You are on page 1of 55

RANCANG BANGUN SISTEM PENGERING

CABAI MERAH SECARA ELEKTRIK


TUGAS AKHIR

Diajukan Dalam Rangka Penyelesaian Studi Program Diploma III

Untuk Memperoleh Gelar A.Md

Disusun Oleh :

Nama : Rokhani
Nim : 5351302013
Prodi : Diploma III Teknik Elektro
Jurusan : Teknik Elektro
Konsentrasi : Teknik Instalasi Listrik

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2006

i
ii

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Tugas Akhir ini telah dipertahankan dihadapan Tim penguji Tugas Akhir

Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang

Pada hari : Senin

Tanggal : 13 Februari 2006

Pembimbing :

Drs. Agus Murnomo, MT


NIP : 131616610

Penguji II : Penguji I :

Drs. Agus Murnomo, MT Drs. Agus Suryanto, MT


NIP : 131616610 NIP : 131993878

Ketua Jurusan, Ketua Program Studi,

Drs. Djoko Adi Widodo, MT Drs. Agus Murnomo, MT


NIP : 131570064 NIP : 131616610

Dekan Fakultas Teknik


Universitas Negeri Semarang,

Prof. Dr. Soesanto


NIP : 130875753

ii
iii

ABSTRAK

Rokhani, 2006 “Rancang Bangun Sistem Pengering Cabai Merah


Secara Elektrik” Tugas Akhir, Semarang. D3 Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Negeri Semarang

Pengolahan hasil pertanian memerlukan penanganan yang baik agar dapat


dijaga mutunya. Salah satu hasil pertanian yang rentan terhadap kerusakan
fisiologi adalah cabai.
Kerusakan pada cabai disebabkan oleh kandungan air yaitu sekitar 90 %,
padahal untuk dapat menembus pasaran dunia internasional maka harus
memenuhi beberapa persyaratan diantaranya kadar air cabai kering harus sekitar
10 %. Satu-satunya jalan untuk mendapatkan cabai kering yang berkwalitas
adalah melalui proses pengeringan. Pengeringan dapat dilakukan secara alami dan
secara buatan (semi mekanik). Alat pengering kali ini memiliki keunggulan
diantaranya pengeringan dapat berlangsung lebih cepat, pengeringan tidak
tergantung pada alam, hasil pengeringan dapat lebih merata dan masih kelihatan
segar. Diharapkan dengan pembuatan alat ini dapat memberikan teknologi tepat
guna bagi petani dalam melakukan pengeringan sehingga dapat menghemat biaya
operasional.
Pengoperasian alat pengering dengan setting termostat 100 0 C pada
pemanas, memungkinkan suhu dalam ruangan nantinya dapat stabil. Termostat
tersebut akan memutus arus jika panas melebihi setting. Dari pengujian alat
pengering kali ini didapat data pengoperasian alat pengering pada suhu awal
ruangan 27 0 C sedikit demi sedikit akan mulai naik. Dalam hal ini termostat akan
bekerja memutus arus 20 menit kemudian dari sejak awal pengoperasian alat.
Termostat akan menghubungkan arus setelah 30 detik kemudian dan seterusnya
elemen pemanas akan hidup rata-rata 4 sampai 5 detik, kemudian selalu mati
selama 30 detik. Suhu ruangan mencapai 50 0 C setelah pengeringan berjalan
selama 20 menit, selanjutnya suhu dalam ruangan harus dijaga kestabilannya.
selang beberapa jam waktu pengeringan berlangsung didapat hasil pengeringan
cabai seperti yang diinginkan.
Penggunaan alat pengering kali ini sangat efektif dalam melakukan
pengeringan. Sedangkan mengenai pemakaian sumber pemanas dengan elemen
pemanas membutuhkan banyak daya sehingga perlu adanya penambahan suatu
rangkaian penghemat daya jika ingin mengeringkan cabai dalam jumlah besar.

iii
iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto :
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (Q.S Al
Insyiroh : 5)
Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan ), kerjakanlah
dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain (Q.S Al Insyiroh :7)
Jika kamu ingin hidup bahagia di dunia, maka harus dengan ilmu.
Jika kamu ingin hidup bahagia di akherat, maka harus dengan
ilmu. Dan apabila kamu ingin hidup bahagia di dunia dan akherat,
juga harus dengan ilmu.
Belajarlah dipagi hari, bekerja disiang hari, makan disore hari dan
tidurlah dimalam hari Niscaya hidup akan bahagia
Satu-satunya musuh yang utama dalam kesuksesan adalah
kemalasan, maka perangilah kemalasan dalam diri kamu

Persembahan :
Karya tulis ini khusus aku persembahan kepada
Allah SWT atas segala rahmat dan karunian Nya
Ayah dan Ibunda tercinta
Saudara-saudaraku yang selalu mendukungku

iv
v

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga dapat selesainya pembuatan

Laporan Tugas Akhir Dalam Rangka Penyelesaian studi Program Diploma III

Universitas Negeri Semarang

Dengan ini tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak

yang telah memberikan bantuan bimbingan dan dorongan dalam penulisan laporan

hingga selesai.

Ucapan terima kasih khususnya kami ucapkan kepada :

1. Bapak Drs. Djoko Adi Widodo, M.T selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro

Universitas Negeri Semarang.

2. Bapak Drs. Agus Murnomo, M.T selaku Dosen Pembimbing Laporan Tugas

Akhir

3. Ayah dan Ibuku tercinta yang selalu dengan sabar dalam membimbingku

4. Teman-teman seperjuangan TIL angkatan 2002

Penulis berharap semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat berguna bagi

semua pembaca dan dapat dipergunakan sebagai bahan pembanding dalam mata

kuliah yang serupa.

Semarang , Februari 2006

Penulis

v
vi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ ii

ABSTRAK ....................................................................................................iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................ iv

KATA PENGANTAR ................................................................................... v

DAFTAR ISI................................................................................................. vi

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... ix

DAFTAR TABEL.......................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................................. 1

B. Permasalahan................................................................................. 3

C. Pembatasan masalah...................................................................... 3

C. Tujuan dan Manfaat....................................................................... 4

BAB II ISI

A. Kajian Teori ................................................................................ 5

1. Elemen Pemanas...................................................................... 5

a. Perpindahan Panas............................................................ 6

1) Konduksi...................................................................... 6

2) Radiasi ......................................................................... 7

vi
vii

3) Konveksi ...................................................................... 8

a) Perpindahan Konveksi Alamiah ............................. 9

b) Perpindahan Konveksi Paksa ................................. 9

2. Termostat................................................................................. 9

a. Termostat Dwi Logam.................................................... 11

b. Termostat Batang ........................................................... 12

c. Termostat Zat Cair.......................................................... 12

3. Motor Listrik (fan)................................................................. 13

4. Lampu Indikator .................................................................... 15

5. Resistor.................................................................................. 16

a. Tahanan Karbon ............................................................. 16

b. Tahanan Kawat............................................................... 18

