You are on page 1of 89

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN

KEMANDIRIAN ANAK TK PANGUDI LUHUR BERNARDUS


SEMARANG TAHUN AJARAN 2004 / 2005

SKRIPSI
Diajukan dalam rangka menyelesaikan Studi Strata 1
Untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :
Nama : Anastasia Kiswanti
NIM : 1401901084
Jurusan : Pendidikan Sekolah Dasar S1 PY
Fakultas : Ilmu Pendidikan

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)


2004 / 2005
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian

Skripsi

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Tri Esti Budiningsih Drs. Kustiono, M.Pd


NIP. 131 570 067 NIP. 132 050 308

Mengetahui
Ketua Jurusan

Drs. Zoedindarto BDH


NIP. 130 345 749

ii
PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi, Fakultas
Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang

Pada hari : Selasa


Tanggal : 16 Agustus 2005

Penitia Ujian Skripsi

Ketua Sekretaris

Drs. Siswanto, MM Drs. Zoedindarto BDH


NIP. 130 515 769 NIP. 130 345 749

Penguji I Penguji II Penguji III

Drs. Sukardi, M.Pd Dra. Tri Esti Budiningsih Drs. Kustiono, M.Pd
NIP. 131 676 923 NIP. 131 570 067 NIP. 132 050 308

iii
PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil

karya saya sendiri dan kutipan yang terdapat dalam skripsi dikutip dari referensi

buku-buku yang ada hubungannya dengan pola asuh orang tua atau dirujuk

berdasarkan kode etik ilmiah yang semestiya.

Semarang, Agustus 2005

Yang membuat pernyataan,

Anastasia Kiswanti

NIM. 1401901084

iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Berilah kasih kepada seorang anak, dan engkau akan mendapat kasih itu kembali
(John Ruskin)

Guru mendidik perserta didik dengan berprinsip “ajrih –asih” dalam atmosphere
sekolah yang penuh kekeluargaan, kesetiakawanan, saling memajukan diri.
(YB. Mangunwijaya, PR)

Skripsi ini kupersembahkan kepada :


1. Suami dan anakku tercinta
2. Kedua orangtua dan keluargaku tersayang
3. Sahabat dan rekan-rekan kerja yang tercinta

v
PRAKATA

Penulis bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa ,yang telah memberikan

berkat dan kasih sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini .

Skripsi ini dapat tersusun berkat bantuan beberapa pihak .Oleh karena itu

penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. A.T. Sugito , S.H, M.M; selaku Rektor Universitas Negeri Semarang yang

telah memberikan kesempatan belajar di Universitas Negeri Semarang.

2. Drs. Siswanto, MM; selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah

memberikan kesempatan belajar di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri

Semarang.

3. Drs. Zoedindarto Boediharto, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar

(PSD) Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan dukungan kepada

penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan

4. Dra. Tri Esti Budiningsih, selaku Pembimbing I yang membimbing dengan baik

dalam proses penulisan skripsi ini dari awal hingga akhir penyusunan.

5. Drs. Kustiono, MPd; selaku Dosen Pembimbing II yang telah membimbing

penulis sejak awal hingga penyelesaian skripsi ini.

6. BR. Arnodus M.FIC, selaku kooedinator TK-SD PL Bernardus yang telah

memberikan motivasi dan bantuan selama penulisan skripsi ini.

7. Ibu Maria Yulimah, selaku kepala TK. PL Bernardus, yang telah memberikan

dorongan baik spiritual maupun material kepada penulis dari awal hingga akhir.

8. Responden / orangtua yang banyak bekerjasama dalam penelitian ini.

vi
9. Rekan-rekan guru di unit kerja TK. PL. Bernardus, yang telah banyak

membantu selama penulisan skripsi ini.

Pihak-pihak lain yang secara langsung maupun tidak langsung telah

membantu dalam penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih ada kekurangannya.

oleh karena itu segala kritik dan saran pembaca sangat diharapkan. Semoga

penelitian ini tetap dapat memberi arti bagi pembaca dalam pemenuhan informasi

ilmiah.

Semarang, Agustus 2005

Penulis

vii
SARI

ANASTASIA KISWANTI. 2005. Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan


Kemandirian Anak Tk Pangudi Luhur Bernardus Semarang Tahun Ajaran
2004 / 2005. Skripsi Jurusan PGSD S-1, Fakultas Ilmu Pendidikan,
Universitas Negeri Semarang, Pembimbing I. Dra. Tri Esti Budiningsih,
Pembimbing II Drs. Kustiono, M.Pd.

Kata kunci : Pola asuh orang tua, kemandirian anak TK.

Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama dalam menumbuh


kembangkan anak. Peran keluarga menjadi begitu penting dalam membentuk
beberapa sikap dasar yang akan menentukan perkembangan kepribadiannya di masa
depan. Pada tahap awal perkembangan, peran keluarga yang utama adalah
memberikan perhatian dan memenuhi kebutuhan rasa aman bagi anak sehingga
anak mampu mengembangkan dasar kepercayaan terhadap lingkungan.
Kemandirian anak sudah harus tumbuh pada usia prasekolah agar kepercayaan
dirinya bisa tumbuh dan berkembang dengan wajar. Seorang anak merasa perlu
untuk mandiri dan memang ada dorongan nalurinya untuk menjadi mandiri.
Skripsi ini bertujuan untuk menguji ada tidaknya hubungan antara pola asuh
orangtua dengan kemandirian anak.Penelitian dilakukan di TK Pangudi Luhur
Bernardus Semarang, dengan obyek penelitian siswa dan orangtua anak yang
bersangkutan. Instrumen yang digunakan adalah angket pola asuh orangtua yang
meminta jawaan dari orangtua siswa untuk mengetahui pola asuh yang mereka
terapkan. Penelitian ini juga menggunakan metode observasi yang mengamati
tingkat kemandirian siswa di sekolah. Baik angket maupun observasi dinilai dengan
skala 1 sampai 4. Uji validitas dan reliabilitas instrumen dilakukan terlebih dahulu
sebelum melakukan pengujian selanjutnya. Pengujian ada tidaknya hubungan antara
pola asuh orangtua dan kemandirian siswa diuji dengan analisis korelasi product
moment.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola asuh orangtua memiliki hubungan
yang cukup kuat dengan kemandirian anak dimana diperoleh nilai korelasi sebesar
0,613. Hal ini menunjukkan akan perlunya pemberian sedikit toleransi kepada anak
untuk diberikan pola asuh yang benar agar dapat memicu anak untuk dapat
melakukan segala sesuatunya secara mandiri.
Berdasarkan simpulan analisis ini disarankan kepada: (1) orangtua untuk
lebih meningkatkan sikap positif mereka terhadap program-program dalam rangka
mendidik anak untuk memiliki kemandirian yang besar, (2) bagi orang tua agar
dapat mendampingi putra-putrinya belajar dan membimbing mereka untuk
menentukan cara atau jalan mereka yang terbaik supaya lebih mandiri, (3) bagi
pendidik, diharapkan mampu memberikan contoh dan perilaku mandiri kepada
siswa.

viii
DAFTAR ISI

Halaman
JUDUL ............................................................................................................. i
PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................................... ii
PENGESAHAN KELULUSAN ...................................................................... iii
PERNYATAAN ............................................................................................... IV
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... v
PRAKATA ....................................................................................................... vi
SARI................................................................................................................. viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1


A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Permasalahan ............................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 5
E. Penegasan Istilah....................................................................... 5
F. Sistematika Skripsi.................................................................... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS ................................... 8


A. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 8
1. Pola Asuh Orangtua .............................................................. 8
2. Pendidikan Taman Kanak-Kanak ......................................... 16
3. Kemandirian ......................................................................... 25
4. Hubungan Pola Asuh terhadap Kemandirian Anak di
Taman Kanak-Kanak ............................................................ 28
B. Hipotesis ................................................................................... 30

ix
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 31
A. Populasi .................................................................................... 31
B. Sampel ...................................................................................... 31
C. Variabel Penelitian ................................................................... 32
D. Metode Pengumpulan Data ...................................................... 36
E. Pengujian Instrumen ................................................................. 42
F. Metode Analisa Data ................................................................. 43

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN ................................. 45


A. Persiapan Penelitian ................................................................. 45
B. Analisa Data ............................................................................. 51
C. Pembahasan .............................................................................. 54

BAB V PENUTUP ..................................................................................... 56


A. Kesimpulan .............................................................................. 56
B. Saran-Saran ............................................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
3.1. Rancangan Observasi Kemandirian Siswa ............................................. 37
3.2. Rancangan Skala Pola Asuh Orangtua ................................................... 41
4.1. Hasil PerhitunanValiditas Angket Pola Asuh ......................................... 49
4.2 Skala Pola Asuh Orangtua yang Valid ................................................... 50
4.3 Hasil Perhitungan Validitas Observasi Kemandirian Siswa ................... 51
4.4 Nilai Reliabilitas ..................................................................................... 52

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1 Angket..................................................................................................... 60
2 Lembar Observasi Kemandirian Siswa .................................................. 64
3 Skor hasil angket Pola Asuh Orangtua ................................................... 65
4 Skor hasil Observasi Kemandirian Siswa ............................................... 68
5 Korelasi hasil uji validitas ...................................................................... 69
6 Hasil pengujian reliabilitas ..................................................................... 77
7 Hasil uji korelasi .................................................................................... 80

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Siswa berani bertanya secara sederhana ................................................. 81
2. Siswa mampu tampil di depan kelas ....................................................... 82
3. Siswa bisa mencuci tangan sendiri sampai bersih ................................. 83
4 Siswa makan minum sendiri tanpa bantuan orang lain .......................... 84
5. Siswa memakai sepatu sendiri ................................................................ 85

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan merupakan kunci bagi suatu bangsa untuk bisa

menyiapkan masa depan dan sanggup bersaing dengan bangsa lain. Dunia

pendidikan dituntut memberikan respon lebih cepat terhadap perubahan-

perubahan yang tengah berlangsung di masyarakat. Masyarakat pasca modern

saat ini menghendaki perkembangan total, baik dalam visi, pengetahuan, proses

pendidikan maupun nilai-nilai yang harus dikembangkan bagi anak untuk

menghadapi tantangan masa depan yang semakin kompleks. Bila Indonesia

modern di masa depan mengisyaratkan perlunya manusia-manusia

pembangunan yang kreatif, mandiri inovatif dan demokratis, maka dunia

pendidikan yang harus mempersiapkan dan menghasilkannya.(Widayati,

2002:1)

Seorang anak tidak dapat tumbuh dan berkembang tanpa adanya

pengaruh dari orang lain. Tidak ada seorangpun yang dapat membangun

hidupnya sendiri dari awal dengan kekuatannya sendiri. Dia memerlukan orang

lain dan dukungan lingkungan agar dapat tumbuh dan berkembang menjadi

dewasa. Tiap lingkungan memberikan pengaruh pada proses pembentukan

individu, melalui proses pendidikan yang diterimanya. Tanpa pendidikan

dengan lingkungan hidup, kehidupan yang senantiasa berubah. Perubahan akan

terjadi jika ada pengaruh dari lingkungan dan orang lain di sekitarnya.

1
2

Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama dalam

menumbuh kembangkan anak. Peran keluarga menjadi begitu penting dalam

membentuk beberapa sikap dasar yang akan menentukan perkembangan

kepribadiannya di masa depan. Pada tahap awal perkembangan, peran keluarga

yang utama adalah memberikan perhatian dan memenuhi kebutuhan rasa aman

bagi anak sehingga anak mampu mengembangkan dasar kepercayaan terhadap

lingkungan.

Drost (1998:63), mengemukakan bahwa peran orang tua dalam

membimbing adalah sebagai pendidik utama untuk mempersiapkan anak

menghadapi dunia pendidikan formal. Peran orang tua adalah membangun rasa

mandiri dan percaya diri anak dengan pengakuan, pujian dan dorongan

sehingga timbul rasa percaya diri. Jika pada tahap ini seorang anak tidak

mendapatkan dukungan keluarganya, maka yang terjadi adalah berkembangnya

rasa ragu-ragu. Namun jika anak mampu mengembangkan rasa percaya diri dan

sikap mandiri, maka anak akan berani mengambil inisiatif untuk secara bebas

melakukan segala sesuatu atas kemauan sendiri. Keluarga dapat mendorong hal

ini dengan memberikan kesempatan untuk menentukan sendiri apa yang ingin

dilakukan anak.

Kemandirian anak sudah harus tumbuh pada usia prasekolah agar

kepercayaan dirinya bisa tumbuh dan berkembang dengan wajar. Seorang anak

merasa perlu untuk mandiri dan memang ada dorongan nalurinya untuk

menjadi mandiri.
3

Menurut Triyon dan Lilienthal (Moeslichatoen, 1999:4) tugas-tugas

perkembangan masa kanak-kanak awal yang harus dijalani anak taman kanak-

kanak adalah berkembang menjadi pribadi yang mandiri yang berarti

berkembang menjadi pribadi yang bertanggung jawab untuk melayani dan

memenuhi kebutuhan sendiri pada tingkat kemandirian yang sesuai dengan

tingkat usia taman kanak-kanak.

Dalam penelitian Komariyah (2002:49) tentang “Studi Komparatif

antara Kemandirian Siswa Kelas I SD yang berasal dari TK dengan yang bukan

berasal dari TK”, dinyatakan bahwa kemandirian siswa kelas I SD yang berasal

dari TK dengan yang bukan berasal dari TK ada perbedaan. Dari analisis

diketahui data skor kemandirian siswa kelas I SD yang berasal dari TK

menunjukkan kriteria baik dan skor kemandirian siswa kelas I SD yang bukan

berasal dari TK menunjukkan kriteria cukup. Penelitian Ason (1998:143) yang

berjudul “Kontribusi Pola Asuh Orang Tua terhadap Prestasi Belajar Peserta

Didik di SD Pangudi Luhur Bernardus” menyatakan bahwa pola asuh orang tua

memberikan kontribusi terhadap prestasi belajar peserta didik.

Penulis melihat adanya fenomena atau gejala para orang tua terlalu

mempercayakan anak pada pengasuh karena mereka sibuk bekerja sendiri.

Disisi lain pengasuh sekedar menjalankan tugas mengasuh anak, memberi

makan, mainan, segala sesuatu dibantu supaya anak tidak rewel dan merasa

senang. Hal tersebut membuat anak menjadi kebiasaan dibantu orang lain

sehingga waktu sekolah menjadi kurang mandiri.


4

Dengan adanya fenomena yang ada, jurnal penelitian dan diperkuat

beberapa teori tersebut di atas, maka perlu dilaksanakan penelitian dengan judul

: “Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Kemandirian Anak TK Pangudi

Luhur Bernardus Semarang tahun Ajaran 2004 / 2005”

B. PERMASALAHAN

Bagi orang tua dalam mendidik anak dengan pola asuh yang benar dapat

mewujudkan atau meningkatkan kemandirian yang ada dalam diri anaknya.

Pola asuh yang dimaksud adalah dapat terjadinya komunikasi dua arah antara

orang tua dengan anak. Pola asuh orang tua diduga kuat ada kaitannya dengan

kemandirian seorang anak pada masa belajar di taman kanak-kanak, maka

permasalahan yang dapat muncul dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah ada hubungan pola asuh orang tua dengan kemandirian Anak di

Taman Kanak-kanak Pangudi Luhur Bernardus Semarang ?

