Professional Documents
Culture Documents
sisanya terdiri dari tulang. Tuba biasanya dalam keadaan tertutup dan baru terbuka apabila
oksigen diperlukan masuk ke telinga tengah atau pada asaat mengunyah, menelan, dan menguap.
Etiologi
Keadaan yang menyebabkan disfungsi tuba Eustachius atau tuba katar antara lain adalah tuba
terbuka abnormal, myoklonus palatal, palatoskisis, dan obstruksi tuba.
Obstruksi tuba umumnya terjadi karena otitis media, baik dalam bentuk barotrauma, otitis media
supuratif, maupun otitis media non supuratif. Salah satu bentuk otitis media non-supuratif adalah
otitis media serosa. Keadaan ini sering ditemukan pada rhinitis alergika dan pada orang yang
sering pilek.
Otitis media serosa akut adalah keadaan terbentuknya sekret di telinga tengah secara tiba-tiba
yang disebabkan oleh gangguan fungsi tuba. Keadaan akut ini dapat disebabkan antara lain oleh:
1) sumbatan tuba, di mana terbentuk cairan di telinga tengah
2) virus, terbentuknya cairan di telinga tengah yang berhubungan dengan ISPA
3) alergi, berhubungan dengan alergi pada saluran pernafasan atas
4) idiopatik
Gejala dan tanda yang didapatkan dari pasien yang mengalami OMS yang terutama adalah
telinga terasa penuh dan ada kongesti. Pada saat pasien membuang ingus keras-keras, dapat
merasakan suara seperti gelembung-gelembung yang pecah.
Selain itu pasien juga dapat mengeluh rasa terseumbat pada telinga atau suara sendiri terdengar
lebih nyaring atau berbeda pada telinga yang sakit (diplacusis binauralis). Kadang-kadang terasa
seperti ada cairan yang bergerak dalam telinga pada saat posisi kepala berubah. Rasa sedikit
nyeri dapat terjadi pada awal tuba terganggu, karena tekanan negatif ada telinga tengah
(misalnya barotrauma), tetapi setelah sekret terbentuk tekanan negatif ini pelan-pelan hilang.
Rasa nyeri tidak pernah ada bila penyebab timbulnya sekret adalah virus atau alergi. Tinnitus,
vertigo, atau pusing kadang2 ada dalam bentuk ringan.
Tinnitus, atau suara telinga berdenging, berdengung, atau berdenting adalah suatu gejala yang
sangat subjektif pada pasien. Kadang-kadang hanya menjadi sumber gangguan kecil bagi pasien,
tetapi pada yang lainnya dapat mengganggu aktifitas. Etiologi dari tinnitus dapat berupa cerumen
prop, otosklerosis, otitis media, atau keadaan ototoksik.
Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan retraksi dari membran timpani. Motilitas membran
timpani juga berkurang. Kadang-kadang pada pemeriksaan dengan otoskop, terlihat tampilan
garis batas air atau gelembung udara di sebelah medial membran.
Untuk pasien-pasien dengan gangguan fungsi tuba, dapat disuruh untuk melakukan perasat
Valsalva. Perasat ini dilakukan dengan cara menutup kedua hidung, lalu meniup keras-keras
dengan mulut tertutup. Apabila patensi kedua tuba bagus, maka dengan perasat Valsalva akan
terbuka (kadang-kadang disertai dengan bunyi “pop”). Pasien yang OMS-nya telah disertai
dengan gangguan tuba apabila melakukan perasat ini tidak dapat mendengar atau merasakan
bunyi terbukanya tuba. Biasanya patensi tuba terganggu atau tuba tersebut tersumbat di sekitar
2/3 pars kartilagineus medial.
Pada pasien dengan otitis media serosa akut pengobatan dapat secara medikamentosa maupun
pembedahan. Pada pengobatan medikal diberikan obat vasokonstriktor lokal (tets hidung),
antihistamin, serta perasat Valsava, bila tidak ada tanda-tanda infeksi di jalan napas atas. Setelah
satu-dua minggu, bila gejala-gejala masih menetap, dilakukan miringtomi (insisi pada pars tensa
membarn timpani agar terjadi drainase sekret dari telinga tengah ke telinga luar).
About Me
SISTEM SENSORI
A. Pendahuluan
Kesadaran sesorang akan dunianya ditentukan oleh mekanisme neural yang mengolah informasi
yang diterima. Llangkah awal pada pengolahan ini adalah transformasi energi stimulus menjadi
potensial reseptor lalu menjadi potensial aksi pad serabut saraf. Pola potensial aksi pada serabut
saraf tertentu adalh kode yang memberikan informasi mengenai dunia, meskipun seringkali kode
yang disampaikan berbeda dari apa yang ingin disampaikan.
Sistem sensori adalah bagian dari sistem saraf yang terdiri dari reseptor sensori yang menerima
rangsangan dari lingkungan eksternal maupun internal, jalur neural yang yang menyalurkan
informasi dari reseptor ke otak dan bagian otak yang terutama bertugas mengolah informasi
tersebut. Informasi yang diolah oleh sistem sensori mungkin dapat menyadarkan kita tentang
adanya stimulus, namun bisa juga kita tidak menyadari adanya stimulus tertentu. Tanpa
memperhatikan apakah informasi tersebut menggugah kesadaran kita atau tidak, informasi
tersebut adalah informasi sensori. Bila informasi tersebut menggugah kesadaran maka dapat pula
disebut sebagai sensasi. Pemahaman mengenai sensasi disebut dengan persepsi, sebagai
contoh,merasakan nyeri adalah sensasi, namun kesadaran bahwa gigi saya terasa sakit adalah
persepsi.
Tampak bahwa sistem sensori beroperasi seperti peralatan listrik, misalnya bisa dilihat banyak
analogi antara sistem sensori pendengaran dengan telephone, bedanya hanya pada hasil akhirnya.
Pada telephone hasil akhirnya adalh suara yang
sama dari yang sebelumnya di ubah terlebih dahulu menjadi sinyal listrik, sedangkan pada
pendengaran hasil akhirnya adalah sesuatau yang kita anggap sebagai suara.
B. Gangguan sensori
Pengertian :
Gangguan sensorik indera adalah : perubahan dalam persepsi derajat serta jenis reaksi seseorang
yang diakibatkan oleh meningkat menurun atau hilangnya rangsangan indera
Gejala- gejala umum :
- Halusinasi dan atau waham
- Menarik diri
- Sikap bermusuhan yaitu dengan mencari petugas
- Perasaan yang tidak adekuat, suka menangis
- bingung atau disorientasi waktu, tempt dan perorangan
- gangguan indera misalnya: penciuman, perabaan, penglihatan dan pendengaran
- ganguan psikomotorik
- timbul kebosanan an gelisah
hal- hal yang menyebabkan gangguan sensorik :
tersekap dalam ruangan yang sempit
tersekap dalam ruangan yang tidak berjendela
rangsangan dari luar secara terus- menerus, misalnya penerangan lampu, suaara tau kerumunan
orang.
Kurangnya rangsangan baru
Penempatan klien lansia dalam ruangan yang terisolasi.
C. MASALAH SENSORI PADA LANSIA
a. Mata atau penglihatan
Mata dan pendengaran merupakan bagian yang vital dalam kehidupan untuk pemenuhan hidup
sehari-hari, terkadang perubahan yang terjadi pada mata dan telinga dapat menurunkan
kemampuan beraktifitas. Para lansia yang memilih masalh mata dan telinga menyebabkan orang
tersebut mengalami isolasi sosial dan penurunan perawatan diri sendiri.
1. Mata normal
Mata merupakan organ penglihatan, bagian-bagian mata terdiri dari sklera, koroid dan retina.
Sklera merupakan bagian mata yang terluar yang terlihat berwarna putih, kornea adalah lanjutan
dari sklera yang berbentuk transparan yang ada didepan bola mata, cahaya akan masuk melewati
bola mata tersebutsedangkan koroid merupakan bagian tengah dari bola mata yang merupakan
pembuluh darah. Dilapisan ketiga merupakan retina, cahaya yang masuk dalm retina akan
diputuskan leh retina dengan bantuan aqneous humor,lensa dan vitous humor. Aqueous humor
merupakan cairan yang melapisi bagian luar mata, lensa merupakan bagian transparan yang
elastis yang berfungsi untuk akomodasi.
2. Hubungan usia dengan mata
Kornea, lensa, iris, aquous humormvitrous humor akan mengalami perubahan seiring
bertambahnya usia., karena bagian utama yang mengalami perubahan / penurunan sensifitas
yang bisa menyebabkan lensa pada mata, produksi aquous humor juga mengalami penurunan
tetapi tidak terlalu terpengaruh terhadap keseimbangan dan tekanan intra okuler lensa umum.
Bertambahnya usia akan mempengaruhi fungsi organ pada mata seseorang yang berusia 60
tahun, fungsi kerja pupil akan mengalami penurunan 2/3 dari pupil orang dewasa atau muda,
penurunan tersebut meliputi ukuran-ukuran pupil dan kemampuan melihat dari jarak jauh. Proses
akomodasi merupakan kemampuan untuk melihat benda-bend dari jarak dekat maupun jauh.
Akomodasi merupakan hasil koordianasi atas ciliary body dan otot-otot ins, apabial sesorang
mengalami penurunan daya akomodasi makaorang tersebut disebut presbiopi.
5 masalah yang muncul ada lansia :
1. Penurunan kemampuan penglihatan
2. ARMD ( agp- relaed macular degeneration )
3. glaucoma
4. Katarak
5. Entropion dan ekstropion
1.1 Penurunan kemampuan penglihatan
Penurunan ini dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya adalah progesifitas dan pupil
kekunningan pada lensa mata, menurunnya vitous humor, perubahan ini dapat mengakibatkan
berbagai masalah pada usia lanjut seperti : mata kabur, hubungan aktifitas sosial, dan
penampialan ADL, pada lansia yang berusia lebih dari 60 tahun lensa mata akan semakin keruh,
beberapa orang tidak mengalami atau jarang mengalami penurunan penglihatan seirinng dengan
bertambahnya usia.
2.2 ARMD ( Age- related macular degeneration )
ARMD terjadi pad usia 50-65 tahun dibeberapa kasus ini mengalami peningkatan makula berada
dib
elakang lensa sedangkan makula sendiri berfungsi untuk ketajaman penglihatan dan penglihatan
warna, kerusakan makula akan menyebabkan sesorang mengalami gangguan pemusatna
penglihatan.
Tanda dan gejala ARMD meliputi : penglihatan samara-samar dan kadang-kadang menyebabkan
pencitraan yang salah. Benda yang dilihat tidak sesuai dengan kenyataan, saat melihat benda
ukuran kecil maka akan terlihat lebih kecil dan garis lurus akan terlihat bengkok atau bahkan
tidak teratur. Pada dasarnya orang yang ARMD akan mengalami gangguan pemusatan
penglihatan, peningkatan sensifitas terhadap cahaya yang menyilaukan, cahaya redup dan warna
yang tidak mencolok. Dalam kondisi yang parah dia akan kehilangan penglihatan secara total.
Pendiagnosaan dilakukan oleh ahli oftomologi dengan bantuan berupa test intravena fluorerensi
angiografy.
Treatment
Beberapa kasus dalam ARMD dapat dilakukan dengan tembok laser (apabila akondisi tidak
terlalu parah) pelaksanaan dalam keperawatan adalah membantu aktifitas sehari-harinya,
membantu perawatan diri dan memberikan pendidikan tentang ARMD.
3.3 Glaukoma
Glaukoma dapat terjadi pada semua usia tapi resiko tinggi pada lansia usia 60 tahun keatas,
kerusakan akibat glaukoma sering tidak bisa diobati namun dengan medikasi dan pembedahan
mampu mengurangi kerusakan pada mata akibat glaukoma. Glaukoma terjadi apabila ada
peningkatan tekanan intra okuler ( IOP ) pada kebanyakan orang disebabkan oleh oleh
peningkatan tekanan sebagai akibat adanya hambatan sirkulasi atau pengaliran cairan bola mata
(cairan jernih berisi O2, gula dan nutrisi), selain itu disebabkan kurang aliran darah kedaerah
vital jaringan nervous optikus, adanya kelemahan srtuktur dari syaraf.
Populasi yang berbeda cenderung untuk menderita tipe glaukoma yang berbeda pula pada suhu
Afrika dan Asia lebih tinggi resikonnya di bandinng orang kulit putih, glaukoma merupakan
penyebab pertama kebutuhan di Asia.
Tipe glaukoma ada 3 yaitu :
1. Primary open angle Gloueoma (glaukoma sudut terbuka)
2. Normal tenion glukoma (glaucoma bertekanan normal)
3. Angel clousure gloukoma (Glaukoma sudut tertutup)
1.1 Primary open angel gloukoma
Tipe ini merupakan yang paling umum terjadi terutama lansia usia > 50 tahun. Penyebabnya
adalah peningkatan tekanan di dalam bola mata yang berfungsi secara perlahan, rata-rata tekanan
normal bola mata adalah 14- 16 mmHg. Tekanan 20mmHg masih dianggap normal namun bila
lebih dari 22 diperkirakan menderita glaukoma dan memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.
Tekanan bola mata yang meningkat dapat membahayakan dan menghacurkan sel-sel mata.
Setelah terjadi kehancuran sel-sel tersebut maka munculah bintik-bintik yang akan lapang
pandang bintik ini dimulai dari tepi atau daerah yang lebih luar dari satu lapang pandangan.
Tidak ada gejala yang nyata dengan glaukoma sudut terbuka, sehingga susah untuk didiagnosa.
Penderita tidak merasakan adanya nyeri dan sering tidak disadari.
2.1 Normal tention glukoma
Glukoma bertekanan normal adaalh suatu keadaan dimana terjadi kerusakan yang progesif pada
syaraf optikus dan kehilangan lapang pandangan meskipun tekanan bola mata normal. Tipe
glaukoma ini diperkirakan ada hubunganya (meski kecil) dengan kurangnya sel syaraf optikus
yang membawa impuls ke retina menuju otak. Glukoma bertekanan normal ini sering terjadi
pada orang yang mempunyai riwayat penyakit pembuluh darah, kebanyakan pada orang jepang
atau wanita.
3.1 Angel closure glaukoma
Sudut antara iris dan kornea adalah menyempit, adanya gangguan pada cairan bola mata,
peningkatan tekanan boala mata sangat cepat karena saluran cairan bola mata terhambat, tanda-
tandanya muncul secara tiba-tiba dan penanganan secara cepat dibutuhkan untuk kerusakan mata
secara permanen.
Diliteratur lain disebutkan bahwatipe glaukoma selain di atas antara lain pigmentary glukoma,
congenitak glukoma, secondary glaukoma. Secara umum tanda dan gejala yang muncul pada
open gloukoma adalah sulit untuk diidentifikasi, kejadiannya berjalan sangat lambat, kehilangan
sudut pandang dari tepi, penurunan kemampuan penglihatan. Sedangkan pada class gloukoma
adalah munculsecara tiba-tiba adanya nyeri pada mata, sudut mata menyempit, mata memerah,
kabur, neusea, vomite atau brodykardia bisa terjadi karena adanaya nyeri pada mata.
Treatment
Ketika tanda dan gejala sudah muncul segera lakukan pemeriksaan alatnya berupa tanometer )
Penangananya berupa :
Tetes mata : cara ini merupakan cara umum dan sering dan harus dilakukan, sebagian klien
dapat mendaptkan respon yang bagus dari obat namun beberapa juga tidak ada respon pemberian
obat harus sesuai dengan tipe glaukoma.
Bedah laser : ( trabukulopasty) ini dilakuka jika obat tetes mata tidak menghentikan
glaukoma. Walaupun sudah dilaser obat harus diberikan
Pembedahan (trabekulectomy) sebuah saluran dibuat untuk memungkinkan caira keluar,
tindkan ini dapat menyelamatkan sisa penglihtan yang ada.
Obat yang diperlukan :
a. Pilocarpine atau timololmalat
Yaitu untuk mencegah keparahan glaukoma dan menurunkan produk cairan yang yang
menyebabkan gangguan pulmo dan detak jantung menurun. Betaxolol ( betotik ) direkomendasi
bagi klien yang ,enderita asma atau eapisima, pilocarpine menyebabkan miosis ( kontriksi ) pupil
tetapi mempu menormalkan tekanan boal mata, obat lain seperti : Brimohidrine, untuk
menurinkan aquous humor.
b. Oral karbonik anhydrase inhibitor seperti acitamolamide (diamox ) yaitu untuk mengurangi
cairan., obat ini menyebabkan depresi, fatique latorgy.
4.1 Katarak
Katarak adalah tertutupnya lensamata sehingga pencahayaan da fokusing terganggu (retina)
katarak terjadi pada semua umur namun yang sering terjadi pada usia > 55 tahun. Tanda dan
gejalanya berupa : Bertanbahnya gangguan penglihatan, pada saat membaca / beraktifitas
memerlukan pencahayaan yang lebih, kelemahan melihat dimalam hari, penglihatan ganda.
Penanganna yang tepat adalah pembenahan untuk memperbaiki lensa mata yang rusak
pembedahan dilakukan bila katarak sudah mengganggu aktifitas namun bila tidak mengganngu
tidak perlu dilakukan pembedahan.
5.1 Entropi dan eutropi
Entropi dan eutropi terjadi pada lansia, kondisi ini tida menyebabkan gangguan penglihatan
namun menyebabkan gangguan kenyamanan. Entropi adalh kelopak mata yang terbuka lebar ini
menyebabkan mata memerah entropi terjadikarena adanya kelemahan pada otot
konjungtifa.ektropi adalah penyempitan konjungtifa
b. Telinga atau pendengaran
Telinga berfungsi untuk mendengarkan suara dan alat keseimbangan tubuh, telinga dibagi 3
bagian : telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam. Bagian luar terdiri dari telinga luar sampai
dengan membran tympani, telinga tengah terdiri dari kavum tympani (Maleus, innkus, stapes)
antrum tympani, tuba auditiva eustachi sedang telinga dalam terdiri dari : labirintus osseous,
labririntus membranous.
Gangguan pendengaran terjadi pada usia 65 tahun (55%) > 80 tahun mencapai 66% , gangguan
pendengaran tidak hanya terjadi karena adanya penambahan usia seperti gangguan pendengaran
karena konsumsi obat. Secara umum gangguan pendengaran ada 3 macam yaitu : gangguan
pendengaran konjungtiva, ganguan pendengaran sensori dan campuran ( konjungtiva dan
campuran ).
Ganguan pendengaran konjungtiva terjadi karena adanya gangguan telinga dibagian luar dan
tengah, seseorang dapat terjadi tuli konduksi apabila terjadi gangguan pada meatus acustivus
eksternus, membran tympani / ossiculas (maleus, incus, stapes) jika seseorang terjadi gangguan
pada organ salah satu tersebut maka seseorang mengalami gangguan pendengaran konjungtiva,
seseorang yang tuli konduksi berakibat kemampuan mendengar bunyi hantaran udara terganggu
dan hanya mampu mendengar bunyi melalui hantaran tulang.
a. Tuli
Persepsi sensori terjadi apabila seseorang mengalami kelainan pada organ korti, saraf VIII
(Vestibulocochelaris N) pusat pendengaran otak, keadaan pada seseorang yang tuli persepsi
terjadi gangguan mendengar baik melalui hantaran udara maupun tulang.
b. Tinnitus
Selain yang disebutkan diatas, gangguan pendengaran yang lain adalah tinnitus, tinnitus
merupakan gangguan pendengaran berupa ada suara di telinga (suara nging). Tinitus terjadi
karena adanya gangguan pendengaran konduktif atau sensoris. Suara yang muncul seperti suara
bising atau segala sesuatu yang membikin tidak nyaman. Tinnitus bisa juga terjadi karena adanya
otoselorosis atau karena adanya ototxic obat yang dikonsumsi seperti gentamisin atau aspirin
(terlampir).
Tinnitus bukan merupakan sebuah penyakit namun sebuah gejala dari adanya gangguan
pendengaran bagaimanapun juga kondisi ini memunculkan banyak masalah, tinnitus kadang
tidak dirasakan dalam lingkungan yang ramai namun akan sangat teras dilingkungan yang sepi.
Beberapa orang tinnitus dapat menyebabkan kecemasan besar suara musik yang pelan adanya
gaduhnya lingkungan dapat membantu mengalihkan suara dengung ditelinga.
Treatment
Management perawatan gangguan pendengaran pada lansia tergantung dari jenis gangguannya
seperti alat bantu pendengaran hanya bisa digunakan walupun sedikit paa lansia dengan ganguan
pendengaran konduktif dan tidak bisa digunakan untuk gangguan pendengaran sensori.
Kebersihan liang telinga dari penumpukan serumen sangat membantu pendengaran lansia.
Pembersih serumen dapat dilakukan dengan irigasi normal yang saling dihangatkan.
Alat bantu pendengaran bisa membantu fungsi pendengaran lansia yang telah berkurang. Namun,
alat pendengaran tidak bisa menyelesaikan masalh karena pmakaian alat bantu pendengaran bagi
beberapa orang menyebabkan rasa malu (sehingga tidak mau pakai). Hal ini membutuhkan
bantuan dari ahli audiologi untuk dijadikan support dari sumber sugesti bagi penderita.
c. Pengecap dan pembau
Organ pengecap yang paling berperan adalah pada bagian depan, tepi dan belakang, rasa manis
dan asin berada pada bagian ujung lidah, asam dibagian tepi sedang pahit dipangkal lidah. Fungsi
pengecap akan berubah seiring bertambahnya usia. Kerusakan fungsi pengecap akan
menyebabkan makan kurang bergairah terkadang seorang lansia perlu menambah jumlah garam
karena dia merasa bahwa maskannya kurang asin (padahal sudah asin). Kenikmatan makan akan
didukung oleh indra pembau, makan yang dibau akan merangsang mukosa hidung untuk
menghantar impuls ke otak untuk menyimpulkan bahwa makan itu enak atau tidak. Ini juga akan
berpengaruh terhadap keinginan pemenuhan nutrisi.
d. Vertigo
Vertigo adalah perasan tidak seimbang. Seseorang yang mengalami vertigo akan merasa bahwa
lingkungannya teras atau terlihat berputar-putar sehingga menyebabkan seseorang jatuh. Vertigo
terjadi karena adanya ganguan syaraf pendengaran (labirint) sesorang yang mengalami vertigo
(lansia) memungkinkan mengalami gangguan pendengaran,cardiovaskuler, keseimbangan cairan
elektrolit, alkohol dan penggunaan obat.
Treatment
- Usahakan klien untuk banyak istirahat dan duduk
- Bantuklien untuk beraktifitas
- Usahakan untuk bergerak pelan-pelan ketiak ingin beraktifitas dan bergerak
- Berikan alat bantu jalan seperti tongkat, walker, kursi roda.
1. Gangguan otak besar (sindroma serebral)
Adalah kumpulan gejala yang terjadi akibat perubahan otak pada lansia terjadi pengecilan otak
besar dalam batas tertentu masih dianggap normal orang dewasa +50 cc/ 100 gram/menit apabila
kurang dari separuhnya akan menimbulkan gejala otak besar. Gangguan sirkulasi ini dapat
disebabkan karena hipertensi atau darah tinggi mengerasnya vaso penyempitan akibat proses
pengerasan pembuluh, yang dipercepat dengan tingginya kolesterol kencing manis , merokok
dan darah tinggi.
2. Bingung (konfusio) tiba-tiba
Adalah suatu akibat gangguan fungsi pengertian : derajat, kesadaran, kewaspadaan dan gangguan
proses berfikir,bingung waktu,tempat san orang istilah lain gagal otak akut. Gangguan memori
jangka pendek, mungkin jangka panjang. Ada ganguan angan-angan melihat sesuatu yang tidak
ada (halusinasi) atau salah penglihatan dan sebagainya. Ada 2 syarat yang harus terpenuhi antaa
lain : 1. Derajat kesadaran yang menurun 2. Gangguan cipta (persepsi) 3. tergangunya siklus
bangun, sulit tidur (insomnia), aktifitas fisik bisa meningkat dan menurun, 5. Bingung 6.
gangguan memori tidak mampu belajar materi baru.
3. Gangguan saraf mandiri
Pada lanjut usia yang perlu diperhatikan adalah terjadi perubahan listrik kepusat mandiri yang
mengakibatkan tekanan darah rendah (hipotensi) pada posisi tegak, gangguan pengaturan : suhu,
gerak, kandung kemih,saluran makan di leher dan usus besar.
4. Gangguan pengaturan suhu
Akibat kurang baiknya kerja bagian otak besar (hipotalamus) sebagai pengatur suhu (termostat)
untuk menetapkan ke suatu suhu tertentu. Bila termostat menetap tinggi pada suhu rendah akan
merangsang tegaknya rambut kulit (pilokontraksi) penyempitan pembuluh darah tepi menggigil
dan perasaan dingin, lansia tersebut ingin berbaju tebal untuk manyamai suhu yang ditetapkan
oleh pengatur suhu tersebut, sebaliknya bila suhu ditetapkan rendah, maka terjadi mekanisme
pelebaran pembuluh darah, berkeringat dan melepaskan baju untuk menyamakan suhu yang di
tetapkan oleh termostat tersebut lansia dapat terkena.
a. Panas tinggi (hipertermia)
Suhu tubuh menjadi > 40,60 c, bisa terjadi gangguan fungsi susunan saraf hebat (psikosis/
ngacau, delirium/ kesadaran menurun, koma/tidak sadar) dan gejala anhidrosis / kulit panas dan
kering, hipertermi dapat terjadi karena beberapa hal : infeksi, dimulai dari gejala yang tidak
spesifik seperti rasa gemetar, ras hangat, anoreksia/ tidak mau makan, mual, muntah, nyeri kepal
dan sesak.
b. Hipotermia
Apabila suhu tubuh rektal / anus, esofagial / pangkal lidah atau telinga menjadi < 35 c hal ini
dapat dipicu dari paparan hawa dingin. Perlu dipikirkan tempat yang sejuk tidak langsung kena
AC. Gejal awl biasanya ringan dan tidak jelas (32-350 C) seperti rasa capai/ fatingue, lemah,
langkah melambat, apatis, bicara pelo, bingung, menggigil, kulit dingin, dapat disebabkan oleh
hipotiroidesme terutama bila disebabkan bekas operasi tiroiddilehernya, pengobatan sementara
diberikan selimut hangat dan minuman hangat.
Lampiran I
1. fokus pengkajian pada masalah penglihatan lansia :
a. Rasa nyeri pada mata
b. kelemahan penglihatan atau buram
c. penglihatan ganda
d. kehilangan penglihatan yang datang tiba-tiba
e. tekanan bola mata
2. Diagnosa keperawatan
Kerusakan manajement perawat dirumah B/D turunnya penglihatan
Self care defisit B/D kerusakan penglihatan
Social isolation B/D penglihatan yang tidak jelas, aktifitas gerak yang tidak bebas
Resiko cidera B/D kerusakan penglihatan
Defisit pengetahuan
Defisit aktivitas
Lampiran II
a. Contoh obat yang menyebabkan ototoxic
Golongan Contoh
Amino glikosid Amikasin,gentamisin,kanamycin, neomycin,streptomycin, tobramycin,
Anti inflamatory agents Aspirin, indometacyn
Chemotherapeutic agent Cisplatin, nitrogen mustard
Chemical Alkohol, arsenik
Deuretics Ethacrynic acid, furosemid,acetazolamid
Metals Gold, mercury, lead
Other antibiotics Errytomiosyn, minocycli, polymyxin,vancomysin
b. Fokus pengkajian pada klien dengan ganguan pendengaran
o Kaji adanya penguanaan obat-obat yang menyebabkan ototoxic dan merusak ssp serta organ-
organ bagian telinga dan keseimbanagan
o Kaji riwayat penguanaan obat-obatan
c. Diagnosa keperawatan
Kerusakan komunikasi verbal B/D kerusakan pendengaran
Kerusakan aktivitas B/D ketidakseimbangan dalm beraktifitas karena hilangnya fungsi
pendengaran.
Kehilangan perawatan diri dirumah B/D hilangnya fungsi pendengaran
Kerusakan interaksi sosial B/D kerusakan sarf sensori
d. Contoh intervensi keperawatan pada lansia dengan ganguan pendengaran :
o Ketika berbicara kerusakan suara (bukan teriak) atau menyuruh untuk memperhatikan mulut
sipembicara.
o Ajak klien berkomunikasi dengan santai dengan jarak yang dekat.
o Berbicara yang jelas dan tidak terlalu cepat an saling bertatap muka.
o Hindarkan adanya suara- suara yang mengganggu seperti suara radio dan TV.
o Jika kerusakan komunikasi maka gunakanlah kertas sebagai komunikasi verbal atau dengan
simbol.
o Berikan lingkungan yang nyaman bagi klien.
o Gunakanlah alat bantu pendengaran apabila diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA
- Roach sally. Introduktory gerontological Nursing. 2001. Lippinctt: New York
- Syaifuddin, Anatomi fisisologi. 1997. EGC. Jakarta
- Petunjuk praktikum fisiologi I. Tim pengajar fisiologi. 2005. Stikes Aisyiyah Yogyakarta,
- Http: // www.pfizer peduli . com / artcel _ detail . aspex. Id : 21
- Panduan dianosa keperawatan NANDA
- Http: // www. Dokter tetanus . pjnkk. Go. Id / content . view / 249/31
- http: // www. Dokter tetanus. WordPress. Com
- wahyudi, Nugroho, Keperawatan Gerontik. 2000. EGC : Jakarta.
•
PENDAHULUAN
Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas daerah kepala dan leher yang terbanyak
ditemukan di Indonesia. Hampir 60% tumor ganas kepala dan leher merupakan karsinoma
nasofaring, kemudian diikuti oleh tumor ganas hidung dan sinus paranasal (18%), laring (16%),
dan tumor rongga mulut, tonsil, hipofaring dalam prosentase rendah. Berdasarkan data
Laboratorium Patologi Anatomik tumor ganas nasofaring sendiri selalu berada dalam kedudukan
lima besar dari tumor ganas tubuh manusia bersama tumor ganas serviks uteri, tumor payudara,
tumor getah bening dan tumor kulit.( 1,2 )
Diagnosis dini menentukan prognosis pasien, namun cukup sulit dilakukan, karena nasofaring
tersembunyi di belakang tabir langit-langit dan terletak di bawah dasar tengkorak serta
berhubungan dengan banyak daerah penting di dalam tengkorak dan ke lateral maupun ke
posterior leher.
Oleh karena letak nasofaring tidak mudah diperiksa oleh mereka yang bukan ahli, seringkali
tumor ditemukan terlambat dan menyebabkan metastasis ke leher lebih sering ditemukan sebagai
gejala pertama. Meskipun banyak ditemukan di negara dengan penduduk non-Mongoloid
Ras Mongoloid merupakan faktor dominan timbulnya kanker nasofaring, sehingga kekerapan
cukup tinggi pada penduduk Cina bagian selatan, Hongkong, Vietnam, Thailand, Malaysia,
Singapura dan Indonesia.( 1,2,3 )
Ditemukan pula cukup banyak kasus di Yunani, Afrika bagian utara seperti Aljazair dan Tunisia,
pada orang Eskimo di Alaska dan Tanah Hijau yang diduga penyebabnya adalah karena mereka
memakan makanan yang diawetkan dalam musim dingin dengan menggunakan bahan pengawet
nitrosamin.
ETIOLOGI / PREDISPOSISI
Sudah hampir dapat dipastikan bahwa penyebab karsinoma nasofaring adalah Virus Epstein-
Barr, karena pada semua pasien nasofaring didapatkan titer anti-virus EB yang cukup tinggi.
Titer ini lebih tinggi dari titer orang sehat, pasien tumor ganas leher dan kepala lainnya, tumor
organ tubuh lainnya, bahkan pada kelainan nasofaring yang lain sekalipun.( 1,3,5 )
Banyak penyelidikan mengenai perangai dari virus ini dikemukakan, tetapi virus ini bukan satu-
satunya faktor, karena banyak faktor lain yang sangat mempengaruhi kemungkinan timbulnya
tumor ini, seperti letak geografis, rasial, jenis kelamin, genetik, pekerjaan, lingkungan, kebiasaan
hidup, kebudayaan, sosial ekonomi, infeksi kuman atau parasit.( 2,3 )
Letak geografis sudah disebutkan diatas, demikian pula faktor rasial. Tumor ini lebih sering
ditemukan pada laki-laki dan apa sebabnya belum dapat diungkapkan dengan pasti, mungkin ada
hubungannya dengan faktor genetik, kebiasaan hidup, pekerjaan dan lain-lain.
Faktor lingkungan yang berpengaruh adalah iritasi oleh bahan kimia, asap sejenis kayu tertentu,
kebiasaan memasak dengan bahan atau bumbu masak tertentu, dan kebiasaan makan makanan
terlalu panas. Terdapat hubungan antara kadar nikel dalam air minum dan makanan dengan
mortalitas karsinoma nasofaring, sedangkan adanya hubungan dengan keganasan lain tidak jelas.