6. Cabai Merah .......................................................................... 19

B. Landasan Perencanaan .............................................................. 24

1. Perancangan alat dan bahan ................................................. 24

2. Perancangana rangka............................................................ 25

3. Perancangan dinding penutup .............................................. 26

4. Perancangan pintu ............................................................... 26

5. Perancangan rak ................................................................... 27

6. Perancangan penyangga rak ................................................. 27

7. Proses Pembuatan................................................................. 27

a. Pembuatan rangka .......................................................... 27

b. Pemasangan alat ............................................................. 28

vii
viii

8. Konstruksi ............................................................................ 29

9. Gambar rangkaian ................................................................ 32

10. Cara kerja ........................................................................... 32

C. Hasil dan Pembahasan............................................................... 33

1. Hasil...................................................................................... 34

2. Pembahasan .......................................................................... 37

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................. 40

B. Saran ............................................................................................ 40

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 41

LAMPIRAN

viii
ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Perpindahan panas secara kondusi pada solder........................... 6

Gambar 2. Perpindahan panas secara radiasi ................................................ 7

Gambar 3. Perpindahan panas secara konveksi ............................................ 8

Gambar 4. Termostat dengan saklar bimetal............................................... 11

Gambar 5. Termostat batang ....................................................................... 12

Gambar 6. Termostat zat cair ...................................................................... 13

Gambar 7. Konstruksi fan ........................................................................... 14

Gambar 8. Kumparan stator ........................................................................ 14

Gambar 9. Kumparan rotor ......................................................................... 15

Gambar 10. Lampu tanda............................................................................ 16

Gambar 11. Tahanan karbon ....................................................................... 17

Gambar 12. Kode warna tahanan karbon.................................................... 17

Gambar 13. Simbol resistor ........................................................................ 17

Gambar 14. Resistor kawat ......................................................................... 19

Gambar 15. Konstruksi alat pengering ....................................................... 29

Gambar 13. Rangkaian elektronik alat pengering....................................... 32

ix
x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Kode warna resistor ...................................................................... 18

Tabel 2. Daftar alat dan bahan .................................................................... 24

Tabel 3. Urutan pergantian rak.................................................................... 34

Tabel 4. Data hasil percobaan ..................................................................... 35

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Cabai merah yang kita kenal selama ini sudah menjadi kebutuhan

masyarakat, khususnya kaum ibu rumah tangga. Selain memiliki rasa yang

pedas yang berfungsi sebagai perangsang nafsu makan, warna merah pada

cabai seakan memberikan kesan yang menarik pada masakan. Cabai merah

selain dikonsumsi kaum ibu, juga menjadi kebutuhan bagi dunia farmasi. Di

dunia farmasi cabai digunakan sebagai bahan campuran dalam proses

pembuatan obat. Bagian dari cabai merah yang memiliki rasa pedas digunakan

sebagai campuran karena rasa pedas umumnya mengandung panas. Panas

yang terkandung ini nantinya akan dimanfaatkan sebagai campuran obat,

khususnya untuk obat luar yang berfungsi sebagai penghilang rasa gatal dan

pegal-pegal pada badan.

Cabai merah memiliki sifat mudah rusak. Sifat mudah rusak ini

dipengaruhi oleh kadar air dalam cabai yang sangat tinggi sekitar 90% dari

kandungan cabai merah itu sendiri. Kandungan air yang sangat tinggi ini

dikhawatirkan pada saat musim panen raya banyak cabai yang tidak dapat

dimanfaatkan. Hal ini dikarenakan hasil panen yang melimpah sedangkan

proses pengeringan tidak dapat berlangsung secara serentak, sehingga

menyebabkan kadar air dalam cabai masih dalam keadaan besar, sehingga

menyebabkan pembusukan.

1
2

Upaya penyelamatan hasil pertanian adalah dengan melakukan

pengeringan. Prinsip pengeringan cabai adalah upaya menguapkan air karena

ada perbedaan kandungan uap air diantara udara dan bahan yang dikeringkan.

Udara mempunyai kandungan uap air yang lebih kecil dari pada bahan

sehingga dapat menghisap uap air dari bahan yang dikeringkan. Salah satu

faktor yang dapat mempercepat proses pengeringan adalah angin atau udara

yang mengalir. Dengan adanya aliran udara maka udara yang sudah jenuh

dapat diganti oleh udara kering sehingga proses pengeringan dapat berjalan

secara terus menerus.

Proses pengeringan yang dilakukan oleh petani selama ini masih bersifat

sederhana yaitu dengan metode penjemuran secara langsung dibawah sinar

matahari. Metode ini kurang efektif karena akan membutuhkan area yang luas,

waktu pengeringan yang relatif lama yaitu 10-12 hari, proses pengeringan

tergantung pada cuaca, serta efek sinar ultraviolet matahari dapat merusak

warna dari kulit cabai yang sehingga tidak terlihat cerah lagi.

Mempertimbangkan kekurangefektifan metode tersebut maka perlu dicari

suatu metode yang dapat menggantikan, namun masih memiliki fungsi yang

sama yaitu sebagai pengering yang dapat menurunkan kandungan kadar air

dalam cabai merah menjadi sekitar 10 %.

Berkaitan dengan hal tersebut, perlu dibuat alat pengering cabai secara

elektrik. Menyikapi masalah tersebut, pada kesempatan kali ini penulis

mencoba mengangkat judul “Rancang Bangun Sistem Pengering Cabai Merah

Secara Elektrik”. Metode pengeringan kali ini memiliki keunggulan dibanding


3

pengeringan secara tradisional. Keunggulan tersebut diantaranya proses

pengeringan tidak tergantung lagi pada cuaca, kapasitas pengeringan dapat

dipilih sesuai yang diinginkan, tidak membutuhkan area yang luas, kondisi

pengeringan dapat lebih dikontrol, proses pengeringan dapat berlangsung

lebih cepat dengan keseragaman kandungan air lebih merata, disebabkan

terjadi perpindahan panas yang lebih merata di semua bagian cabai yang

dikeringkan.

B. Permasalahan

Dalam pembuatan alat pengering cabai secara elektrik kali ini

permasalahan yang muncul adalah bagaimana merencanakan alat pengering

cabai secara elektrik, penentuan sumber panas dan pengendali panas agar

panas dalam ruangan dapat stabil serta bagaimana cara penentuan kadar air

kering cabai.

C. Pembatasan Masalah

Penulisan laporan tugas akhir ini, agar tidak menyimpang dari inti

pokok pembahasan, maka diberikan batasan masalah. Batasan masalah

tersebut adalah sebagai berikut:

1. Cabai yang dikeringkan jenis cabai merah keriting

2. Cabai merah yang dikeringkan memiliki berat 4 kg dengan ketentuan telah

mengalami proses penjemuran semantara

3. Elemen pemanas yang digunakan sebagai sumber panas berjumlah satu

buah dengan daya 300 watt.

4. Batasan setting Termostat pada suhu maksimal adalah 100 0 C


4

D. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan

a. Mempercepat proses pengeringan

b. Pengeringan tidak lagi tergantunga pada alam

c. Memperoleh hasil pengeringan yang lebih baik

2. Manfaat

a. Memperkecil biaya yang dikeluarkan dalam proses pengeringan

b. Resiko terjadinya pembusukan pada cabai dapat ditekan

c. Meningkatkan kualitas cabai kering


BAB II

ISI

A. Kajian Teori

Pembahasan mengenai teori pembuatan proyek tugas akhir Alat

Pengering Cabai Merah Secara Elektrik beserta komponen-komponen yang

digunakan adalah sebagai berikut :

1. Elemen Pemanas

Elemen pemanas merupakan alat pengubah tenaga listrik menjadi tenaga

panas, atau komponen ini berfungsi sebagai penghasil panas. Pemakaian

elemen pemanas sebagai sumber kalor atau panas pada alat pengering ini,

prinsip kerjanya sama dengan pemanfaatan elemen pemanas untuk alat

keperluan rumah tangga seperti oven, dan seterika listrik. Elemen pemanas

yang dipakai dalam pembuatan alat ini memiliki daya 300 Watt / 220 volt AC.

