Ketua Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan

Drs.Eko Handoyo, M. Si.


NIP : 131764048

ii
Pengesahan Kelulusan

Skripsi ini telah dipertahankan di depan siding Panitia Ujian Skripsi Fakultas

Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang pada :

Hari :

Tanggal:

Penguji Skripsi

Drs. Masrukhi, MPd.


NIP : 131764049

Anggota I Anggota II

Dra. Sudarmani Sri Redjeki, M.Pd. Puji Lestari, S.Pd., M.Si.


NIP: 130359493 NIP : 132296576

Mengetahui :
Dekan,

Drs. Sunardi
NIP:130367998

54
35

Pernyataan

Saya, menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil

karya saya sendiri, bukan jiplakan dari hasil karya orang lain, baik dari sebagian atau

seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip

atau dirajuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Juli 2005

Ana Sugiyarti
NIM: 3401401027
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan yang ada pada suatu

kaumnya, sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada mereka sendiri

(Qs. Ar Ra’du: 11)

Untuk mendapatkan kebahagian, kita harus melalui ketidak bahagiaan dulu.

PERSEMBAHAN :

Untuk ibu dan bapak yang selalu mengasihi,

menyayangi, dan mendoakanku, kakakku

(Toni, Ifa, Heni, dan sigit) dan adikku (Heri

dan Heru) yang memberikan motivasi, Sohib

PPKn 2001, teman-teman kos Mu’minatul

yang takkan kulupakan.

54
35

PRAKATA

Segala puji hanya bagi Allah, dengan rahmat dan karunia Nya saya dapat

menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di Universitas Negeri Semarang.

Dalam menyusun skripsi ini, penulis memperoleh bantuan dan pengarahan

dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis ucapkan terima

kasih kepada :

1. DR. Ari Tri Sugito, S.H., M.M., Rektor Universitas Negeri Semarang.

2. Drs.Sunardi, M.M Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang.

3. Drs. Eko Handoyo, M.Si Ketua Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan Universitas

Negeri Semarang.

4. Dra. Sudarmani Sri Rejeki, M.Pd. Dosen Pembimbing I yang selalu memberikan

motivasi dan memperlancar dalam bimbingan.

5. Puji Lestari, S.Pd., M.Pd. Dosen Pembimbing II dengan ketulusan dan kesabaran

mengarahkan dalam memberikan bimbingan.

6. Seluruh dosen Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan, yang telah memberikan

bekal ilmu yang tidak ternilai harganya selama belajar di Jurusan Hukum dan

Kewarganegaraan.

7. Suwahono, Kabayan Desa Klampok Lor Kecamatan Kebonagung.

8. Maskudi, Carik Desa Klampok Lor Kecamatan Kebonagung.


9. Keluarga bapak Kasmijan yang telah memberikan tempat dan waktu istirahat pada

saat sedang melakukan penelitian.

10. Semua TKW dan Keluarga TKW di Desa Klampok Lor Kecamatan Kebonagung

yang telah menjadi informan.

11. Ibu, bapak, kakak, adik, dan sahabat-sahabat yang telah memberi bantuan moral

dan spiritual.

12. Semua pihak yang terkait yang telah membantu penulis menyelengarakan skripsi

ini yang tidak dapat saya sebutkan satu per saru, baik materi maupun spiritual.

Sebagai insan biasa, penulis menyadari atas kekurangan dalam penulisan

skripsi ini maka saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penuli harapkan

demi baiknya skripsi ini.

Harapan penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi diri penulis

khususnya dan pembaca pada umumnya.

Semarang, Juli 2005

Penulis

54
35

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Irwan.2003. Sangkan Paran Gender. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Abdullah, Irwan.2001. Seks, Gender, Reproduksi Kekuasaan. Yogyakarta: Tarawang


Press.

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:


PT Rineka Cipta.

Barthos, Basir. 1999. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara

BPS. 2003. Statistik Kecamatan Kebon Agung Dalam Angka 2003.

