You are on page 1of 75

SURVEI PROSES PENDIDIKAN JASMANI ANAK TUNA

GRAHITA DI SDLB C DAN C I WIDYA BHAKTI

SEMARANG TAHUN 2005

SKRIPSI

Diajukan Dalam Rangka Penyelesaian Studi Strata 1


untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :
Nama : Teguh Arifianto
NIM : 6101401082
Jurusan : Pendidikan Jasmani Kesehatan
dan Rekreasi
Fakultas : Ilmu Keolahragaan

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2006
SARI

Teguh Arifianto.2005. “Survei Proses Pendidikan Jasmani Anak Tuna Grahita


di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang Tahun 2005”. Skripsi. Jurusan
Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, Fakultas Ilmu Keolahragaan,
Universitas Negeri Semarang.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana proses


pendidikan jasmani anak tuna grahita di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang
tahun 2005. Metode penelitian adalah survei. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh guru di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang. Sampel menggunakan
seluruh populasi yaitu 13 guru kelas. Variabel penelitian adalah proses pendidikan
jasmani anak tuna grahita. Teknik pengumpulan data yaitu: 1) wawancara, 2)
dokumentasi, 3) angket. Analisis data menggunakan analisis deskriptif prosentase.
Hasil penelitian dengan jumlah sampel 13 responden menunjukkan bahwa
proses pendidikan jasmani anak tuna grahita di SDLB C dan C I Widya Bhakti
Semarang tahun 2005 menunjukkan kriteria sangat baik, hal ini disebabkan karena
semua guru merupakan lulusan dari PLB, selain itu mereka juga sudah
berpengalaman karena sudah mengajar berpuluh-puluh tahun. Terbukti dengan
jumlah 13 guru, sebanyak 12 guru memenuhi kriteria sangat baik dalam
pelaksanaan proses belajar mengajarnya, sedangkan 1 guru yang lain memenuhi
kriteria baik, Guru SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang tahun 2005 yang
menunjukkan kriteria cukup dan kriteria kurang tidak ada (0 %).
Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu: 1) Proses pendidikan jasmani anak
tuna grahita di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang tahun 2005 sebagian
besar menunjukkan kriteria sangat baik, 2) Tujuan pendidikan jasmani anak tuna
grahita di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang tahun 2005 telah sesuai
dengan kurikulum dan keadaan siswa, 3) Materi pendidikan jasmani yang
dilaksanakan di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang tahun 2005 telah sesuai
dengan kurikulum yang ada, 4) Siswa kelas C dalam menerima materi pendidikan
jasmani sangat antusias dan bersemangat, 5) Dalam pelajaran pendidikan jasmani
anak tuna grahita perlu perhatian dan kesabaran ekstra terutama anak tuna grahita
kelas CI, 6) Kompetensi yang dimiliki guru-guru pendidikan jasmani anak tuna
grahita di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang tahun 2005 sudah sangat baik,
7) Sarana prasarana yang tersedia untuk menunjang keberhasilan proses
pendidikan jasmani anak tuna grahita di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang
tahun 2005 sudah baik, 8) Evaluasi yang dilakukan oleh guru-guru di SDLB C
dan CI Widya Bhakti Semarang tahun 2005 juga sudah sangat baik.
Saran yang dapat penulis sampaikan yaitu 1) Untuk lebih meningkatkan
mutu pendidikan jasmani anak tuna grahita di SDLB C dan CI Widya Bhakti
Semarang, maka guru-guru harus lebih kreatif dan sabar dalam menghadapi anak
tuna grahita terutama kelas CI, 2) Sarana dan prasarana sebagai penunjang
keberhasilan suatu proses pendidikan jasmani anak tuna grahita di SDLB C dan
CI Widya Bhakti Semarang harus lebih diperhatikan dan diperlengkap.

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan sidang panitia Ujian Skripsi Fakultas
Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang pada :

Hari :
Tanggal :
Pukul :
Tempat :

Ketua Sekretaris

Dr. Khomsin, M.Pd Drs. Sulaiman, M.Pd.


NIP 131469639 NIP 131813670

Dewan Penguji :

1. Dr. Tandiyo Rahayu, M.Pd (Ketua)


NIP 131404316

2. Drs. Harry Pramono, M.Si (Anggota)


NIP 131469638

3. Drs. Cahyo Yuwono, M.Pd (Anggota)


NIP 13157155051

iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto :

1) “ Suatu kegagalan adalah awal dari suatu kesuksesan”.

2) “ Jalani hidup ini dengan penuh kesabaran”. (penulis)

Persembahan :

Skripsi ini penulis persembahkan kepada :

1) Ayah, Ibu, Ade tercinta dan tersayang.

2) Almamater tercinta.

3) Teman-teman jurusan Pendidikan

Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

khususnya angkatan 2001.

4) Teman-teman kos “SOFA MARWA/

SA’KAREPMU” yang selalu

kubanggakan.

iv
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas segala rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Proses

Pendidikan Jasmani Anak Tuna Grahita di SDLB C dan CI Widya Bhakti

Semarang tahun 2005”.

Skripsi ini ditulis untuk menyelesaikan studi strata I sebagai syarat

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fakultas Ilmu Keolahragaan. Keberhasilan

penulis ini adalah atas bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis

menyampaikan terima kasih kepada :

1) Drs. Harry Pramono, M.Si dan Drs. Cahyo Yuwono, M.Pd selaku

pembimbing utama dan pembimbing pendamping yang selalu

membimbing, mengarahkan dan selalu memberikan motivasi hingga

terselesainya penulisan skripsi ini.

2) Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan yang telah memberikan izin untuk

mengadakan penelitian.

3) Ketua jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi yang telah

memberikan pengarahan kepada penulis.

4) Bapak/Ibu Dosen FIK UNNES, atas segala petunjuk dan bantuannya

dalam menyelesaikan skripsi ini.

5) Seluruh karyawan administrasi jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan

Rekreasi maupun Fakultas FIK UNNES yang telah membantu dalam

kelancaran administrasi selama proses penyelesaian skripsi.

v
6) Drs. Sudarna dan A. Yuli Purwanti selaku Kepala SLB C dan C I Widya

Bhakti Semarang yang telah memberikan izin untuk mengadakan

penelitian.

7) Seluruh Guru, karyawan dan Tata Usaha SDLB C dan C I Widya Bhakti

Semarang yang telah membantu kelancaran dalam proses penyelesaian

skripsi.

8) Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas kerja

samanya dan bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga segala bantuan mereka menjadi amal yang baik dan diterima oleh

Allah SWT, serta mendapat imbalan dari Allah SWT. Demi sempurnanya

penulisan skiripsi ini, saran dan kritik yang membangun dari para pembaca

sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

pada khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Semarang, 2005

Penulis,

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
SARI................................................................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................... v
DAFTAR ISI.................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL........................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................... 5
1.3. Penegasan Istilah......................................................................... 5
1.4. Tujuan Penelitian ........................................................................ 6
1.5. Manfaat Penelitian ...................................................................... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................... 7
2.1. Pengertian Anak Cacat Tuna Grahita.......................................... 7
2.1.1 Anak Cacat ...................................................................... 7
2.1.2 Pengertian Anak Tuna Grahita........................................ 8
2.2. Pendidikan Jasmani Adaptif........................................................ 11
2.3. Proses Pendidikan Jasmani Anak Tuna Grahita……………….. 11
2.3.1. Tujuan Pendidikan Jasmani............................................. 12
2.3.2. Metode Pendidikan Jasmani Adaptif………… .............. 12
2.3.3. Materi Penjas Anak Tuna Grahita……………............... 13
2.3.4. Siswa……………………………………. ...................... 16
2.3.5. Guru………………………………. ............................... 16
2.3.6. Evaluasi Penjas Adaptif………………… ...................... 17
2.4. Sarana Prasarana……………………… ..................................... 20
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 22
3.1. Populasi Penelitian ...................................................................... 22
3.2. Sampel Penelitian........................................................................ 22
3.3. Variabel Penelitian ...................................................................... 22
3.4. Metode Penelitian ....................................................................... 23
3.5. Instrumen Penelitian ................................................................... 23
3.6. Proses Penelitian ......................................................................... 26
3.7. Analisis Data…………………………………………………… 28
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 29
4.1. Hasil Penelitian .......................................................................... 29
4.2. Pembahasan................................................................................. 35
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 40
5.1. Simpulan ..................................................................................... 40
5.2. Saran............................................................................................ 41
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 42
LAMPIRAN-LAMPIRAN............................................................................... 43

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Distribusi Proses Pendidikan Jasmani .............................................. 29


Tabel 2. Biodata Guru SDLB C Widya Bhakti................................................ 31
Tabel 3. Biodata Guru SDLB C I Widya Bhakti ............................................. 31
Tabel 4. Prosentase Faktor Proses Pendidikan Jasmani................................... 33
Tabel 5. Daftar Sarana Prasarana SDLB C Widya Bhakti .............................. 38
Tabel 6. Daftar Sarana Prasarana SDLB C I Widya Bhakti ........................... 38

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Distribusi Pelaksanaan Proses Pendidikan Jasmani ....................... 30


Gambar 2. Distribusi Tingkat Proses Pendidikan Jasmani .............................. 32
Gambar 3. Distribusi Komponen-Komponen Pendidikan Jasmani ................ 34

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Responden........................................................................ 43


Lampiran 2. Kisi-Kisi Angket ......................................................................... 44
Lampiran 3. Angket Proses Pendidikan Jasmani............................................. 46
Lampiran 4. Uji Validitas Reliabelitas Angket ................................................ 51
Lampiran 5. Perhitungan Validitas dan Reliabelitas........................................ 52
Lampiran 6. Hasil Valid................................................................................... 54
Lampiran 7. Hasil Penelitian Angket ............................................................... 55
Lampiran 8. Perhitungan Prosentase................................................................ 56
Lampiran 9. Hasil Wawancara......................................................................... 59
Lampiran 10. Daftar Sarana Prasarana............................................................. 61
Lampiran 11. Daftar Hasil Belajar Siswa ........................................................ 63
Lampiran 12. Dokumentasi.............................................................................. 65
Lampiran 12. Surat-Surat ................................................................................. 71

x
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia diciptakan di dunia mempunyai hak asasi manusia (HAM) yang

sama. Demikian juga dalam hal memperoleh pendidikan, setiap warga negara

berhak memperoleh pendidikan yang sama, baik anak yang normal maupun anak

yang abnormal (anak peyandang cacat). Tidak semua anak dilahirkan dalam

keadaan sempurna, ternyata ada sebagian kecil yang mengalami kelainan sehingga

mengalami hambatan–hambatan baik dalam perkembangan fisik maupun dalam

perkembangan mentalnya. Anak yang demikian diklasifikasikan sebagai anak luar

biasa. Seperti anak yang lain, anak-anak luar biasa juga merupakan bagian dari

generasi yang harus memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dirinya

sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Perlu diingat bahwa anak cacat juga

merupakan anak bangsa yang dapat tumbuh dan berkembang menjadi dewasa

yang mempunyai percaya diri dan harga diri yang tinggi dalam memimpin dan

mengabdikan dirinya untuk bangsa dan negara pada masa yang akan datang.