Kebiasaan penduduk Eskimo memakan makanan yang diawetkan (daging dan ikan) terutama
pada musim dingin menyebabkan tingginya kejadian karsinoma ini.( 1,2,4 )
Tentang faktor genetik telah banyak ditemukan kasus herediter atau familier dari pasien
karsinoma nasofaring dengan keganasan pada organ tubuh lain. Suatu contoh terkenal di Cina
Selatan, satu keluarga dengan 49 anggota dari dua generasi didapatkan 9 pasien karsinoma
nasofaring dan 1 menderita tumor ganas payudara. Secara umum didapatkan 10% dari pasien
karsinoma nasofaring menderita keganasan organ lain.( 1 ) Pengaruh genetik terhadap karsinoma
nasofaring sedang dalam pembuktian dengan mempelajari cell-mediated immunity dari virus EB
dan tumor associated antigens pada karsinoma nasofaring. Sebagian besar pasien adalah
golongan sosial ekonomi rendah dan hal ini menyangkut pula dengan keadaan lingkungan dan
kebiasaan hidup. Pengaruh infeksi dapat dilihat dengan menurunnya kejadian malaria akan
diikuti oleh menurunnya pula Limfoma Burkitt, suatu keganasan yang disebabkan oleh virus
yang sama.( 1,6 )
ANATOMI
Nasofaring ( – Rhinofaring – Epifaring ) adalah suatu ruangan yang terletak langsung di bawah
tengkorak, di belakang cavum nasi di atas palatum
Batas : – anterior : koane / nares posterior
- posterior : setinggi columna vertebralis C1-2
- inferior : dinding atas palatum molle
- superior : basis cranii (os occipital & sphenoid)
- lateral : fossa Rosenmulleri kanan dan kiri (dibentuk os maxillaris & sphenoidalis)
Dorsal dari torus tubarius didapati cekungan yang disebut “fossa Rosenmulleri ”, “recesus
faringeal” didaerah ini didapati epitel peralihan antara epitel berlapis pipih dengan epitel
silinderis bercilia, yang menurut beberapa pengarang merupakan tempat asal dari tumor ganas
nasofaring.( 1,5 ) Kira-kira 1-2 cm diatas fossa Rosenmulleri dijumpai foramen lacerum dimana
karsinoma nasofaring akan mudah menjalar / infiltrasi ke endocranium. Lokalisasi (UICC)
adalah Fossa Rosenmulleri, sekitar tuba Eustachli, dinding belakang nasofaring, atas nasofaring.
Saluran getah bening di nasofaring berbeda dengan arteri dan vena, yaitu aliran limfe disini tidak
mengindahkan garis tengah tubuh, sehingga bisa terjadi metastase ke leher yang kontra lateral.(4 )
GAMBARAN KLINIK
Pada Karsinoma nasofaring metastase ke kelenjar leher dilaporkan sebagai gejala yang terlihat
pada 29 – 50 % kasus ( 4 ) ini menggambarkan perangai diam – diam dari karsinoma nasofaring.
Jangka waktu antara dirasakan gejala pertama oleh pasien sampai mendapat pemeriksaan medik
dapat berlangsung 3 – 10 bulan tergantung tempat tinggal dan kemajuan cara berpikir.
4.1 Gejala setempat yang disebabkan oleh tumor primer :
4.1.1 Gejala hidung :
- Pilek-pilek dari salah satu atau kedua lubang hidung yang terus menerus, lendir dapat campur
darah atau nanah yang berbau
- Epistaksis dapat sedikit atau banyak dan biasanya berulang-ulang, dapat pula berupa riak
campur darah
- Buntu hidung unilateral atau bilateral (eksophitik)
4.1.2 Gejala telinga :
- Pendengaran kurang (tuli)
- Tinnitus surium
- OMP
4.2.Gejala-gejala karena tumbuh dan menyebarnya tumor
4.2.1 Sifat expansif
- Ke muka tumor ke depan mengisi nasofaring dan menutup koane sehingga timbul gejala
buntu hidung
- Ke bawah tumor mendesak palatum molle, terjadi bombans palatum molle
4.2.2 Sifat infiltratif
- Ke atas melalui foramen lacerum masuk ke dalam endocranium, maka terkena dura dan
menimbulkan gejala cephalgia yang berat (tidak sembuh dengan analgetik biasa). Kemudian
terkena N.VI. (N. Abducens ,m. Rectus lateralis bulbi) terjadi diplopia/strabismus. Kemudian
terkena N.V. terjadi trigeminal neuralgia (dengan cabang-cabangnya N.ophtalmicus, N.maxilaris
dan N.mandibularis) dengan gejala-gejala nyeri kepala yang hebat pada daerah muka sekitar
mata, hidung, rahang atas, rahang bawah, dan lidah. Kerusakan N.III dan N.IV terjadi gejala
ptosis dan opthalmoplegia. Bisa lebih lanjut lagi bisa terkena N.IX, X, XI, XII.
- Kesamping masuk ke spatium parafaring akan terkena N.IX, N.X terjadi parase palatum
molle, parese faring dan laring (regurgitasi makanan minuman ke cavum nasi rhinolalia aperta
dan suara parau). Bila terkena N.XII terjadi deviasi lidah kesamping gangguan menelan.
4.2.3 Gejala-gejala karena metastase melalui aliran getah bening :
Terjadi pembesaran kelenjar leher yang terletak dibawah ujung planum mastoid, dibelakang
angulus mandibula, medial dari ujung bagian atas m.stornocleido mastoideus, bisa unilateral dan
bilateral
4.2.4 Gejala-gejala karena metastase melalui aliran darah :
Maka akan terjadi metastase jauh antara lain hati, paru-paru, ginjal, limpa, tulang dan
sebagainya.
GEJALA-GEJALA DIATAS DAPAT DIBEDAKAN ANTARA :
1. Gejala Dini : ialah gejala-gejala yang dapat timbul di waktu tumor masih tumbuh dalam
batas-batas nasofaring, jadi berupa gejala-gejala setempat yang disebabkan oleh tumor
primer (gejala-gejala hidung dan gejala-gejala telinga seperti diatas)
2. Gejala Lanjut : ialah segala gejala-gejala yang dapat timbul oleh karena tumor telah
tumbuh melewati batas-batas nasofaring, baik berupa metastase ataupun infiltrasi dari
tumor.
DIAGNOSA
Sebagai pedoman adanya tumor ganas nasofaring bila dijumpai TRIAS :
1). Tumor Colli, gejala telinga, gejala hidung. 2) Tumor Colli, gejala intrakranial (syaraf dan
mata), gejala hidung atau telinga. 3)Gejala Intracranial, gejala hidung, gejala telinga
5.1 Diagnosa klinik berdasarkan :
1. Umur
2. Gejala-gejala klinik (subyektif)
- Gejala dini dan gejala lanjut
1. Berdasarkan pemeriksaan (obyektif)
Dengan rinoskopi anterior dan rinoskopi posterior dapat ditemukan adanya lokalisasi dan
besarnya dari karsinoma nasofaring. Di pusat dapat dengan nasofaringngoscope dan X-foto.
5.2 Diagnosa histopatologi
1. Biopsi merupakan diagnosa pasti
2. Cytologi : tentukan adanya keganasan (tapi bisa berasal dari lain tempat)
5.3 Diagnosa Banding
1. Juvenile Angiofibroma nasofaring
2. Angiofibroma nasofaring
3. Adenoid persisten
4. TBC nasofaring
Diagnosis pasti ditegakkan dengan melakukan biopsi nasofaring. Biopsi dapat dilakukan dengan
2 cara, yaitu dari hidung atau dari mulut.
Biopsi melalui hidung dilakukan tanpa melihat jelas tumornya (blind biopsy). Cunam biopsi
dimasukkan melalui rongga hidung menyelurusi konka media ke nasofaring kemudian cunam
diarahkan ke lateral dan dilakukan biopsi.
Biopsi melalui mulut dengan memakai bantuan kateter nelaton yang dimasukkan melalui hidung
dan ujung kateter yang berada dalam mulut ditarik keluar dan diklem bersama-sama ujung
kateter yang di hidung. Demikian juga dengan kateter dari hidung disebelahnya, sehingga
palatum mole ditarik ke atas. Kemudian dengan kaca laring dilihat daerah nasofaring. Biopsi
dilakukan dengan melihat tumor melalui kaca tersebut atau memakai nasofaringoskop yang
dimasukkan melalui mulut, massa tumor akan terlihat lebih jelas. Biopsi tumor nasofaring
umumnya dilakukan dengan anestesi topikal dengan Xylocain 10%.
Bila dengan cara ini masih belum didapatkan hasil yang memuaskan maka dilakukan pengerokan
dengan kuat daerah lateral nasofaring dan narkosis.
Persoalan diagnostik sudah dapat dipecahkan dengan pemeriksaan CT-Scan daerah kepala dan
leher, sehingga pada tumor primer yang tersembunyi pun tidak akan terlalu sulit ditemukan.
HISTOPATOLOGI
Telah disetujui oleh WHO bahwa hanya ada 3 bentuk karsinoma (epidermoid) pada nasofaring
yaitu karsinoma sel skuamosa (berkeratinisasi), karsinoma tidak berkeratinisasi dan karsinoma
tidak berdiferensiasi. Semua yang kita kenal selama ini dengan limfoepitelioma, sel transisionil,
sel spindle, sel clear, anaplastik dan lain-lain dimasukkan dalam kelompok tidak berdiferensiasi.
( 1,3,4,5,6 )
Pada penelitian di Malaysia oleh Prathap dkk sering didapat kombinasi dari ketiga jenis
karsinoma seperti karsinoma sel skuamosa dan karsinoma tidak berkeratinisasi karsinoma sel
skuamosa dan karsinoma tidak berdiferensiasi karsinoma tidak berkeratinisasi dan karsinoma
tidak berdiferensiasi atau karsinoma sel skuamosa dan tidak berkeratinisasi serta karsinoma tidak
berdiferensiasi.( 1,7 )
6.1. Stadium
Untuk penentuan stadium dipakai sistim TNM menurut UICC (1992).( 1,5,6 )
T = Tumor primer
T0 – Tidak tampak tumor
T1 – Tumor terbatas pada satu lokalisasi saja (lateral/posterosuperior/atap dan lain-lain)
T2 – Tumor terdapat pada dua lokalisasi atau lebih tetapi masih terbatas di dalam rongga
nasofaring
T3 – Tumor telah keluar dari rongga nasofaring (ke rongga hidung atau orofaring dsb)
T4 – Tumor telah keluar dari nasofaring dan telah merusak tulang tengkorak atau mengenai
saraf-saraf otak
TX - Tumor tidak jelas besarnya karena pemeriksaan tidak lengkap
N - Pembesaran kelenjar getah bening regional
N0 - Tidak ada pembesaran
N1 - Terdapat pembesaran tetapi homolateral dan masih dapat digerakkan
N2 - Terdapat pembesaran kontralateral / bilateral dan masih dapat digerakkan
N03 - Terdapat pembesaran, baik homolateral, kontralateral maupun bilateral yang sudah
melekat pada jaringan sekitar
M = Metastatis jauh
M0 - Tidak ada metastasis jauh
M1 - Terdapat metastasis jauh
Stadium I :
T1 dan N0 dan N0
Stadium II :
T2 dan N0 dan M0
Stadium III :
T1/T2/T3 dan N1 dan M0
atau T3 dan N0 dan M0
Stadium IV :
T4 dan N0/N1 dan M0
atau T1/T2/T3/T4 dan N2/N3 dan M0
atau T1/T2/T3/T4 dan N0/N1/N2–/N3 dan M1
TERAPI
Radioterapi masih merupakan pengobatan utama dan ditekankan pada penggunaan megavoltage
dan pengaturan dengan komputer. Pengobatan tambahan yang diberikan dapat berupa diseksi
leher, pemberian tetrasiklin, faktor transfer, interferon, kemoterapi, seroterapi, vaksin dan anti
virus.
Semua pengobatan tambahan ini masih dalam pengembangan, sedangkan kemoterapi masih tetap
terbaik sebagai terapi ajuvan (tambahan). Berbagai macam kombinasi dikembangkan, yang
terbaik sampai saat ini adalah kombinasi dengan Cis-platinum sebagai inti
Pemberian anjuvan kemoterapi Cis-platinum, bleomycin dan 5-fluororacil dengan hasil
sementara yang cukup memuaskan. Demikian pula telah dilakukan penelitian pemberian
kemoterapi praradiasi dengan epirubicin dan cis-platinum, meskipun ada efek samping yang
cukup berat, tetapi memberikan harapan kesembuhan lebih baik. ( 1 )
Kombinasi kemo-radioterapi dengan mitomycin C dan 5-fluoroucil oral setiap hari sebelum
diberikan radiasi yang bersifat “radiosensitizer” memperlihatkan hasil yang memberi harapan
akan kesembuhan total pasien karsinoma nasofaring. ( 1 )
Pengobatan pembedahan diseksi leher radikal dilakukan terhadap benjolan di leher yang tidak
menghilang pada penyinaran (residu) atau timbul kembali setelah penyinaran selesai, tetapi
dengan syarat tumor induknya sudah hilang yang dibuktikan dengan pemeriksaan radiologik dan
serologi.
Operasi tumor induk sisa (residu) atau kambuh (residif) diindikasikan, tetapi sering timbul
komplikasi yang berat akibat operasi.
Perawatan Paliatif
Perawatan paliatif adalah semua tindakan aktif guna meringankan beban penderita kanker
terutama yang tidak mungkin disembuhkan. Dikatakan terutama pada yang tidak mungkin
disembuhkan karena tindakan ini tidak hanya dilakukan pada penderita yang tidak bisa
disembuhkan tapi dikerjakan juga pada penderita yang masih punya harapan untuk sembuh
bersama – sama dengan tindakan – tindakan atau pengobatan kuratif, dengan maksud untuk
meringankan atau menghilangkan gejala – gejala yang mengganggu atau bahkan memperberat
penderitaan penderita.
Tindakan aktif yang dimaksud adalah antara lain menghilangkan rasa nyeri dan keluhan –
keluhan lain, perbaikan dalam aspek psikologi, sosial dan spiritual. Semua ini bertujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup yang maksimal bagi penderita dan keluarga (9)
Perhatian pertama harus diberikan pada pasien dengan pengobatan radiasi. Mulut rasa kering
disebabkan oleh kerusakan kelenjar liur mayor maupun minor sewaktu penyinaran. Tidak banyak
yang dapat dilakukan selain menasihatkan pasien untuk makan dengan banyak kuah, membawa
minuman kemanapun pergi dan mencoba memakan dan mengunyah bahan yang rasa asam
sehingga merangsang keluarnya air liur. Gangguan lain adalah mukositis rongga mulut karena
jamur, rasa kaku di daerah leher karena fibrosis jaringan akibat penyinaran, sakit kepala,
kehilangan nafsu makan dan kadang-kadang muntah atau rasa mual.
Kesulitan yang timbul pada perawatan pasien pasca pengobatan lengkap dimana tumor tetap ada
(residu) atau kambuh kembali (residif). Dapat pula timbul metastatis jauh pasca pengobatan
seperti ke tulang, paru, hati, otak. Pada kedua keadaan tersebut di atas tidak banyak tindakan
medis yang dapat diberikan selain pengobatan simtimatis untuk meningkatkan kualitas hidup
pasien. Pasien akhirnya meninggal akibat keadaan umum yang buruk, perdarahan dari hidung
dan nasofaring yang tidak dapat dihentikan dan terganggunya fungsi alat-alat vital akibat
metastasis tumor.
PENCEGAHAN
Pemberian vaksinasi denganvaksin spesifik membran glikoprotein virus Epstein Barr yang
dimurnikan pada penduduk yang bertempat tinggal di daerah dengan resiko tinggi. ( 1,4 )
Memindahkan (migrasi) penduduk dari daerah resiko tinggi ke tempat lainnya. Penerangan akan
kebiasaan hidup yang salah, mengubah cara memasak makanan untuk mencegah akibat yang
timbul dari bahan-bahan yang berbahaya. Penyuluhan mengenai lingkungan hidup yang tidak
sehat, meningkatkan keadaan sosial ekonomi dan berbagai hal yang berkaitan dengan
kemungkinan-kemungkinan faktor penyebab. Melakukan tes serologik IgA anti VCA dan IgA
anti EA secara massal di masa yang akan datang bermanfaat dalam menemukan karsinoma
nasofaring secara lebih dini.
Apakah yang dimaksud dengan tinitus?
Tinitus merupakan suara berdengging, mendesis atau lainnya yang terdengar pada telinga atau
kepala. Suara yang terdengar begitu nyata dan serasa berasal dari dalam telinga atau kepala. Pada
sebagian besar kasus, gangguan ini tidak begitu menjadi masalah, namun bila terjadinya makin
sering dan berat maka akan menganggu juga. Uniknya suara yang terdengar oleh pasien, tidak
akan terdengar oleh orang lain.
Tinitus bukan merupakan suatu penyakit melainkan sebuah gejala dari suatu penyakit atau
kondisi tertentu. Menurut catatan ahli di bidang tinitus di Amerika (data di Indonesia belum ada),
hampir 36 juta penduduk Amerika mengalami gejala ini dalam hidupnya. Hanya sebagian kecil
dari jumlah itu yang memeriksakan diri ke klinik klinik kesehatan terdekat.
Apakah yang menyebabkan tinitus?
Tinitus dapat berasal dari empat bagian telinga yaitu telinga bagian luar, telinga bagian tengah,
telinga bagian dalam dan otak sebagai pusat pendengaran. Pada beberapa kasus, tinitus
merupakan sesuatu yang normal alias tidak ada yang perlu di khawatirkan.