2. Bila ada, seberapa besar hubungan pola asuh orang tua dengan kemandirian

Anak Taman Kanak-kanak Pangudi Luhur Bernardus Semarang ?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :

1. Mengetahui hubungan pola asuh orang tua dengan kemandirian Anak di

Taman Kanak-kanak Pangudi Luhur Bernardus Semarang.

2. Mengetahui seberapa besar hubungan pola asuh orang tua dengan

kemandirian Anak Taman Kanak-kanak Pangudi Luhur Bernardus

Semarang.
5

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada orang tua, guru dan

sekolah yaitu:

1. Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan pola asuh orang tua dalam

mendidik anak dalam lingkungan keluarga.

2. Bagi Taman Kanak-kanak Pengudi Luhur Bernardus, memberikan

peningkatan dalam mengasuh anak untuk lebih mandiri.

3. Bagi Civitas Akademik, memberikan tambahan wawasan dan dapat

disempurnakan dalam penelitian yang lebih lanjut atau lebih sempurna.

E. PENEGASAN ISTILAH

Untuk menjaga agar jangan sampai terjadi salah penafsiran ataupun

menimbulkan beberapa penafsiran dalam mengartikan judul, maka perlu

diberikan penegasan istilah sebagai berikut:

1. Hubungan

Hubungan adalah keadaan berhubungan atau dihubungkan

dengan hal lain (Purwodarminto, 1976:362).

2. Pola Asuh

Pola asuh adalah perilaku orang tua dalam mendidik anak-anak

mereka (Idris, 1992:87). Perilaku orang tua dalam mendidik anak mereka

ini dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu: perilaku otoriter, perilaku

demokratis dan perilaku laissez-faire.


6

3. Kemandirian

Yang dimaksud kemandirian adalah kemampuan mengatur diri

sendiri sesuai dengan hak dan kewajiban, tidak bergantung pada orang lain

sampai batas kemampuannya, mampu bertanggungjawab atas keputusan,

tindakan dan perasaannya sendiri serta mampu membuang pola perilaku

yang mengingkari kenyataan (Sukadji, 1986: 27).

4. Taman Kanak-kanak Pangudi Luhur Bernardus

Taman Kanak-kanak merupakan suatu lembaga pendidikan non

formal yang dilakukan sebelum memasuki jenjang sekolah dasar

(Depdikbud, 1993: 14). Taman Kanak-kanak Bernardus dikelola oleh

Yayasan Pangudi Luhur, yaitu yayasan yang bergerak dibidang pendidikan

dan pembinaan serta mengelola sekolah dari tingkat TK sampai dengan

SLTA. (Sumardjo, 2001:1). Sedangkan Bernardus adalah nama seorang

santo atau orang suci, yang dijadikan nama pelindung sekolah dengan

harapan keutamaan-keutamaan yang dimiliki Santo Bernardus dapat

dijadikan contoh teladan bagi anak didik (Nikolaas, 1997: 412).

F. SISTEMATIKA SKRIPSI

Dalam penulisan skripsi ini terdiri atas lima bagian bab sehingga dapat

dijelaskan sebagai berikut:


7

Bab I Pendahuluan

Menguraikan tentang latar belakang permasalahan, perumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah

dan sistematika skripsi.

Bab II Landasan Teori

Menguraikan tentang pola asuh orang tua yang mencakup

pengertian macam-macam pola asuh, pendidikan taman kanak-

kanak yang mencakup ciri-ciri pendidikan taman kanak-kanak,

tugas-tugas perkembangan, interaksi belajar mengajar di taman

kanak-kanak, kemandirian yang mencakup pengertian dan sikap

kemandirian anak TK, Hubungan pola asuh terhadap kemandirian

anak di Taman kanak-kanak.

Bab III Metodologi Penelitian

Berisi tentang populasi dan sampel, variabel penelitian, metode

pengumpulan data dan teknik analisa data.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Berisi persiapan penelitian, langkah-langkah penelitian,

penyampaian, analisa data dan pembahasan hasil penelitian.

Bab V Penutup

Berisi mengenai kesimpulan dan saran dari hasil penelitian di

Taman Kanak-kanak Pangudi Luhur Bernardus Semarang


BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

A. KAJIAN PUSTAKA

1. Pola Asuh Orang Tua

a. Pengertian Pola Asuh Orang Tua

Pola asuh orang tua adalah perilaku orang tua dalam mendidik

anak-anak mereka (Idris, 1992:87). Sedangkan (Sukadji, 1988:20)

mengartikan pola asuh sebagai sikap orang tua terhadap anaknya.

Berdasarkan kedua pengertian tersebut penulis mendefinisikan bahwa

pola asuh adalah cara dan sikap serta perilaku orang tua dalam mendidik

anak.

Untuk membina atau mendidik anak tidaklah semudah

membalik tangan, atau secara kebetulan saja, tetapi orang tua harus

mengadakan kontak sosial dengan anak. dengan kontak sosial itulah

akan menimbulkan tingkah laku lekat terhadap anaknya (Haditomo,

1998:109). Tingkah laku lekat merupakan tingkah laku yang khusus

bagi bayi, yaitu kecenderungan dan keinginan seseorang untuk mencari

kedekatan dengan orang lain, untuk mencari kepuasan dalam hubungan

dengan orang lain tersebut.

Untuk menimbulkan tingkah laku lekat terhadap seseorang atau

khususnya anak, maka ada faktor yang mempengaruhi, yaitu:

8
9

a. Sering mengadakan reaksi terhadap tingkah laku anak, yang

dimaksudkan yaitu untuk menarik perhatian dari anak tersebut.

b. Sering membuat interaksi dengan anak secara spontan.

Biasanya tingkah laku kelekatan tidak hanya pada satu orang

saja, namun dapat timbul lebih banyak tergantung dari banyak

sedikitnya orang yang mengasuh anak tersebut. Tetapi tingkah laku

lekat yang utama biasanya yang ada di rumah tersebut.

Dengan tingkah laku lekat inilah anak akan meniru apa yang

dilakukan oleh orang yang dilekatinya, dan dari sinilah pola asuh orang

tua mulai diberikan kepada anaknya.

b. Macam-Macam Pola Asuh

Ketika mendidik anak ditemukan bermacam-macam perilaku

orang tua. Secara teoritis perilaku orang tua tersebut dapat

dikelompokkan menjadi tiga, yaitu otoriter, demokratis, laissez-faire

(Idris, 1992:87).

Masing-masing dari ketiga perilaku orang tua tersebut memiliki

ciri-ciri tersendiri dan berkaitan erat dengan peranan orang tua sebagai

pendidik dalam hubungannya dengan pola asuh. Ketiga pola asuh

tersebut dapat dijelaskan di bawah ini:

1) Otoriter

Pola asuh otoriter adalah pola asuh yang diterapkan orang

tua dengan bercirikan kekuasaan. Segala peraturan yang dianut oleh


10

orang tua harus dikerjakan oleh anak dan tidak boleh dibantah, ciri-

cirinya adalah sebagai berikut:

(a) Anak harus mematuhi peraturan-peraturan orang tua dan tidak

boleh membantah;

(b) Orang tua cenderung mencari kesalahan-kesalahan pada pihak

anak, dan kemungkinan menghukumnya;

(c) Kalau terdapat perbedaan pendapat antara orang tua dengan

anak, maka anak dianggap melawan atau membangkang;

(d) Orang tua cenderung memberikan perintah dan larangan

terhadap anak;

(e) Orang tua cenderung memaksakan disiplin;

(f) Orang tua cenderung menentukan segala sesuatu untuk anak,

dan anak hanya sebagai pelaksana. (Idris, 1992:87).

2) Demokratis

Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang diterapkan oleh

orangtua secara fleksibel/luwes. Anak diberi kesempatan untuk

menyampaikan pendapat dan diikursertakan dalam pemecahan

masalah yang muncul dalam keluarga juga dihadapi dengan tenang,

sabar dan terbuka. Ciri-ciri dari perilaku tersebut adalah sebagai

berikut :

(a) Melakukan sesuatu dalam keluarga dengan cara musyawarah.

(b) Menentukan peraturan-peraturan dan disiplin dengan

mempertimbangkan keadaan, perasaan dan pendapat anak serta


11

memberikan alasan-alasan yang dapat diterima, dipahami dan

dimengerti oleh anak;

(c) Kalau terjadi sesuatu pada anggota keluarga selalu dicari jalan

keluarnya secara musyawarah, juga dihadapi dengan tenang,

wajar dan terbuka;

(d) Hubungan antara keluarga saling menghormati : pergaulan

antara ibu dan ayah juga saling menghormati, demikian pula

orang tua menghormati anak sebagai manusia yang sedang

bertumbuh dan berkembang;

(e) Ada komunikasi dua arah, yaitu anak juga dapat mengusulkan,

menyarankan sesuatu pada orang tuanya dan orang tua

mempertimbangkan;

(f) Semua larangan dan perintah yang disampaikan kepada anak

selalu menggunakan kata-kata yang mendidik, bukan

menggunakan kata-kata kasar;

(g) Memberikan pengarahan tentang perbuatan baik yang perlu

dipertimbangkan dan yang tidak baik ditinggalkan;

(h) Keinginan dan pendapat anak diperhatikan apabila sesuai

dengan norma-norma dan kemampuan orang tua;

(i) Memberikan bimbingan dengan penuh pengertian.

3) Laissez-faire

Orang tua bersikap percaya bahwa mereka selalu

menganggap anak sebagai pribadi dan mendorong mereka dengan


12

memberikan kebebasan penuh, bersikap longgar, tidak pernah

menghukum maupun memberi ganjaran pada anak, kurang kontrol

terhadap anak pada saat berada dirumah, kurang membimbing

terhadap anak, anak lebih berperan daripada orangtua dalam

menyelesaikan tugas atau masalah, kurang tegas, dalam memberikan

peraturan dan kedisiplinan dan hanya berperan sebagai pemberi

fasilitas maka tidak akan peduli terhadap kelakuan anak sehingga

kurang adanya komunikasi. Pola asuh Laissez-faire memiliki ciri-

ciri sebagai berikut:

(a) Membiarkan anak bertindak sendiri tanpa memonitor dan

membimbingnya;

(b) Medidik anak acuh-tak acuh, pasif dan masa bodoh;

(c) Terutama memberikan kebutuhan material saja;

(d) Membiarkan saja apa yang dilakukan anak atau terlalu

memberikan kebebasan untuk mengatur dirinya sendiri tanpa

ada aturan dan norma-norma yang digariskan oleh orang tua;

(e) Kurang sekali keakraban dan hubungan yang hangat dalam

keluarga (Idris , 1992:88).

Menurut Hurlock (1997:256), ada tiga model pola asuh orang

tua, yaitu: otoriter, demokratis dan permisif. Masing-masing pola asuh

tersebut mempunyai ciri-ciri sebagaimana dijelaskan berikut ini:


13

a. Pola Asuh Otoriter

1) Tidak menerangkan kepada anak tentang alasan-alasan mana

yang dapat dilakukan.

2) Mengabaikan alasan-alasan yang masuk akal dan anak tidak

diberi kesempatan untuk menjelaskan.

3) “Punishment” atau hukuman selalu diberikan pada perbuatan

yang salah dan melanggar aturan.

4) “Reward” atau penghargaan jarang diberikan pada perbuatan

yang benar, baik dan berprestasi.

b. Pola Asuh Demokratik

1) Ada pengertian bahwa anak punya hak untuk mengetahui

mengapa suatu aturan dikenakan kepadanya.

2) Anak diberi kesempatan untuk menjelaskan mengapa ia

melanggar peraturan sebelum hukuman dijatuhkan.

3) “Punishment” diberikan kepada perilaku yang salah dan

melanggar peraturan.

4) “Reward” yang berupa pujian dan penghargaan diberikan

kepada perilaku yang benar dan berprestasi.

c. Pola Asuh Permisif

1) Tidak ada aturan ketat dari orang tua, dan anak diperbolehkan

melakukan sesuatu yang dianggap benar.

2) “Punishment” tidak diberikan karena memang tidak ada aturan

yang mengikat.
14

3) “Reward” tidak diberikan untuk perilaku yang baik, karena ada

anggapan bahwa persetujuan sosial sebagai reward.

4) Ada pengertian bahwa perbuatan yang baik akan dipelajari dari

perbuatan yang salah. Dalam hal ini anak tidak dituntut untuk

bertindak untuk memperbaiki kesalahannya, namun orangtua

membiarkan anak untuk merubahnya sendiri. Dengan demikian

tanggung jawab anak terhadap diri mereka tidak menjadi besar.

Istilah otoriter, demokratis dan permisif biasanya digunakan

dalam kepemimpinan. Namun demikian istilah tersebut telah digunakan

dalam layanan orang tua kepada anaknya yang disebut pola asuh.

Pendapat senada dikemukakan oleh Stewart dan Krech (1986:84) yang

mengemukakan bahwa ketiga pola asuh tersebut memiliki ciri-ciri

sebagai berikut:

a. Pola asuh otoriter, memiliki ciri-ciri: kaku, suka menghukum, tidak

menunjukkan kasih sayang dan tidak simpatik.

b. Pola asuh demokratik, memiliki ciri-ciri yaitu: hak dan kewajiban

antara anak dan orang tua adalah sama, secara bertahap orang tua

bermusyawarah dengan anaknya. Adanya saling memberi dan

menerima, dan selalu mendengarkan keluhan-keluhan atau

keberatan-keberatan yang dikemukakan oleh anak-anaknya.

c. Pola asuh permisif, yaitu cenderung memberikan kebebasan kepada

anak tanpa kontrol sama sekali, anak sedikit sekali dituntut suatu
15

kewajiban atau tanggung jawab, mempunyai hak yang sama dengan

orang tua.

Dari berbagai pendapat para ahli mengenai pola asuh tersebut

diatas, penulis akan menggunakan istilah otoriter, demokratis dan

laizzes faire sebagaimana dikemukakan oleh Idris (1992:87). Penulis

menggunakan klasifikasi pola asuh yang dikemukakan oleh ahli

tersebut, karena istilah yang dipakai berlaku umum dan mudah

dimengerti, serta memiliki ciri-ciri yang jelas.

Namun demikian selanjutnya penulis akan menggunakan ciri-

ciri ketiga pola asuh tersebut dengan mendasarkan pada pendapat

beberapa ahli sebagaimana dijelaskan sebelumnya yaitu:

1. Pola asuh otoriter

- Pemaksaan kepada anak untuk memenuhi keinginan orang tua

- Tidak ada kebebasan pada anak dalam menjalankan aktivitasnya

- Adanya ancaman atau hukuman fisik

- Jarang sekali memberikan pujian kepada anak

- Orang tua berhak mengatur masa depan anak

- Sering menakut-nakuti anak dengan ancaman

2. Pola asuh demokratis

- Mau meluangkan waktu kepada anak

- Mambatasi anak terhadap bahaya yang dapat mengancam anak

- Memberi toleransi waktu bermain anak

- Memberikan hadiah kepada anak jika berprestasi.


16

- Sering mendampingi anak-anak

- Pemberian tugas kepada anggota keluarga sesuai dengan

kemampuan.

3. Pola asuh laizzes faire

- Orangtua memberikan kebebasan kepada anak untuk berbuat

sesuai keinginan mereka.

- Memberikan kebutuhan meteri kepada anak.

- Anggapan bahwa anak memiliki hak yang sama besarnya

dengan orangtua.

- Tidak ada hukuman kepada anak

- Tidak ada pujian kepada anak.