Marison dalam Aip Sjarifuddin (1980: 9) mengemukakan bahwa pendidikan

itu adalah perkembangan pada diri individu dengan melalui proses belajar sebagai

perbedaan dari pertumbuhan jasmaniah. Selain itu S. Brojonegoro dalam Aip

Sjarifuddin (1980: 9) mengemukakan bahwa pendidikan itu adalah tuntunan

kepada pertumbuhan manusia mulai lahir sampai tercapainya kedewasaan, dalam

arti rohaniah dan jasmaniah. Aip Sjarifuddin (1979: 4-5) mengemukakan bahwa
2

perkembangan penyelidikan mengenai pendidikan itu bukan hanya diperuntukkan

bagi anak-anak yang normal saja, tetapi juga bagi anak yang mempunyai kelainan

atau cacat yang umum dikatakan anak-anak luar biasa. Mereka sama halnya

dengan anak-anak normal yang memerlukan penjagaan atau pemeliharaan,

pembinaan, asuhan dan didikan yang sempurna sehingga mereka dapat menjadi

manusia yang berdiri sendiri tanpa menyandarkan diri pada pertolongan orang

lain. Merekapun mendambakan hidup yang layak, menginginkan pertumbuhan

dan perkembangan yang harmonis. Oleh karena itu merekapun membutuhkan

pendidikan dan bimbingan agar menjadi manusia dewasa dan menjadi warga

negara yang dapat berpartisipasi bagi pembangunan bangsa dan negaranya.

Berdasarkan sejarah pendidikan menggambarkan bahwa sikap masyarakat

terhadap penderita cacat dari dahulu sampai sekarang tidak sepenuhnya positif,

dan mereka selalu diperlakukan dengan tidak manusiawi, bahkan pada masa

peradaban belum berkembang, mereka dibunuh dengan cara yang sangat kejam.

Demikian juga di Indonesia, dari dahulu sampai sekarang pendidikan bagi anak

cacat masih kurang diperhatikan. Masyarakat menganggap bahwa anak cacat

selalu menjadi beban bagi masyarakat yang normal, tapi sebenarnya tidak

demikian karena anak penyandang cacat mampu untuk hidup mandiri tanpa

bantuan orang lain bila mereka dididik.

Pendidikan bagi anak penyandang cacat bisa dilakukan di keluarga,

masyarakat (non formal), dan di sekolah (formal). Pendidikan formal bagi anak

cacat biasanya diberikan oleh yayasan-yayasan atau sekolah-sekolah luar biasa

(SLB). Setiap SLB mempunyai program kurikulum pendidikan dalam

merehabilitasi, melatih, dan mendidik anak cacat, termasuk di dalamnya program


3

pendidikan jasmani bagi anak cacat (pendidikan jasmani adaptif). Dengan

pendidikan jasmani adaptif anak penyandang cacat dapat menunjukkan pada

masyarakat bahwa mereka juga dapat hidup seperti anak–anak yang normal, dan

berprestasi melalui bakat–bakat yang dimilikinya. Dengan prestasi yang dimiliki

maka akan membuat seluruh masyarakat sadar akan pentingnya pendidikan bagi

anak cacat.

SLB Widya Bhakti merupakan salah satu SLB di Semarang yang perduli

terhadap pentingnya pendidikan bagi anak cacat terutama bagi anak tuna grahita

atau cacat mental. Selain itu SLB Widya Bhakti Semarang juga mempunyai

prestasi yang bagus baik dibidang kependidikan maupun non kependidikan.

Pendidikan bagi anak cacat mental sangat penting karena mereka mempunyai

tingkat inteligensi dibawah rata-rata anak normal, dengan demikian pendidikan

bagi anak tuna grahita memerlukan kurikulum, tenaga pendidik, dan sarana

prasarana yang khusus yang telah disesuaikan dengan tingkat kecacatannya.

Pendidikan jasmani adaptif pada anak tuna grahita melibatkan Guru pendidikan

jasmani yang telah mendapatkan pelatihan khusus pendidikan jasmani adaptif dan

dapat menyusun program pengajaran sehingga dapat disesuaikan dengan keadaan

anak cacat dengan keterbatasan yang dimilikinya, jadi anak tuna grahita harus

diberi perlakuan yang lebih khusus. Selain itu guru juga harus memperhatikan

faktor–faktor pertumbuhan dan perkembangan anak, kemampuan Guru,

terbatasnya sarana dan prasarana serta pengembangan cabang olahraga, masalah–

masalah kesehatan sesuai dengan situasi dan kondisi setempat sehingga bisa

memupuk bakat serta minat yang dimiliki anak penyandang cacat.


4

Olahraga yang diberikan pada anak tuna grahita merupakan suatu alat untuk

membantu mereka dalam melanjutkan kelangsungan hidupnya, setidaknya mereka

dapat membentuk untuk dirinya. Hal ini sesuai dengan tujuan yang dikemukakan

para ahli mengenai pendidikan, antara lain dalam buku Basic Prinsiples of

Education, Marison dalam Aip Syarifudin (1980: 9) mengemukakan bahwa

pendidikan itu adalah perkembangan pada diri individu dengan melalui proses

belajar sebagai perbedaan dari pertumbuhan jasmaniah. Pendidikan bukan belajar

berbuat, tetapi menjadikan anak mengetahui apa yang dikerjakan, selain itu S.

Brojonegoro mengemukakan bahwa pendidikan itu adalah tuntunan kepada

pertumbuhan manusia mulai dari lahir sampai dewasa, dalam arti rohaniah dan

jasmaniah (Aip Sjarifuddin, 1980/1981: 9).

Berdasarkan penjelasan atau uraian di atas maka peneliti mengambil judul

Survei Proses Pendidikan Jasmani Anak Tuna Grahita di SDLB C dan CI Widya

Bhakti Semarang dengan alasan sebagai berikut:

1. Pendidikan merupakan hak bagi setiap warga negara termasuk bagi anak

cacat, mereka berhak memperoleh pendidikan dan pembelajaran pada setiap

jenjang pendidikan.

2. Pentingnya pendidikan jasmani bagi anak tuna grahita untuk merehabilitasi

dan mendidik agar mereka dapat hidup mandiri tanpa bantuan dari orang lain.

3. Pendidikan jasmani bagi anak tuna grahita berbeda dengan pendidikan jasmani

anak normal, karena pendidikan jasmani anak tuna grahita memerlukan

kurikulum, program pendidikan, tenaga pendidikan serta sarana dan prasarana

yang khusus yang telah disesuaikan dengan tingkat kecacatannya.


5

4. Pelaksanaan proses pendidikan merupakan kunci utama dari keberhasilan

suatu pembelajaran, terutama pendidikan bagi anak tuna grahita.

5. SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang mempunyai prestasi bagus dalam

bidang kependidikan.

1.2 Rumusan Masalah

Setelah memahami latar belakang masalah, maka permasalahan yang akan

diteliti adalah: “Bagaimana proses pendidikan jasmani anak tuna grahita di SDLB

C dan CI WIDYA BHAKTI Semarang tahun 2005?”

1.3 Penegasan Istilah

Berdasarkan judul di atas, maka untuk menghindari agar permasalahan yang

dibicarakan tidak menyimpang dari tujuan dan tidak terjadi salah penafsiran

terhadap istilah yang dipergunakan, maka peneliti membatasi istilah sebagai

berikut:

1.3.1 Pendidikan Jasmani

Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan via aktifitas jasmani, permainan

dan atau olahraga (Rusli Lutan, 1998: 14). Menurut Abdul Kadir Ateng (1992: 5)

Pendidikan Jasmani merupakan aktivitas otot-otot besar hingga proses pendidikan

Jasmani tidak terhambat oleh gangguan kesehatan dan pertumbuhan badan, jadi

pendidikan jasmani adalah pendidikan yang dilakukan dengan aktifitas jasmani

dengan tujuan yang diharapkan.


6

1.3.2 Tuna Grahita

Anak tuna grahita menurut Aip Sjarifuddin (1980: 2) adalah anak yang

mempunyai keadaan tingkat inteligensinya rendah, seperti slow learner, debil,

imbesil, dan idiot. Menurut Sajono 1988 anak tuna grahita adalah seseorang yang

tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan orang dewasa dan selalu

membutuhkan bantuan dari orang lain. Berdasarkan perkembangan psycometri

dan tes inteligensi sebagian ahli menyatakan bahwa seseorang dapat dikatakan

tuna grahita bila ia mempunyai taraf kecerdasan dibawah rata-rata (IQ nya di

bawah 70).

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun yang mendasari tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

bagaimana proses pendidikan jasmani anak tuna grahita di. SDLB C dan C I

WIDYA BHAKTI Semarang tahun 2005.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

a. Sebagai masukan atau tolak ukur dalam membina dan mendidik anak tuna

grahita dengan menggunakan program pendidikan jasmani.

b. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi pembaca, serta dapat

digunakan sebagai mana mestinya.


7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Anak Cacat Tuna Grahita

2.1.1 Anak Cacat

Definisi anak cacat menurut The committee of National Society for The

Study of Education di AS, cacat adalah gerakan-gerakan yang dilakukan oleh

seseorang yang menyimpang dari gerakan yang normal walaupun telah

dikembangkan secara maksimal. Penyimpangan tersebut dapat dilihat dari segi

fisik, mental, tingkah laku, emosional, dan sosial (Beltasar Tarigan 2000: 9).

Sedangkan Aip Sjarifuddin (1980: 5) menerangkan bahwa yang dimaksud anak

luar biasa adalah anak–anak yang mempunyai kelainan atau cacat, sehingga anak-

anak tersebut tidak dapat bertindak secara wajar, baik mengenai fisik, maupun

mengenai psikisnya.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa cacat

merupakan suatu kondisi kelainan yang dimiliki oleh seseorang baik sejak lahir

maupun karena kecelakaan, baik fisik, mental, tingkah laku, emosional, dan

sosial.

Anak cacat yang termasuk peserta pendidikan jasmani adaptif, perlu

diidentifikasi dan dikategorikan sesuai dengan kecacatannya. Oleh karena

penelitian yang dilakukan peneliti difokuskan pada anak cacat tuna grahita, maka

berikut ini hanya diuraikan pengertian mengenai anak cacat tuna grahita.
8

2.1.2 Pengertian Anak Tuna Grahita

Anak tuna grahita menurut Aip Sjarifuddin (1980: 2) adalah anak yang

mempunyai keadaan tingkat inteligensinya rendah, seperti slow learner, debil,

imbesil, dan idiot. Menurut Sajono (1988: 2) anak tuna grahita adalah seseorang

yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan orang dewasa dan selalu

membutuhkan bantuan dari orang lain. Berdasarkan perkembangan psycometri

dan tes inteligensi sebagian ahli menyatakan bahwa seseorang dapat dikatakan

tuna grahita bila ia mempunyai taraf kecerdasan dibawah rata-rata (IQ nya di

bawah 70).

Tingkah laku anak tuna grahita bila berada di dalam lingkungan

masyarakat normal, akan berlainan dengan anak-anak pada umumnya. Pada anak

cacat mental terdapat beberapa sifat khusus yang harus diperhatikan agar tidak

timbulinterprestasi yang salah terhadap mereka yang normal bila mereka bersikap

lain dari masyarakat sekelilingnya. Sifat-sifat khusus yang mereka miliki itu

diantaranya adalah:

a. Tingkat intelegensinya sangat rendah

b. Mereka tidak dapat mengadakan generalisasi

c. Mereka tidak dapat menggunakan pengalamannya

d. Mereka tidak dapat menyesuaikan diri dengan situasi baru

e. Mereka tidak mempunyai inisiatif tertentu, impulsif atau emosional

f. Mereka mudah mendapat sugestif, tapi tidak dapat meramalkan hasilnya lebih

dahulu.
9

g. Mereka tidak mempunyai kecakapan untuk mengkritik. Insting yang timbul

hanya sebentar, mudah hilang dengan demikian mereka harus selalu diawasi

(Aip syarifudin 1979: 32-33).

