You are on page 1of 3

Mengenali gejala Keracunan Mn

dan Defisiensi Mg pada


tanaman Melon
di tanah asam
Berhati-hatilah bila anda ingin menanam tanaman melon atau semangka di lahan
yang memiliki pH rendah (bertanah asam). Dua jenis tanaman ini disinyalir sangat
sensitif terhadap pengaruh keasaman suatu tanah. Kerusakan yang timbul bila kita
tetap memaksakan menanam di lahan pH rendah adalah adanya gejala keracunan
unsur Mangan dan defisiensi (kekurangan) unsur Magnesium.

Unsur Mangan merupakan unsur mikro yang


dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang tidak terlalu
banyak. Mangan sangat berperan dalam sintesa klorofil
selain itu berperan sebagai koenzim. Dalam keadaan
tanah yang normal unsur Mg akan tersedia secara
cukup. Tanah yang memiliki pH rendah bersifat asam
akan menyebabkan unsur ini bersifat racun bagi
tanaman. Sebaliknya pada tanah basa, justru unsur ini
tidak tersedia. Sedangkan Magnesium (Mg) dibutuhkan
tanaman untuk klorofil, pembentukan asam amino dan
vitamin serta penting bagi pembentukan lemak dan
Gejala defisiensi unsur magnesium gula serta membantu perkecambahan. Kelebihan
ditandai dengan adanya penguningan maupun kekurangan unsur bagi tanaman tentu saja
pada daun-daun.
tidak baik untuk pertumbuhan dan perkembangan.

Gejala yang dapat terlihat saat tanaman melon terkena keracunan Mn adalah
ditandai dengan adanya bintik-bintik klorosis pada permukaan daun lebih tua yang
menghadap tangkai. Sedangkan gejala defisiensi unsur Magnesium ditandai dengan
adanya penguningan pada daun-daun, yang kemudian dikuti dengan nekrosis dan
berubahnya warna menjadi coklat pada jaringan tanaman. Namun yang pasti
tanaman melon lebih peka terhadap keduanya baik keracunan Mangan (Mn) maupun
kekurangan Mg.

Adanya kerusakan tanaman akibat hal itu telah sering dialami para petani
sayuran khususnya yang ingin menanam melon maupun semangka. Memang pada
saat-saat awal tanam, gejala itu belum terlihat secara jelas, namun bila tanaman
sudah berumur dewasa apalagi memasuki fase generatif, barulah gejala tersebut
muncul.

Hingga kini, kerusakan yang sering ditemui pada daun-daun melon maupun
semangka telah diteliti oleh berbagai pihak lembaga penelitian. Dari sekian banyak
penelitian tersebut, hasilnya cukup beragam dimana ada yang menyebutkan bahwa
kerusakan cepat pada daun serta kematian daun-daun yang lebih tua diyakini
penyebabnya adalah defisiensi unsur Molibdenium (Mo) atau juga karena downey
mildew. Perkiraan terbesar penyebab kerusakan tersebut yang paling banyak adalah
polusi udara dan tekanan lingkungan lainnya.
Berkaitan dengan banyaknya kerusakan yang terjadi pada daun-daun semangka
dan melon terutama tanah yang bersifat sangat asam itulah telah dilakukan
penelitian di Universitas Pudue, Departement Hortikultura West Lafayete Amerika
Serikat. Penelitian ini lebih diarahkan pada identifikasi kerusakan daun-gejala akibat
keracunan Mangan dan defisiensi Mg pada dua tanaman tersebut.

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa tanaman melon


lebih sensitif /peka dibandingkan semangka selain itu karusakan yang paling banyak
ditemui terjadi pada areal tanah yang bersifat sangat asam (pH < 5,5), maka
tanaman melon dan semangka pun dianalogikan dengan kondisi yang sama.

