Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
Oleh:
NIM : 2101401028
2005
PERSETUJUAN PEMBIMBING
i
SARI
Arief, Zaenal. 2005. Peningkatan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas X-4 SMA
Negeri I Jepara melalui Diskusi dengan Pendekatan Kontekstual Fokus
Pemodelan. Skripsi. Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas
Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Drs.
Subyantoro, M. Hum, Pembimbing II: Tommi Yuniawan, S. Pd., M. Hum.
Kata Kunci: keterampilan berbicara, diskusi, pendekatan kontekstual fokus
pemodelan.
Pada umumnya, dalam situasi resmi siswa SMA masih mengalami kesulitan
untuk menyampaikan gagasan, pikiran, pertanyaan dan sebagainya menggunakan
ragam bahasa lisan dengan baik dan benar. Hal ini juga dialami oleh sebagian
besar siswa SMA Negeri I Jepara. Hal tersebut disinyalir karena rendahnya
kreativitas guru dalam menentukan teknik pembelajaran keterampilan berbicara
kepada siswa. Rasa kurang percaya diri, gugup ataupun grogi senantiasa
melingkupi diri siswa setiap pembelajaran berlangsung. Fenomena seperti ini
merupakan permasalahan yang perlu segera ditemukan alternatif-alternatif
pemecahannya. Dengan demikian, pembelajaran keterampilan berbicara
merupakan suatu sarana yang dapat digunakan siswa untuk mengembangkan
potensi berbicara seluas-luasnya. Salah satu upaya yang dapat dijadikan alternatif
pemecahan masalah tersebut adalah dengan menerapkan pembelajaran
keterampilan berbicara melalui diskusi dengan pendekatan kontekstual fokus
pemodelan.
Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang diungkap dalam penelitian ini
adalah 1) seberapa besar peningkatan keterampilan berbicara siswa setelah
mengikuti pembelajaran berbicara dengan pendekatan kontekstual fokus
pemodelan, dan 2) bagaimana perubahan perilaku siswa setelah mengikuti
pembelajaran keterampilan berbicara dengan pendekatan kontekstual fokus
pemodelan. Tujuan penelitian ini yaitu 1) mengetahui peningkatan keterampilan
berbicara siswa setelah mengikuti pembelajaran keterampilan berbicara dengan
pendekatan kontekstual fokus pemodelan, dan 2) mengetahui perubahan perilaku
siswa setelah mengikuti pembelajaran keterampilan berbicara dengan pendekatan
kontekstual fokus pemodelan.
Penelitian ini merupakan penelitian yang berbasis kelas. Dengan demikian,
metode yang digunakan adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
meliputi dua siklus. Tiap-tiap siklus dilakukan secara berdaur yang terdiri atas
empat tahap, yaitu 1) perencanaan, 2) tindakan, 3) pengamatan, dan 4) refleksi.
Data penelitian diambil melalui tes dan nontes. Alat pengambilan data tes yang
digunakan berupa instrumen tes perbuatan yang berisi aspek-aspek kriteria
penilaian keterampilan berbicara berupa penilaian keterampilan berbicara melalui
diskusi. Alat pengambilan data nontes yang digunakan berupa pedoman observasi,
wawancara, jurnal, dokumentasi foto, rekaman pita, rekaman video, dan
sosiometri. Selanjutnya, data dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif.
Berdasarkan analisis data penelitian, disimpulkan bahwa melalui pendekatan
kontesktual fokus pemodelan (modeling), keterampilan berbicara siswa meningkat
ii
sebesar sebesar 7,8%. Pada siklus I, nilai rata-rata yang diperoleh siswa sebesar
73,4%, sedangkan pada siklus II, hasil yang dicapai sebesar 81,2%. Perilaku yang
ditunjukkan siswa pun berubah setelah diberikan tindakan. Siswa lebih antusias
mengikuti pembelajaran, bekerja sama dengan baik dalam kelompoknya, tidak
gugup atau grogi dan semakin percaya diri ketika berbicara di depan kelas.
Selanjutnya, dari hasil penelitian tersebut, saran yang dapat direkomendasikan
antara lain 1) para guru Bahasa dan Sastra Indonesia hendaknya kreatif dalam
menentukan pendekatan dalam pembelajaran keterampilan berbicara siswa agar
siswa tidak merasa jenuh dengan pembelajaran yang dihadapi, 2) para guru
Bahasa dan Sastra Indonesia dapat menggunakan teknik diskusi dengan
pendekatan kontekstual fokus pemodelan untuk membelajarkan keterampilan
berbicara, 3) para guru bidang studi lain dapat mengadaptasi teknik pembelajaran
ini dalam membelajarkan mata pelajaran kepada siswa, dan 4) para pakar atau
praktisi bidang pendidikan bahasa dapat melakukan penelitian serupa dengan
teknik pembelajaran yang berbeda, sehingga didapatkan berbagai alternatif teknik
pembelajaran keterampilan berbicara siswa.
iii
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil
karya saya sendiri bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian atau
seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini
Zaenal Arief
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Hari : Senin
Panitia Ujian
Ketua, Sekretaris,
Penguji I,
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
2. Siamo Tutti Fratelli/ Kita semua saudara (International Committe of The Red
Cross)
vi
PRAKATA
Puji syukur tiada terhingga ke hadirat Allah SWT, atas segala limpahan
nikmat dan karunia yang diberikan kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat
siswa, sekaligus menciptakan model dalam pembelajaran yang bisa ditiru/ diamati
siswa meskipun sederhana. Ilham tersebut penulis wujudkan dalam bentuk upaya
berbasis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di kelas X-4 SMA Negeri I Jepara,
pihak, penulisan skripsi ini tidak akan pernah terwujud. Oleh karena itu, dengan
kerendahan hati, ucapan terima kasih yang tulus penulis sampaikan kepada:
1. Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Dekan Fakultas Bahasa dan Seni,
penelitian ini,
vii
keikhlasan, dan kebijaksanaan memberikan bimbingan, arahan dan masukan
kepada penulis,
3. Ibu dan Bapak dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah
4. Drs. Sugeng Hidayat, M.M., Kepala SMA Negeri I Jepara, yang telah
5. Bambang Wisaksono, S. Pd, Kepala Tata Usaha SMA Negeri I Jepara, atas
6. Udik Agus DW., S. Pd, guru bahasa Indonesia-ku, atas motivasi dan
kerelaannya untuk penulis ajak diskusi, bertukar pikiran serta berkeluh kesah
hingga larut malam. Tak terhitung lagi apa yang kauberi. Bagaimana aku
8. Om Nur Subkhi, atas ilmu dan pinjaman fasilitas komputernya untuk mengetik
skripsi ini,
9. M. Juli Fitriyadi atas pengambilan gambar dan editing untuk model diskusi
yang peneliti buat, Katin "Aulia Yasmin Furniture" atas kameranya, Via,
Yayan, Susilo, Adhisty, Gunawan, Nopiyan, dan anak-anak PMR Wira SMA
10. Teman-teman PBSI angkatan 2001 atas segala informasi, bantuan, dukungan
viii
11. Teman-teman kos "Plat-K Community". Bersama mereka aku jadi tahu jalan
Semoga karya sederhana ini bermanfaat bagi para pembaca. Akhirnya, seperti
pepatah katakan, "Tak ada gading yang tak retak", skripsi ini pun masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca
Zaenal Arief
ix
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING....................................................................... i
SARI.................................................................................................................... ii
PERNYATAAN.................................................................................................. iv
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. v
PRAKATA.......................................................................................................... vii
DAFTAR ISI....................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Pendahuluan .................................................................................................. 1
1. Manfaat Praktis....................................................................................... 11
2. Manfaat Teoretis..................................................................................... 11
A. Kajian Pustaka............................................................................................... 12
B. Landasan Teoretis
x
2. Pembelajaran Keterampilan Berbicara.................................................... 19
d. Diskusi ............................................................................................. 23
3. Pendekatan Kontekstual.......................................................................... 36
4. Pemodelan ............................................................................................... 37
C. Kerangka Berpikir......................................................................................... 38
A. Subjek Penelitian........................................................................................... 40
a. Tes Perbuatan.................................................................................... 42
b. Nontes ............................................................................................... 45
xi
b. Instrumen Nontes .............................................................................. 54
E. Desain Penelitian........................................................................................... 55
b. Hasil Nontes..................................................................................... 86
B. Pembahasan................................................................................................... 145
B. Saran.............................................................................................................. 160
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
sikap yang positif terhadap bahasa Indonesia. Sikap positif yang dapat
orang lain (Depdiknas 2004:5). Isi hati tersebut dapat berupa gagasan, pikiran,
mengemukakan bahwa ada dua cara komunikasi, yaitu komunikasi verbal dan
dibagi menjadi dua, yaitu komunikasi lisan dan komunikasi tulisan (Yuniawan
1
2
ragam bahasa lisan daripada ragam bahasa tulis. Kegiatan berbahasa lisan
disebut berbicara.
