Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
Oleh :
Nama : Teguh Arifianto
NIM : 6101401082
Jurusan : Pendidikan Jasmani Kesehatan
dan Rekreasi
Fakultas : Ilmu Keolahragaan
2006
SARI
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan sidang panitia Ujian Skripsi Fakultas
Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang pada :
Hari :
Tanggal :
Pukul :
Tempat :
Ketua Sekretaris
Dewan Penguji :
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto :
Persembahan :
2) Almamater tercinta.
kubanggakan.
iv
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas segala rahmat dan
penulis ini adalah atas bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis
1) Drs. Harry Pramono, M.Si dan Drs. Cahyo Yuwono, M.Pd selaku
mengadakan penelitian.
v
6) Drs. Sudarna dan A. Yuli Purwanti selaku Kepala SLB C dan C I Widya
penelitian.
7) Seluruh Guru, karyawan dan Tata Usaha SDLB C dan C I Widya Bhakti
skripsi.
8) Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas kerja
Semoga segala bantuan mereka menjadi amal yang baik dan diterima oleh
Allah SWT, serta mendapat imbalan dari Allah SWT. Demi sempurnanya
penulisan skiripsi ini, saran dan kritik yang membangun dari para pembaca
sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
Semarang, 2005
Penulis,
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
SARI................................................................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................... v
DAFTAR ISI.................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL........................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................... 5
1.3. Penegasan Istilah......................................................................... 5
1.4. Tujuan Penelitian ........................................................................ 6
1.5. Manfaat Penelitian ...................................................................... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................... 7
2.1. Pengertian Anak Cacat Tuna Grahita.......................................... 7
2.1.1 Anak Cacat ...................................................................... 7
2.1.2 Pengertian Anak Tuna Grahita........................................ 8
2.2. Pendidikan Jasmani Adaptif........................................................ 11
2.3. Proses Pendidikan Jasmani Anak Tuna Grahita……………….. 11
2.3.1. Tujuan Pendidikan Jasmani............................................. 12
2.3.2. Metode Pendidikan Jasmani Adaptif………… .............. 12
2.3.3. Materi Penjas Anak Tuna Grahita……………............... 13
2.3.4. Siswa……………………………………. ...................... 16
2.3.5. Guru………………………………. ............................... 16
2.3.6. Evaluasi Penjas Adaptif………………… ...................... 17
2.4. Sarana Prasarana……………………… ..................................... 20
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 22
3.1. Populasi Penelitian ...................................................................... 22
3.2. Sampel Penelitian........................................................................ 22
3.3. Variabel Penelitian ...................................................................... 22
3.4. Metode Penelitian ....................................................................... 23
3.5. Instrumen Penelitian ................................................................... 23
3.6. Proses Penelitian ......................................................................... 26
3.7. Analisis Data…………………………………………………… 28
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 29
4.1. Hasil Penelitian .......................................................................... 29
4.2. Pembahasan................................................................................. 35
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 40
5.1. Simpulan ..................................................................................... 40
5.2. Saran............................................................................................ 41
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 42
LAMPIRAN-LAMPIRAN............................................................................... 43
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
sama. Demikian juga dalam hal memperoleh pendidikan, setiap warga negara
berhak memperoleh pendidikan yang sama, baik anak yang normal maupun anak
yang abnormal (anak peyandang cacat). Tidak semua anak dilahirkan dalam
keadaan sempurna, ternyata ada sebagian kecil yang mengalami kelainan sehingga
biasa. Seperti anak yang lain, anak-anak luar biasa juga merupakan bagian dari
sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Perlu diingat bahwa anak cacat juga
merupakan anak bangsa yang dapat tumbuh dan berkembang menjadi dewasa
yang mempunyai percaya diri dan harga diri yang tinggi dalam memimpin dan
mengabdikan dirinya untuk bangsa dan negara pada masa yang akan datang.
itu adalah perkembangan pada diri individu dengan melalui proses belajar sebagai
arti rohaniah dan jasmaniah. Aip Sjarifuddin (1979: 4-5) mengemukakan bahwa
2
bagi anak-anak yang normal saja, tetapi juga bagi anak yang mempunyai kelainan
atau cacat yang umum dikatakan anak-anak luar biasa. Mereka sama halnya
pembinaan, asuhan dan didikan yang sempurna sehingga mereka dapat menjadi
manusia yang berdiri sendiri tanpa menyandarkan diri pada pertolongan orang
pendidikan dan bimbingan agar menjadi manusia dewasa dan menjadi warga
terhadap penderita cacat dari dahulu sampai sekarang tidak sepenuhnya positif,
dan mereka selalu diperlakukan dengan tidak manusiawi, bahkan pada masa
peradaban belum berkembang, mereka dibunuh dengan cara yang sangat kejam.
Demikian juga di Indonesia, dari dahulu sampai sekarang pendidikan bagi anak
selalu menjadi beban bagi masyarakat yang normal, tapi sebenarnya tidak
demikian karena anak penyandang cacat mampu untuk hidup mandiri tanpa
masyarakat (non formal), dan di sekolah (formal). Pendidikan formal bagi anak
masyarakat bahwa mereka juga dapat hidup seperti anak–anak yang normal, dan
maka akan membuat seluruh masyarakat sadar akan pentingnya pendidikan bagi
anak cacat.