Kategori anak-anak tuna grahita menurut Aip Sjarifuddin (1980: 6-8)

dibagi menjadi empat.

1. Idiot

Idiot adalah anak-anak lemah ingatan yang IQ nya berada dibawah 20, yaitu

suatu angka yang menunjukkan suatu derajat kelainan tingkah laku yang sangat

rendah sekali dan sangat berat. Menurut kamus Poerwadarminta (Bahasa Inggris-

Indonesia) idiot adalah anak-anak atau orang bodoh atau bertukar akal. Selain itu

anak-anak idiot itu termasuk kepada golongan yang sangat sukar sekali untuk

dilatih maupun dididik. Hal ini disebabkan karena mereka itu tidak mampu untuk

mengadakan hubungan sosial dengan lingkungan hidupnya. Mereka tidak mampu

menangkap apalagi untuk melakukan tugas yang diberikan.

2. Imbesil

Imbesil adalah anak-anak yang IQ nya berada antara 20-60, kedaan ini adalah

lebih baik dari tingkatan anak-anak yang berada dalam tingkatan idiot (anak yang

bodoh atau tolol). Perkembangan bahasa mereka sangat terbatas dan

percakapannya tidak jelas. Mereka tidak mampu mengadakan konsentrasi,

inisiatifnya terbatas dan kemampuannya ada tetapi lemah. Mereka tidak mampu

untuk mengambil suatu keputusan sendiri. Jadi mereka masih dapat dilatih dalam

beberapa bentuk dan macam latihan yang berguna bagi dirinya dan secara terbatas

pula mereka dapat menguasai untuk melakukan tugas-tugas yang sederhana.


10

3. Debil

Debil adalah anak-anak yang keadaan IQ nya antara 60-80, sedangkan arti

dari debil sendiri adalah kurang. Golongan anak debil ini lebih mudah untuk

dilatih atau dididik, akan tetapi dengan cara yang lebih mudah dan praktis. Anak-

anak penderita debil bila dilihat dari berbagai kemungkinan, mereka itu dapat

mempertahankan hidupnya dalam situasi yang menguntungkan saja. Artinya

mereka itu akan mampu mengurus dirinya sendiri jika telah mendapat pertolongan

dan bimbingan terlebih dahulu dari orang lain. Anak-anak golongan debil perlu

mendapatkan bimbingan dan pertolongan agar mereka dapat mengurus dirinya

sendiri.

4. Lemah Ingatan

Kelompok anak-anak lemah ingatan termasuk kelompok penderita tingkat

intelegensi yang paling ringan dan hampir mendekati kepada anak-anak yang

normal. Namun masih tampak dengan jelas perimbangan kemampuannya untuk

melakukan sesuatu masih kurang, bila dibandingkan dengan anak-anak yang

normal. Mereka masih kurang untuk berinisiatif dan masih berpikir secara

sederhana dalam menganalisa pengertian yang bersifat abstrak. Mengenai relasi

sosial dengan alam sekitarnya cukup memuaskan. Bagi anak-anak lemah ingatan

mempunyai kemungkinan besar untuk dapat dididik dan dilatih dengan mencapai

suatu hasil yang diharapkan. Bahkan mereka itu kemungkinan besar dapat

mengikuti pendidikan di sekolah dengan anak- anak yang normal meskipun cara

menamatkan pelajarannya dengan waktu yang lebih lama.


11

2.2 Pendidikan Jasmani Adaptif

Program penjas adaptif merupakan program diversifikasi perkembangan

motorik, pertandingan, sport, gerak irama, pokok perhatian, kemampuan bagi

siswa cacat yang tidak berprestasi dalam kegiatan olahraga (Herry Koesyanto,

2000: 7). Jadi pendidikan jasmani adaptif merupakan program pendidikan jasmani

yang khusus dirancang bagi anak cacat yang telah disesuaikan dengan tingkat

kecacatannya.

Rancangan program penjas untuk siswa yang memiliki kecacatan

seyogyanya dibuat secara sistematis dan akurat, minimal pogram tahunan.

Rencana program tersebut didesain berdasarkan tingkat kemampuan/prestasi yang

dimiliki setiap anak pada saat program dibuat, sehingga dapat diprediksi tingkat

pencapaian pada akhir satu semester atau satu tahun pembelajaran. Dengan

demikian standar penilaian acuan kriteria lebih tepat digunakan bila dibandingkan

dengan acuan norma (Beltasar Tarigan, 2000: 75).

2.3 Proses Pendidikan Jasmani Anak Tuna Grahita

Proses pendidikan jasmani mencakup beberapa unsur/faktor yang meliputi

tujuan, metode, materi, siswa, guru, evaluasi dan sarana prasarana yang

kesemuanya itu saling mendukung sehingga pendidikan dapat berhasil dengan

baik.
12

2.3.1 Tujuan Pendidikan Jasmani

Tujuan penjas adaptif bagi anak cacat adalah untuk meningkatkan

pertumbuhan dan perkembangan jasmani, perkembangan gerak, sosial dan

intelektual. Selain itu juga untuk menanamkan nilai-nilai dan sikap positif

terhadap keterbatasan kemampuan baik dari segi fisik maupun mentalnya

sehingga mereka mampu bersosialisasi dengan lingkungan, memiliki rasa percaya

diri dan harga diri (Beltasar Tarigan 2000: 10). Menurut Aip Sjarifuddin (1980: 9)

tujuan dari penjas adaptif bagi anak tuna grahita adalah sebagai berikut.

a. Untuk membina dan meningkatkan kesehatan


b. Untuk meningkatkan pertumbuhan
c. Untuk meningkatkan kesegaran jasmani
d. Untuk meningkatkan ketangkasan atau ketrampilan.
e. Untuk meningkatkan pengetahuan dan kecerdasan.
f. Untuk menanamkan kehidupan yang kreatif, rekreatif dan sosial.

2.3.2 Metode Penjas Adaptif Anak Tuna Grahita

Metode pembelajaran pendidikan jasmani bagi anak cacat menurut

Beltasar Tarigan (2000: 44) dibagi menjadi tiga yaitu:

1. Metode bagian

Dalam metode ini tugas-tugas gerak dipelajari dan dilatih bagian demi bagian.

Diterapkan bila struktur gerak sangat kompleks sehingga dengan mempelajari

bagian demi bagian akan memberikan hasil optimal, karena siswa akan lebih

mudah mencerna apa yang disampaikan oleh guru.


13

2. Metode keseluruhan

Pembelajaran dengan metode keseluruhan digunakan untuk melatih teknik dan

gerakan yang sederhana atau tidak bisa dipecah menjadi bagian-bagian.

3. Metode gabungan

Memodifikasi metode dengan cara mengubahnya menjadi kombinasi

keseluruhan, memberikan kemudahan dan keuntungan bagi siswa penyandang

cacat. Selain itu penggunaan metode bagian progresif juga sangat membantu

pembelajaran anak cacat. Pelaksanaan metode bagian progresif adalah bagian dari

suatu materi yang diajarkan secara berurutan dan kemudian digabungkan menjadi

suatu komponen gerak yang dilakukan secara progresif. Metode bagian progresif

sangat efektif untuk anak yang mengalami kesulitan dalam pemerolehan

informasi, kesulitan membuat urut-urutan gerak dan kesulitan dalam

mengintegrasikan informasi atau tugas gerak.

2.3.3 Materi Penjas Adaptif Anak Tuna Grahita

Setiap siswa mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda antara satu dengan

yang lainnya, oleh karena itu program pembelajaran akan lebih efektif bila

diklasifikasikan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi kecacatannya.

Faktor yang perlu mendapat pertimbangan dalam menentukan jenis dan

materi pembelajaran penjas bagi anak cacat antara lain:

1. Pelajari rekomendasi dan diagnosis dokter yang menanganinya.

2. Temukan faktor dan kelemahan-kelemahan siswa berdasarkan hasil tes

pendidikan jasmani.
14

3. Olahraga kesenangan apa yang paling diminati siswa (Beltasar Tarigan 2000:

38).

Beltasar Tarigan (2000: 40-41) menerangkan bahwa secara umum materi

pembelajaran pendidikan jasmani bagi siswa cacat yang terdapat dalam kurikulum

sama dengan materi pembelajaran siswa normal. Namun yang membedakannya

adalah strategi dan model pembelajarannya karena disesuaikan dengan jenis dan

tingkat kecacatannya. Program pendidikan jasmani untuk anak cacat dibagi

menjadi tiga kategori yaitu pengembangan gerak dasar, olahraga dan permainan,

serta kebugaran dan kemampuan gerak. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel

berikut.

No Kategori Aktifitas Gerak


1. Pengembangan a.Gerakan-gerakan yang tidak berpindah tempat
gerak b.Gerakan-gerakan yang berpindah tempat
c.Gerakan-gerakan keseimbangan
2. Olahraga dan a.Olahraga permainan yang bersifat rekreasi
permainan b.Permainan lingkaran
c.Olahraga dan permainan beregu
d.Olahraga senam dan aerobik
e.Kegiatan yang menggunakan musik dan tari
f.Olahraga permainan di air
g.Olahraga dan permainan yang menggunakan
meja
3. Kebugaran dan a. Aktifitas yang meningkatkan kekuatan
Kemampuan b. Aktifitas yang meningkatkan kelentukan
gerak c. Aktifitas yang meningkatkan kelincahan
d. Aktifitas yang meningkatkan kecepatan
e. Aktifitas yang meningkatkan daya tahan
Anak tuna grahita sebenarnya sama dengan anak normal dan akan merasa

senang dan gembira bila mereka mampu membuktikan peningkatan

kemampuannya dalam suatu prestasi geraknya. Aip Sjarifuddin dalam Olahraga

Pendidikan untuk Anak Lemah Ingatan (1980: 118-119) menerangkan bahwa


15

untuk meningkatkan kemampuan anak tuna grahita dapat dilakukan latihan-

latihan prestasi yang dibagi menjadi 3 tahapan.

Tahapan-tahapan latihannya adalah sebagai berikut:

1. Latihan kondisi badan (fisik)

Latihan ini untuk membina dan meningkatkan kesegaran jasmani. Latihan ini

mencakup kekuatan, daya tahan, kecepatan dan ketangkasan.

2. Latihan teknik

Latihan yang mencakup teknik-teknik dasar, teknik individu, maupun

kelompok

3. Pembinaan pada segi-segi psikologis

Merupakan suatu cara latihan untuk lebih memantapkan mental. Latihan ini

dapat dilakukan dengan kerja sama, persaingan atau perlombaan, pertandingan

dan latihan konsentrasi.

Latihan-latihan yang diberikan harus membantu pemulihan fungsi saraf

sensoris dan motorisnya. Latihan harus diberikan secara praktis, karena daya

tangkap maupun kemampuan berpikir, kekuatan alat dan gerak anak yang

terbatas.

Latihan praktis dimulai dengan menfungsikan alat dan dilanjutkan dengan

gerakan yang ringan kemudian diteruskan ke gerakan yang lebih kompleks.

Latihan dapat dilakukan dengan senam untuk mengaktifkan dan menguatkan

berbagai kelompok otot, latihan kondisi, latihan untuk rekreasi dan prestasi

(permainan, renang, atletik dan beladiri).