membaca, dan keterampilan menulis (Nida dan Haris dalam Tarigan 1990:1)
merupakan hal yang sangat penting, baik pada waktu sekarang maupun waktu
mendatang.
bunyi bahasa itu tidak lain adalah berbicara. Untuk dapat berbicara dengan
orang lain dengan baik. Selain betapa pentingnya keterampilan berbicara bagi
dasar hingga SMA. Namun, pada umumnya dalam situasi resmi siswa SMA
dan sebagainya menggunakan ragam bahasa lisan dengan baik dan benar. Hal
ini juga dialami oleh sebagian besar siswa SMA Negeri I Jepara, khususnya
Setidaknya hal ini dapat dijadikan contoh bagi para siswa dalam kegiatan
berbicara dalam suasana formal. Namun, para siswa masih saja mengalami
sebagainya dalam situasi formal dengan baik dan benar. Kesulitan yang
menjumpai bahwa dari jumlah sekitar 40 siswa di setiap kelas hanya beberapa
diantara mereka yang berani bertanya kepada guru, mengajukan pendapat dan
lain sebagainya pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Ada siswa
yang tidak berani berbicara. Ada siswa yang berani berbicara dengan
menggunakan ragam resmi tapi struktur kalimatnya kurang baik. Ada juga
siswa yang lancar berbicara tapi menggunakan ragam bahasa nonformal, dan
ada juga siswa yang mampu mengungkapkan gagasannya secara runtut tapi
struktur bahasa yang digunakan kurang baik. Dari hal itu terlihat bahwa siswa
digunakan siswa yang dapat dijadikan contoh antara lain, "Pak, gimana kalau
narasumber dari berbagai kalangan, "Pak, boleh nggak, Pak, kalau kita
Tidak hanya penulis saja, guru pengampu mata pelajaran lain pun
Hubungan antara siswa dengan guru maupun staf tata usaha di luar
menggunakan bahasa Indonesia dengan benar. Sebagai contoh, pada saat guru
Umumnya mereka berkata, "Kelas saya kosong. Ada tugas nggak, Pak / Bu?"
Begitu juga ketika siswa berhubungan dengan staf tata usaha pada saat
membayar iuran sekolah atau meminta sesuatu, "Pak / Bu, minta spidolnya.
formal menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, penulis tertarik
situasi formal. Pemakaian bahasa Indonesia dengan baik dan benar merupakan
salah satu cara yang dapat dilakukan untuk pelestarian bahasa Indonesia.
Selain itu, pemakaian bahasa Indonesia dengan baik dan benar merupakan
yang secara langsung dapat mengarahkan siswa untuk berlatih berbicara dalam
suasana resmi atau formal. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk
siswa atau dunia remaja, sehingga siswa lebih menguasai materi yang
pembelajaran yang bisa diamati/ ditiru siswa untuk berbicara dalam ragam
didiskusikan dan siswa dapat meniru/ mengamati model yang diberikan untuk
tanya jawab dengan beberapa siswa kelas X di luar jam pelajaran dan ketika
7
antara lain:
Indonesia itu pun terbatas hanya ketika siswa berhubungan dengan guru
saja pada saat pelajaran berlangsung atau pada saat mengikuti kegiatan
sekolah di luar jam pelajaran. Bahasa Indonesia yang mereka gunakan itu
siswa, apakah ragam yang siswa pakai sudah benar atau belum. Umumnya
seminggu lagi. Tambahin dong, Pak." Dari hal ini, dalam suasana formal
dalam ragam formal. Hanya beberapa siswa saja yang memiliki kegiatan di
Indonesia dalam ragam formal. Siswa tersebut adalah siswa yang juga
siswa dalam berbicara dengan menggunakan ragam formal, yakni para siswa
dalam proses belajar mengajar, dan tidak adanya/ keengganan siswa mengikuti
kegiatan di luar jam pelajaran yang dapat dijadikan siswa untuk melatih
keterampilan berbicaranya. Untuk mengatasi hal itu, salah satu cara yang
sekolah.
9
lain, faktor dari siswa itu sendiri, dukungan orang tua dan masyarakat,
Dari berbagai faktor tersebut, faktor gurulah yang memegang peranan penting,
keterampilan berbicara dalam suasana resmi yang dapat dilakukan siswa. Dari
C. Rumusan Masalah
berikut.
fokus pemodelan?
fokus pemodelan?
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
2. Manfaat Teoretis
bagi para peneliti lain untuk mengadakan penelitian sejenis dalam rangka
A. Kajian Pustaka
(2000), Paiman (2001), Hidayah (2002), Riastuti (2003), dan Larasati (2004).
SLTPN 8 Pati. Dari hasil penelitian ini diperoleh simpulan bahwa teknik
12
13
Pemberian Penguatan dan Penggunaan Media Audio pada Siswa Kelas III
positif yang ditunjukkan adalah keaktifan dan antusias siswa dalam mengikuti
bagi guru bahasa dan sastra Indonesia untuk memilih teknik pembelajaran
keterampilan berbicara.
I dan siklus II sebesar 9,15 dan terbukti bahwa teknik reka cerita gambar dapat
pembelajaran. Ada yang menarik dari penelitian ini, yakni subjek penelitian
ini adalah siswa Sekolah Dasar yang selama ini jarang digunakan oleh para
Perilaku tersebut adalah siswa semakin aktif dan antusias dalam belajar, berani
siswa. Para peneliti telah menggunakan teknik maupun media yang bervariasi
pemodelan.
16
seputar dunia siswa atau dunia remaja yang ditemukan dari majalah Graffity,
B. Landasan Teoretis
porsi yang seimbang dan dilaksanakan secara terpadu dalam satu tema.
disajikan terpisah dari konteks. Tema itu sendiri dapat dijabarkan ke dalam
Berbicara
Sastra Membaca
(Hartono 2003 : 10)
ini, maka setiap orang dituntut untuk dapat berbicara dengan baik
pendidikan di sekolah.
hayat yang dibakukan dan harus dicapai oleh peserta didik melalui
atau kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan dalam suatu mata
ini terrinci lagi ke dalam lima kompetensi dasar yang harus dikuasai
dukungan.
23
masalah seputar dunia siswa atau dunia remaja yang mereka peroleh
d. Diskusi
bentuk bertukar pikiran yang teratur dan terarah, baik dalam kelompok
siswa berpikir secara kritis dan kreatif, berpikir secara logis dan
tata tertib dan aturan main diskusi, (c) memberi kesempatan kepada
semua peserta diskusi, (d) menjaga agar minat peserta tetap besar,
hasil diskusi.
4) Peserta Diskusi
dengan lancar, jelas, dan tegas, (d) meminta penjelasan lebih lanjut
apabila terdapat hal-hal yang tidak jelas atau kurang jelas, (e)
sendiri, (f) bertindak sopan dan bijaksana dalam diskusi, dan (g)
dengan baik. Suasana diskusi yang hangat, terbuka dan tanpa tekanan
diskusi.
27
diskusi ini tidak ada moderator yang mengatur lalu lintas pembicaraan
dan tidak ada sekretaris yang mencatat pembicaraan. Peran guru sangat
para siswa terhadap masalah yang dibahas sehinga semua siswa dapat
formal ini telah ditetapkan format atau bentuk diskusi tertentu dengan
sebagai berikut.
28
1) Diskusi Kelompok
2) Diskusi Panel
diskusi harus mampu mengatur lalu lintas diskusi agar tidak ada
3) Dialog
4) Seminar
(Syafi’ie 1993:40-41)
teman sekelas.
bahasa) dengan jelas dan tepat. Pengucapan bunyi bahasa yang kurang
1) Faktor Kebahasaan
a) Ketepatan Ucapan
2) Faktor Nonkebahasaan
e) Kenyaringan Suara
f) Kelancaran
g) Relevansi / Penalaran
h) Penguasaan Topik
3. Pendekatan Kontekstual
(Depdiknas 2002:1).
4. Pemodelan
UNNES 2003:3).
2002:17). Model yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah model
kenakalan remaja/ siswa. Model tersebut dapat diamati/ ditiru siswa untuk
C. Kerangka Berpikir
dengan dunia siswa atau dunia remaja, sehingga siswa lebih menguasai materi
pembelajaran yang bisa diamati/ ditiru siswa untuk berbicara dalam ragam
didiskusikan dan siswa dapat meniru/ mengamati model yang diberikan untuk
melatih siswa berpikir secara kritis dan kreatif, berpikir secara logis dan
bahasa yang baik dan benar secara lisan. Dengan berdiskusi para siswa dapat
menyatakan setuju atau menolak pendapat orang lain dengan cara yang baik.
pengalaman yang lebih luas dan beraneka ragam, karena pengetahuan yang
mendengarkan penjelasan guru. Melalui diskusi kita pun dapat belajar cara
D. Hipotesis Tindakan
keterampilan berbicara ragam formal siswa kelas X SMA Negeri I Jepara, dan
fokus pemodelan.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Subjek Penelitian
SMA Negeri I Jepara tahun ajaran 2004/2005. Kelas ini merupakan salah satu
kelas dari 10 kelas di tingkat kelas X (kelas X-1 sampai kelas X-10). Peneliti
sebenarnya,
B. Variabel Penelitian
berbicara siswa dalam situasi formal melalui diskusi kelas, yakni ketika
40
41
adalah model yang bisa diamati/ ditiru siswa dalam berbicara dengan
C. Parameter Penelitian
siklus II. Nilai yang diperoleh siswa pada siklus II lebih tinggi daripada nilai
yang diperoleh siswa pada siklus I. Antara siklus I dan siklus II peneliti
D. Instrumen Penelitian
sebagai berikut.
1. Bentuk Instrumen
a. Tes Perbuatan
dan sesama guru Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA Negeri I Jepara.
aspeknya ditentukan sama, yaitu 0, 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45, 50,
43
55, 60, 65, 70, 75, 80, 85, 90, 95, dan 100. Pengkategorian tersebut
meliputi gagal, kurang, cukup, baik, dan sangat baik. Kategori gagal
apabila skor yag didapatkan antara 0 – 39, kategori kurang jika skor
skor antara 75 – 84, dan kategori sangat baik jika skor yang didapatkan
Adapun gambaran kriteria nilai dan kategori tiap aspek sebagai alat
Keterangan:
1. = ketepatan ucapan,
2. = penempatan tekanan,
3. = penempatan jeda,
4. = intonasi,
5. = pilihan kata (diksi),
6. = pemakaian kalimat
7. = sikap, gerak-gerik dan mimik yang wajar,
8. = volume suara,
9. = pandangan mata,
10. = penguasaan topik,
11. = kelancaran,
NRt = Nilai Rata-rata/ nilai akhir siswa,
K = Kategori, dan
R = Ranking / Peringkat.
b. Nontes
2) Pedoman Wawancara
adalah:
disajikan,
didiskusikan,
kelompok,
memberikan penilaian,
dan
siswa.
49
pembelajaran yaitu:
diterangkan guru,
kelompok,
dalam pembelajaran,
dalam pembelajaran,
akan didiskusikan,
mengenai:
50
atau tidak),
melalui diskusi,
4) Dokumentasi Foto
bukti analisis penelitian pada setiap siklus. Selain itu, data yang
5) Rekaman Pita
siswa. Selain itu, data penelitian melalui rekaman pita ini juga
6) Rekaman Video
2. Uji Instrumen
nontes.
siswa.
b. Instrumen Nontes
April 2005 dan konsultasi dengan guru Bahasa dan Sastra Indonesia di
SMA Negeri I Jepara yang dapat diajak bertukar pikiran, pada tanggal
E. Desain Penelitian
dua siklus. Tiap siklus terdiri atas empat tahap, yaitu 1) perencanaan, 2)
pada siklus I merupakan permasalahan yang harus dipecahkan pada siklus II.
1. Perencanaan 1. Perencanaan
3. Pengamatan 3. Pengamatan
a. Perencanaan
dilaksanakan
b. Tindakan
Pada tahap ini dilakukan tindakan seperti yang telah disusun dalam
masalah yang ditemukan dari berbagai berita, artikel, atau buku. Pada
siswa agar diskusi ini berlangsung dengan baik dan semua siswa
diskusi.
proses dan hasil belajar pada hari itu. Guru memberikan kesempatan
d. Refleksi
II.
a. Perencanaan
b. Tindakan
tiap kelompok
selama 15 menit.
63
selama 15 menit.
baik daripada siklus I dan semua siswa terlibat, karena akan diberi
64
mengikuti pelajaran).
d. Refleksi
mengikuti pembelajaran
ataupun memberikan pendapat pada diskusi itu. Hasil terbaik yang diperoleh
tanda cek (√) pada setiap aspek yang diamati sesuai dengan kategori (keadaan
Wawancara tidak dilakukan kepada semua siswa, tetapi dilakukan kepada tiga
orang siswa yang mendapatkan nilai tertinggi dan tiga orang siswa yang
Ada dua model jurnal guru yang disusun dalam penelitian ini, yakni jurnal
dalam pembelajaran disusun dengan cara memberi tanda cek (√) pada setiap
68
aspek, apakah aspek itu dilakukan atau tidak dan pada menit keberapa aspek
itu dilakukan. Selanjutnya, jurnal untuk guru mengetahui kegiatan atau sikap
setiap siklus.
ini akan memperkuat analisis penelitian pada setiap siklus. Selain itu, data
yang diambil melalui dokumentasi foto ini juga memperjelas data yang lain
semua aktivitas berbicara siswa akan terrekam dalam rekaman pita ini.
siswa. Selain itu, data penelitian melalui rekaman pita ini juga dapat
Hasil rekaman pita dapat peneliti putar kembali untuk memberikan penguatan
serta presentasi hasil diskusi itu oleh kelompok yang mendapatkan undian,
video ini akan memberikan data yang lebih lengkap. Aktivitas siswa selama
dengan jelas melalui rekaman video ini. Tidak hanya aspek-aspek kebahasaan
saja, aspek nonkebahasaan yang tidak dapat terrekam melalui rekaman pita
seperti sikap, gerak-gerik dan mimik yang wajar, serta pandangan mata dapat
terrekam melalui rekaman audio visual ini. Rekaman video ini dapat peneliti
melalui diskusi.
1. Teknik Kuantitatif
yang dilakukan pada setiap siklus. Nilai masing-masing siswa pada setiap
N=
∑ SS x100%
11
Keterangan:
tersebut termasuk dalam kategori kurang, cukup, baik atau sangat baik.
Hasil yang diperoleh siswa pada siklus I dibandingkan dengan hasil yang
berbicara siswa.
diperoleh siswa satu kelas dalam siklus I dan siklus II. Nilai yang
71
N=
∑ SK x100%
n
Keterangan:
2. Teknik Kualitatif
data observasi atau pengamatan, data hasil wawancara, data jurnal, data
dokumentasi foto, data rekaman pita, data rekaman video, dan data
ketika berbicara melalui diskusi. Dari data wawancara ini guru dapat
72
analisis penelitian pada setiap siklus. Selain itu, data yang diambil melalui
dokumentasi foto ini juga memperjelas data yang lain yang hanya
terdeskripsikan melalui tulisan atau angka. Dari data ini guru dapat
yang dilakukan siswa. Selain itu, data penelitian melalui rekaman pita ini
berbicara siswa. Hasil rekaman pita dapat peneliti putar kembali untuk
berbicara melalui diskusi. Hasil rekaman pita ini dapat digunakan untuk
Rekaman video ini juga akan memberikan data yang lebih lengkap
terrekam dengan jelas melalui rekaman audio visual ini. Tidak hanya
73
seperti sikap, gerak-gerik dan mimik yang wajar, serta pandangan mata
dapat terrekam melalui rekaman audio visual ini. Rekaman audio visual ini
keterampilan berbicara siswa melalui diskusi. Dari data rekaman video ini,
efektif.
A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian yang diuraikan meliputi hasil tes dan nontes, baik pada
siklus I maupun siklus II. Hasil penelitian yang berupa tes keterampilan
nontes disajikan dalam bentuk deskripsi data kualitatif. Sistem penyajian data
hasil tes kemampuan berbicara yang berupa angka ini disajikan dalam bentuk
tabel, kemudian diuraikan analisis atau tafsiran makna dari laporan tabel
kalimat secara deskriptif. Data nontes yang dipaparkan pada siklus I meliputi
observasi siswa), dan rekaman video yang dilampirkan dalam bentuk VCD.
a. Hasil Tes
siswa dan peningkatan keterampilan berbicara siswa. Dari hasil tes ini
ini dilakukan dengan cara meminta setiap kelompok tampil di depan kelas
74
75
berbicara. Secara umum, hasil tes keterampilan berbicara pada siklus I ini
sembilan siswa mencapai nilai total 2863 dengan nilai rata-rata 73,4 dalam
kategori cukup. Perolehan nilai rata-rata siswa dalam kategori cukup ini
disebabkan oleh kondisi fisik dan mental siswa yang telah lelah mengikuti
dengan guru mata pelajaran lain di kelas itu, berdasarkan kurikulum 2004
akhir semester ini hampir semua guru memberikan tugas, baik individu
keterampilan berbicara melalui diskusi ini masih dirasakan baru oleh siswa
76
sehingga pola pembelajaran ini merupakan proses awal bagi siswa untuk
menyesuaikan diri dalam belajar. Pada siklus I ini siswa masih merasa
gugup, menggunakan intonasi seperti orang membaca, dan ada pula yang
Adapun hasil perolehan tiap-tiap aspek secara rinci dapat dilihat pada
dalam melafalkan bunyi-bunyi bahasa sudah baik. Hal ini ditandai dengan
perolehan nilai rata-rata kelas sebesar 75,5. Sebanyak 7 siswa atau 18%
memperoleh nilai >84 dalam kategori sangat baik. Pelafalan siswa sudah
baik karena rata-rata mereka tidak memiliki gangguan alat ucap yang
77
dalam kategori cukup satu di antaranya agak memiliki gangguan alat ucap
siswa lainnya disebabkan oleh tempo berbicara yang cepat, sehingga ada
ini tidak ada satu pun siswa yang memperoleh nilai <65 atau kurang dan
tekanan pada kata-kata atau kalimat yang penting. Untuk siklus berikutnya
penempatan jeda pada siklus I ini dapat dilihat pada tabel 7 berikut.
seorang siswa memperoleh nilai >84 dalam kategori sangat baik. Rata-rata
siswa yang memperoleh nilai dalam kategori cukup kurang tepat dalam
berbicara melalui diskusi cukup yang ditandai dengan perolehan nilai rata-
rata 72,2. Seorang siswa atau 3% memperoleh nilai >84 dalam kategori
cukup. Hanya ada seorang siswa atau 3% yang memperoleh nilai <65
Hasil tes keterampilan berbicara aspek pilihan kata dapat dilihat pada
siswa mencapai nilai total 2895 dengan nilai rata-rata 74,2 dalam kategori
nilai >84 dalam kategori sangat baik. Namun, ada 9 siswa atau 23% yang
nggak atau gimana, dan neko-neko. Untuk siklus berikutnya siswa perlu
Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar merupakan salah satu
siswa dalam berbicara melalui diskusi pada siklus I ini termasuk dalam
kategori cukup yang ditandai dengan perolehan nilai rata-rata sebesar 74,2.
kategori baik, dan seorang siswa atau 3% memperoleh nilai > 84 dalam
oleh pilihan kata yang digunakan siswa ketika berbicara. Jika pilihan kata
yang dipakai siswa baku, maka kalimatnya juga baku. Sebaliknya, jika
kata-kata yang digunakan tidak baku, maka kalimatnya juga tidak baku.
Namun, tidak hanya itu saja yang peneliti jadikan acuan dalam
yang wajar
mimik yang wajar secara rinci dapat dilihat pada tabel 11 berikut ini.
dan mimik yang wajar ketika berbicara melalui diskusi termasuk dalam
kategori cukup yang ditandai dengan perolehan nilai total sebesar 2790
dengan nilai rata-rata 71,5. Sebagian besar siswa, 22 siswa atau 56%,
memperoleh nilai >84 dalam kategori sangat baik. Pada aspek sikap,
gerak-gerik, dan mimik yang wajar ini ada 2 siswa atau 6% yang
suara (sound system). Hal ini peneliti maksudkan agar siswa terbiasa
masih tetap terdengar perbedaan siswa yang volume suaranya keras atau
volume suara secara rinci dapat dilihat pada tabel 12 berikut ini.
ketika berbicara melalui diskusi sudah baik. Hal ini ditandai dengan
perolehan nilai total yang dicapai sebesar 2940 dengan nilai rata-rata 75,4.
dalam kategori cukup. Dalam diskusi ini peneliti tidak menemukan siswa
yang menjauhkan mikrofon dari mulut ketika berbicara. Kondisi ini perlu
siswa ketika berbicara dalam diskusi berada dalam kategori cukup. Hal ini
ditandai dengan perolehan nilai total siswa sebesar 2845 dengan nilai rata-
rata 72,9 dalam kategori cukup. Pada aspek pandangan mata ini, 2 siswa
atau 6% memperoleh nilai <65 dalam kategori kurang, 20 siswa atau 50%
mata siswa ketika berbicara hanya diarahkan pada satu arah tertentu saja,
topik siswa berada dalam kategori baik. Hal ini ditunjukkan dengan
perolehan nilai total siswa sebesar 2950 dengan nilai rata-rata 75,6.
atau 66% memperoleh nilai 75 – 84 dalam kategori baik, dan 5 siswa atau
13% memperoleh nilai >84 dalam kategori sangat baik. Penguasaan topik
ini penulis dapatkan dari isi pembicaraan siswa selama diskusi. Rata-rata
begitu disenangi. Selain itu, siswa tersebut juga tidak ikut bekerja sama
dalam berbicara melalui diskusi sudah baik. Hal ini ditandai dengan
perolehan nilai total yang dicapai sebesar 2945 dengan nilai rata-rata 75,5.
Sebanyak 4 siswa atau 10% memperoleh nilai >84 dalam kategori sangat
b. Hasil Nontes
Pada siklus I ini data penelitian nontes didapatkan dari hasil observasi,
1) Hasil Observasi
kelompok ini.
berkaitan dengan cara berbicara yang baik dalam diskusi. Adapun hal-
siswa yang berkata, "O… o… o…", dan bahkan ada pula yang berkata,
"Andi, Pak, pacaran terus". Hal ini menunjukkan bahwa siswa senang
yang diterimanya. Namun, ada juga siswa yang tidak ikut bekerja
dapat menguasai materi yang peneliti berikan. Hal ini terlihat dari isi
90
kurang percaya diri dan grogi ketika berbicara di depan kelas sehingga
melaksanakan diskusi dari awal hingga akhir. Siswa sudah tahu apa
yang harus mereka lakukan sesuai dengan peran dan tugasnya masing-
berbicara sendiri.
dicapai siswa sudah baik dan siswa masih antusias dalam mengikuti
sebagian besar siswa yang peneliti ajar. Sebagian besar wajah mereka
ini dirasakan sebagai hal baru bagi siswa, dan pembelajaran ini dapat
dan tanya-jawab dengan guru mata pelajaran lain di kelas itu, sesuai
2) Hasil Wawancara
melalui diskusi. Dari hasil wawancara itu diketahui pula bahwa model
dengan baik dalam diskusi. Bahkan ada siswa yang mengatakan bahwa
namun model tersebut dapat dijadikan pelajaran dan acuan bagi siswa
ada beberapa kelompok yang anggotanya terdiri atas siswa yang pintar
dan ada kelompok yang anggotanya terdiri atas siswa yang kurang
tersebut, siswa mengatakan akan berusaha agar tidak gugup lagi pada
3) Hasil Jurnal
Jurnal yang digunakan dalam penelitian ini adalah jurnal guru dan
jurnal siswa. Jurnal guru terdiri atas dua buah jurnal. Jurnal yang
a) Jurnal Guru
Jurnal guru yang akan diuraikan pada bagian ini adalah jurnal guru
diskusi.
mereka temukan dari tayangan itu. Namun, ada juga siswa yang
sangat baik. Hal ini diketahui dari reaksi yang ditunjukkan siswa.
o… o…" dan ada juga yang berkata, "Andi, Pak, pacaran terus". Hal
memperhatikan dengan baik dan ada juga siswa yang berbicara sendiri
pembelajaran.
b) Jurnal Siswa
pertanyaan berisi kesan siswa dalam hal 1) model yang diberikan guru
menyela.
sudah baik, namun ada beberapa siswa yang tidak ikut bekerja dalam
besar siswa merasa grogi dan kurang percaya diri ketika berbicara
ketuntasan belajarnya.
dengan yang peneliti minta dan ada pula siswa yang berbicara sendiri,
yang dapat ditiru untuk berbicara dalam diskusi telah peneliti sarankan
berikut ini.
ada juga siswa yang tidak ikut bekerja dalam mendiskusikan masalah
yang diterima dengan hanya diam atau berbicara dengan teman dari
sendiri ketika anggota yang lain berbicara dan ada yang melihat-lihat
yang tidak tampil pun ada yang memperhatikan dengan baik dan ada
tampil, sehingga kalau ada hal-hal yang belum jelas dapat digunakan
106
5) Rekaman Pita
Hal ini ditandai dengan perolehan nilai rata-rata kelas sebesar 75,5
pendengar/ peserta.
108
mendengarnya.
pilihan kata yang dipakai siswa dalam berbicara berada dalam kategori
kata-kata dalam ragam santai dan kata-kata dari bahasa Jawa ketika
Indonesia yang baik dan benar merupakan salah satu wujud kecintaan
siswa ketika berbicara. Jika pilihan kata yang dipakai siswa baku,
tidak baku, maka kalimatnya juga tidak baku. Namun, tidak hanya itu
disampaikan pembicara.
suara siswa ketika berbicara melalui diskusi sudah baik, yang ditandai
nilai rata-rata 75,6. Penguasaan topik ini penulis dapatkan dari isi
kurang begitu disenangi. Selain itu, siswa tersebut juga tidak ikut
Hal ini ditandai dengan perolehan nilai total yang dicapai sebesar 2945
dengan nilai rata-rata 75,5. Ada juga siswa yang kurang lancar ketika
dalam berbicara.
disebabkan oleh adanya respon siswa yang baik dalam diskusi tersebut,
nomor absen anggotanya. Dari rekaman itu pula dapat didengar bahwa
dan persiapan yang lebih matang daripada siklus I. Dengan adanya perbaikan-
Selain itu, pada siklus II ini suasana pembelajaran berubah menjadi lebih baik
siklus I, pemaparan hasil penelitian pada siklus II ini dilakukan dengan cara
menyajikan tabel dan menjelaskan tafsiran makna tabel tersebut untuk hasil
hasil tes dan nontes pada siklus II ini dijelaskan pada bagian berikut ini.
a. Hasil Tes
keterampilan berbicara siswa kelas X-4 SMA Negeri Jepara pada siklus II
total 3168 dengan nilai rata-rata 81,2 dalam kategori baik. Nilai rata-rata
113
ini mengalami peningkatan dari siklus I sebesar 7,8 dari 71,4 pada siklus I
menjadi 81,2 pada siklus II. Peningkatan ini tidak lepas dari perbaikan
motivasi yang peneliti berikan kepada siswa bahwa tes ini merupakan
ujian/ ulangan praktik mata pelajaran Bahasa Indonesia. Dari ke-39 siswa
yang diteliti, terdapat 5 siswa atau 12% yang memperoleh nilai >84 dalam
dalam kategori cukup. Pada siklus II ini tidak ada siswa yang memperoleh
nilai <65 atau kurang. Penampilan siswa pada siklus II ini jauh lebih baik
konsep berbicara yang diharapkan dari pembelajaran ini. Hasil tes secara
Hasil tes aspek ketepatan ucapan dapat dilihat pada tabel 17 berikut.
dalam kategori baik, yang berarti ada peningkatan sebesar 6,0 bila
Sebanyak 19 siswa atau 48% memperoleh nilai >84 dalam kategori sangat
siklus II ini tidak ada siswa yang memperoleh nilai <65 atau kurang.