SLB Widya Bhakti merupakan salah satu SLB di Semarang yang perduli
terhadap pentingnya pendidikan bagi anak cacat terutama bagi anak tuna grahita
atau cacat mental. Selain itu SLB Widya Bhakti Semarang juga mempunyai
Pendidikan bagi anak cacat mental sangat penting karena mereka mempunyai
bagi anak tuna grahita memerlukan kurikulum, tenaga pendidik, dan sarana
Pendidikan jasmani adaptif pada anak tuna grahita melibatkan Guru pendidikan
jasmani yang telah mendapatkan pelatihan khusus pendidikan jasmani adaptif dan
anak cacat dengan keterbatasan yang dimilikinya, jadi anak tuna grahita harus
diberi perlakuan yang lebih khusus. Selain itu guru juga harus memperhatikan
masalah kesehatan sesuai dengan situasi dan kondisi setempat sehingga bisa
Olahraga yang diberikan pada anak tuna grahita merupakan suatu alat untuk
dapat membentuk untuk dirinya. Hal ini sesuai dengan tujuan yang dikemukakan
para ahli mengenai pendidikan, antara lain dalam buku Basic Prinsiples of
pendidikan itu adalah perkembangan pada diri individu dengan melalui proses
berbuat, tetapi menjadikan anak mengetahui apa yang dikerjakan, selain itu S.
pertumbuhan manusia mulai dari lahir sampai dewasa, dalam arti rohaniah dan
Survei Proses Pendidikan Jasmani Anak Tuna Grahita di SDLB C dan CI Widya
1. Pendidikan merupakan hak bagi setiap warga negara termasuk bagi anak
jenjang pendidikan.
dan mendidik agar mereka dapat hidup mandiri tanpa bantuan dari orang lain.
3. Pendidikan jasmani bagi anak tuna grahita berbeda dengan pendidikan jasmani
bidang kependidikan.
diteliti adalah: “Bagaimana proses pendidikan jasmani anak tuna grahita di SDLB
dibicarakan tidak menyimpang dari tujuan dan tidak terjadi salah penafsiran
berikut:
dan atau olahraga (Rusli Lutan, 1998: 14). Menurut Abdul Kadir Ateng (1992: 5)
Jasmani tidak terhambat oleh gangguan kesehatan dan pertumbuhan badan, jadi
Anak tuna grahita menurut Aip Sjarifuddin (1980: 2) adalah anak yang
imbesil, dan idiot. Menurut Sajono 1988 anak tuna grahita adalah seseorang yang
tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan orang dewasa dan selalu
dan tes inteligensi sebagian ahli menyatakan bahwa seseorang dapat dikatakan
tuna grahita bila ia mempunyai taraf kecerdasan dibawah rata-rata (IQ nya di
bawah 70).
bagaimana proses pendidikan jasmani anak tuna grahita di. SDLB C dan C I
a. Sebagai masukan atau tolak ukur dalam membina dan mendidik anak tuna
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Definisi anak cacat menurut The committee of National Society for The
fisik, mental, tingkah laku, emosional, dan sosial (Beltasar Tarigan 2000: 9).
luar biasa adalah anak–anak yang mempunyai kelainan atau cacat, sehingga anak-
anak tersebut tidak dapat bertindak secara wajar, baik mengenai fisik, maupun
mengenai psikisnya.
merupakan suatu kondisi kelainan yang dimiliki oleh seseorang baik sejak lahir
maupun karena kecelakaan, baik fisik, mental, tingkah laku, emosional, dan
sosial.
penelitian yang dilakukan peneliti difokuskan pada anak cacat tuna grahita, maka
berikut ini hanya diuraikan pengertian mengenai anak cacat tuna grahita.
8
Anak tuna grahita menurut Aip Sjarifuddin (1980: 2) adalah anak yang
imbesil, dan idiot. Menurut Sajono (1988: 2) anak tuna grahita adalah seseorang
yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan orang dewasa dan selalu
dan tes inteligensi sebagian ahli menyatakan bahwa seseorang dapat dikatakan
tuna grahita bila ia mempunyai taraf kecerdasan dibawah rata-rata (IQ nya di
bawah 70).
masyarakat normal, akan berlainan dengan anak-anak pada umumnya. Pada anak
cacat mental terdapat beberapa sifat khusus yang harus diperhatikan agar tidak
timbulinterprestasi yang salah terhadap mereka yang normal bila mereka bersikap
lain dari masyarakat sekelilingnya. Sifat-sifat khusus yang mereka miliki itu
diantaranya adalah:
f. Mereka mudah mendapat sugestif, tapi tidak dapat meramalkan hasilnya lebih
dahulu.
