Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack.) berasal dari Nigeria, Afrika
Barat. Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari
Amerika Selatan yaitu Brazil karena lebih banyak ditemukan spesies kelapa sawit di
hutan Brazil dibanding dengan Afrika. Pada kenyataannya tanaman kelapa sawit
hidup subur di luar daerah asalnya, seperti Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Papua
Nugini. Bahkan mampu memberikan hasil produksi per hektar yang lebih tinggi.
kolonial Belanda pada tahun 1848. Tanaman kelapa sawit mulai diusahakan dan
dibudidayakan secara komersial pada tahun 1911. Perkebunan kelapa sawit pertama
cerah di masa mendatang. Potensi tersebut terletak pada keragaman kegunaan dari
minyak sawit. Minyak sawit di samping digunakan sebagai bahan industri pangan,
dapat pula digunakan sebagai bahan mentah industri nonpangan. Minyak sawit
merupakan bahan baku utama minyak goreng yang banyak dipakai di seluruh dunia.
Penghasil minyak sawit terbesar di dunia saat ini adalah Malaysia dan menjadi sumber
devisa utama sejak tahun 1970-an. Sampai saat ini ekspor minyak sawit Indonesia
masih dalam bentuk minyak mentah atau Crude Palm Oil (CPO), dan sebagian kecil
goreng, sehingga nilai tambah yang diperoleh relatif kecil. (Suyatno Risza, 1994)
Tanaman kelapa sawit (palm oil) termasuk tanaman monokotil yang secara
2.2.1 Klasifikasi
Ordo : Palmales
Famili : Palmae
Sub-famili : Cocoidae
Genus : Elais
Latin)
Albescens.
Pembagian tipe kelapa sawit didasarkan pada warna buah (kulit,exocrap) dan
ketebalan cangkang. Pada spesies Elaeis guineensis Jacq., dikenal beberapa tipe
kelapa sawit yang dibedakan berdasarkan warna buah dan ketebalan cangkang.
a. Tipe Nigrescens: Tipe ini memiliki ciri – ciri buah mentah berwarna ungu
matang, warna buah berubah menjadi merah-kuning. Tipe ini banyak dijumpai
dimana – mana.
b. Tipe Virescens: Tipe ini memiliki ciri buah mentah berwarna hijau. Setelah
matang, buah menjadi merah – kuning (oranye) tetapi bagian ujungnya tetap
c. Tipe Albascens: Tipe ini memiliki ciri – ciri buah muda berwarna kuning
karotein. Ujung buah berwarna ungu kehitam – hitaman. Tipe ini sudah sulit
2006)
Berdasarkan tebal tipisnya cangkang, dikenal tipe – tipe kelapa sawit sebagai
berikut.
a. Tipe Dura: Tipe ini memiliki cici – cirri daging buah (mesocrap) tipis,
terdapat cincin serabut. Persentase daging buah 35% - 60% dengan rendemen
minyak 17% - 18%. Adapun tipe Deli Dura adalah tipe Dura yang berasal dari
Kebun Raya Bogor (aslinya dari Afrika yang dimasukkan tahun 1848),
Deli). Dewasa ini tipe Deli Dura banyak digunakan dalam kegiatan pemuliaan
kelapa sawit.
b. Tipe Pisifera: Tipe ini memiliki cirri – cirri daging buahnya tebal, tidak
Intinya kecil sekali bila dibandingkan dengan tipe Dura ataupun Tenera.
hanya dipakai sebagai “pohon bapak” dalam persilangan tipe Dura/Deli Dura.
c. Tipe Tenera: Tipe ini merupakan hasil silang antara tipe Dura dan Pisifera.
Sifat tipe Tenera merupakan kombinasi sifat khas dari kedua induknya. Tipe
Perbandingan daging buah terhadap buah 60% - 90%, rendemen minyak 22% -
24%. Jumlah daun yang terbentuk tiap tahun lebih banyak daripada tipe Dura,
Buah
Varietas Deskripsi
Tenera
Kelapa sawit biasanya mulai berbuah pada umur 3 – 4 tahun dan buahnya
menjadi masak 5 – 6 bulan setelah penyerbukan. Proses pemasakan buah kelapa sawit
dapat dilihat dari perubahan warna kulit buahnya, dari hijau pada buah muda menjadi
merah jingga waktu buah telah masak. Pada saat itu, kandungan minyak pada daging
Panen pada tanaman kelapa sawit meliputi pekerjaan memotong tandan buah
memotong buah pada saat yang tepat. Kriteria matang panen ditentukan pada saat
kandungan minyak maksimal dan kandungan asam lemak bebas atau free fatty acid
(ALB atau FFA) minimal. Kriteria umum untuk tandan buah yang dapat dipanen yaitu
berdasarkan jumlah brondolan yang jatuh, yaitu tanaman dengan umur kurang dari 10
tahun, jumlah brondolan kurang lebih 10 butir dan tanaman dengan umur lebih dari 10
kriteria umum yaitu pada setiap 1 kg buah segar (TBS) terdapat 2 brondolan.
Cara pemanenan buah sangat mempengaruhi jumlah dan mutu minyak yang
minyak yang paling maksimal. Pemanenan pada keadaaan buah lewat matang akan
meningkatkan Asam Lemak Bebas atau Free Fatty Acid (ALB atau FFA). Hal ini
minyak. Selain itu, buah yang terlalu masak lebih muda terserang hama dan
Berdasarkan tinggi tanaman, ada tiga cara panen yang dilakukan oleh
dodos.
- Tanaman dengan tinggi di atas 10 m dipanen dengan cara egrek yaitu alat arit
bergagang panjang.
dipengaruhi perlakuan sejak awal panen di lapangan. Faktor penting yang cukup
Derajat kematangan yang baik yaitu tandan – tandan yang dipanen berada pada
fraksi 1, 2, dan 3.
(ALB) minyak sawit yang dihasilkan. Apabila pemanenan buah dilakukan dalam
keadaan lewat matang, maka minyak yang dihasilkan mengandung ALB dalam
persentase tinggi (lebih dari 5%). Sebaliknya, jika pemanenan dilakukan dalam
keadaan buah belum matang, selain kadar ALB-nya rendah, rendemen minyak yang
Minyak kelapa sawit adalah minyak yang diperoleh dari proses pengempaan
daging buah kelapa sawit (mesocrap) tanaman Elaeis guineensis Jacq. Minyak sawit
kasar yang dikenal dengan istilah CPO (Crude Palm Oil) adalah minyak yang
diperoleh dari ekstraksi dari bagian mesokrap buah. (Seto, Sagung. 2001)
Sebagai minyak atau lemak, minyak sawit adalah suatu trigliserida, yaitu
senyawa gliserol dengan asam lemak. Sesuai dengan bentuk bangun rantai asam
lemaknya, minyak sawit termasuk golongan minyak asam oleat – linoleat. Minyak
Pembentukan lemak dalam buah sawit mulai berlangsung beberapa minggu sebelum
tertinggi dalam buah adalah pada saat buah akan membrondol (melepas dari
berlangung dengan cepat sehingga mencapai maksimumnya, yaitu sekitar 50% berat
Hidrolisis lemak menjadi gliserol dan asam lemak bebas dalam buah kelapa
sawit terjadi sejak buah membrondol atau saat tandan dipotong dan terlepas
hubungannya dengan pohon. Proses hidrolisis dikatalisis oleh enzim lipase yang
terdapat dalam buah, tetapi berada di luar sel yang mengandung minyak. Jika dinding
sel pecah karena proses pembusukan, pelukaan mekanik, tergores atau memar karena
benturan, enzim akan bersinggungan dengan minyak dan reaksi hidrolisis akan
berlangsung dengan cepat. Pembentukan ALB oleh mikroorganisme juga dapat terjadi
lembab dan kotor. Minyak sawit harus segera dimurnikan setelah pengutipannya.
Pemanasan sampai suhu di atas 90oC seperti pada pemisahan dan pemurnian akan
kurang dari 0,8% mikroorganisme tidak dapat berkembang dan jika lebih tinggi maka
Sifat fisika – kimia minyak kelapa sawit meliputi warna, bau, dan flavor,
kelarutan, dan sebagainya. Berikut ini dijelaskan beberapa sifat fisik – kimia minyak
kelapa sawit.
Table 4. Sifat Fisika – Kimia dari Minyak Kelapa Sawit dan Minyak Inti Kelapa
Sawit
Bilangan Iod 48 – 56 14 – 20
Warna minyak ditentukan oleh adanya pigmen yang masih tersisa setelah
proses pemucatan, karena asam – asam lemak dan gliserida tidak berwarna. Warna
orange atau kuning disebabkan adanya pigmen karoten yang larut dalam minyak.
asam – asam lemak berantai pendek akibat kerusakan minyak. Sedangkan bau khas
minyak kelapa sawit ditimbulkan oleh persenyawaan beta ionone. ( S. Ketaren, 1986)
Kelapa sawit mengandung lebih kurang 80% perikarp dan 20% buah yang
dilapisi kulit yang tipis, kadar minyak dalam perikarp sekitar 34 – 40%. Minyak
kelapa sawit adalah lemak semi padat yang mempunyai komposisi yang tetap. Titik
lebur minyak sawit tergantung pada kadar trigliseridanya. Minyak sawit terdiri atas
berbagai trigliserida dengan rantai asam lemak yang berbeda – beda. Panjang rantai
adalah antara 14 – 20 atom karbon. Dengan demikian sifat minyak sawit ditentukan
oleh perbandingan dan komposisi trigliserida tersebut. Pada tabel di bawah ini
tercantum panjang rantai dan sifat – sifat asam lemak yang ada dalam minyak sawit.
( Mangoensoekarjo, 2003)
Jumlah asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh dalam minyak sawit
keunggulan dibandingkan dengan minyak nabati lainnya. Minyak sawit juga memiliki
keunggulan dalam hal susunan dan nilai gizi yang terkandung di dalamnya.
minyak nabati lainnya. Dalam CPO kadar sterol berkisar antara 360 – 620 ppm
dengan kadar kolesterol hanya sekitar 10 ppm saja atau sebesar 0,001% dalam CPO.
Bahkan dari hasil penelitian dinyatakan bahwa kandungan kolesterol dalam satu butir
telur setara dengan kandungan kolesterol dalam 29 liter minyak sawit. Minyak sawit
Manfaat minyak sawit di antaranya sebagai bahan baku untuk industri pangan
Minyak sawit yang digunakan sebagai produk pangan dihasilkan dari minyak
sawit maupun minyak inti sawit melalui proses fraksinasi, rafinasi, dan
dihasilkan fraksi olein cair dan fraksi stearin padat. Sebagai bahan baku untuk
minyak makan, minyak sawit antara lain digunakan dalam bentuk minyak
diketahui berfungsi sebagai anti kanker dan tokoferol sebagai sumber vitamin
minyak goreng yang terbuat dari buah sawit memiliki kemantapan kalor (heat
Produk nonpangan yang dihasilkan dari minyak sawit dan minyak inti sawit
dan gliserin. Kandungan minyak dalam sawit berjumlah kurang lebih 1%,
diantara kandungan minor yang sangat berguna tersebut antara lain karoten
bahan baku industri yang diperoleh dari minyak nabati, termasuk diantaranya
adalah minyak sawit dan minyak inti sawit. Produksi utama minyak yang
karena itu, syarat mutu harus menjadi perhatian utama dalam perdagangannya. Istilah
mutu minyak sawit dapat dibedakan menjadi dua arti. Pertama, benar – benar murni
dan tidak bercampur dengan minyak nabati lainnya. Mutu minyak sawit tersebut dapat
ditentukan dengan menilai sifat – sifat fisiknya, yaitu dengan mengukur nilai titik
lebur angka penyabunan dan bilangan yodium. Kedua, pengertian mutu sawit
berdasarkan ukuran. Dalam hal ini syarat mutu diukur berdasarkan spesifikasi standar
Kebutuhan mutu minyak sawit yang digunakan sebagai bahan baku industri
pangan dan nonpangan masing – masing berbeda. Oleh karena itu, keaslian,
Rendahnya mutu minyak sawit sangat ditentukan oleh banyak faktor. Faktor – faktor
tersebut dapat langsung dari sifat pohon induknya, penanganan pascapanen, atau
kesalahan selama pemrosesan dan pengangkutan. Selain itu, ada beberapa faktor yang
Table 6. Standart Mutu Minyak Sawit, Minyak Inti Sawit dan Inti Sawit.