Husni, lalu. 2003. Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Jakarta : PT


Grafindo Persada.

Ihromi, T.O. 1995. Kajian Wanita Dalam Pembangunan. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.

Makoalloe, El. 2002. Perempuan di Persimpangan: Emansipasi Sebuah


Ketelanjuran. Dalam Koran Mahasiswa edisi No.69. Hal: 60 dan 61.

Makoalloe, El.2002. Perempuan, Kerja, Karir, dan Kodrat. Dalam Koran Mahasiswa
edisi No. 71. Hal:60.

Miles, M.B. dan Hubrman, A. Michael. Analisa Data Kualitatif. Jakarta: Universitas
Indonesia

Moleong, Lexy J. 2002. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Nasution, Arif. 1999. Globalisasi dan Migrasi antar Negara. Bandung: Kerjasama
Yayasan Adikarya IKAPI.

Nazir, Mohammad. 1999. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.


INSTURUMEN PENELITIAN

FAKTOR PENDORONG PEREMPUAN BEKERJA DI LUAR NEGERI

KASUS DI DESA KLAMPOK LOR KECAMATAN KEBONAGUNG

KABUPATEN DEMAK

Identitas Responden

Nama :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
Umur :

A. Faktor pendorong perempuan bekerja sebagai tenaga kerja wanita (TKW)di


luar negeri.
Daftar pertanyaan ditujukan untuk perempuan yang sudah pernah atau yang akan
berangkat kerja di luar negeri.
Faktor Demografi
1. Apakah beban keluarga yang bertambah membuat anda semakin tertekan dalam
masalah ekonomi dan sosial ?
2. Apakah saudara (TKW yang sudah menikah) berusaha untuk memperkecil angka
kelahiran ?
3. Apakah pertumbuhan angkatan kerja yang meningkat membuat anda sulit untuk
mendapatkan kerja di desa/kota ?

Faktor Sosial Budaya


1. Latar belakang apa yang menyebabkan saudara untuk memutuskan bekerja di luar
negeri ?
2. Apakah motivasi saudara untuk bekerja di luaar negeri ?

54
35

3. Apakah dengan pendidikan dan norma sosial yang bergeser dinamis menunjang
untuk kerja di luar negeri ?
4. Apakah bekerja di luar negeri merupakan suatu budaya yang terjadi di desa ?
5. Apakah saudara merasa ada suatu kebanggaan tersendiri karena sudah pernah atau
yang akan berangkat kerja di luar negeri ?

Faktor Ekonomi.
1. Dari mana saudara mendapatkan informasi untuk bekerja di luar negeri ?
2. Menurut saudara apakah ada perbedaan kerja antara kerja di dalam negeri dengan
kerja di luar negeri ?
3. Berapa gaji yang saudara terima setiap bulan jika dikurskan dengan nilaai mata
uang rupiah ?
4. Apakah saudara merasa ada perubahaan penghasilan ?
5. Apakah saudara mendapatkan fasilitas kerja yang baik ?

B. Dampak migrasi TKW tehadap keluarga yang di tinggalkan di desa.


Daftar pertanyaan diajukan untuk keluarga TKW yang pernah ditinggalkaan atau
keluarga TKW yang akan ditinggalkan keluarganya ( istri/anak) untuk kerja di luar
negeri.
Kehidupan Sosial Budaya
1. Bagaimana pendapat saudara (suami/kerabatnya) mengenai perubahan sosial
budaya sebelum istri/anak menjadi TKW dan sesudah menjdadi TKW ?
2. Bagaimana perubahan status sosial keluarga TKW ?
3. Bagaimana peningkatan jaringan sosial terhadap masyarakat setempat ?
4. Bagaimaana perhatian dari pendidikan keluarga TKW ?
Kehidupan Ekonomi
1. Apakah saudara setiap bulan sering mendapatkan kiriman (uang/barang) dari
keluarga (isrti/anak) yang bekerja sebagai TKW ?
2. Bagaimanakah perubahan pendapatan pada keluarga sebelum istri/anak menjadi
TKW dan sesudah menjdadi TKW ?
3. Bagaimanakah peningkatan kualitas kesehatan keluarga TKW ?
4. Bagaimanakah Peningkatan pola konsumsi dan gaya hidup sebelum istri/anak
menjadi TKW dan sesudah menjdadi TKW ?