2. Pendidikan Taman Kanak-kanak

a. Ciri-ciri Pendidikan Taman Kanak-kanak

Snowman (Patmonodewo, 2000:32) mengemukakan ciri-ciri

anak prasekolah ada 4 macam yakni :

(1) Ciri Fisik

Penampilan maupun gerak gerik anak pra sekolah mudah dibedakan

dengan anak yang berada dalam tahapan sebelumnya. Anak

prasekolah umumnya sangat aktif. Mereka telah memiliki penugasan

(kontrol) terhadap tubuhnya dan sangat menyukai kegiatan yang

dilakukan sendiri. Setelah anak melakukan berbagai kegiatan, anak

membutuhkan istirahat yang cukup. Seringkali anak tidak menyadari


17

bahwa mereka harus beristirahat cukup. Otot – otot besar pada anak

prasekolah lebih berkembang dari kontrol terhadap jari dan tangan.

Oleh karena itu biasanya belum terampil, belum melakukan kegiatan

yang rumit seperti misalnya, mengikat tali sepatu. Anak masih

sering mengalami kesulitan apabila harus memfokuskan

pandangannya pada objek-objek yang kecil ukurannya. Itulah

sebabnya koordinasi tangan dan matanya masih kurang sempurna.

Walaupun tubuh anak ini lentur, tetapi tengkorak kepala yang

melindungi otak masih lunak (soft). Walaupun anak lelaki lebih

besar, dan anak perempuan lebih terampil dalam tugas yang bersifat

praktis. Khususnya dalam tugas motorik halus.

(2) Ciri Sosial

Anak prasekolah biasanya mudah bersosialisasi dengan orang

disekitarnya. Umumnya anak pada tahapan ini memiliki satu atau

dua sahabat, tetapi sahabat ini cepat berganti. Kelompok bermainnya

cenderung kecil dan tidak terlalu terorganisasi secara baik. Anak

yang lebih muda seringkali bermain bersebelahan dengan anak yang

lebih besar. Pola bermain anak prasekolah sangat bervariasi

fungsinya sesuai dengan kelas sosial dan ‘gender’. Konneth Rubin

dkk (1976). Melakukan pengelompokan setelah mengamati kegiatan

bermain bebas anak prasekolah yang dihubungkan dengan kelas

sosial kognitif anak, yaitu :


18

a. Bermain fungsional. Melakukan pengulangan gerakan-gerakan

otot dengan atau tanpa objek-objek.

b. Bermain konstruktif. Melakukan manipulasi terhadap benda-

benda dalam kegiatan membuat konstruksi atau

mengkreasi/menciptakan sesuatu.

c. Bermain dramatik. Adalah dengan menggunakan situasi yang

imajiner.

d. Bermain dengan menggunakan aturan.

Perselisihan seringkali terjadi tetapi sebentar kemudian mereka telah

berbaik kembali. Anak lelaki lebih banyak melakukan tingkah laku

agresif dan perselisihan. Setelah anak masuk TK, umunya pada

mereka berkembang kesadaran terhadap perbedaan jenis kelamin

dan peran sebagai anak lelaki atau anak perempuan.

(3) Ciri Emosional

Anak TK cenderung mengekspresikan emosinya dengan bebas dan

terbuka. Sikap marah sering diperlihatkan oleh anak pada usia

tersebut. Iri hati pada anak prasekolah sering terjadi. Mereka

seringkali memperebutkan perhatian guru.

(4) Ciri Kognitif

Anak prasekolah umumnya telah terampil dalam berbahasa.

Sebagian besar dari mereka senang bicara, khususnya dalam

kelompoknya. Kompetisi anak perlu dikembangkan melalui

interaksi, minat, kesempatan, mengagumi dan kasih sayang.


19

Patmonodewo (2000:24) mengemukakan ciri tahapan perkembangan

berdasar aspek perkembangan anak prasekolah ada 4 macam yakni:

(1) Perkembangan jasmani

Pada saat anak mencapai tahapan prasekolah (3-6 tahun) ada ciri

yang jelas berbeda antara anak usia bayi dan anak prasekolah.

Perbedaannya terletak dalam penampilan, proporsi tubuh, berat,

panjang badan dan keterampilan yang mereka miliki. Kecepatan

perkembangan jasmani dipengaruhi oleh gizi, kesehatan dan

lingkungan fisik lain misalnya tersedianya alat permainan serta

kesempatan yang diberikan kepada anak untuk melatih berbagai

gerakan. Keterampilan motorik kasar adalah koordinasi sebagian

besar otot tubuh misalnya melompat, main jungkat jungkit dan

berlari. Ketarampilan motorik halus adalah koordinasi bagian kecil

tubuh, terutama tangan.

(2) Perkembangan kognitif

Kognitif adalah pengertian yang luas mengenai berpikir dan

mengamati, jadi merupakan tingkah laku-tingkah laku yang

mengakibatkan orang memperoleh pengetahuan atau yang

dibutuhkan untuk menggunakan pengetahuan.

(3) Perkembangan bahasa

Ada perbedaan antara bahasa dan kemampuan berbicara. Bahasa

biasanya dipahami sebagai sistem tatabahasa yang rumit dan bersifat

semantik, sedangkan kemampuan berbicara terdiri dari ungkapan


20

dalam bentuk kata-kata. Terdapat dua daerah pertumbuhan bahasa

yaitu bahasa yang bersifat pengertian/reseptif (understanding) dan

pertanyaan/ekspresif (producing). Bahasa pengertian misalnya

mendengarkan dan membaca menunjukkan kemampuan anak untuk

memahami dan berlaku terhadap komunikasi yang ditujukan kepada

anak tersebut. Bahasa ekspresif (bicara dan tulisan) menunjukkan

ciptaan bahasa yang dikomunikasikan kepada orang lain.

Komunikasi diri atau bicara dalam hati, juga harus dibahas. Anak

akan berbicara dengan dirinya sendiri apabila berkhayal, pada saat

merencanakan menyelesaikan masalah dan menyerasikan gerakan

mereka.

(4) Perkembangan emosi dan sosial

Perkembangan sosial biasanya dimaksudkan sebagai perkembangan

tingkah laku anak dalam menyelesaikan diri dengan aturan-aturan

yang berlaku didalam masyarakat dimana anak berada. Kemampuan

sosialisasi anak adalah hasil belajar, bukan sekadar hasil dari

kematangan saja. Perkembangan sosial diperoleh dari kematangan

dan kesempatan belajar dari berbagai respons lingkungan terhadap

anak. Perkembangan sosialisasi yang optimal diperoleh dari respons

yang diberikan oleh tatanan kelas pada awal anak masuk sekolah

yang berupa tatanan sosial yang sehat dan sasaran yang memberikan

kesempatan kepada anak untuk mengembangkan konsep diri yang

positif.
21

b. Tugas-tugas Perkembangan Anak Taman Kanak-kanak

Tugas perkembangan adalah suatu tugas yang timbul pada suatu

periode tertentu dalam kehidupan individu. Menurut Havighurt (Idris,

1992:76), tugas-tugas perkembangan pada periode anak-anak adalah

mempelajari berbagai kecakapan jasmani yang perlu untuk permainan

sehari-hari, membina sikap sehat terhadap orang lain sebagai individu

yang sedang tumbuh, belajar bergaul dengan teman sebaya, mempelajari

peranan yang tepat sebagai anak pria atau wanita, mengembangkan

kecakapan dasar dalam membaca, menulis, berhitung, mengembangkan

konsep-konsep yang berguna dalam kehidupan sehari-hari,

mengembangkan kata hati, moralitas, dan skala nilai, mencapai

kebebasan perorangan, mengembangkan sikap, dan kelompok lembaga

sosial.

c. Interaksi Belajar Mengajar di Taman Kanak-kanak

Taman Kanak-kanak merupakan salah satu bentuk awal

pendidikan sekolah. Usia empat sampai enam tahun, merupakan masa

peka bagi anak. Anak mulai sensitif untuk menerima berbagai upaya

perkembangan seluruh potensi anak. Masa peka adalah masa terjadinya

pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi

yang diberikan oleh lingkungan. Masa ini merupakan masa untuk

meletakkan dasar pertama dalam mengembangkan kemampuan fisik,

kognitif, bahasa, sosial emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian,

seni, moral, dan nilai-nilai agama. Oleh sebab itu dibutuhkan kondisi
22

dan stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan anak agar pertumbuhan dan

perkembangan anak tercapai secara optimal. Peran pendidik sangat

diperlukan dalam upaya pengembangan potensi anak 4-6 tahun. Upaya

pengembangan tersebut harus dilakukan melalui kegiatan bermain

sambil belajar atau belajar seraya bermain. Dengan bermain anak

memiliki kesempatan untuk bereksplorasi, menemukan,

mengekspresikan perasaan, berkreasi, belajar secara menyenangkan.

Selain itu bermain membantu anak mengenal dirinya sendiri, orang lain

dan lingkungan. (Depdiknas, 2004:4).

Dalam kurikulum 2004, aspek-aspek perkembangan dipadukan

dalam bidang pengembangan yang utuh yang mencakup bidang

pengembangan pembiasaan dan bidang pengembangan kemampuan

dasar.

Penulis akan meneliti salah satu bidang pengembangan yaitu

bidang pengembangan pembiasaan. Pembiasaan merupakan kegiatan

yang dilakukan secara terus-menerus dan ada dalam kehidupan sehari-

hari anak sehingga menjadi kebiasaan yang baik. Bidang pengembangan

pembiasaan meliputi pengembangan moral, nilai-nilai agama, serta

pengembangan sosial, emosional dan kemandirian. Program

pengembangan sosial dan kemandirian dimaksudkan untuk membina

anak agar dapat mengendalikan emosinya secara wajar dan dapat

berinteraksi dengan sesamanya maupun dengan orang dewasa dengan


23

baik serta dapat menolong dirinya sendiri dalam rangka kecakapan

hidup.

d. Kurikulum Taman Kanak-kanak

Kurikulum untuk TK merupakan pedoman bagi para pendidik,

orang tua, guru, orang dewasa lain untuk digunakan dalam rangka

menstimulasi perkembangan anak.

1. Tujuan Taman Kanak-kanak

Tujuan taman kanak-kanak yaitu membantu anak didik

mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik yang

meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial-emosional, kognitif,

bahasa, fisik/motorik, kemandirian dan seni untuk siap memasuki

pendidikan dasar (Depdiknas 2004:5).

2. Kompetensi Pendidikan Taman Kanak-kanak

Kompetensi yang diharapkan dari pendidikan taman kanak-

kanak adalah tercapainya tugas-tugas perkembangan secara optimal

sesuai dengan standar yang telah dirumuskan. Aspek-aspek

perkembangan yang diharapkan dicapai meliputi aspek moral dan

nilai-nilai agama, sosial, emosional, dan kemandirian, berbahasa,

kognitif, fisik/motorik dan seni. Melalui pemberian rangsangan,

stimulasi dan bimbingan, diharapkan akan meningkatkan

perkembangan perilaku dan sikap melalui pembiasaan yang baik,

sehingga akan menjadi dasar utama dalam pembentukan pribadi anak


24

sesuai dengan nilai-nilai yang ada di masyarakat (Depdiknas

2004:8).

3. Strategi Pembelajaran Taman Kanak-kanak

Strategi pembelajaran pada pendidikan taman kanak-kanak

dilakukan dengan berpedoman pada suatu program kegiatan yang

telah disusun sehingga seluruh pembiasaan dan kemampuan dasar

yang ada pada anak dapat dikembangkan dengan sebaik-baiknya.

Strategi pembelajaran pada taman kanak-kanak hendaknya

memperhatikan pada prinsip-prinsi sebagai berikut :

a. Pembelajaran berorientasi pada prinsip-prinsip perkembangan

anak.

b. Berorientasi pada kebutuhan anak

c. Bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain

d. Menggunakan pendekatan tematik

e. Kreatif dan inofatif

f. Lingkungan kondusif

g. Mengembangkan kecakapan hidup (Depdiknas 2004:8)

4. Evaluasi Pendidikan Taman Kanak-kanak

Penilaian pada Taman kanak-kanak dapat dilakukan dengan

berbagai cara antara lain melalui pengamatan dan pencatatan

anekdot. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui perkembangan

dan sikap anak yang dilakukan dengan mengamati tingkah laku anak

dalam kehidupan sehari-hari secara terus menerus, sedangkan


25

pencatatan anekdot merupakan sekumpulan catatan tentang sikap

dan perilaku anak dalam situasi tertentu. Adapun alat penilaian yang

dapat digunakan untuk memperoleh gambaran perkembangan

kemapuan dan perilaku anak, antara lain :

a. Portofolio, yaitu penilaian berdasarkan kumpulan hasil kerja

anak yang dapat menggambarkan sejauh mana ketrampilan anak

berkembang

b. Unjuk kerja, merupakan penilaian yang menuntut anak untuk

melakukan tugas dalam perbuatan yang dapat diamati, misalnya

menyanyi, olahraga, memperagakan sesuatu.

c. Penugasan, merupakan tugas yang harus dikerjakan anak yang

memerlukan waktu yang relatif lama dalam pengerjaannya.

Misalnya melakukan percobaan menanam biji.

d. Hasil karya, merupakan hasil kerja anak setelah melakukan

suatu kegiatan (Depdiknas 2004:10).

3. Kemandirian

a. Pengertian Kemandirian

Kemandirian adalah suatu proses pertumbuhan dan proses

perkembangan (Drost, 1998:19). Diungkapkan juga oleh Sukadji

(1986:27), yang dimaksud kemandirian adalah kemampuan mengatur

diri sendiri sesuai dengan hak dan kewajibannya, tidak tergantung pada

orang lain sampai batas kemampuannya, mampu bertanggung jawab


26

atas keputusannya, tindakan dan perasaannya sendiri serta mampu

membuang pola perilaku yang mengingkari kenyataan.

Menurut Wahyuni (2001:71), menyatakan bahwa seorang anak

merasa perlu untuk mandiri dan memang ada dorongan nalurinya untuk

menjadi mandiri. Oleh sebab itu anak harus diberi kesempatan dan

kebebasan untuk menjadi dirinya sendiri, agar ia dapat tumbuh dan

berkembang secara fisik maupun psikis, sebagaimana mestinya. Dengan

dorongan jiwanya sendiri, anak memang membutuhkan berbagai

peluang dan kesempatan untuk menumbuhkan kepercayaan dirinya.

Anak-anak tidak perlu dipaksa atau didesak agar menjadi mandiri.

Kemandirian tumbuh sejalan dengan pertambahan usia dan setiap

tekanan atau paksaan cenderung menghambat tumbuhnya kemandirian

anak. Harus diingat, anak akan belajar mandiri apabila dia sudah cukup

matang dan sudah ada dorongan dari dalam jiwanya untuk mandiri.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa

kemandirian adalah merupakan sikap kemampuan-kemampuan diri yang

memungkinkan individu untuk bertindak bebas, melakukan sesuatu atas

dorongan diri sendiri dan mampu mengatur diri sendiri sesuai dengan

kewajibannya.

b. Sikap Kemandirian Anak TK

Menurut Bandura dalam Haditomo (1998:109), mengatakan

bahwa tingkah laku itu dapat dipelajari melalui melihat. Jadi

kemandirian itu dapat dipelajari melalui proses meniru tingkah laku


27

orang lain yang dilihat, baik dilakukan secara sadar maupun tidak sadar.

Kemandirian adalah kemampuan untuk mampu berdiri sendiri di atas

kaki sendiri dengan keberanian dan tanggung jawab sendiri. Jadi

kemandirian adalah suatu keadaan dimana individu sudah tidak

tergantung kepada orang lain atau sudah bisa berdiri diatas kaki sendiri,

berani dan bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dilakukannya

sendiri.

Dalam kurikulum 2004, Standar Kompetensi Taman Kanak-

Kanak disajikan kompetensi yang menunjukkan sikap, kemandirian

anak usia Taman Kanak-Kanak, yakni sebagai berikut :

1. Anak dapat menunjukkan rasa percaya diri. Sikap ini dapat dilihat

dalam kegiatan belajar sehari-hari seperti ; berani bertanya secara

sederhana, mau mengemukakan pendapat secara sederhana, mampu

mengambil keputusan secara sederhana. Mengerjakan tugas sendiri

2. Anak terbiasa menjaga kebersihan diri dan mengurus dirinya

sendiri, sikap ini dapat ditunjukkan anak dalam kegiatan menggosok

gigi, makan minum sendiri, memakai sepatu sendiri, berpakaian

sendiri, memelihara milik sendiri.

3. Anak terbiasa menjaga lingkungan. Sikap ini ditunjukkan anak

dalam kegiatan sehari-hari seperti membuang sampah pada

tempatnya, tidak mencoret-coret tembok, membantu membersihkan

lingkungan kelas.
28

4. Anak dapat bertanggung jawab. Sikap tersebut dapat dilihat waktu

akan melaksanakan kegiatan sendiri sampai selesai, membersihkan

peralatan makan selesai digunakan, merapikan mainan selesai

bermain, mengembalikan alat-alat selesai bekerja.

4. Hubungan Pola Asuh terhadap Kemandirian Anak Taman Kanak-

kanak

Penerapan pola asuh yang benar memberikan dampak yang positif

terhadap sikap dan perilaku anak. Begitu pula kemandirian juga dipengaruhi

oleh sikap orang tua terhadap anak.

Dalam pola asuh orang tua yang bersifat otoriter segala sesuatunya

harus taat dan patuh sesuai dengan apa yang telah ditentukan oleh orang tua,

sehingga anak tidak boleh bahkan tidak bisa untuk berkutik barang

sedikitpun. Maka pada pola asuh orang tua yang bersifat otoriter anak akan

selalu merasa ketakutan. Menurut Baldwin (dalam bukunya Gerungan,

1981:190) mengatakan, bahwa makin otoriter orang tuanya, maka makin

berkuranglah ketidaktaatan anak, tetapi akan makin banyak timbul sifat yang

passivitet, kurang inisiatif, tidak dapat merencanakan sesuatu, daya tahan

berkurang dan menjadi anak yang penakut.

Dalam hubungannya dengan kemandirian, pola asuh otoriter kurang

berhubungan dengan kemandirian karena sikap otoriter orang tua membuat

anak merasa kurang percaya diri dan penakut sehingga anak kurang mandiri.
29

Pada orang tua yang bersifat demokratis, akan memberi kesempatan

kepada anak untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan pertumbuhan dan

perkembangan anak tersebut. Kecuali itu orang tua yang bersifat demokratis

juga mau memberikan teguran kepada anaknya apabila anak tersebut salah,

tetapi setelah memberikan teguran orang tua tersebut kemudian menjelaskan

alasan-alasan apa yang seharusnya dilakukan oleh anak dengan memberikan

arahan dan contoh-contoh.

Dalam hubungannya dengan kemandirian, pola asuh demokratis

mempunyai hubungan yang baik dengan kemandirian anak karena adanya

sikap demokratis dari orang tua membuat anak lebih percaya diri dan

mandiri.

Pola asuh orang tua yang bersifat laizzes faire, yaitu dimana orang

tua akan membiarkan anak untuk mengerjakan apa saja yang ia kehendaki,

orang tua berpendapat bahwa anak nanti akan dapat belajar sendiri hal-hal

yang mana yang baik dan mana yang kuran baik, sesuai dengan akibat dari

perbuatannya sendiri (Windradini, 1985:110).

Dalam hubungannya dengan kemandirian, pola asuh laissez-faire

kurang berhubungan dengan kemandirian karena anak cenderung menjadi

kurang bertanggung jawab dan semaunya sendiri sehingga anak kurang

mandiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Hurlock (1973:256) dimana pada

pola asuh ini orang tua tidak memberikan bimbingan bagi kebaikan anak,

karena orang tua cenderung menganggap bahwa perbuatan yang baik akan

dipelajari oleh anak dari perbuatan yang salah. Hal ini terkadang menjadi
30

dilema bagi anak. Dengan tidak adanya bimbingan dari orangtua, penilaian

terhadap perbuatan yang baik dan buruk akan dinilai secara individual oleh

anak tersebut. Jadi anak akan menganggap bahwa perbuatannya adalah

benar, sehingga tanggung jawab terhadap dirinya sendiri akan menjadi

kurang.

B. HIPOTESIS

Hipotesis dalam penelitian ini yang akan di uji adalah sebagai

berikut :

a. H0 : Tidak ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan

kemandirian anak di Taman Kanak-kanak Pangudi Luhur

Bernardus Semarang Tahun Ajaran 2004 / 2005.

b. H1 : Ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan kemandirian

anak di Taman Kanak-kanak Pangudi Luhur Bernardus Semarang

Tahun Ajaran 2004 / 2005.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian merupakan cara atau langkah yang harus ditempuh

dalam suatu penelitian ilmiah untuk memperoleh data guna menguji atau

membuktikan kebenaran suatu fenomena atau gejala. Agar dapat mencapai tujuan

penelitian yang telah ditentukan serta hasilnya dapat dipercaya maka dalam

penelitian perlu menggunakan langkah-langkah dan metode yang sistematis.

A. POPULASI

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian, apabila ingin meneliti

semua elemen yang ada keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 1996:115).

Populasi adalah sejumlah individu yang paling sedikit mempunyai satu sifat

yang sama (Hadi, 1988:220). Dalam penelitian ini populasi yang dimaksud

adalah anak sekolah Taman Kanak-kanak Pangudi Luhur Bernardus Semarang

sejumlah 160 anak. Adapun sumber data yang digunakan adalah anak-anak TK

dan orang tua/wali.

B. SAMPEL

Sampel adalah sebagian dari populasi (Hadi, 2000:221). Dalam

penelitian ini penulis menggunakan teknik pengambilan sampel dengan teknik

cluster quota random sampling, yang mana dalam menarik sampel penulis

memberikan kesempatan yang sama kepada setiap anggota populasi untuk

menjadi sampel, dan akan diambil 10% - 15% jika populasi lebih dari 100 orang

31
32

dan 20% - 25% jika populasi kurang dari 100 orang. Untuk masing-masing

kelas sampel yang dijadikan responden yakni, meliputi :

a. Kelas B1 41 x 15% = 6

b. Kelas B2 40 x 15% = 6

c. Kelas B3 40 x 15% = 6

d. Kelas B4 39 x 15% = 6 +

Jumlah = 24

C. VARIABEL PENELITIAN

Dalam penelitian diperlukan adanya teori yang mendasarinya. Dengan

landasan teori yang ada akan dapat menentukan data-data yang dibutuhkan

sebagai obyek penelitian serta dirumuskannya suatu hipotesis agar data yang

dibutuhkan tepat, maka dibutuhkan variabel-variabel yang diteliti.

Variabel didefinisikan sebagai gejala yang bervariasi misalnya jenis

kelamin, karena jenis kelamin mempunyai variasi : laki-laki dan perempuan.

Gejala adalah obyek penelitian, sehingga variabel adalah obyek penelitian yang

bervariasi (Hadi dalam Arikunto, 1998:70).

Senada dengan Hadi, Kerlinger (dalam Arikunto, 1998:97)

menyebutkan variabel sebagai sebuah konsep seperti halnya laki-laki dalam

konsep jenis kelamin, insaf dalam kesadaran. Variabel menurut fungsinya

dibedakan sebagai variabel tergantung dan variabel bebas. Variabel tergantung

biasanya mengikuti variabel bebas, artinya segala sesuatu yang terjadi pada

variabel tergantung (terikat), karena pengaruh dari variabel bebas.


33

1. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian

Pada penelitian ini mengungkap dua variabel yaitu :

a) Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi disebut juga

variabel penyebab (Arikunto, 1998:101). Variabel bebas dalam

penelitian ini adalah pola asuh orang tua.

b) Variabel Tergantung

Variabel tergantung adalah variabel yang dipengaruhi atau variabel

akibat (Arikunto, 1998:101). Variabel tergantung dalam penelitian ini

adalah kemandirian anak Taman Kanak-kanak Bernardus.

2. Definisi Operasional

Setiap variabel dalam penelitian perlu memiliki definisi operasional

supaya dapat digunakan dalam penelitian, khususnya dalam pengumpulan

data dan dalam penyusunan instrumen, sehingga variabel tersebut dapat

diamati dan diukur

a) Pola asuh orang tua

Pola asuh orangtua adalah cara dan sikap serta perilaku orang tua

dalam mendidik anak. Data mengenai pola asuh orangtua diungkap

dengan menggunakan skala pola asuh orangtua dengan ciri-ciri sebagai

berikut :

1) Pola asuh Otoriter

2) Pola asuh demokratis


34

3) Pola asuh laissez-faire

Bila skor yang diperoleh individu dalam skala ini tinggi berarti

pola asuh orangtua mengarah pada bentuk otoriter, sebaliknya apabila

skor yang diperoleh rendah maka berarti mengarah pada pola asuh

laissiez-faire.

b) Kemandirian

Kemandirian anak adalah kemampuan mengatur diri sendiri sesuai

dengan hak dan kewajibannya, tidak tergantung pada orang lain sampai

batas kemampuannya, mampu bertanggung jawab atas keputusannya,

tindakan dan perasaannya sendiri serta mampu membuang pola perilaku

yang mengingkari kenyataan.

Data mengenai kemandirian anak diperoleh dari data observasi

secara langsung yang dilakukan oleh guru kelas. Semakin tinggi nilai

observasi dari siswa menunjukkan semakin tinggi kemandirian anak

tersebut.

Adapun aspek-aspek yang akan diteliti adalah :

1 Dapat menunjukkan rasa percaya diri

- Berani bertanya secara sederhana

- Berani tampil di depan umum atau di depan kelas

- Mau mengemukakan pendapat secara sederhana

- Mampu mengambil keputusan secara sederhana

- Tidak putus asa jika mengalami kesulitan


35

- Mempu mengerjakan tugas sendiri

- Tidak mudah terpengaruh pada orang lain

2 Anak terbiasa menjaga kebersihan diri dan mengurus dirinya sendiri

- Menggosok gigi sendiri

- Makan, minum sendiri tanpa bantuan orang lain

- Memakai sepatu sendiri

- Memelihara milik sendiri

- Mencuci tangan sendiri sampai bersih

- Mamakai pakaian sendiri

3 Terbiasa menjaga lingkungan

- Membuang sampah pada tempatnya

- Tidak mencoret-coret tembok

- Membantu membersihkan lingkungan kelas

4 Dapat bertanggung jawab

- Melaksanakan kegiatan sendiri sampai selesai

- Membersihkan peralatan makan selesai digunakan

- Merapikan mainan selesai bermain

- Mengembalikan alat-alat selesai bekerja

Aspek-aspek tersebut di atas akan digunakan sebagai instrumen dalam

metode observasi dalam rangka meneliti kemandirian anak TK di

sekolah
36

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengambilan data yang dipergunakan dalam penelitian ini ada

dua macam yaitu metode observasi dan metode skala. Metode observasi dalam

penelitian ini untuk mengungkap kemandirian anak, sedangkan metode skala

dalam penelitian ini untuk mengungkap pola asuh orangtua anak

1. Metode Obserasi

Observasi atau pengamatan digunakan dalam rangka mengumpulkan

data dalam suatu penelitian, merupakan hasil perbuatan jiwa secara aktif

dan penuh perhatian untuk menyadari adanya perbuatan jiwa secara aktif

dan penuh perhatian untuk menyadari adanya suatu rangsangan tertentu

yang diinginkan. (Mardalis, 1999:63).

Manurut Arikunto (1998:16) observasi atau disebut pula dengan

pengamatan meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu obyek

dengan menggunakan seluruh alat indra. Jadi mengobservasi dapat

dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan

pencecap. Apa yang dikatakan ini sebenarnya adalah pengamatan langsung.

1. Observasi non sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak

menggunakan instrumen pengamatan.

2. Observasi sistematis, dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan

pedoman sebagai instrumen

Observasi dalam penelitian ini berisi daftar beberapa kegiatan yang

akan diamati terhadap anak TK. Masing-masing observasi memiliki

beberapa alternatif jawaban. Aspek-aspek observasi yang diteliti adalah

sebagai berikut :
37

Tabel 3.1 Rancangan Observasi Kemandirian Siswa

No Aspek yang diobservasi Selalu Sering Kadang Tidak


-kadang pernah
1 Dapat menunjukkan rasa percaya diri
1.1 - Berani bertanya secara sederhana
1.2 - Berani tampil di depan umum atau di
depan kelas
1.3 - Mau mengemukakan pendapatan secara
sederhana
1.4 - Mampu mengambil keputusan secara
sederhana
1.5 - Tidak putus asa jika mengalami kesulitan
1.6 - Mempu mengerjakan tugas sendiri
1.7 - Tidak mudah terpengaruh pada orang lain
2 Anak terbiasa menjaga kebersihan diri dan
mengurus dirinya sendiri
2.1 Menggosok gigi sendiri
2.2 Makan, minum sendiri tanpa bantuan orang
lain
2.3 Memakai sepatu sendiri
2.4 Memelihara milik sendiri
2.5 Mencuci tangan sendiri sampai bersih
2.6 Memakai pakaian sendiri
3 Terbiasa menjaga lingkungan
3.1 Membuang sampah pada tempatnya
3.2 Tidak mencoret-coret tembok
3.3 Membantu membersihkan lingkungan kelas
4 Dapat bertanggung jawab
4.1 Melaksanakan kegiatan sendiri sampai
selesai
4.2 Membersihkan peralatan makan selesai
digunakan
4.3 Merapikan mainan selesai bermain
4.4 Mengembalikan alat-alat selesai bekerja
Skor

Total Skor

Sumber : Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Taman Kanak-Kanak


38

Instrumen suatu penelitian harus mempunyai validitas. Dalam

penelitian ini instrumen yang digunakan adalah observasi, maka observasi

sudah termasuk dalam content validity. Untuk menyusun instrumen

kemandirian yang mempunyai validitas isi (content validity), maka item

dalam observasi harus disusun berdasarkan yang telah disesuaikan dengan

Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Taman Kanak-Kanak.

b. Metode Skala

Metode pengumpulan data untuk mengungkap pola asuh orangtua

dapat diketahui dengan menggunakan metode skala atau angket. Metode

angket merupakan sekumpulan pertanyaan atau pernyataan yang meminta

tanggapan dari obyek penelitian. Pada dasarnya pemakaian alat ukur berupa

skala dan angket memiliki kesamaan dalam hal asumsi, kelebihan maupun

kelemahan. karena itu maka penulis memakai alasan penggunaan metode

angket menurut Hadi (1994:157) bahwa skala adalah suatu metode yang

mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self reports atau

setidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi.

Alasan-alasan atas penggunaan metode skala / angket ini adalah :

1) Kenyataan subyek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya

2) Asumsi bahwa apa yang dinyatakan oleh subyek kepada peneliti adalah

benar dan dapat dipercaya

3) Angkat dapat menjelaskan interpretasi subyek tentang pertanyaan yang

dimaksudkan oleh penyelidik.


39

Setiap metode pasti mempunyai kelemahan, seperti diungkapkan oleh Hadi

(1984:162), metode angket memiliki kelemahan, yaitu :

1) Unsur-unsur yang tidak disadari tidak dapat terungkap

2) Besar kemungkinan jawaban dipengaruhi oleh keinginan-keinginan

pribadi

3) Adanya hal-hal yang dirasa tidak perlu dipertanyakan, misalnya hal-hal

yang memalukan atau dipandang tidak penting untuk dikemukakan.

4) Kesukaran merumuskan dari diri sendiri ke dalam bahasa.

5) Adanya kecenderungan untuk mengkonstruksikan secara logik unsur-

unsur yang dirasa kurang berhubungan secara logik.

Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut, maka perlu dilakukan

beberapa hal, (Hadi, 1984:163) menyatakan antara lain :

1) Dalam petunjuk-petunjuk mengerjakan atau menjawab perlu

dihindarkan kata-kata yang mengandung perintah atau permintaan

yang memaksa.

2) Melakukan proses uji coba atau try out preliminer (Arikunto,

1990:196).

Maksud dari uji coba atau try out adalah :

a. Untuk menghindari pernyataan-pernyataan yang kurang jelas

maksudnya.

b. Untuk memadukan kata-kata yang menimbulkan kecurigaan.

c. Untuk memperbaiki pernyataan yang mungkin menimbulkan jawaban

yang dangkal.
40

d. Untuk menambah item yang sangat perlu atau memadukan item yang

ternyata tidak relevan dengan tujuan penelitian.

Hadi (1994:157) menyatakan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan

penyusunan angket dalam penelitian ini diupayakan :

1) Menggunakan bahasa yang sederhana, sehingga subyek mengerti hal-

hal tersebut

2) Subyek tidak diwajibkan untuk menulis namanya. Sehingga subyek

tidak perlu kuatir dan takut bahwa hal-hal yang ada pada dirinya akan

diketahui orang lain.

3) Jawaban terdiri dari beberapa pilihan jawaban, subyek tinggal memilih

salahsatu jawaban yang paling sesuai dengan keadaan dirinya, sehingga

subyek tidak perlu merumuskan jawabannya.

Skala ini bertujuan untuk mengungkap pola asuh orangtua siswa,

yang langsung ditujukan pada orangtua siswa yang bersangkutan sebagai

subjek penelitian. Skala ini disusun berdasarkan 3 bentuk atau ciri-ciri pola

asuh yang dengan item berjumlah 60 item. Ciri-ciri tersebut adalah : 1)

Otoriter, 2) Demokratis, 3) Laissez faire.

Skala disajikan dalam bentuk pilihan jawaban dan memiliki 2

kelompok item yaitu item favourabel dan kelompok item unfavourabel.

Untuk setiap item terdiri dari 4 alternatif jawaban yaitu tidak pernah ( TP ),

kadang-kadang (KD), sering (SR ), dan selalu ( SL )

Skor jawaban untuk item fovourabel bergerak dari 4 untuk jawaban

selalu, skor 3 untuk sering, 2 untuk kadang-kadang, dan 1 untuk tidak

pernah. Adapun kelompok jawaban item unfovariabel, skor jawaban


41

bergerak dari 1 untuk jawaban selalu, skor 2 untuk sering, 3 untuk kadang-

kadang, dan 4 untuk tidak pernah

Rancangan skala pola asuh orangtua dapat dilihat pada tabel berikut

ini :

Tabel 3.2. Rancangan skala Pola Asuh Orang Tua

Pola asuh Sub Indikator No. Item Jumlah

Favorable Unfavorable
Otoriter a. Anak harus selalu menuruti 1, 31 16, 46 4
kemauan orangtua
b. Tidak ada kebebasan pada anak 2, 32 17, 47 4
c. Anak ditakut-takuti dengan 3, 33 18, 48 4
hukuman
d. Pemberian hukuman fisik 4, 34 19, 49 4
e. Kurang adanya penghargaan 5, 35 20, 50 4
yang diberikan kepada anak
Demokratis a. Adanya komunikasi antara anak 6, 36 21, 51 4
dan orangtua
b. Pengawasan dilakukan demi 7, 37 22, 52 4
perkembangan pribadi anak
c. Anak cukup diberi kebebasan 8, 38 23, 53 4
dan anak tidak dikekang namun
dengan batas tertentu
d. Adanya peraturan yang sudah 9, 39 24, 54 4
ditentukan untuk ditaati
bersama
e. Pemberian penghargaan kepada 10, 40 25, 55 4
anak
Laisez faire a. Adanya kebebasan berbuat pada 11, 41 26, 56 4
anak
b. Anak tidak harus tunduk pada 12, 42 27,57 4
orangtua
c. Orangtua tidak perlu 13, 43 28, 58 4
menentukan perilaku anak
d. Orangtua tidak mendorong anak 14, 44 29, 59 4
untuk patuh
e. Pemberian materi sebagai 15, 45 30, 60 4
keutamaan
Jumlah 60
Sumber : Dikembangkan untuk penelitian
42

E. Pengujian Instrumen

1. Validitas

Validitas merupaakan ketepatan antara gagasan variabel dengan

ukurannya. Menurut Azwar (1986:55), suatu alat yang dikatakan valid

apabila mampu secara cermat menunjuk ukuran besar kecilnya dan gradasi

suatu gejala.

Sebelum item-item pertanyaan berupa kuesioner maupun soal

digunakan dalam penelitian, terlebih dahulu harus diuji validitas (kesahihan)

dan reliabilitasnya. Jika terdapat item-item yang tidak valid, maka item

tersebut tidak dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya.

Suatu instrument yang valid itu mempunyai kesejajaran dengan skor

total yang diketahui dengan korelasi product moment, adapun rumus

tersebut sebagai berikut:

n ∑ XY − (∑ X )(∑ Y )
rxy =
(n ∑ X 2 − (∑ X ) 2 )( n ∑ Y 2 − (∑ Y ) 2

Keterangan :
Rxy = koefisien korelasi antar variable xdan y
X = jumlah nilai x (skor item)
Y = jumlah nilai y (skor item)
N = jumlah sample

Untuk menentukan valid tidaknya suatu item kuesioner adalah

dengan membandingkan nilai korelasi dengan r tabel untuk α = 5%.. Jika nilai

r pq lebih besar dari r tabel maka akan diperoleh suatu item yang valid.
43

2. Reliabilitas

Reliabilitas adalah alat pengumpul data yang pada dasarnya

menunjukan tingkat keajegan alat tersebut dalam mengungkap gejala

tertentu dari kelompok individu walaupun dilakukan pada waktu berbeda.

Dalam penelitian ini dalam mencari reliabilitas menggunakan scale

Alpha yang dapat dilihat dan dikoreksikan pada table Reliability Analysis-

Scale (Alpha). Perhitungan Scale Alpha untuk instrumen-instrumen yang

digunakan adalah sebagai berikut.

 k  1 − ∑ σ b 
2


r11 =   

 k − 1  σ t 
2

Keterangan :
R1I = reliabilitas instrumen
K = jumlah item pertanyaan
2
Σσ b = varian butir
σ2t = varian total

F. Metode Analisa Data

Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara pola asuh orang tua

dengan kemandirian anak Taman Kanak-kanak Pangudi Luhur Bernardus

digunakan metode analisa korelasi product moment (Hadi, 1987:273). Korelasi

product moment melukiskan hubungan antara dua gejala interval. Gejala

interval adalah gejala yang menggunakan skala pengukuran yang berjarak sama.

Adapun Rumus Product Moment dari Pearson adalah sebagai berikut :


44

∑ XY − ∑ N∑
( X )( Y )
rXY
− ∑  ∑ Y − ∑
 ( X ) 2
( Y) 2

∑ X2 2 
 N  N 
  

Keterangan :

rXY = Koefisien korelasi prediktor (X) dengan


kriterium (Y).
ΣXY = Produk dari variabel bebas (X) dan variabel
terikat (Y).
ΣX = Produk dari variabel bebas (X)
ΣY = Produk dari variabel terikat (Y).
N = Jumlah responden (Suharsimi, 1993 : 220).

Untuk mengetahui hipotesis penelitian diterima atau ditolak, maka perlu

dikonsultasikan dengan kaidah Uji Hipotesis dengan ketentuan sebagai

berikut :

1). Jika r0 ≥ rts 5% : Korelasi dinyatakan signifikan, atau hipotesis

penelitian diterima.

2). Jika r0 < rts 5% : Korelasi dinyatakan tidak atau hipotesis penelitian

ditolak.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan dikemukakan hal-hal yang sudah dilakukan maupun

yang telah dicapai dari penelitian ini. Untuk itu lebih jelasnya akan dikemukakan

langkah-langkah penelitian secara berurutan berikut ini :

A. PERSIAPAN PENELITIAN

1. Persiapan perijinan

Persiapan merupakan langkah awal yang harus dilakukan dalam

penelitian ini. Sehubungan dengan persiapan penelitian, maka peneliti

menempuh langkah-langkah sebagai berikut :

a. Sebelum mengadakan penelitian, peneliti minta surat ijin penelitian dari

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Universitas Negeri Semarang

b. Setelah diperoleh surat ijin penelitian. Peneliti minta ijin kepada Kepala

TK Pangudi Luhur Bernardus Semarang untuk mengadakan penelitian

di sekolah tersebut.

Setelah diperoleh ijin dari pihak TK, selanjutnya peneliti menentukan

sampel yang akan digunakan dalam penelitian dan kemudian memberikan

angket kepada siswa tersebut untuk diberikan kepada orangtua mereka, dan

memintanya untuk dikembalikan pada keesokan harinya.

45
46

2. Pengumpulan Data Penelitian

Pengumpulan data penelitian ini diperoleh melalui pengebaran angket

dan observasi kemandirian siswa. Selanjutnya hasil jawaban angket dan

observasi ditabulasi untuk mendapatkan skor dari masing-masing variabel

pada masing-masing siswa.

3. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Pengujian validitas dan reliabilitas instrumen dilakukan untuk

mengetahui kehandalan dari angket yang digunakan. Pengujian ini

dilakukan terlebih dahulu untuk memastikan bahwa data yang diperoleh

merupakan data yang baik.

a. Validitas angket.

Angket yang akan dipergunakan untuk penelitian harus memenuhi

standar validitas. Sedangkan yang dimaksud kevalidan atau kesahihan

suatu instrumen (angket) adalah kondisi dimana instrumen tersebut layak

dipergunakan untuk mengukur tinggi rendahnya suatu pengukuran

variabel. Dalam hal ini soal yang digunakan adalah berupa 60 item

pernyataan yang diberikan kepada 24 orang tua siswa.

Pengujian validitas instrumen menggunakan rumus korelasi product

moment yang merupakan korelasi antara jawaban dari item soal yang

akan diuji dengan skor totalnya. Jika terdapat korelasi yang cukup tinggi

atau lebih besar dari nilai r tabel untuk n = 24 maka item yang diuji

dinyatakan valid. Sebaliknya jika korelasi item – total tersebut lebih


47

kecil dari nilai r tabel maka item tersebut dinyatakan tidak valid yang

berarti item tersebut tidak diikutsertakan dalam analisis selanjutnya.

Rumus product moment yang digunakan untuk menguji validitas

instrumen mengenai sikap siswa adalah sebagai berikut :

N ∑ XY − (∑ X ) (∑ Y )
rXY =
( N ∑ X 2 − (∑ X ) 2 ) ( N ∑Y 2
− (∑ Y ) 2 )

Keterangan :
rxy : koefisien korelasi tiap item
ΣX : jumlah skor tiap item
ΣY : jumlah skor total
N : jumlah responden (Suharsimi Arikunto, 1993:138)

Dengan menggunakan rumus tesebut di atas menghasilkan validitas item

angket, hasilnya dapat dilihat pada Lampiran, hasil tersebut

dikonsultasikan pada tabel nilai r product moment dengan taraf

signifikan 5%, bila nilai r hitung > r tabel untuk n = 24 yaitu sebesar

0,404, maka item pertanyaan adalah valid dan sebaliknya apabila r hitung

< r tabel dikatakan tidak valid. Hasil selengkapnya pada tabel berikut ini.
48

Contoh Perhitungan Validitas

Untuk item 1

Dari tabel dip eroleh :

ΣX = 46
ΣX2 = 100
ΣXY = 7263
ΣY = 3712
ΣY2 = 583468
n = 24

n ∑ XY − (∑ X )(∑ Y )
rxy =
(n ∑ X 2 − (∑ X ) 2 )(n ∑ Y 2 − (∑ Y ) 2

24 (7263) − (46)(3712)
=
(24(100) − (46) 2 ) (24(583468) − (3712) 2 )

174312 - 170752
=
(2400 − 2116) (14003232 -13778944)

3560
= = 0,446
63697792

Perhitungan selengkapnya untuk keseluruhan instrumen penelitian ini ada

pada lampiran. Secara ringkas hasil tersebut disajikan pada tabel berikut

ini.
49

Tabel 4.1. Hasil Perhitungan Validitas Angket Pola Asuh

. No r Keterangan No r Keterangan
1 0.446 Valid 31 0.687 Valid
2 0.514 Valid 32 0.443 Valid
3 0.501 Valid 33 0.462 Valid
4 0.486 Valid 34 -0.043 Tidak Valid
5 -0.021 Tidak Valid 35 0.419 Valid
6 0.705 Valid 36 0.406 Valid
7 0.449 Valid 37 0.448 Valid
8 0.696 Valid 38 0.462 Valid
9 0.633 Valid 39 0.454 Valid
10 0.491 Valid 40 0.555 Valid
11 0.510 Valid 41 0.058 Tidak Valid
12 0.474 Valid 42 0.442 Valid
13 0.473 Valid 43 0.408 Valid
14 -0.020 Tidak Valid 44 0.455 Valid
15 0.458 Valid 45 0.463 Valid
16 0.414 Valid 46 0.471 Valid
17 0.490 Valid 47 0.463 Valid
18 0.540 Valid 48 0.428 Valid
19 0.446 Valid 49 0.532 Valid
20 -0.073 Tidak Valid 50 -0.478 Tidak Valid
21 0.429 Valid 51 0.440 Valid
22 -0.202 Tidak Valid 52 0.423 Valid
23 0.442 Valid 53 0.483 Valid
24 0.422 Valid 54 0.440 Valid
25 0.505 Valid 55 0.438 Valid
26 0.475 Valid 56 0.463 Valid
27 0.412 Valid 57 0.444 Valid
28 -0.350 Tidak Valid 58 -0.181 Tidak Valid
29 0.442 Valid 59 0.578 Valid
30 0.464 Valid 60 0.546 Valid
Sumber : Data primer yang diolah

Setelah dihitung ternyata diperoleh 9 item dinyatakan tidak valid karena

memiliki nilai korelasi di bawah 0,404. Dengan demikian 51 item yang

layak digunakan untuk penelitian ini.

Dengan demikian sebaran item yang valid dari penggunaan instrumen

sebelumnya dapat disajikan sebagai berikut :


50

Tabel 4.2. Rancangan skala Pola Asuh Orang Tua

Pola asuh Sub Indikator No. Item Jumlah

Favorable Unfavorable
Otoriter a. Anak harus selalu menuruti 1, 31 16, 46 4
kemauan orangtua
b. Tidak ada kebebasan pada anak 2, 32 17, 47 4
c. Anak ditakut-takuti dengan 3, 33 18, 48 4
hukuman
d. Pemberian hukuman fisik 4 19, 49 3
e. Kurang adanya penghargaan 35 1
yang diberikan kepada anak
Demokratis a. Adanya komunikasi antara anak 6, 36 21, 51 4
dan orangtua
b. Pengawasan dilakukan demi 7, 37 52 3
perkembangan pribadi anak
c. Anak cukup diberi kebebasan 8, 38 23, 53 4
dan anak tidak dikekang namun
dengan batas tertentu
d. Adanya peraturan yang sudah 9, 39 24, 54 4
ditentukan untuk ditaati
bersama
e. Pemberian penghargaan kepada 10, 40 25, 55 4
anak
Laisez faire a. Adanya kebebasan berbuat pada 11 26, 56 3
anak
b. Anak tidak harus tunduk pada 12, 42 27,57 4
orangtua
c. Orangtua tidak perlu 13, 43 2
menentukan perilaku anak
d. Orangtua tidak mendorong anak 44 29, 59 3
untuk patuh
e. Pemberian materi sebagai 15, 45 30, 60 4
keutamaan
Jumlah 51
Sumber : Data primer yang diolah

Sedangkan untuk variabel kemandirian siswa yang diperoleh dari

penilaian observasi terhadap 20 item pernyataan, dengan pengujian


51

validitas dengan korelasi product moment diperoleh hasil sebagai

berikut :

Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Validitas Observasi Kemandirian Siswa

No r Ket
1 0.459 Valid
2 0.655 Valid
3 0.484 Valid
4 0.512 Valid
5 0.473 Valid
6 0.586 Valid
7 0.431 Valid
8 0.458 Valid
9 0.426 Valid
10 0.470 Valid
11 0.493 Valid
12 0.637 Valid
13 0.502 Valid
14 0.567 Valid
15 0.559 Valid
16 0.465 Valid
17 0.768 Valid
18 0.455 Valid
19 0.643 Valid
20 0.640 Valid
Sumber : Data primer yang diolah

Diperoleh bahwa 20 item obserasi variabel kemandirian siswa

menunjukkan sebagai item yang valid karena memiliki nilai korelasi di

atas 0,404. Dengan demikian seluruh item observasi kemandirian siswa

layak digunakan untuk penelitian ini.

2. Reliabilitas Test

Sebelum digunakan untuk pengumpulan data, alat ukur yang akan

dipergunakan perlu diuji cobakan terlebih dahulu reliabilitasnya.

Reliabilitas yaitu tingkat keajegan alat ukur meskipun dilakukan dalam


52

waktu yang berbeda (Arikunto, 1998:138). Untuk menentukan reliabilitas

dalam penelitian ini menggunakan rumus Alpha.

Hasil pengujian reliabilitas selengkapnya dapat dilihat pada

Lampiran dan hasilnya diringkas pada tabel berikut ini

Tabel 4.4. Nilai Reliabilitas Soal

Soal Reliabilitas R tabel Keterangan


Pola Asuh Orangtua 0,9316 0,404 Reliabel
Kemandirian Siswa 0,8650 0,404 Reliabel
Sumber : Data primer yang diolah

Berdasarkan hasil tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa instrumen

yang digunakan untuk mengumpulkan data telah memenuhi syarat

sebagai soal yang reliabel.

B. ANALISA DATA

Setelah semua memenuhi syarat validitas dan reliabilitas, maka langkah

selanjutnya adalah menguji ada tidaknya hubungan antara pola asuh orangtua

dengan kemandirian siswa. Pola asuh orangtua dihitung berdasarkan 51 item

angket yang valid sedangkan kemandirian siswa dihitung dari seluruh 20

itemnya. Tabulasi data dan hasil perhitungan selanjutnya akan disajikan berikut

ini.
53

(∑ X )(∑ Y )
∑ XY −
N
r XY
 ( ∑ X )  2
(∑ Y ) 2 
∑ X 2
−  ∑ Y 2
− 
 N  N 
  

(3260)(157 5)
215749 -
= 24
 (3260)  
2
(1575) 2

 453276 -   1575 - 
 24  24 

215749 - 213937.50
=
(453276 − 442816.67) (104193 - 103359.38)

1811.5
=
8719161.75

1811.5
=
2952.82

= 0.613

Jadi besarnya hubungan antara X (pola asuh orangtua) dengan kemandirian

siswa adalah sebesar 0,613. Untuk menguji keberartian besarnya hubungan

tersebut maka nilai tersebut harus dibandingkan dengan nilai r tabel untuk n

= 24 yaitu diperoleh sebesar 0,404.

Karena nilai ry1 (0,613) > r tabel (0,404) maka dapat disimpulkan terdapat

adanya hubungan yang bermakna antara pola asuh orangtua dengan

kemandirian siswa.
54

Nilai korelasi sebesar 0,613 masuk dalam kategori cukup tinggi. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa pola asuh orangtua memiliki hubungan

yang cukup tinggi dengan kemandirian siswa.

C. PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini menunjukkan diperolehnya nilai korelasi yang

cukup tinggi antara pola asuh orangtua dengan kemandirian siswa dimana

diperoleh nilai korelasi sebesar 0,613. Hal ini menunjukkan bahwa kemandirian

siswa dapat ditentukan oleh polaasuh orangtua. Sedangkan nilai korelasi sebesar

0,613 memberikan indikasi adanya hubungan yang cukup tinggi antara pola

asuh orangtua dengan kemandirian siswa.

Hasil penelitian ini menunjukkan satu implikasi akan perlunya

pemberian toleransi kepada anak untuk diberikan beberapa kebebasan dengan

bimbingan yang baik. Model pengekangan atau pola asuh otoriter pada orangtua

akan cenderung tidak memacu anak-anak untuk melakukan segala sesuatunya

secara mandiri. Dalam hal ini anak harus diberi bimbingan dan pengarahan

untuk dapat merangsang jiwa kemandirian anak. Sejak usia masih kecil, anak

perlu dididik dengan pola asuh yang tidak mengekang namun juga tidak

membiarkan anak bertindak semaunya.

Kemandirian anak sudah harus ditumbuhkan pada usia pra sekolah agar

kepercayaan diri anak dapat tumbuh dan berkembang dengan wajar. Seorang

anak merasa perlu untuk mandiri dan hal ini dapat diberikan dalam pola

pengasuhan orangtua.
55

Untuk itu orangtua harus dengan bijaksana dalam memutuskan bentuk

pola asuh yang sesuai untuk perkembangan anak. Karena pola asuh yang kurang

tepat yang diberikan kepada anak, akan menciptakan satu bentuk perilaku

kemandirian yang kurang pada diri anak, dan selanjutnya akan berakibat kurang

baik pada anak.

Dalam pola asuh orangtua yang bersifat otoriter segala sesuatunya harus

taat dan patuh sesuai dengan apa yang telah ditentukan oleh orangtua, sehingga

anak tidak boleh bahkan tidak bisa berkutik sedikitpun. Sebagimana dinyatakan

oleh Baldwin dalam Gerungan (1981:190) bahwa semakin otoriter sikap

orangtua, maka anak akan semakin timbul sifat passivitet, kurang inisiatif, tidak

dapat merencanakan sesuatu, daya tahan berkurang dan anak menjadi penakut.

Hal ini tentunya akan mengganggu kemandirian anak.

Pada pola asuh demokratis, ada kemungkinnan akan memberi

kesempatan kepada anak untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan

kebutuhannya, namun pola ini juga memberikan keterbatasan berupa teguran

kepada anak apabila anak dinilai salah selain memberikan arahan dan contoh-

contoh perilaku. Sikap ini akan memungkinkan anak memiliki sifat mandiri,

percaya diri dan mampu melakukan sesuatu dengan pertimbangan sendiri

dengan adanya tanggung jawabnya terhadap tindakannya

Pada pola asuh laizes faire, dimana orangtua membiarkan perilaku anak

mereka tanpa batasan yang jelas akan membuat anak tidak memiliki tanggung

jawab terhadap dirinya sendiri, sehingga kemandirian yang dimiliki oleh anak

kurang akan seimbang.


56

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan pada bab IV, maka dapat

disimpulkan sebagai berikut :

Pola asuh orangtua memiliki hubungan yang cukup tinggi dengan

kemandirian anak dimana diperoleh nilai korelasi sebesar 0,613. Hal ini

menunjukkan akan perlunya pemberian sedikit toleransi kepada anak untuk

diberikan pola asuh yang benar agar dapat memicu anak untuk dapat melakukan

segala sesuatunya secara mandiri.

B. SARAN-SARAN

Dari serangkaian hasil penelitian dan analisanya ada beberapa hal yang

dapat peneliti sarankan :

1. Bagi orangtua, diharapkan agar lebih meningkatkan sikap positif terhadap

program-program dalam rangka mendidik anak untuk kemandirian yang

besar.

2. Bagi orang tua, agar dapat mendampingi putra-putrinya belajar dan

membimbing mereka untuk menentukan cara atau jalan mereka yang

terbaik. Bagi pendidik, diharapkan mampu memberikan contoh dan perilaku

mandiri kepada siswa untuk bisa diterapkan oleh siswa, baik di rumah

maupun di sekolah..

56
57

DAFTAR PUSTAKA

Abu, 1990, Psikologi Sosial, Jakarta : Rineka Cipta.

Buchori, Mochtar, 2001, Pendidikan Antisipatoris, Yogyakarta : Kanisius.

Depdikbud, 1994, Program Kegiatan Belajar Taman Kanak-Kanak, Jakarta : Rineka


Cipta.

Depdiknas, 2004. Kurikulum 2004. Standar Kompetensi. Jakarta.

Drost, 1998, Sekolah : Mengajar atau Mendidik?, Yogyakarta, Kanisius.

Hadi, Sutrisno, 1987, Metodologi Research 3, Yogyakarta : Fakultas Psikologi


Universitas Gajah Mada.

Hurlock, Elizabets B, 1997, Perkembangan Anak. Edisi ke 6. Jakarta : Erlangga.

Idris, Zahara, 1992, Pengantar Pendidikan I, Jakarta : Gramedia.

Monks, FJ, Knoers, AMP, Siti, 1999, Psikologi Perkembangan (Pengantar dalam
Berbagai Bagiannya), Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Nicolaas, 1997, Orang Kudus Sepanjang Tahun, Jakarta : Obor.

Patmonodewo, Sumantri, 2000, Pendidikan Anak Prasekolah, Jakarta : Rineka


Cipta.

R, Moeslichatoen, 1999, Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak, Jakarta :


Rineka Cipta.

Riyanto, Yatim, 2001, Metodologi Penelitian Pendidikan, Surabaya : SIC.

Sindhunata, 2000, Membuka Masa Depan Anak-Anak Kita, Yogyakarta : Kanisius.

Singgih, 1991, Psikologi Praktis Anak, Remaja dan Keluarga, Jakarta : BPK
Gunung Mulia.

Sudjana, 1992, Metode Statistika, Bandung : Tarsito.

Sumarjo, 2001, Rencana Strategi Yayasan Pengudi Luhur, Semarang : YPL.


58

Wahyuni, Endang, 2001, Cara praktis Mengasuh dan Membimbing Anak Agar
Menjadi Cerdas dan Bahagia, Pionir Jaya.
Widayadi, C, Sri, dkk, 1999, Reformasi Pendidikan Dasar Menyiapkan Pribadi
Berkualitas Menghadapi Persaingan Global, Jakarta 20270 : Grasindo.

Windradini, Soesila, 1985, Psikologi Perkembangan Masa Remaja, Surabaya :


Usaha Nasional.
ANGKET

PETUNJUK

1. Angket ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang pola asuh


orangtua
2. Data yang Bapak.Ibu berikan dijamin kerahasiannya dan sama sekali tidak
mempengaruhi status putra/putri Bapak/Ibu di sekolah. Oleh karena ini
Bapak/Ibu tidak perlu ragu-ragu untuk memberikan jawaban pada angket sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya.
3. Bacalah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan sederhana, kemudian jawablah
pertanyaan tersebut dengan memberi tanda (X) pada salah satu jawaban yang
telah tersedia sesuai dengan jawaban yang Bapak/Ibu maksudkan.
4. Kejujuran Bapak/Ibu dalam memilih jawaban akan sangat membantu
keberhasilan penelitian ini.
5. Atas bantuan dari Bapak/Ibu kami ucapkan banyak terima kasih.

IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama Orangtua : …………………………………………………….


2. Nama anak : …………………………………………………….
3. Nama Sekolah : …………………………………………………….
4. Kelas : …………………………………………………….
No Pernyataan TP KD SR SL
1 Anda memaksa anak anda untuk selalu mematuhi
kemauan Anda
2 Anda tidak memberikan kebebasan kepada anak anda
dalam menjalankan aktivitasnya sebagai anak-anak
3 Anda memberikan ancaman jika anak anda tidak tidak
mendapatkan prestasi yang anda inginkan
4 Anda memberikan hukuman fisik (memukul, menjewer,
menendang) kepada anak anda jika anak anda berbuat
kesalahan yang besar
5 Anda merasa puas jika anak anda telah melakukan
perbuatan yang anda inginkan tanpa memberikan pujian
kepada anak anda
6 Anda selalu meluangkan waktu untuk bertanya kepada
anak anda mengenai yang terjadi di sekolahnya
7 Anda sangat membatasi pergaulan anak-anak anda
terhadap bahaya yang berasal dari lingkungan
8 Anda memberikan toleransi waktu bermain kepada anak-
anak anda hingga jam tertentu
9 Keluarga anda menentukan satu peraturan tidak tertulis
yang harus ditaati seluruh angggota keluarga
10 Anda memberikan hadiah kepada anak anda jika anak
anda berprestasi di sekolahnya
11 Anda memberikan kebebasan kepada anak anda untuk
berbuat sesuai dengan hati nuraninya
12 Anda membiarkan anak anda jika menentang pada
kemauan anda
13 Menurut anda, masa depan anak anda sepenuhnya ada di
tangan anak anda
14 Anda mengganggap bahwa jika anak anda tidak
mengerjakan tugas mereka adalah sebagai hal yang wajar
15 Anda memberikan segala kebutuhan materi kepada anak-
anak anda
16 Anda beranggapan bahwa anak anda tidak harus tunduk
kepada kemauan anda
17 Anda tidak dapat berbuat apapun untuk melarang anak
anda dalam bermain
18 Anda tidak pernah menakut-nakuti anda dengan bentuk
hukuman apapun
19 Anda tidak pernah menjewer, memukul atau menendang
anak anda jika mendapat nilai jelek
20 Anda tidak segan untuk memberi pujian kepada anak anda
selesai anak anda melakukan pekerjaan yang anda berikan
No Pernyataan TP KD SR SL
21 Anda jarang berbicara dengan anak anda