9
hanya sebentar, mudah hilang dengan demikian mereka harus selalu diawasi
1. Idiot
Idiot adalah anak-anak lemah ingatan yang IQ nya berada dibawah 20, yaitu
suatu angka yang menunjukkan suatu derajat kelainan tingkah laku yang sangat
rendah sekali dan sangat berat. Menurut kamus Poerwadarminta (Bahasa Inggris-
Indonesia) idiot adalah anak-anak atau orang bodoh atau bertukar akal. Selain itu
anak-anak idiot itu termasuk kepada golongan yang sangat sukar sekali untuk
dilatih maupun dididik. Hal ini disebabkan karena mereka itu tidak mampu untuk
2. Imbesil
Imbesil adalah anak-anak yang IQ nya berada antara 20-60, kedaan ini adalah
lebih baik dari tingkatan anak-anak yang berada dalam tingkatan idiot (anak yang
inisiatifnya terbatas dan kemampuannya ada tetapi lemah. Mereka tidak mampu
untuk mengambil suatu keputusan sendiri. Jadi mereka masih dapat dilatih dalam
beberapa bentuk dan macam latihan yang berguna bagi dirinya dan secara terbatas
3. Debil
Debil adalah anak-anak yang keadaan IQ nya antara 60-80, sedangkan arti
dari debil sendiri adalah kurang. Golongan anak debil ini lebih mudah untuk
dilatih atau dididik, akan tetapi dengan cara yang lebih mudah dan praktis. Anak-
anak penderita debil bila dilihat dari berbagai kemungkinan, mereka itu dapat
mereka itu akan mampu mengurus dirinya sendiri jika telah mendapat pertolongan
dan bimbingan terlebih dahulu dari orang lain. Anak-anak golongan debil perlu
sendiri.
4. Lemah Ingatan
intelegensi yang paling ringan dan hampir mendekati kepada anak-anak yang
normal. Mereka masih kurang untuk berinisiatif dan masih berpikir secara
sosial dengan alam sekitarnya cukup memuaskan. Bagi anak-anak lemah ingatan
mempunyai kemungkinan besar untuk dapat dididik dan dilatih dengan mencapai
suatu hasil yang diharapkan. Bahkan mereka itu kemungkinan besar dapat
mengikuti pendidikan di sekolah dengan anak- anak yang normal meskipun cara
siswa cacat yang tidak berprestasi dalam kegiatan olahraga (Herry Koesyanto,
2000: 7). Jadi pendidikan jasmani adaptif merupakan program pendidikan jasmani
yang khusus dirancang bagi anak cacat yang telah disesuaikan dengan tingkat
kecacatannya.
dimiliki setiap anak pada saat program dibuat, sehingga dapat diprediksi tingkat
pencapaian pada akhir satu semester atau satu tahun pembelajaran. Dengan
demikian standar penilaian acuan kriteria lebih tepat digunakan bila dibandingkan
tujuan, metode, materi, siswa, guru, evaluasi dan sarana prasarana yang
baik.
12
intelektual. Selain itu juga untuk menanamkan nilai-nilai dan sikap positif
diri dan harga diri (Beltasar Tarigan 2000: 10). Menurut Aip Sjarifuddin (1980: 9)
tujuan dari penjas adaptif bagi anak tuna grahita adalah sebagai berikut.
1. Metode bagian
Dalam metode ini tugas-tugas gerak dipelajari dan dilatih bagian demi bagian.
bagian demi bagian akan memberikan hasil optimal, karena siswa akan lebih
2. Metode keseluruhan
3. Metode gabungan
cacat. Selain itu penggunaan metode bagian progresif juga sangat membantu
pembelajaran anak cacat. Pelaksanaan metode bagian progresif adalah bagian dari
suatu materi yang diajarkan secara berurutan dan kemudian digabungkan menjadi
suatu komponen gerak yang dilakukan secara progresif. Metode bagian progresif
yang lainnya, oleh karena itu program pembelajaran akan lebih efektif bila
pendidikan jasmani.
14
3. Olahraga kesenangan apa yang paling diminati siswa (Beltasar Tarigan 2000:
38).
pembelajaran pendidikan jasmani bagi siswa cacat yang terdapat dalam kurikulum
adalah strategi dan model pembelajarannya karena disesuaikan dengan jenis dan
menjadi tiga kategori yaitu pengembangan gerak dasar, olahraga dan permainan,
serta kebugaran dan kemampuan gerak. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel
berikut.
Latihan ini untuk membina dan meningkatkan kesegaran jasmani. Latihan ini
2. Latihan teknik
kelompok
Merupakan suatu cara latihan untuk lebih memantapkan mental. Latihan ini
sensoris dan motorisnya. Latihan harus diberikan secara praktis, karena daya
tangkap maupun kemampuan berpikir, kekuatan alat dan gerak anak yang
terbatas.
berbagai kelompok otot, latihan kondisi, latihan untuk rekreasi dan prestasi
2.3.4 Siswa
Menurut Sajono (1988:2) anak tuna grahita adalah seseorang yang tidak dapat
bantuan dari orang lain. Berdasarkan perkembangan psycometri dan tes inteligensi
sebagian ahli menyatakan bahwa seseorang dapat dikatakan tuna grahita bila ia
mempunyai taraf kecerdasan dibawah rata-rata (IQ nya di bawah 70). Kategori
anak tuna grahita meliputi idiot, imbesil, debil dan lemah ingatan.