16

2.3.4 Siswa

Menurut Sajono (1988:2) anak tuna grahita adalah seseorang yang tidak dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungan orang dewasa dan selalu membutuhkan

bantuan dari orang lain. Berdasarkan perkembangan psycometri dan tes inteligensi

sebagian ahli menyatakan bahwa seseorang dapat dikatakan tuna grahita bila ia

mempunyai taraf kecerdasan dibawah rata-rata (IQ nya di bawah 70). Kategori

anak tuna grahita meliputi idiot, imbesil, debil dan lemah ingatan.

2.3.5 Guru

Guru pendidikan luar biasa harus mempunyai dedikasi yang tinggi terhadap

tugas dan kewajibannya, memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang relevan

dengan kebutuhan anak luar biasa. Berikut adalah kompetensi yang harus dimiliki

oleh guru pendidikan luar biasa:

1. Ketrampilan memilih dan menggunakan metode yang tepat,

2. Ketrampilan menggunakan sumber belajar dengan sebaik-baiknya,

3. Ketrampilan membuat, memilih, dan menggunakan alat peraga secara

sederhana,

4. Ketrampilan menciptakan jenis kegiatan ekonomi yang memungkinkan murid

sesudah tamat mudah memperoleh pekerjaan,

5. Ketepatan memilih materi, metode, media, dan melaksanakan evaluasi secara

tepat (Rochman, 1979:95).


17

2.3.6 Evaluasi Penjas Adaptif Anak Tuna Grahita

Menurut Beltasar Tarigan (2000: 68-72) hakekat tes, pengukuran dan evaluasi

pendidikan jasmani adaptif adalah sebagai berikut.

1. Tes

Tes adalah suatu teknik pengumpulan data dengan menggunakan peralatan

yang spesifik, atau memerlukan prosedur yang tertentu bila menggunakan metode

observasi. Misalnya untuk mengukur kemampuan lompat jauh, memerlukan

peralatan yang kusus untuk mengukur jauhnya lompatan yaitu meteran. Tes yang

diberikan kepada siswa dapat berupa tes formal dan non formal yang sifatnya

objektif dan subjektif.

2. Pengukuran

Pengukuran adalah suatu teknik dalam proses penjaringan data atau hasil tes

berupa simbol-simbol, misalnya skor/nilai yang dicapai oleh seorang. Skor ini

dapat digunakan untuk menentukan tingkat karakteristik dan kemampuan siswa.

Sebagai contoh, dapat dikemukakan mengenai tes lari yang telah dijelaskan

sebelumnya, merupakan proses untuk menjaring dan menetapkan kemampuan

daya tahan siswa berdasarkan lamanya waktu tempuh yang diperlukan, untuk

menempuh jarak yang telah ditetapkan.

3. Evaluasi

Pemanfaatan hasil-hasil pengukuran yang dilakukan oleh guru pendidikan

jasmani adaptif dan guru pendidikan jasmani umum memiliki sifat dan
18

kepentingan yang berbeda. Misalnya guru pendidikan jasmani adaptif

menggunakan hasil pengukuran sebagai alat untuk menilai setiap

penampilan/prestasi siswa dalam konteks perencanaan dan penyesuaian program

individual. Sedangkan para guru pendidikan jasmani umum menggunakan

pengukuran dalam konteks menentukan tingkat efektivitas proses pembelajaran

dan pemberian materi kepada siswa.

4. Penilaian

Merupakan proses penafsiran hasil-hasil pengukuran untuk membuat suatu

keputusan tentang penempatan atau pengelompokan siswa, perencanaan program,

pencapaian prestasi, pemberian motivasi dan lain-lain. Berhubung penilaian ini

berkaitan dengan siswa cacat yang membutuhkan penyesuaian-penyesuaian, maka

penilaian yang dilakukan kepada mereka bersifat formatif yaitu penilaian yang

menggunakan hasil pengukuran sebagai alat untuk membuat keputusan untuk

memodifikasi program dan perencanaan program individual.

Dalam suatu sistem pendidikan harus terdapat evaluasi. Evaluasi dilakukan

untuk mengkoreksi apakah tujuan dari pembelajaran telah tercapai sesuai yang

diharapkan atau belum. Evaluasi juga dilakukan untuk mengetahui tingkat

efisiensi dari metode dan teknik yang telah dilakukan sebagai landasan atau dasar

dalam menentukan teknik, metode yang akan digunakan dalam pembelajaran

selanjutnya.

Tujuan dari penilaian dan evaluasi dalam proses pendidikan jasmani adaptif

menurut Beltasar Tarigan (2000: 73) yaitu:


19

1. Diagnosis

Tes dan pengukuran dapat digunakan untuk mendiagnosa kelemahan siswa

baik dalam kelas reguler maupun dalam kelas khusus. Diagnosa merupakan

persoalan inti dalam mendesain program penjas bagi setiap individu. Selain itu

juga berperan dalam mengenal dan mengetahui kemampuan siswa serta

mengarahkannya pada jenis aktivitas fisik yang cocok dan sesuai dengan

kecacatannya.

2. Prediksi

Memperkirakan pencapaian prestasi atau kemajuan yang diperoleh siswa

dalam periode tertentu dimanfaatkan oleh guru pendidikan jasmani untuk

memperkirakan penilaian. Bila tujuan penilaian yang kita lakukan adalah untuk

memprediksikan prestasi siswa, maka sebaiknya digunakan standar penilaian

berdasarkan acuan kriteria.

3. Mengukur kemajuan siswa

Bagi guru penjas salah satu tujuan paling penting dari tes dan pengukuran

adalah untuk menentukan apakah tujuan pembelajaran telah tercapai dengan baik.

Dengan demikian guru penjas dapat mengetahui perubahan dalam penampilan

atau prestasi siswa setelah tes akhir.

Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam tes penjas adaptif antara lain:

1. Guru pendidikan jasmani harus memahami dengan baik tes yang akan

digunakan, termasuk pelaksaannya dan peruntukkannya.


20

2. Tes harus sakhih, artinya tes dapat mengukur ketrampilan sesuai dengan

tujuan yang dikehendaki.

3. Tes yang digunakan harus handal, artinya terus memberikan hasil yang

konsisten, walaupun tes tersebut diulangi pada waktu yang berbeda hasilnya

menunjukan ada persamaan.

4. Guru penjas adaptif agar selalu mencari bentuk-bentuk tes yang paling sesuai

dengan jenis dan kecacatan siswa.

5. Tes untuk keperluan diagnosa jangan hanya menggunakan satu tes saja, tapi

gunakan tes-tes yang lain.

6. Harga peralatan tes dan efisien waktu penggunaan juga harus menjadi

pertimbangan dalam memilih dan menggunakan suatu tes.

7. Tes yang digunakan harus obyektif, artinya bila lebih dari dua orang yang

menilai, maka hasilnya harus mendekati sama.

8. Untuk mendapatkan kesakhihan suatu tes maka lakukanlah tes sesering

mungkin.

9. Harus ada saling mengenal dan percaya antara yang dites dengan orang yang

melakukan tes.

2.3.7 Sarana Prasarana Penjas Adaptif Anak Tuna Grahita

Sarana prasarana yang layak akan sangat membantu guru dalam

menyelenggarakan program pendidikan olahraga adaptif di sekolah. Kebutuhan

sarana prasarana bagi program pendidikan olahraga adaptif dapat bervariasi sesuai
21

dengan tipe murid yang dilayani. Sesuai dengan jenjang pendidikan yang ada

maka sarana prasarana dibedakan untuk SD, SLTP, dan SLTA.

Adapun sarana prasarana pendidikan jasmani adaptif adalah sebagai

berikut: papan peluncur, tapal kuda, tenis meja, tenis, bulutangkis, matras,

tongkat, simpai, bola, tali lompat, balok keseimbangan, palang-palang, palang

sejajar, alat latih bunyi ritmis, buku medicnic, gada-gada, barbell, sepatu

pemberat, kaca cermin tiga arah, kalifer lingkaran badan, dan metrenom (Herry

Koesyanto, 2000: 67)


22

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Apabila seseorang ingin

meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya

merupakan penelitian populasi (Suharsimi Arikunto, 1997: 115). Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh guru di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang.

3.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Suharsimi

Arikunto, 1997: 117). Dalam penelitian ini teknik pengambilan sample

menggunakan teknik total sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh

guru kelas yang ada di SDLB C dan C I Widya Bhakti Semarang tahun 2005

dengan jumlah guru sebanyak 13.

3.3 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik

perhatian suatu penelitian (Suharsimi Arikunto, 1997: 99). Dengan demikian

dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel penelitian adalah faktor yang berperan

dalam satu peristiwa yang akan mempengaruhi hasil penelitian. Sedangkan

variabel dalam penelitian ini adalah pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan


23

jasmani dan kesehatan di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang pada tahun

2005.

3.4 Metode Penelitian

Metode penelitian yang dipakai pada penelitian ini adalah penelitian

deskriptif dengan metode survei. Metode survei adalah penelitian yang diadakan

untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari

keterangan-keterangan secara aktual dari suatu kelompok atau dari suatu daerah.

Menurut Surakhmat dalam Suharsimi Arikunto(1997: 92), survei adalah cara

pengumpulan data dari sejumlah unit untuk individu dalam waktu yang

bersamaan.

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian

(Suharsimi Arikunto,1997:137). Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan

oleh peneliti adalah sebagai berikut.

3.5.1 Angket

Angket adalah sejumnlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau

hal-hal yang ia ketahui (Suharsimi Arikunto,1997:140).


24

Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket langsung

tertutup dengan menggunakan pilihan ganda. Adapun mengapa menggunakan

metode angket langsung adalah sebagai berikut:

1. Bahwa subyek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri

2. Bahwa yang dikatakannya adalah benar dan dapat dipercaya

3. Bahwa interpretasi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan

adalah sama dengan apa yang dimaksud oleh peneliti.

Angket yang digunakan berisi tentang bagaimana proses pendidikan

jasmani yang dilakukan di SDLB C dan C I Widya Bhakti Semarang tahun 2005.

3.5.2 Wawancara

Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk

memperoleh info dari terwawancara. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan

wawancara terpimpin yaitu wawancara yang dilakukan oleh pewawancaradengan

membawa sederetan pertanyaan lengkap dengan jawabannya jadi pewawancara

tinggal memberikan tanda pada pilihan jawaban yang disiapkan (Suharsimi

Arikunto, 1997: 145). Peneliti melakukan wawancara mengenai biodata

responden yaitu mengenai lama guru mengajar, ijasah terakhir guru, jumlah siswa

yang dididiknya serta sarana prasarana yang tersedia di SDLB C dan C I Widya

Bhakti Semarang tahun 2005.


25

3.5.3 Dokumentasi

Dokumentasi adalah suatu metode pengumpulan data mengenai hal-hal

atau variabel berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,

notulen rapat, agenda, dan sebagainya. Dalam menggunakan metode dokumentasi

peneliti memegang chek-list untuk mencatat variabel yang sudah ditentukan jadi

bila muncul/terdapat variabel yang dicari, maka peneliti tinggal membubuhkan

tanda chek di tempat yang sesuai. Untuk mencatat hal-hal yang bersifat bebas atau

belum ditentukan dalam daftar variabel peneliti dapat menggunakan kalimat

bebas (Suharsimi Arikunto, 1997: 236).

Dalam penelitian ini peneliti mengambil dokumentasi yang berupa foto-

foto pelaksanaan penjas, sarana prasarana yang ada, satpel serta GBPP yang ada

di SDLB C dan C I Widya Bhakti Semarang tahun 2005.