Kehidupan Psikis
1. Apakah istri/anak saudara bertekad kerja di luar negeri karena tertekan/ pakasaan
dari orang tua/suami ?
2. Apakah saudara tidak merasa berat meniggalkan istri/anak yang akan bekerja di
luar negeri ?
3. Bagaimana saudara melakukan hubungan dengan keluarga (istri/anak) yang
menjadi TKW ?
4. Siapakah yang menjaga keluarga (anak-anak) saudara pada saat istri/anak anda
bekerja sebagai TKW ?
5. Bagaimanakah pengaruh kehidupan anak mengenai kepribadian dan moral anak
mengingat bahwa peran seorang ibu sangat kuat dalam mewariskan nilai-nilai
moral pada anak mereka ?
PEDOMAN OBSERVASI

A. Keadaan Demografi di Desa Klapok Lor Kecamatan Kebonagung


Kabupaten Demak.
1. Potensi apa saja yang terdapat di Desa Klampok Lor Kecamatan Kebonagung
Kabupaten Demak .
2. Jumlah penduduk yang terdapat di Desa Klampok Lor Kecamatan Kebon agung
Kabupaten Demak untuk tahun 2004.

54
35

3. Mata pencaharian masyarakat di Desa Klampok Lor Kecamatan Kebonagung


Kabupaten Demak .
4. Jumlah perempuan di Desa Klampok Lor Kecamatan Kebonagung Kabupaten
Demak yang sudah pernah berangkat atau yang akan pergi kerja di luar negeri .
B. Keadaan Sosial Budaya di Desa Klapok Lor Kecamatan Kebonagung
Kabupaten Demak.
1. kesejahteraan keluarga TKW
2. peran-peran sosial yang dipegang oleh keluarga TKW
3. Perubahan pola/ gaya hidup dari para TKW sebelum dan setelah pulang dari kerja
di luar negeri ?
C. Keadaan Ekonomi di Desa Klapok Lor Kecamatan Kebonagung
Kabupaten Demak.
1. Peningkatan pola konsumsi dan gaya hidup keluarga TKW.
Lampiran

Persyaratan bagi tenaga kerja Indonesia (TKI) yang ingin bekerja di luar

negeri diatur dalam keputusan Menteri tenaga Kerja No.44/Men 1994 tentang

petunjuk pelaksanaan penempatan tenaga kerja di dalam dan ke luar negeri. Pada bab

VI bagian kedua mengenai persayaratan calon tenaga kerja Indonesia (TKI) berbunyi:

setiap calon tenaga TKI yang akan dipekerjakan ke luar negeri harus memenuhi

syarat-syarat :

1. Usia minimal 18 tahun, kecuali peraturan negara tujuan menentukan lain;

2. Memiliki Kartu Tanda Penduduk;

3. Sehat mental dan fisik yang dibuktikan dengan surat keterangan dokter atau lulus

tes kesehatan sesuai dengan ketentuan negara penempatan;

4. Berpendidikan tertentui, memiliki keterampilan atau pengalaman sesuai dengan

persyaratan jabatan atau pekerjaan yang diperlukan dan dibuktikan dengan

Sertifikat Ketrampilan;

5. Terdaftar di kantor Departemen Tenaga Kerja di daerah tempat tinggalnya,

dibuktikan dengan kartu tanda pendaftaran pencari kerja (AK-I);

6. Memiliki paspor dari kantor imigrasi terdekat dengan kantor daerah asal TKI

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

7. Bersedia mematuhi pelaksanaan isi perjanjian kerja yang telah disepakati dan

ditandatangani sebelum berangkat ke negara tempat kerja;

8. Bersedia memikul biaya yang diperlukan dalam proses penenpatan yang telah

disepakati sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

9. Mengikuti program pengiriman uang (remittance), tabungan, serta program

kesejahteraan tenaga kerja.