2.3.5 Guru
Guru pendidikan luar biasa harus mempunyai dedikasi yang tinggi terhadap
dengan kebutuhan anak luar biasa. Berikut adalah kompetensi yang harus dimiliki
sederhana,
Menurut Beltasar Tarigan (2000: 68-72) hakekat tes, pengukuran dan evaluasi
1. Tes
yang spesifik, atau memerlukan prosedur yang tertentu bila menggunakan metode
peralatan yang kusus untuk mengukur jauhnya lompatan yaitu meteran. Tes yang
diberikan kepada siswa dapat berupa tes formal dan non formal yang sifatnya
2. Pengukuran
Pengukuran adalah suatu teknik dalam proses penjaringan data atau hasil tes
berupa simbol-simbol, misalnya skor/nilai yang dicapai oleh seorang. Skor ini
Sebagai contoh, dapat dikemukakan mengenai tes lari yang telah dijelaskan
daya tahan siswa berdasarkan lamanya waktu tempuh yang diperlukan, untuk
3. Evaluasi
jasmani adaptif dan guru pendidikan jasmani umum memiliki sifat dan
18
4. Penilaian
penilaian yang dilakukan kepada mereka bersifat formatif yaitu penilaian yang
untuk mengkoreksi apakah tujuan dari pembelajaran telah tercapai sesuai yang
efisiensi dari metode dan teknik yang telah dilakukan sebagai landasan atau dasar
selanjutnya.
Tujuan dari penilaian dan evaluasi dalam proses pendidikan jasmani adaptif
1. Diagnosis
baik dalam kelas reguler maupun dalam kelas khusus. Diagnosa merupakan
persoalan inti dalam mendesain program penjas bagi setiap individu. Selain itu
mengarahkannya pada jenis aktivitas fisik yang cocok dan sesuai dengan
kecacatannya.
2. Prediksi
memperkirakan penilaian. Bila tujuan penilaian yang kita lakukan adalah untuk
Bagi guru penjas salah satu tujuan paling penting dari tes dan pengukuran
adalah untuk menentukan apakah tujuan pembelajaran telah tercapai dengan baik.
Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam tes penjas adaptif antara lain:
1. Guru pendidikan jasmani harus memahami dengan baik tes yang akan
2. Tes harus sakhih, artinya tes dapat mengukur ketrampilan sesuai dengan
3. Tes yang digunakan harus handal, artinya terus memberikan hasil yang
konsisten, walaupun tes tersebut diulangi pada waktu yang berbeda hasilnya
4. Guru penjas adaptif agar selalu mencari bentuk-bentuk tes yang paling sesuai
5. Tes untuk keperluan diagnosa jangan hanya menggunakan satu tes saja, tapi
6. Harga peralatan tes dan efisien waktu penggunaan juga harus menjadi
7. Tes yang digunakan harus obyektif, artinya bila lebih dari dua orang yang
mungkin.
9. Harus ada saling mengenal dan percaya antara yang dites dengan orang yang
melakukan tes.
sarana prasarana bagi program pendidikan olahraga adaptif dapat bervariasi sesuai
21
dengan tipe murid yang dilayani. Sesuai dengan jenjang pendidikan yang ada
berikut: papan peluncur, tapal kuda, tenis meja, tenis, bulutangkis, matras,
sejajar, alat latih bunyi ritmis, buku medicnic, gada-gada, barbell, sepatu
pemberat, kaca cermin tiga arah, kalifer lingkaran badan, dan metrenom (Herry
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya
penelitian ini adalah seluruh guru di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang.
menggunakan teknik total sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh
guru kelas yang ada di SDLB C dan C I Widya Bhakti Semarang tahun 2005
Variabel penelitian adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik
dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel penelitian adalah faktor yang berperan
jasmani dan kesehatan di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang pada tahun
2005.
deskriptif dengan metode survei. Metode survei adalah penelitian yang diadakan
keterangan-keterangan secara aktual dari suatu kelompok atau dari suatu daerah.
pengumpulan data dari sejumlah unit untuk individu dalam waktu yang
bersamaan.
3.5.1 Angket
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau
1. Bahwa subyek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri
jasmani yang dilakukan di SDLB C dan C I Widya Bhakti Semarang tahun 2005.
3.5.2 Wawancara
responden yaitu mengenai lama guru mengajar, ijasah terakhir guru, jumlah siswa
yang dididiknya serta sarana prasarana yang tersedia di SDLB C dan C I Widya
3.5.3 Dokumentasi
atau variabel berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,
peneliti memegang chek-list untuk mencatat variabel yang sudah ditentukan jadi
tanda chek di tempat yang sesuai. Untuk mencatat hal-hal yang bersifat bebas atau
foto pelaksanaan penjas, sarana prasarana yang ada, satpel serta GBPP yang ada
3. Faktor siswa
6. Faktor evaluasi
a. Validitas
N ∑ XY − (∑ X )(∑ Y )
rxy =
{N ∑ X 2
}{
− (∑ X ) N ∑ Y 2 − (∑ Y )
2 2
}
Keterangan:
Berdasarkan analisis validitas hasil uji coba insrtumen angket diketahui dari
32 soal dinyatakan valid seluruhnya. Kriteria valid yang digunakan adalah apabila
27
rxy > rtabel pada taraf signifikasi 5% dengan N = 13 adalah 0,553 (Suharsimi
b. Reliabilitas
Reliabilitas adalah suatu ketepatan suatu tes apabila diteskan kepada subyek
yang sama, untuk mengetahui ini dilihat kesejajaran hasil (Suharsimi Arikunto,
1997: 168).
sebagai berikut:
⎛ k ⎞⎛ ∑ ab ⎞
2
r11 = ⎜ ⎜
⎟⎜ 1 ⎟⎟
⎝ k − 1 ⎠⎝ at
2
⎠
Keterangan:
t2 = Varian total
berarti rhitung > rtabel (0,954 > 0,553). Dengan demikian berarti kuisioner
mempunyai tingkat kepercayaan yang tinggi untuk dapat digunakan sebagai alat
pengumpul data.
