You are on page 1of 22

Sosiologi Pedesaan

A. Sosiologi Desa

1. Pengertian Desa
Sutardjo Kartohadikusumo
Desa adalah suatu kesatuan hukum dimana bertempat
tinggal suatu masyarakat yang berkuasa
mengadakan pemerintahan sendiri
C.S. Kansil
Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat
termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerntahan
terendah langsung dibawah camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam
ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia

2. Sosiologi Desa
a. Merupakan suatu cabang sosiologi yang
mempelajari gejala sosial di pedesaan

b. Sejarah :
- 1920 di Amerika Serikat ada mata kuliah tentang
problema kehidupan pedesaan

- 1970 Smith dan Zopt melahirkan Sosiologi Pedesaan


dan melahirkan definisi

Ilmu yang mengkaji hubungan anggota masyarakat


di dalam dan antara kelompok kelompok
di lingkungan pedesaan

Rogers
Ilmu yang mempelajari fenomena masyarakat
dalam setting pedesaan

3. Unsur unsur Desa

Daerah
Tanah yang produktif, lokasi, luas dan batas
yang merupakan lingkungan geografis

Penduduk
Jumlah penduduk, pertambahan penduduk,
pertambahan penduduk, persebaran penduduk
dan mata pencaharian penduduk
Tata Kehidupan
Pola tata pergaulan dan ikatan ikatan pergaulan
warga desa termasuk seluk beluk kehidupan
masyarakat desa

4. Ciri ciri kehidupan masyarakat Desa

a. Masyarakatnya erat sekali


hubungannya dengan alam

b. Penduduk di desa merupakan unit sosial


dan unit kerja

c. Masyarakat desa mewujudkan


paguyuban/gemainschaft

5. Fungsi dan Potensi Desa

a. Fungsi Desa
- Dalam hubungan dengan kota desa merupakan
Heterland atau daerah dukung

- Desa berfungsi sebagai lumbung bahan mentah


dan tenaga kerja

- Merupakan desa agraris, desa industri

Sutopo Yuwono
Salah satu peran pokok desa terletak di bidang ekonomi

Daerah pedesaan merupakan produksi pangan


dan produksi eksport

b. Potensi desa – Potensi Fisik dan non fisik

1). Potensi Fisik


Tanah, air, Iklim, manusia, Hutan

2). Potensi non fisik


Gotong royong, kekeluargaan, lembaga sosial,

Potensi desa tidak sama karena lingkungan geografis


dan keadaan penduduknya berbeda dan
corak kehidupannya juga berbeda
Maju mundurnya desa akan tergantung pada beberapa faktor
yaitu : potensi desa, interaksi desa dengan kota
atau antara desa dengan desa dan lokasi desa terhadap daerah disekitarnya yang lebih maju

6. Type type desa


Pra desa, Desa Swadaya (desa tradisional),
Desa Swakarya (desa transisi),
Desa Swasembada (desa maju)

blogs.unpad.ac.id/teguhaditya/wp-content/sosdeskot-tam-2.ppt

Topik kuliah tentang Pengertian Sosiologi Pertanian ini membahas tentang

pengertian sosiologi secara umum, pengertian dan keterkaitan antara sosiologi pedesaan

dan sosiologi pertanian, ruang lingkup sosiologi pertanian dan kegunaan mempelajari

sosiologi pertanian.

Topik kuliah ini secara keseluruhan dapat diselesaikan dalam waktu 2 (dua) kali

tatap muka dengan total pertemuan sebanyak 3 jam. Setelah mengikuti kuliah ini

diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan pengertian sosiologi, sosiologi pertanian dan

sosiologi pertanian; ruang lingkup sosiologi pertanian dan kegunaan sosiologi pertanian.

B. PENYAJIAN

Pengertian Sosiologi

Para sosiolog dan ahli terkait dengan sosiologi sampai saat ini masih terus

melakukan penyelidikan tentang sifat dan hakikat pengertian sosiologi. Nampaknya

belum ada suatu kesepakatan bersama yang formal tentang pengertian sosiologi,

sungguhpun demikian ada beberapa pengertian dasar tentang sosiologi yang dapat

digunakan sebagai patokan sementara.

Berdasarkan akar katanya, Sosiologi berasal dari dua kata Yunani yaitu “socius”

yang berarti “kawan atau teman” dan “logos” yang berarti “ilmu atau pengetahuan”.

Teman atau kawan dapat dimengerti secara luas sebagai “keberadaan orang-orang lain
dalam suatu hubungan”. Dengan demikian berdasarkan asal katanya maka sosiologi

berarti “ilmu tentang berkawan” atau “ilmu tentang bagaimana manusia berkawan”.

Beberapa pengertian tentang sosiologi yang telah dikemukakan beberapa ahli

terkemuka yang mungkin bermanfaat antara lain sebagai berikut:

 Giddens (2004:2) mendefinisikan bahwa “sociology is the study of human social life,

groups and socities” (sosiologi merupakan studi/ilmu yang mempelajari tentang

kehidupan sosial manusia, kelompok dan masyarakat).

 Pitrin Sorokin mengatakan bahwa sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari (1)

hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala sosial, (2) hubungan

dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dan gejala non-sosial dan (3) ciri-ciri

umum semua gejala sosial (Soekanto, 2003:19)

 Roucek dan Waren menyatakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari

hubungan antar manusia dan kelompok-kelompok (Soekanto, 2003:19)

 Ouburn dan Nimkoff berpendapat bahwa sosiologi adalah penelitian secara ilmiah

terhadap interaksi sosial dan hasilnya yaitu organisasi sosial (Soekanto, 2003:20)

 Doorn dan Lammers menyatakan bahwa sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang

struktur-struktur dan proses-proses kemasyarakatan yang bersifat stabil (Soekanto,

2003:20)

 Soemarjan dan Soemardi menyatakan bahwa sosiologi adalah ilmu masyarakat yang

mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan

sosial (Soekanto, 2003:20)

 Green (1960) dalam Raharjo (1999) menyatakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang

mepelajari kehidupan manusia dalam masyarakat, dalam pelbagai aspeknya.


Pengertian umum menyatakan bahwa sosiologi adalah “ilmu tentang masyarakat”.

Menurut Priyotamtomo (2001), sosiologi mepelajari perilaku masyarakat dan perilaku

sosial manusia dengan meneliti kelompok yang dibangunnnya. Kelompok tersebut

mencakup: keluarga, suku, komunitas, pemerintah, organisasi soaial, kelompok ekonomi,

kelompok politik, dan lain sebagainya. Sosiologi mempelajari perilaku dan interaksi

kelompok, menelusuri asal-susul pertumbuhannya serta menganalisis pengaruh kegiatan

kelompok terhadap para anggotanya.

 Pengertian Sosiologi Pedesaan dan Sosiologi Pertanian

Sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang struktur sosial dan proses-

proses sosial termasuk didalamnya perubahan sosial dalam perkembangannya melahirkan

berbagai teori sosiologi dan berbagai cabang sosiologi. Obyek kajian yang berbeda

selanjutnya menjadi cabang baru seperti sosiologi industri, sosiologi politik, sosiologi

agama dan cabang sosiologi lainnya. Perkembangan ini juga termasuk sosiologi pedesaan

dan sosiologi pertanian sebagai cabang sosiologi yang khusus mengkaji masalah tentang

masyarakat pedesaan dan dinamikanya.

Priyotamtomo (2001) mendeskripsikan bahwa sosiologi pedesaan merupakan

suatu studi yang melukiskan hubungan manusia di dalam dan atar kelompok yang ada di

lingkungan pedesaan. Pengertian “pedesaan” mencakup wilayah yang disebut “rural”

dibedakan dengan “urban”. Secara lengkap pedesaan diartikan sebagai kawasan tempat

tinggal dan kerja yang secara jelas dapat dipisahkan dari kawasan yang lain yang disebut

“kota”.

Masyarakat pedesaan sering disebut sebagai “rural community” sedang

masyarakat perkotaan disebut sebagai “urban community”. Pembedaan tersebut didasari


oleh perbedaan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakatnya. Soekanto dalam

Yulianti dan Purnomo (2003:12-13) menyatakan bahwa perbedaan masyarakat pedesaan

dan perkotaan dapat dilihat antara lain dari kehidupan kegamaan, individualime,

pembagian kerja, macam pekerjaan, jalan pikiran, jalan kehidupan, serta perubahan-

perubahan sosial lainnya.

