Professional Documents
Culture Documents
TEORI
Di dalam sel, berlangsung secara terus menerus reaksi – reaksi yang sangat
kompleks dan dengan kecepatan yang sangat tinggi namun terarah. Reaksi yang
kompleks ini dapat juga berlangsung di luar sel, hanya saja sangat lamban. Hal ini
disebabkan di dalam sel hidup terdapat suatu zat yang dinamakn enzim. Enzim
disintesis dalam sel, dapat mempercepat suatu reaksi termodinamikasedemikian
rupa sehingga kecepatan reaksi dapat berjalan sesuai dengan proses biokimia yang
dibutuhkan untuk mengatur kehidupan (Girindra, 1993).
Enzim merupakan suatu kelompok protein yang berperan sangat penting
dalam proses aktivitas biologis. Enzim ini berfungsi sebagai katalisator dalam sel
dan sifatnya sangat khas. Dalam jumlah yang sangat kecil, enzim dapat mengatur
reaksi tertentu sehingga dalam keadaan normal tidak terjadi penyimpangan –
penyimpangan hasil akhir reaksinya. Enzim ini akan kehilangan aktivitasnya
akibat panas, asam atau basa kuat, pelarut organik, atau apa saja yang dapat
menyebabkan denaturasi protein (Girindra, 1993).
Kerja enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya konsentrasi
substrat, pH, suhu, konsentrasi enzimnya dan inhibitor. Dalam percobaan akan
diuji pengaruh pH, konsentrasi substrat, suhu dan konsentrasi enzim.
1 5 Biru jelas
2 7 Tidak biru/normal
2 1 Tidak biru/normal
1 1 Tidak biru
2 2 Menjelang biru
3 4 Mulai biru
4 6 Biru
PEMBAHASAN
Pada percobaan digunakan amilum 2% sebagai substrat dan amilase
sebagai sumber enzim yang berasal dari air liur. Amilum adalah polisakarida yang
banyak terdapat di alam contoh sebagian besar ada pada tumbuhan. Amilum
dalam kehidupan sehari – hari disebut pati terdiri dari dua komponen yaitu
amilosa dan amilopektin. Amilosa merupakan polisakarida linier dari unit – unit
glukosa yang dihubungkan oleh ikatan α (1, 4) glikosida. Amilosa akan
memberikan warna biru dengan adanya iodium, karena senyawa ini dapat masuk
dan menduduki posisi dalam gelang helikal yang terbentuk jika amilsa dalam air.
Amilopektin merupakan polisakarida yang banyak cabangnya, terdiri dai unit
glukosa yang dihubungkan oleh ikatan α (1, 4) glikosida dan cabangnya α (1, 6)
glikosida. Amilopektin dengan iodium akan memberikan warna ungu atau merah
kembayung.
Reaksi kimia sangat dipengaruhi oleh suhu, maka reaksi yang dikatalis
oleh enzim juga peka terhadap suhu. Enzim sebagai protein akan mengalami
denaturasi jika suhunya dinaikkan. Denaturasi merupakan protein yang susunan
ruang atau rantai polipeptida suatu molekul berubah. Denaturasi juga bisa
diartikan suatu perubahan atau modifikasi terhadap stuktur sekunder, tersier, dan
kuartener terhadap molekul protein, tanpa terjadinya pemecahan ikatan – ikatan
kovalen (Winarno,1997). Akibatnya daya kerja enzim menurun, ada kemungkinan
sampai suhu 450C efek predominannya masih memperlihatkan kenaikan aktivitas
sebagaimana dugaan dalam teori kinetik. Tetapi lebih dari 45 0C efek yang
berlawanan yaitu denaturasi termal lebih menonjol dan menjelang suhu 55 0C
fungsi katalitik enzim menjadi punah (Girindra, 1993). Dari hasil percobaan uji
dengan larutan iodium diperoleh dari suhu terendah hingga suhu tertinggi
meberikan perubahan warna. Pada suhu 40C, enzim masih berfungsi dengan baik
sehingga menghasilkan tidak memberikan warna biru yang pekat, karena bentuk
amilosa yang spiral dari hasil hidrolisis rantai lurus amilosa dari pati dan
menyebabkan banyak iodium tersekap dalam heliks amilosa dan terbentuk warna
biru. Pada suhu 800C enzim mulai terdenaturasi, bentuk amilosa yang spiral mulai
melebar/terbuka yang mengakibatkan terlepasnya iodium dalam heliks amilosa
dan terbentuk warna biru. Pada suhu 800C dan 1000C menghasilkan warna biru,
hal ini kemungkinan disebabkan oleh bereaksinya iodium dengan amilopektin dan
amilopektin pada suhu tersebut tidak mengalami perubahan stuktur. Pada uji
dengan larutan benedict tidak memberikan perubahan warna.