Pada keadaan normal, tubuh memang akan mengeluarkan suara suara aneh akibat dari proses
yang terjadi di dalam tubuh. Kita tidak awas akan suara ini dikarenakan suara yang terdengar
lebih kecil dari suara di luar tubuh. Jika pada suatu kondisi suara di luar tubuh tidak ada maka
baru akan terdengar suara yang berasal dari dalam tubuh.
Penyebab lain dari tinitus adalah gangguan keseimbangan cairan dalam telinga, infeksi, atau
penyakit yang menyerang tulang tulang pendengaran dan gendang telinga.
Penyebab paling sering dari tinitus abnormal adalah rusaknya ujung saraf pada telinga bagian
dalam. Bertambahnya usia merupakan faktor penting dari rusaknya susunan saraf dalam telinga.
Akhir akhir ini, suara yang terlampau keras atau bising juga sering menyebabkan terjadinya
tinitus disamping akan menganggu fungsi pendengaran secara keseluruhan. Sayangnya, banyak
diantara kita tidak terlalu ambil pusing terhadap paparan suara keras yang berasal dari suara
musik, senjata api, dan lain lain.
Beberapa obat seperti aspirin dan penyakit telinga bagian tengah juga bisa menyebabkan
terjadinya tinitus.
Bagaimana cara mendiagnosa tinitus?
Wawancara mengenai riwayat penyakit sebelumnya, pemeriksaan fisik dan serangkaian tes dapat
membantu para dokter dalam menegakan diagnosa tinitus. Data ini akan dapat dipakai oleh
dokter untuk menentukan kualitas dan kuantitas dari tinitus. Bila ternyata penyebab tinitus belum
diketahui maka pasien tersebut dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan pendengaran atau
audiogram. Pola hilangnya fungsi pendengaran dari hasil pemeriksaan audiogram dapat
dijadikan pegangan oleh dokter untuk menentukan penyebab tinitus.
Pemeriksaan lain seperti Auditory Brain Stem Response (ABR), CT Scan dan MRI masih sangat
jarang dilakukan meskipun pada beberapa kasus dapat membantu menentukan penyebab tinitus.
Mungkin karena pertimbangan biaya sehingga pemeriksaan ini tidak rutin dikerjakan.
Bagaimana mengobati tinitus?
Setelah dilakukan pemeriksaan yang teliti, dokter akan dapat menentukan penyebab dari tinitus
dan melakukan pengobatan terhadap penyebab itu. Pada beberapa kasus, penyebab tinitus tidak
dapat diidentifikasi sehingga tidak mampu untuk diberikan pengobatan yang pas. Keadaan ini
memaksa pasien untuk mengalami tinitus sepanjang hidupnya.
Dapatkah tinitus dicegah?
Gunakanlah cotton bud yang ukuran kapasnya sesuai dengan diameter liang telinga anda.
Bundelan kapas yang terlalu besar akan mendorong kotoran telinga ke bagian lebih dalam
sehingga menempel pada gendang telinga. Keadaan ini akan mendorong terjadinya tinitus.
Minumlah obat obatan sesuai dengan dosis yang dianjutkan oleh dokter.
Gunakan penutup telinga atau pelindung telinga bila anda terpaksa berada di lingkungan yang
bising.
Dapatkah gejala tinitus dikurangi?
Berikut beberapa hal yang dapat anda lakukan untuk mengurangi gejala tinitus yang saat ini anda
rasakan :
• Hindari tempat tempat yang bising.
• Kendalikan tekanan darah.
• Hindari makanan atau minuman yang menstimuli saraf seperti kopi dan rokok.
• Hindari stress.
• Cobalah berhenti memikirkan tinitus yang anda derita.
• Istirahatlah yang cukup.
• Berolah raga teratur.
• Hindari mengkonsumsi obat aspirin.
www.blogdokter.net/2008/07/.../tinitus-telinga-berdenging/
Telinga berdenging atau dikenal dalam bahasa medis sebagai Tinitus, banyak
dikeluhkan sebagai suatu bising atau bunyi yang muncul di kepala. Meski istilah
tersebut (bahasa latin tinnere = ringing) seringkali dipakai untuk suara seperti
dengungan (buzzing), deringan (ringing), atau gemuruh (roaring), juga termasuk di
dalamnya ketukan berirama (pulsatile beats), klik, dan suara lainnya yang dapat
berasal/tidak berasal dari telinga sendiri. Karena itu tinitus bukanlah penyakit atau
sindroma, tapi hanya merupakan gejala yang mungkin berasal dari satu atau
sejumlah kelainan.
Sebetulnya suara yang terdengar oleh telinga tersebut belum tentu bersifat
kelainan (patologis)…. Jika orang sehat (terbukti telinganya normal) berada dalam
ruang kedap (anehoic chamber), maka ia akan dapat mendengar berbagai macam
suara yang berasal dari berbagai organ tubuhnya sendiri yang memang bekerja
setiap saat, contohnya: pernafasan, kontraksi jantung, dan aliran darah.
Kenyataannya… dalam kehidupan sehari-hari, suasana yang memungkinkan suara
fisiologis (normal) tersebut terdengar oleh seseorang sangat jarang tercipta…
bahkan dalam kamar yang sunyi di malam hari sekalipun, yang tetap memiliki bunyi
masking dari lingkungan dengan intensitas bunyi sekitar 25 – 30 dB. Tinitus baru
menjadi gejala jika suara organ tubuh intensitasnya melebihi bunyi masking
lingkungan tadi.
Tinitus kerap diderita terutama orang pada kelompok usia pertengahan dan tua.
Menurut National Centre for Health Statistics di Amerika sana, sekitar 32% orang
dewasa pernah mengalami tinitus pada suatu saat tertentu dalam hidupnya, dan 6
% nya sangat menganggu dan cukup sulit disembuhkan. Di Inggris, 17% populasi
juga memiliki masalah tinitus. Sayangnya di Indonesia belum ada data statistiknya,
namun berdasarkan pengalaman empiris, penderita tinitus cukup banyak dan sering
ditemui di tempat praktek, klinik, maupun rumah sakit. Meski tinitus bukanlah
keadaan yang membahayakan, munculnya gejala ini pada hampir kebanyakan
orang sangat mengganggu dan sering mempengaruhi kualitas hidup dan
pekerjaannya.
Tinitus sendiri diklasifikasikan menjadi tinitus obyektif dan subyektif. Tinitus bersifat
obyektif bila bunyi yang dipersepsikan oleh penderita juga dapat didengar oleh
orang lain atau pemeriksa, dan bersifat subyektif bila bunyi dipersepsikan hanya
oleh penderitanya saja. Secara umum tinitus obyektif diyakini berasal dari suatu
sumber suara akustik (ataupun getaran/vibrasi) yang dapat teridentifikasi. Adapun
tinitus subyektif dianggap berasal dari adanya abnormalitas pada jalur saraf
pendengaran perifer dan/atau sentral. Tinitus juga dapat diklasifikasikan ke dalam
pulsatil atau non pulsatil, yang mengindikasikan sumber penyebabnya berasal dari
sistem vaskular (pembuluh darah). Pulsatil tinitus bisa obyektif ataupun subyektif.
Kenyataannya pada kebanyakan kasus, tinitus jauh lebih kompleks dari yang bisa
diduga berdasarkan pengklasifikasian di atas, maka tampaknya lebih akurat bila
membagi tinitus berdasarkan kemungkinan sumber penyebab yang ternyata tidak
sedikit. Berikut ini daftar berbagai hal yang hingga saat ini telah teridentifikasi
dapat menjadi sumber penyebab tinitus:
1. Kelainan vaskular (pembuluh darah) baik pada arteri atau vena.
2. Kelainan muskular (otot): klonus otot palatum atau tensor timpani.
3. Lesi pada saluran telinga dalam (internal auditory canal): Tumor saraf ke-8,
vascular loops
4. Gangguan kokhlea (organ telinga dalam): trauma akibat bising, trauma tulang
temporal, penyakit Meniere’s, presbikusis (disintegrasi saraf ke-8 karena proses
penuaan), Sudden sensorineural hearing loss (tuli saraf mendadak), emisi
otoakustik.
5. Ototoksisitas (Kerusakan organ telinga dalam akibat obat): aspirin, kuinin, dan
antibiotika tertentu (aminoglikosida).
6. Kelainan telinga tengah: infeksi (efusi), sklerosis, gangguan tuba eustachi.
7. Lain-lain: serumen (kotoran telinga), benda asing pada saluran telinga luar.
Penanggulangan:
A. Medikamentosa:
Berbagai penelitian untuk menemukan jenis obat masih terus dilakukan. Adapun
jenis obat yang dapat secara konsisten efektif pada pengobatan jangka panjang
belum juga ditemukan. Meski demikian pemakaian beberapa jenis obat sedikit
banyak dapat memberikan perbaikan pada pasien tinitus, seperti:
1. Niacin dan derivatnya: nicotinamide (vasodilator) yg secara empiris telah
digunakan secara luas untuk kelainan kokhlea (contoh: penyakit Meniere’s)
2. Trimetazidine: obat anti iskemia dengan antioksidan
3. Vitamin A: pada dosis tinggi dilaporkan memperbaiki ambang persepsi dan
mencegah tinnitus. Namun perhatian terhadap toksisitasnya dapat membatasi
vitamin A dalam penggunaan praktis.
4. Lidokain intravena: suatu golongan anestetik local amide dengan aktivitas
system saraf pusat, dilaporkan berguna dalam mengontrol tinnitus.
5. Tocainine: merupakan lidokain oral dengan waktu paruh yang panjang.
6. Trisiklik trimipramine: suatu anti depresan
B. Pembedahan:
C. Masking:
Prinsip dari masking adalah mengaplikasikan suatu nada akustik tertentu yang
memiliki karakteristik yang sama dengan tinitus (ukuran frekuensi dan intensitas)
sehingga bunyi menjadi tidak terdengar, melalui suatu alat khusus, diantaranya
telah didisain menyerupai alat bantu dengar (hearing aid) namun tanpa mikrofon.
D. Pengobatan lainnya:
Stimulasi listrik pada area tulang temporal dan gendang telinga, dengan
keberhasilan yang bervariasi dalam mengurangi tinnitus. Modifikasi diet,
biofeedback, akupunktur, dan oksigen hiperbarik juga telah diusulkan untuk
mengontrol tinitus, dan dapat dipertimbangkan sebagai terapi alternatif jika
penanganan konvensional sebelumnya gagal.
Label: Otologi
4 komentar:
http://imammegantara.blogspot.com/2008/05/telinga-berdenging-anda-mengalaminya.html
Tinitus adalah suatu gangguan pendengaran dengan keluhan perasaan mendengarkan bunyi tanpa
ada rangsang bunyi dari luar. Keluhan ini dapat berupa bunyi mendengung, menderu, mendesis,
atau berbagai macam bunyi yang lain.
Tinitus dapat dibagi atas tinitus obyektif, bila suara tersebut dapat juga didengar oleh pemeriksa
atau dengan auskultasi di sekitar telinga. Tinitus obyektif bersifat vibritorik, berasal dari
transmisi vibrasi sistem muskuler atau kardiovaskuler di sekitar telinga. Tinitus subjektif, biala
suara tersebut hanya didengar oleh pasien sendiri, jenis ini sering terjadi. Tinitus subjektif
bersifat nonvibratorik, disebabkan oleh proses iritatif atau perubahan degenaratif traktus
auditorius mulai dari sel-sel rambut getar koklea sampai pusat saraf pendengar.
Patofisiologi tinitus
Pada tinitus terjadi aktifitas elektrik pada area auditorius yang menimbulkan perasaan adanya
bunyi, namun impuls yang ada bukan berasal dari bunyi eksternal yang ditransformasikan,
melainkan berasal dari sumber impuls abnormal di dalam tubuh pasien sendiri.
Impuls abnormal itu dapat ditimbulkan oleh berbagai kelainan telinga. Tinitus dapat terjadi
dalam berbagai intensitas. Tinitus dengan nada rendah, seperti bergemuruh atau nada tinggi,
seperti berdengung. Tinitus dapat terus menerus atau hilang timbul terdengar.
Tinitus biasanya dihubungkan dengan tuli sensorineural dan dapat juga terjadi karena gangguan
konduksi. Tinitus yang disebabkan oleh gangguan konduksi, biasanya berupa bunyi dengan nada
rendah. Jika disertai dengan inflamasi, bunyi dengung ini terasa berdenyut (tinitus pulsasi).
Tinitus dengan nada rendah dan terdapat gangguan konduksi, biasanya terjadi pada sumbatan
liang telinga karena serumen atau tumor, tuba katar, otitis media, otosklerosis, dan lain-lain.
Tinitus dengan nada rendah yang berpulsasi tanpa gangguan pendengaran merupakan gejala dini
yang penting pada tumor glomus jugulare.
Tinitus objektif sering ditimbulkan oleh gangguan vaskuler. Bunyinya seirama dengan denyut
nadi, misalnya pada aneurisma dan aterosklerosis. Gangguan mekanis dapat juga mengakibatkan
tinitus objektif, seperti tuba Eustachius terbuka, sehingga ketika bernapas membran timpani
bergerak dan terjadi tinitus.
Kejang klonus muskulus tensor timpani dan muskulus stapedius, serta otot-otot palatum dapat
menimbulkan tinitus objektif.
Bila ada gangguan vaskuler di telinga tengah, seperti tumor karotis (carotid-body tumour), maka
suara aliran darah akan mengakibatkan tinitus juga.
Pada tuli sensorineural, biasanya timbul tinitus subjektif nada tinggi (sekitar 4000Hz)
Pada intoksikasi obat seperti salisilat, kina, streptomysin, dehidro-streptomysin, garamysin,
digitalis, kanamysin, dapat terjadi tinitus nada tinggi, terus menerus atau hilang timbul.
Pada hipertensi endolimfatik seperti penyakit Meniere dapat terjadi tinitus pada nada rendah dan
tinggi, sehingga terdengar bergemuruh atau berdengung. Gangguan ini disertai dengan tuli
sensorineural dan vertigo.
Gangguan vaskuler koklea terminalis yang terjadi pada pasien yang stres akibat gangguan
keseimbangan endokrin, seperti menjelang menstruasi, hipometabolisme atau saat hamil dapat
juga timbul tinitus atau gangguan tersebut akan hilang bila keadaannya sudah kembali normal.
Diagnosis
Tinitus merupakan suatu gejala klinik penyakit telinga, sehingga untuk pengobatannya perlu
ditegakkatn diagnosis untuk mencari penyebabnya yang biasanya sulit untuk diketahui.
Anamnesis merupakan hal yang utama dan sangat penting dalam penegakkan diagnosis tinitus.
Perlu ditanyakan kualitas dan kuantitas tinitus, adanya gejala lain yang menyertai, misalnya
adanya vertigo dan atau gangguan pendengaran serta gejala neurologik lain, riwayat terjadinya
tinitus unilateral atau bilateral, apakh sampai mengganggu aktivitas sehari-hari. Pemeriksaan
fisik THT dan otoskopi harus secara rutin dilakukan, pemeriksaan penala, audiometri tutur, bila
perlu dilakukan pemeriksaan BERA dan atau ENG serta pemeriksaan laboratorium.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam anamnesis adalah : lama serangan tinitus, bila
berlangsung dalam waktu 1 menit biasanya akan hilang sendiri, hal ini bukan keadaan patologik.
Bila berlangsung dalam 5 menit merupakan keadaan patologik. Tinitus subjektif unilateral
disertai gangguan pendengaran perlu dicurigai kemungkinan tumor neuroma akustik atau trauma
kepala. Bila tinitus bilateral kemungkinan terjadi pada intoksikasi obat, presbiakusis, trauma
bising, dan penyakit sistemik lain. Apabila pasien sulit mengidentifikasi kanan atau kiri
kemungkinannya disaraf pusat. Kualitas tinitus, bila tinitus bernada tinggi biasanya kelainannya
pada daerah basal koklea, saraf pendengar perifer dan sentral. Tinitus bernada rendah seperti
gemuruh ombak khas untuk kelainan koklea seperti hidrops endolimfa.
Pengobatan
Pengobatan tinitus merupakan masalah yang kompleks dan merupakan fenomena psikoakustik
murni, sehingga tidak dapat diukur.
Perlu diketahinya penyebab tinitus agar dapat diobati sesuai dengan penyebabnya. Kadang-
kadang penyebabnya itu sukar diketahui.
Pada umumnya pengobatan gejala tinitus dapat dibagi dalam 4 cara yaitu :
Elektrofisiologik yaitu dengan membuat stimulus elektro akustik dengan intensitas suara yang
lebih keras dari tinitusnya, dapat dengan alat bantu dengar atau tinitus masker.
Psikologik, dengan memberikan konsultasi psikologik untuk meyakinkan pasien bahwa
penyakitnya tidak membahayakan dan dengan mengajarkan relaksasi setiap hari.
Terapi medikamentosa, sampai saat ini belum ada kesepakatan yang jelas diantaranya untuk
meningkatkan aliran darah koklea, tranquilizer, antidepresan, sedatif, neurotonik, vitamin, dan
mineral.
Tindakan bedah dilakukan pada tinitus yang telah terbukti disebabkan oleh akustik neuroma.
Pasien yang menderita gangguan ini perlu diberikan penjelasan yang baik, sehingga rasa takut
tidak memperberat keluhan tersebut.
Obat penenang atau obat tidur dapat diberikan saat menjelang tidur pada pasien yang tidurnya
sangat terganggu oleh tinitus itu. Kepada pasien harus dijelaskan bahwa gangguan itu sukar
diobati dan dianjurkan agar beradaptasi dengan gangguan tersebut.
Diposkan oleh Husnul Mubarak di 01:58
http://hennykartika.wordpress.com/2009/01/24/tinitus/
http://www.susukolostrum.com/tips-kesehatan/tips-kesehatan/20-tips-mencegah-
tinitus.html
Saat badan kelelahan atau beban pikiran dan stres meningkat, muncul suara seperti gemuruh air
terjun, berdengung atau berdenging dari dalam telinga. Hampir bisa dipastikan, Anda menderita
tinitus. Apakah ada obatnya?
Pernahkan Anda mendengar kerabat atau teman yang mengeluh tentang gangguan pendengaran
yang dialaminya. Atau Anda sendiri mungkin pernah atau sedang mengalaminya. Timbulnya
suara asing yang mengganggu pendengaran sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman bahkan
sampai dapat mengganggu lelapnya tidur seseorang.
Â
Jenis suara asing yang timbul dapat bermacam-macam, Ada yang seperti air terjun, dengungan
(nada rendah) atau dengingan (nada tinggi) dengan intensitas ringan sampai keras, atau suara
mendesis yang berasal dari dalam telinga.
Gangguan yang lebih dikenal dengan istilah tinitus ini, tidak digolongkan sebagai penyakit, tapi
lebih dikategorikan sebagai gejala dari suatu penyakit atau kondisi tertentu. Tinitus yang berasal
dari kata “tinnire†yang artinya “membunyikan†dapat diklasifikasikan menjadi
tinitus obyektif dan subyektif. Tinitus obyektif bila bunyi yang didengar oleh penderita juga
dapat didengar oleh dokter yang memeriksa, dan bersifat subyektif bila bunyi hanya didengar
oleh penderitanya saja.
Seperti yang diakui Dennis, salah seorang penderita tinitus, hobi berenang yang dilakukannya
saat SMP sebagai penyebab dari tinitus. “Dulu telinga saya sering kemasukan air saat
berenang dan saya lalai tidak segera mengeluarkannya, akibatnya telinga saya infeksi terus-
menerus. Bahkan kata dokter saraf telinga saya sudah rusak,†jelasnya.
Lain lagi pengalaman Esti yang menderita tinitus sudah dua tahun. Kebiasaannya mendengarkan
musik melalui ear phone dengan volume keras membuat pendengarannya kini berkurang dan
mengalami tinitus.
Menurut Dr. Imam Megantara, SpTHT penyebab tinitus memang beragam, antara lain gangguan
keseimbangan cairan dalam telinga, infeksi dan peradangan, penyakit yang menyerang tulang-
tulang pendengaran dan gendang telinga, penyakit hipertensi, kelainan pembuluh darah, tumor
saraf pendengaran, trauma akibat bising, trauma tulang temporal, atau penyakit Meniere’s.
Tinitus dapat berasal dari empat bagian telinga yaitu telinga bagian luar, telinga bagian tengah,
telinga bagian dalam dan otak sebagai pusat pendengaran. Makin dalam letak penyebabnya,
makin sulit penanganannya.
Penyebab tersering dari tinitus abnormal adalah rusaknya ujung saraf pada telinga bagian dalam.
Sedangkan penyebab yang paling sederhana adalah menempelnya kotoran telinga (serumen) di
gendang telinga. Kebiasaan mengorek kotoran telinga dengan cotton bud dapat mendorong
kotoran ke gendang telinga. Untuk menghindarinya, disarankan untuk tidak mengorek telinga
sendiri. Lebih baik datang kepada dokter THT secara rutin tiap 6 bulan atau setahun sekali untuk
membersihkan telinga.
Beberapa obat juga diduga dapat menyebabkan atau memperparah tinnitus. Misalnya antibiotik
jenis kloramfenikol, eritromisin, tetrasiklin, obat diuretik, obat malaria, dan aspirin yang terlalu
banyak (lebih dari 12 tablet per hari).
Penderita tinitus biasanya kelompok usia produktif dan orang tua. Proses penuaan menjadi faktor
penting dari rusaknya susunan saraf dalam telinga. Data statistik yang dimiliki National Centre
for Health Statistics di Amerika, sekitar 32% orang dewasa pernah mengalami tinitus pada suatu
saat tertentu dalam hidupnya, dan 6 % nya sangat menganggu. Sedangkan di Inggris, 17%
populasi juga memiliki masalah tinitus.
Perlu diketahui, tidak semua tinitus abnormal. Pada kasus tinitus yang normal, seseorang
mendengar bunyi dari dalam tubuh, misalnya suara pernafasan, detak jantung, dan aliran darah.
Intensitas bunyi ini sekitar 25-30 dB. Tinitus baru menjadi gejala jika suara yang didengar
intensitasnya >30 dB. “Suara air terjun di telinga saya ini cukup menggangu aktivitas saya.
Paling susah kalau harus berbicara dengan orang yang suaranya kecil. Saya harus membaca
gerak bibirnya karena suara air terjun di telinga saya lebih besar daripada suara orang itu,â€
kata Dennis.
Agar. tidak bertambah parah, Dennis berkonsultasi dengan dokter. Dokter menanyakan riwayat
penyakit yang pernah dideritanya, dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik dan beberapa tes
penunjang seperti tes garpu tala. Hasil pemeriksaan tersebut akan dipakai oleh dokter untuk
menentukan kualitas dan kuantitas dari tinitus.
Bila ternyata penyebab tinitus belum diketahui, dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan
pendengaran atau audiogram. Pola hilangnya fungsi pendengaran dari hasil pemeriksaan
audiogram dapat dijadikan pegangan oleh dokter untuk menentukan penyebab tinitus.
Pemeriksaan lain yang lebih akurat untuk menentukan penyebab tinitus adalah Auditory Brain
Stem Response (ABR), CT Scan dan MRI. Sayangnya pemeriksaan tersebut masih jarang
dikarenakan besarnya biaya pemeriksaan.
Walaupun pemeriksaan tinitus banyak jenisnya, banyak pula kasus tinitus tidak dapat
diidentifikasi penyebabnya. Alhasil, penanganan yang tepat sulit dilakukan dan pasien terpaksa
mengalami tinitus sepanjang hidupnya.
Dr. Imam Megantara, SpTHT menjelaskan sampai saat ini belum ada obat yang spesifik untuk
tinitus. Tapi beberapa jenis obat dapat memberikan perbaikan seperti vitamin B kompleks,
golongan anti depresan, obat anestesi lokal seperti lidokain.
Ada pula stimulasi listrik pada area tulang temporal dan gendang telinga, dengan keberhasilan
yang bervariasi dalam mengurangi tinnitus. Modifikasi diet, akupunktur, dan oksigen hiperbarik
juga dapat dipertimbangkan sebagai terapi alternatif untuk mengontrol tinitus.
Pembedahan/operasi dapat dilakukan bila penyebab tinitus karena pertumbuhan tulang telinga
bagian tengah yang berlebih (otoskerosis), kerusakan koklea, dan tumor. Operasi implantasi
koklea untuk menanam alat bantu dengar pada tulang temporal dapat dilakukan untuk
menggantikan fungsi koklea sebagai organ pendengaran.
Tim dokter dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) medio Juli lalu berhasil melakukan
operasi implantasi koklea. Di Rumah Sakit Pantai Indah Kapuk operasi seperti ini sudah sering
dilakukan sejak Juli 2002. “Kami telah berhasil menangani 50 pasien,†kata Dr
Sosialisman, SpTHT.
Pada kasus tinitus yang tidak diketahui penyebabnya, yang dapat dilakukan adalah mengurangi
tinitusnya. Misalnya dengan terapi musik yang ditujukan untuk mengalihkan perhatian si
penderita dari suara berdenging ke suara musik.
“Oleh dokter, saya disarankan untuk tidak terlalu memikirkan atau fokus pada bunyi di telinga
saya dan jangan stres,†kata Esti. “Selain itu olahraga teratur dan istirahat cukup juga
sangat penting agar tinitus saya tidak bertambah parahâ€.
Memang tinitus tidak membahayakan, tapi bagi kebanyakan penderitanya tinitus sangat
mengganggu dan sering mempengaruhi kualitas hidup dan pekerjaannya. Tak jarang penderita
menjadi kurang percaya diri dalam pergaulan sosialnya bahkan sampai mengalami depresi.
Tapi tidak perlu khawatir, tinitus tidak menurun dan bisa dicegah. Caranya menggunakan
penutup telinga atau pelindung telinga bila anda terpaksa berada di lingkungan yang bising. DGR
(Berita Indonesia 70
http://www.beritaindonesia.co.id/kesehatan/muncul-di-saat-stres
Para dokter serta tenaga pelayanan medis dari berbagai bidang berkumpul
untuk berbagi informasi terbaru mengenai penanganan Vertigo dan Tinitus.
Seminar kali ini menghadirkan 12 pembicara yang 10 diantaranya berasal dari
Surabaya dan 2 dari Jakarta. Menurut dr. Nyilo, Tinitus merupakan kelainan
sensasi suara pada seseorang yang tidak ada hubungannya dengan rangsangan
sumber suara dari luar. Suara yang keluar biasanya mendenging, mendesis,
mendengung, menderu, berdenyut atau seperti suara jengkerik atau yang lain
lagi. Sedangkan Jenis Tinnitus terbagi menjadi 2, yakni Objektif, dimana suara
atau bising selain didengar oleh penderita dapat juga didengar oleh orang lain.
Dan Tinitus Subjektif dimana suara atau bising hanya dapat didengar oleh penderita. Tinitus
jenis ini bisa jadi karena ada kesalahan di otak, jenis ini sulit diobati. Pasien Tinitus di Poli THT
RSU Dr. Soetomo sekitar 20% dari keseluruhan pasien yang datang dengan permasalahan
pendengaran.
Orang tua dikatakan paling sering mengalami hal ini. Kebanyakan diakibatkan oleh faktor
regenerasi sehingga menimbulkan masalah pada persarafannya, �pada pasien ini dokter
biasanya memberikan obat penenang dan vitamin,� ujar Ketua Seminar and Workshop dr.
Nyilo Purnami, SpTHT-KL.
Tapi saat ini gejala tinitus dapat diobati dengan menggunakan alat bantu
yang disebut Tinitus breaker. Tinitus breaker adalah semacam alat bantu
telinga yang dapat mengeluarkan suara. Fungsinya adalah sebagai
penyeimbang yang mampu meningkatkan suara dari luar. Suara yag
dihasilkan berupa suara deburan ombak yang dapat diatur kecepatannya
sesuai dengan ambang dengar pasien. Penanganan Tinitus dilakukan sesuai
dengan penyebabnya. Setelah melalui beberapa tahapan pemeriksaan bila
tidak ditemukan kelainan maka pasien akan ditangai dengan Tinitus Retraining Theraphy yakni
membiasakan pesien dengan tinitusnya.Tika
http://www.kiatsehat.com/index.php?
pgnm=./artikel/0001000100011050_full.html&panel=0001&cat=0001
Mewaspadai Penyakit Tinitus
Senin, 29 Juni 2009 08:29:02 - oleh : admin
Tinnitus juga bisa terjadi dengan gangguan dari luar telinga, termasuk anemia, jantung dan
gangguan pembuluh darah seperti hipertensi dan arterisclerosis, kelenjar tiroid jinak
(hypothyroidism), dan luka kepala. Tinnitus yang hanya pada salah satu telinga atau berdenyut
adalah tanda yang lebih serius. Suara bergetar bisa dihasilkan dari tumor tertentu, arteri
tersumbat, sebuah pembengkakan pembuluh darah, atau gangguan pembuluh darah lainnya.
Suara gaduh yang terdengar oleh orang yang menderita tinnitus bisa jadi berdengung, berdering,
meraung, bersiul, atau suara berdesis. Beberapa orang mendengar suara yang rumit yang naik
turun setiap waktu. Suara ini lebih jelas di lingkungan yang sunyi dan ketika seseorang tidak
konsentrasi pada hal tertentu. Maka, tinnitus cenderung lebih mengganggu orang ketika mereka
berusaha untuk tidur. Bagaimanapun, pengalaman tinnitus adalah sangat individual ; beberapa
orang sangat terganggu dengan gejala-gejalanya, dan orang yang lainnya sungguh dapat
bertahan.
Karena seseorang yang menderita tinnitus biasanya kehilangan pendengaran, melalui test
pendengaran dilakukan sebaik mungkin sebagaimana magnetic resonance imaging (MRI) pada
kepala dan computed tomography (CT) pada tulang rawan (tulang tengkorak yang mengandung
bagian pada saluran telinga, telinga bagian tengah, dan telinga bagian dalam).
Upaya untuk mendeteksi dan mengobati penyebab gangguan tinnitus seringkali tidak berhasil.
Berbagai teknik bisa membantu meredam tinnitus, meskipun kemampuan untuk meredam hal itu
berbeda dari orang ke orang. Seringkali alat Bantu dengar membantu menahan tinnitus. Banyak
orang menemukan keringanan dengan memainkan musik merdu untuk menyembunyikan
tinnitus. Beberapa orang menggunakan topeng tinnitus, sebuah alat yang dikenakan seperti Alat
Bantu Dengar yang menghasilkan tingkat tetap pada suara netral. Untuk orang yang sangat tuli,
sebuah cochlear yang ditanam dalam telinga bisa mengurangi tinnitus.
Telinga berdenging dalam medis disebut tinnitus. Bisa berupa engingan, desisan, atau jenis lain
di dalam telinga atau kepala. Bunyinya seperti begitu nyata dan hanya bisa didengar
penderitanya.
Penderita biasanya mengeluh mengenai suara yang tidak kunjung hilang dari dalam telinganya.
Aktivitas rutin pun bisa terhambat. Tidur jadi tidak nyenyak akibat diganggu suara-suara atau
sulit konsentrasi dan tidak bisa mendengar ucapan orang lain dengan jelas.
Beda ketinggian
Banyak hal yang bisa mengakibatkan telinga berdenging. "Perubahan udara akibat ketinggian
bisa membuat telinga kita berdenging," kata Dr. Sosialisman, Sp.THT.
Kondisi ini bisa dialami seseorang saat turun dari pesawat atau ketika berkendara dari daerah di
dataran tinggi ke dataran rendah. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan tekanan udara luar
dengan udara di dalam tuba eustachius, yang terletak di dalam telinga.
"Kondisi ini merupakan sesuatu yang normal dan biasanya akan hilang dalam beberapa saat,"
ujar spesialis THT dari RS Pantai Indah Kapuk, Jakarta ini.
Bila suara tak kunjung hilang, bisa menjadi tanda adanya gangguan pendengaran. Jika sudah
demikian, tentu harus memeriksakan diri ke dokter.
Dengungan ini terjadi karena rambut getar yang ada di dalam rumah siput tidak bisa berhenti
bergetar. Getaran ini kemudian diterima saraf pendengaran dan diteruskan ke otak. Setelah
sampai di otak, terdengarlah suara dengung itu.
Tinitus bisa berasal dari empat bagian telinga, yaitu telinga luar, telinga tengah, telinga dalam,
dan otak sebagai pusat pendengaran. Selain mengganggu penderitanya, tinitus ternyata
berhubungan erat dengan meningkatnya emosi. Itu sebabnya, penderita tinitus jadi mudah
march, pusing, mual, mudah lelah.
Tinitus juga bisa jadi gejala penyakit tertentu, misalnya meniere, yaitu kelainan pada telinga,
hingga tumor. Namun, bukan berarti penderita tinitus pasti menderita penyakit lain. Harus ada
gejala lain yang menyertainya.
"Contohnya, jika ada tumor di saluran pendengaran. Selain tinitus, pasien biasanya mengalami
gejala lain, seperti wajah mencong," ungkapnya.
Menurut Dr. Sosialisman, semua orang berpeluang terkena tinitus, meski penyebabnya bisa
berlainan. "Kotoran di liang telinga, infeksi telinga tengah dan telinga dalam, gangguan darah,
tekanan darah tinggi atau rendah, anemia, benturan keras di telinga, atau tumor di otak dapat
menyebabkan tinitus karena berpengaruh terhadap saraf pendengaran," paparnya.
Gangguan tersebut mengakibatkan rusaknya ujung saraf pada telinga bagian dalam.
Bertambahnya usia juga merupakan faktor dari rusaknya susunan saraf dalam telinga.
Suara terlampau keras atau bising juga sering menyebabkan tinitus, di samping akan
mengganggu fungsi pendengaran secara keseluruhan. Sayangnya, banyak orang tidak ambil
pusing terhadap paparan suara keras yang berasal dari musik atau kendaraan.
Beberapa jenis obat juga dapat menyebabkan tinitus. Penggunaan antibiotika dalam jangka
panjang berefek merusak saraf pendengaran. Lamanya pengaruh obat terhadap pendengaran
tergantung pada daya tahan seseorang.
"Ada yang tubuhnya tahan antibiotika sehingga gejala tinitus tidak terlalu dirasa. Ada juga yang
sensitif," ucapnya.
Menentukan penyebab pasti tinitus tidaklah mudah. Biasanya pasien akan ditanya riwayat
penyakit yang pernah diderita. Lalu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan serangkaian
tes guna menegakkan diagnosis.
Hasil pemeriksaan ini dipakai dokter untuk menentukan tingkat keparahan dan lamanya tinitus
terjadi. Bila penyebab belum juga diketahui, pasien dianjurkan melakukan pemeriksaan
pendengaran atau audiogram. Pola hilangnya fungsi pendengaran dari hasil pemeriksaan
audiogram dijadikan pegangan dokter untuk menentukan penyebab.
Pemeriksaan lain seperti Auditory Brain Stem Response (ABR), CT Scan, dan MRI sangat jarang
dilakukan, meski pada beberapa kasus dapat membantu menentukan penyebab tinitus.
Cara mengobati dengungan, tentu tergantung penyebab. Jika tinitus disebabkan tersumbatnya
saluran pendengaran akibat penumpukan kotoran, cara paling mudah mengatasinya, ya
membuang kotoran itu. "Jika disebabkan antibiotik, segera hentikan konsumsinya," imbuhnya.
Pada beberapa kasus, penyebab tinitus tak dapat diidentifikasi, sehingga pasien tidak bisa diobati
secara tepat. Pasien terpaksa menanggung penyakit ini sepanjang hidupnya.
Sebenarnya, kata Dr. Sosialisman, ada cara untuk mengatasi tinitus yang bersifat permanen,
yaitu operasi. Sayangnya, di Indonesia operasi ini belum dapat dilakukan karena tergolong sulit
dan keterbatasan fasilitas.
Yang sebaiknya dilakukan pasien adalah mengurangi gejala, antara lain dengan terapi musik.
Terapi ini tidak menghilangkan sama sekali gejala tinitus, melainkan untuk mengalihkan
perhatian si penderita dari suara berdenging ke suara musik.
"Sistem pendengaran jika sudah rusak akan sulit disembuhkan. Cara terbaik adalah mencegah
agar sistem pendengaran tidak rusak," katanya.
1. Tinitus subjektif
Merupakan sensasi suara berdenging hanya didengar oleh
si penderita. Bunyi yang mengganggu tcrsebut tidak
didengar oleh dokter yang memeriksa.
Bisa juga karena pengaruh obat-obatan seperti jenis antibiotika dan antiperadangan nonsteroid,
gangguan metabolik, atau faktor psikologis seperti depresi.
2. Tinitus objektif
Kondisi suara berdenging yang dapat didengar oleh penderita dan dokter yang memeriksa.
Dapat bersumber dari gangguan otot-otot di dalam atau sekitar telinga (palatal niyodnnus,
stapedius spasm), tuba eustachius (saluran yang menghubungkan telinga tengah dan rongga
mulut bagian belakang) yang membuntu, problem pembuluh darah seperti tekanan darah tinggi,
hingga gangguan kelenjar gondok, biasa disebut hipertiroid atau hipotiroid.
Beberapa tip ini dapat membantu Anda mengurangi gejala telinga berdenging.
• Berhenti merokok atau menggunakan produk yang terbuat dari tembakau. Nikotin dapat
mengurangi aliran darah ke bagian telinga dan membuat tinitus semakin parah.
• Batasi pengunaan obat aspirin dan obat antiperadangan seperti ibuprofen atau naproxen.
• Hindari tempat-tempat yang bising. Suara yang terlalu berisik dapat menyebabkan telinga
berdenging. Jika Anda bekerja di tempat yang bising, gunakanlah pelindung atau penutup
telinga.
• Cobalah mengelola stres dengan berlatih yoga atau meditasi. Stres dapat menambah parah
tinitus.
• Kendalikan berat badan. Tinitus lebih sering terjadi pada orang dengan obesitas.
• Gunakanlah cotton bud atau pembersih kuping yang
ukuran kapasnya sesuai dengan diameter liang telinga.
Bundelan kapas yang terlalu besar akan mendorong
kotoran telinga ke bagian lebih dalam, sehingga menempel
pada gendang telinga. Keadaan ini bisa menyebabkan
terjadinya tinitus.
• Kunyahlah penmen karet ketika naik pesawat. Pada saat pesawat take off (lepas landas} dan
landing {mendarat), tekanan darah di kuping akan naik. Tekanan darah berlebihan dapat
mengakibatkan tinitus. Permen karet dapat membantu menyeimbangkan tekanan darah tersebut.
Banyak kondisi yang dapat menyebabkan tinitus. Pada orang kebanyakan, telinga berdenging
disebabkan oleh salah satu hal di bawah ini:
• Faktor usia.
Seiring usia, kemampuan pendengaran seseorang ikut menurun. Biasanya mulai terasa sekitar
usia 60 tahun. Penurunan kemampuan pendengaran ini bisa mengakibatkan tinitus.
Penumpukan cairan telinga ini umumnya susah dibersihkan hingga mengakibatkan gangguan
pendengaran, salah satunya telinga berdenging.
Meski demikian, paparan suara bising dalam waktu lama seperti rutin mendengarkan ipod atau
pemutar musik dengan volume suara kencang atau musik yang ingar-bingar, dapat menyebabkan
•
Sumber: Senior
•
http://cybermed.cbn.net.id/cbprtl/cybermed/detail.aspx?x=Health+News&y=cybermed|0|0|5|
4790
Tinitus
Apakah yang dimaksud dengan tinitus?
Tinitus merupakan suara berdengging, mendesis atau lainnya yang terdengar pada telinga atau
kepala. Suara yang terdengar begitu nyata dan serasa berasal dari dalam telinga atau kepala. Pada
sebagian besar kasus, gangguan ini tidak begitu menjadi masalah, namun bila terjadinya makin
sering dan berat maka akan menganggu juga. Uniknya suara yang terdengar oleh pasien, tidak
akan terdengar oleh orang lain.
Tinitus bukan merupakan suatu penyakit melainkan sebuah gejala dari suatu penyakit atau
kondisi tertentu. Menurut catatan ahli di bidang tinitus di Amerika (data di Indonesia belum ada),
hampir 36 juta penduduk Amerika mengalami gejala ini dalam hidupnya. Hanya sebagian kecil
dari jumlah itu yang memeriksakan diri ke klinik klinik kesehatan terdekat.
Tinitus dapat berasal dari empat bagian telinga yaitu telinga bagian luar, telinga bagian tengah,
telinga bagian dalam dan otak sebagai pusat pendengaran. Pada beberapa kasus, tinitus
merupakan sesuatu yang normal alias tidak ada yang perlu di khawatirkan.
Pada keadaan normal, tubuh memang akan mengeluarkan suara suara aneh akibat dari proses
yang terjadi di dalam tubuh. Kita tidak awas akan suara ini dikarenakan suara yang terdengar
lebih kecil dari suara di luar tubuh. Jika pada suatu kondisi suara di luar tubuh tidak ada maka
baru akan terdengar suara yang berasal dari dalam tubuh.
Penyebab lain dari tinitus adalah gangguan keseimbangan cairan dalam telinga, infeksi, atau
penyakit yang menyerang tulang tulang pendengaran dan gendang telinga.
Penyebab paling sering dari tinitus abnormal adalah rusaknya ujung saraf pada telinga bagian
dalam. Bertambahnya usia merupakan faktor penting dari rusaknya susunan saraf dalam telinga.
Akhir akhir ini, suara yang terlampau keras atau bising juga sering menyebabkan terjadinya
tinitus disamping akan menganggu fungsi pendengaran secara keseluruhan. Sayangnya, banyak
diantara kita tidak terlalu ambil pusing terhadap paparan suara keras yang berasal dari suara
musik, senjata api, dan lain lain.
Beberapa obat seperti aspirin dan penyakit telinga bagian tengah juga bisa menyebabkan
terjadinya tinitus.
Wawancara mengenai riwayat penyakit sebelumnya, pemeriksaan fisik dan serangkaian tes dapat
membantu para dokter dalam menegakan diagnosa tinitus. Data ini akan dapat dipakai oleh
dokter untuk menentukan kualitas dan kuantitas dari tinitus. Bila ternyata penyebab tinitus belum
diketahui maka pasien tersebut dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan pendengaran atau
audiogram. Pola hilangnya fungsi pendengaran dari hasil pemeriksaan audiogram dapat
dijadikan pegangan oleh dokter untuk menentukan penyebab tinitus.
Pemeriksaan lain seperti Auditory Brain Stem Response (ABR), CT Scan dan MRI masih sangat
jarang dilakukan meskipun pada beberapa kasus dapat membantu menentukan penyebab tinitus.
Mungkin karena pertimbangan biaya sehingga pemeriksaan ini tidak rutin dikerjakan.
Setelah dilakukan pemeriksaan yang teliti, dokter akan dapat menentukan penyebab dari tinitus
dan melakukan pengobatan terhadap penyebab itu. Pada beberapa kasus, penyebab tinitus tidak
dapat diidentifikasi sehingga tidak mampu untuk diberikan pengobatan yang pas. Keadaan ini
memaksa pasien untuk mengalami tinitus sepanjang hidupnya.
Gunakanlah cotton bud yang ukuran kapasnya sesuai dengan diameter liang telinga anda.
Bundelan kapas yang terlalu besar akan mendorong kotoran telinga ke bagian lebih dalam
sehingga menempel pada gendang telinga. Keadaan ini akan mendorong terjadinya tinitus.
Minumlah obat obatan sesuai dengan dosis yang dianjutkan oleh dokter.
Gunakan penutup telinga atau pelindung telinga bila anda terpaksa berada di lingkungan yang
bising.
Berikut beberapa hal yang dapat anda lakukan untuk mengurangi gejala tinitus yang saat ini anda
rasakan :
Suara yang Anda dengar di telinga disebut di dalam kedokteran sebagai tinitus. Tinitus sendiri
berarti suara berdenging atau berdengung, atau jenis suara lain yang berasal dari kepala atau
telinga tanpa keterlibatan sumber eksternal.
Adanya rasa pusing mungkin saja dapat disebabkan karena keterlibatan saraf di daerah yang
berkaitan. Tinitus bukanlah penyakit namun gejala dan sebaiknya segera dicari penyebabnya.
Menurut American Academy of Otolarryngology, tinitus disebabkan oleh kerusakan dari ujung
saraf pendengaran di telinga dalam. Kerusakan tersebut dapat disebabkan karena usia tua.
Apabila masih muda, tinitus umumnya disebabkan karena pajanan suara keras. Penyebab lain
dari tinitus adalah obat (aspirin, NSAIDs, diuretik), alergi, tekanan darah tinggi atau tekanan
darah rendah, tumor, trauma terhadap kepala atau telinga, dan infeksi.
Tidak ada obat khusus untuk tinitus, yang paling penting adalah menghilangkan pencetus atau
menyembuhkan penyebab.
Hindari pajanan suara keras, hindari pencetus tinitus seperti kopi, teh, cola, rokok, dan garam.
Berolahragalah untuk memperbaiki sirkulasi dan jangan terlalu memikirkan mengenai tinitus
yang terjadi, belajarlah untuk mengabaikannya atau mengalihkannya ke hal lain (mendengarkan
musik ketika mau tidur misalnya).
Apabila masih belum ada perbaikan juga, sebaiknya Anda berkonsultasi kembali ke spesialis
THT. (klikdokter)
Editor : widodo
http://www.tribunnews.com/2010/03/21/mengapa-telinga-berdenging
Tinitus yakni sensasi suara yang mengganggu, tanpa ada sumber suara di luar telinga, cukup
banyak dijumpai. Gangguan pada telinga ini salah satunya disebabkan oleh frekuensi
penggunaan telepon seluler (ponsel) yang terlalu sering.
Gangguan tinitus biasanya berupa deringan, dengungan, siulan atau bunyi-bunyian lain meski
sebenarnya tidak ada sumber suara tersebut di sekitar.
Tim peneliti dari Austria merekrut 100 penderita tinitus dan 100 orang yang telinganya normal,
kemudian membandingkan penggunaan telepon pada dua kelompok partisipan. Ternyata tinitus
70 persen lebih sering terjadi pada mereka yang memakai ponsel lebih dari 10 menit setiap hari.
Akan tetapi para dokter yang tergabung dalam British Tinnitus Association mengatakan
gangguan tinitus dan ponsel kurang meyakinkan. Selama ini tinitus sering dihubungkan dengan
cedera di kepala, sering terpapar suara bising, serta pemakaian aspirin dosis tinggi. Namun dalam
banyak kasus penyebabnya belum diketahui.
Dari hasil penelitian tim dari Medical University of Vienna, Austria, diketahui pengunaan ponsel
lebih dari 160 jam secara akumulatif, akan meningkatkan risiko tinitus hingga 60 persen.
Menurut ketua peneliti Dr.Hans Peter Hutter, ada mekanisme biologi mengapa ponsel bisa
menyebabkan gangguan telinga. Koklea, organ dalam telinga yang bertugas menginterpretasi
suara dan saluran kecil auditori secara anatomi berada di bagian yang mudah menyerap suara
dari ponsel. Terlalu sering berbicara di ponsel, terutama sambil berjalan, diduga akan
mempengaruhi sirkulasi darah di bagian samping kepala.
Penanganan tinitus bisa dengan menggunakan masker tinitus, yaitu alat yang digunakan seperti
alat bantu dengar yang mengeluarkan sejenis suara lain yang tidak mengganggu.
• Beri komentar Anda
• http://www.dexpand.com/group/2844/miss-ring-ring-awas-telinga-berdenging
• Kenali Jenis Tinitus dan Langkah Pengobatannya
•
• Kiat Sehat � Surabaya : Mengalami gangguan pada
pendengaran akan membuat orang menjadi kesulitan dalam
berkomunikasi. Tentu saja ini sangat merepotkan, baik bagi
penderita maupun orang-orang di sekitarnya. Tidak jarang
orang yang menderita gangguan pendengaran mengalami
miskomunikasi sehingga terjadi kesalah pahaman. Kalau hal
ini terus terulang pastinya akan menimbulkan masalah dalam
kehidupan sosial mereka.
•
• Gangguan pendengaran ini bisa terjadi karena banyak faktor, termasuk diantaranya
adalah suatu penyakit yang disebut tinnitus. Tinnitus adalah kelainan sensasi suara pada
seseorang yang tidak ada hubungannya dengan rangsangan sumber suara dari luar. Suara
yang terdengar oleh penderita terkadang dirasakan sebagai suara yang mendenging,
mendesis, mendengung, menderu, berdenyut atau bahkan seperti suara jangkerik.
•
• Menurut Prof. Dr. dr. H.M.S. Wiyadi, Sp.THT-KL(K) Kepala Divisi Neurologi RSUD
Dr. Soetomo Surabaya, tinnitus ini dibagi menjadi bermacam-macam. Ada yang
membaginya dalam tinnitus intrinsik dan ekstrinsik, ada pula yang membaginya menjadi
tinnitus vibratorik dan non vibratorik. Sebagian membaginya menurut lokalisasi tinnitus
aurium dan tinnitus kranium, dan ada yang membagi menjadi tinnitus sentral dan tinnitus
perifer. �Pada umumnya tinnitus ini dibagi menjadi dua yaitu tinnitus objektif dan
tinnitus subjektif,� ujar Prof. Wiyadi.
•
• Tinnitus objektif adalah suatu kondisi dimana suara atau bising yang dirasakan oleh
penderita selain didengar oleh penderita juga didengar oleh orang lain. �Tinitus ini
biasanya bernada rendah dan bisa terjadi karena adanya gangguan mekanis. Namun pada
umumnya tinnitus objektif terjadi karena adanya gangguan vaskuler,� terangnya.
•
• Sedangkan tinnitus subjektif adalah suatu kondisi dimana suara atau bising yang
dirasakan oleh penderita hanya didengar oleh dirinya sendiri. Bila tinnitus bernada tinggi
biasanya ada kerusakan pada koklea, nuclei, neuron, urat syaraf atau korteks. �Bila
tinnitus tidak didengar ditelinga tapi diseluruh kepala, berarti tinnitus berasal dari otak.
Tinnitus yang seperti ini, sulit untuk diobati,� ujar Prof. Wiyadi. Namun jika tinnitus
bernada rendah, biasanya kerusakan pada telinga tengah atau telinga bagian luar.