22 Anda tidak memiliki banyak waktu untuk memperhatikan


anak-anak anda dan teman bergaulnya
23 Menurut anda mengekang kebebasan anak berarti
membatasi hak pribadi anak anak anda
24 Dalam pergaulan di rumah, seluruh anggota keluarga
saling menyuruh dalam melakukan sesuatu
25 Anda merasa bahwa pemberian hadiah atau penghargaan
kepada anak dapat memperlemah mental anak anda
26 Anda tidak menghalang-halangi keinginan anak anda
dalam melakukan yang diinginaknnya
27 Anda merasa tidak berhak memaksa anak anda untuk
mematuhi anda
28 Anak merasa bahwa anak anda berhak sepenuhnya untuk
melakukan sesuatu demi kepentingannya sendiri
29 Selama ini anda jarang berbicara kepada anak anda
mengenai cita-cita anak anda
30 Anda tidak peduli akan kebutuhan material untuk anak-
anak anda
31 Menurut anda segala sesuatu yang baik bagi anda adalah
baik bagi anak anda
32 Menurut anda segala tindakan anak anda harus diarahkan
sesuai dengan keinginan anda
33 Anda merasa bahwa pemberian ancaman kepada anak
anda merupakan satu-satunya hal yang paling tepat untuk
anak anda
34 Menurut anda hukuman fisik layak diberikan kepada
setiap anak laki-laki yang melanggar peraturan
35 Anda hanya bangga jika anak anda menjadi yang terbaik
di sekolahnya
36 Jika liburan, anda menawarkan kepada anak anda
rencana untuk mengisi liburan
37 Anda sering mendampingan anak-anak anda menonton
televisi
38 Anda mengetahui nama teman-teman bergaul anak anda

39 Anda memberikan tugas kepada seluruh anggota


keluarga dalam kegiatan di rumah
40 Anda merasa berhak memberikan hadiah kepada anak
anda untuk merangsang prestasi anak
No Pernyataan TP KD SR SL
41 Anda memberi kebebasan kepada anak anda untuk
menggunakan fasilitas rumah
42 Anda menyadari bahwa keharusan anak anda untuk
tunduk kepada anda akan membawa efek negatif kepada
anak anda
43 Anda merasa bahwa anak anda akan dapat memilih
perilakunya sendiri tanpa bantuan orang lain
44 Anda tidak memberikan tugas rumah apapun kepada
anak-anak anda
45 Anda merasa bahwa materi merupakan faktor utama
untuk membahagiakan anak
46 Anda merasa bahwa anak anda boleh melakukan
tindakannya sendiri tanpa petunjuk anda
47 Anda merasa bahwa keputusan yang diambil oleh anak
anda akan membawa dampak negatif bagi perkembangan
anak anda
48 Anda merasa bahwa jika anak tidak ditakut-takuti, maka
anak akan bertindak kurang ajar kepada orangtua
49 Anda merasa bahwa tidak diberikannya hukuman fisik
pada anak akan membuat anak anda menjadi lemah
50 Memberikan pujian kepada anak merupakan salah satu
upaya untuk menumbuhkan semangat anak anda
51 Anda jarang makan bersama-sama anggota keluarga
lainnya
52 Anda tidak tahu dengan pasti kapan anak anda pergi
bermain dan kapan pulangnya
53 Anda berpendapat bahwa kebebasan yang diberikan
kepada anak namun dengan pembatasan, akan dapat
memberikan rasa frustasi kepada anak
54 Keluarga tidak pernah memberikan aturan terhadap
semua tindakan anggota keluarga
55 Anda tidak sempat berpikir untuk memberikan hadiah
atas prestasi anak anda
56 Anda merasa tidak baik untuk mengekang kebebasan
anak anda yang sekaligus menjadi hak anak anda
57 Anda berpendapat bahwa keharusan anak untuk tunduk
kepada orangtua akan membuat tekanan pada anak anda
58 Anda merasa bahwa anak anda mampu memilih tindakan
yang terbaik untuk kehidupan mendatang mereka
59 Anda jarang mengingatkan anak-anak anda untuk
membuat pekerjaan rumah yang diberikan di sekolah
60 Menurut anda kurangnya materi akan mengakibatkan
pertumbuhan yang kurang baik bagi anak anda
Nama anak : …………………………

Kelas : …………………………

LEMBAR OBSERVASI KEMANDIRIAN SISWA


No Aspek yang diobservasi Selalu Sering Kadang Tidak
-kadang pernah
1 Dapat menunjukkan rasa percaya diri
1.1 - Berani bertanya secara sederhana
1.2 - Berani tampil di depan umum atau di depan
kelas
1.3 - Mau mengemukakan pendapat secara
sederhana
1.4 - Mampu mengambil keputusan secara
sederhana
1.5 - Tidak putus asa jika mengalami kesulitan
1.6 - Mempu mengerjakan tugas sendiri
1.7 - Tidak mudah terpengaruh pada orang lain
2 Anak terbiasa menjaga kebersihan diri dan
mengurus dirinya sendiri
2.1 Menggosok gigi sendiri
2.2 Makan, minum sendiri tanpa bantuan orang lain

2.3 Memakai sepatu sendiri


2.4 Memelihara milik sendiri
2.5 Mencuci tangan sendiri sampai bersih
2.6 Mamakai pakaian sendiri
3 Terbiasa menjaga lingkungan
3.1 Membuang sampah pada tempatnya
3.2 Tidak mencoret-coret tembok
3.3 Membantu membersihkan lingkungan kelas
4 Dapat bertanggung jawab
4.1 Melaksanakan kegiatan sendiri sampai selesai

4.2 Membersihkan peralatan makan selesai


digunakan
4.3 Merapikan mainan selesai bermain

4.4 Mengembalikan alat-alat selesai bekerja


Skor

Total Skor

Semarang, …………………… 2005


Observer

( ……………………….. )
Reliability

R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)

KEMANDIRIAN SISWA

Item-total Statistics

Scale Scale Corrected


Mean Variance Item- Alpha
if Item if Item Total if Item
Deleted Deleted Correlation Deleted

Y1 61.1250 43.2446 .5314 .8901


Y2 61.0417 43.2591 .5505 .8895
Y3 61.4167 43.3841 .5561 .8893
Y4 61.5833 44.8623 .4330 .8927
Y5 61.4167 43.2971 .5052 .8911
Y6 60.7917 44.6938 .4344 .8928
Y7 61.4583 44.6938 .4344 .8928
Y8 60.7917 43.9112 .4716 .8919
Y9 60.7917 44.5199 .4574 .8921
Y10 60.7500 44.8913 .4828 .8915
Y11 61.0417 43.9547 .5328 .8900
Y12 60.7917 43.6504 .5738 .8889
Y13 61.2500 42.8043 .6047 .8878
Y14 60.7917 42.3460 .7530 .8837
Y15 61.0417 44.6504 .5215 .8905
Y16 60.9167 45.6449 .3965 .8935
Y17 60.8750 41.7663 .7501 .8832
Y18 61.1667 45.2754 .3617 .8947
Y19 60.8750 44.3750 .4889 .8912
Y20 60.8333 44.2319 .5004 .8909

Reliability Coefficients

N of Cases = 24.0 N of Items = 20

Alpha = .8954
Reliability

R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)

POLA ASUH ORANG TUA

Item-total Statistics

Scale Scale Corrected


Mean Variance Item- Alpha
if Item if Item Total if Item
Deleted Deleted Correlation Deleted

X1 133.9167 442.0797 .4031 .9306


X2 133.9167 435.3841 .4776 .9301
X3 134.2917 440.8243 .4429 .9304
X4 134.3333 438.9275 .4329 .9304
X6 132.4167 431.4710 .7040 .9286
X7 133.2917 437.6938 .3939 .9308
X8 132.8333 429.2754 .7171 .9284
X9 133.0000 428.0000 .6176 .9289
X10 133.3333 437.2754 .4811 .9301
X11 133.1250 436.8967 .5104 .9299
X12 134.2500 441.5000 .4226 .9305
X13 133.6250 434.3315 .4556 .9303
X15 133.3333 437.4493 .4213 .9305
X16 132.9583 441.8678 .3654 .9309
X17 132.8333 442.7536 .4695 .9304
X18 133.2500 437.4130 .4798 .9301
X19 132.8333 434.4928 .4140 .9307
X21 132.6250 433.0272 .3875 .9312
X23 133.7083 438.7373 .3811 .9309
X24 132.7500 440.5435 .3424 .9311
X25 132.7083 430.0417 .5278 .9297
X26 133.4167 435.5580 .4274 .9305
X27 133.1667 436.8406 .3670 .9311
X29 133.0833 432.8623 .4292 .9306
X30 132.2917 435.5199 .4482 .9303
X31 133.7083 437.4330 .6615 .9294
X32 133.9583 446.6504 .4169 .9309
X33 134.2500 438.8913 .4089 .9306
X35 133.9583 440.3025 .3612 .9310
X36 132.7500 438.9783 .4065 .9306
X37 132.6250 440.5924 .4145 .9306
X38 132.6667 442.4058 .4015 .9307
X39 132.9167 438.3406 .4869 .9301
X40 132.7500 433.2391 .5658 .9294
X42 133.1250 436.5489 .4121 .9306
X43 133.9583 441.7808 .3680 .9309
X44 133.7917 440.0851 .3634 .9310
X45 134.3333 442.0580 .4008 .9307
X46 132.6667 439.1014 .4379 .9304
X47 132.6250 440.3315 .4594 .9303
X48 132.5833 442.1667 .4269 .9305
_
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)

POLA ASUH ORANG TUA

Item-total Statistics

Scale Scale Corrected


Mean Variance Item- Alpha
if Item if Item Total if Item
Deleted Deleted Correlation Deleted

X49 132.5417 432.9547 .5258 .9297


X51 132.8750 436.3750 .4164 .9306
X52 132.5833 439.9928 .3952 .9307
X53 132.6667 438.3188 .4314 .9304
X54 132.5417 439.9982 .4169 .9305
X55 132.5417 441.2156 .4115 .9306
X56 133.5000 436.6087 .4278 .9305
X57 133.3750 438.4185 .3965 .9307
X59 132.5833 433.6449 .5781 .9294
X60 132.5000 435.1304 .5210 .9298

Reliability Coefficients

N of Cases = 24.0 N of Items = 51

Alpha = .9316
Correlations
Correlations

Kedisiplinan Pola Asuh


Siswa Orangtua
Kedisiplinan Siswa Pearson Correlation 1.000 .661**
Sig. (2-tailed) . .000
N 24 24
Pola Asuh Orangtua Pearson Correlation .661** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 24 24
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Correlations
Correlations

Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Y7 Y8 Y9 Y10 TOT.Y
Y1 Pearson Correlation 1.000 .404 .449* .403 .294 .207 .445* .257 .024 .156 .459*
Sig. (2-tailed) . .050 .028 .051 .163 .332 .029 .226 .910 .465 .024
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
Y2 Pearson Correlation .404 1.000 .159 .342 .318 .488* .246 .182 .243 .158 .655**
Sig. (2-tailed) .050 . .459 .102 .130 .016 .246 .396 .253 .461 .001
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
Y3 Pearson Correlation .449* .159 1.000 .507* .299 .217 .334 .202 .039 .105 .484*
Sig. (2-tailed) .028 .459 . .012 .156 .309 .110 .344 .858 .624 .017
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
Y4 Pearson Correlation .403 .342 .507* 1.000 .156 .467* .305 .145 .111 .101 .512*
Sig. (2-tailed) .051 .102 .012 . .467 .021 .147 .500 .607 .639 .011
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
Y5 Pearson Correlation .294 .318 .299 .156 1.000 -.050 .445* -.155 -.065 .168 .473*
Sig. (2-tailed) .163 .130 .156 .467 . .816 .029 .468 .762 .434 .019
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
Y6 Pearson Correlation .207 .488* .217 .467* -.050 1.000 -.056 .620** .497* .194 .586**
Sig. (2-tailed) .332 .016 .309 .021 .816 . .795 .001 .013 .363 .003
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
Y7 Pearson Correlation .445* .246 .334 .305 .445* -.056 1.000 -.035 -.232 .042 .431*
Sig. (2-tailed) .029 .246 .110 .147 .029 .795 . .872 .275 .844 .035
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
Y8 Pearson Correlation .257 .182 .202 .145 -.155 .620** -.035 1.000 .396 .442* .458*
Sig. (2-tailed) .226 .396 .344 .500 .468 .001 .872 . .055 .031 .024
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
Y9 Pearson Correlation .024 .243 .039 .111 -.065 .497* -.232 .396 1.000 .222 .426*
Sig. (2-tailed) .910 .253 .858 .607 .762 .013 .275 .055 . .296 .038
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
Y10 Pearson Correlation .156 .158 .105 .101 .168 .194 .042 .442* .222 1.000 .470*
Sig. (2-tailed) .465 .461 .624 .639 .434 .363 .844 .031 .296 . .020
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
TOT.Y Pearson Correlation .459* .655** .484* .512* .473* .586** .431* .458* .426* .470* 1.000
Sig. (2-tailed) .024 .001 .017 .011 .019 .003 .035 .024 .038 .020 .
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Correlations
Correlations

Y11 Y12 Y13 Y14 Y15 Y16 Y17 Y18 Y19 Y20 TOT.Y
Y11 Pearson Correlation 1.000 .511* .191 .276 .039 .096 .108 .169 .413* .331 .493*
Sig. (2-tailed) . .011 .372 .192 .855 .654 .614 .430 .045 .115 .014
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
Y12 Pearson Correlation .511* 1.000 .194 .348 .248 .365 .540** .113 .373 .318 .637**
Sig. (2-tailed) .011 . .364 .096 .242 .079 .006 .599 .073 .130 .001
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
Y13 Pearson Correlation .191 .194 1.000 .197 .276 .386 .211 -.010 .177 .183 .502*
Sig. (2-tailed) .372 .364 . .356 .192 .063 .322 .963 .408 .393 .012
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
Y14 Pearson Correlation .276 .348 .197 1.000 .333 .204 .338 .084 .500* .460* .567**
Sig. (2-tailed) .192 .096 .356 . .111 .339 .106 .696 .013 .024 .004
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
Y15 Pearson Correlation .039 .248 .276 .333 1.000 .612** .435* .590** .500* .543** .559**
Sig. (2-tailed) .855 .242 .192 .111 . .001 .034 .002 .013 .006 .004
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
Y16 Pearson Correlation .096 .365 .386 .204 .612** 1.000 .237 .206 .153 .205 .465*
Sig. (2-tailed) .654 .079 .063 .339 .001 . .266 .333 .475 .337 .022
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
Y17 Pearson Correlation .108 .540** .211 .338 .435* .237 1.000 .598** .507* .575** .768**
Sig. (2-tailed) .614 .006 .322 .106 .034 .266 . .002 .011 .003 .000
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
Y18 Pearson Correlation .169 .113 -.010 .084 .590** .206 .598** 1.000 .505* .517** .455*
Sig. (2-tailed) .430 .599 .963 .696 .002 .333 .002 . .012 .010 .026
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
Y19 Pearson Correlation .413* .373 .177 .500* .500* .153 .507* .505* 1.000 .940** .643**
Sig. (2-tailed) .045 .073 .408 .013 .013 .475 .011 .012 . .000 .001
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
Y20 Pearson Correlation .331 .318 .183 .460* .543** .205 .575** .517** .940** 1.000 .640**
Sig. (2-tailed) .115 .130 .393 .024 .006 .337 .003 .010 .000 . .001
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
TOT.Y Pearson Correlation .493* .637** .502* .567** .559** .465* .768** .455* .643** .640** 1.000
Sig. (2-tailed) .014 .001 .012 .004 .004 .022 .000 .026 .001 .001 .
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Correlations
Correlations

