Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Kecerdasan merupakan salah satu anugerah besar dari Allah SWT kepada
manusia dan menjadikannya sebagai salah satu kelebihan manusia dibandingkan
dengan makhluk lainnya. Dengan kecerdasannya, manusia dapat terus menerus
mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidupnya yang semakin kompleks,
melalui proses berfikir dan belajar secara terus menerus.
1
1.2 RUMUSAN MASALAH
2
BAB 2
PEMBAHASAN
1
http://4gus3.blogspot.com/2009/05/pengertian-atau-definisi-dari-iq-eq-
dan.html
3
mengembangkan norma populasi, sehingga selanjutnya test IQ tersebut
dikenal sebagai test Stanford-Binet. Pada masanya kecerdasan intelektual
(IQ) merupakan kecerdasan tunggal dari setiap individu yang pada dasarnya
hanya bertautan dengan aspek kognitif dari setiap masing-masing individu
tersebut. Tes Stanford-Binet ini banyak digunakan untuk mengukur
kecerdasan anak-anak sampai usia 13 tahun.
4
Apabila seorang anak dengan IQ tinggi masuk sekolah, penguasaan
bahasanya akan cepat dan banyak.
Contoh : Misalnya anak pada usia 3 tahun telah punya kecerdasan anak-
anak yang rata-rata baru bisa berbicara seperti itu pada usia 4
tahun. Inilah yang disebut dengan Usia Mental. Berarti IQ si
anak adalah 4/3 x 100 = 133.
TINGKAT KECERDASAN IQ
Genius Di atas 140
Sangat Super 120 - 140
Super 110 - 120
Normal 90 -110
Bodoh 80 - 90
Perbatasan 70 - 80
Moron / Dungu 50 - 70
Imbecile 25-50
Idiot 2.1 - 25
5
kemampuan intelektual atau “Intelligence Quotient” (IQ), sedangkan pikiran
emosional digerakkan oleh emosi.
Hubungan antara otak dan emosi mempunyai kaitan yang sangat erat
secara fungsional. Antara satu dengan lainnya saling menentukan. Otak
berfikir harus tumbuh dari wilayah otak emosional. Beberapa hasil
penelitian membuktikan bahwa kecerdasan emosional hanya bisa aktif di
dalam diri yang memiliki kecerdasan intelektual.
6
kedalam kategori emosi seperti; marah, takut, sedih, gembira, kasih sayang
dan takjub (Santrock, 1994).
7
Kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami
dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber
energi, informasi koneksi dan pengaruh yang manusiawi. Dapat dikatakan
bahwa EQ adalah kemampuan mendengar suara hati sebagai sumber
informasi. Untuk pemilik EQ yang baik, baginya infomasi tidak hanya
didapat lewat panca indra semata, tetapi ada sumber yang lain, dari dalam
dirinya sendiri yakni suara hati. Malahan sumber infomasi yang disebut
terakhir akan menyaring dan memilah informasi yang didapat dari panca
indra.
8
Dalam bahasa agama , EQ adalah kepiawaian menjalin "hablun min
al-naas". Pusat dari EQ adalah "qalbu" . Hati mengaktifkan nilai-nilai yang
paling dalam, mengubah sesuatu yang dipikirkan menjadi sesuatu yang
dijalani. Hati dapat mengetahui hal-hal yang tidak dapat diketahui oleh otak.
Hati adalah sumber keberanian dan semangat , integritas dan komitmen.
Hati merupakan sumber energi dan perasaan terdalam yang memberi
dorongan untuk belajar, menciptakan kerja sama, memimpin dan melayani.
9
Jadi seharusnya IQ, EQ dan SQ pada diri setiap orang mampu secara
proporsional bersinergi, menghasilkan kekuatan jiwa-raga yang penuh
keseimbangan. Dari pernyataan tersebut, dapat dilihat sebuah model ESQ
yang merupakan sebuah keseimbangan Body (Fisik), Mind (Psikis) and
Soul (Spiritual).
Selain itu menurut Danah Zohar & Ian Marshall: SQ the ultimate
intelligence: 2001, IQ bekerja untuk melihat ke luar (mata pikiran), dan EQ
bekerja mengolah yang di dalam (telinga perasaan), maka SQ (spiritual
quotient) menunjuk pada kondisi ‘pusat-diri’
10
2.2 PERAN IQ, EQ, DAN SQ
PERAN IQ
PERAN EQ
11
Substansi dari kecerdasan emosionoal adalah kemampuan merasakan
dan memahami untuk kemudian disikapi secara manusiawi. Orang yang
EQ-nya baik dapat memahami perasaan orang lain, dapat membaca yang
tersurat dan tersirat, dapat menangkap bahasa verbal dan non verbal. Semua
pemahaman tersebut akan menuntun agar bersikap sesuai dengan kebutuhan
dan tuntunan lingkungannya. Kecerdasan emosional mengajarkan tentang
integritas kejujuran komitmen, visi, kreatifitas, ketahanan mental
kebijaksanaan dan penguasaan. Oleh karena itu, EQ mengajarkan
bagaimana manusia bersikap terhadap dirinya dan terhadap orang lain, dan
kemampuan memahami orang lain yang memungkinkan setiap orang dapat
mengelola konflik dengan orang lain secara baik.
PERAN SQ
12
HUBUNGAN ANTARA IQ, EQ, DAN SQ
13
ditentukan oleh kemampuan otak dan daya pikir semata, malah lebih banyak
ditentukan oleh kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual.
14
Pertanyaannya, seberapa jauh urgensi stimulasi untuk merangsang
perkembangan IQ (intelegence quotient), EQ (emotional quotient), dan SQ
(spiritual quotient)? Hasil penelitian psikolog Skeels dan Dye (1938), White
(1971), dan psikolog lain menyimpulkan hal-hal berikut.
15
diperoleh pada masa balita itulah yang nanti menjadi dasar pola
perkembangan inteligensi selanjutnya. Sehingga, tidak aneh bila tingkat
kecerdasan, stabilitas emosi, dan kepekaan sosial peserta didik di tingkat
SMP/SMA sangat variatif meski mereka belajar di satuan pendidikan
dengan fasilitas sama.
16
peserta didik belum mencapai titik IQ, EQ, dan SQ optimal yang seharusnya
bisa dicapai.
Kedua, ada kecenderungan para ahli untuk merangsang perkembangan
inteligensi secara maksimal dalam dua kategori, nonverbal dan verbal. Yang
termasuk nonverbal adalah aktivitas untuk merangsang pengakraban indera
seperti mainan dan aktivitas fisik lain sejenis.
Sedangkan yang dimaksud verbal adalah berbicara, menghafal,
mengajar bahasa, dan sejenisnya. Bagi peserta didik di kelas rendah (SD,
TK, playgroup), dua jenis rangsangan itu merupakan learn climate (iklim
belajar) seperti halnya yang terjadi pada peserta didik di kelas menengah
(SMP, SMA).
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
17
berhasil meraih kesuksesan dengan memksimalkan IQ dan EQ, sering kali
ada perasaan hampa dalam kehidupan batinnya., kerana mereka tidak memuat
SQ. Untuk menjadi seorang pribadi yang sukses, maka pribadi tersebut harus
mampu menggabungkan dan mensinergakan IQ, EQ, dan SQ. Ilmu tanpa hati
adalah buta, sedangkan ilmu tanpa hati dan jiwa adalah hampa.
18