You are on page 1of 16

KERJA SAMA

"GOBES's" - "DYNASTY"
"PP - UMKM KADIN JATENG"

MODEL-MODEL KOLAM "PEMBENIHAN"


BUDIDAYA BELUT DI AIR BERSIH
UNTUK PEMBESARAN
BUDIDAYA CACING LUMBRICUS

GOBES’s -> Gabungan Orang Belut Semarang & Sekitarnya


PP-UMKM KADIN JATENG -> Pusat Pengembangan Usaha Menengah Kecil Mikro

Metode terbaru untuk Budidaya Belut khususnya


pembesaran adalah di "Air jernih (bersih / tanpa lumpur)". Metode ini sudah dicoba di
beberapa petani yaitu Pati, Kudus, Semarang, Boyolali. Hasilnya sangat menakjubkan
dalam kurun waktu 1 1/2 - 2 bulan pembesarannya sudah seukuran jari manis dan
telunjuk tangan orang dewasa. Bahkan di Boyolali, bibitnya berasal dari sawah yang
diambil dengan cara "disetrum" tetapi dengan cara yang benar.

namun kita "tetap" menggunakan media lumpur dengan metode khusus untuk melakukan
proses pembenihannya.

KASUS-KASUS YANG TERJADI DI PETANI BELUT (MEDIA LUMPUR) YANG


HARUS SEGERA DIATASI:

1. Media lumpurnya memadat.


2. Jerami dan gedebok pisang tidak membusuk / hancur.
3. Media tidak keluar cacing Lor sawah sebagai cadangan pakan dalam kolam.
4. Tanam benih 4 bulan, setelah di panen tidak ada sama sekali (mati semua).
5. Tanam benih 4 bulan, hasil panen yang besar beberapa ekor saja, yang lainnya
kecil semua.
6. Tanam benih 4 bulan, hasil panen yang besar beberapa ekor saja, yang lainnya
tidak ada (habis).
7. Tanam benih 4 bulan, hasil panen " tetap" ukuran belutnya ( tidak bisa besar
semua ).

Setelah meneliti dan mengunjungi hampir 45 orang petani belut dan menjalankan
percobaan serta penelitian selama hampir 2 tahun pada beberapa media (media lumpur,
media gedebok busuk + air, dan media air bersih 100 %) dan beberapa jenis belut serta
berkeliling menemui para Ketua Kelompok Tani Belut dan petaninya di daerah Pati (Bpk.
Ali Mutardho), Demak (Bpk. Pujiwanto dan Bpk .Sukamto), Mranggen (Bpk. Abdul
Hadi) Semarang, Sragen (Bpk. Ari Sujono), Kendal (Bpk. Nuh & Bpk. Zaenal),
Ambarawa ( Bu Ning), Jepara (Bpk. Fuad), Kudus (bpk. Hasan), Batang (Bpk Karjo),
Pekalongan (Bpk Hadi), Tegal ( Bpk Primulyono), Indramayu (Bpk. Stanley) dan
Kuningan Jawa Barat (Bpk. Ahmad Sarkhan) serta informasi dari beberapa orang
“penyedek belut” dari daerah Ungaran dan Gunung Pati Jawa Tengah.

Akhirnya kami menganalisa dan menyimpulkan Kunci-kunci Pokok yang harus dipenuhi
untuk Keberhasilan Beternak belut atau yang mau memulai usaha budidaya ini
"Khususnya metode di media Lumpur" agar benar-benar bisa panen:

1. Harus Mengetahui benar-benar “Penjual bibit yang tidak bermasalah !”


2. Bisa memilih “bibit belut yang benar” (bisa besar setelah dibudidayakan)
3. Bisa memililh bibit yang “benar-benar sehat”
4. Bisa “menyehatkan bibit belut di kolam karantina” setelah perjalanan /
transportasi
5. Bisa “mengadaptasikan suasana di alam” setelah benih masuk media
6. Bisa membuat “benih belut mau makan” setelah ditebar di media (kalau mau
makan berarti benih belut bisa hidup)
7. Bisa membuat “media yang tidak beracun / tidak panas / cocok untuk belut”
8. Media budidaya harus bisa menumbuhkan “cacing lor sawah” setelah
berjalannya waktu antara 3 minggu sampai 1 bulan setelah digenangi air
9. Bisa memberi “makanan yang berprotein tinggi” dan “yang disukai belut”
pada awal pertumbuhannya (pada bulan I)
10. Mengetahui “teknik memberi makan yang tepat dengan protein yang
seimbang dengan berat badannya” sehingga tidak mengakibatkan kanibalisme
antar sesama belut pada bulan II sampai paneni
11. Mengetahui “tehnik cara panen yang baik” agar belut tidak luka atau mudah
mati setelah dipanen
12. Sudah adanya pembeli yang menerima hasil panen dengan sistem pembayaran
ditempat setelah ditimbang, dengan harga yang bagus.

Dan untuk memenuhi kebutuhan kuota ekspor, masih banyak dibutuhkan petani-petani
yang harus dilatih membudidayakan belut mulai sekarang dengan standar ekspor (sesuai
dengan HACCP Budidaya).

PELUANG USAHA DAN INVESTASI YANG SANGAT DIHARAPKAN OLEH


PETANI BELUT

1. Dibuatnya "PROBIOTIK" khusus belut untuk efisiensi pakan dan probiotik untuk
menekan amoniak dalam media budidaya.
2. Dibuatnya "PABRIK PELET" khusus pakan belut yang murah dan berprotein
tinggi serta bebas dari bakteri paktogen (Typus dan Coli).
3. Dibutuhkannya "PUPUK ORGANIK" yang bisa menumbuhkan dan
melipatgandakan jumlah cacing lor sawah yang ada di media lumpur budidaya.
4. Terbentuknya "PENYULUH PERIKANAN" (PPL) khusus budidaya belut baik
dari pemerintah maupun swasta sebagai pendamping petani dalam melaksanakan
budidaya.
5. Pabrik "ABON BELUT" skala rumah tangga.
6. Pabrik "DENDENG BELUT" skala rumah tangga.
7. Pabrik "KRUPUK BELUT" skala rumah tangga.
8. Budidaya cacing "Lumbricus atau Tiger Australia" sebagai rekanan atau pemasok
bibit cacing kepada petani belut.
9. Pemancingan "KHUSUS" belut termasuk restorannya yang menyajikan menu
aneka masakan belut.

KAMI MEMBERIKAN SOLUSI TERBAIK


DI BIDANG KEWIRAUSAHAAN DALAM

PROGRAM
PENDIDIKAN & PELATIHAN BUDIDAYA BELUT

Pengajar Akademik
Bp. BUDY KUNCORO, S.Pi. - Peneliti & Penyuluh Belut (Ketua GOBES’s)

Materi Utama :
- Budidaya Belut di Air Bersih untuk PEMBESARAN
- Budidaya Cacing Lumbricus sebagai Cadangan Pakan & tambahan hasil

Materi tambahan :

• Cara Memilih Belut yang Bisa Besar


• Model-model Kolam Pembenihan
• Metode Pembesaran & Pembuatan Media
• Metode Budidaya Cacing
• Pengenalan Foto Contoh & Serba-serbi Belut
• Jenis Penyakit Belut & Pasca Panen
• Analisis Usaha & Tanya Jawab Interaktif dengan Ketua GOBES’s

Diharapkan dengan peserta yang sedikit (terbatas) terjadi dialog "interaktif" antar peserta
dengan pengajar dan kita juga mengajak peserta pelatihan ke Petani Belut yang benar-
benar sukses/berhasil sebagai study banding lapangan.

Biaya Pelatihan :
Rp. 150.000,- / peserta - dimohon bawa kendaraan
Jam 09.00 - 11.00 Pengajaran Teori Seluk Beluk Belut
Jam 11.00 - 13.00 Menonton Film Model-model Pembenihan & Isoma
Jam 13.00 - 14.00 Praktikum Belut di Air Bersih & Budidaya Cacing Lumbricus
Peserta minimal 2 orang
JADWAL PELATIHAN : KAMIS / SABTU
Untuk hari Kamis dimohon konfirmasi 1 minggu sebelumnya minimal 3 orang
Biaya tersebut sudah Termasuk Modul, Makan Siang & Snack
Bila peserta tidak bawa kendaraan maka praktikum hanya dikelas.

Pendaftaran

Hubungi :

DanarHudiono
HP/SMS. (024) 91122959
Jl. Pleburan Barat 24 Semarang
Denah bisa dilihat di webblog ini paling bawah
E-mail:
dynastyfarm@gmail.com
danarhudiono@yahoo.co.id

Terbuka Lebar Peluang Ekspor dari


Budidaya Belut
Penggunaan pestisida pada lahan pertanian yang berlebihan
akan mempengaruhi ekosistem ikan yang ada disekitarnya, salah satunya adalah belut.
Sehingga keberadaan belut di alam semakin terancam dikarenakan ketidak seimbangan
kita dalam merawat alam. Tetapi, kini tidak perlu khawatir, anda bisa memanfaatkan
dengan membudidayakan belut sebagai peluang usaha sekaligus menjaga keseimbangan
alam. Selain itu, keuntungan dalam berbisnis belut adalah besarnya permintaan pasar
belut baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Permintaan ekspor belut dari
beberapa negara tujuan dapat dilihat ditabel di bawah ini :

Sumber: Drs Ruslan Roy, MM, Ir R. M. Son Son Sundoro, www.eelstheband.com, dan
telah diolah dari berbagai sumber.
(*) dikutip dari sumber – sumber di trubus online, dll.

Sentra perikanan belut Internasional terpusat di Taiwan, Jepang, Hongkong, Perancis dan
Malaysia. Sedangkan sentra perikanan belut di Indonesia berada di daerah Yogyakarta
dan di daerah Jawa Barat. Di daerah lainnya baru merupakan tempat penampungan belut-
belut tangkapan dari alam atau sebagai pos penampungan.
Budidaya Belut sebenarnya tidak sulit dan juga tidak mahal. Masyarakat yang memiliki
lahan sempit pun dapat memelihara belut. Secara Teknis Budidaya dan pemeliharaan
belut (monopterus albus) hanya memerlukan perhatian dalam memilih tempat/lokasi
budidaya, pembuatan kolam, media pemeliharaan, memilih benih, perkembangbiakan
belut, penetasan, makanan dan kebiasaan makan serta hama.

a. Tempat/Lokasi Budidaya
Pemilihan lokasi bakal pembuatan kolam ditempat yang tidak secara langsung terkena
sinar matahari, meskipun dapat disiasati dengan pemberian peneduh. Disamping itu luas
lahan dengan memperhatikan kemiringan dan batas calon kolam. Kolam ini dapat diatas
tanah atau galian tanah, hal ini tergantung pada luas lahan yang akan memudahkan
pengamatan, pembangunan konstruksi kolam, seperti pintu air, saringan dan lain
sebagainya.

b. Pembuatan kolam
Lokasi yang telah ditentukan dengan memperhatikan persyaratan teknis dan jenis kolam,
baik kolam penampungan induk, kolam pemijahan dan pendederan serta kolam
pembesaran. Kolam-kolam ini memiliki ukuran tersndiri, pertama, Kolam Penampungan
Induk berukuran 200 cm x 400 cm x 80 cm, kedua Kolam Pemijahan 200 cm x 200 cm x
100 cm, ketiga, Kolam Pembesaran 500 cm x 500 cm x 120 cm.

c. Media Pemeliharaan
Kolam budidaya belut menggunakan media pemeliharaan sebagai tempat hidup berupa
tanah/lumpur sawah yang dikeringkan, pupuk kandang, pupuk kompos (sekam/gabah
padi yang dibusukkan), jerami padi, cincangan batang pisang, pupuk urea dan NPK
dengan perbandingan kurang lebih sebagai berikut :
Lapisan paling bawah tanah/lumpur setinggi 20 cm.