3.5.5.1 Materi Proses Pendidikan Jasmani

Penyusunan materi yang digunakan dalam penelitian mengacu pada ruang

lingkup bagaimana pelaksanaan proses pendidikan jasmani anak tuna grahita di

SDLB C dan C I Widya Bhakti Semarang.

Materi yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini

terdiri dari beberapa faktor sebagai berikut.

1. Faktor tujuan pendidikan jasmani

2. Faktor materi pendidikan jasmani

3. Faktor siswa

4. Faktor kompetensi guru


26

5. Faktor sarana prasarana

6. Faktor evaluasi

(Nadisah, 1992: 46).

3.6 Proses Penelitian

a. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau

kesahihan suatu instrument (Suharsimi Arikunto, 1997: 158). Rumus yang

digunakan adalah rumus koefisien korelasi product moment, yaitu:

N ∑ XY − (∑ X )(∑ Y )
rxy =
{N ∑ X 2
}{
− (∑ X ) N ∑ Y 2 − (∑ Y )
2 2
}
Keterangan:

rxy = Koefisien korelasi antara X dan Y

N = Jumlah subjek uji coba

X = Jumlah skor variabel X

Y = Jumlah skor variabel Y

X2 = Jumlah skor kuadrat X

Y2 = Jumlah skor kuadrat Y

XY = Jumlah perkalian variabel X dan Y

(Suharsimi Arikunto, 1997: 160).

Berdasarkan analisis validitas hasil uji coba insrtumen angket diketahui dari

32 soal dinyatakan valid seluruhnya. Kriteria valid yang digunakan adalah apabila
27

rxy > rtabel pada taraf signifikasi 5% dengan N = 13 adalah 0,553 (Suharsimi

Arikunto, 1997: 366).

b. Reliabilitas

Reliabilitas adalah suatu ketepatan suatu tes apabila diteskan kepada subyek

yang sama, untuk mengetahui ini dilihat kesejajaran hasil (Suharsimi Arikunto,

1997: 168).

Untuk menguji reliabilitas instrumen peneliti menggunakan rumus Alpha

sebagai berikut:

⎛ k ⎞⎛ ∑ ab ⎞
2
r11 = ⎜ ⎜
⎟⎜ 1 ⎟⎟
⎝ k − 1 ⎠⎝ at
2

Keterangan:

r11 = Reliabilitas instrument

K = Banyaknya butir pertanyaan/soal

b 2 = Jumlah varian butir

t2 = Varian total

(Suharsimi Arikunto, 1997: 193).

Berdasarkan perhitungan reliabilitas dengan rumus alpha diperoleh r11 =

0,954, kemudian data tersebut dikonsultasikan dengan harga table r product

moment dengan N = 13 dan taraf signifikansi 5% didapat rtabel = 0,553, yang

berarti rhitung > rtabel (0,954 > 0,553). Dengan demikian berarti kuisioner

mempunyai tingkat kepercayaan yang tinggi untuk dapat digunakan sebagai alat

pengumpul data.
28

3.7 Analisis Data

Dalam penelitian ini analisis yang digunakan adalah analisis data statistik.

Pada tahapan ini dilakukan kegiatan-kegiatan pendahuluan dari analisis kuantitatif

yang meliputi:

1. Editing

Editing adalah suatu proses yang dilakukan setelah semua kuisioner

dikembalikan dan terkumpul semua, kemudian dilihat apakah jawaban dalam

kuisioner tersebut telah terisi semua atau belum.

2. Skoring

Skoring merupakan kegiatan berupa pemberian nilai atau skor pada jawaban

dalam daftar pertanyaan untuk memperoleh data kualitatif yang kemudian

dianalisis dengan tujuan untuk mengetahui keadaan atau kategori dari tiap-tiap

aspek atau variabel.

Pemberian skor atau nilai dari tiap-tiap jawaban dari responden dengan

berpedoman sebagai berikut:

a. untuk jawaban “ya” mendapat skor 3

b. untuk jawaban “tidak tentu” mendapat skor 2

c. untuk jawaban “tidak” mendapat skor 1

Teknik yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah

analisis deskriptif prosentase dengan perhitungan menggunaan rumus:

n
DP = x100%
N

Keterangan :

n = Skor jawaban responden

N = Skor jawaban ideal (Muhammad Ali, 1993: 186).


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Hasil penelitian survei proses pelaksanaan pendidikan jasmani di SDLB C

dan CI Widya Bhakti Semarang tahun 2005 yang dilakukan pada seluruh guru

SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang dengan jumlah 13 guru. Pengumpulan

data dengan menggunakan metode angket, wawancara, dan dokumentasi.

Berdasarkan angket penelitian didapat hasil sebagai berikut:

Tabel I
Distribusi Pelaksanaan Proses Pendidikan Jasmani
di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang Tahun 2005
Kategori Interval Prosentase Jumlah (sampel) Prosentase (%)
Sangat baik 83.33% – 100% 12 92.3
Baik 66.67% – 83.33% 1 7.7
Cukup 50% – 66.67% - -
Kurang 33.33% – 50% - -
jumlah 13 100

(Sumber: Hasil Penelitian, 2005)

Data hasil penelitian tentang proses pendidikan jasmani anak tuna grahita

diatas dapat diubah menjadi data grafik yang ditunjukkan pada gambar grafik

berikut.

29
30

Gambar 1.
Distribusi Pelaksanaan Proses Pendidikan Jasmani
di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang Tahun 2005

100

80
Prosentase

60

40

20

0
Sangat Baik Cukup Kurang
Baik

Kategori

(Sumber: Hasil Penelitian, 2005)

Berdasarkan data distribusi frekwensi di atas menunjukkan bahwa proses

pendidikan jasmani anak tuna grahita di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang

tahun 2005 sebagian besar menunjukan kriteria sangat baik, terbukti dengan

jumlah 13 guru, sebanyak 12 guru memenuhi kriteria sangat baik, yang berarti

sebanyak 92.3 % dari seluruh guru yang ada menunjukkan kriteria sangat baik,

sedangkan 1 guru yang lain memenuhi kriteria baik, yang berarti sebanyak 7.7 %

dari keseluruhan guru yang ada di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang

menunjukkan kriteria baik. Guru SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang yang

menunjukkan kriteria cukup dan kriteria kurang tidak ada (0 %). Hal ini

disebabkan karena seluruh guru yang mengajar di SDLB C dan CI Widya Bhakti
31

Semarang telah memiliki keahlian dalam menangani anak tuna grahita, terbukti

seluruh guru berasal dari lulusan Pendidikan Luar Biasa (PLB). Selain alasan

tersebut, keahlian guru dalam menangani anak tuna grahita juga dapat terlihat dari

lamanya guru mengajar, hal tersebut terbukti pada biodata guru yang menyatakan

lamanya para guru mengajar. Berikut tabel biodata mengenai guru di SDLB C

dan C1 Widya Bhakti Semarang tahun 2005

Tabel 2
Biodata dan Lama Para Guru Mengajar
SDLB C Widya Bhakti Semarang 2005
No Nama Ijasah Terakhir Lama Mengajar
1. A.Tuharman SGPLB 21 tahun
2. Sularni AGPLB 19 tahun
3. Dra. Sumarsih IKIP/PLB 18 tahun
4. Drs. Sudarna UNS/PLB 15 tahun
5. Hastuti Ekowatini SGPLB 16 tahun
6. Noor Baetik S.Pd S1 PLB 9 tahun
7. Siput Hidayati S1 PLB 4 tahun

(Sumber : Hasil Penelitian, 2005)

Tabel 3
Biodata dan Lama Para Guru Mengajar
SDLB C1 Widya Bhakti Semarang 2005
No Nama Ijasah Terakhir Lama Mengajar
1. Utami SGPLB 1 tahun
2. Sri Wulaning Sayekti SGPLB 11 tahun
3. B. Ririn Widiyanti SGPLB 14 tahun
4. Y. Ida Dwi Astuti SGPLB 14 tahun
5. Siti Mukayanah SGPLB 10 tahun
6. Indah Pramugari SGPLB 5 tahun

(Sumber : Hasil Penelitian, 2005)


32

Dari 13 responden yang menunjukkan kriteria sangat baik dengan jumlah

12 guru dan dengan kriteria baik dengan jumlah 1 guru. Hal ini dapat dilihat pada

gambar grafik berikut.

Gambar 2
Distribusi Tingkat Proses Pendidikan Jasmani
di SDLB C dan CI Widya Bhakti SemarangTahun 2005

100

95

90
Prosentase

85

80

75

70
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Responden

(Sumber: Hasil Penelitian, 2005)

Diagram tersebut di atas menunjukkan bahwa pelaksanaan proses

pendidikan jasmani di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang tahun 2005

menunjukkan kriteria Sangat baik dengan perincian sebagai berikut: R-1 (85.41

%); R-2 (88.54 %); R-3 (89.58 %); R-4 (94.79 %); R-5 (87.5 %); R-6 (85.41 %);

R-7 (88.54 %); R -8 (95.83 %); R-9 (93.75 %); R-10 (95.83 %); R-11 (89.58 %);

R-12 (81.25 %); R-13 (87.5 %).

Keberhasilan suatu pendidikan dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya

adalah bagaimana proses pendidikan di lingkungan sekolah tersebut dilaksanakan.

Sedangkan dalam suatu proses pendidikan terdiri dari beberapa faktor. Faktor-

faktor yang mempengaruhi dan digunakan untuk mengungkap tingkat proses


33

pendidikan jasmani anak tuna grahita di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang

tahun 2005 terdiri dari 6 faktor, yaitu 1) Tujuan pembelajaran, 2) Materi

pembelajaran, 3) Guru, 4) Siswa, 5) Sarana prasarana, dan 6) Evaluasi (Nadisah,

1992:46).

Besarnya prosentase faktor-faktor yang mempengaruhi proses pendidikan

jasmani anak tuna grahita di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang tahun 2005

dapat ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel 4
Faktor yang Mempengaruhi Proses Pendidikan Jasmani
di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang Tahun 2005
No Faktor Prosentase Kriteria
1. Tujuan pendidikan jasmani 97% Sangat Baik
2. Materi Pendidikan jasmani 86,5 Sangat Baik
3. Siswa 90,2 Sangat Baik
4. Guru 97,4 Sangat Baik
5. Sarana dan prasarana 77,5 Baik
6. Evaluasi 84,6 Sangat Baik

(Sumber: Hasil Penelitian, 2005)


34

Gambar 3
Distribusi Komponen-Komponen Yang Mempengaruhi Tingkat
Proses Pendidikan Jasmani di SDLB C dan CI
Widya Bhakti SemarangTahun 2005

100
90
80
70
Prosentase

60
50
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6
Faktor Proses Pendidikan Jasmani

(Sumber: Hasil Penelitian, 2005)

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi

proses pendidikan jasmani anak tuna grahita di SDLB C dan CI Widya Bhakti

Semarang tahun 2005 yang terdiri dari:

1. Faktor kesesuaian tujuan pendidikan jasmani mencapai 97 %

2. Faktor materi pendidikan jasmnai mencapai 86,5 %

3. Faktor guru mencapai 97,4 %

4. Faktor Siswa mencapai 90,2 %

5. Faktor sarana prasarana mencapai 77,5 %

6. Faktor evaluasi 84,6 %.


35

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan proses

pendidikan jasmani anak tuna grahita di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang

tahun 2005 sebagian besar menunjukkan kriteria sangat baik karena mencapai

92.3 %, dan kriteria baik mencapai 7.7 %, sedangkan yang termasuk dalam

kriteria cukup dan kurang tidak ada.