28
Dalam penelitian ini analisis yang digunakan adalah analisis data statistik.
yang meliputi:
1. Editing
2. Skoring
Skoring merupakan kegiatan berupa pemberian nilai atau skor pada jawaban
dianalisis dengan tujuan untuk mengetahui keadaan atau kategori dari tiap-tiap
Pemberian skor atau nilai dari tiap-tiap jawaban dari responden dengan
Teknik yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah
n
DP = x100%
N
Keterangan :
dan CI Widya Bhakti Semarang tahun 2005 yang dilakukan pada seluruh guru
Tabel I
Distribusi Pelaksanaan Proses Pendidikan Jasmani
di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang Tahun 2005
Kategori Interval Prosentase Jumlah (sampel) Prosentase (%)
Sangat baik 83.33% – 100% 12 92.3
Baik 66.67% – 83.33% 1 7.7
Cukup 50% – 66.67% - -
Kurang 33.33% – 50% - -
jumlah 13 100
Data hasil penelitian tentang proses pendidikan jasmani anak tuna grahita
diatas dapat diubah menjadi data grafik yang ditunjukkan pada gambar grafik
berikut.
29
30
Gambar 1.
Distribusi Pelaksanaan Proses Pendidikan Jasmani
di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang Tahun 2005
100
80
Prosentase
60
40
20
0
Sangat Baik Cukup Kurang
Baik
Kategori
pendidikan jasmani anak tuna grahita di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang
tahun 2005 sebagian besar menunjukan kriteria sangat baik, terbukti dengan
jumlah 13 guru, sebanyak 12 guru memenuhi kriteria sangat baik, yang berarti
sebanyak 92.3 % dari seluruh guru yang ada menunjukkan kriteria sangat baik,
sedangkan 1 guru yang lain memenuhi kriteria baik, yang berarti sebanyak 7.7 %
dari keseluruhan guru yang ada di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang
menunjukkan kriteria baik. Guru SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang yang
menunjukkan kriteria cukup dan kriteria kurang tidak ada (0 %). Hal ini
disebabkan karena seluruh guru yang mengajar di SDLB C dan CI Widya Bhakti
31
Semarang telah memiliki keahlian dalam menangani anak tuna grahita, terbukti
seluruh guru berasal dari lulusan Pendidikan Luar Biasa (PLB). Selain alasan
tersebut, keahlian guru dalam menangani anak tuna grahita juga dapat terlihat dari
lamanya guru mengajar, hal tersebut terbukti pada biodata guru yang menyatakan
lamanya para guru mengajar. Berikut tabel biodata mengenai guru di SDLB C
Tabel 2
Biodata dan Lama Para Guru Mengajar
SDLB C Widya Bhakti Semarang 2005
No Nama Ijasah Terakhir Lama Mengajar
1. A.Tuharman SGPLB 21 tahun
2. Sularni AGPLB 19 tahun
3. Dra. Sumarsih IKIP/PLB 18 tahun
4. Drs. Sudarna UNS/PLB 15 tahun
5. Hastuti Ekowatini SGPLB 16 tahun
6. Noor Baetik S.Pd S1 PLB 9 tahun
7. Siput Hidayati S1 PLB 4 tahun
Tabel 3
Biodata dan Lama Para Guru Mengajar
SDLB C1 Widya Bhakti Semarang 2005
No Nama Ijasah Terakhir Lama Mengajar
1. Utami SGPLB 1 tahun
2. Sri Wulaning Sayekti SGPLB 11 tahun
3. B. Ririn Widiyanti SGPLB 14 tahun
4. Y. Ida Dwi Astuti SGPLB 14 tahun
5. Siti Mukayanah SGPLB 10 tahun
6. Indah Pramugari SGPLB 5 tahun
12 guru dan dengan kriteria baik dengan jumlah 1 guru. Hal ini dapat dilihat pada
Gambar 2
Distribusi Tingkat Proses Pendidikan Jasmani
di SDLB C dan CI Widya Bhakti SemarangTahun 2005
100
95
90
Prosentase
85
80
75
70
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Responden
menunjukkan kriteria Sangat baik dengan perincian sebagai berikut: R-1 (85.41
%); R-2 (88.54 %); R-3 (89.58 %); R-4 (94.79 %); R-5 (87.5 %); R-6 (85.41 %);
R-7 (88.54 %); R -8 (95.83 %); R-9 (93.75 %); R-10 (95.83 %); R-11 (89.58 %);
Sedangkan dalam suatu proses pendidikan terdiri dari beberapa faktor. Faktor-
pendidikan jasmani anak tuna grahita di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang
1992:46).