Sosiologi pedesaan adalah sosiologi yang tentang struktur dan proses-proses

sosial yang terjadi di pedesaan. Bidang kajian ini menekankan pada masyarakat pedesaan

dan segala dinamikanya yang antara lain mencakup struktur sosial, proses sosial, mata

pencaharian, pola perilaku, serta berbagai transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi..

Menurut Planck (1993:3) Sosiologi Pertanian (Agricultural Sociology) sering

disamakan dengan Sosiologi Pedesaan (Rural Sociology). Tetapi ini hanya berlaku jika

penduduk desa terutama hidup dari pertanian saja. Semakin sedikit kehidupan penduduk

di desa ditandai oleh kegiatan pertanian, semakin pantas sosiologi pertanian dipisahkan

dari sosiologi pedesaan.

Dengan mempertimbangkan kasus-kasus di pedesaan Indonesia yang umumnya

sektor pertanian masih relatif dominan baik sebagai sektor primer maupun sekunder,

maka nampaknya dalam praktek agak sulit untuk membedakan secara tegas pokok

bahasan dan agenda kajian tentang sosiologi pedesaan dan pertanian. Tumpang tindih dan

saling terkait antara kedua pendekatan bidang sosiologi tersebut akan sangat mungkin

terjadi di pedesaan Indonesia.

Tidak hanya di pedesaan Indonesia, sebagian besar masyarakat pedesaan di

negara-negara berkembang masih memiliki ketergantungan pada sektor pertanian, bahkan

menurut Raharjo (1999:12) pertanian memang masih merupakan karakteristik pokok dari
umumnya desa-desa di dunia. Dilihat dari eksistensinya, desa merupakan fenomena yang

muncul dengan mulai dikenalnya cocok tanam di dunia ini. Dengan mengingat

pentingnya faktor pertanian bagi keberadaan desa, maka dapat dipahami bahwa

kebanyakan batasan sosiologi pedesaan masih selalu berkisar pada aspek pertanian.

Dalam pembahasan selanjutnya, bahan ajar ini menggunakan dua disiplin ilmu itu

(Sosiologi Pertanian dan Sosiologi Pedesaan) sebagai pendekatan. Pertimbangan

utamanya adalah mengingat kemajemukan masyarakat pedesaan Indonesia. Dilihat dari

tingkat perkembangannya, masih terdapat sejumlah masyarakat desa kita yang masih

terbelakang, sehingga masih tepat untuk dianalisis lewat kerangka Sosiologi Pedesaan. Di

lain pihak telah terdapat sejumlah desa yang telah maju sehingga lebih tepat untuk

dijelaskan lewat kerangka Sosiologi Pertanian.

Ruang Lingkup Sosiologi Pertanian

Obyek sosiologi pedesaan adalah seluruh penduduk di pedesaan yang terus-

menerus atau sementara tinggal di sana, sedangkan obyek sosiologi pertanian adalah

keseluruhan penduduk yang bertani tanpa memperhatikan jenis tempat tinggalnya.

Sosiologi pedesaan lebih menggunakan pendekatan lokasi dalam hal ini “pemukiman”.

Sosiologi pertanian menurut Planck (1993:4) adalah sosiologi ekonomi seperti

halnya sosiologi industri, yang membahas fenomena sosial dalam bidang ekonomi

pertanian. Sosiologi memusatkan hampir semua perhatiannya pada petani dan

permasalahan hidup petani. Tema utama sosiologi pertanian adalah undang-undang

pertanian, organisasi sosial pertanian (struktur pertanian), usaha pertanian, bentuk

organisasi pertanian, dan masalah sosial pertanian. Sebuah aspek yang sangat penting

adalah posisi sosial petani dalam masyarakat.


Situasi kehidupan manusia yang tergantung pada pertanian ditentukan terutama

oleh hubungan mereka dengan tanah (tata tanah), oleh hubungan pekerjaan mereka satu

dengan lainnya (tata kerja), dan oleh sistim ekonomi dan masyarakat yang ada diatas

mereka (tata kekuasaan). Keseluruhan tata sosial ini disebut sebagai hukum agraria yang

dalam arti sempit dimaknai sebagai hukum pertanahan (land tenure).

Kegunaan Mempelajari Sosiologi Pertanian

Dengan mempelajari sosiologi pertanian kita bisa mengumpulkan secara

sistimatis atau secara bermakna tentang keterangan-keterangan mengenai masyarakat

pedesaan dan masyarakat yang berprofesi sebagai petani dan menelaah hubungan-

hubungannya.

Sosiologi pertanian membantu dalam mengambil lukisan seteliti-telitinya tentang

tingkah laku, sikap, perasaan, motif dan kegiatan-kegiatan petani yang umumnya hidup

dalam lingkungan pedesaan. Hasil telaah tersebut dapat digunakan untuk meperbaiki

kehidupan masyarakat pedesaan dan pertanian pada khususnya.

Planck (1993:9) menyatakan bahwa penduduk desa mencari penjelasan mengenai

proses sosial di pedesaan dan menuntut pembaharuan untuk masa depan. Petani

mengharapkan sosiologi pertanian dalam usahanya menemukan suatu kesadaran baru.

Praktek dari politik pertanian menuntut dari sosiologi pertanian antara lain tempat

kegiatan terbaik untuk langkah-langkah yang telah direncanakan dan menunjukan

dampak sosial yang akan timbul dari yang direncanakan. Sosiologi pertanian harus

memberikan data mengenai struktur pedesaan, mengenai kecenderungan perkembangan

sosial, mengenai penyakit dalam masyarakat dan keadaan darurat, mengenai harapan dan

tuntutan sosial mereka dalam perencanaan tata ruang.


Sumbangan sosiologi pertanian dalam politik kemasyarakatan memang masih

terbatas. Namun mereka dapat membantu pengambilan keputusan-keputusan yang dibuat

dengan cara:

 Menjelaskan definisi, obyek dan indikator sosial


 Menjelaskan hubungan sesama manusia dan perilakunya
 Meneliti aturan, fungsi kelompok/organisasi sosial
 Menemukan tenaga pendorong, mekanisme dan proses perubahan sosial dan

lain sebagainya.

C. PENUTUP

Penguasaan materi oleh mahasiswa peserta pembelajaran yang telah mengukti

perkuliahan dengan pokok bahasan Pengertian Sosiologi Pertanian dapat dievaluasi

melalui seberapa jauh mahasiswa mampu memberikan jawaban atas pertanyaan-

pertanyaan sebagai berikut:

 Jelaskan pengertian sosiologi berdasarkan asal katanya serta pengertian umum

sosiologi

 Jelaskan pengertian sosiologi pedesaan dan sosiologi pertanian


 Sebut dan jelaskan perbedaan dan persamaan antara sosiologi pedesaan dan sosiologi

pertanian

 Jelaskan ruang linkgkup sosiologi pertanian


 Jelaskan kegunaan mempelajari sosiologi pertanian secara empiris dan teoritis

REFERENSI

Giddens, Antony, 2004, Sociology, 4

th

Edition, Polity Press and Blackwell Publishers

Planck, Ulrich, 1993, Sosiolologi Pertanian, Yayasan Obor Indonesia Jakarta

Priyotamtomo, Wiryono, 2001, Bahan Kuliah Sosiologi Pedesaan, Fakultas Pertanian


UGM (tidak diterbitkan)

Rahardjo, 1999, Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian, Edisi Pertama, Gadjah

Mada University Press

Soekanto, Soerjono, 2003, Sosiologi Suatu Pengantar, Cetakan ke-36, PT. Raja Grafindo

Persada

Yuliati, Y dan Purnomo, M, 2003, Sosiologi Pedesaan, Lappera Pustaka Utama

souce : http://74.125.153.132/search?q=cache%3ABTcmdsWfhIIJ%3Alecture.brawijaya.ac.id
%2Fhandono%2Ffiles%2F2009%2F07%2F1-pengertian-
sospert.pdf+Sosiologi+Pedesaan&hl=id&gl=id