Lovibond 3-4 R - - -
Kontaminasi - 6% - Maksimal
Asam lemak bebas (ALB) adalah asam yang dibebaskan pada hidrolisa dari
lemak. Kadar ALB minyak kelapa sawit dianggap sebagai Asam Palmitat ( berat
molekul 256). ALB yang tinggi menimbulkan kerugian dalam Rafinasi dan korosi
Rata – rata kadar ALB adalah sebesar 3,5% dalam bentuk asam palmitat, hal
ini menunjukkan bahwa kandungan ALB yang berasal dari Pabrik Kelapa Sawit
(PKS) masih masuk dalam kualitas yang ditetapkan oleh SNI yaitu sebesar 5%,
walaupun di beberapa PKS memiliki ALB lebih besar dari 4%. Asam – asam lemak
yang terdapat sebagai ALB dalam CPO terdiri atas berbagai trigliserida dengan rantai
asam lemak yang berbeda – beda. Panjang rantai adalah antara 14 – 20 atom karbon.
Kandungan asam lemak yang terbanyak adalah asam tak jenuh oleat dan linoleat,
minyak sawit masuk golongan minyak asam oleat – linoleat. Untuk ALB dalam CPO
Asam lemak bebas dalam konsentrasi tinggi yang terikut dalam minyak sawit
sangat merugikan. Tingginya asam lemak ini mengakibatkan rendemen minyak turun.
Untuk itulah perlu dilakukan usaha pencegahan terbentuknya asam lemak bebas dalam
minyak sawit.
Kenaikan kadar ALB ditentukan mulai dari saat tandan dipanen sampai tandan
diolah di pabrik. Kenaikan ALB ini disebabkan adanya reaksi hidrolisa minyak. Hasil
reaksi hidrolisa minyak sawit adalah gliserol dan ALB. Reaksi ini akan dipercepat
dengan adanya faktor – faktor panas, air, keasaman, dan katalis (enzim). Semakin
lama reaksi ini berlangsung, maka semakin banyak kadar ALB yang terbentuk.(Tim
mesokrap atau yang berasal dari luar sel seperti yang dihasilkan oleh bakteri maupun
pengangkutan akan meningkatkan jumlah buah luka, memar ataupun rusak sehingga
Aktivitas enzim lipase sangat dipengaruhi oleh suhu. Kecepatan hidrolisa oleh
enzim lipase yang terdapat dalam jaringan relatif lambat pada suhu rendah, sedangkan
pada kondisi yang cocok proses hidrolisa oleh enzim lipase akan sangat cepat.
CH2 – O – C – R CH2 – OH
O Panas, air O
CH – O – C – R CH – OH + R – C OH
O keasaman, enzim
CH2 – O – C – R CH2 – OH
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan peningkatan kadar ALB yang relatif
Pemanenan pada waktu yang tepat merupakan salah satu usaha menekan kadar
ALB sekaligus menaikkan rendemen minyak. Pemetikan buah sawit di saat belum
batas tepat panen yang ditandai dengan buah berjatuhan dan menyebabkan pelukaan
pada buah lainnya, akan menstimulir penguraian enzimatis pada buah sehingga
menghasilkan ALB dan akhirnya terikut dalam buah sawit yang masih utuh sehingga
Untuk itulah pemanenan tandan buah segar harus dikaitkan dengan kriteria
matang panen sehingga dihasilkan minyak sawit yang berkualitas tinggi. Sebaiknya
panen dilakukan pada saat buah berumur 15 – 17 minggu, karena pada saat itu tidak
terjadi peningkatan asam lemak bebas yang terbentuk antara lain karena penguraian
lemak oleh enzim lipase yang mulai aktif pada mesokrap yang berumur 16 – 20
1. Peningkatan dalam skala kecil akibat terjadinya degradasi biologis dalam buah
memiliki ukuran serta kapasitas yang bervariasi. Isi tangki timbun dipanaskan pada
suhu 50 – 60oC. Selama penimbunan ini kadar ALB juga dapat meningkat. Untuk
menjamin agar kadar ALB tidak melebihi 5% maka sebaiknya kadar ALB tersebut
dijaga agar tidak lebih 3,5% pada saat penimbunan. (Mangoensoekarjo, S., 2000)