Hasil penelitian tersebut ditunjukkan pada faktor-faktor yang mempengaruhi

proses pendidikan jasmani anak tuna grahita di SDLB C dan CI Widya Bhakti

Semarang tahun 2005 yang meliputi tujuan pendidikan jasmani, materi pendidikan

jasmani, faktor guru, faktor siswa, sarana prasarana dan faktor evaluasi

Berikut ini penjelasan mengenai komponen yang dapat mempengaruhi

tingkat proses pendidikan jasmani anak tuna grahita di SDLB C dan CI Widya

Bhakti Semarang tahun 2005.

4.2.1 Tujuan Pendidikan Jasmani

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan tujuan

pembelajaran sudah hampir maksimal karena telah mencapai 97 % dengan

kategori sangat baik. Tujuan dalam pendidikan jasmani di SDLB C dan CI Widya

Bhakti Semarang tahun 2005 telah disesuaikan dengan kondisi anak didik dengan

tetap mengacu pada kurikulum yang ada. Tujuan dari pendidikan jasmani anak

tuna grahita di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang tahun 2005 antara lain

yaitu untuk meningkatkan kesehatan, kebugaran, meningkatkan rasa percaya diri


36

anak serta untuk memacu pertumbuhan jasmani yang ideal dan menghindari

kecacatan yang lebih parah dengan menggunakan pendidikan jasmani.

4.2.2 Materi Pendidikan Jasmani

Penyampaian materi pandidikan jasmani anak tuna grahita di SDLB C dan

CI Widya Bhakti Semarang tahun 2005 juga telah baik karena telah mencapai

prosentase sebesar 86,5 % dengan kriteria sangat baik. Para guru dalam memilih

materi pendidikan jasmani tidak hanya melihat pada kurikulum, tapi juga melihat

kondisi siswa dan sarana yang ada. Tidak semua materi yang ada dalam

kurikulum dapat disampaikan kepada siswa terutama bagi siswa kelas CI, hal ini

disebabkan karena siswa kelas CI memiliki tingkat IQ yang sangat rendah. Materi

yang diajarkan di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang tahun 2005 dibagi

menjadi 2 yaitu materi untuk melatih kemampuan motorik halus dan melatih

kemampuan motorik kasar.

4.2.3 Faktor Siswa

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan tingkat antusias siswa dalam

pembelajaran pendidikan jasmani sangat baik karena mencapai 90,2 %. Dalam

proses pendidikan jasmani para siswa sangat antusias dan bersemangat bila diajar

materi yang bersifat permainan terutama dalam kelas C. Lain halnya dengan kelas

C1 mereka agak sulit diatur dan bertindak semaunya sendiri apabila diajar materi

pendidikan jasmani, hal ini disebabkan oleh latar belakang mental mereka yang

sangat rendah (20-60).


37

4.2.4 Faktor Guru

Dalam suatu proses pendidikan jasmani faktor kompetensi Guru sangat

berpengaruh terhadap keberhasilan suatu pembelajaran. Berdasarkan hasil

penelitian tingkat kompetensi guru-guru yang ada di SDLB C dan CI Widya

Bhakti Semarang tahun 2005 sudah sangat baik karena telah mencapai 97,4 %.

Tingkat kompetensi guru dapat dilihat dari lamanya guru mengajar, selain itu

semua guru yang mengajar di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang tahun

2005 merupakan lulusan dari Pendidikan Luar Biasa (PLB), jadi mereka lebih

memahami dan mengerti bagaimana cara mendidik anak tuna grahita.

4.2.5 Sarana Prasarana

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa pemanfaatan sarana

prasarana yang ada di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang tahun 2005 sudah

tergolong dalam kriteria baik, karena sarana prasarana dalam menunjang

keberhasilan proses pendidikan jasmani baik untuk kemampuan motorik besar

maupun kecil sudah terpenuhi. Berikut tabel sarana prasarana yang ada di SDLB

C dan CI Widya Bhakti Semarang tahun 2005.


38

Tabel 5
Daftar Sarana Prasarana Olahraga
SDLB C Widya Bhakti Semarang 2005
Keadaan
No Nama Barang Jumlah
Baik Rusak
1. Bola Sepak 3 2 1
2. Bola Basket 2 2 -
3. Raket Bulu Tangkis 6 4 2
4. Net 1 1 -
5. Bed 4 3 1
6. Meja Pimpong 1 1 -
7. Bola Voli 4 2 2
8. Lapangan basket 1 1 -
9. Balok Titian 1 1 -
10. Lapangan Badminton 3 3 -
11. Tangga keseimbangan 1 1 -
12. Tape rekorder 1 1 -
13. Ban Motor 10 9 1

(Sumber : Hasil Penelitian 2005)

Tabel 6
Daftar Sarana Prasarana Olahraga
SDLB C1 Widya Bhakti Semarang 2005
Keadaan
No Sarana prasarana Jumlah
Baik Rusak
1. Bola Sepak 4 3 1
2. Bola Voli 4 2 2
3. Bola Kasti 2 2 -
4. Bola Basket 1 - 1
5. Bola Tenis 14 14 -
6. Raket Bulu Tangkis 4 - 4
7. Tongkat Kasti 2 2 -
8. Balok Tumpu 1 1 -
9. Papan Peluncur 1 1 -
10. Tangga Keseimbangan 1 1 -
11. Ayunan 1 1 -
12. Ban Motor 14 14 -
13. Tape Rekorder 1 1 -
14. Bed Tenis Meja 1 - 1

(Sumber : Hasil Penelitian 2005)


39

4.2.6 Evaluasi

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa tingkat evaluasi yang

dilakukan oleh guru-guru di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang tahun 2005

sudah sangat baik karena telah mencapai tingkat 87.5%. Angket untuk mengetahui

tingkat pelaksanaan evaluasi terdiri dari 4 item yaitu tentang pelaksanaan post-tes,

pelaksanaan tes keterampilan, pemberian tugas di luar jam pelajaran dan

pemberian motivasi bagi siswa yang mengalami kesulitan pelajaran.


40

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasar hasil penelitian pada bab IV penulis mengambil kesimpulan

sebagai berikut:

1. Proses pendidikan jasmani anak tuna grahita di SDLB C dan CI Widya Bhakti

Semarang tahun 2005 sebagian besar menunjukkan kriteria sangat baik.

2. Pelaksanaan tujuan pendidikan jasmani anak tuna grahita di SDLB C dan CI

Widya Bhakti Semarang tahun 2005 telah sesuai dengan kurikulum dan

keadaan siswa.

3. Materi pendidikan jasmani yang dilaksanakan di SDLB C dan CI Widya

Bhakti Semarang tahun 2005 telah sesuai dengan kurikulum yang ada.

4. Siswa kelas C dalam menerima materi pendidikan jasmani sangat antusias dan

bersemangat.

5. Dalam pelajaran pendidikan jasmani anak tuna grahita perlu perhatian dan

kesabaran ekstra terutama anak tuna grahita kelas CI

6. Kompetensi yang dimiliki guru-guru pendidikan jasmani anak tuna grahita di

SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang tahun 2005 sudah sangat baik,

karena semua gurunya merupakan lulusan dari Pendidikan Luar Biasa (PLB).

7. Sarana prasarana yang tersedia untuk menunjang keberhasilan proses

pendidikan jasmani anak tuna grahita di SDLB C dan CI Widya Bhakti

Semarang tahun 2005 sudah baik.


41

8. Evaluasi yang dilakukan oleh guru-guru di SDLB C dan CI Widya Bhakti

Semarang tahun 2005 sudah sangat baik.

5.2. Saran

Berdasarkan simpulan di atas, maka penulis menyarankan sebagai berikut:

1. Untuk lebih meningkatkan mutu pendidikan jasmani anak tuna grahita di

SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang, maka guru-guru harus lebih kreatif

dan sabar dalam menghadapi anak tuna grahita terutama kelas CI.

2. Sarana prasarana penunjang keberhasilan proses pendidikan jasmani anak tuna

grahita di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang harus lebih diperhatikan.


DAFTAR PUSTAKA

Abdul Kadir Ateng. 1992. Asas dan Landasan Pendidikan Jasmani. Jakarta:
Depdikbud

Aip Sarifudin. 1979. Olahraga untuk SGPLB. Jakarta: Departemen Pendidikan


dan Kebudayaan.

_________1980. Olahraga Pendidikan untuk Anak Lemah Ingatan. Jakarta:


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Beltasar Tarigan. 2000. Penjas Adaptif. Jakarta: Departemen Pendidikan dan


Kebudayaan.

Herry Koesyanto. 2000. Penjas Adapted. Semarang: Fakultas Ilmu


Keolahragaan.

Muhammad Ali. 1993. Strategi dan Penelitian Pendidikan. Bandung: Sarana


Panca Karya.

Nadisah, 1992. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Jasmani dan Kesehatan,


Bandung:Depdikbud.

Rochman Natawijaja. 1979. Pengantar Pendidikan Luar Biasa. Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan.

Sugiyanto dan Sudjarwo. 1993. Belajar Motorik. Jakarta: Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan.

Suharsimi Arikunto. 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi


Revisi V. Jakarta: Rineka Cipta.

_________1985. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan


Kebudayaan.

T.I. Sajono. 1988. Mengenal Para Tuna Grahita pada Seminar tentang “Tuna
Grahita dan Lapangan Kerjanya”. Pekalongan: Departemen tenaga
Kerja.

42
42

Lampiran 1

Daftar Guru SDLB C Widya Bhakti Semarang

No Nama Guru
1. A.Tuharman
2. Sularni
3. Dra. Sumarsih
4. Drs. Sudarna
5. Hastuti Ekowatini
6. Noor Baetik S.Pd
7. Siput Hidayati

Daftar Guru SDLB C I Widya Bhakti Semarang

No Nama Guru
8. Utami
9. Sri Wulaning Sayekti
10. Ririn Widiyanti
11. Y. Ida Dwi Astuti
12. Siti Mukayanah
13. Indah Pramugari
43

Lampiran 2

KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN

Variabel Sub Variabel Indikator Nomor Soal


1 2 3 4

1. Proses 1. Tujuan a. Pelaksanaan 1-6


Pendidikan pendidikan Tujuan Instruksional
Jasmani jasmani Khusus
Adaptif b. Kesesuaian TIK dengan
kurikulum
c. Tingkat kesulitan
pencapaiann Tujuan
d. Ketepatan tujuan dengan
waktu yang tersedia
2. Materi a. Kesesuaian materi 7-14
dengan kurikulum
b. Relevansi materi dengan
kebutuhan siswa
c. Kesulitan bahan
d. Kesesuaian dengan
waktu
e. Cara mempelajarinya
3. Siswa a. Kemampuan dan 15-19
tanggung jawab
b. Motivasi
c. Sikap
4. Guru a. Penguasaan materi 20-24
b. Motivasi
c. Sikap
44

5. Sarana dan a. Sarana yang digunakan 25-28


Sumber b. Sumber bahan
6. Evaluasi a. Isi tes 29-32
b. Hasil tes
c. Tindak lanjut
45

Lampiran 3

ANGKET PENELITIAN

Sudilah kiranya Bapak/Ibu untuk mengisi jawaban pertanyaan-pertanyaan yang

terdapat pada angket dengan maksud sebagai bahan penelitian guna penyusunan skripsi

yang berjudul:

SURVEI PROSES PENDIDIKAN JASMANI ANAK TUNA GRAHITA

DI SDLB C DAN CI WIDYA BHAKTI SEMARANG

Angket ini berisi pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut tentang tujuan,

materi, metode, sarana, dan evaluasi proses pendidikan jasmani anak tuna grahita di

SDLB C dan C I Widya Bhakti Semarang.