SOSIOLOGI PEDESAAN

Pengertian-pengertian
Batasan. Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari manusia dalam hubungan kelompoknya. Yang
mencakup hubungan di dalam dan antara kelompok-kelompok manusia. Unsur-unsur yang
terdapat dalam batasan ini adalah manusia, hubungan dan kelompok. Perkataan socius dalam
bahasa latin yang berarti teman, dan logos adalah ilmu atau pengetahuan, teman disini
mempunyai arti yang luas dari pada yang dimaksudkan sehari-hari, yaitu pihak lain dalam suatu
hubunga. Jadi bisa diartikan kawan maupun lawan.
Sosiologi pedesaan adalah sosiologi yang melukiskan dan mencakup hubungan manusia
didalamnya dan antara kelompok – kelompok yang ada di lingkungan pedesaan (rural dalam
bahasa inggris). Perkataan pedesaan dalam pemakaian sehari- hari mudah saja untuk dimengerti.
Tetapi jika harus diberikan batasan yang tepat adalah sukar juga. Jika kita ikuti
Maksud untuk mempelajari sosiologi pedesaan adalah untuk mengumpulkan keterangan
mengenai masyarakat pedesaan dan hubungan-hubungannya.yang melukiskan setelitinya tingkah
laku, sikap, perasaan, motif, dan kegiatan manusia yang hidup dalam lingkungan pedesaan itu.
Hasil dari penelitian sosiologi pedesaan tadi dapat di pergunakan untuk usaha-usaha perbaikan
penghidupan dan kehidupan manusia pedesaan. Misalnya usaha penyuluhan pertanian.
Bacaan perkataan desa hanya dipakai di daerah jawa, Madura, bali, perkataan dusun dipakai di
daerah sumatera selatan : di Maluku orang mengenal nama dusun dati, di batak perkataan dusun
dipakai buat nama pendukuan. Di aceh orang memakai nama gambong dan meunasah buat
daerah-hukum yang paling bawah. Di batak daerah-hukum setingkat dengan desa diberi nama
kuta, uta atau huta.daerah –hukum di minangkabau dinamakan nagari, daerah-gabungan ada
yang dinamakan luha, di daerah sumatera timur daerah-hukum yang paling bawah ialah suku.
Disumatera selatan(kerinci, Palembang, Bengkulu) daerah-hukum di lampung nama dusun atau
tiuh, di minahasa wanua, didaerah makasar ialah daerah-gaukang, dibugis adalah daerah-
matowa.
Penularan masyarakat ( social contagion)
hal ini adalah penyebaran gagasan, sikap atau pola tingkah laku kepada sejumlah banyak orang,
karena interaksi social dengan sedikit pencerminan akal (Ratio), bentuk penularan masyarakat ini
bemacam-macam
Mode, yaitu suatu yang aktif relatif singkat waktunya dan mengenai cara menghias diri, cara
berbicara dan lain-lain pola tingkah laku. Ada sedikit tekanan untuk berlaku seragam itu, bukan
kerena agama atau moral, tetapi karena banyak orang telah berbuat demikian sehingga lain-
lainnya juga tidak mau ketinggalan. Contoh jelas adalah mode pada cara pakaian golongan
wanita.
Kegemaran, ini adalah pola tingkah laku yang pendek sekali umurnya dan daya tariknya terletak
pada sifat kebaru-baruannya itu. Umpamanya cara berpakaian istimewa untuk sementara waktu,
riasan rambut, model sepatu yang istimewa, dst
Kegila-gilaan, juga umumnya pendek sekali dan daya tariknya baru dan serem. Contohnya
seperti saling bermusuhan antara kelompok- kelompok pemuda, ngebut dengan sepeda motor,
pemborongan barang-barang karena takut harganya naik,
Epidemic sosiologi, hal ini mengenai penularan sosial dalam lapisan masyarakat yang luas.
Biasanya dengan penuh emosi dan adanya kepentingan umum, kadang-kadang bersifat penyakit
psychis. Contohnya seperti upacara magis dalam masa-masa genting. Sikap bermusuhan
terhadap golongan tertentu, sikap takut dan gelisah terhadap keadaan ekonomi yang memburuk
Gerakan masa,yang terdiri dari kerusuhan, kerusuhan sebagai aksi protes yang telah
dikoordinasikan, tetapi secara spontan oleh berbagai lapisan masyarakat dimana-mana, karena
merasa tidak puas dengan kondisi yang ada dan kegelisahan sosial. Gerakan masa berbeda
dengan gerakan sosial, karane yang pertama tidak ada rencana dan pimpinan yang tersusun rapi.
http://dwimercy.blogspot.com/2009/06/sosiologi-pedesaan.html
ineddocument.write(date_mmm);undefined