1. Lapisan pupuk kandang setinggi 5 cm.


2. Lapisan tanah/lumpur setinggi 10 cm.
3. Lapisan Pupuk kompos setinggi 5 cm.
4. Lapisan tanah/lumpur setinggi 10 cm.
5. Lapisan jerami padi setinggi 15 cm, yang diatasnya ditaburi secara merata pupuk
urea 2,5 kg dan NPK 2,5 kg untuk ukuran kolam 500 cm x 500 cm. Perbandingan
jumlah pupuk dan luas kolam ini juga dipergunakan dalam ukuran kolam, baik
lebih besar maupun kecil.
6. Lapisan tanah/lumpur setinggi 20 cm.
7. Lapisan air dengan kedalaman setinggi 15 cm, yang ditaburi secara merata batang
pisang sampai menutupi permukaan kolam.

Seluruh media pemeliharaan ini didiamkan agar terjadi proses permentasi dan siap untuk
pemeliharaan belut selama kurang lebih dua minggu.

d. Pemilihan Benih
Media pemeliharaan yang sudah lengkap dan siap untuk pemeliharaan, menuntut
pemilihan bibit belut yang berkualitas agar menghasilkan keturunan normal.

Syarat Benih Belut : pertama, anggota tubuh utuh dan mulus atau tidak cacat atau bekas
gigitan. kedua, mampu bergerak lincah dan agresif. ketiga, penampilan sehat yang
ditunjukan dengan tubuh yang keras, tidak lemas tatkala dipegang. keempat, tubuh
berukuran kecil dan berwarna kuning kecoklatan. kelima, usia berkisar 2-4 bulan.
Disamping itu diperhatikan pula pemilihan induk belut jantan dan betina sebagai berikut :

• Ciri Induk Belut Jantan

1. Berukuran panjang lebih dari 40 cm.


2. Warna permukaan kulit gelap atau abu-abu.
3. Bentuk kepala tumpul.
4. Usia diatas sepuluh bulan.

• Ciri Induk Belut Betina

1. Berukuran panjang 20-30 cm


2. Warna permukaan kulit cerah atau lebih muda
3. Warna hijau muda pada punggung dan warna putih kekuningan pada perut
4. Bentuk kepala runcing
5. Usia dibawah sembilan bulan.

e. Perkembangan Belut
Belut berkembangbiak secara alami dialam terbuka dan dapat dibudidaya dengan
perkembangbiakan normal dikolam dengan media pemeliharaan yang memenuhi
persyaratan. Belut secara lami memiliki masa kawin selama musim hujan (4-5 bulan),
dimalam hari dengan suhu sekitar 28° C atau lebih. Musim kawin ini ditandai dengan
berkeliarannya belut jantan kepenjuru kolam, terutama ketepian dan dangkal yang akan
menjadi lubang perkawinan. Lubang berbentuk “U” dimana belut jantan akan membuat
gelembung busa dipermukaan air untuk menarik perhatian betina, namun belut jantan
menunggu pasangannya dikolam yang tidak berbusa. Telur-telur dikeluarkan disekitar
lubang, dibawah busa dan setelah dibuahi akan dicakup pejantan untuk disemburkan
dilubang persembunyian yang dijaga belut jantan.

f. Penetasan
Telur-telur ini akan menetas setelah 9-10 hari, tetapi dalam pendederan menetas pada hari
ke 12-14. Anak-anak belut ini memiliki kulit kuning yang semakin hari akan berangsur-
angsur menjadi coklat. Belut jantan akan tetap menjaga sampai belut muda berusia dua
minggu atau mereka meninggalkan sarang penetasan untuk mencari makanan sendiri.

g. Makanan dan kebiasaan makan


Belut secara alamiah memakan segala jenis binatang kecil yang hidup atau terjatuh di air.
Belut ini akan menyergap makanannya dengan membuat lubang perangkap, lubang ini
menyerupai terowongan berdiameter 5 cm.

h. Hama belut
Belut jarang terserang penyakit yang disebabkan oleh kuman atau bakteri, namun mereka
sering kekurangan pangan, kekeringan atau dimakan sesama belut dan predator lainnya,
sehingga memerlukan air mengalir agar tetap sehat.
Setelah belut berkembang sesuai yang diharapkan, kita harus memperhatikan tata cara
panen agar belut tidak luka dan tetap segar, baik untuk pasar lokal maupun antar daerah
dan ekspor. Belut untuk pasar lokal hanya memerlukan ukuran sedang dengan umur 3-4
bulan, sedangkan ekspor perlu ukuran lebih besar dengan usia 6-7 bulan.

Perlakukan pasca panen pun juga harus diperhatikan, baik dalam membersihkan dan
memperbaiki kolam pemeliharaan serta dilakukan penggantian media yang baru,
sehingga makanan belut tidak habis bahkan semakin banyak.

Sumber : http://bisnisukm.com/terbuka-lebar-peluang-ekspor-dari-budidaya-belut.html

Popularity: 90% [?]

CARA BUDIDAYA IKAN BELUT


( Synbranchus )

1. SEJARAH SINGKAT BUDIDAYA BELUT

Belut merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh bulat memanjang
yang hanya memiliki sirip punggung dan tubuhnya licin. Belut suka memakan anak-anak
ikan yang masih kecil. Biasanya hidup di sawah-sawah, di rawa-rawa/lumpur dan di kali-
kali kecil. Di Indonesia sejak tahun 1979, belut mulai dikenal dan digemari, hingga saat
ini belut banyak dibudidayakan dan menjadi salah satu komoditas ekspor.

2. SENTRA PERIKANAN IKAN BELUT

Sentra perikanan belut Internasional terpusat di Taiwan, Jepang, Hongkong, Perancis dan
Malaysia. Sedangkan sentra perikanan belut di Indonesia berada di daerah Yogyakarta
dan di daerah Jawa Barat. Di daerah lainnya baru merupakan tempat penampungan belut-
belut tangkapan dari alam atau sebagai pos penampungan.

3. JENIS – JENIS BELUT

Klasifikasi belut adalah sebagai berikut:


Kelas : Pisces
Subkelas : Teleostei
Ordo : Synbranchoidae
Famili : Synbranchidae
Genus : Synbranchus
Species : Synbranchus bengalensis Mc clell (belut rawa); Monopterus albus Zuieuw
(belut sawah); Macrotema caligans Cant (belut kali/laut)

Jadi jenis belut ada 3 (tiga) macam yaitu belut rawa, belut sawah dan belut kali/laut.
Namun demikian jenis belut yang sering dijumpai adalah jenis belut sawah.

4. MANFAAT BUDIDAYA BELUT

Manfaat dari budidaya belut adalah:

1. Sebagai penyediaan sumber protein hewani.


2. Sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
3. Sebagai obat penambah darah.

5. PERSYARATAN LOKASI BUDIDAYA BELUT


1. Secara klimatologis ikan belut tidak membutuhkan kondisi iklim dan geografis
yang spesifik. Ketinggian tempat budidaya ikan belut dapat berada di dataran
rendah sampai dataran tinggi. Begitu pula dengan kelembaban dan curah hujan
tidak ada batasan yang spesifik.
2. Kualitas air untuk pemeliharaan belut harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak
tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Kondisi tanah
dasar kolam tidak beracun.
3. Suhu udara/temperatur optimal untukpertumbuhan belut yaitu berkisar antara 25-
31 derajat C.
4. Pada prinsipnya kondisi perairan adalah air yang harus bersih dan kaya akan
osigen terutama untuk bibit/benih yang masih kecil yaitu ukuran 1-2 cm.
Sedangkan untuk perkembangan selanjutnya belut dewasa tidak memilih kualitas
air dan dapat hidup di air yang keruh.