Elemen pemanas yang digunakan harus memenuhi beberapa persyaratan

sebagai berikut:

a) Tahan lama pada suhu yang dikehendaki

b) Pada suhu yang dikehendaki mekanik harus kuat

c) Koefisien muai kecil, pada suhu yang dikehendaki tidak mengalami

perubahan bentuk

d) Mempunyai Tahanan jenis tinggi

5
6

Perpindahan panas

Apabila dua logam saling berhimpitan dan suhu-suhu benda itu berbeda, maka

akan terjadi proses perpindahan panas dari benda yang panas menuju benda

yang lebih dingin, sehingga menyebabkan suhu keduanya menjadi sama.

Secara umum, proses perpindahan panas dapat berlangsung dengan beberapa

cara, diantaranya :

1) Konduksi

Perpindahan panas secara konduksi adalah proses dimana panas mengalir

dari daerah yang bersuhu tinggi ke daerah yang bersuhu lebih rendah didalam

suatu medium ( Nyoman kertiasa, 1997 : 130 ).

Proses perpindahan panas secara konduksi terjadi karena molekul-molekul

suatu bahan saling berbenturan atau bersinggungan, dengan demikian saling

meneruskan energi panas yang mereka miliki ( Van Harten, 1983 : 95 ).

Proses perpindahan panas secara konduksi tidak terjadi pada semua bahan,

umumnya penghantaran panas hanya terjadi pada bahan yang memiliki daya

hantar yang baik (konduktor). Contoh nyata dari perpindahan panas secara

konduksi dapat dilihat pada gambar :

Gambar 1. Perpindahan panas secara konduksi pada solder

( Van Harten, 1983 : 94 )


7

2) Radiasi

Perpindahan panas secara radiasi adalah proses dimana mengalirnya panas

dari suatu benda bertemperatur tinggi menuju benda bertemperatur lebih

rendah tanpa adanya perantara dari benda lain.

Pemindahan energi panas lewat pancaran dilakukan oleh gelombang-

gelombang elektromagnetik. Cara pemindahan ini juga dapat berlangsung

dalam ruang hampa udara, sebagai contohnya adalah perambatan panas pada

oven.

Perpindahan panas secara pancaran atau radiasi ini kebanyakan

dimanfaatkan oleh petani dalam pembudidayaan tanaman pada ruangan kaca.

Bila seberkas energi panas mengenai suatu benda maka sebagian energi

tersebut akan diserap, dipantulkan, dan sebagian diteruskan melalui benda

tersebut. Ciri khas pertukaran energi radiasi yang penting adalah sifatnya yang

menyebar secara merata ke segala arah. Perpindahan panas secara radiasi

dapat dilihat pada contoh gambar :

Gambar 2. Perpindahan panas secara radiasi

( Van Harten, 1983 : 95 )


8

3) Konveksi

Zat cair dan gas tidak dapat menghantarkan panas dengan baik.

Pemindahan panas lewat zat cair dan gas terutama terjadi karena konveksi,

yaitu karena adanya perbedaan suhu ( Van Harten, 1983 : 97 )

Perpindahan panas secara konveksi berlangsung dalam beberapa tahap.

Tahap pertama panas akan mengalir dengan cara konduksi yaitu dari sumber

panas menuju permukaan benda, kemudian energinya berpindah ke benda

lainnya sehingga menaikkan suhu dan energi di sekitarnya.

Tahap kedua, partikel-partikel bergerak dari daerah yang bersuhu lebih

tinggi ke daerah yang bersuhu lebih rendah. Udara kemudian akan bercampur

dan memindahkan sebagian energinya kepada partikel fluida yang lain.

Proses perpindahan panas secara konveksi dalam ruangan dapat dilihat pada

gambar berikut :

Gambar 3. Perpindahan panas secara konveksi

( Van Harten, 1983 : 94 )

Perpindahan panas yang terjadi dalam ruangan pengering adalah secara

konveksi. Perpindahan panas secara konveksi dapat terjadi jika adanya

perbedan suhu antara kedua ruangan. Dalam hal ini udara akan bergerak dari
9

daerah yang bersuhu lebih tinggi menuju ke daerah yang bersuhu yang lebih

rendah, kemudian akan bercampur dan memindahkan sebagian energinya ke

partikel fluida yang lainnya.

Perpindahan panas secara konveksi dikenal dua macam ( Nyoman Kertiasa,

1997 : 136 ) yaitu :

a) Perpindahan konveksi alamiah

Perpindahan konveksi secara alamiah terjadi dengan sendirinya tanpa

adanya bantuan dari peralatan lain.

b) Perpindahan konveksi paksa

Perpindahan konveksi paksa terjadi apabila kalor yang dihasilkan oleh

sumber panas disalurkan menuju ke tempat lain (objek) dengan bantuan

peralatan lain seperti kipas (fan).

2. Termostat

Alat pengatur panas khusus atau termostat adalah suatu alat yang dapat

menghubungkan dan memutuskan lingkaran arus secara otomatis berdasarkan

perubahan suhu. Alat ini memiliki suatu alat perasa yang peka terhadap

perubahan suhu ( Van Harten, 1983 : 107 ).

Pemanfaatan termostat umumnya digunakan untuk peralatan yang

pemanasannya bersumber pada energi listrik untuk menghidupkan sumber

panas. Tujuan pemakaiannya adalah sebagai peralatan pengaman untuk

mempertahankan panas sesuai setting yang telah ditentukan sebelumnya,

sehingga sumber panas tidak akan cepat mudah rusak.


10

Inti susunan termostat terdiri atas saklar otomatis yang bekerja

berdasarkan prinsip beda koefisien muai panjang yaitu bimetal. Bimetal

adalah dua buah logam atau paduan logam yang memiliki beda koefisien muai

panjang dan direkatkan satu sama lain dengan jalan mengeling atau mengelas

( Nyoman kertiasa, 1997 : 121 ).

Prinsip kerja dari bimetal adalah apabila dipanaskan akan melengkung.

Melengkungnya logam ini disebabkan oleh perbedaan koefisien muai kedua

plat logam. Azas kerja dari termostat sendiri adalah sekrup (tombol) pengatur

berfungsi mengatur jarak antara cakram kontak. Apabila suhu sudah mencapai

nilai tertentu sesuai setting yang telah ditentukan sebelumnya, kontak akan

terputus karena logam yang ada pada bimetal membengkok. Beberapa saat

kemudian apabila suhu turun maka arus akan mengalir kembali karena logam

pada bimetal kembali keposisi semula yang mengakibatkan arus terhubung.

Beberapa istilah yang harus diketahui mengenai termostat adalah ( Van

Harten, 1983 : 107 ) :

a. Suhu hubung yaitu pada suhu ini mekaniknya menghubungkan atau

memutuskan arus

b. Diferensi yaitu beda antara suhu penghubung dan suhu pemutus

c. Batas-batas pengaturan dari termostat yang dapat di atur. termostatnya

dapat diatur antara batas-batas suhu tertentu

d. Toleransi yaitu ketepatan penyetelan.