Atas kesediaan Bapak/Ibu mengisi angket ini, saya ucapkan banyak terima

kasih.

Peneliti

Teguh Arifianto

NIM. 6101401082
46

ANGKET PENELITIAN

Nama :
NIP :
Guru kelas :
Tanggal pengisian :

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda (V) pada kotak yang tersedia,
sesuai de ngan kenyataan yang ada!

I. Tujuan Pendidikan Jasmani Adaptif


No Angket Tujuan Pendidikan Jasmani Ya Tidak Tidak
Tentu
1. Apakah tujuan penjas telah sesuai dengan kurikulum ?
2. Tujuan pembelajaran dijelaskan kepada siswa sebelum
dimulai pelajaran ?
3. Peningkatan kesehatan dan kebugaran jasmani menjadi
tujuan penjas.
4. Penjas juga bertujuan meningkatkan rasa percaya diri
anak dalam pergaulan.
5. Memacu pertumbuhan jasmani yang ideal dan
menghindari kecacatan yang lebih parah juga tujuan
dari pendidikan jasmani.
6 Tujuan penjas dipengaruhi/disesuaikan dengan
keadaan siswa ?
47

II. Materi Pendidikan Jasmani Adaptif


No Angket Materi Pendidikan Jasmani Ya Tidak Tidak
Tentu
7. Apakah materi yang diberikan sudah sesuai dengan
kurikulum ?
8. Apakah materi yang disampaikan telah sesuai dengan
keadaan siswa ?
9. Apakah waktu yang digunakan dalam pembelajaran
sudah sesuai dengan kurikulum ?
10. Olahraga permainan merupakan jenis materi pokoh
yang diajarkan.
11. Pendidikan kesehatan juga diajarkan sebagai materi
pokok ?
12. Bulutangkis, tenis meja, karambol diajarkan sebagai
materi pilihan penjas?
13. Materi penjas anak tuna grahita sama dengan materi
anak normal ?
14. Apakah kegiatan ekstra kurikuler dilaksanakan ?

III. Sikap dan Motivasi Siswa Dalam Pendidikan Jasmani


No Angket Sikap dan Motivasi Siswa Ya Tidak Tidak
Tentu
15. Apakah siswa mampu melakukan tugas yang diberikan
guru ?
16. Apakah siswa bersemangat dalam mengikuti kegiatan
penjas ?
17. Apakah guru memberi tugas latihan pada siswa setelah
selesai belajar ?
18. Apakah siswa senang dengan materi pendidikan
jasmani ?
19. Apakah siswa mampu menangkap semua materi yang
diajarkan guru ?
48

IV. Kompetensi Guru


No Angket Kompetensi Guru Ya Tidak Tidak
Tentu
20. Apakah sebelum dididik anak diberi penjelasan terlebih
dahulu ?
21. Apakah metode yang digunakan dalam pembelajaran
lebih dari satu ?
22. Apakah guru mendemonstrasikan semua meteri yang
diajarkan ?
23. Guru memodifikasi alat agar sesuai dengan materi dan
keadaan siswa ?
24. Apakah waktu yang tersedia sudah cukup bagi proses
pendidikan jasmani ?

V. Sarana dan Prasarana Pendidikan Jasmani


No Sarana dan Sumber Pembelajaran Ya Tidak Tidak
Tentu
25. Apakah sarana pendidikan jasmani yang ada sudah
memadai ?
26. Apakah pihak sekolah bekerja sama dengan pihak
rumah sakit ?
27. Apakah guru memodif/membuat alat agar sesuai
dengan kebutuhan pembelajaran penjas ?
28. Orang tua membantu proses pembelajaran secara moral
dan material.
49

VI. Evaluasi Pendidikan Jasmani


No Evaluasi Pendidikan Jasmani Ya Tidak Tidak
Tentu
29. Apakah diadakan post-test pada akhir pelajaran penjas?
30. Selain tes ketrampilan apakah dilakukan tes lain ?
31. Apakah siswa diberi tugas diluar jam pelajaran ?
32. Apakah guru memberi motifasi/dorongan bagi siswa
yang mengalami kesulitan dalam belajar ?
σt
σb

r11
2
rxy

2
∑X
Res

∑X2

Ket.
rtabel
∑XY
R-13
R-12
R-11
R-10
R-09
R-08
R-07
R-06
R-05
R-04
R-03
R-02
R-01
Kode

∑σ b2
Kriteria
2
3
3
3
3
3
3
2
2
3
3
3
2
1

97
35
0.231 valid 0,553 0.73 2,986.00

3
2
3
3
3
3
3
2
1
3
3
3
3
2

99
35

0.954
0.397 valid 0,553 0.74 3,003.00

149.31
10.500

reliabel
2
3
3
3
3
3
3
2
2
3
3
3
3
3

36
0.192 valid 0,553 0.86 3,074.00

102
3
2
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
4

37
0.141 valid 0,553 0.58 3,134.00

107
1
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
2
5

99
35
0.397 valid 0,553 0.60 2,990.00

3
2
3
3
3
3
3
2
1
3
3
3
3
6

99
35
0.397 valid 0,553 0.74 3,003.00

2
2
3
3
3
3
3
3
2
3
3
2
3
7

97
35
0.231 valid 0,553 0.76 2,988.00

2
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
2
3
8

36
0.192 valid 0,553 0.68 3,062.00

102
3
2
3
3
3
3
3
1
2
3
3
3
2
9

94
34
0.423 valid 0,553 0.60 2,908.00

2
3
2
3
3
3
3
2
2
3
3
2
3

92
34
10

0.256 valid 0,553 0.72 2,904.00 3


2
3
3
3
3
3
2
2
3
3
3
3

36
11

0.192 valid 0,553 0.72 3,065.00


102
2
3
3
2
3
3
2
2
1
3
3
3
2

84
32
12

0.436 valid 0,553 0.57 2,738.00


1
3
2
3
3
3
3
2
2
3
3
2
3

89
33
13

0.436 valid 0,553 0.74 2,839.00


2
2
3
3
3
2
3
2
2
3
3
2
3

87
33
14

0.269 valid 0,553 0.76 2,825.00


3
3
2
3
3
3
3
2
1
3
3
2
3

94
34
15

0.423 valid 0,553 0.59 2,907.00


2
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3

37
16

0.141 valid 0,553 0.61 3,136.00


107
2
2
3
3
3
3
3
3
2
2
3
3
3

97
35
17

0.231 valid 0,553 0.59 2,976.00


No Butir Soal

2
2
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3

36
18

0.192 valid 0,553 0.68 3,062.00


102
2
1
2
3
3
2
3
2
2
3
3
2
2

74
30
19

0.397 valid 0,553 0.63 2,574.00


1
2
3
3
3
3
3
1
3
3
3
2
3

91
33
20

0.603 valid 0,553 0.70 2,847.00


2
3
3
3
3
3
3
2
1
2
3
2
2

84
32
21

0.436 valid 0,553 0.69 2,750.00


1
2
3
3
3
3
3
3
2
3
3
2
3

94
34
22

0.423 valid 0,553 0.76 2,923.00


2
3
3
3
3
3
3
2
2
3
3
3
3

36
23

0.192 valid 0,553 0.86 3,074.00


102
3
2
3
3
3
3
3
2
1
3
3
2
3

94
34
24

0.423 valid 0,553 0.75 2,922.00


1
2
3
3
3
3
2
3
2
3
3
3
2

89
33
25

0.436 valid 0,553 0.60 2,825.00


1
2
2
3
3
3
2
2
2
2
2
2
3

69
29
26

0.359 valid 0,553 0.63 2,487.00


2
2
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3

36
27

0.192 valid 0,553 0.79 3,069.00


102
3
2
2
3
3
3
2
2
1
3
3
2
3

84
32
28

0.436 valid 0,553 0.61 2,742.00


2
2
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3

36
29

0.192 valid 0,553 0.68 3,062.00


102
1
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
2
3

99
35
30

0.397 valid 0,553 0.60 2,990.00


2
2
2
3
2
3
2
2
2
3
3
2
2

72
30
31

0.231 valid 0,553 0.58 2,556.00


2
1
3
3
3
3
3
1
2
3
2
3
3
PERHITUNGAN VALIDITAS DAN RELIABILITAS UJI COBA ANGKET PROSES PENDIDIKAN JASMANI ANAK TUNA GRAHITA DI SDLB C DAN CI WIDYA BHAKTI SEMARANG

86
32
32

0.603 valid 0,553 0.70 2,763.00


65
74
89
95
95
94
91
69
62
93
94
81
88

149.308
∑Y

3908762.410
∑Y2

4225
5476
7921
9025
9025
8836
8281
4489
3844
8649
8836
6561
7744
53

Lampiran 6

Hasil Validitas Angket

Rumus:

N ∑ XY − (∑ X )(∑ Y )
rxy =
{N ∑ X 2
}{
− (∑ X ) N ∑ Y 2 − (∑ Y )
2 2
}
Hasil angket valid jika rxy > rtabel, dengan n =13, maka rtabel = 0.553, dapat

diketahui hasil rxy dari tiap butir soal adalah sebagai berikut

No Hasil (rxy) Validitas No Hasil (rxy) Validitas


1. 0.73 valid 17. 0.59 valid
2. 0.74 valid 18. 0.68 valid
3. 0.86 valid 19. 0.63 valid
4. 0.58 valid 20. 0.70 valid
5. 0.60 valid 21. 0.69 valid
6. 0.74 valid 22. 0.76 valid
7. 0.76 valid 23. 0.86 valid
8. 0.68 valid 24. 0.75 valid
9. 0.60 valid 25. 0.60 valid
10. 0.72 valid 26. 0.63 valid
11. 0.72 valid 27. 0.79 valid
12. 0.57 valid 28. 0.61 valid
13. 0.74 valid 29. 0.68 valid
14. 0.76 valid 30. 0.60 valid
15. 0.59 valid 31. 0.58 valid
16. 0.61 valid 32. 0.70 valid
55

Lampiran 8

Perhitungan Prosentase Tingkat Proses Pendidikan Jasmani

Anak Tuna Grahita di SDLB C dan C I WIdya Bhakti

Semarang 2005

Untuk memperoleh Persentase di seluruh skor dapat dicari dengan rumus:

n
Prosentase (%) = x 100 %
N

Keterangan:

n =Jumlah nilai faktor factual

N = Jumlah seluruh nilai jawaban ideal

% = Tingkat prosentase yang dicapai

(Muhammad Ali 1997: 186)

1. Untuk mengetahui tingkat proses Pendidikan Jasmani Anak Tuna Grahita di

SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang adalah sebagai berikut:

Skor minimal ideal yang dicapai = jumlah soal x nilai minimal item

= 32 x 1

= 32

Skor maksimal ideal yang dicapai = jumlah soal xnilai maksimal item

= 32 x3

= 96

Skor miinimal ideal yang dicapai


Prosentase minimal ideal = x 100%
Skor maksimal ideal yang dicapai
56

32
= x100 % = 33 %
96

Skor maksimal ideal yang dicapai


Prosentase maksimal ideal = x 100%
Skor maksimal ideal yang dicapai

96
= x100 % = 100 %
96

Rentang kelas = Prosentase maksimal - minimal

= 100 % - 33 % = 67 %

Banyaknya kelas/interval =4

Re n tan g
Panjang kelas interval =
Banyaknya kelas

67
= = 16,75
4

2. derajat prosentase masing-masing aspek

a. Tujuan Pendidikan Jasmani

Dik: n = Jumlah skor yang diperoleh = 228

N = jumlah item x jumlah responden x nilai item maksimal

= 6 x 13 x 3 = 234

228
%= x 100 % = 97 %
234

b. Materi Pendidikan Jasmani

Dik: n = Jumlah skor yang diperoleh = 270

N = jumlah item x jumlah responden x nilai item maksimal


57

= 8 x 13 x 3 = 312

270
%= x 100 % = 86,5 %
312

c. Faktor Siswa

Dik: n = Jumlah skor yang diperoleh = 176

N = jumlah item x jumlah responden x nilai item maksimal

= 5 x 13 x 3 = 195

176
%= x 100 % = 90,2 %
195

d. Faktor Guru

Dik: n = Jumlah skor yang diperoleh = 190

N = jumlah item x jumlah responden x nilai item maksimal

= 5 x 13 x 3 = 195

190
%= x 100 % = 97,4 %
195

e. Sarana Prasarana

Dik: n = Jumlah skor yang diperoleh = 121

N = jumlah item x jumlah responden x nilai item maksimal

= 4 x 13 x 3 = 156

121
%= x 100 % = 77,5 %
156

f. Evaluasi

Dik: n = Jumlah skor yang diperoleh = 132

N = jumlah item x jumlah responden x nilai item maksimal

= 4 x 13 x 3 = 156

132
%= x 100 % = 84,6 %
156
PENENTUN KRITERIA PADA ANALISIS DESKRIPTIF PROSENTASE

Pelaksanaan Proses Pendidikan Jasmani

Skor maksimal : 32 X 3 = 96

Skor minimal : 32 X 1 = 32

Range : 96 – 32 = 64

Range
Panjang kelas interval :
Banyak kelas

64
= 16
4

Interval skor Interval % skor Kriteria


32≤ Skor ≤ 48 33.33 % ≤ Skor ≤ 50.00 % Kurang
48≤ Skor ≤ 64 50.00 % ≤ Skor ≤ 66.67 % Cukup
64≤ Skor ≤ 80 66.67 % ≤ Skor ≤ 83.33 % Baik
80≤ Skor ≤ 96 83.33 % ≤ Skor ≤ 100 % Sangat Baik

Aspek Tujuan

Skor maksimal : 6 X 3 = 18

Skor minimal :6X1 =6

Range : 18 – 6 = 12

Range
Panjang kelas interval :
Banyak kelas

12
=3
4
Interval skor Interval % skor Kriteria
6≤ Skor ≤ 9 33.33 % ≤ Skor ≤ 50.00 % Kurang
9≤ Skor ≤ 12 50.00 % ≤ Skor ≤ 66.67 % Cukup
12≤ Skor ≤ 15 66.67 % ≤ Skor ≤ 83.33 % Baik
15≤ Skor ≤ 18 83.33 % ≤ Skor ≤ 100 % Sangat Baik

Aspek Materi Pendidikan Jasmani


Skor maksimal : 8 X 3 = 24
Skor minimal :8X1 =8
Range : 24 – 8 = 16
Range
Panjang kelas interval :
Banyak kelas

16
=4
4
Interval skor Interval % skor Kriteria
8≤ Skor ≤ 12 33.33 % ≤ Skor ≤ 50.00 % Kurang
12≤ Skor ≤ 16 50.00 % ≤ Skor ≤ 66.67 % Cukup
16≤ Skor ≤ 20 66.67 % ≤ Skor ≤ 83.33 % Baik
20≤ Skor ≤ 24 83.33 % ≤ Skor ≤ 100 % Sangat Baik

Aspek Siswa

Skor maksimal : 5 X 3 = 15

Skor minimal :5X1 =5

Range : 15 – 5 = 10

Range
Panjang kelas interval :
Banyak kelas

10
= 2 .5
4
Interval skor Interval % skor Kriteria
5≤ Skor ≤ 7.5 33.33 % ≤ Skor ≤ 50.00 % Kurang
7.5≤ Skor ≤ 10 50.00 % ≤ Skor ≤ 66.67 % Cukup
10≤ Skor ≤ 12.5 66.67 % ≤ Skor ≤ 83.33 % Baik
12.5≤ Skor ≤ 15 83.33 % ≤ Skor ≤ 100 % Sangat Baik

Aspek Kompetensi Guru

Skor maksimal : 5 X 3 = 15

Skor minimal :5X1 =5

Range : 15 – 5 = 10

Range
Panjang kelas interval :
Banyak kelas

10
= 2 .5
4

Interval skor Interval % skor Kriteria


5≤ Skor ≤ 7.5 33.33 % ≤ Skor ≤ 50.00 % Kurang
7.5≤ Skor ≤ 10 50.00 % ≤ Skor ≤ 66.67 % Cukup
10≤ Skor ≤ 12.5 66.67 % ≤ Skor ≤ 83.33 % Baik
12.5≤ Skor ≤ 15 83.33 % ≤ Skor ≤ 100 % Sangat Baik

Aspek Sarana Prasarana

Skor maksimal : 4X 3 = 12

Skor minimal :4X1 =4

Range : 12 – 4 = 8
Range
Panjang kelas interval :
Banyak kelas

8
=2
4

Interval skor Interval % skor Kriteria


4≤ Skor ≤ 6 33.33 % ≤ Skor ≤ 50.00 % Kurang
6≤ Skor ≤ 8 50.00 % ≤ Skor ≤ 66.67 % Cukup
8≤ Skor ≤ 10 66.67 % ≤ Skor ≤ 83.33 % Baik
10≤ Skor ≤ 12 83.33 % ≤ Skor ≤ 100 % Sangat Baik

Aspek Evaluasi

Skor maksimal : 4X 3 = 12

Skor minimal :4X1 =4

Range : 12 – 4 = 8

Range
Panjang kelas interval :
Banyak kelas

8
=2
4

Interval skor Interval % skor Kriteria


4≤ Skor ≤ 6 33.33 % ≤ Skor ≤ 50.00 % Kurang
6≤ Skor ≤ 8 50.00 % ≤ Skor ≤ 66.67 % Cukup
8≤ Skor ≤ 10 66.67 % ≤ Skor ≤ 83.33 % Baik
10≤ Skor ≤ 12 83.33 % ≤ Skor ≤ 100 % Sangat Baik
51

Lampiran 5

Contoh Perhitungan Validitas Angket Proses Pendidikan Jasmani

N ∑ XY − (∑ X )(∑ Y )
Rumus: rxy =
{N ∑ X 2
}{
− (∑ X ) N ∑ Y 2 − (∑ Y )
2 2
}
Kriteria

Butir angket valid jika rxy > rtabel

Perhitungan
Berikut ini contoh perhitungan validitas angket pada butir no.1
No Kode X Y X2 Y2 XY
1 UC-01 2 88 4 7744 176
2 UC-02 3 81 9 6561 243
3 UC- 03 3 94 9 8836 282
4 UC-04 3 93 9 8649 279
5 UC-05 2 62 4 3844 124
6 UC-06 2 69 4 4761 138
7 UC-07 3 91 9 8281 273
8 UC-08 3 94 9 8836 282
9 UC-09 3 95 9 9025 285
10 UC-10 3 95 9 9025 285
11 UC-11 3 89 9 7921 267
12 UC-12 3 74 9 5476 222
13 UC-13 2 65 4 4225 130
∑ 35 1090 97 92912 2986
52

Dengan menggunakan rumus tersebut diperoleh:

13 (2986) − (35)(1090)
rxy =
{13(97) − (35) }{13(92912) − (1090) }
2 2

38818 − 38150
=
(1261 − 1225)(1207856 − 1188100)
668 668
= =
(36)(19756) 711216
668
= = 0.79
843

Pada σ = 5 %, dengan n = 13 diperoleh rtabel = 0.553

Karena rxy > rtabel, maka angket no 1 tersebut valid

Cantoh Perhitungan Reliabilitas Angket Proses Pendidikan Jasmani

Rumus:

⎛ k ⎞⎛ ∑ ab ⎞
2
r11 = ⎜ ⎟⎜⎜1 2 ⎟

⎝ k − 1 ⎠⎝ at ⎠

Kriteria

Apabila r11>rtabel, maka angket tersebut reliabel.

Perhitungan:

1. Varians total

(∑ Y ) 2

∑Y 2

N
σ 2
t =
N
53

92912 −
(1090)2
σ 2t = 13 = 116.89
13

2. Varians Butir

(∑ X ) 2

∑X 2

N
σ 2
b =
N

97 −
(35)
2

σ 2 b1 = 13 = 0.231
13

99 −
(35)2
σ 2b2 = 13 = 0.397
13

sampai dengan

86 −
(32)
2

σ 2 b 32 = 13 = 0.603
13

∑σ2b = 0.231+0.397+….+0.603

= 10500

3. Koefisien Reliabilitas

⎛ 32 ⎞⎛ 10500 ⎞
r11 = ⎜ ⎟⎜1 − ⎟
⎝ 32 − 1 ⎠⎝ 116.89 ⎠
= 0.954

Pada σ = 5 % dengan n = 13 diperoleh rtabel = 0.553

Karena r11> rtabel, maka dapat disimpulkan bahwa angket tersebut reliabel.
62

Lampiran 11

DAFTAR HASIL BELAJAR PENJAS SISWA SDLB C


WIDYA BHAKTI SEMARANG TAHUN 2005

Kelas No Nama Nilai Kategori


1. Hanit 7 Baik
2. Sodikin 6 cukup
I 3. Rahadian 7 Baik
4. Sekar 6 Cukup
5. Aulia Dianita 7 Baik
1. Ika Lutfia Nita 7 Baik
2. Lutfi Prasetyo A 8 Sangat Baik
3. Riska Ajeng Hartia 7 Baik
II 4. Lasella Shinta W 7 Baik
5. Nenis Zusvelida 6 Cukup
6. Fatisa Burhanudin 7 Baik
7. Ayu Ely. A 7 Baik
1. Anindya Kumala Dewi 6 Cukup
2. Andre 7 Baik
3. Dammar Septadi W. 7 Baik
III A 4. Adhikara Harsa Nugraha 7 Baik
5. Dendie Prasetyo Kuncoro 6 Cukup
6. Raras 7 Baik
7. Tegar Bayu Tirta Wijaya 7 Baik
1. Angelia Leona Agustin 6 Cukup
2. Catur Noviaryanti 6 Cukup
3. Debora Natalia 7 Baik
III B 4. Agustiar Tri Wibowo 6 Cukup
63

5. Rengga Eko Erwanto 7 Baik


6. Alif Eka Prasetyo 7 Baik
7. Azis Tri Wahyono 7 Baik
8. Reno Amanullah Nugraha 6 Cukup
1. Dika 7 Baik
2. Desti 7 Baik
3. Heni 7 Baik
IV 4. Hindah 6 Cukup
5. Diki 6 Cukup
6. Pino 7 Baik
7. Steven 7 Baik
8. Ardi 6 Cukup
1. Azis 7 Baik
2. Agus 7 Baik
3. Alit 6 Cukup
V 4. Rangga 6 Cukup
5. Reno 6 Cukup
6. Debora 6 Cukup
7. Ona 6 Cukup
8. Catur 6 Cukup
1. Yongky Kusuma 6 Cukup
2. Yudi 7 Baik
3. Ronald 7 Baik
VI 4. Yulianingsih 7 Baik
5. Ida 6 Cukup
6. Stefanus 7 Baik
7. Siska 6 Cukup

You might also like