jasmani anak tuna grahita di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang tahun 2005
Tabel 4
Faktor yang Mempengaruhi Proses Pendidikan Jasmani
di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang Tahun 2005
No Faktor Prosentase Kriteria
1. Tujuan pendidikan jasmani 97% Sangat Baik
2. Materi Pendidikan jasmani 86,5 Sangat Baik
3. Siswa 90,2 Sangat Baik
4. Guru 97,4 Sangat Baik
5. Sarana dan prasarana 77,5 Baik
6. Evaluasi 84,6 Sangat Baik
Gambar 3
Distribusi Komponen-Komponen Yang Mempengaruhi Tingkat
Proses Pendidikan Jasmani di SDLB C dan CI
Widya Bhakti SemarangTahun 2005
100
90
80
70
Prosentase
60
50
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6
Faktor Proses Pendidikan Jasmani
proses pendidikan jasmani anak tuna grahita di SDLB C dan CI Widya Bhakti
4.2 Pembahasan
pendidikan jasmani anak tuna grahita di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang
tahun 2005 sebagian besar menunjukkan kriteria sangat baik karena mencapai
92.3 %, dan kriteria baik mencapai 7.7 %, sedangkan yang termasuk dalam
proses pendidikan jasmani anak tuna grahita di SDLB C dan CI Widya Bhakti
Semarang tahun 2005 yang meliputi tujuan pendidikan jasmani, materi pendidikan
jasmani, faktor guru, faktor siswa, sarana prasarana dan faktor evaluasi
tingkat proses pendidikan jasmani anak tuna grahita di SDLB C dan CI Widya
kategori sangat baik. Tujuan dalam pendidikan jasmani di SDLB C dan CI Widya
Bhakti Semarang tahun 2005 telah disesuaikan dengan kondisi anak didik dengan
tetap mengacu pada kurikulum yang ada. Tujuan dari pendidikan jasmani anak
tuna grahita di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang tahun 2005 antara lain
anak serta untuk memacu pertumbuhan jasmani yang ideal dan menghindari
CI Widya Bhakti Semarang tahun 2005 juga telah baik karena telah mencapai
prosentase sebesar 86,5 % dengan kriteria sangat baik. Para guru dalam memilih
materi pendidikan jasmani tidak hanya melihat pada kurikulum, tapi juga melihat
kondisi siswa dan sarana yang ada. Tidak semua materi yang ada dalam
kurikulum dapat disampaikan kepada siswa terutama bagi siswa kelas CI, hal ini
disebabkan karena siswa kelas CI memiliki tingkat IQ yang sangat rendah. Materi
yang diajarkan di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang tahun 2005 dibagi
menjadi 2 yaitu materi untuk melatih kemampuan motorik halus dan melatih
proses pendidikan jasmani para siswa sangat antusias dan bersemangat bila diajar
materi yang bersifat permainan terutama dalam kelas C. Lain halnya dengan kelas
C1 mereka agak sulit diatur dan bertindak semaunya sendiri apabila diajar materi
pendidikan jasmani, hal ini disebabkan oleh latar belakang mental mereka yang
Bhakti Semarang tahun 2005 sudah sangat baik karena telah mencapai 97,4 %.
Tingkat kompetensi guru dapat dilihat dari lamanya guru mengajar, selain itu
semua guru yang mengajar di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang tahun
2005 merupakan lulusan dari Pendidikan Luar Biasa (PLB), jadi mereka lebih
prasarana yang ada di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang tahun 2005 sudah
maupun kecil sudah terpenuhi. Berikut tabel sarana prasarana yang ada di SDLB
Tabel 5
Daftar Sarana Prasarana Olahraga
SDLB C Widya Bhakti Semarang 2005
Keadaan
No Nama Barang Jumlah
Baik Rusak
1. Bola Sepak 3 2 1
2. Bola Basket 2 2 -
3. Raket Bulu Tangkis 6 4 2
4. Net 1 1 -
5. Bed 4 3 1
6. Meja Pimpong 1 1 -
7. Bola Voli 4 2 2
8. Lapangan basket 1 1 -
9. Balok Titian 1 1 -
10. Lapangan Badminton 3 3 -
11. Tangga keseimbangan 1 1 -
12. Tape rekorder 1 1 -
13. Ban Motor 10 9 1
Tabel 6
Daftar Sarana Prasarana Olahraga
SDLB C1 Widya Bhakti Semarang 2005
Keadaan
No Sarana prasarana Jumlah
Baik Rusak
1. Bola Sepak 4 3 1
2. Bola Voli 4 2 2
3. Bola Kasti 2 2 -
4. Bola Basket 1 - 1
5. Bola Tenis 14 14 -
6. Raket Bulu Tangkis 4 - 4
7. Tongkat Kasti 2 2 -
8. Balok Tumpu 1 1 -
9. Papan Peluncur 1 1 -
10. Tangga Keseimbangan 1 1 -
11. Ayunan 1 1 -
12. Ban Motor 14 14 -
13. Tape Rekorder 1 1 -
14. Bed Tenis Meja 1 - 1
4.2.6 Evaluasi
dilakukan oleh guru-guru di SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang tahun 2005
sudah sangat baik karena telah mencapai tingkat 87.5%. Angket untuk mengetahui
tingkat pelaksanaan evaluasi terdiri dari 4 item yaitu tentang pelaksanaan post-tes,
BAB V
5.1. Simpulan
sebagai berikut:
1. Proses pendidikan jasmani anak tuna grahita di SDLB C dan CI Widya Bhakti
Widya Bhakti Semarang tahun 2005 telah sesuai dengan kurikulum dan
keadaan siswa.
Bhakti Semarang tahun 2005 telah sesuai dengan kurikulum yang ada.