STRATIFIKASI SOSIAL DALAM


MASYARAKAT PEDESAAN
Posted by Kamaluddin in Dinamika Masyarakat

.fullpost{display:inline;}Desa dan Masyarakat Desa


Pengertian tentang desa cukup beragam, beberapa tokoh sosiologi pedesaan dan antropologi
memberikan pandangan tentang desa. Menurut Koentjaraningrat (1984), bahwa desa dimaknai
sebagai suatu komunitas kecil yang menetap tetap di suatu tempat. Pemaknaan tentang desa
menurut pandangan ini menekankan pada cakupan, ukuran atau luasan dari sebuah komunitas,
yaitu cakupan dan ukuran atau luasan yang kecil. Pengertian lain tentang desa dikemukakan oleh
Hayami dan Kikuchi (1987) bahwa desa sebagai unit dasar kehidupan kelompok terkecil di Asia,
dalam konteks ini “desa” dimaknai sebagai suatu “desa alamiah” atau dukuh tempat orang hidup
dalam ikatan keluarga dalam suatu kelompok perumahan dengan saling ketergantungan yang
besar di bidang sosial dan ekonomi. Pemaknaan terhadap desa dalam konteks ini ditekankan
pada aspek ketergantungan sosial dan ekonomi di masyarakat yang direpresentasikan oleh
konsep-konsep penting pada masyarakat desa, yaitu cakupan yang bersifat kecil[3]dan
ketergantungan dalam bidang sosial dan ekonomi (ikatan-ikatan komunal).
Desa mempunyai ciri atau karakteristik yang berbeda satu sama lain, tergantung pada konteks
ekologinya. Pengkajian masyarakat pedesaan memberikan ciri atau karakteristik yang cenderung
sama tentang desa. Pada aspek politik, masyarakat desa cenderung berorientasi “ketokohan”,
artinya peran-peran politik desa pada umumnya ditanggungjawabkan atau dipercayakan pada
orang-orang yang ditokohkan dalam masyarakat. Secara ekonomi, mata pencaharian masyarakat
desa berorientasi pada pertanian artinya sebagian besar masyarakat desa adalah petani.
Sedangkan dalam konteks religi-kultural masyarakat desa memiliki ciri nilai komunal yang
masih kuat dengan adanya guyub rukun, gotong royong dan nilai agama atau religi yang masih
kuat dengan adanya ajengan atau Kyai sebagai pemuka agama.
Secara historis, desa memerankan fungsi yang penting dalam politik, ekonomi dan sosial-budaya
di Indonesia. Di sisi lain, pedesaan merupakan daerah yang dominan jumlahnya di Indonesia,
dimana sebagian besar masyarakat Indonesia hidup di daerah pedesaan. Hal ini memberikan
implikasi pada banyaknya program pembangunan yang diorientasikan pada masyarakat
pedesaan. Dengan demikian, maka kajian mengenai masyarakat desa menjadi suatu hal yang
sangat penting dilakukan sebagai kerangka dasar pembangunan nasional. Dua hal penting yang
akan menjadi fokus kajian tentang pedesaan dalam kegiatan turun lapang ini yaitu struktur sosial
dan dinamika masyarakat pedesaan. Struktur sosial yang dimaksudkan adalah hubungan antar
status/peranan yang relatif mantap. Sementara itu, dinamika masyarakat dimaknai sebagai proses
gerak masyarakat dalam keseharian, dalam konteks ruang dan waktu.
Sastramihardja (1999) menyatakan bahwa desa merupakan suatu sistem sosial yang melakukan
fungsi internal yaitu mengarah pada pengintegrasian komponen-komponennya sehingga
keseluruhannya merupakan satu sistem yang bulat dan mantap. Disamping itu, fungsi eksternal
dari sistem sosial antara lain proses-proses sosial dan tindakan-tindakan sistem tersebut akan
menyesuaikan diri atau menanggulangi suatu situasi yang dihadapinya. Sistem sosial tersebut
mempunyai elemen-elemen yaitu tujuan, kepercayaan, perasaan, norma, status peranan,
kekuasan, derajat atau lapisan sosial, fasilitas dan wilayah.
Masyarakat selalu dikaitkan dengan gambaran sekelompok manusia yang berada atau bertempat
tinggal pada suatu kurun waktu tertentu. Pengertian ini menggambarkan adanya anggapan bahwa
manusia tidak dapat dilepaskan dari faktor lingkungannya, baik yang bersifat fisik maupun
sosial. Berdasarkan pandangan dari segi sosiologi, hal ini memperlihatkan adanya interaksi sosial
antara manusia secara kelompok maupun pribadi. Masyarakat mengutamakan hubungan pribadi
antara warganya, dalam arti bahwa masyarakat desa cenderung saling mengenal bahkan
seringkali merupakan ikatan kekerabatan yang berasal dari suatu keluarga ”pembuka desa”
tertentu yang merintis terbentuknya suatu masyarakat guyub. Pada masyarakat desa terdapat
ikatan solidaritas yang bersifat mekanistik dalam arti bahwa hubungan antar warga seakan telah
ada aturan semacam tata krama atau tata tertib yang tidak boleh dilanggar jika tidak ingin
mendapat sanksi. Adanya tata tertib tersebut sesungguhnya ingin menjaga suatu comformity di
kalangan masyarakat desa itu sendiri.
Menurut Geertz (1963) masyarakat desa di Indonesia identik dengan masyarakat agraris dengan
mata pencaharian sektor pertanian, baik petani padi sawah (Jawa) maupun ladang berpindah
(Luar Jawa). Selain itu, sejumlah karakteristik masyarakat desa yang terkait dengan etika dan
budaya mereka, yang bersifat umum yang selama ini masih sering ditemui yaitu: sederhana,
mudah curigai, menjunjung tinggi kekeluargaan, lugas, tertutup dalam hal keuangan, perasaan
minder terhadap orang kota, menghargai orang lain, jika diberi janji akan selalu diingat, suka
gotong royong, demokratis, religius. Kedudukan seorang dilihat dari berapa luasan tanah yang
dimiliki.
Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial merupakan pembedaan anggota masyarakat berdasarkan status (Susanto,
1993). Definisi yang lebih spesifik mengenai stratifikasi sosial antara lain dikemukakan oleh
Sorokin (1959) dalam Soekanto (1990) bahwa pelapisan sosial merupakan pembedaan penduduk
atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (hierarkis). Perwujudannya adalah
adanya kelas tinggi dan kelas rendah. Sedangkan dasar dan inti lapisan masyarakat itu adalah
tidak adanya keseimbangan atau ketidaksamaan dalam pembagian hak, kewajiban, tanggung
jawab, nilai-nilai sosial, dan pengaruhnya di antara anggota-anggota masyarakat.
Teori Pembentukan Pelapisan Sosial
Diferensiasi dan ketidaksamaan sosial mempunyai potensi untuk menimbulkan stratifikasi sosial
dalam masyarakat. Diferensiasi sosial merupakan pengelompokan masyarakat secara horizontal
berdasarkan pada ciri-ciri tertentu. Berbeda dengan ketidaksamaan sosial yang lebih menekankan
pada kemampuan untuk mengakses sumberdaya, diferensiasi lebih menekankan pada kedudukan
dan peranan.
Stratifikasi sosial dapat terjadi sejalan dengan proses pertumbuhan atau dibentuk secara sengaja
dibuat untuk mencapai tujuan bersama. Seperti apa yang dikemukakan Karl Marx yaitu karena
adanya pembagian kerja dalam masyarakat, konflik sosial, dan hak kepemilikan.
Pembagian Kerja
Jika dalam sebuah masyarakat terdapat pembagian kerja, maka akan terjadi ketergantungan antar
individu yang satu dengan yang lain. Seorang yang sukses dalam mengumpulkan semua sumber
daya yang ada dan berhasil dalam kedudukannya dalam sebuah masyarakat akan semakin banyak
yang akan diraihnya. Sedangkan yang bernasib buruk berada di posisi yang amat tidak
menguntungkan. Semua itu adalah penyebab terjadinya stratifikasi sosial yang berawal dari
ketidaksamaan dalam kekuasaan dalam mengakses sumber daya.
Menurut Bierstedt (1970) pembagian kerja adalah fungsi dari ukuran masyarakat
a) Merupakan syarat perlu terbentuknya kelas.
b) Menghasilkan ragam posisi dan peranan yang membawa pada ketidaksamaan sosial yang
berakhir pada stratifikasi sosial.
2) Konflik Sosial
Konflik sosial di sini dianggap sebagai suatu usaha oleh pelaku-pelaku untuk memperebutkan
sesuatu yang dianggap langka dan berharga dalam masyarakat. Pemenangnya adalah yang
mendapatkan kekuasaan yang lebih dibanding yang lain. Dari sinilah stratifikasi sosial lahir. Hal
ini terjadi karena terdapat perbedaan dalam pengaksesan suatu kekuasaan.
Hak Kepemilikan
Hak kepemilikan adalah lanjutan dari konflik sosial yang terjadi karena kelangkaan pada sumber
daya. Maka yang memenangkan konflik sosial akan mendapat akses dan kontrol lebih lebih dan
terjadi kelangkaan pada hak kepemilikan terhadap sumber daya tersebut.
Setelah semua akses yang ada mereka dapatkan, maka mereka akan mendapatkan kesempatan
hidup (life change) dari yang lain. Lalu, mereka akan memiliki gaya hidup (life style) yang
berbeda dari yang lain serta menunjukannya dalam simbol-simbol sosial tertentu.
Dasar Pelapisan Sosial
Ukuran atau kriteria yang biasa dipakai untuk menggolong-golongkan anggota
masyarakat ke dalam suatu lapisan. (Calhoun dalam Soekanto, 1990) adalah sebagai
berikut :
1) Ukuran kekayaan, barang siapa yang memiliki kekayaan paling banyak, termasuk dalam
lapisan teratas. Kekayaan tersebut, misalnya : rumah, kerbau, sawah, dan tanah.
2) Ukuran kekuasaan, barang siapa yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai wewenang
terbesar menempati lapisan atas. Contoh: Pak Kades, Pak Carik, Tokoh masyarakat (Tomas).
3) Ukuran kehormatan, orang yang paling disegani dan dihormati, mendapat tempat yang teratas.
Ukuran semacam ini banyak dijumpai pada maysarakat tradisional. Biasanya mereka adalah
golongan tua atau mereka yang pernah berjasa.
4) Ukuran pengetahuan, pengetahuan sebagai ukuran, dipakai oleh masyarakat yang menghargai
ilmu pengetahuan. Barang siapa yang berilmu maka dianggap sebagai orang pintar.

Sifat Sistem Pelapisan Masyarakat


Sifat sistem pelapisan di dalam suatu masyarakat menurut Soekanto (1990) dapat bersifat
tertutup (closed social stratification) dan terbuka (open social stratification). Sistem tertutup
membatasi kemungkinan pindahnya seseorang dalam suatu lapisan ke lapisan yang lain, baik
yang merupakan gerak ke atas maupun ke bawah. Di dalam sistem yang demikian, satu-satunya
jalan untuk menjadi anggota suatu lapisan dalam masyarakat adalah kelahiran (mobilitas yang
demikian sangat terbatas atau bahkan mungkin tidak ada). Contoh masyarakat dengan sistem
stratifikasi sosial tertutup adalah masyarakat berkasta, sebagian masyarakat feodal atau
masyarakat yang dasar stratifikasinya tergantung pada perbedaan rasial.
Sistem terbuka, masyarakat di dalamnya memiliki kesempatan untuk berusaha dengan kecakapan
sendiri untuk naik lapisan, atau bagi mereka yang tidak beruntung, untuk jatuh dari lapisan yang
atas ke lapisan yang di bawahnya (kemungkinan mobilitas sangat besar). Contohnya adalah
dalam masyarakat demokratis.
Unsur-Unsur Lapisan Masyarakat
Hal yang mewujudkan unsur dalam teori sosiologi tentang sistem lapisan masyarakat menurut
Soekanto (1990) adalah kedudukan (status) dan peranan (role).
Kedudukan (status) diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial.
Kedudukan sosial artinya tempat seseorang secara umum dalam masyarakatnya sehubungan
dengan orang lain, dalam arti lingkungan pergaulannya, prestise-nya, dan hak-hak serta
kewajibannya. Masyarakat pada umumnya mengembangkan dua macam kedudukan,
yaitu :
1) Ascribed-status, yaitu kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa memperhatikan
perbedaan-perbedaan rohaniah dan kemampuan. Pada umumnya ascribed status dijumpai pada
masyarakat dengan sistem lapisan yang tertutup, misalnya masyarakat feodal (bangsawan, kasta)
2) Achieved-status, yaitu kedudukan yang dicapai oleh seseorang dengan usaha-usaha yang
disengaja. Kedudukan ini bersifat terbuka bagi siapa saja, tergantung dari kemampuan masing-
masing dalam mengejar serta mencapai tujuan-tujuannya. Misalnya, setiap orang dapat menjadi
hakim asalkan memenuhi persyaratan tertentu. Kadang-kadang dibedakan lagi satu macam
kedudukan, yaitu Assigned status yang merupakan kedudukan yang diberikan. Assigned status
sering memiliki hubungan erat dengan achieved stastus.
Peranan (role) merupakan aspek dinamis kedudukan. Apabila seseorang melaksanakan hak dan
kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dia menjalankan suatu peranan. Peranan
melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan posisi dalam pergaulan kemasyarakatan.
Posisi seseorang dalam masyarakat merupakan unsur statis yang menunjukkan tempat individu
pada organisasi masyarakat.
Mobilitas Sosial
Soekanto (1990) mendefinisikan gerak sosial sebagai suatu gerak dalam struktur sosial yaitu
pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial. Sorokin (1959) dalam
Soekanto (1990) menyebutkan ada dua gerak sosial yang mendasar yaitu; pertama, gerak sosial
horisontal yaitu peralihan status individu atau kelompok dari suatu kelompok sosial lainnya yang
sederajat. Misalnya seorang petani kecil beralih menjadi pedagang kecil. Status sosial tetap sama
dan relatif bersifat stabil. Kedua, gerak sosial vertikal yaitu peralihan individu atau kelompok
dari suatu kedudukan sosial ke kedudukan lainnya yang tidak sederajat.
Sorokin (1959) dalam Soekanto (1990) menyebutkan bahwa sesuai dengan arahnya gerak
sosial vertikal secara khusus dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
1) Gerak sosial vertikal naik (sosial climbing), berupa: masuknya individu-individu yang
mempunyai kedudukan rendah ke dalam kedudukan yang lebih tinggi yang telah ada sebelumnya
atau pembentukan suatu kelompok baru yang kemudian ditempatkan pada derajat yang lebih
tinggi dari kedudukan individu-individu pembentuk kelompok itu.
2) Gerak sosial vertikal turun (sosial sinking), berupa: turunnya kedudukan individu ke
kedudukan yang lebih rendah derajatnya atau turunnya derajat sekelompok individu yang dapat
berupa suatu disintegrasi dalam kelompok sebagai kesatuan.
Menurut Sorokin (1959) dalam Soekanto (1990) mobilitas sosial vertikal mempunyai saluran-
salurannya dalam masyarakat. Proses mobilitas sosial vertikal yang melalui saluran tertentu
dinamakan sirkulasi sosial. Saluran yang terpenting di antaranya adalah angkatan bersenjata,
lembaga keagamaan (menaikkan kedudukan oarang-orang dari lapisan rendah), sekolah (menjadi
saluran gerak sosial vertikal bagi orang-orang dari lapisan rendah yang berhasil masuk dari
sekolah untuk orang-orang lapisan atas), organisasi politik, ekonomi, keahlian, dan perkawinan.
Contoh Studi Lapang di Kampung Cikadongdong, Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat
Infrakstruktur
Gambaran Umum Kampung Cikadongdong
Kampung Cikadongdong merupakan bagian dari Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang,
Bogor. Kampung ini secara teretorial berada pada wilayah Dusun II, RW. 9, Kampung
Cikadongdong terdiri dari 2 RT. Berpenduduk 47 KK, dengan jumlah penduduk sekitar ± 473
jiwa. Adapun batas-batas Kampung Cikadongdong:
1) Utara : Kampung Batu Beulah
2) Selatan : Kampung Cigamea
3) Timur : Kampung Cimanggu
4) Barat : Kali Cianten
Mata Pencaharian Masyarakat Kampung Cikadongdong
Sebagian besar masyarakat kampung Cikadongdong bekerja sebagai buruh serabutan dan
penggarap sawah, hal ini disebabkan karena kurangnya lahan persawahan yang berada di
Kampung Cikadongdong sehingga mayoritas dari mereka memilih untuk bekerja sebagai buruh
serabutan di beberapa daerah di luar Kampung Cikadongdong. Namun, ada juga yang bekerja
sebagai peternak kambing, pengrajin kusen, tukang ojek, kuli bangunan, pedagang.
Sarana dan Prasarana Kampung Cikadongdong
Kampung Cikadongdong merupakan bagian kecil dari Desa Situ Udik, sehingga untuk sarana
dan prasarana yang tersedia di kampung ini tidaklah begitu lengkap, namun tetap ada. Sarana dan
prasarana yang tersedia di kampung Cikadongdong di antaranya terdapat masjid, lapangan sepak
bola, pos ronda, dan sarana irigasi. Sebagian besar masyarakat Kampung Cikadongdong telah
memiliki media informasi elektronik sendiri, seperti televisi, VCD, dan radio.
Suprastruktur
Sejarah Kampung
Nama Kampung Cikadongdong menurut persepsi mitos masyarakat setempat, dikarenakan pada
zaman dahulu tedapat sebuah pohon kedondong besar yang tumbuh di dalam wilayah kampung
tersebut, sehingga masyarakat memberi nama kampung tersebut Kampung Cikadongdong. Pada
mulanya Kampung Cikadongdong hanya ditinggali oleh empat kepala keluarga. Mereka adalah
keluarga Bapak Oyot Traimah, keluarga Bapak Jaison, keluarga Bapak Salihin, dan keluarga
Bapak Satian. Dari keempat KK inilah kemudian terjadi sebuah regenerasi aktif yang hingga kini
mencapai 47 KK.
Karateristik Masyarakat
Mayoritas masyarakat Kampung Cikadongdong merupakan warga asli daerah Desa Situ Udik,
sehingga tingkat kekerabatan di antara mereka masih sangat tinggi (genealogis), misalnya saja
dapat kita lihat dari persebaran bangunan perumahan yang pada umumnya rumah-rumah yang
bersebelahan adalah masih mempunyai hubungan secara keluarga. Sebagai contoh, Pak Mukhlis
yang menjabat sebagai Ketua RT rumahnya berdekatan dengan rumah ibunya dan empat
saudaranya yang saling bersebelahan satu sama lain. Masyarakat Kampung Cikadongdong
sangat memegang teguh prinsip gotong-royong dan musyawarah untuk mufakat dalam
kehidupan sehari-harinya, hal ini terlihat ketika akan memperbaiki Masjid Darrusalaam. Sebelum
memulai pekerjaan mereka bermusyawarah untuk membahas pembelian material dan kemudian
dalam melakukan perbaikan pun dikerjakan secara gotong royong oleh masyarakat setempat.
Secara garis besar, mayoritas kehidupan masyarakat di kampung ini dilandasi oleh nilai-nilai
religius yang kuat. Hal ini dibuktikan seluruh masyarakat Kampung Cikadongdong menganut
agama yang sama yaitu Islam. Kegiatan majelis ta’lim dan pengajian selalu diadakan rutin
mingguan, dengan seorang kyai yang memimpin kegiatan tersebut.
Rata-rata pendidikan masyarakat Kampung Cikadongdong hanya sampai jenjang pendidikan
Sekolah Dasar (SD) saja, namun ada juga lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan
Sekolah Menenah Atas (SMA) yang jumlahnya sedikit dan jarang. Hal ini umumnya disebabkan
faktor ekonomi keluarga yang tidak mendukung untuk meneruskan pendidikan ke jenjang yang
lebih tinggi, karena faktor keterbatasan biaya sekolah. Sebagian besar masyarakat Kampung
Cikadongdong bermata pencaharian sebagai buruh tani, karena hanya sebagian kecil saja
masyarakat Kampung Cikadongdong yang memiliki sawah sendiri.
Pelapisan Masyarakat
Pelapisan masyarakat di Kampung Cikadongdong merupakan pelapisan sosial terbuka yang
memberikan peluang pada warganya untuk mengadakan gerak perubahan di dalam pelapisan
sosial, sehingga individu-individu dalam sistem sosial kemasyarakatan mempunyai peluang
untuk melakukan mobilisasi sosial/ gerak sosial. Pelapisan sosial tersebut didasarkan oleh tingkat
pengetahuan, kehormatan, kekuasaan, dan kekayaan yang dimiliki oleh individu dalam
masyarakat, dimana biasanya individu tersebut mempunyai akses terhadap sumber daya.
Dari empat dasar tersebut yang paling dominan di Kampung Cikadongdong adalah dasar
pengetahuan; yaitu pengetahuan religius tentang Agama Islam. Secara faktual di lapangan,
memang pembedaan dan ketidaksamaan sudah terjadi secara otomatis dalam hal yang bertalian
dengan umur dan jenis kelamin (sex) yang merupakan pembedaan yang melekat semenjak
mereka lahir, cara pembedaan ini merupakan sebuah bentuk konsekuensi logis dari adanya
pembedaan di atas yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. Kedekatan tempat tinggal (dalam hal ini
hubungannya dengan akses) turut menjadi faktor penentu ”kemudahan” hidup sesorang. Barang
siapa yang rumahnya berdekatan dengan rumah Pak RT, tokoh masyarakat, “elite lokal”,
tentunya akses informasi (komunikasi) menjadi mudah, misalnya ketika pemberian bantuan
subsidi tunai (BLT dari penarikan subsidi BBM), orang-orang yang bertempat tinggal di sebelah
Pak RT tentunya akan mengetahui lebih cepat daripada orang-orang yang bertempat tinggal jauh
dari rumah Pak RT.
Diferensiasi dan Ketidaksamaan Sosial
Diferensiasi dan ketidaksamaan sosial merupakan hal pokok yang pasti ada ketika kita
membahas stratifikasi sosial. Ketika ada pembedaan dan ketidaksamaan dalam masyarakat,
pandangan Marxist menyatakan tentunya menyebabkan masyarakat tersebut menjadi berkelas-
kelas/bertingkat-tingkat, sehingga muncul pelapisan-pelapisan dalam masyarakat. Ada yang
berada pada golongan atas, menengah dan bawah, yang mempunyai kemampuan untuk
mengakses “sumber daya” berbeda-beda, dimana kelas lapisan atas lebih mendominasi daripada
kelas menengah atau bahkan kelas bawah. Ada kecenderungan golongan bawah untuk berusaha
naik menggantikan kedudukan golongan atas dan golongan atas juga berusaha mempertahankan
posisinya bahkan lebih meningkatkan lagi, akan tetapi tidak menutup kemungkinan bagi lapisan
golongan atas untuk turun menjadi golongan menengah bahkan golongan bawah dengan
beberapa faktor yang dapat menyebabkan semua ini terjadi. Adapun yang kami temukan di
Kampung Cikadongdong, diferensiasi dan ketidaksamaan sosial mengacu pada:
1) Pengetahuan (pondok pesantren)
2) Jenis Kelamin (alamiah).
3) Umur (alamiah).
4) Kekayaan.
5) Kedekatan wilayah tempat tinggal dengan elit lokal.
Diferensiasi Sosial
Penjelasan lebih lanjut mengenai diferensiasi sosial yang kami temukan di Kampung
Cikadongdong adalah sebagai berikut:
1) Jenis Kelamin: di Kampung Cikadongdong laki-laki dipandang lebih bisa untuk menjadi
pemimpin dibandingkan perempuan, karena menurut pandangan mereka kaum pria mempunyai
figur yang lebih kuat untuk bisa dijadikan seorang pemimpin dalam membimbing kaum wanita
dan anak-anak di kesehariannya, juga selain itu masyarakat Kampung Cikadongdong berusaha
untuk menerapkan apa yang terkandung dalam ajaran Islam, bahwa kaum pria lebih kuat
dibandingkan kaum wanita. Contohnya bisa menjadi imam masjid sedangkan perempuan yang
dipimpin atau dengan kata lain jadi makmumnya.
2) Umur: di Kampung Cikadongdong orang yang lebih tua akan lebih dihormati oleh masyarakat
setempat karena mereka menggolongkan orang yang dianggap lebih tua itu kepada kaum sesepuh
yang patut untuk banyak didengarkan nasihat-nasihat dari mereka. Contohnya dalam kerja bakti
orang tua yang mengatur pekerjaan anak mudanya.
3) Pengetahuan: orang yang mempunyai pengetahuan ilmu agama yang lebih mapan akan lebih
dipercaya untuk memimpin kegiatan yang bersifat religius sehingga mereka bisa menyalurkan
ilmu agama yang mereka miliki kepada masyarakat Kampung Cikadongdong. Contohnya lulusan
pesantren lebih dipercaya untuk menjadi imam di masjid.
4) Kekayaan: kepemilikan seseorang terhadap sumber daya yang berkaitan dengan hal kekayaan
yang dimiliki oleh beberapa orang di kampung tersebut, dapat membantu warga setempat untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, sehingga pada kenyataannya warga tidak begitu
kesulitan dalam mencukupi kebutuhannya baik primer maupun yang sekunder. Contohnya
banyak warga yang membeli kebutuhan hidupnya di warung-warung terdekat.
5) Kedekatan wilayah: orang-orang yang tinggal dekat dengan kepala RT dan tokoh masyarakat
lainnya dapat membantu dalam penyebaran informasi tentang suatu hal, sehingga informasi
tersebut dapat mencapai tujuan yaitu kepada penduduk yang lain dengan lebih cepat tersebar
secara merata.
Ketidaksamaan Sosial
Ketidaksamaan sosial yang terdapat di Kampung Cikadongdong antara lain:
1) Jenis kelamin: karena laki-laki lebih sering shalat di masjid dibandingkan perempuan maka
laki-laki lebih cepat menerima informasi-informasi penting yang disampaikan di masjid, baik
disampaikan secara langsung (dari mimbar masjid) oleh kyai maupun dari interaksinya dengan
orang lain ketika berada di lingkungan masjid.
2) Umur: orang yang lebih tua umumnya akan mendapat pengetahuan lebih cepat dari anak muda
karena mereka biasa menganggap suatu hal yang baru lebih serius daripada anak muda yang
masih menganggap hal seperti itu sebagai hal yang kurang begitu penting bagi mereka dengan
tidak memikirkan apa dampak yang akan terjadi bagi mereka.
3) Pengetahuan: orang yang memiliki pengetahuan agama yang lebih mapan akan lebih cepat
dalam mengambil tindakan tentang suatu hal yang berkaitan dengan masalah agama yang terjadi
di Kampung Cikadongdong daripada orang yang tidak memiliki pengetahuan agama, karena
mereka akan lebih cenderung untuk hanya mengikuti dalam penyeselaian masalah tersebut.
4) Kekayaan: orang yang memiliki modal untuk berwirausaha atau harta akan lebih mudah
mengakses sumber daya dibandingkan orang yang tidak memiliki apa-apa karena intensitas
mereka yang lebih banyak untuk bertemu dengan orang-orang yang berada di lapisan manapun.
5) Kedekatan wilayah: orang yang bertempat tinggal dekat ketua RT atau tokoh masyarakat akan
lebih cepat memperoleh informasi daripada yang tinggal lebih jauh dan bisa turut berperan
sebagai penyebar informasi yang ada kepada masyarakat yang lainnya.
Dasar-Dasar Terjadinya Stratifikasi Sosial di Kampung Cikadongdong
Dasar Kekayaan
Suatu masyarakat yang memiliki kekayaan cukup banyak dapat dikategorikan termasuk orang
yang cukup terpandang oleh sekitarnya. Ukuran kekayaan itu dapat dilihat dari kepemilikan
tanah, mobil pribadi dan sebagainya. Namun, pada penelitian yang kami lakukan di Kampung
Cikadongdong tidak ditemukan ukuran kekayaan yang seperti disebutkan di atas. Untuk
masyarakat yang terpandang karena kekayaan, ukuran kekayaannya dapat dilihat dari
kepemilikan mereka terhadap luas lahan persawahan, ternak kambing maupun kerbau,
pendapatan dari usaha sendiri seperti toko. Sebagai contoh yang kami temukan di lapangan yaitu
Bapak Shidiq yang memiliki sebidang lahan sawah dan ternak kerbau sendiri. Kadang-kadang
kerbau beliau ini disewakan untuk kepentingan persawahan. Selain itu, ada juga bapak Uci yang
memiliki usaha sendiri yaitu toko.
Dasar Kekuasaan
Di Kampung Cikadongdong, masyarakat yang memiliki kekuasaan dalam politik lokal setempat
atau yang mempunyai wewenang besar dalam memutuskan suatu perkara mengenai masyarakat
akan lebih dihormati keberadaannya. Sebagai contoh yang kami temukan di lapangan adalah Pak
Mukhlis dalam hal ini beliau menjabat sebagai Ketua RT dan Pak Harun. Oleh karena
keberadaan mereka sangat berarti dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat, maka kekuasaan
ini dapat dijadikan modal penting untuk mengatur kehidupan antar warga Kampung
Cikadongdong.
Dasar Kehormatan
Pada umumnya orang yang paling dihormati oleh masyarakat Kampung Cikadongdong adalah
orang-orang yang termasuk ke dalam golongan tua, karena anggapan masyarakat setempat
mereka mempunyai pengalaman hidup yang lebih banyak dibandingkan dengan kaum yang
masih muda dan juga mereka beranggapan bahwa orang yang termasuk ke dalam golongna tua
itu di dalam riwayat hidupnya pernah berjasa terhadap keberadaan Kampung Cikadongdong.
Sebagai contoh dalam hal ini adalah Ibu Asni, beliau termasuk salah satu warga yang dihormati
dan disegani karena dengan melihat usianya beliau dianggap sebagai orang yang dituakan oleh
masyarakat setempat. Mengingat masih berlakunya sebuah norma, bahwa orang yang lebih muda
harus menghormati orang yang lebih tua.
Dasar Pengetahuan
Di Kampung Cikadongdong, masyarakat menempatkan orang yang memiliki pengetahuan agama
tinggi sebagai orang yang paling dihormati. Hal ini disebabkan karena keadaan religius
masyarakat setempat yang sangat kuat dengan dibuktikan seluruh penduduk Kampung
Cikadongdong memeluk agama Islam. Sebagai contohnya Bapak Haji Ujang, beliau adalah
seorang lulusan pesantren dan juga selain itu beliau mengajar ngaji dari anak-anak kecil di
kampung tersebut. Bahkan tidak hanya anak kecil, beliau juga sering memberi nasihat kepada
para ibu-ibu mengenai kehidupan berumah tangga ketika diadakannya pengajian untuk ibu-ibu.
Selain Pak Haji Ujang ada pula Ibu Hj. Masrini, sama halnya dengan Pak Haji Ujang beliau juga
sering memberikan nasihat kepada ibu-ibu setempat dalam pengajian.
Startifikasi Sosial Dalam Dinamika Sosial
Dinamika Ekonomi
Ada beberapa kaum pemuda Kampung Cikadongdong yang merasa dirinya kurang bisa
memenuhi kebutuhan kehidupannya di dalam bidang ekonomi, sehingga kaum pemuda tersebut
memilih jalan untuk melakukan migrasi ke kota yang biasa dikenal dengan urbanisasi. Harapan
yang dihasilkan dari migrasi ke kota itu adalah mereka bisa mendapatkan penghasilan yang
cukup atau lebih dibandingkan penghasilan mereka yang ada di desa, sehingga adanya migrasi
dapat berpengaruh besar terhadap perubahan dinamika ekonomi di Kampung Cikadongdong.
Dinamika Religi-Kultural
Masuknya budaya kota yang dianggap ”lebih” daripada budaya kehidupan pedesaan seperti
lifestyle atau gaya hidup yang berlebihan dari model busana sampai teknologi ternyata tetap
tidak mempengaruhi Religi-Kultural Kampung cikadongdong, karena sebagian besar dari mereka
tetap berpegang teguh terhadap nilai agama dan budaya yang sangat kuat yaitu Islam. Meskipun
dalam kenyataannya ada juga para pemuda kampung tersebut yang mengikuti gaya hidup
perkotaan, namun secara keseluruhan nilai-nilai Dinamika Religi-Kultural di Kampung
Cikadongdong tidak banyak berubah.
Dinamika Politik
Kancah dunia perpolitikan yang terjadi di Indonesia dengan sistem multi partai yaitu 36 partai,
ternyata tidak mempunyai pengaruh besar terhadap dinamika perpolitikan lokal Kampung
Cikadongdong. Walaupun keadaan nyata yang terjadi di luar adalah Partai Golkar sebagai
pemenang dalam Pemilu, tetapi masyarakat Kampung Cikadongdong tetap teguh terhadap
pilihan mereka, yaitu mayoritas mereka memilih Partai Persatuan Pembangunan sebagai pilihan
mereka. Hal ini disebabkan selain partai tersebut dilambangkan Ka’bah sebagai tolok ukur utama
tentang Islam, tetapi juga disebabkan karena sebagian besar dari mereka memilih dengan
mengikuti pilihan dari tokoh masyarakat yang dianggap disegani oleh warga setempat karena
pengaruh dari tokoh masyarakat di bidang religi tersebut yang sangat kuat, sehingga masyarakat
lebih memilih untuk mengikuti pilihan dari tokoh masyarakat yang ada.
Pelapisan Masyarakat yang Ada di Kampung Cikadongdong
Bidang Politik
Pada bidang politik adalah termasuk di dalamnya orang-orang yang mempunyai kedudukan
secara formal berkaitan dengan struktur pemerintahan baik di Kampung Cikadongdong secara
intern maupun hubungannya secara ekstern dengan struktur pemerintahan pada tingkat desa.
Dalam bidang politik di Kampung Cikadongdong, orang yang kami kelompokkan berada
di lapisan teratas adalah:
1) Kepala desa
Bapak Miftahul Lukman merupakan sosok pemimpin yang disegani oleh masyarakat Desa Situ
Udik, karena beliau adalah seorang kepala desa yang bijaksana. Kedudukan beliau sebagai
kepala desa membuat Pak Miftahul Lukman bisa mempengaruhi masyarakat desa melalui adanya
beberapa kebijaksanaan yang beliau buat berkaitan penting dengan perkembangan desanya dan
juga mempunyai kewenangan secara formal terhadap struktur pemerintahan di tingkat desa. Pada
beberapa event penting kepala desa akan diundang untuk datang ke Kampung Cikadongdong
sehingga masyarakat setempat bisa mengenal siapa kepala desa mereka. Selain dari itu, kepala
desa juga akan turun tangan langsung jika di Kampung Cikadongdong terjadi konflik sosial yang
tidak bisa ditangani oleh tokoh masyarakat setempat. Hal ini menunjukkan suatu bukti bahwa
kepala desa cocok untuk ditempatkan pada posisi lapisan paling atas di bidang politik secara
formal.
2) Kepala dusun 02
Kampung Cikadongdong secara struktur pemerintahan desa berada di bawah suatu dusun; yaitu
dusun 02, sehingga kepala dusun 02 mempunyai kewenangan terhadap masyarakat kampung
tersebut. Mayoritas masyarakat Kampung Cikadongdong pun sangat menghormati keberadaan
kepala dusun 02 di kalangan masyarakat setempat.
3) Kepala RW 09
Sebagaimana yang ada dalam struktur pemerintahan desa yang telah disepakati, Kampung
Cikadongdong juga masih dalam kewenangan seorang kepala RW 09, sehingga masyarakat di
kampung tersebut masih sangat menghormati dengan kebijakan yang diputuskan oleh kepala RW
untuk kesejahteraan masyarakat.
Di lapisan kedua dalam bidang politik, kami mengelompokkan Kepala RT 05 dan RT 06 secara
formal karena mereka tetap mempunyai kaitan secara langsung dengan pihak yang lebih atas
dalam struktur pemerintahan desa yaitu dalam hal ini kepala RW untuk melaksanakan tugas
administrasinya sebagai kepala RT. Selain itu, yang kami tempatkan pada lapisan menengah
adalah tokoh masyarakat sekitar yang dihormati keberadaan mereka dalam masyarakat walaupun
secara informal karena mereka memiliki kekuasaan untuk mempengaruhi masyarakat dalam
mendukung terciptanya suasana yang teratur di lingkungan tersebut.
Dan di lapisan paling bawah kami kelompokkan kepala keluarga karena pemerintahan paling
sederhana di masyarakat adalah di tingkat keluarga dan kepala keluargalah yang memiliki andil
paling besar di dalam keluarga, sehingga kepala keluarga mempunyai tanggung jawab yang
besar terhadap keluarganya baik secara material maupun immaterial.