Kemajuan ini diraih karena rasa percaya diri siswa sudah terbentuk dan
tidak grogi lagi ketika tampil di depan. Siswa yang agak memiliki
siswa yang pada siklus I tempo berbicaranya agak cepat yang berakibat
pada kurang jelasnya bunyi-bunyi yang diucapkan, pada siklus II ini sudah
yang dianggap penting. Secara klasikal, total nilai yang diperoleh sebesar
2875 dengan nilai rata-rata 73,7 dalam kategori cukup. Sebanyak 14 siswa
atau 3% memperoleh nilai >84 dalam kategori baik. Pada siklus II ini tidak
ada siswa yang memperoleh nilai <65 atau kurang. Meskipun kecil,
perolehan nilai pada siklus II ini mengalami peningkatan sebesar 5,4 dari
68,3 pada siklus I menjadi 73,7 pada siklus II, dan masih dalam kategori
menempatkan jeda dengan baik. Hal ini ditandai dengan perolehan nilai
rata-rata sebesar 80,8 dalam kategori baik. Sebanyak 10 siswa atau 25%
116
memperoleh nilai >84 dalam kategori sangat baik, 28 siswa atau 72%
dicapai pada siklus II ini mengalami peningkatan sebesar 8,7 dari 72,1
pada siklus I menjadi 80,8 pada siklus II. Peningkatan ini tidak lepas dari
model yang diberikan, pengalaman siswa pada siklus I dan belajar dari
siswa memperoleh total nilai 3095 dengan nilai rata-rata sebesar 79,4
dalam kategori baik. Hal ini berarti aspek intonasi mengalami peningkatan
secara klasikal sebesar 280 dengan peningkatan nilai rata-rata sebesar 7,2.
Pada siklus II ini, 9 siswa atau 23% memperoleh nilai >84 dalam kategori
seperti pada siklus I yang masih ada siswa yang menggunakan intonasi
117
didiskusikan.
Hasil tes keterampilan berbicara aspek pilihan kata pada siklus II dapat
siswa memperoleh total nilai sebesar 3250 dengan nilai rata-rata 83,3
dalam kategori baik. Hal ini berarti bahwa nilai rata-rata aspek pilihan kata
yang digunakan siswa mengalami peningkatan sebesar 9,1 dari 74,2 pada
siklus I menjadi 83,3 pada siklus II. Sebanyak 21 siswa atau 54%
memperoleh nilai >84 dalam kategori sangat baik, dan sisanya, 18 siswa
disebabkan oleh contoh dari model yang diberikan, persiapan siswa yang
Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa perolehan nilai total aspek
dengan nilai rata-rata 84,2 dalam kategori baik. Hal ini berarti ada
peningkatan nilai rata-rata sebesar 10 dari 74,2 pada siklus I menjadi 84,2
pada siklus II. Sebanyak 24 siswa atau 61% memperoleh nilai >84 dalam
84 dalam kategori baik. Pada siklus II ini tidak ada siswa yang
tidak lepas dari model yang peneliti berikan, pengaruh pilihan kata yang
yang wajar
dan mimik yang wajar dapat dilihat pada tabel 23 berikut ini.
119
aspek sikap, gerak-gerik, dan mimik yang wajar mencapai 3135 dengan
pada siklus I, nilai rata-rata aspek sikap, gerak-gerik dan mimik yang
wajar pada siklus II ini mengalami peningkatan sebesar 8,7 dari 71,7
menjadi 80,4. Sebanyak 13 siswa atau 33% memperoleh nilai >84 dalam
dalam kategori baik. Pada siklus II ini tidak ada siswa yang memperoleh
nilai <75. Siswa yang pada siklus I menunjukkan sikap, gerak-gerik, dan
pada siklus II ini sudah tidak melakukannya lagi. Hal ini disebabkan oleh
belajar dari penampilan siswa/ kelompk lain, dan motivasi yang peneliti
berikan.
Secara rinci, hasil tes keterampilan berbicara aspek volume suara dapat
total yang diperoleh mencapai 3170 dengan nilai rata-rata 81,3 dalam
siklus II ini mengalami peningkatan sebesar 5,9, dari 75,4 pada siklus I
menjadi 81,3 pada siklus II. Sebanyak 16 siswa atau 41% memperoleh
nilai >84 dalam kategori sangat baik, dan sisanya, sebanyak 23 siswa atau
59% memperoleh nilai 75 – 84. Pada siklus II ini tidak ada yang siswa
yang memperoleh nilai <75. Peningkatan ini disebabkan oleh rasa percaya
diri siswa yang baik, contoh dari model yang peneliti berikan, pengalaman
berbicara pada siklus I, dan suasana yang kondusif selama proses diskusi
berlangsung.
siswa memperoleh nilai total 3065 dengan nilai rata-rata 78.6 dalam
kategori baik. Hal ini berarti mengalami peningkatan nilai rata-rata sebesar
siswa atau 26% memperoleh nilai >84 dalam kategori sangat baik, 20
nilai dalam kategori cukup tersebut pandangan matanya masih saja hanya
siswa memperoleh nilai total sebesar 3330 dengan nilai rata-rata 85,4
dalam kategori sangat baik. Hal ini berarti ada peningkatan nilai rata-rata
sebesar 9,7 dari rata-rata 75,6 pada siklus I menjadi 85,4. Sebagian besar
siswa, 27 siswa atau 54%, memperoleh nilai >84 dalam kategori baik, 11
masalah diskusi yang diterimanya, kerja sama kelompok yang baik dalam
siswa memperoleh nilai total sebesar 3167 dengan nilai rata-rata 81,2
dalam kategori baik. Hal ini berarti bahwa aspek kelancaran ini juga
sebesar 9,5, dari nilai rata-rata 75,5 pada siklus I menjadi 85,0 pada siklus
II.
b. Hasil Nontes
dokumentasi, dan rekaman pita, pada siklus II ini data nontes dijaring
analisis data pada siklus II penelitian ini menjadi lebih baik. Adapun hasil
1) Hasil Observasi
Data observasi pada siklus II ini sama dengan data observasi pada
respon yang sangat baik ketika peneliti minta lagi untuk membentuk
Siswa menyetujui hal ini karena kelompok yang terbentuk pada siklus
berikan melalui LCD dan mencatat hal-hal yang mereka temukan dari
berkaitan dengan cara berbicara yang baik dalam diskusi. Adapun hal-
II ini dengan cara yang sama pada siklus I, yaitu wakil kelompok
126
masalah diskusi yang peneliti berikan sangat baik. Hal itu diketahui
HP ke sekolah.
yang diterimanya. Pada kegiatan ini semua siswa bekerja sama dengan
baik, saling membagi tugas dan tidak ada siswa yang hanya
bergantung pada teman lain. Tidak ada siswa yang tidak ikut bekerja
berikan. Hal ini terlihat dari isi pembicaraan mereka dalam diskusi
tersebut. Rasa kurang percaya diri dan grogi ketika berbicara di depan
kelas sudah berkurang pada siklus II ini. Hal ini berpengaruh pada
siklus II ini mereka merasa lebih dihargai oleh peserta yang lain. Hal
Diskusi yang dilaksanakan siswa pada siklus II ini sudah baik. Mereka
tahu apa yang harus mereka lakukan sesuai dengan peran dan tugasnya
pada siklus I.