4. Siswa kelas C dalam menerima materi pendidikan jasmani sangat antusias dan
bersemangat.
5. Dalam pelajaran pendidikan jasmani anak tuna grahita perlu perhatian dan
SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang tahun 2005 sudah sangat baik,
karena semua gurunya merupakan lulusan dari Pendidikan Luar Biasa (PLB).
5.2. Saran
SDLB C dan CI Widya Bhakti Semarang, maka guru-guru harus lebih kreatif
dan sabar dalam menghadapi anak tuna grahita terutama kelas CI.
Abdul Kadir Ateng. 1992. Asas dan Landasan Pendidikan Jasmani. Jakarta:
Depdikbud
T.I. Sajono. 1988. Mengenal Para Tuna Grahita pada Seminar tentang “Tuna
Grahita dan Lapangan Kerjanya”. Pekalongan: Departemen tenaga
Kerja.
42
42
Lampiran 1
No Nama Guru
1. A.Tuharman
2. Sularni
3. Dra. Sumarsih
4. Drs. Sudarna
5. Hastuti Ekowatini
6. Noor Baetik S.Pd
7. Siput Hidayati
No Nama Guru
8. Utami
9. Sri Wulaning Sayekti
10. Ririn Widiyanti
11. Y. Ida Dwi Astuti
12. Siti Mukayanah
13. Indah Pramugari
43
Lampiran 2
Lampiran 3
ANGKET PENELITIAN
terdapat pada angket dengan maksud sebagai bahan penelitian guna penyusunan skripsi
yang berjudul:
materi, metode, sarana, dan evaluasi proses pendidikan jasmani anak tuna grahita di
Atas kesediaan Bapak/Ibu mengisi angket ini, saya ucapkan banyak terima
kasih.
Peneliti
Teguh Arifianto
NIM. 6101401082
46
ANGKET PENELITIAN
Nama :
NIP :
Guru kelas :
Tanggal pengisian :
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda (V) pada kotak yang tersedia,
sesuai de ngan kenyataan yang ada!
r11
2
rxy
2
∑X
Res
∑X2
Ket.
rtabel
∑XY
R-13
R-12
R-11
R-10
R-09
R-08
R-07
R-06
R-05
R-04
R-03
R-02
R-01
Kode
∑σ b2
Kriteria
2
3
3
3
3
3
3
2
2
3
3
3
2
1
97
35
0.231 valid 0,553 0.73 2,986.00
3
2
3
3
3
3
3
2
1
3
3
3
3
2
99
35
0.954
0.397 valid 0,553 0.74 3,003.00
149.31
10.500
reliabel
2
3
3
3
3
3
3
2
2
3
3
3
3
3
36
0.192 valid 0,553 0.86 3,074.00
102
3
2
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
4
37
0.141 valid 0,553 0.58 3,134.00
107
1
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
2
5
99
35
0.397 valid 0,553 0.60 2,990.00
3
2
3
3
3
3
3
2
1
3
3
3
3
6
99
35
0.397 valid 0,553 0.74 3,003.00
2
2
3
3
3
3
3
3
2
3
3
2
3
7
97
35
0.231 valid 0,553 0.76 2,988.00
2
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
2
3
8
36
0.192 valid 0,553 0.68 3,062.00
102
3
2
3
3
3
3
3
1
2
3
3
3
2
9
94
34
0.423 valid 0,553 0.60 2,908.00
2
3
2
3
3
3
3
2
2
3
3
2
3
92
34
10
36
11
84
32
12
89
33
13
87
33
14
94
34
15
37
16
97
35
17
2
2
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
36
18
74
30
19
91
33
20
84
32
21
94
34
22
36
23
94
34
24
89
33
25
69
29
26
36
27
84
32
28
36
29
99
35
30
72
30
31
86
32
32
149.308
∑Y
3908762.410
∑Y2
4225
5476
7921
9025
9025
8836
8281
4489
3844
8649
8836
6561
7744
53
Lampiran 6
Rumus:
N ∑ XY − (∑ X )(∑ Y )
rxy =
{N ∑ X 2
}{
− (∑ X ) N ∑ Y 2 − (∑ Y )
2 2
}
Hasil angket valid jika rxy > rtabel, dengan n =13, maka rtabel = 0.553, dapat
diketahui hasil rxy dari tiap butir soal adalah sebagai berikut
Lampiran 8
Semarang 2005
n
Prosentase (%) = x 100 %
N
Keterangan:
Skor minimal ideal yang dicapai = jumlah soal x nilai minimal item
= 32 x 1
= 32
Skor maksimal ideal yang dicapai = jumlah soal xnilai maksimal item