11

Berdasarkan kontruksinya, termostat dapat dibedakan atas beberapa jenis,

diantaranya ( Van Harten, 1983 : 107 ) :

a) Termostat dwi logam

Jenis termostat dwi logam arusnya dihubungkan dan diputuskan oleh

suatu saklar yang bekerja berdasar prinsip beda muai panjang. Saklar ini

sering disebut dengan nama bimetal.

Termostat dwi logam (bimetal) bekerja berdasar prinsip pemuaian yaitu

penggabungan dua buah logam yang mempunyai dua koefisien muai

panjang yang berbeda dilas menjadi satu. Menurut ketentuan dalam ilmu

alam (fisika) jika bahan logam atau paduan logam akan memuai jika

dipanaskan dan menyusut jika didinginkan. Sedangkan pemuaian atau

penyusutan bagi tiap-tiap logam atau paduan adalah berbeda, tergantung

dari koefisien muai panjang masing-masing.

Termostat ini dilengkapi dengan baut penyetel yang berfungsi sebagai

pengatur batas setting suhu yang akan dikehendaki.

Gambar 4. Termostat dengan saklar bimetal

( Suparno, 1982 : 23 )
12

b) Termostat batang

Termostat jenis ini memiliki sepotong pipa dan sepotong kawat besar atau

batang, yang salah satu ujungnya dihubungkan pada pipa. Pipa dan batang

ini dibuat dari dua jenis logam yang berlainan.

Beda koefisien muainya dipilih sebesar mungkin, jadi suatu perubahan

suhu akan menyebabkan perubahan panjang yang berbeda dari pipa dan

batang itu. Beda panjang ini digunakan untuk membuka atau menutup dua

kontak.

Gambar 5. Termostat batang

( Van Harten, 1983 : 108 )

c) Termostat zat cair

Termostat jenis ini memiliki alat perasa, pipa kapiler dan ruang tekan.

Ketiga bagian ini merupakan suatu keseluruhan dan diisi dengan zat cair.

Zat cair yang digunakan memiliki koefisien muai yang besar, yaitu kalau

suhunya berubah maka zat cairnya akan memuai atau mengerut dan

mengakibatkan kontak akan membuka atau menutup.


13

Gambar 6. Termostat zat cair

(Van Harten, 1983 : 108 )

Dari sekian macam jenis termostat, yang dipakai dalam pembuatan alat

adalah termostat dwi logam, karena sesuai dengan media pemanas yaitu

udara dan pada ruangan tertutup.

3. Motor listrik (fan)

Motor listrik adalah alat yang digunakan untuk mengubah energi listrik

menjadi gerak atau mekanik. Motor yang dipakai dalam pembuatan alat ini

adalah jenis Motor Induksi Fasa Tunggal.

Motor induksi fasa tunggal adalah motor yang dapat menghasilkan suatu

medan magnet apabila dihubungkan dengan sumber tegangan arus bolak-balik

( Zuhal, 1991 : 129 ). Medan magnet ini berasal dari belitan ( stator ) setelah

dialiri oleh arus bolak-balik , maka akan menggerakkan rotor. Dari peristiwa

ini akan menghasilkan suatu medan putar. Medan putar inilah yang pada

dasarnya menjadi prinsip dari motor induksi. Karena bentuknya yang

sederhana dan harga yang relatif murah, motor induksi fasa tunggal banyak

dipakai untuk keperluan motor kecil didalam rumah tangga seperti kipas
14

angin, peniup, pompa, mesin pendingin (AC). Jenis motor motor induksi satu

fasa dalam hal ini digunakan untuk menggerakkan baling-baling (kipas).

Jenis kipas yang dipakai memiliki daya 40 Watt / 220 Volt dengan frekuensi

50 Hz. Pemanfaatan kipas dalam pembuatan alat ini adalah untuk

menghembuskan udara disekitar elemen pemanas menuju ruang pengering.

Gambar 7. Kostruksi Fan

( Van Harten, 1983 : 144 )

Gambar 8. Kumparan Stator

( Zuhal, 1991 : 64 )
15

Gambar 9. Kumparan Rotor

( Zuhal, 1991 : 64 )

4. Lampu Indikator

Cahaya lampu dibangkitkan dengan mengalirkan arus listrik dalam suatu

kawat penghantar. Dalam kawat ini energi listrik diubah menjadi panas dan

cahaya. Bentuk umum dari lampu indikator dapat berbeda-beda tergantung

dari kebutuhan. Sesuai fungsinya yaitu sebagai indikator maka kerja dari

lampu tergantung dari sumber yang terhubung, dalam hal ini lampu

dihubungkan secara seri dengan elemen pemanas.

Apabila elemen pemanas terhubung dengan arus maka lampu indikator

secara otomatis akan menyala, namun setelah selang beberapa waktu apabila

panas telah melebihi setting pada termostat, maka arus akan terputus dan

mengakibatkan lampu indikator mati beberapa saat seiring matinya elemen

pemanas. Apabila panas pada elemen pemanas telah turun maka arus akan

terhubung kembali dan lampu indikator akan menyala kembali.

Mengingat konstruksi lampu yang relatif kecil dan arus yang mengalir

adalah tegangan AC maka kemungkinan lampu mudah putus sangat besar.

Maka untuk mengatasinya pada salah satu bagian kutub lampu dipasang

resistor.
16

Gambar 10. Lampu tanda

( www. Geogle. Com )

5. Resistor

Resistor atau tahanan juga disebut ‘Weerstand’ (bahasa belanda) adalah

komponen dasar elektronika yang dipergunakan untuk membatasi jumlah arus

yang mengalir dalam suatu rangkaian.

Tahanan dapat dibagi dalam dua golongan utama yaitu tahanan karbon

(carbon resistors) dan tahanan kawat (wire wound resistors)

a. Tahanan karbon

Tahanan karbon terdiri atas sebuah batang keramik yang diberi lapisan

karbon tipis. Lapisan karbon inilah yang merupakan tahanan yang sebenarnya.

Kedua ujung batang keramik yang berlapis karbon itu dipres dengan tutup

logam yang dipasang kawat-kawat penghubung. Tahanan tersebut harus

dibubuhi dengan satu atau lebih lapisan khusus untuk mencegah penyerapan

lembab. Tahanan inilah yang mempunyai keandalan yang sangat baik dan

nilai yang tetap atau konstan.


17

Gambar 11. Tahanan karbon

( Daryanto, 2004 : 6 )

Nilai ini biasanya berupa kode warna yang ada pada setiap badan resistor.

Hal ini dilukiskan dalam tiga lingkaran warna, sedangkan lingkaran keempat

memiliki arti toleransi.

Gambar 12. Kode warna tahanan karbon

( Daryanto, 2004 : 7 )

Simbol umum dari tahanan atau resisror adalah sebagai berikut:

Gambar 13. Simbol Resistor

( Daryanto, 2004 : 19 )
18

Nilai resistansi yang ada pada badan resistor adalah sesuai dengan standart

manufaktur yang dikeluarkan oleh EIA (Electronic Industries Association)

seperti yang ditunjukkan dalam tabel berikut:

Warna Nilai puluhan Nilai satuan Faktor kali Toleransi

gelang 1 gelang 2 gelang 3 gelang 4

Hitam 0 0 1

Coklat 1 1 10

Merah 2 2 102

Orange 3 3 103 2%

Kuning 4 4 104

Hijau 5 5 105

Biru 6 6 106

Ungu 7 7 107

Abu-abu 8 8 108

Putih 9 9 109

Emas - - 10-1 5%

Perak - - 10-2 10 %

Tanpa warna - - - 20 %

Tabel 1. Kode warna resistor

b. Tahanan kawat

Tahanan ini terdiri atas sebuah batang atau pipa keramik yang digulung

dengan kawat logam. Ujung kawat di tambatkan pada dua apitan penghubung

yang juga merupakan hubungannya.


19

Kawat dan batang dilapisi dengan lapisan tahan panas. Nilai tahanan kawat

ditentukan oleh tahanan dari kawat yang digulung pada batang.

Gambar 14. Resistor kawat

( Daryanto, 2004 : 6 )

6. Cabai Merah

Tanaman cabai merah merupakan jenis palawija yang dapat tumbuh

dengan baik di daerah tropik dan subtropik. Umumnya tanaman cabai tumbuh

didataran rendah seperti persawahan dan ladang. Jenis dari cabai merah sangat

bervariasi, namun yang umum dikonsumsi adalah cabai jenis keriting. Cabai

merah keriting ini memiliki banyak keunggulan diantaranya memiliki tekstur

kulit yang tipis dan memiliki banyak isi.

Buah cabai banyak dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari, baik

keperluannya untuk memasak maupun untuk keperluan lainnya. Cabai merah

memiliki dua komponen kimia yang penting yaitu capsaicin yang memberikan

rasa pedas, dan capsantin yang memberikan warna merah pada cabai.

Pemanfaatan cabai dalam dunia farmasi yaitu sebagai campuran dalam

pembuatan obat luar (obat gosok, penghilang rasa gatal dan pegal-pegal),

caranya dengan mencampur bagian dari cabai yang memiliki rasa pedas

dengan bahan utama pembuatan obat-obatan.


20

Upaya untuk mendapatkan hasil cabai kering yang berkualitas dan tahan

lama yaitu dengan pengeringan. Pengeringan adalah proses pemindahan

kandungan air bahan dengan bantuan energi panas dari sumber panas dan

dipindahkan dari permukaan bahan. Dasar proses pengeringan adalah

terjadinya penguapan air ke udara dari bahan yang dikeringkan. Penguapan ini

dilakukan dengan menurunkan kelembapan udara dalam ruangan dan

mengalirkan udara panas ke sekeliling bahan sehingga kandungan uap air

bahan lebih besar dari pada tekanan uap air udara.

Perbedaan tekanan ini menyebabkan terjadinya uap air dari bahan ke udara

(terjadi proses penguapan yaitu dari air menjadi gas atau uap air ).

Faktor-faktor yang mempengaruhi penguapan antara lain :

a) Kadar air bahan

Dalam hal ini mencakup banyak sedikitnya bahan yang dikeringkan

b) Suhu maksimum dalam proses penguapan

c) Waktu pengeringan

d) Sumber pemanas

Peristiwa yang terjadi selama pengeringan meliputi dua proses diantaranya :

a) Proses perpindahan panas

Terjadinya proses penguapan air dari bahan atau proses perubahan dari

bentuk cair ke bentuk gas

b) Proses perpindahan massa

Terjadi proses perpindahan massa uap air dari permukaan bahan ke udara.
21

Berdasarkan cara penguapan udara dan panas, maka proses pengeringan

dibagi 3 kategori :

a) Pengeringan udara

Panas dipindahkan menembus bahan, baik dari udara maupun dari

permukaan bahan yang dikeringkan / dipanaskan.

Uap air dipindahkan dengan penghembusan panas kedalam bahan yang

dikeringkan, kemudian dalam ruangan pengering tersebut kandungan air

diuapkan dan membuang uap air ke udara bebas.

b) Pengeringan udara hampa

Proses pengeringan ini didasarkan pada kenyataan bahwa penguapan air

dapat terjadi lebih cepat pada tekanan rendah dari pada tekanan tinggi.

Panas yang dipindahkan dalam pengeringan hampa udara umumnya

secara konduksi atau radiasi (adanya gelombang elektromagnetik)

c) Pengeringan beku

Proses pengeringan ini terjadi karena uap air disublimasikan. Struktur

bahan tetap dipertahankan dengan baik, yaitu menjaga kondisi suhu dan

tekanan tetap stabil dalam ruangan.

Secara garis besar proses pengeringan dapat dilakukan dengan dua cara:

a) Pengeringan secara alami (natural drying)

Pengeringan seperti ini umumnya dilakukan oleh petani tradisional. Secara

umum yaitu dengan melakukan proses penjemuran dibawah sinar

matahari.

b) Pengeringan secara buatan (artificial drying)


22

Pengeringan dapat dilakukan dengan menggunakan alat pengering buatan

atau semi mekanik dengan sumber panas sesuai keinginan diharapkan

memperoleh hasil yang lebih baik dari pengeringan secara alami.

Macam dari alat pengering buatan dapat bermacam-macam diantaranya :

1) Alat pengering tipe sel

2) Alat pengering tipe rak

3) Alat pengering tipe bak

4) Alat pengering hampa udara

Dari keempat alat pengering, yang mempunyai nilai lebih dalam proses

pengeringan adalah tipe rak. Keistimewaannya adalah dapat mengeringkan

bahan secara merata karena tersusun rata pada rak, penggunaan rak sebagai

tempat untuk mengeringkan dapat dipasang alat pengontrol. Alat pengontrol

ini yang memungkinkan suhu dalam ruangan dapat terjaga kestabilannya.

Posisi rak tersebut dapat dipindah secara berurutan setiap selang beberapa

waktu secara teratur sampai didapat kadar air yang diinginkan.

Proses pengeringan dipengaruhi beberapa faktor diantaranya:

a. Faktor yang berhubungan dengan udara pengering

Meliputi suhu, kecepatan volume, aliran udara pengering dan

kelembapan udara

b. Faktor yang berhubungan dengan sifat bahan yang dikeringkan

Meliputi ukuran bahan, kadar air awal dan tekanan parsial dalam

bahan
23

Waktu proses pengeringan perlu diperhatikan satu hal yaitu mekenisme

pengeringan. Mekanisme pengeringan merupakan bagian penting dalam

pengeringan bahan pangan sebab dengan mengetahui mekenisme pengeringan

dapat diperkirakan jumlah energi dan waktu proses yang optimum untuk

tujuan pengawetan yang ekonomis. Energi yang dipergunakan dalam

pengeringan yang utama adalah berupa energi panas untuk meningkatkan suhu

dan menambah tenaga dalam pemindahan air. Waktu proses erat kaitannya

dengan laju pengeringan dan tingkat kesukaran yang dapat dikendalikan

akibat pengeringan

Ada dua metode untuk menentukan kadar air bahan yaitu bobot basah (wet

basis) dan bobot kering (dry basis) ( Suharto, 1991 : 21 )

penentuan kadar air berdasar bobot basah adalah :

Wa
K air = x 100 %
Wb

dimana K air = kadar air

Wa = bobot air basah

Wb = bobot basah basah

Sedangkan penentuan kadar air berdasar bobot kering adalah :

Wa
K air = x 100 %
Wk

dimana K air = kadar air

Wa = bobot air kering

Wk = bobot kering bahan


24

B. Landasan Perencanaan

Landasan perencanaan dibuat guna mencapai tujuan yang akan dicapai

yakni dapat menghasilkan suatu bentuk karya (alat) yang dapat dipertanggung

jawabkan secara ilmiah.