pH berpengaruh terhadap aktivitas enzim karena sifat ionik karboksil dan
gugus amino mudah dipengaruhi oleh pH. Hal ini menyebabkan daerah katalitik
dan konformasi enzim menjadi berubah. Selain itu perubahan pH juga
menyebabkan denaturasi enzim dan mengakibatkan hilangnya aktivitas enzim
(Gambar 2). Kurva pengaruh pH ini berupa lonceng dengan sebuah plateau kecil.
Plateau ini sering disebut pH optimum enzim. Dalam mempelajari suatu enzim,
pH optimum ini perlu dicari terlebih dahulu dengan memakai bufer yang cocok
(Girindra, 1993).
Setiap enzim mempunyai pH optimum yang berbeda – beda, sepertin
enzim amilase yang berasal dari saliva atau prankreas dengan substrat amilum
memiliki pH optimum antara 5,6 sampai 7,2. Seperti pada hasil percobaan
diperoleh perubahan warna, amilum dapat dihidrolisis sempurna dengan
menggunakan asam dan menghasilkan glukosa.
Di dalam sel dan lingkungan sel sekelilingnya, pH dalam keadaan normal
harus tetap sebab adanya perubahan akan menyebabkan pergeseran aktivitas
enzim. Hal ini akan mempengaruhi dan mengacaukan sistem katbolik dan
anabolik dalam sel dan jaringan.
Kecepatan reaksi bergantung pada konsentrasi enzim yang berperan
sebagai katalisator dalam reaksi. Pada gambar 3 terlihat hubungan antara
konsentrasi enzim dengan kecepatan reaksi apabila konsentrasi substrat
berlebihan. Dapat dilihat bahwa banyaknya substrat ditransformasikan sesuai
dengan tingginya konsentrasi enzim yang digunakan. Tetapi jika konsentrasi
enzim yang digunakan tetap, sedangkan konsentrasi substrat dinaikkan maka
hubungan yang didapat adalah seperti gambar 4. dapat dilihat bahwa pada
penambahan pertama kecepatan reaksi naik dengan cepat. Tetapi jika penambahan
substrat dilanjutkan maka tambahan kecepatan mulai menurun kecepatan reaksi
lagi.
Pada percobaan pengaruh konsentrasi enzim terhadap aktivitas enzim
diperoleh semakin besar konsentrasi enzim warna yang dihasilkan pun semakin
berubah. Amilosa yang bereaksi dengan iodium akan membentuk warna biru dan
memudar karena amilum telah atau hampir terhidrolisis dengan sempurna.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa kerja enzim
dipengaruhi oleh pH, suhu, konsentrasi enzim dan konsentrasi substrat. Enzim
dapat berkerja dengan pH dan suhu optimum yaitu pH 7-8 dan suhu di bawah
4750C. Dan semakin besar konsentrasi enzim dan substrat semakin cepat reaksi
yang terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
Girindra, Aisjah. 1993. Biokimia I. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar – dasar Biokimia. Jakarta : UI – Press.
Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama.