Professional Documents
Culture Documents
"GOBES's" - "DYNASTY"
"PP - UMKM KADIN JATENG"
namun kita "tetap" menggunakan media lumpur dengan metode khusus untuk melakukan
proses pembenihannya.
Setelah meneliti dan mengunjungi hampir 45 orang petani belut dan menjalankan
percobaan serta penelitian selama hampir 2 tahun pada beberapa media (media lumpur,
media gedebok busuk + air, dan media air bersih 100 %) dan beberapa jenis belut serta
berkeliling menemui para Ketua Kelompok Tani Belut dan petaninya di daerah Pati (Bpk.
Ali Mutardho), Demak (Bpk. Pujiwanto dan Bpk .Sukamto), Mranggen (Bpk. Abdul
Hadi) Semarang, Sragen (Bpk. Ari Sujono), Kendal (Bpk. Nuh & Bpk. Zaenal),
Ambarawa ( Bu Ning), Jepara (Bpk. Fuad), Kudus (bpk. Hasan), Batang (Bpk Karjo),
Pekalongan (Bpk Hadi), Tegal ( Bpk Primulyono), Indramayu (Bpk. Stanley) dan
Kuningan Jawa Barat (Bpk. Ahmad Sarkhan) serta informasi dari beberapa orang
“penyedek belut” dari daerah Ungaran dan Gunung Pati Jawa Tengah.
Akhirnya kami menganalisa dan menyimpulkan Kunci-kunci Pokok yang harus dipenuhi
untuk Keberhasilan Beternak belut atau yang mau memulai usaha budidaya ini
"Khususnya metode di media Lumpur" agar benar-benar bisa panen:
Dan untuk memenuhi kebutuhan kuota ekspor, masih banyak dibutuhkan petani-petani
yang harus dilatih membudidayakan belut mulai sekarang dengan standar ekspor (sesuai
dengan HACCP Budidaya).
1. Dibuatnya "PROBIOTIK" khusus belut untuk efisiensi pakan dan probiotik untuk
menekan amoniak dalam media budidaya.
2. Dibuatnya "PABRIK PELET" khusus pakan belut yang murah dan berprotein
tinggi serta bebas dari bakteri paktogen (Typus dan Coli).
3. Dibutuhkannya "PUPUK ORGANIK" yang bisa menumbuhkan dan
melipatgandakan jumlah cacing lor sawah yang ada di media lumpur budidaya.
4. Terbentuknya "PENYULUH PERIKANAN" (PPL) khusus budidaya belut baik
dari pemerintah maupun swasta sebagai pendamping petani dalam melaksanakan
budidaya.
5. Pabrik "ABON BELUT" skala rumah tangga.
6. Pabrik "DENDENG BELUT" skala rumah tangga.
7. Pabrik "KRUPUK BELUT" skala rumah tangga.
8. Budidaya cacing "Lumbricus atau Tiger Australia" sebagai rekanan atau pemasok
bibit cacing kepada petani belut.
9. Pemancingan "KHUSUS" belut termasuk restorannya yang menyajikan menu
aneka masakan belut.
PROGRAM
PENDIDIKAN & PELATIHAN BUDIDAYA BELUT
Pengajar Akademik
Bp. BUDY KUNCORO, S.Pi. - Peneliti & Penyuluh Belut (Ketua GOBES’s)
Materi Utama :
- Budidaya Belut di Air Bersih untuk PEMBESARAN
- Budidaya Cacing Lumbricus sebagai Cadangan Pakan & tambahan hasil
Materi tambahan :
Diharapkan dengan peserta yang sedikit (terbatas) terjadi dialog "interaktif" antar peserta
dengan pengajar dan kita juga mengajak peserta pelatihan ke Petani Belut yang benar-
benar sukses/berhasil sebagai study banding lapangan.
Biaya Pelatihan :
Rp. 150.000,- / peserta - dimohon bawa kendaraan
Jam 09.00 - 11.00 Pengajaran Teori Seluk Beluk Belut
Jam 11.00 - 13.00 Menonton Film Model-model Pembenihan & Isoma
Jam 13.00 - 14.00 Praktikum Belut di Air Bersih & Budidaya Cacing Lumbricus
Peserta minimal 2 orang
JADWAL PELATIHAN : KAMIS / SABTU
Untuk hari Kamis dimohon konfirmasi 1 minggu sebelumnya minimal 3 orang
Biaya tersebut sudah Termasuk Modul, Makan Siang & Snack
Bila peserta tidak bawa kendaraan maka praktikum hanya dikelas.
Pendaftaran
Hubungi :
DanarHudiono
HP/SMS. (024) 91122959
Jl. Pleburan Barat 24 Semarang
Denah bisa dilihat di webblog ini paling bawah
E-mail:
dynastyfarm@gmail.com
danarhudiono@yahoo.co.id
Sumber: Drs Ruslan Roy, MM, Ir R. M. Son Son Sundoro, www.eelstheband.com, dan
telah diolah dari berbagai sumber.
(*) dikutip dari sumber – sumber di trubus online, dll.
Sentra perikanan belut Internasional terpusat di Taiwan, Jepang, Hongkong, Perancis dan
Malaysia. Sedangkan sentra perikanan belut di Indonesia berada di daerah Yogyakarta
dan di daerah Jawa Barat. Di daerah lainnya baru merupakan tempat penampungan belut-
belut tangkapan dari alam atau sebagai pos penampungan.
Budidaya Belut sebenarnya tidak sulit dan juga tidak mahal. Masyarakat yang memiliki
lahan sempit pun dapat memelihara belut. Secara Teknis Budidaya dan pemeliharaan
belut (monopterus albus) hanya memerlukan perhatian dalam memilih tempat/lokasi
budidaya, pembuatan kolam, media pemeliharaan, memilih benih, perkembangbiakan
belut, penetasan, makanan dan kebiasaan makan serta hama.
a. Tempat/Lokasi Budidaya
Pemilihan lokasi bakal pembuatan kolam ditempat yang tidak secara langsung terkena
sinar matahari, meskipun dapat disiasati dengan pemberian peneduh. Disamping itu luas
lahan dengan memperhatikan kemiringan dan batas calon kolam. Kolam ini dapat diatas
tanah atau galian tanah, hal ini tergantung pada luas lahan yang akan memudahkan
pengamatan, pembangunan konstruksi kolam, seperti pintu air, saringan dan lain
sebagainya.
b. Pembuatan kolam
Lokasi yang telah ditentukan dengan memperhatikan persyaratan teknis dan jenis kolam,
baik kolam penampungan induk, kolam pemijahan dan pendederan serta kolam
pembesaran. Kolam-kolam ini memiliki ukuran tersndiri, pertama, Kolam Penampungan
Induk berukuran 200 cm x 400 cm x 80 cm, kedua Kolam Pemijahan 200 cm x 200 cm x
100 cm, ketiga, Kolam Pembesaran 500 cm x 500 cm x 120 cm.
c. Media Pemeliharaan
Kolam budidaya belut menggunakan media pemeliharaan sebagai tempat hidup berupa
tanah/lumpur sawah yang dikeringkan, pupuk kandang, pupuk kompos (sekam/gabah
padi yang dibusukkan), jerami padi, cincangan batang pisang, pupuk urea dan NPK
dengan perbandingan kurang lebih sebagai berikut :
Lapisan paling bawah tanah/lumpur setinggi 20 cm.
Seluruh media pemeliharaan ini didiamkan agar terjadi proses permentasi dan siap untuk
pemeliharaan belut selama kurang lebih dua minggu.
d. Pemilihan Benih
Media pemeliharaan yang sudah lengkap dan siap untuk pemeliharaan, menuntut
pemilihan bibit belut yang berkualitas agar menghasilkan keturunan normal.
Syarat Benih Belut : pertama, anggota tubuh utuh dan mulus atau tidak cacat atau bekas
gigitan. kedua, mampu bergerak lincah dan agresif. ketiga, penampilan sehat yang
ditunjukan dengan tubuh yang keras, tidak lemas tatkala dipegang. keempat, tubuh
berukuran kecil dan berwarna kuning kecoklatan. kelima, usia berkisar 2-4 bulan.
Disamping itu diperhatikan pula pemilihan induk belut jantan dan betina sebagai berikut :
e. Perkembangan Belut
Belut berkembangbiak secara alami dialam terbuka dan dapat dibudidaya dengan
perkembangbiakan normal dikolam dengan media pemeliharaan yang memenuhi
persyaratan. Belut secara lami memiliki masa kawin selama musim hujan (4-5 bulan),
dimalam hari dengan suhu sekitar 28° C atau lebih. Musim kawin ini ditandai dengan
berkeliarannya belut jantan kepenjuru kolam, terutama ketepian dan dangkal yang akan
menjadi lubang perkawinan. Lubang berbentuk “U” dimana belut jantan akan membuat
gelembung busa dipermukaan air untuk menarik perhatian betina, namun belut jantan
menunggu pasangannya dikolam yang tidak berbusa. Telur-telur dikeluarkan disekitar
lubang, dibawah busa dan setelah dibuahi akan dicakup pejantan untuk disemburkan
dilubang persembunyian yang dijaga belut jantan.
f. Penetasan
Telur-telur ini akan menetas setelah 9-10 hari, tetapi dalam pendederan menetas pada hari
ke 12-14. Anak-anak belut ini memiliki kulit kuning yang semakin hari akan berangsur-
angsur menjadi coklat. Belut jantan akan tetap menjaga sampai belut muda berusia dua
minggu atau mereka meninggalkan sarang penetasan untuk mencari makanan sendiri.
h. Hama belut
Belut jarang terserang penyakit yang disebabkan oleh kuman atau bakteri, namun mereka
sering kekurangan pangan, kekeringan atau dimakan sesama belut dan predator lainnya,
sehingga memerlukan air mengalir agar tetap sehat.
Setelah belut berkembang sesuai yang diharapkan, kita harus memperhatikan tata cara
panen agar belut tidak luka dan tetap segar, baik untuk pasar lokal maupun antar daerah
dan ekspor. Belut untuk pasar lokal hanya memerlukan ukuran sedang dengan umur 3-4
bulan, sedangkan ekspor perlu ukuran lebih besar dengan usia 6-7 bulan.
Perlakukan pasca panen pun juga harus diperhatikan, baik dalam membersihkan dan
memperbaiki kolam pemeliharaan serta dilakukan penggantian media yang baru,
sehingga makanan belut tidak habis bahkan semakin banyak.
Sumber : http://bisnisukm.com/terbuka-lebar-peluang-ekspor-dari-budidaya-belut.html
Belut merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh bulat memanjang
yang hanya memiliki sirip punggung dan tubuhnya licin. Belut suka memakan anak-anak
ikan yang masih kecil. Biasanya hidup di sawah-sawah, di rawa-rawa/lumpur dan di kali-
kali kecil. Di Indonesia sejak tahun 1979, belut mulai dikenal dan digemari, hingga saat
ini belut banyak dibudidayakan dan menjadi salah satu komoditas ekspor.
Sentra perikanan belut Internasional terpusat di Taiwan, Jepang, Hongkong, Perancis dan
Malaysia. Sedangkan sentra perikanan belut di Indonesia berada di daerah Yogyakarta
dan di daerah Jawa Barat. Di daerah lainnya baru merupakan tempat penampungan belut-
belut tangkapan dari alam atau sebagai pos penampungan.
Jadi jenis belut ada 3 (tiga) macam yaitu belut rawa, belut sawah dan belut kali/laut.
Namun demikian jenis belut yang sering dijumpai adalah jenis belut sawah.
1. Hama
1. Hama pada belut adalah binatang tingkat tinggi yang langsung
mengganggu kehidupan belut.
2. Di alam bebas dan di kolam terbuka, hama yang sering menyerang belut
antara lain: berang-berang, ular, katak, burung, serangga, musang air dan
ikan gabus.
3. Di pekarangan, terutama yang ada di perkotaan, hama yang sering
menyerang hanya katak dan kucing. Pemeliharaan belut secara intensif
tidak banyak diserang hama.
2. Penyakit
Penyakit yang umum menyerang adalah penyakit yang disebabkan oleh
organisme tingkat rendah seperti virus, bakteri, jamur, dan protozoa yang
berukuran kecil.
8. PANEN BELUT
9. PASCAPANEN BELUT
Pada pemeliharaan belut secara komersial dan dalam jumlah yang besar, penanganan
pasca panen perlu mendapat perhatian yang serius. Hal ini agar belut dapat diterima oleh
konsumen dalam kualitas yang baik, sehingga mempunyai jaringan pemasaran yang luas.
Budidaya ikan belut, baik dalam bentuk pembenihan maupun pembesaran mempunyai
prospek yang cukup baik. Permintaan konsumen akan keberadaan ikan belut semakin
meningkat. Dengan teknik pemeliharaan yang baik, maka akan diperoleh hasil budidaya
yang memuaskan dan diminati konsumen.
Sumber : iptek.net.id