Pembuatan alat ini berpacu pada landasan perencanaan yaitu berupa studi

kepustakaan dan metode eksperimen. Studi kepustakaan mengenai

pengumpulan materi yang mendukung dan sesuai, serta sebagai literatur

pegangan dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan. Dengan adanya

literatur ini, permasalahan yang timbul nantinya dapat diatasi dengan

pendekatan konsep yang telah ada pada literatur. Dalam metode eksperimen

ini, konstruksi alat yang telah direncanakan sebelumnya direalisasikan dalam

sebuah alat yang nantinya akan digunakan dalam percobaan (eksperimen).

Tujuan ekperimen ini adalah untuk mendapatkan data yang tepat dan

akurat dalam melakukan pengukuran. Hasil pengukuran ini nantinya akan

digunakan sebagai data untuk dilakukan analisis dan pembahasan.

1. Rancangan alat dan bahan

Langkah pertama sebelum membuat alat percobaan, terlebih dahulu

dipersiapkan peralatan-peralatan dan bahan yang akan dipergunakan dalam

proses perakitan dan pembuatan.

Berikut ini beberapa kebutuhan alan dan bahan yang akan dipergunakan

dalam pembuatan alat diantaranya:


25

No Alat dan Bahan Ukuran jumlah

1 Kayu reng 2m 6 bh

2 Triplek 1x1m 1 bh

3 Gabus 1 x 0,5 m 1 bh

4 Kawat kasa 1x2m 1 bh

5 Kayu list tipis 0,5 x 5 m 5 bh

6 Kaca bening 0,5 x 0,5 m 1 bh

7 Sekrup Standart 1 pack

8 Engsel Standart 4 bh

9 Amplas Standart 5 bh

10 Cat 0,5 kg Secukupnya

11 Kunci Standart 2 bh

12 Gergaji Standart 1 bh

13 Palu Standart 1 bh

14 Paku Paku reng, kecil 1 kg

15 Termostat standart 1 bh

16 Kipas sirkulasi AC 40 W / 220 Volt 50 Hz 1 bh

17 Elemen pemanas 300 W / 220 Volt 1 bh

18 Termometer 110 dan 50 0 C 2 bh

19 Lem kayu 0,5 kg 1 bh

20 Lampu + resistor standart 1 bh

Tabel 2. Daftar alat dan bahan


26

2. Perancangan rangka

Proses perakitan atau pembuatan alat pengering setelah mempersiapkan

alat adalah pembuatan rangka.

Berikut adalah proses pembuatan rangka :

Pemotongan kayu ukuran 3 x 4 cm dengan ketentuan

a. ukuran 70 cm sebanyak 4 buah

b. ukuran 35 cm sebanyak 2 buah

c. ukuran 3 cm sebanyak 2 buah

d. ukuran 28,5 cm sebanyak 4 buah

3. Perancangan dinding penutup

a. Pemotongan gabus dan karpet

1) ukuran 3,5 x 4,7 cm sebanyak 1 buah

2) ukuran 3,5 x 2 cm sebanyak 1 buah

3) ukuran 3 x 4,7 cm sebanyak 2 buah

4) ukuran 3 x 2 cm sebanyak 2 buah

b. Pemotongan kawat kasa

1) ukuran 30 x 35 cm sebanyak 3 buah

4. Perancangan pintu

Pintu terbuat dari kayu list tipis dengan ketentuan

1) ukuran 47 cm sebanyak 2 buah

2) ukuran 35 cm sebanyak 2 buah

3) ukuran 20 cm sebanyak 2 buah

4) ukuran 35 cm sebanyak 2 buah


27

Pembentukan rangka pintu dengan ketentuan

1) ukuran 47 x 35 cm sebanyak 1 buah

2) ukuran 20 x 35 cm sebanyak 1 buah

Pomotongan kaca pintu dengan ketentuan

1) ukuran 45 x 23 cm sebanyak 1 buah

2) ukuran 18 x 23 cm sebanyak 1 buah

5. Perancangan rak

Pemotongan kayu untuk rak dengan ketentuan

1) ukuran 43 cm sebanyak 8 buah

2) ukuran 30 cm sebanyak 8 buah

Pembentukan rangka dengan ketentuan

1) ukuran 43 x 30 cm sebanyak 4 buah

Pemasangan kawat kasa pada rangka rak dijepit dipaku

6. Perancangan penyangga rak

Pemotongan kayu 4 x 3 cm ukuran 33 cm sebanyak 4 buah

Pembuatan tekak-tekik dengan lebar 1 cm sebanyak 4 buah

7. Proses pembuatan

Hasil rancangan yang telah dibuat direalisasikan dalam bentuk benda

kerja yang siap untuk dioperasikan. Dalam proses pembuatan alat kali ini

meliputi beberapa tahap diantaranya:

a. Pembuatan Rangka

Bahan-bahan yamg telah dipersiapkan sebelumnya (kayu) dipotong

sesuai ukuran menurut perencanaan, kemudian bahan-bahan


28

tersebut dihaluskan dengan menggunakan amplas. Bahan-bahan

tersebut dirangkai membentuk suatu bangunan persegi panjang.

Karena bagian-bagian rangka akan ditutup dengan sejenisnya

(gabus,triplek), maka pada batang rangka dipersiapkan lubang atau

bagian longgar untuk meletakkan penutup yang nantinya akan

dilem ataupun disekrup.

b. Pemasangan alat

Rangka yang telah dibuat selanjutnya diberi dinding penutup.

Dinding penutup yang dipergunakan terdiri atas dua jenis yaitu

dinding penutup untuk ruang pengering yang terbuat dari gabus

pada bagian dalam dan dilapisi dengan perlak. Dinding penutup

ruang alat pemanas dan kipas penghembus terbuat dari partikel

board (triplek) dan dilapisi dengan perlak pada bagian luarnya.

Peletakan peralatan dilakukan dengan meletakkan elemen pemanas

pada tempatnya yaitu pada bagian dinding pemisah antara ruang

pengering dengan ruang pemanas.

Kipas penghembus diletakkan dengan arah hembusan udara

kesumber elemen pemanas dan ruang pengering, tujuannya adalah

panas yang dihasilkan oleh elemen pemanas dan menyebabkan

udara disekitar manjadi panas nantinya akan dialirkan ke ruang

pengering untuk menguapkan kadar air yang terkandung dalam

cabai. Pemasangan pintu dengan kaca bening dan diberi engsel

bertujuan untuk melihat kondisi cabai selama proses pengeringan


29

dan melihat suhu sehingga nantinya suhu dapat dijaga

kestabilannya.

8. Kostruksi

Alat pengering yang telah direncanakan sebelumnya direalisasikan dalam

bentuk alat yang sesungguhnya. Alat pengering yang telah dirakit menjadi

satu bagian yang sempurna seperti yang ditunjukkan gambar berikut:

Gambar 15. Konstruksi alat pengering

Keterangan gambar alat pengering cabai:

a) Rangka alat pengering

Bahan utama dari pembuatan alat pengering dapat bermacam-macam,

namun pada pembuatan alat ini mempergunakan kayu reng dengan

ukuran 3x2 cm.


