You are on page 1of 8

PSIKOLOGI KENAKALAN REMAJA

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, nakal adalah "suka


berbuat kurang baik

(tidak menurut, mengganggu dsb. terutama bagi anak-anak) atau


buruk kelakuan."

Juvenile deliquency atau kenakalan remaja dapat ditinjau dari


empat faktor penyebab,

yakni faktor pribadi, faktor keluarga yang merupakan lingkungan


utama, maupun faktor

sekolah dan lingkungan sekitar yang secara potensial dapat


membentuk perilaku seorang

remaja.

Menurut Raymond Tambunan, Psi, dalam pandangan psikologi,


perkelahian yang

melibatkan pelajar usia remaja digolongkan sebagai salah satu


bentuk kenakalan remaja

(juvenile deliquency). Kenakalan remaja dalam hal perkelahian,


dapat digolongkan ke

dalam dua jenis delikuensi, yaitu situasional dan sistematik.

Pada delikuensi situsional, perkelahian terjadi karena adanya situasi


yang mengharukan

mereka untuk berkelahi. Sedangkan pada delikuensi sistematik,


para remaja yang terlibat

perkelahian itu berada dalam satu geng atau organisasi. Di sini ada
norma, aturan, dan

kebiasaan tertentu yang harus diikuti anggota termasuk berkelahi.

Sebagai anggota mereka bangga melakukan apa yang diharapkan.


Kejadian itu berkaitan

dengan emosinya yang dikenal dengan masa strom dan stress.


Dipengaruhi lingkungan
tempat tinggal, keluarga, dan teman sebaya serta semua kegiatan
sehari-hari.

Memotivasi diri

Goleman (1997) mengatakan, koordinasi suasana hati inti dari


hubungan sosial yang

baik. Seorang yang pandai menyesuaikan diri atau dapat berempati,


ia memiliki tingkat

emosionalitas yang baik. Kecerdasan emosional lebih untuk


memotivasi diri, ketahanan

dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda


kepuasan, serta

mengatur keadaan jiwa.

Lima wilayah kecerdasan emosional sebagai pedoman setiap


individu, untuk mencapai

kesuksesan dalam kehidupan sehari-hari. Yakni mengendali emosi,


kesadaran diri dalam

mengenali perasaan ketika perasaan itu terjadi sebagai dasar


kecerdasan emosi, sehingga

kita bisa peka pada perasaan sesungguhnya dan tepat dalam


pengambilan keputusan

masalah.

Mengelola emosi, berarti menangani perasaan agar perasaan


terungkap dengan tepat

memotivasi diri mengenali emosi orang lain empati atau mengenal


emosi orang lain,

dibangun berdasar pada kesadaran diri. Orang yang tidak mampu


menyesuaikan diri

dengan emosi sendiri, dapat dipastikan tidak akan mampu


menghormati perasaan orang

lain.

Membina hubungan dengan orang lain, sebagai makluk sosial,


individu dituntut dapat
menyelesaikan masalah dan mampu menampilkan diri, sesuai
aturan yang berlaku.

Karena itu remaja agar memahami dan mengembangkan


keterampilan sosialnya.
Doc,reading report; Kenakalan Remaja : thoyib@gmail.com

Kegagalan remaja dalam menguasai keterampilan sosial akan


menyebabkan ia sulit

meyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Sehingga timbul rasa


rendah diri, dikucilkan

dari pergaulan, cenderung berperilaku normatif (misalnya, asosial


ataupun anti-sosial).

Bahkan lebih ekstrem biasa menyebabkan terjadinya gangguan


jiwa, kenakalan remaja,

tindakan kriminal, tindakan kekerasan, dsb.

Beberapa aspek yang menuntut keterampilan sosial (dalam Davis


dan Forsythe, 1984).

1. keluarga

2. Lingkungan,

3. Kepribadian

Remaja diajarkan lebih memahami diri sendiri (kelebihan dan


kekurangannya), agar ia

mampu mengendalikan dirinya. Sehingga dapat bereaksi secara


wajar dan normatif,

dibiasakan untuk menerima orang lain, tahu dan mau mengakui


kesalahannya.

Dengan cara itu remaja tidak akan terkejut menerima kritik atau
umpan balik dari sekitar,

mudah bersosialisasi, memiliki solidaritas tinggi, diterima di


lingkungan lain. Sehingga

akan mampu membantu menemukan dirinya sendiri dan mampu


berperilaku sesuai

norma yang berlaku.


Kenakalan remaja semakin menunjukkan kompleksitas akar
permasalahannya sehingga

diperlukan suatu ancangan teoretik (theoretical approach) yang


cukup komprehensif

untuk memahaminya guna menemukan langkah pemecahan yang


lebih efektif.

Prinsip-Prinsip Efisiensi Perilaku Individu untuk Kehidupan


yang Sukses

Sukses pada dasarnya adalah pencapaian sesuatu tujuan yang


dengan segala daya upaya

diperjuangkan seseorang sehingga sungguh-sungguh terwujud.


Hidup sukses adalah

hidup seseorang yang sungguh-sungguh mencapai tujuan yang


didambakannya dengan

diiringi kepuasan batin dan kesehatan fisik-mental serta prospek


pengembangan diri yang

seluas mungkin. Kepuasan batin berarti perasaan bahagia dalam


diri seseorang tanpa

adanya kerisauan, ketakutan atau pertentangan batin. Kesehatan


menurut Organisasi

Kesehatan Dunia (World Health Organization) adalah suatu keadaan


sejahtera jasmaniah,

rohaniah maupun sosial dan bukan semata-mata ketiadaan penyakit


dan kelemahan.

Sedang pengembangan diri yang selengkapnya meliputi segi-segi


fisik, sosial, emosional,

intelektual, moral, dan spiritual. Kalau hidup ini diterima sebagai


suatu kurnia yang baik,
Doc,reading report; Kenakalan Remaja : thoyib@gmail.com

pengalaman yang indah, dan kenyataan yang benar, maka setiap


orang perlu berusaha

mencapai suatu hidup yang sukses. Dengan demikian, segenap


potensi kemampuan yang
tertanam pada setiap orang (misalnya kemampuan berpikir,
berkemauan, bercitarasa)

tidaklah tersia-siakan. Demikian pula, dapatlah berkembang


sepenuhnya empat dimensi

pokok hidup manusia berupa: berada (to be), mengetahui (to know),
berbuat (to do), dan

memiliki (to have).

Penggunaan Bibliokonseling sebagai Salah Satu Strategi


Membantu Klien

Konseling sebagai teknologi bantuan kemanusiaan memerlukan


strategi yang tepat agar

subjek layanan memperoleh manfaat bagi dirinya. Bibliokonseling


merupakan salah satu

strategi bantuan dengan menggunakan informasi dalam bahan


pustaka. Strategi ini dapat

dimanfaatkan untuk membantu siswa meningkatkan prestasi


belajar, mengubah konsep

diri, memodifikasi sikap sosial, meningkatkan kesehatan dan


sebagainya. Dalam

kerangka itu, konselor perlu mengembangkan bibliokonseling yang


sudah dirancang itu

dapat disajikan dengan teknik kelola sendiri, kontak minimal, kelola-


konselor, dan arahan

konselor. Pelaksanaannya, tentu saja, memperhatikan prinsip


seperti kebenaran dan

keberdayaan informasi, keefisienan, kemanfaatan, keaktifan klien,


dan kemenarikan.

Kenakalan Remaja dan Upaya untuk Mengatasinya

Kenakalan remaja merupakan gejala umum, khususnya terjadi di


kota-kota besar yang

kehidupannya diwarnai dengan adanya persaingan-persaingan


dalam memenuhi
kebutuhan hidup, baik yang dilakukan secara sehat maupun secara
tidak sehat.

Persaingan-persaingan tersebut terjadi dalam segala aspek


kehidupan khususnya

kesempatan memperoleh pendidikan dan pekerjaan. Betapa


kompleksnya kehidupan

tersebut memungkinkan terjadinya kenakalan remaja. Penyebab


kenakalan remaja

sangatlah kompleks, baik yang berasal dari dalam diri remaja


tersebut, maupun penyebab

yang berasal dari lingkungan, lebih-lebih dalam era globalisasi ini


pengaruh lingkungan

akan lebih terasa. Pemahaman terhadap penyebab kenakalan


remaja mempermudah

upaya-upaya yang harus dilakukan untuk mengatasinya. Upaya-


upaya tersebut dapat

bersifat preventif, represif, dan kuratif. Tanggung jawab terhadap


kenakalan remaja

terletak pada orangtua, sekolah, dan masyarakat, khususnya para


pendidik baik yang ada

di keluarga (orangtua), sekolah (guru-guru dan para guru


pembimbing) maupun para

pendidik di masyarakat, yakni para pemuka agama dan tokoh-tokoh


masyarakat.

Daftar Pustaka :
1. ___________________, Sutoyo Imam Utoyo, Universitas Negeri
Malang

2. ___________________, Andi Mappiare A.T., Universitas Negeri


Malang

3. ___________________, Blasius Boli Lasan, Universitas Negeri


Malang

4. ___________________, Abdul Hadis, Universitas Negeri Malang

5. ___________________, Nur Hidayah, Universitas Negeri Malang

6. ___________________, Hariadi Kusumo, Universitas Negeri


Malang

7. ___________________, I.M. Hambali, Universitas Negeri Malan


PSIKOLOGI KENAKALAN REMAJA

NAMA : DHIAH DEASY ANDRIANI


NIM : F 100100188
KELOMPOK : KUDER

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

You might also like