Daun-daun sehat maupun yang rusak dikumpulkan dari tanaman yang terserang
kahat/keracunan dan juga dari tanaman yang sehat untuk dianalisis. Contoh jaringan
daun yang dikumpulkan tersebutdikeringkan terlebih dahulu pada oven selama 48
jam dengan suhu 70OC untuk selanjutnya digiling dan diayak . Konsentrasi unsur
Mangan dan Magnesium pada daun melon dan semangka tersebut ditentukan
dengan alat khusus. Tanah yang digunakan tanaman contoh tersebut diambil untuk
menentukan kisaran pH.

Hasil pengamatan pH tanah menunjukkan bahwa kebanyakan daun-daun


tanaman yang rusak hanya terjadi pada areal tanah yang sangat asam. pH tanah
pada areal tersebut menunjukkan nilai antara 4.4 sampai 5.4. Untuk melihat
pengaruh keasaman tanah pada tanaman pada penelitian ini dilakukan pula
percobaan dengan menambahkan kapur (untuk menaikkan pH), dimana pada salah
satu areal diberi kapur dolomit sedangkan areal yang lain tidak. Tanaman melon
yang ditanam pada tanah yang sudah diberi dolomit ternyata kondisinya baik.
Sedangkan pada tanah yang tidak diberi dolomit banyak terjadi kerusakan. Ini
menunjukkan bahwa tanah yang sangat asam tidak kondusif bagi pertumbuhan
tanaman.

Kandungan
Kondisi
Areal pH tanah Mn Diagnosis
Tanaman Mg (%)
(ppm)
MELON
1. Rusak 2046 0.28
Rusak 994 0.38
Sehat 619 0.33
Rusak 2046 0.28
Rusak 4643 0.36
Rusak 650 0.30
SEMANGKA
4. Sehat 269 0.89 ---
Rusak >2650 0.44 - keracunan Mn
5. Sehat 558 0.65 ---
Rusak 5647 0.49 - keracunan Mn
6. Rusak 4643 0.26 - keracunan Mn
kekurangan Mg

Berdasarkan hasil analisis kandungan unsur hara pada jaringan daun yang
terserang, menunjukkan bahwa konsentrasi unsur Mangan berada pada kisaran 994
sampai 6250 ppm (Lihat Tabel). Pada kisaran tersebut daun-daun tanaman melon
menunjukkan gejala keracunan yang ditandai dengan adanya bintik-bintik klorosis
pada permukaan daun lebih tua yang menghadap tangkai. Hal ini menunjukkan
bahwa bila unsur Mn pada tanaman lebih dari 994 ppm, maka tanaman akan
mengalami keracunan. Tingkat racun Mn dalam jaringan daun berbanding terbalik
dengan pH dimana konsentrasi Mn tidak akan meningkat secara signifikan pada
tingkat pH tanah yang rendah (tanah yang sangat asam). Gejala kekurangan
Magnesium yang ditunjukkan dengan perubahan warna daun menjadi kecoklatan
(bronzing) pada daun-daun dewasa, yang diikuti dengan nekrosis.

Pada penelitian ini ditunjukkan pula kepekaan/sensitivitas tanaman melon


terhadap kadar keasaman tanah. Dimana meskipun kedua tanaman (semangka dan
melon) sama – sama mengalami kerusakan akibat keracunan Mn dan kekurangan
Mg, namun kerusakan terbesar tetap berada pada tanaman melon.

Jadi bila anda merasa tanah yang dikelola masih bersifat asam, alangkah baiknya
tidak menanam melon atau semangka agar tanaman tidak terganggu
perkembangnnya. Kalaupun anda harus menanamnya, pemberian dolomit
(pengapuran) dengan jumlah yang sesuai diyakini bisa menaikkan pH tanah menjadi
kondisi yang diinginkan agar unsur hara mikro yang terdapat di dalam tanah tidak
menjadi racun bagi tanaman.

(Redaksi- Sumber Horticulture Science 21 , 1986)

You might also like