30

Kayu reng tersebut dipotong dengan perincian:

1) Ukuran 0,7 m sebanyak 4 buah (panjang)

2) Ukuran 0,4 m sebanyak 4 buah (tinggi)

3) Ukuran 0,3 m sebanyak 8 buah (lebar)

b) Dinding penutup

Dinding penutup ini digunakan untuk menutup bagian dari rangka

yang telah dibuat. Dinding penutup terdiri atas dua bagian utama

yaitu:

1) Dinding ruang pengering

Terbuat dari gabus dengan tujuan apabila terjadi penurunan panas

akibat elemen pemanas mati karena melebihi setting sebelumnya,

maka udara disekitar ruang pengering tidak akan cepat turun. Hal

ini dapat menyebabkan udara dalam ruang pengering akan tetap

terasa hangat menunggu elemen pemanas hidup kembali.

2) Dinding ruang pemanas dan kipas penghembus

Dinding ini terbuat dari partikel board (triplek) atas dasar

pertimbangan letaknya yang dekat dengan elemen pemanas

diharapkan dapat memancarkan panas didaerah sekitarnya

sebelum dihembuskan oleh kipas menuju ruang pengering.

c) Tempat elemen pemanas

Penempatan elemen pemanas yaitu disamping ruang pengering yang

terbuat dari kawat kasa.


31

d) Tempat kipas penghembus

Kipas penghembus diletakkan menyatu dengan ruang pemanas, tetapi

diletakkan didepan elemen pemanas tepatnya menempel pada dinding

tepi (pada gambar). Dinding ini terbuat dari kawat kasa dengan tujuan

untuk menyerap udara dari luar dan menghembuskannya menuju

sumber pemanas.

e) Penyangga rak

Penyangga rak pengering ini terbuat dari kayu reng 3x2 cm.

Penyangga rak pengering ini diberi lekukan berjumlah empat tingkat.

Tekak-tekik ini nantinya akan digunakan untuk meletakkan rak

pengering yang berisi cabai diatasnya.

f) Rak pengering

Pembuatan rak pengering disesuaikan dengan jumlah lekukan pada

penyangga rak. Rak penyangga terbuat dari kawat kasa yang dipaku

dengan kayu.

g) Fentilasi udara

Fentilasi udara pada alat pengering berfungsi untuk sirkulasi udara,

dalam arti untuk menguapkan uap air pada cabai yang dikeringkan.

h) Pintu ruang pengering dan ruang pemanas

Bagian pintu dipasang pada sisi depan ruang pengering dan ruang

pemanas dengan diberi dua engsel pada bagian samping. Pembuatan

pintu ini terbuat dari kaca bening agar dapat melihat kondisi cabai dan

suhu yang ada dalam ruang pengering.


32

9. Gambar Rangkaian

Gambar 16. Rangkaian elektrik alat pengering

10. Cara Kerja

Prinsip kerja dari alat ini sederhana dan tidak begitu rumit. Tegangan

yang dipakai adalah sumber AC (220 V), dimana arus mengalir melewati

fan (kipas angin) yang menyebabkan kipas berputar. Kemudian arus

mengalir ke elemen pemanas dan termostat. Termostat disini akan

mengatur panas, dalam arti sebagai saklar otomatis bila panas melebihi

batas setting. Arus AC kemudian akan terhubung dengan lampu (berfungsi

sebagai indikator). Lampu berfungsi untuk mengetahui terputus atau

menyambungnya termostat. Apabila arus sudah terhubung maka rangkaian

akan bekerja. Arus pada elemen pemanas akan mengubah energi listrik

menjadi panas atau kalor. Panas ini akan dihembuskan oleh kipas menuju
33

ruang pengering yang akan digunakan untuk menguapkan kandungan air

yang ada pada cabai. Apabila suhu dalam ruangan pengering sudah sesuai

dengan yang diinginkan, maka ventilasi dapat dibuka dengan tujuan uap

air dapat keluar dan digantikan dengan udara dari ruang pemanas. Cara ini

dilakukan secara terus menerus hingga cabai benar-benar menjadi kering

dengan ciri-ciri merah mengkilap, mulus dan seperti berminyak. Ciri fisik

inilah yang membedakan antara pengeringan memakai alat pengering semi

mekanik dengan pengeringan secara sederhana (dibawah sinar matahari).

C. Hasil dan Pembahasan

Alat yang terdiri atas 4 rak diisi cabai merah masing-masing 1 kg / rak,

dan ditempatkan pada penyangga. Suhu didalam ruang sumber kalor lebih

besar dari udara luar, maka terjadilah perpindahan panas karena adanya

perbedaan suhu antara kedua ruangan.


0
Suhu udara didalam ruang pengering diasumsikan 50 C. Suhu pada
0
ruang pengering diasumsikan 50 C berdasarkan pertimbangan bahwa

pengeringan yang terlampau panas dapat merusak bahan, oleh karena

permukaan bahan terlalu cepat kering sehingga kurang bisa diimbangi dengan

kecepatan gerakan air bahan menuju permukaan.

Disamping dari pada itu operasi pengeringan dengan suhu yang terlalu tinggi

dapat merusak kemampuan fisiologi pada biji sehingga tidak layak sebagai

bibit tanaman.
34

1. Hasil

Rak pengering yang sudah terisi sesuai dengan kapasitas kemudian ditaruh

pada rak penyangga dan ditutup. Alat pengering kemudian ditutup dengan

rapat agar suhu dalam ruangan nantinya tidak keluar. Dalam pengoperasian

alat ini perlu diperhatikan kestabilan suhu dalam ruangan, caranya dengan

membuka ventilasi jika dirasa suhu sudah melebihi 50 0 C.

Ketika awal pengeringan, tentu kadar air masih cukup tinggi, maka untuk

mengurangi kadar air ini lebih cepat maka suhu pada termometer

diperbolehkan melebihi 50 0 C.

Upaya mendapatkan hasil pengeringan yang seragam maka dapat

dilakukan pergantian posisi rak. Pergantian posisi rak dapat dilakukan setiap
0
30 menit atau 1 jam semenjak suhu udara sudah mencapai 50 C. Untuk

memudahkannya setiap rak diberi nomor (rak terbawah no.1 dan rak teratas

no.4).

Berikut tabel urutan cara pergantian rak :

Pergantian Susunan rak dari bawah ke atas

1 1-2-3-4

2 4-1-2-3

3 3–4–1-2

4 2–3–4-1

Tabel 3. Urutan pergantian rak


35

Data hasil percobaan alat pengering adalah sebagai berikut:

Kondisi termostat Suhu ruang pengering ( 0 C)

Hidup (menit) Mati (detik)