128
berbicara melalui diskusi sangat baik. Semangat para siswa pada siklus
II ini lebih baik daripada siklus I. Hal ini ditunjukkan dengan antusias
dengan siklus I. Hasil yang dicapai siswa sudah baik dan antusias
diketahui dari respon atau ekspresi sebagian besar siswa yang peneliti
dengan guru mata pelajaran lain di kelas itu, sesuai dengan kurikulum
2) Hasil Wawancara
Data nontes pada siklus II ini juga diperoleh dari hasil wawancara.
guru yang dapat membantu siswa untuk berbicara dalam ragam formal
penyebabnya.
siswa pula untuk dapat berbicara dengan baik dalam diskusi tersebut.
yang peneliti berikan dan didukung oleh suasana diskusi yang lebih
kondusif.
antara lain masih gugup dan kurang lancar ketika berbicara. Kesulitan
resmi agar lebih baik dan berusaha untuk tidak mengulanginya lagi.
disebabkan oleh rasa kurang percaya diri dan gugup ketika berbicara
berbicara.
132
3) Hasil Jurnal
diperoleh dari jurnal guru dan jurnal siswa. Jurnal guru pada siklus II
ini juga terdiri atas dua buah jurnal. Jurnal yang pertama berisi
kedua jurnal ini mengalami perubahan. Pada siklus II ini peneliti tidak
Selanjutnya, hasil jurnal guru dan jurnal siswa tersebut peneliti uraikan
berikut ini.
a) Jurnal Guru
Jurnal guru yang akan diuraikan adalah jurnal guru yang berisi
dengan siswa.
diskusi.
yang terbentuk merata, tidak ada kelompok yang terdiri atas siswa-
mereka temukan dari tayangan itu. Ada siswa yang berbicara dengan
diberikan siswa berkaitan dengan model yang guru berikan sudah baik.
tidak ada siswa yang bergantung pada anggota yang lain seperti yang
yang peneliti berikan sangat baik. Hal itu diketahui dari reaksi siswa
kepala, ada yang berkata "Yes", dan ada yang tertawa agak keras
peneliti lakukan ini sangat baik. Mereka merespon apa yang peneliti
b) Jurnal Siswa
Pada siklus II ini peneliti juga meminta siswa untuk mengisi jurnal.
yang harus diisi siswa. Jadi, pada siklus II ini, siswa mengisi sembilan
pertanyaan yang berisi kesan siswa dalam hal 1) model yang diberikan
sangat baik dan setuju dengan cara yang peneliti lakukan, yakni
ini komposisi setiap anggota lebih merata sehingga tidak ada siswa
yang lebih bergantung pada temannya yang lain. Hal ini juga
kelompoknya yang lain. Pada siklus II ini kerja sama siswa dalam
masih ada beberapa siswa yang merasa grogi dan kurang percaya diri
ketika tampil di depan kelas. Hal ini tidak lepas dari tindakan-tindakan
yang peneliti lakukan, antara lain pemberian model dan motivasi yang
lebih tertib dan lancar. Siswa mengikutinya dengan baik. Banyak siswa
dipenuhi.
peneliti berikan.
140
yang harus diisi siswa adalah 1) teman sekelompok siswa yang tidak
masalah dari guru, 8) teman sekelompok siswa yang tidak aktif dalam
hal-hal seputar model yang diberikan. Hal ini diketahui dari cara
Pada saat mendiskusikan model yang guru berikan, tidak ada siswa
yang tidak ikut bekerja atau bergantung pada teman lain dalam
diterimanya pada siklus II ini. Pada kegiatan ini tidak ada siswa yang
Demikian juga pada saat kelompok lain tampil, semua siswa juga
5) Rekaman Video
menjaring data nontes. Rekaman video ini juga akan memberikan data
rekaman video ini. Rekaman video ini juga dapat peneliti putar
melalui diskusi. Jadi, rekaman video ini akan memberikan data yang
berikut.
yang ditemukan dari model tersebut. Ada juga siswa yang berbicara
Rekaman aktivitas siswa pada kegiatan ini dapat dilihat pada lintasan
yang peneliti berikan melalui LCD dan mencatat hal-hal yang mereka
hal yang ditemukan dari pemutaran model tersebut tampil, siswa yang
akhir. Siswa sudah tahu apa yang harus mereka lakukan sesuai dengan
berikan. Hal ini terlihat dari isi pembicaraan mereka dalam diskusi
tersebut. Rasa kurang percaya diri dan grogi ketika berbicara di depan
B. Pembahasan
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus, yang masing-
instrumen tes dan nontes, baik pada siklus I maupun siklus II. Dari hasil
hasil bahwa siswa mengalami peningkatan nilai sebesar 7,8%, yaitu dari
73,4% pada siklus I meningkat menjadi 81,2% pada siklus II. Meningkatnya
nilai rata-rata siswa dari 73,4 pada siklus I menjadi 81,2 pada siklus II ini
terjadi akibat adanya perbaikan pada siklus II dari refleksi pada siklus I dan
masukan para siswa dari jurnal siswa dan wawancara. Tindakan perbaikan
secara bergantian hingga siswa urutan terakhir. Siswa yang menyebut angka 1
cara ini menyebabkan adanya satu kelompok yang anggotanya terdiri atas
siswa yang pintar-pintar saja dan ada pula kelompok yang anggotanya terdiri
147
kelompok tidak merata. Untuk mengatasi hal ini, pada siklus II peneliti
merata, tidak ada kelompok yang terdiri atas siswa-siswa yang pintar atau
merupakan hasil refleksi pada siklus I dan masukan dari siswa yang diketahui
dari jurnal yang mengatakan bahwa anggota kelompok yang dibentuk pada
siklus I kurang merata karena ada kelompok yang anggotanya terdiri atas
siswa yang pintar dan ada kelompok yang anggotanya terdiri atas siswa yang
kemampuannya biasa saja, sehingga ada siswa yang bergantung pada anggota
yang lain.
karena siswa senang dengan materi/ masalah yang peneliti berikan, yaitu
sekolah. Hal ini diketahui hasil refleksi pada siklus I dan masukan dari siswa
yang diketahui dari hasil jurnal dan wawancara. Jadi, materi/ masalah diskusi
kurang kondusif dengan adanya siswa yang lebih bergantung pada teman lain
dan berbicara sendiri sehingga mengganggu siswa yang lain. Hal ini
disebabkan oleh kondisi fisik dan mental siswa yang lelah mengikuti 17 mata
pelajaran yang diajarkan kepadanya. Sesuai kurikulum 2004, siswa SMA kelas
melalui diskusi ini masih dirasakan baru oleh siswa sehingga pola
pembelajaran ini merupakan proses awal bagi siswa untuk menyesuaikan diri
dalam belajar. Ketika tampil di depan, masih banyak siswa yang merasa
gugup, menggunakan intonasi seperti orang membaca, dan ada yang masih
kurang kondusif, namun pada proses selanjutnya hasil yang dicapai sudah
Hal ini peneliti lakukan untuk memotivasi siswa agar mereka sadar dan mau
tinggi akan lebih mudah bagi siswa untuk menerima dan mengikuti proses
pembelajaran.
tersebut hidup. Oleh karena nilai rata-rata hasil belajar para siswa yang
ditetapkan, maka penelitian ini dianggap berhasil dan tidak diulang pada siklus
perolehan nilai rata-rata tiap aspek pada siklus I dan siklus II beserta
meningkat sebesar 10%. Aspek sikap, gerak-gerik dan mimik yang wajar
mengalami peningkatan sebesar 7,8% dari 73,4% pada siklus I menjadi 81,2%
faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal siswa itu sendiri.
siswa lebih antusias mengikuti proses pembelajaran dengan segala tugas yang
masalah yang diterima. Suasana kelas pun cukup tenang tidak seperti pada
151
siklus I, meskipun masih ada siswa yang bicara sendiri. Perhatian siswa tertuju
bisa ditiru dari pemberian model tersebut. Setelah menerima materi/ masalah
yang berpengaruh adalah adanya dorongan yang muncul dari dalam diri siswa
berbicara melalui diskusi pada siklus I dengan cara berlatih agar tidak merasa
gugup lagi dan lebih percaya diri ketika berbicara di depan banyak orang.
Selain itu, siswa juga merasakan manfaat yang besar dari pembelajaran
keterampilan berbicara melalui diskusi ini. Manfaat yang diperoleh itu antara
152
kelompok.
siswa kelas X-4 SMA Negeri I Jepara menjelang akhir semester, di mana
pelajaran yang menjelang akhir semester ini hampir semua guru memberikan
dan pikiran yang banyak untuk menilai ketuntasan belajar siswa. Hal yang
tugas yang diberikan kepadanya sudah diselesaikan. Jadi, perasaan siswa pada
siklus II ini agak lebih lega karena telah menyelesaikan tugas-tugas sekolah
siklus II.
berbicara melalui diskusi ini. Hal ini diketahui dari jurnal guru, jurnal siswa,
pembelajaran. Selain hasil belajar siswa yang masih rendah, kondisi kelas juga
belum kondusif. Gambaran situasi tersebut dapat dilihat pada rekaman pita
ketika diskusi berlangsung. Dari rekaman tersebut kita ketahui bahwa banyak
siswa yang berbicara sendiri ketika siswa/ kelompok lain tampil di depan kelas
secara bergantian hingga siswa urutan terakhir. Siswa yang menyebut angka 1
anggotanya terdiri atas siswa yang pintar dan ada kelompok yang anggotanya
terdiri atas siswa yang kemampuannya biasa-biasa saja. Selain itu, ada siswa
sangat baik. Hal itu dapat dilihat pada jurnal yang diisi siswa. Sebagian besar
diskusi atau untuk dapat berbicara dengan baik dalam diskusi. Model yang
peneliti berikan. Materi/ masalah yang peneliti berikan adalah materi/ masalah
seputar dunia siswa yang dekat dengan kehidupannya di sekolah. Hal ini
masalah yang cocok didiskusikan di dalam kelas adalah materi/ masalah yang
dekat dengan kehidupan mereka di sekolah seperti yang telah peneliti berikan.
merasa kurang percaya diri, gugup atau grogi ketika berbicara di depan kelas,
jika siswa masih merasa kurang percaya diri, gugup atau grogi ketika
termasuk pada kategori baik, namun setidaknya ada upaya berupa usaha siswa
dapat berbicara di depan umum dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil
diperbaiki dan ditingkatkan pada siklus II. Pada siklus II, perencanaan
dilakukan dengan lebih matang, sehingga hasil yang dicapai pun menunjukkan
peningkatan. Ada dua instrumen yang diganti pada siklus II dan ada satu
instrumen nontes yang berupa dokumentasi foto dan rekaman pita, Kedua
instrumen tersebut diganti dengan rekaman video. Hal ini dilakukan karena
rekaman video dapat merekam gambar dan suara (audio visual), sehingga
data-data instrumen ini lebih jelas dan lengkap serta analisis lebih akurat. Data
dan analisis data. Selain itu, kedua data dari instrumen nontes tersebut
pelajaran yang menjelang akhir semester II ini hampir semua guru mata
tersebut sudah mereka selesaikan, sehingga beban siswa berkurang. Hal ini
diketahui dari tanya-jawab peneliti dengan guru mata pelajaran di kelas itu dan
formasi diubah, karena formasi kelompok pada siklus I kerja sama siswa
kurang baik. Pada siklus II ini formasi kelompok peneliti ubah. Pembentukan
kelompok pada siklus II ini dilakukan dengan cara menentukan 10 siswa yang
peneliti anggap memiliki keterampilan berbicara yang baik pada siklus I untuk
Dengan cara ini komposisi setiap anggota lebih merata sehingga tidak ada
siswa yang lebih bergantung pada temannya yang lain. Hal ini juga
berpengaruh pada kerja sama siswa antara siswa dengan anggota kelompoknya
yang lain. Pada siklus II ini kerja sama siswa dalam kelompok sangat baik.
dalam kerja kelompok itu dan tidak bergantung pada salah satu anggota
kelompok saja. Kerja sama siswa yang sangat baik dalam kelompok ini dapat
sangat baik. Hal itu dapat dilihat pada jurnal yang diisi siswa. Sebagian besar
diskusi atau untuk dapat berbicara dengan baik dalam diskusi. Model yang
siswa lebih lengkap dan jelas. Model diskusi yang peneliti berikan pada siklus
dengan baik dalam diskusi. Siswa mengemukakan bahwa model yang kedua
ini lebih dapat membantunya untuk dapat melaksanakan diskusi dan berbicara
dengan baik dalam diskusi tersebut. Hal ini dapat dilihat dari jurnal dan
wawancara.
materi/ masalah yang akan didiskusikan. Hal ini disebabkan siswa senang
dekat dengan materi/ masalah yang peneliti berikan. Materi/ masalah tersebut
adalah materi/ masalah seputar dunia siswa yang dekat dengan kehidupan
mereka di sekolah. Hal ini diketahui dari hasil jurnal siswa dan wawancara,
baik pada siklus I maupun siklus II. Menurut siswa, materi/ masalah yang
siswa yang dekat dengan kehidupan mereka di sekolah, seperti yang peneliti
berikan.
bahwa keterampilan berbicara siswa pada siklus II ini lebih baik daripada
siklus sebelumnya. Siswa sudah tidak lagi merasa kurang percaya diri, gugup
atau grogi ketika berbicara di depan kelas, sehingga hasil tes keterampilan
berbicara siswa pada siklus II meningkat. Hal ini tidak lepas dari tindakan-
diskusi dalam suasana formal, dan motivasi kepada siswa agar menghilangkan
perasaan-perasaan itu agar pada diskusi berikutnya siswa lebih lancar dalam
dari 73,4% pada siklus I menjadi 81,2% pada siklus II, dan siswa menunjukan
hasil bahwa ada kesinambungan antara data yang satu dengan data yang lain,
berbicara siswa meningkat sebesar 7,8% dari 73,4% pada siklus I menjadi
81,2% pada siklus II, dan pendekatan kontekstual fokus pemodelan efektif
siswa yang dekat dengan kehidupan mereka di sekolah serta adanya model
para peneliti lain, penelitian tindakan kelas yang peneliti lakukan ini mampu
itu, penelitian ini dianggap berhasil dan tidak diulang pada siklus berikutnya.
BAB V
A. Simpulan
7,8%. Pada siklus I, nilai rata-rata yang diperoleh siswa sebesar 73,4%,
sedangkan pada siklus II, hasil yang dicapai sebesar 81,2%. Peningkatan
159
160
siklus II, saling bekerja sama dalam kelompok, tidak merasa gugup
ataupun kurang percaya diri ketika berbicara di depan umum dalam forum
resmi.
B. Saran
sebagai berikut:
keterampilan berbicara siswa melalui diskusi. Oleh karena itu, para guru
keterampilan berbicara;
161
3. Para guru bidang studi lain dapat mengadaptasi teknik pembelajaran ini
siswa.
162
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pelatih Proyek PGSM. 1999. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action
Research). Jakarta: Depdikbud. Dirjen Dikti P2GSM