= 32 x3
= 96
32
= x100 % = 33 %
96
96
= x100 % = 100 %
96
= 100 % - 33 % = 67 %
Banyaknya kelas/interval =4
Re n tan g
Panjang kelas interval =
Banyaknya kelas
67
= = 16,75
4
= 6 x 13 x 3 = 234
228
%= x 100 % = 97 %
234
= 8 x 13 x 3 = 312
270
%= x 100 % = 86,5 %
312
c. Faktor Siswa
= 5 x 13 x 3 = 195
176
%= x 100 % = 90,2 %
195
d. Faktor Guru
= 5 x 13 x 3 = 195
190
%= x 100 % = 97,4 %
195
e. Sarana Prasarana
= 4 x 13 x 3 = 156
121
%= x 100 % = 77,5 %
156
f. Evaluasi
= 4 x 13 x 3 = 156
132
%= x 100 % = 84,6 %
156
PENENTUN KRITERIA PADA ANALISIS DESKRIPTIF PROSENTASE
Skor maksimal : 32 X 3 = 96
Skor minimal : 32 X 1 = 32
Range : 96 – 32 = 64
Range
Panjang kelas interval :
Banyak kelas
64
= 16
4
Aspek Tujuan
Skor maksimal : 6 X 3 = 18
Range : 18 – 6 = 12
Range
Panjang kelas interval :
Banyak kelas
12
=3
4
Interval skor Interval % skor Kriteria
6≤ Skor ≤ 9 33.33 % ≤ Skor ≤ 50.00 % Kurang
9≤ Skor ≤ 12 50.00 % ≤ Skor ≤ 66.67 % Cukup
12≤ Skor ≤ 15 66.67 % ≤ Skor ≤ 83.33 % Baik
15≤ Skor ≤ 18 83.33 % ≤ Skor ≤ 100 % Sangat Baik
16
=4
4
Interval skor Interval % skor Kriteria
8≤ Skor ≤ 12 33.33 % ≤ Skor ≤ 50.00 % Kurang
12≤ Skor ≤ 16 50.00 % ≤ Skor ≤ 66.67 % Cukup
16≤ Skor ≤ 20 66.67 % ≤ Skor ≤ 83.33 % Baik
20≤ Skor ≤ 24 83.33 % ≤ Skor ≤ 100 % Sangat Baik
Aspek Siswa
Skor maksimal : 5 X 3 = 15
Range : 15 – 5 = 10
Range
Panjang kelas interval :
Banyak kelas
10
= 2 .5
4
Interval skor Interval % skor Kriteria
5≤ Skor ≤ 7.5 33.33 % ≤ Skor ≤ 50.00 % Kurang
7.5≤ Skor ≤ 10 50.00 % ≤ Skor ≤ 66.67 % Cukup
10≤ Skor ≤ 12.5 66.67 % ≤ Skor ≤ 83.33 % Baik
12.5≤ Skor ≤ 15 83.33 % ≤ Skor ≤ 100 % Sangat Baik
Skor maksimal : 5 X 3 = 15
Range : 15 – 5 = 10
Range
Panjang kelas interval :
Banyak kelas
10
= 2 .5
4
Skor maksimal : 4X 3 = 12
Range : 12 – 4 = 8
Range
Panjang kelas interval :
Banyak kelas
8
=2
4
Aspek Evaluasi
Skor maksimal : 4X 3 = 12
Range : 12 – 4 = 8
Range
Panjang kelas interval :
Banyak kelas
8
=2
4
Lampiran 5
N ∑ XY − (∑ X )(∑ Y )
Rumus: rxy =
{N ∑ X 2
}{
− (∑ X ) N ∑ Y 2 − (∑ Y )
2 2
}
Kriteria
Perhitungan
Berikut ini contoh perhitungan validitas angket pada butir no.1
No Kode X Y X2 Y2 XY
1 UC-01 2 88 4 7744 176
2 UC-02 3 81 9 6561 243
3 UC- 03 3 94 9 8836 282
4 UC-04 3 93 9 8649 279
5 UC-05 2 62 4 3844 124
6 UC-06 2 69 4 4761 138
7 UC-07 3 91 9 8281 273
8 UC-08 3 94 9 8836 282
9 UC-09 3 95 9 9025 285
10 UC-10 3 95 9 9025 285
11 UC-11 3 89 9 7921 267
12 UC-12 3 74 9 5476 222
13 UC-13 2 65 4 4225 130
∑ 35 1090 97 92912 2986
52
13 (2986) − (35)(1090)
rxy =
{13(97) − (35) }{13(92912) − (1090) }
2 2
38818 − 38150
=
(1261 − 1225)(1207856 − 1188100)
668 668
= =
(36)(19756) 711216
668
= = 0.79
843
Rumus:
⎛ k ⎞⎛ ∑ ab ⎞
2
r11 = ⎜ ⎟⎜⎜1 2 ⎟
⎟
⎝ k − 1 ⎠⎝ at ⎠
Kriteria
Perhitungan:
1. Varians total
(∑ Y ) 2
∑Y 2
−
N
σ 2
t =
N
53
92912 −
(1090)2
σ 2t = 13 = 116.89
13
2. Varians Butir
(∑ X ) 2
∑X 2
−
N
σ 2
b =
N
97 −
(35)
2
σ 2 b1 = 13 = 0.231
13
99 −
(35)2
σ 2b2 = 13 = 0.397
13
sampai dengan
86 −
(32)
2
σ 2 b 32 = 13 = 0.603
13
∑σ2b = 0.231+0.397+….+0.603
= 10500
3. Koefisien Reliabilitas
⎛ 32 ⎞⎛ 10500 ⎞
r11 = ⎜ ⎟⎜1 − ⎟
⎝ 32 − 1 ⎠⎝ 116.89 ⎠
= 0.954
Karena r11> rtabel, maka dapat disimpulkan bahwa angket tersebut reliabel.
62
Lampiran 11