20 30 50

4.30 30 50

4.15 30 51

4.20 30 50

4.25 30 51

4.30 30 50

4.15 30 50

4 30 51

4.20 30 50

4 30 50

4.15 30 51

4 30 50

4.20 30 50

4 30 50

4.15 30 50

4.10 30 51

4.15 30 50

4 30 50

4.20 30 50
36

4.15 30 50

4.10 30 51

4.10 30 50

4 30 51

4.20 30 51

4.10 30 50

4.15 30 50

4.20 30 50

4 30 50

4.15 30 51

4.10 30 50

4.05 30 50

4.10 30 51

4.20 30 50

4.10 30 50

4.15 30 50

4 30 51

4.15 30 50

4.20 30 50

4 30 50

4.10 30 50

4 30 51
37

4.15 30 50

4.10 30 50

4 30 51

4.10 30 50

4.10 30 50

Tabel 4. Data hasil percobaan

2. Pembahasan

Percobaan dimulai pada suhu ruangan 27 0 C dengan tekanan 1 Atm. Dari

data hasil percobaan diketahui bahwa pada saat alat di beri catu daya atau arus

dan rangkaian mulai bekerja terjadi perubahan suhu, dalam arti suhu dalam

ruangan pengering sama dengan suhu ruangan sekitar yaitu 27 0 C kemudian

sedikit demi sedikit mulai naik. Suhu yang dikehendaki dalam ruang

0
pengering adalah 50 C. Suhu sekian ini diperoleh setelah pengeringan

berlangsung selama 20 menit semenjak alat pengering dihubungkan dengan


0
sumber energi / listrik. Suhu 50 C ini harus dijaga kestabilannya yaitu

dengan membuka ventilasi udara setiap kali udara dalam ruang pengering

telah mencapai 50 0 C. Pembukaan ventilasi udara selain untuk menurunkan

udara dalam ruangan juga untuk menghembuskan uap air yang ada dalam

ruangan. Cara seperti ini dilakukan secara terus menerus selama proses

pengeringan berlanjut, sehingga diharapkan proses pengeringan dapat

berlangsung sesuai yang dikehendaki yaitu selama 4 jam. Pengeringan selama

4 jam ini nantinya untuk mencari hasil kandungan air bahan pangan yang

dikehendaki yaitu dengan mencari ratio antara bobot atau kadar air bahan.
38

Spesifikasi data yang digunakan dalam pengujian alat pengering cabai

adalah sebagai berikut:

a. suhu lingkungan : 27 0 C

b. kapasitas pengeringan : 4 kg

c. lama pengeringan : 4 jam

d. tekanan udara sekitar : 1 Atm

e. suhu awal bahan : 27 0 C

f. suhu ruang pengering : 50 0 C

g. suhu maksimum elemen pemanas : 100 0 C

h. setting termostat : 100 0 C

i. kadar air awal bahan : 90 %

j. kadar air akhir bahan : 10 %

k. konsumsi daya : 340 watt

l. daya input dan output : 340 watt

m. Besarnya arus yang mengalir :

P=VI

P 340
I= = = 1,5 Ampere
V 220

n. konsumsi energi :

Q = m c ∆t
0
Q = 4 x 2,24 x (100 – 50 C)

= 4 x 2,24 x 50

= 448 Kj
39

*konsumsi energi panas selama 4 jam adalah

448
Q=
4 x 3600

= 0,03 Kj / det

= 0,03 x 3600 x 0,24

= 25,92 K kal / jam

Proses pengeringan yang berlangsung selama 4 jam bertujuan untuk

menguapkan kandungan air pada cabai merah yang tadinya sekitar 90%

menjadi 10 % (standart kering).

Dari data hasil percobaan dapat diketahui :

• Untuk 1 kg cabai basah mempunyai :

90
jumlah air : x 1 kg : 0,9 kg
100

jumlah zat padat : 1 kg – 0,9 kg : 0,1 kg

0,1 0,1
berat cabai kering : = x 100 : 0,111 kg
90 90
100

10
jumlah air pada cabai kering : x 0,111 : 0,0111 kg
100

Prosentase bobot kering yang diinginkan:

Wa
Kair = x 100 %
Wk

0,0111
= x 100 %
0,111

= 10 %
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari data hasil pengukuran dan pengujian maka dapat ditarik kesimpulan:

a. Alat pengering bekerja selama 4 jam dalam melakukan proses

pengeringan.

b. Hasil pengeringan lebih baik dibanding secara tradisional.

c. Konsumsi daya yang terpakai 340 Watt.

d. Termostat sebagai saklar otomatis berfungsi mengendalikan panas

elemen pemanas.

B. Saran

Dari data hasil pengukuran dan pengujian perlu diperhatikan hal-hal yang

dapat mengoptimalkan kerja alat:

a. Karena membutuhkan daya yang relatif besar, maka perlu adanya

penambahan rangkaian penghemat daya.

b. Perlu adanya penambahan sensor kelembapan dalam menentukan

kadar air kering.

40
DAFTAR PUSTAKA

Darsono, Suhadi. 1977. Ilmu Bahan Listrik I. Jakarta : Rora Karya

Daryanto. 2004. Pengetahuan Teknik Elektronika. Jakarta : Bumi Aksara

Harten, Van. 1983. Instilasi Listrik Arus Kuat 2. Jakarta : Bina Cipta

Kertiase, Nyoman. 1997. Fisika I. Jakarta : Balai Pustaka

Setiadi. 1982. Bertanam Cabai. Jakarta : Penebar Swadaya

Sudaro, Yani. 1997. Pengeringan Cabai. Jakarta : Penebar Swadaya

Suharto. 1991. Teknologi Pengawetan Pangan. Jakarta : Rineka Cipta

Suparno. 1982. Reparasi Listrik 2. Jakarta : Petra Jaya

Zuhal, 1991. Dasar Tenaga Listrik. Bandung : Penerbit ITB

41
42

1. Pandangan depan alat pengering

2. Pandangan belakang alat pengering

3. Pandangan belakang alat pengering


43

4. Pandangan samping kanan alat

5. Pandangan atas alat pengering

6. Pandangan bawah alat pengering


44

Perbedaan kimia cabai merah segar dan cabai merah kering.

Komponen Keadaan bahan


Segar Kering
Kalori (gr) 45 249
Protein (gr) 4 13
Lemak (gr) 1,4 5
Pati (gr) 4 38
Vitamin (IU) 900 400
Asam Askorbat (CU) 70,25 60,00

Syarat mutu cabai kering menurut Standart Perdagangan Indonesia (SP-56-1977)

Karakteristik Syarat Metode Pengujian


Mutu I Mutu II
Bau dan Rasa Khas Khas Organileptik
Berjamur dan Tidak 3,0 SP-SMP-32-1995
Berserangga % ada ISOR-927-1969 (E)
(bobot / bobot) maks
Excrete mg / kg 2,0 3,0 SP-SMP-32-1975
maks ISOR-927-1969 (E)
Ka % (bobot / 11 11 SP-SMP-7-1975
bobot) maks ISOR-939-1969 (E)
Benda asing % 1,0 3,0 SP-SMP-32-1975
(Bobot / bobot)maks ISOR-927-1969 (E)

Buah cacat % (bobot 5,0 5,0 SP-SMP-32-1975


/ bobot) maks ISOR-927-1969 (E)
45

Keterangan :
1) Buah berjamur : Cabai kering yang dicemari jamur dan luas
pencemarannya 0,5 cm 2 atau lebih
2) Berserangga (insect infested) : cabai kering yang dicemari oleh serangga,
baik yang menimbulkan lubang atau ditumbuhi jaringan (webbing) atau
mengandung serangga (hidup atau mati)
3) Excrate : kotoran tikus atau lain
4) Benda asing : semua benda yang bukan cabai kering, seperti batu, tanah,
potongan logam, tali batang dan tangkai buah
5) Buah cacat : cabai kering yang berwarna hitam, kuning, belang serta buah
hancur dan busuk disebabkan cacat rusak karena panen muda, panen
musim hujan, atau penjemuran tidak sempurna atau rusak karena mekanis
6) Ka : kadar air

You might also like