54
35

FAKTOR PENDORONG PEREMPUAN BEKERJA DI LUAR NEGERI


KASUS DI DESA KLAMPOK LOR KECAMATAN KEBONAGUNG
KABUPATEN DEMAK

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


1. Ketimpangan antara pria dan wanita dalam bidang pertanian
2. Wanita dipandang hanya sebagai ibu rumah tangga dan pendamping suami
3. Pandangan masayarakat untuk orientasi pada masa depan anak perempuan
4. Kesamaan hak antara pria dan wanita dalam bidang pendidikan
5. Wanita mulai langkah baru masuk dunia kerja di luar pertanian
6. Sempitnya lahan pekerjaan yang ada di desa
7. Perempuan mencari alternatif pekerjaan lain dengan merantau dikota dan
sampai dengan
1.2. Perumusan di luar negeri
Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini adalah :


(1) Faktor pendorong apakah yang menyebabkan perempuan penduduk Desa
Klampok Lor Kecamatan Kebonagung Kabupaten Demak bekerja
sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) di luar negeri ?
(2) Bagaimanakah dampak migrasi Tenaga Kerja Wanita (TKW) terhadap
keluarga yang ditinggalkan di desa ?
1.3. Tujuan Penelitian

Sedangkan tujuan penelitian ini adalah :


(1) Untuk mengetahui faktor pendorong yang menyebabkan perempuan
penduduk Desa Klampok Lor Kecamatan Kebonagung Kabupaten
Demak bekerja sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) di luar negeri.
(2) Dampak migrasi Tenaga Kerja Wanita (TKW) terhadap keluarga yang
ditinggalkan di desa.
BAB II
TELAAH PUSTAKA

2.1. Keadaan yang melatar belakangi perempuan bekerja di luar negeri


.
1. Pembagian peran laki-laki dan perempuan di Desa klampok lor terliha
2. Ada 2 respon yang dilakukan wanita desa untuk menghadapi struktural
akibat masuknya teknologi pertanian baru :
a. Kembali memasuki wilayah domestik karena kesempatan kerja di sektor
publik sulit diraih
b. Mereka berusaha memperoleh kesempatan kerja di luar desanya (di
kota) dengan melakukan migrasi. Ada yang bermigrasi secara ulang
antara desa-kota, ada pula yang bekerja jauh di luar negeri
3. Perempuan masuk dunia perdagangan
4. Perempuan masuk dunia industri
5. Kesempatan kerja di pabrik semakin sempit
6. Ada peluang kerja di negara-negara yang relatif kaya, dapat menyerap
tenaga kerja Indonesia dalam jumlah besar

2.2. Sebab-sebab perempuan bekerja di luar negeri

Keterlibatan wanita dalam kegiatan ekonomi keluarga dipengaruhi oleh tiga


faktor :
1. Tekanan ekonomi
2. Lingkungan keluarga yang mendukung
3. Tidak ada peluang kerja lain
Alasan migran utama meninggalkan daerah asal adalah karena faktor
ekonomi, terutama disebabkan sukarnya mendapat pekerjaan serta wujudnya
keinginan untuk mendapat penghasilan lebih tinggi.

54
35

2.3. Memilih bekerja di luar negeri


Maraknya mobilitas angkatan kerja wanita Indonesia, terutama di daerah-daerah
yang secara ekonomi masih terbelakang, berkaitan dengan rendahnya income di
daerah asal sementara beban keluarga semakin bertambah.
Pilihan mobilitas keluar merupakan suatu strategis yang harus dilakukan.
Sementara itu lapangan kerja tidak tersedia didaerah asal.
Mulai berkembangnya perubahan nilai ekonomi kerja wanita yang mendorong
dinamisme wanita dalam bersaing di pasar kerja yang lebih luas.
Menciptakan peran pertukaran peran yang lebih setara dalam hubungan gender.
Keterlibatan wanita di pasar kerja global sangat dipengaruhi oleh sistem politik
dan sistem ekonomi dalam jaringan kerja sebuah sistem.
Makin tinggi kebutuhan pasar, makin luas kesempatan wanita untuk
berpartisipasi di berbagai sektor produksi.
Batasan gender akan terkikis oleh karakteristik pasar kerja yang didasarkan pada
kemampuan individual.