Bidang Ekonomi
Pada bidang ekonomi, yang menjadi ukuran terdeferensiasinya suatu masyarakat adalah
kepemilikan seseorang terhadap suatu sumber daya yang bisa menghasilkan keuntungan, baik
secara materiil maupun immateriil. Kami mengelompokkan orang-orang masyarakat
Kampung Cikadongdong ke dalam lapisan yang teratas yakni:
1) Orang-orang yang mempunyai sawah karena lahan persawahan adalah sebagai tempat penting
bagi masyarakat setempat untuk mengais kehidupan di kampung tersebut.
2) Orang-orang yang mempunyai toko karena toko juga merupakan lahan bisnis yang dapat
menghasilkan keuntungan secara meteriil bagi sang pemilik toko.
3) Orang-orang yang mempunyai kerbau karena pandangan penduduk setempat siapa yang bisa
untuk membeli kerbau adalah hanya orang-orang yang beruang saja, bahkan dengan adanya
kerbau si pemilik bisa menyewakannya untuk menggarap sawah.
Pada lapisan menengah kami menempatkan:
1) Orang yang bekerja sebagai tukang ojek karena walaupun mereka tidak memiliki komoditas
yang besar untuk mencari penghasilan tetapi dengan bekerja sebagai tukang ojek mereka
setidaknya bisa mencukupi kehidupannya sehari-hari dengan jerih payah keringatnya sendiri.
Sebagian besar tukang ojek di Kampung Cikadongdong membeli motor dengan cara kredit,
sehingga dengan penghasilan yang mereka dapatkan mereka juga masih mempunyai kewajiban
untuk melunasi uang kreditan motor tiap bulannya.
2) Orang yang memiliki warung. Berbeda dengan toko, yang disebut warung di sini adalah yang
berukuran yang lebih kecil dan yang disediakan juga relatif seadanya atau kurang lengkap.
Sedangkan untuk pelapisan di tingkat bawah ditempati oleh buruh tani karena tidak mempunyai
lahan atau tempat usaha yang tetap bahkan alat transportasi yang memadai.