X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 TOT.X
X1 Pearson Correlation 1.000 .315 .595** .654** -.475* .378 .191 .218 .221 .218 .446*
Sig. (2-tailed) . .133 .002 .001 .019 .069 .371 .306 .300 .306 .029
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
X2 Pearson Correlation .315 1.000 .395 .168 .000 .413* .483* .337 .217 .056 .514*
Sig. (2-tailed) .133 . .056 .431 1.000 .045 .017 .108 .309 .794 .010
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
X3 Pearson Correlation .595** .395 1.000 .470* -.177 .123 .491* .217 .489* .108 .501*
Sig. (2-tailed) .002 .056 . .021 .408 .567 .015 .309 .015 .614 .013
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
X4 Pearson Correlation .654** .168 .470* 1.000 -.102 .336 .400 .375 .311 .313 .486*
Sig. (2-tailed) .001 .431 .021 . .635 .108 .053 .071 .140 .137 .016
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
X5 Pearson Correlation -.475* .000 -.177 -.102 1.000 -.110 .218 -.102 .000 .102 -.021
Sig. (2-tailed) .019 1.000 .408 .635 . .610 .307 .635 1.000 .635 .922
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
X6 Pearson Correlation .378 .413* .123 .336 -.110 1.000 .148 .538** .538** .471* .705**
Sig. (2-tailed) .069 .045 .567 .108 .610 . .489 .007 .007 .020 .000
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
X7 Pearson Correlation .191 .483* .491* .400 .218 .148 1.000 .320 .582** .293 .449*
Sig. (2-tailed) .371 .017 .015 .053 .307 .489 . .127 .003 .164 .028
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
X8 Pearson Correlation .218 .337 .217 .375 -.102 .538** .320 1.000 .518** .500* .696**
Sig. (2-tailed) .306 .108 .309 .071 .635 .007 .127 . .010 .013 .000
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
X9 Pearson Correlation .221 .217 .489* .311 .000 .538** .582** .518** 1.000 .518** .633**
Sig. (2-tailed) .300 .309 .015 .140 1.000 .007 .003 .010 . .010 .001
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
X10 Pearson Correlation .218 .056 .108 .313 .102 .471* .293 .500* .518** 1.000 .491*
Sig. (2-tailed) .306 .794 .614 .137 .635 .020 .164 .013 .010 . .015
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
TOT.X Pearson Correlation .446* .514* .501* .486* -.021 .705** .449* .696** .633** .491* 1.000
Sig. (2-tailed) .029 .010 .013 .016 .922 .000 .028 .000 .001 .015 .
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Correlations
Correlations

X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19 X20 TOT.X
X11 Pearson Correlation 1.000 .157 .288 .016 .202 .211 .183 .005 .000 -.418* .510*
Sig. (2-tailed) . .465 .172 .941 .343 .322 .392 .980 1.000 .042 .011
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
X12 Pearson Correlation .157 1.000 .302 .322 .390 -.019 .103 .061 .275 .346 .474*
Sig. (2-tailed) .465 . .152 .125 .060 .930 .633 .777 .194 .097 .019
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
X13 Pearson Correlation .288 .302 1.000 .063 .480* -.073 .217 -.047 .077 .035 .473*
Sig. (2-tailed) .172 .152 . .770 .018 .733 .309 .827 .720 .872 .020
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
X14 Pearson Correlation .016 .322 .063 1.000 .165 -.306 -.348 -.217 -.140 .000 -.020
Sig. (2-tailed) .941 .125 .770 . .441 .146 .095 .309 .515 1.000 .925
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
X15 Pearson Correlation .202 .390 .480* .165 1.000 -.205 .316 .112 .296 .000 .458*
Sig. (2-tailed) .343 .060 .018 .441 . .337 .132 .601 .160 1.000 .024
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
X16 Pearson Correlation .211 -.019 -.073 -.306 -.205 1.000 .277 .312 .148 -.134 .414*
Sig. (2-tailed) .322 .930 .733 .146 .337 . .189 .138 .489 .534 .044
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
X17 Pearson Correlation .183 .103 .217 -.348 .316 .277 1.000 .267 .535** -.090 .490*
Sig. (2-tailed) .392 .633 .309 .095 .132 .189 . .208 .007 .675 .015
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
X18 Pearson Correlation .005 .061 -.047 -.217 .112 .312 .267 1.000 .285 .171 .540**
Sig. (2-tailed) .980 .777 .827 .309 .601 .138 .208 . .177 .424 .006
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
X19 Pearson Correlation .000 .275 .077 -.140 .296 .148 .535** .285 1.000 .048 .446*
Sig. (2-tailed) 1.000 .194 .720 .515 .160 .489 .007 .177 . .823 .029
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
X20 Pearson Correlation -.418* .346 .035 .000 .000 -.134 -.090 .171 .048 1.000 -.073
Sig. (2-tailed) .042 .097 .872 1.000 1.000 .534 .675 .424 .823 . .734
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
TOT.X Pearson Correlation .510* .474* .473* -.020 .458* .414* .490* .540** .446* -.073 1.000
Sig. (2-tailed) .011 .019 .020 .925 .024 .044 .015 .006 .029 .734 .
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Correlations
Correlations

X21 X22 X23 X24 X25 X26 X27 X28 X29 X30 TOT.X
X21 Pearson Correlation 1.000 .457* .087 .097 .109 .134 -.011 -.096 .310 .544** .429*
Sig. (2-tailed) . .025 .685 .653 .612 .533 .961 .655 .141 .006 .036
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
X22 Pearson Correlation .457* 1.000 -.186 -.106 -.217 -.375 -.104 .101 .110 -.051 -.202
Sig. (2-tailed) .025 . .383 .621 .309 .071 .630 .639 .608 .814 .344
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
X23 Pearson Correlation .087 -.186 1.000 -.062 .240 .214 .126 -.231 .030 .065 .442*
Sig. (2-tailed) .685 .383 . .774 .259 .315 .556 .277 .890 .764 .031
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
X24 Pearson Correlation .097 -.106 -.062 1.000 -.141 .008 -.100 -.319 -.102 -.052 .422*
Sig. (2-tailed) .653 .621 .774 . .510 .972 .641 .128 .636 .810 .040
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
X25 Pearson Correlation .109 -.217 .240 -.141 1.000 .506* .519** -.466* .623** .222 .505*
Sig. (2-tailed) .612 .309 .259 .510 . .012 .009 .022 .001 .296 .012
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
X26 Pearson Correlation .134 -.375 .214 .008 .506* 1.000 .640** -.014 .501* .157 .475*
Sig. (2-tailed) .533 .071 .315 .972 .012 . .001 .949 .013 .465 .019
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
X27 Pearson Correlation -.011 -.104 .126 -.100 .519** .640** 1.000 .104 .762** -.027 .412*
Sig. (2-tailed) .961 .630 .556 .641 .009 .001 . .630 .000 .900 .045
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
X28 Pearson Correlation -.096 .101 -.231 -.319 -.466* -.014 .104 1.000 -.208 .051 -.350
Sig. (2-tailed) .655 .639 .277 .128 .022 .949 .630 . .328 .814 .093
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
X29 Pearson Correlation .310 .110 .030 -.102 .623** .501* .762** -.208 1.000 .048 .442*
Sig. (2-tailed) .141 .608 .890 .636 .001 .013 .000 .328 . .823 .031
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
X30 Pearson Correlation .544** -.051 .065 -.052 .222 .157 -.027 .051 .048 1.000 .464*
Sig. (2-tailed) .006 .814 .764 .810 .296 .465 .900 .814 .823 . .022
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
TOT.X Pearson Correlation .429* -.202 .442* .422* .505* .475* .412* -.350 .442* .464* 1.000
Sig. (2-tailed) .036 .344 .031 .040 .012 .019 .045 .093 .031 .022 .
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Correlations
Correlations

X31 X32 X33 X34 X35 X36 X37 X38 X39 X40 TOT.X
X31 Pearson Correlation 1.000 .218 .423* .093 .266 .141 .125 .354 .206 .383 .687**
Sig. (2-tailed) . .307 .039 .665 .208 .511 .560 .090 .334 .065 .000
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
X32 Pearson Correlation .218 1.000 -.028 .127 .175 .248 .202 .207 .219 .358 .443*
Sig. (2-tailed) .307 . .898 .553 .413 .243 .343 .331 .304 .086 .030
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
X33 Pearson Correlation .423* -.028 1.000 -.043 .590** .215 .259 .328 .329 .215 .462*
Sig. (2-tailed) .039 .898 . .841 .002 .313 .222 .117 .117 .313 .023
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
X34 Pearson Correlation .093 .127 -.043 1.000 .063 -.173 -.122 .054 -.245 -.043 -.043
Sig. (2-tailed) .665 .553 .841 . .768 .419 .570 .801 .248 .841 .840
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
X35 Pearson Correlation .266 .175 .590** .063 1.000 .343 .349 .310 .047 .233 .419*
Sig. (2-tailed) .208 .413 .002 .768 . .101 .095 .141 .828 .273 .041
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
X36 Pearson Correlation .141 .248 .215 -.173 .343 1.000 .544** .328 .456* .720** .406*
Sig. (2-tailed) .511 .243 .313 .419 .101 . .006 .117 .025 .000 .049
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
X37 Pearson Correlation .125 .202 .259 -.122 .349 .544** 1.000 .570** .246 .544** .448*
Sig. (2-tailed) .560 .343 .222 .570 .095 .006 . .004 .247 .006 .028
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
X38 Pearson Correlation .354 .207 .328 .054 .310 .328 .570** 1.000 .027 .399 .462*
Sig. (2-tailed) .090 .331 .117 .801 .141 .117 .004 . .902 .054 .023
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
X39 Pearson Correlation .206 .219 .329 -.245 .047 .456* .246 .027 1.000 .711** .454*
Sig. (2-tailed) .334 .304 .117 .248 .828 .025 .247 .902 . .000 .026
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
X40 Pearson Correlation .383 .358 .215 -.043 .233 .720** .544** .399 .711** 1.000 .555**
Sig. (2-tailed) .065 .086 .313 .841 .273 .000 .006 .054 .000 . .005
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
TOT.X Pearson Correlation .687** .443* .462* -.043 .419* .406* .448* .462* .454* .555** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .030 .023 .840 .041 .049 .028 .023 .026 .005 .
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Correlations
Correlations

X41 X42 X43 X44 X45 X46 X47 X48 X49 X50 TOT.X
X41 Pearson Correlation 1.000 .307 .300 .380 .120 .130 -.017 -.193 -.200 .291 .058
Sig. (2-tailed) . .145 .155 .067 .576 .545 .938 .367 .349 .168 .786
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
X42 Pearson Correlation .307 1.000 .171 .302 .271 .435* .390 .048 .230 -.194 .442*
Sig. (2-tailed) .145 . .426 .152 .200 .034 .060 .823 .280 .365 .031
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
X43 Pearson Correlation .300 .171 1.000 .068 -.113 -.167 .123 .303 .278 -.139 .408*
Sig. (2-tailed) .155 .426 . .754 .598 .436 .567 .151 .188 .516 .048
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
X44 Pearson Correlation .380 .302 .068 1.000 .431* .459* .053 -.301 -.065 .131 .455*
Sig. (2-tailed) .067 .152 .754 . .036 .024 .807 .153 .764 .540 .026
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
X45 Pearson Correlation .120 .271 -.113 .431* 1.000 .221 .125 .000 .032 -.273 .463*
Sig. (2-tailed) .576 .200 .598 .036 . .299 .560 1.000 .884 .196 .023
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
X46 Pearson Correlation .130 .435* -.167 .459* .221 1.000 .234 .158 .381 -.141 .471*
Sig. (2-tailed) .545 .034 .436 .024 .299 . .271 .462 .066 .511 .020
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
X47 Pearson Correlation -.017 .390 .123 .053 .125 .234 1.000 .335 .729** -.474* .463*
Sig. (2-tailed) .938 .060 .567 .807 .560 .271 . .110 .000 .019 .023
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
X48 Pearson Correlation -.193 .048 .303 -.301 .000 .158 .335 1.000 .691** -.110 .428*
Sig. (2-tailed) .367 .823 .151 .153 1.000 .462 .110 . .000 .610 .037
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
X49 Pearson Correlation -.200 .230 .278 -.065 .032 .381 .729** .691** 1.000 -.418* .532**
Sig. (2-tailed) .349 .280 .188 .764 .884 .066 .000 .000 . .042 .007
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
X50 Pearson Correlation .291 -.194 -.139 .131 -.273 -.141 -.474* -.110 -.418* 1.000 -.478*
Sig. (2-tailed) .168 .365 .516 .540 .196 .511 .019 .610 .042 . .018
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
TOT.X Pearson Correlation .058 .442* .408* .455* .463* .471* .463* .428* .532** -.478* 1.000
Sig. (2-tailed) .786 .031 .048 .026 .023 .020 .023 .037 .007 .018 .
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Correlations
Correlations

X51 X52 X53 X54 X55 X56 X57 X58 X59 X60 TOT.X
X51 Pearson Correlation 1.000 .321 .058 .286 .307 .015 .068 -.102 .270 .117 .440*
Sig. (2-tailed) . .126 .786 .176 .145 .944 .752 .634 .202 .586 .032
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
X52 Pearson Correlation .321 1.000 .059 .207 .633** .107 .069 -.177 .455* .000 .423*
Sig. (2-tailed) .126 . .784 .332 .001 .620 .749 .408 .026 1.000 .040
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
X53 Pearson Correlation .058 .059 1.000 .300 .256 .191 .547** .157 .473* .615** .483*
Sig. (2-tailed) .786 .784 . .154 .228 .372 .006 .464 .020 .001 .017
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
X54 Pearson Correlation .286 .207 .300 1.000 .284 -.019 .104 .008 .461* .538** .440*
Sig. (2-tailed) .176 .332 .154 . .178 .931 .630 .969 .023 .007 .032
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
X55 Pearson Correlation .307 .633** .256 .284 1.000 .040 .111 -.281 .427* .111 .438*
Sig. (2-tailed) .145 .001 .228 .178 . .852 .604 .183 .037 .605 .032
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
X56 Pearson Correlation .015 .107 .191 -.019 .040 1.000 .355 .000 .320 .225 .463*
Sig. (2-tailed) .944 .620 .372 .931 .852 . .088 1.000 .128 .290 .023
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
X57 Pearson Correlation .068 .069 .547** .104 .111 .355 1.000 .271 .400 .341 .444*
Sig. (2-tailed) .752 .749 .006 .630 .604 .088 . .201 .053 .103 .030
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
X58 Pearson Correlation -.102 -.177 .157 .008 -.281 .000 .271 1.000 -.048 .063 -.181
Sig. (2-tailed) .634 .408 .464 .969 .183 1.000 .201 . .823 .771 .397
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
X59 Pearson Correlation .270 .455* .473* .461* .427* .320 .400 -.048 1.000 .355 .578**
Sig. (2-tailed) .202 .026 .020 .023 .037 .128 .053 .823 . .089 .003
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
X60 Pearson Correlation .117 .000 .615** .538** .111 .225 .341 .063 .355 1.000 .546**
Sig. (2-tailed) .586 1.000 .001 .007 .605 .290 .103 .771 .089 . .006
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
TOT.X Pearson Correlation .440* .423* .483* .440* .438* .463* .444* -.181 .578** .546** 1.000
Sig. (2-tailed) .032 .040 .017 .032 .032 .023 .030 .397 .003 .006 .
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

You might also like