2.4. Motivasi perempuan bekerja di luar negeri

Secara teoritis melakukan migrasi setiap orang berbeda-beda. Menurut Stalker


secara umum dapat dijelaskan dari perspektif individual dan perespektif
struktural :
Dari perspektif individual, migrasi dipandang sebagai keputusan rasional.
Setaip individu mempunyai berbagai maacam pengetahuan dan pilihan dalam
upaya mencapai dan memperbaiki kesejahteraan.
Dari perspektif struktural, migrasi dipandang sebagai keputusan yang
berkaitan dengan adanya tekanan kondisi eksternal yang dihadapi para
migrant. Struktur sosial, ekonomi, dan politik dapat menekan kehidupan
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Dasar Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dimana


dalam prosedur penelitian menggunakan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau jawaban dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Penelitian kualitatif
tidak bertujuan untukk mengkaji atau membuktikan kebenaran suatu teori tetapi
teori yang sudah ada dikembangkan dengan menggunakan data yang
dikumpulakan. Dasar penelitian ini adalah bahwa di Desa Klampok Lor
khususnya dalam bidang pertanian terjadi proses maskulanisasi, semakin
sempitnya lahan pertanian, dan semakin meningkatnya pendidikan wanita
sehingga Berdasarkan
mereka maluhasil dan penelitian
gengsi untuk dan mengerjakan lahan pertanian.
kemudian dianalisis diperoleh
Berdasarkan
keterangan faktor
bahwa (1)inifaktor
peluang kerja di penduduk
pendorong luar sektorperempuan
pertanian sangat diperlukanLor
Desa Klampok
perempuan.Disaat
Kecamatan angkatan
Kebonagung kerja yang
Kabupaten tidak bekerja
Demak seimbangdidengan kesempatan
luar negeri karenakerja
faktor
yang ada di desa maupun di kota, mereka berusaha untuk
ekonomi yaitu membiayai sekolah anak, merenovasi rumah, membeli tanah atau memperoleh
kesempatan
sawah, kerja suami,
membantu dengan ingin
melakukan
hidupmigrasi jangka
mandiri, dan panjang sampai engan
memperbaiki ada pula
hasil
yang bekerja di luar negeri.
penelitian menunjukkan bahwa ada sebagian dari para migran mempunyai tujuan
yang sama yaituDalam
untukpenelitian ini peneliti memilih
mencari pengalaman, wawasan,Lokasi penelitian
dan pergaulan dalamdi bekerja.
Desa
(2)Klampok
DampakLormigrasi
Kecamatan Kebonagung
Tenaga Kabupaten
Kerja Wanita Demakterhadap
(TKW) karena dari sebagian
keluarga yang
penduduk perempuan ada yang bekerja ke luar negeri, sedangkan
ditinggalkan di desa dapat kita lihat dari segi positif dan segi negatif. subjek
penelitian ini adalah (1) penduduk perempuan Desa Klampok Lor Kecamatan
Kebonagung Kabupaten Demak yang bekerja sebagai Tenaga Kerja Wanita
(TKW) di luar negeri baik yang sudah pulang atau yang akan berangkat kerja di
luar negeri dan (2) keluarga Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang ditinggalkan di
desa.