•
• Yang memprihatinkan adalah kebanyakan orang menganggap tinnitus ini bukanlah hal
yang berbahaya. Padahal sebenarnya tinnitus bisa saja merupakan suatu tanda bahaya
penyakit telinga yang cukup serius yang dapat menyebabkan ketulian. �Tinitus adalah
suatu gejala klinik dari suatu penyakit baik ditelinga atau ditempat lain. Untuk itulah
tinnitus ini perlu segera mendapat pemeriksaan dan pengobatan sedini mungkin,� tegas
Prof. Wiyadi.
•
• Tentunya untuk mendapat pengobatan yang sesuai maka perlu adanya diagnosis terhadap
penyakit tersebut. Untuk mendapatkan diagnosis biasanya dilakukan beberapa
pemeriksaan. Yang pertama tentu saja anamnesis yang mempunyai peranan penting
meliputi bagaimana kwalitas dan kwantitas tinitusnya, lokasinya dan juga sifatnya. Sifat
yang dimaksud adalah apakah mendenging, mendesis, menderu, berdetak, gemuruh atau
bahkan seperti riak air dan juga lamanya.
•
• Dalam tahap ini ditanyakan pula apakah tinitusnya mengganggu atau bertambah berat
pada waktu siang atau malam hari. Gejala-gejala penyerta lainnya seperti vertigo atau
kurangnya pendengaran juga perlu ditanyakan. �Yang terutama apakah penderita
memiliki riwayat seperti perokok, peminum kopi, cidera kepala, trauma akustik, minum
obat-obat ototoksik dan apakah ada faktor psikis juga ditanyakan dalam tahap ini,�
terang Prof. Wiyadi.
•
• Setelah dilakukan anamnesis selanjutnya perlu diadakan pemeriksaan rutin THT.
Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan audiometric nada murni, audiometric bicara, tes
SISI, tes Tone decay, timpanomertri, tes kalori, BERA bila perlu ENG. Selain itu
dilakukan pulapemeriksaan radiologist yang meliputi CT-scan atau MRI untuk
mengetahui kelainan di intracranial dan retrokoklear. Pada tinnitus objektif bisa
dilakukan angiografi dan venogram jugularis.
•
• �Selanjutnya perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium yang meliputi pemeriksaan
darah lengkap, glukosa darah, tes glukosa toleran, kadar lemak darah, fungsi hepar,
fungsi ginjal dan hormon tiroid serta WR/K dan VDRL,� tegas Prof. Wiyadi. Apabila
pada THT tidak terdapat kelainan, perlu konsultasi pada ahli penyakit dalam, ahli syaraf
dan ahli penyakit jiwa. Bila ada anamnesis trauma kepala sebaiknya melakukan
konsultasi pada ahli bedah syaraf.
•
• Diantara berbagai jenis pengobatan tinnitus yang ideal adalah menghilangkan penyebab
penyakit atau kausatif. Tinnitus obyektif pada umumnya lebih mudah ditetapkan
diagnosisnya, karena pemeriksa dapat mendengar suara tinnitus secara langsung atau
dengan bantuan auskultasi daerah sekitar telinga atau leher sehingga mempermudah
deteksi lokasi serta kelainan patologisnya. Sehingga tinnitus objektif juga lebih mudah
pengobatannya karena biasanya stadium penyakitnya masih reversible. Sedangkan
tinnitus subjektif meskipun telah ditetapkan diagnosisnya, hingga saat ini belum
diketemukan obatnya. Dan biasanya penyakit in diketahui sudah dalam stadium
ireversibel seperti misalnya kerusakan sel-sel rambut organon Corti dan degenerasi syaraf
pendengar perifer dan pusat.Nana
• http://kiatsehat.com/index.php?
pgnm=./artikel/0001000100011183_full.html&panel=0001&cat=0001
Tinnitus Ditetapkan
Tinnitus (pronounced "tin-it-tus") is an abnormal noise in the ear (note that it is not an "itis" -- or
inflammation). Tinnitus (diucapkan "timah-it-tus") adalah kebisingan abnormal dalam telinga
(catatan bahwa itu adalah bukan "itis" - atau peradangan). Tinnitus is common -- nearly 36
million Americans have constant tinnitus and more than half of the normal population has
intermittent tinnitus. Tinnitus adalah umum - hampir 36 juta orang Amerika telah tinnitus
konstan dan lebih dari setengah populasi normal memiliki tinnitus berselang.
About six percent of the general population has what they consider to be "severe" tinnitus.
That is a gigantic number of people ! Sekitar enam persen dari populasi umum memiliki apa
yang mereka anggap sebagai "berat" tinnitus. Itu adalah sejumlah besar orang! In a large
study of more than 2000 adults aged 50 and above, 30.3% reported having experienced tinnitus,
with 48% reporting symptoms in both ears. Tinnitus had been present for at least 6 years in 50%
of cases, and most (55%) reported a gradual onset. Dalam sebuah studi besar, yaitu lebih dari
2000 orang dewasa berusia 50 ke atas, 30,3% dilaporkan mengalami tinnitus berpengalaman,
dengan 48% melaporkan gejala di kedua telinga itu. Tinnitus hadir selama minimal 6 tahun pada
50% kasus, dan sebagian besar (55% ) melaporkan onset bertahap. Tinnitus was described as
mildly to extremely annoying by 67%.(Sindhusake et al. 2003) Tinnitus digambarkan sebagai
agak ke sangat mengganggu oleh 67%). (Sindhusake et al. 2003
Tinnitus can come and go, or be continuous. Tinnitus bisa datang dan pergi, atau terus menerus.
It can sound like a low roar, or a high pitched ring. Hal ini dapat terdengar seperti raungan
rendah, atau cincin bernada tinggi. Tinnitus may be in both ears or just in one ear. Tinnitus
mungkin di kedua telinga atau hanya di satu telinga. Seven million Americans are so severely
affected that they cannot lead normal lives. Tujuh juta orang Amerika begitu parah terkena
dampak bahwa mereka tidak dapat hidup normal.
The most common types of tinnitus are ringing or hissing ringing, whistling (high pitched
hissing) and roaring (low-pitched hissing). Yang umum sebagian besar jenis tinnitus nada dering
atau mendesis, bersiul (mendesis bernada tinggi) dan menderu (mendesis bernada rendah). Some
persons hear chirping, screeching, or even musical sounds. Beberapa orang mendengar kicauan,
decitan, atau bahkan suara musik.
Note however that tinnitus nearly always consists of fairly simple sounds -- for example, hearing
someone talking that no one else can hear would not ordinarily be called tinnitus -- this would be
called an auditory hallucination. Namun perlu dicatat bahwa tinnitus hampir selalu terdiri dari
cukup suara sederhana - misalnya, mendengar orang berbicara bahwa tidak ada orang lain bisa
mendengar tidak akan biasanya disebut tinnitus - ini akan disebut halusinasi pendengaran.
Musical hallucinations in patients without psychiatric disturbance is most often described in
older persons, years after hearing loss, but they have also been reported in lesions of the dorsal
pons (Schielke et al, 2000). halusinasi Musik di pasien tanpa gangguan kejiwaan yang paling
sering digambarkan pada orang tua, tahun setelah kehilangan pendengaran, tetapi mereka juga
telah dilaporkan dalam lesi pons punggung (Schielke et al, 2000).
Another way of splitting up tinnitus is into objective and subjective . Cara lain yang
memecahbelahkan tinnitus adalah menjadi objektif dan subjektif. Objective tinnitus can be
heard by the examiner. Tujuan tinnitus dapat didengar oleh pemeriksa. Subjective cannot.
Subjektif tidak bisa. Practically, as there is only a tiny proportion of the population with
objective tinnitus, this method of categorizing tinnitus is rarely of any help. Praktis, karena ada
hanya sebagian kecil penduduk dengan tinnitus obyektif, metode kategorisasi tinnitus adalah
jarang membantu. It seems to us that it should be possible to separate out tinnitus into inner ear
vs everything else using some of the large array of audiologic testing available today. Sepertinya
kita bahwa mungkin untuk memisahkan tinnitus kedalam diri segala telinga vs lain menggunakan
beberapa array besar audiologic pengujian tersedia saat ini. For example, it would seem to us that
tinnitus should intrinsically "mask" sounds of the same pitch, and that this could be quantified
using procedures that are "tuned" to the tinnitus. Sebagai contoh, akan tampak bagi kita bahwa
tinnitus intrinsik harus "topeng" suara dari lapangan yang sama, dan bahwa ini bisa diukur
dengan menggunakan prosedur yang "disetel" untuk tinnitus.
Tinnitus is commonly accompanied by hearing loss . Tinnitus biasanya disertai dengan gangguan
pendengaran . Less commonly, it may be accompanied by hyperacusis (an abnormal sensitivity
to sound). Kurang umum, mungkin disertai dengan hyperacusis (kepekaan abnormal terhadap
suara).
Cartoon of the middle ear showing muscles that attach to ossicles (ear bones), and ear drum.
Kartun telinga tengah menunjukkan otot-otot yang menempel pada ossicles (tulang telinga), dan
gendang telinga. The stapedius is attached to the stapes (of course -- horseshoe object above),
while the tensor tympani is attached to the ear drum. stapedius ini melekat pada stapes (tentu
saja - objek tapal kuda di atas), sedangkan tensor timpani melekat ke gendang telinga. While
useful, be aware that there are multiple errors in this illustration from Loyola Medical School.
Meskipun sangat berguna, akan menyadari bahwa ada beberapa kesalahan dalam ilustrasi dari
Loyola Medical School. With permission, from :
http://www.meddean.luc.edu/lumen/meded/grossanatomy/dissector/mml/images/stap.jpg Dengan izin, dari :
http://www.meddean.luc.edu/lumen/meded/grossanatomy/dissector/mml/images/stap.jpg
The tensor tympani syndrome is common. Tensor timpani sindrom adalah umum. It sometimes
results in visible contractions of the ear drum, and sometimes even produces sounds audible to
the examiner. Kadang-kadang menyebabkan kontraksi terlihat gendang telinga, dan kadang-
kadang bahkan menghasilkan suara terdengar oleh pemeriksa. Patients usually indicate that it
makes a "thumping" noise -- like a tympani drum ! Pasien biasanya menunjukkan bahwa itu
membuat sebuah "berdebar" noise - seperti timpani drum! An impedance bridge (tympanometer)
can document rhythmic changes in ear drum compliance. Sebuah jembatan impedansi
(tympanometer) dapat mendokumentasikan perubahan berirama di gendang telinga kepatuhan. A
and a long recording of ear drum compliance should be made with a tympanometer (a screener
won't work here). A dan rekaman panjang gendang telinga kepatuhan harus dibuat dengan
tympanometer (screener tidak akan bekerja di sini).
Another middle ear tinnitus - -stapedius myoclonus syndrome. Lain tinnitus telinga tengah
- sindrom myoclonus-stapedius.
There should not be movement of the palate in the stapedius myoclonus syndrome, as the
stapedius does not insert onto the eardrum but rather onto the stapes. Tidak boleh ada gerakan
dari langit-langit pada sindrom myoclonus stapedius, sebagai stapedius tidak memasukkan ke
gendang telinga melainkan ke stapes.
In our experience (see recording below), the sound can be heard from the outside -- it is a high-
pitched "tic". Dalam pengalaman kami (lihat rekaman di bawah), suara dapat didengar dari luar -
itu adalah bernada tinggi "tic". We were unable to hear with a stethascope however, possibly due
to it's high pitch. Kami tidak dapat mendengar dengan stethascope sebuah Namun, mungkin
karena nada tinggi itu. There was no visible movement of the eardrum, in this case. Tidak ada
gerakan terlihat gendang telinga, dalam kasus ini.
Rhythmic changes in
impedance of the middle
ear. Berirama perubahan
impedansi dari telinga
tengah. Each bump was
correlated with a high-
pitched "tic" that can be
heard from the outside,
due to stapedius
myoclonus. Setiap
benjolan berkorelasi
dengan bernada tinggi
"tic" yang dapat didengar
dari luar, karena
myoclonus stapedius.
Trimetazidine. Trimetazidine. This is a drug designed for heart disease, that is marketed in
Europe for vertigo and tinnitus. Ini adalah obat dirancang untuk penyakit jantung, yang
dipasarkan di Eropa untuk vertigo dan tinnitus. It's brand name is Vasterel. Ini brand Vasterel.
The author of this page has had no experience with this medication for Meniere's. Penulis
halaman ini tidak punya pengalaman dengan obat ini untuk Meniere. Some authors indicate that
it is a placebo. Beberapa penulis menunjukkan bahwa itu adalah plasebo. (anon, 2000) (Anon,
2000)
• Anonymous. Anonymous. Trimetazidine: a second look. Trimetazidine:
melihat kedua. Just a placebo. Hanya plasebo. Prescrire Int. Prescrire Int.
2000 Feb;9(45):207-9 Februari 2000; 9 (45) :207-9
Drugs that are probably placebos for idiopathic tinnitus Obat yang mungkin plasebo untuk
tinnitus idiopatik
• Baclofen -- rarely helpful, has significant side effects. Baclofen - jarang
membantu, memiliki efek samping yang signifikan.
• Botox. Botox. It makes no sense to use a neuromuscular blocker for tinnitus
in a general sense. Ini tidak masuk akal untuk menggunakan neuromuskuler
blocker untuk tinnitus dalam pengertian umum. There may be a few
instances where it is rational for treatment of tinnitus associated with muscle
spasm. Mungkin ada beberapa contoh dimana rasional untuk pengobatan
tinnitus berhubungan dengan kejang otot. See this page for more information
about a study on Botox for tinnitus. Lihat halaman ini untuk informasi lebih
lanjut tentang studi Botox untuk tinnitus.
• B12 (1000 ug per week). B12 (1000 ug per minggu).
• Carbamazepine (Tegretol) -- an anticonvulsant. Carbamazepine (Tegretol) -
anticonvulsant sebuah. (Dobie RA, 1999). (Dobie RA, 1999). We have had a
few responders to this drug however. Kami memiliki beberapa responden
Namun obat ini.
• Cinnarizine (Dobie, 1999). Cinnarizine (Dobie, 1999). Not available in the US.
Tidak tersedia di AS.
• Dexamethasone (Intratympanic) (Araujo et al, 2005). Dexamethasone
(Intratympanic) (Araujo et al, 2005). This drug seems reasonable only for
Meniere's disease or related conditions. Obat ini tampaknya masuk akal
hanya untuk penyakit Meniere atau kondisi yang terkait. Cole et al (1992) felt
that while the drug is well tolerated, it is not effective. Cole et al (1992)
merasa bahwa sementara obat ini ditoleransi dengan baik, tidak efektif.
• Gabapentin (Neurontin). Gabapentin (Neurontin). (Piccirillo et al, 2007
indicates that it is a placebo; also see Witsell et al (2007)) (Piccirillo et al,
2007 menunjukkan bahwa itu adalah plasebo; juga melihat Witsell et al
(2007))
• Ginkgo Biloba (Alternative medicine found in health food stores, 120-240 mg
twice daily -- some anecdotal evidence of efficacy) (Seidman and Keate,
2002) Ginkgo Biloba (Obat Alternatif ditemukan di toko makanan kesehatan,
120-240 mg dua kali sehari - beberapa bukti anekdotal kemanjuran)
(Seidman dan Keate, 2002)
• Homeopathic preparations -- (see above) these are clearly placebos !
preparat Homeopathic - (lihat di atas) ini jelas plasebo!
• Lamotrigine (an anticonvulsant). Lamotrigin (anticonvulsant sebuah). We
have had no experience with this one. Kami tidak memiliki pengalaman
dengan yang satu ini.
• misoprostol, Cytotec (300 mg TID) -- we have never encountered a patient
that responded to this misoprostol, Cytotec (300 mg TID) - kita tidak pernah
menemui pasien yang menanggapi ini
• Serc (8 - 16 mg TID). Serc (8 - 16 mg TID). We have had some good results in
some patients with Serc. Also other medical treatments of Meniere's disease
may be worth considering. Kami memiliki beberapa hasil yang baik pada
beberapa pasien dengan Serc. Juga perawatan medis lainnya Penyakit
Meniere mungkin patut dipertimbangkan.
• Tocainamide (more than 1200 mg/day) -- a cardiac drug related to the local
anesthetics (Dobie, 1999). Tocainamide (lebih dari 1200 mg / hari) - obat
jantung yang berkaitan dengan anestesi lokal (Dobie, 1999). See comments
above due to Shea, who feels that tocainamide is sometimes effective. Lihat
komentar di atas karena Shea, yang merasa tocainamide yang kadang
efektif.
• Zinc supplements (50 mg daily). Zinc suplemen (50 hari mg). Zinc has been
used for many years as a treatment of tinnitus. Seng telah digunakan selama
bertahun-tahun sebagai pengobatan tinnitus. Most studies show no
significant effect (eg Arda et al, 2003). Kebanyakan penelitian menunjukkan
tidak ada pengaruh yang signifikan (misalnya Arda et al, 2003). It seems
most likely at this writing (2007) that zinc is a placebo. Tampaknya yang
paling mungkin di tulisan ini (2007) bahwa seng adalah plasebo.