Di Kampung Cikadongdong terlihat jelas pelapisannya berdasarkan religi-kultural, dikarenakan


pada intinya Kampung Cikadongdong merupakan bagian dari Desa Situ Udik yang dilangsir
merupakan desa yang religius, selain itu juga disebabkan karena masyarakat di kampung tersebut
seluruhnya memeluk Agama Islam. Pelapisan pada tingkat atas kami menempatkan Ustadz/Haji
yang menjadi pengajar, dengan alasan karena mereka termasuk orang-orang yang paling utama
mempunyai pengetahuan yang tinggi dalam hal agama. Terbukti dengan terpercayanya mereka
untuk dapat mengajarkan ilmu agama kepada masyarakat Kampung Cikadongdong pada
khususnya atau juga terkadang mereka juga mangajarkan di luar kampung tersebut.
Pada lapisan yang menengah kami menempatkan orang yang lulusan pesantren tetapi tidak
mengajar. Dalam hal ini kami merasakan adanya rasa segan yang tinggi dari masyarakat
setempat karena merupakan mereka termasuk orang lulusan pesantren walaupun tidak mengajar
ilmu agama bagi masyarakat. Sedangkan untuk lapisan pada tingkatan yang paling bawah kami
menempatkan santri atau yang menjadi murid-murid para guru ngaji setempat.

Mobilisasi Sosial di Kampung Cikadongdong


Terjadinya Mobilisasi Sosial di Kampung Cikadongdong
Pergerakan sosial atau yang biasa disebut dengan mobilitas sosial kerap terjadi antar lapisan
masyarakat yang ada pada Kampung Cikadongdong, baik dari lapisan yang bawah naik menjadi
lapisan menengah atau ke lapisan teratas bahkan sebaliknya. Gerak sosial horisontal yaitu
peralihan status individu atau kelompok dari suatu kelompok sosial lainnya yang sederajat.
Sebagai contohnya adalah Pak Isa yang pada awalnya bekerja sebagai tukang becak di Jakarta
tetapi karena telah diberlakukannya peraturan dilarangnya becak beroperasi di Jakarta maka Pak
Isa kembali ke kampung dan membuka usaha sendiri yaitu memproduksi krupuk pangsit kecil-
kecilan.
Menurut kajian yang telah kami lakukan bahwa dari banyaknya mobilitas sosial yang terjadi di
masyarakat tersebut sebagian besar didominasi oleh pergerakan dari orang-orang yang termasuk
lapisan bawah atau menengah naik ke lapisan yang atas (sosial climbing), sedangkan sangat
sedikit terjadi mobilitas sosial ke bawah (sosial sinking).
Sebagai contoh gerak sosial vertikal naik (sosial climbing) adalah:
1) Pak Haji Ujang menjadi orang yang cukup terpandang di Kampung Cikadongdong karena
pengetahuan dalam bidang agama yang diperolehnya dari pesantren tempat ia menuntut ilmu
cukup meningkat dibandingkan sebelumnya.
2) Ibu Wawat menjadi warga yang cukup disegani karena ia menikah dengan Pak Uci yang
memiliki toko yang cukup besar. Sehingga ia memiliki cukup uang untuk membantu warga
disekitarnya dengan cara memberikan sumbangan kepada janda dan anak yatim.
3) Pak Mukhlis cukup disegani karena beliau belum lama ini menjabat sebagai Ketua RT. Selain
itu beliau cukup disegani karena pengetahuan yang dimilikinya dalam hal mendirikan bangunan.
Dan sebagai contoh untuk gerak sosial vertikal turun (social sinking) adalah:
1) Mbah Isran dulu cukup dipandang karena kemampuannya mengobati orang yang sakit melalui
ilmu perdukunannya. Tetapi karena perkembangan ilmu pengetahuan yang dimiliki masyarakat
sudah cukup meningkat maka mereka lebih mempercayai bidang kedokteraan dalam berbagai
masalah kesehatan maupun penyakit yang tejadi disekitar lingkungan masyarakat kampung
Cikadongdong. Saat ini, Mbah Isran bekerja sebagai penjaga tambak ikan air tawar milik orang
lain.
2) Pak Sumpena mengalami mobilitas sosial sinking karena beliau sudah tidak menjabat sebagai
ketua RT lagi. Saat ini, beliau bekerja sebagai petani penggarap.
Faktor-Faktor Penyebab Mobilitas Sosial
Beberapa faktor yang menyebabkan gerak sosial naik terjadi adalah:
1) Atas dasar kekuasaaan; karena dengan kekuasaan yang mereka miliki, mereka dapat lebih
menguasai dalam hal struktur pemerintahan terhadap masyarakat Kampung Cikadongdong.
Selain itu, dalam hal kekuasaan mencakup di dalamnya faktor tentang politik lokal.
2) Atas dasar pengetahuan (ilmu agama); karena makin banyaknya ilmu pengetahuan tentang
agama yang dimiliki oleh seseorang, maka orang tersebut dapat melakukan gerak sosial dari
lapisan yang bawah menjadi lapisan yang lebih tinggi. Selain itu, dalam hal pengetahuan juga
mencakup di dalamnya tentang religi-kultural setempat.
3) Atas dasar kekayaan; karena dengan kekayaan mereka bisa untuk menyekolahkan anak
mereka, sehingga mereka pun akan melakukan gerak sosial dari lapisan bawah menjadi lapisan
yang lebih atas lagi.
Beberapa faktor yang menyebabkan gerak sosial turun terjadi adalah:
1) Atas dasar religi-kultural; karena suasana religi sudah sangat menjamur di Kampung
Cikadondong, maka ilmu mengenai perdukunan sudah tidak dipercaya lagi keafsahannya. Akibat
dari itu semua, beberapa orang yang dahulu sempat dianggap memiliki ilmu tersebut sekarang
sudah tidak disegani lagi.
2) Atas dasar kekuasaan; karena masa jabatan suatu pemerintahan ditentukan secara berkala,
maka orang-orang yang telah habis masa jabtannya mereka secara otomatis akan melakukan
mobilitas sosial turun.

http://blog.unila.ac.id/rone/mata-kuliah/sosiologi-pedesaan/

You might also like