3.2. Fokus penelitian

Fokus penelitian ini adalah (1) faktor pendorong yang menyebabkan


perempuan penduduk Desa Klampok Lor Kecamatan Kebonagung
Kabupaten Demak bekerja sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) di luar
negeri, dengan indikator : faktor demografi, faktor sosial budaya, dan faktor
ekonomi, dan (2) dampak migrasi Tenaga Kerja Wanita (TKW) terhadap
keluarga yang ditinggalkan di desa, dengan indikator: kehidupan kehidupan
sosial budaya, kehidupan ekonomi, dan kehidupan psikis.

54
35

3.3. Sumber Data Penelitian

Sumber data yang digunkan dalam penelitian ini adalah sumber tertulis dan
informan

3.4. Alat dan Teknik Pengumpulan Data

Alat dan teknik pengumpulan data menggunakan metode wawancara,


observasi, dan metode dokumentasi. Metode analisa data yang digunakan
adalah metode deskriptif kualitatif.
3.5. Validitas dan Keabsahan Data
Validitas dan keabsahan data penelitian ini menggunakan teknik triangulasi.
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data itu.

3.6. Model Analisa Data

.Metode analisa data yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif


(Milles dan Hurberman, 1992: 20).

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian dan kemudian dianalisis diperoleh bahwa (1)


faktor pendorong penduduk perempuan Desa Klampok Lor Kecamatan
Kebonagung Kabupaten Demak bekerja di luar negeri karena faktor ekonomi
yaitu membiayai sekolah anak, merenovasi rumah, membeli tanah atau sawah,
membantu suami, ingin hidup mandiri, dan memperbaiki kesejahteraan ekonomi
keluarga. Selain itu dengan melihat dan menganalisa kenyataan sesuai dengan
hasil penelitian menunjukkan bahwa ada sebagian dari para migran mempunyai
tujuan yang sama yaitu untuk mencari pengalaman, wawasan, dan pergaulan
dalam bekerja. (2) Dampak migrasi Tenaga Kerja Wanita (TKW) terhadap
keluarga yang ditinggalkan di desa dapat kita lihat dari segi positif dan segi
negatif.
BAB V
PENUTUP

5.1. Simpulan

Simpulan dalam penelitian ini adalah (1) keluarga memiliki tuntutan yang lebih
besar dab kontinue yang mungkin dapat menerahkan semua anggota keluarga
mereka, laki-laki dan perempuan dapat juga melakukan tugas-tugas yang
paling sukar dan berat sekalipun agar kehidupan ekonomi keluarga tetap
berlangsung. Dan sebagian besar faktor utama pendorong perempun bekerja
sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) di luar negeri adalah karena alasan
ekonomi, meskipun demikian juga tidak terlepas dari faktor demografi dan
faktor sosial budaya desa tersebut. (2) Dampak bagi keluarga Tenaga Kerja
Wanita (TKW) yang ditinggalkan di desa yaitu, bahwa status sosial ekonomi
keluarga Tenaga Kerja Wanita (TKW) di Desa Klampok Lor Kecamatan
Kebonagung Kabupaten Demak bertambah lebih baik. (3) Perilaku sosial anak
dalam keluarga yang ibunya bekerja sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) ada
yang baik dan ada yang kurang sesuai dengan norma dan nilai agama dan
sosial.

5.2. Saran

Saran untuk penelitian ini adalah (1) sebaiknya perempuan yang


diberangkatkan menjadi TKW adalah TKW yang benar-benar lulus seleksi
dari latihan mental spiritual, skil dan minimal dapat baca tulis dan
menguasai bahasa negara tujuan, karena dengan begitu akan mempermudah
komunikasi dalam hubungan kerja antara majikan atau perusaahan
pemberi kerja dengan pekerjanya. (2) Bagi keluarga yang ibunya menjadi
TKW di luar negeri sebaiknya orang tua (ayah) dan keluarga dekat
(nenek,kakek, paman dan lain-lainnya) ikut serta memberikan bimbingan
kepada anak-anaknya sebagai bagian dari tanggung jawabnya, sehingga
anak tidak merasakan kurang kasih sayang dan tetap memiliki sikap sosial
keluarga yang selaras dengan masyarakat agama yang agamis

54
35

You might also like