Comment : Some of these drugs may be worth considering depending on ones personal
situation. Komentar: Beberapa obat-obatan ini mungkin patut mempertimbangkan tergantung
pada situasi yang pribadi. The ones with the least adverse effects would seem most logical.
Orang-orang dengan sedikit efek samping akan tampak paling logis. If one understands the
mechanism of one's tinnitus, it seems more likely that a drug like this might work. Jika seseorang
memahami mekanisme tinnitus seseorang, tampaknya lebih mungkin bahwa obat seperti ini bisa
bekerja.
Devices for Tinnitus Perangkat untuk Tinnitus
Devices with some reasonable chance of helping: Perangkat dengan beberapa kesempatan
yang masuk akal untuk membantu:
Hearing aids and other devices called "maskers" may also help alleviate tinnitus. Alat bantu
dengar dan perangkat lain yang disebut "masker" juga dapat membantu meringankan tinnitus.
This is a tricky business. If you have tinnitus associated with a hearing loss, a hearing aid is a
reasonable thing to try . Ini adalah bisnis yang rumit. Jika Anda memiliki tinnitus terkait dengan
gangguan pendengaran, sebuah alat bantu dengar adalah hal yang masuk akal untuk mencoba.
Be sure that you try the hearing aid before buying one, as tinnitus is not always helped by an aid.
Pastikan bahwa Anda mencoba alat bantu dengar sebelum membeli satu, sebagai tinnitus tidak
selalu dibantu oleh alat bantu. We see no reason to get 2 hearing aids at the same time, for
treatment of tinnitus. Kita melihat ada alasan untuk mendapatkan 2 alat bantu dengar pada saat
yang sama, untuk pengobatan tinnitus. Nearly all states mandate a 1-month money-back
guarantee built into hearing aid dispensing. Hampir semua negara mandat jaminan uang kembali
1 bulan dibangun menjadi alat bantu dengar pengeluaran.
It also seems possible that a hearing aid might exacerbate tinnitus, as many people develop
"ringing" of their ears after exposure to loud noise. Hal ini juga tampaknya mungkin bahwa alat
bantu dengar bisa memperburuk tinnitus, karena banyak orang mengembangkan "dering" dari
telinga mereka setelah terpapar suara keras.
We are generally in favor of maskers (see below). Kami umumnya mendukung masker (lihat di
bawah). We try them in nearly 100% of our patients in our tinnitus clinic. Kami mencoba mereka
dalam hampir 100% dari pasien kami di klinik tinnitus kami.
Maskers Masker
These are devices based on the idea that tinnitus is usually worst when things are very quiet. Ini
adalah perangkat yang didasarkan pada gagasan bahwa tinnitus biasanya terburuk ketika ada
yang sangat tenang. Listening to the interstation static on the FM radio, tapes of ocean surf, fans,
and the like may be helpful. Mendengarkan antarstasiun statis di radio FM, rekaman surfing laut,
penggemar, dan sejenisnya mungkin berguna. Pillow speakers sold by Radio Shack may be
helpful in order to avoid disturbing others. Bantal speaker dijual oleh Radio Shack dapat
membantu untuk menghindari mengganggu orang lain. This is a very cheap method. Ini adalah
metode yang sangat murah.
Tinnitus maskers are fitted and sold by audiologists. Controlled studies of maskers have shown
small effects (Dobie, 1999). Tinnitus dilengkapi masker dan dijual oleh audiolog telah
Pengendalian. studi masker menunjukkan efek kecil (Dobie, 1999).
CD's are available that contain masking sounds, for example, the "DTM-6B" system sold by
Petroff Audio Research. CD yang tersedia yang berisi suara masking, misalnya, "DTM-6B"
sistem yang dijual oleh Petroff Audio Research. This is a collection of 6 CD's found by Mike
Petroff, an individual with tinnitus, to be helpful for him, and marketed for this purpose. Ini
adalah kumpulan 6 CD ditemukan oleh Mike Petroff, seorang individu dengan tinnitus, untuk
membantu untuk dia, dan dipasarkan untuk tujuan ini. They are endorsed by Jack Vernon, a
tinnitus practitioner associated with the ATA. Mereka didukung oleh Jack Vernon, seorang
praktisi tinnitus terkait dengan ATA. Our thought is that these CD's are probably good masking
sounds, but we wonder if they are worth $139+$6 S/H ( here is a site that sells these CDs ).
pikiran kami adalah bahwa CD ini adalah masking mungkin kedengarannya bagus, tetapi kita
heran jika mereka bernilai $ 139 + $ 6 S / H ( di sini adalah sebuah situs yang menjual CD ini ).
We suspect that there are much less expensive alternatives. Kami menduga bahwa ada alternatif
jauh lebih murah.
We are presently experimenting in our practice with customized maskin g. Kami saat ini
bereksperimen dalam praktek kami dengan Maskin disesuaikan g. After matching the patient's
tinnitus, for those who are maskable, using a program called Matlab, we produce a sound file
that is customized to the frequency of the tinnitus. Setelah pencocokan tinnitus pasien, bagi
mereka yang maskable, menggunakan program yang disebut Matlab, kami memproduksi sebuah
file suara yang disesuaikan dengan frekuensi tinnitus. This sound is mixed in with music
provided by the patient. Bunyi ini dicampur dengan musik yang disediakan oleh pasien. The idea
is similar to the "Neuromonics" device below, but the implentation is much simpler and less
expensive.. Idenya adalah mirip dengan perangkat "Neuromonics" di bawah, namun implentation
jauh lebih sederhana dan lebih murah ..
Unusual devices advocated for tinnitus. perangkat yang tidak biasa menganjurkan untuk
tinnitus.
Neuromonics device
Neuromonics perangkat
References: Referensi:
• Andersson G, Vretblad P, Larsen H, Lyttkens L. Longitudinal follow-up of
tinnitus complaints. Arch Oto HNS 2001:127:175-179
• Araujo MF and others. Intratympanic dexamethasone injection as a treatment
for severe disabling tinnitus. Arch Otol HNS 2005:131:113-117.
• H. Nedim Arda; Umit Tuncel; Ozgur Akdogan; Levent N. Ozluoglu. The Role of
Zinc in the Treatment of Tinnitus. Otology & Neurotology 2003; 24(1):86-89
• Cohen D, Perez R. Bilateral myoclonus of the tensor tympani: A case report.
Otolaryngol HNS 2003:128:441
• Coles, RR, AC Thompson, et al. (1992). (1992). "Intra-tympanic injections in
the treatment of tinnitus." Clin Otolaryngol Allied Sci 17(3): 240-2.
• Davis, PB, B. Paki, et al. (2007). (2007). "Neuromonics Tinnitus Treatment:
third clinical trial." Ear Hear 28 (2): 242-59.
• Davis PB, Wilde RA, Steed LG, Hanley PJ. Treatment of tinnitus with a
customized acoustic neural stimulus: a controlled clinical study. ENT journal
2008, 87(6), 320-329
• Dobie RA. A review of randomized clinical trials in tinnitus. Laryngoscope
1999;109(8):1202-11.
• Folmer RL, Griest SE. Chronic tinnitus resulting from head or neck injuries.
Laryngoscope 2003 May;113(5):821-7
• Friedland DR and others. Feasibility of auditory coortical stimulation for the
treatment of tinnitus. Otol Neurotol 2007; 1005-12
• Ganaca MM et al. Clonazepam in the pharmacological treatment of vertigo
and tinnitus. International Tinnitus Journal, 8, 1,50-53 (2002)
• GHOSSAINI SN, Spitzer JB, Mackins CC, Zschommler A, et al. High-frequency
pulsed electromagnetic energy in tinnitus treatment. Laryngoscope
2004;114:495-500.
• Golz A, Fradis M, Martzu D, Netzer A and Joachims HZ (2003). "Stapedius
muscle myoclonus." Ann Otol Rhinol Laryngol 112(6): 522-4.
• Gristwood RE, Venables WN Otosclerosis and chronic tinnitus. Ann Otol Rhinol
Laryngol 2003 May;112(5):398-403
• Lanska Dj, Lanska MJ, Mendez MF. Brainstem auditory hallucinosis. Neurology
1987, 37, 1685
• Hesse G, Schaaf H. [Ginkgo biloba: ineffective against tinnitus?] HNO 2001;
49: 434-6.
• Kerhle HM and others. Comparison of auditory brainstem response results in
normal-hearing patients with and without tinnitus. Arch ORL 2008:134(6)
647-651
• Kleinjung T, Steffens T, Sand P, Murthum T, Hajak G, Strutz J, Langguth B,
Eichhammer P. Which tinnitus patients benefit from transcranial magnetic
stimulation? Otolaryngol Head Neck Surg. 2007 Oct;137(4):589-95.
• Levine, RA (2006). "Typewriter tinnitus: a carbamazepine-responsive
syndrome related to auditory nerve vascular compression." ORL J
Otorhinolaryngol Relat Spec 68(1): 43-6; discussion 46-7.
• Mennemeier M and others. Maintenance repetitive transcranial magnetic
stimulation can inhibit the return of tinnitus. Laryngoscope 118, 2008
• Nicholas-Puel C and others. Characteristics of tinnitus and etiology of
associated hearing loss: A study of 123 patients. Int. Tinnitus J, 8, 1,, 37-44,
2002
• Olzowy, B., M. Canis, et al. (2007). (2007). "Effect of atorvastatin on
progression of sensorineural hearing loss and tinnitus in the elderly: results of
a prospective, randomized, double-blind clinical trial." Otol Neurotol 28 (4):
455-8.
• Piccirillo JF and others. Relief of idiopathic subjective tinnitus. Is Gabapenting
effective ? Arch Otol HNS 2007;133:390-397. [This paper says it is the same
as placebo]
• Plewnia C, Bartels M, Gerloff C. Transient suppression of tinnitus by
transcranial magnetic stimulation. Ann Neurol 2003:53;263-266
• Schielke E and others. Musical hallucinations with dorsal pontine lesions.
Neurology 2003, 55, 454
• Seidman. RE and Keate B.:Letter to the editor -- Myths in neurotology,
revisited: smoke and mirrors in tinnitus therapy. Otol Neurotol 23:1013-1016,
2002
• Sindhusake D, Golding M, Newall P, Rubin G, Jakobsen K and Mitchell P
(2003). "Risk factors for tinnitus in a population of older adults: the blue
mountains hearing study." Ear Hear 24(6): 501-7.
• Sindhusake D, Mitchell P, Newall P, Golding M, Rochtchina E and Rubin G
(2003). "Prevalence and characteristics of tinnitus in older adults: the Blue
Mountains Hearing Study." Int J Audiol 42(5): 289-94.
• Smith JA, Mennemeier M, Bartel T, Chelette KC, Kimbrell T, Triggs W,
Dornhoffer JL.Repetitive transcranial magnetic stimulation for tinnitus: a pilot
study. Laryngoscope. 2007 Mar;117(3):529-34.
• Wang H, Jiang S, Yang W, Han D. Tinnitus retraining therapy: a clinical control
study of 117 patients.Zhonghua Yi Xue Za Zhi 2002 Nov 10;82(21):1464-7
• Witsell DL and others. Treatment of tinnitus with gabapentin: a pilot study.
Otol Neurotol 28:11-15. 2007 2007
Top of Form
Bottom of Form
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&sl=en&u=http://www.dizziness-and-
balance.com/disorders/hearing/tinnitus.htm&ei=55aTTOnJLI3Zcc20_aMF&sa=X&oi=translate
&ct=result&resnum=10&ved=0CDsQ7gEwCThG&prev=/search%3Fq%3Dtinitus%26start
%3D70%26hl%3Did%26sa%3DN
pa Membantu Tinitus?
By Karen Carter , eHow Contributor Oleh Karen Carter , eHow Kontributor
I want to do this! What's This? Saya ingin melakukan ini! What's This?
Medical Medis
2. High blood pressure may trigger tinnitus. Tekanan darah tinggi dapat memicu
tinnitus. The noise would be the sound of the blood rushing through the blood
vessels in the ear. Kebisingan akan suara darah mengalir melalui pembuluh
darah di telinga. A visit to the doctor can help determine the best way for
control your blood pressure. Kunjungan ke dokter dapat membantu
menentukan cara terbaik untuk mengontrol tekanan darah Anda. You may
need to decrease your salt intake, work toward a healthy weight or exercise
more frequently. Anda mungkin harus mengurangi asupan garam Anda,
bekerja menuju berat badan yang sehat atau berolahraga lebih sering.
Medicine can also be prescribed to alleviate tinnitus symptoms. Pengobatan
juga dapat diresepkan untuk mengurangi gejala tinnitus. In the case of
tinnitus being caused by medicine, the doctor can adjust the prescription to
lessen the side effect. Dalam kasus tinnitus disebabkan oleh obat, dokter
dapat menyesuaikan resep untuk mengurangi efek samping.
Relief Bantuan
3. Stress makes tinnitus seem worse. Stres membuat tinnitus tampak buruk.
Meditation and relaxation exercises can help with stress control. Meditasi dan
relaksasi latihan dapat membantu dengan kontrol stres. Counseling and
support groups can help with the depression that can be caused by tinnitus.
Konseling dan dukungan kelompok dapat membantu dengan depresi yang
dapat disebabkan oleh tinnitus. Plenty of rest will help as well. Banyak
istirahat akan membantu juga. Sleep with your head propped up. Tidur
dengan kepala disangga. The elevated position can lessen head congestion
that makes tinnitus worse. Posisi tinggi dapat mengurangi kemacetan kepala
yang membuat tinnitus buruk. Another strategy is to avoid loud sounds and
noises. Strategi lain adalah untuk menghindari suara keras dan suara.
Industrial environments are noisy, but earplugs or special earmuffs can be
worn to muffle the noise level. lingkungan industri yang berisik, namun
sumbat telinga atau penutup telinga khusus dapat dipakai untuk meredam
tingkat kebisingan. Avoid stimulants such as alcohol, coffee, tea, cola and
tobacco. Hindari stimulan seperti alkohol, kopi, cola teh, dan tembakau. They
also can aggravate tinnitus. Mereka juga dapat memperburuk tinnitus.
Ads by Google
Hair Loss TreatmentDrPatYuen.com
Tinnitus sufferer?www.widex.com/Products/Mind440
The Zen system in Widex mind440 hearing aid may help you
References Referensi
• National Institute on Deafness and Other Communication Disorders National
Institute on Deafness dan Gangguan Komunikasi Lainnya
• American Academy of Otolaryngology American Academy of Otolaryngology
Resources
Read more: Jalan Terbaik - Apa Membantu Tinitus? | EHow.com
http://translate.googleusercontent.com/translate_c?
hl=id&sl=en&u=http://www.ehow.com/way_5124896_helps-
tinitus.html&prev=/search%3Fq%3Dtinitus%26start%3D80%26hl%3Did%26sa
%3DN&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhidvdojlZwtZFsNFC0rPgAQ0SIFNg#ixz
z0zo1wtZjc
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&sl=en&u=http://www.ehow.com/way_5124896_helps-
tinitus.html&ei=GZqTTOrXAcyqcej3mKQF&sa=X&oi=translate&ct=result&resnum=10&ved=0CD4Q7gEwCThQ&prev=/search%3Fq
%3Dtinitus%26start%3D80%26hl%3Did%26sa%3DN
Bagi penderita tinitus, suara yang terdengar itu begitu nyata dan serasa berasal dari dalam telinga
atau kepala. Tetapi, suara tersebut tidak akan terdengar oleh orang lain. Menurut dr Dendy
Hamdali SpTHT, pemeriksaan tinitus jarang dilakukan karena gejalanya sering bersifat
sementara. "Hanya sedikit yang memeriksakan diri. Jika sudah benar-benar terganggu, pasien
baru memeriksakannya," katanya.
Tinitus dapat berasal dari tiga bagian telinga. Yaitu, telinga bagian luar, tengah, dan dalam serta
otak sebagai pusat pendengaran.
Spesialis telinga hidung dan tenggorok dari RS Siloam Surabaya itu menyebut ada beberapa
penyebab tinitus. Antara lain, gangguan keseimbangan cairan dalam telinga bagian dalam,
kotoran di telinga, infeksi, atau penyakit yang menyerang tulang-tulang pendengaran dan
gendang telinga. Rusaknya ujung saraf pada telinga bagian dalam karena faktor usia juga bisa
mengakibatkan tinitus. Suara yang terlampau keras atau bising ikut menyumbang pencetus
tinitus.
Obat jenis ototoxic adalah obat yang rentan mengakibatkan munculnya tinitus. Di antaranya,
obat TB (streptomicin) dan beberapa golongan obat antibiotik tertentu. Penggunaan dalam
jangka waktu lama dapat menimbulkan gangguan telinga yang menetap dengan keluhan tinitus di
antaranya.
http://www.klikdokter.com/article/detail/171Bottom of Form