6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA BELUT

1. Penyiapan Sarana dan Peralatan


1. Perlu diketahui bahwa jenis kolam budidaya ikan belut harus dibedakan
antara lain: kolam induk/kolam pemijahan, kolam pendederan (untuk
benih belut berukuran 1-2 cm), kolam belut remaja (untuk belut ukuran 3-
5 cm) dan kolam pemeliharaan belut konsumsi (terbagi menjadi 2 tahapan
yang masing-masing dibutuhkan waktu 2 bulan) yaitu untuk pemeliharaan
belut ukuran 5-8 cm sampai menjadi ukuran 15-20 cm dan untuk
pemeliharan belut dengan ukuran 15-20 cm sampai menjadi ukuran 30-40
cm.
2. Bangunan jenis-jenis kolam belut secara umum relatif sama hanya
dibedakan oleh ukuran, kapasitas dan daya tampung belut itu sendiri.
3. Ukuran kolam induk kapasitasnya 6 ekor/m 2 . Untuk kolam pendederan
(ukuran belut 1-2 cm) daya tampungnya 500 ekor/m 2 . Untuk kolam belut
remaja (ukuran 2-5 cm) daya tampungnya 250 ekor/m 2 . Dan untuk
kolam belut konsumsi tahap pertama (ukuran 5-8 cm) daya tampungnya
100 ekor/m 2 . Serta kolam belut konsumsi tahap kedua (ukuran 15-20cm)
daya tampungnya 50 ekor/m 2 , hingga panjang belut pemanenan kelak
berukuran 3-50 cm.
4. Pembuatan kolam belut dengan bahan bak dinding tembok/disemen dan
dasar bak tidak perlu diplester.
5. Peralatan lainnya berupa media dasar kolam, sumber air yang selalu ada,
alat penangkapan yang diperlukan, ember plastik dan peralatan-peralatan
lainnya.
6. Media dasar kolam terdiri dari bahan-bahan organik seperti pupuk
kandang, sekam padi dan jerami padi. Caranya kolam yang masih kosong
untuk lapisan pertama diberi sekam padi setebal 10 cm, diatasnya
ditimbun dengan pupuk kandang setebal 10 cm, lalu diatasnya lagi
ditimbun dengan ikatan-ikatan merang atau jerami kering. Setelah
tumpukan-tumpukan bahan organik selesai dibuat (tebal seluruhnya
sekitar 30 cm), berulah air dialirkan kedalam kolam secara perlahan-lahan
sampai setinggi 50 cm (bahan organik + air). Dengan demikian media
dasar kolam sudah selesai, tinggal media tersebut dibiarkan beberapa saat
agar sampai menjadi lumpur sawah. Setelah itu belut-belut diluncurkan ke
dalam kolam.
2. Penyiapan Bibit belut
1. Menyiapkan Bibit belut
1. Anak belut yang sudah siap dipelihara secara intensif adalah yang
berukuran 5-8 cm. Di pelihara selama 4 bulan dalam 2 tahapan
dengan masing-masing tahapannya selama 2 bulan.
2. Bibit bisa diperoleh dari bak/kolam pembibitan atau bisa juga bibit
diperoleh dari sarang-sarang bibit yang ada di alam.
3. Pemilihan bibit bisa diperoleh dari kolam peternakan atau
pemijahan. Biasanya belut yang dipijahkan adalah belut betina
berukuran ± 30 cm dan belut jantan berukuran ± 40 cm.
4. Pemijahan dilakukan di kolam pemijahan dengan kapasitas satu
ekor pejantan dengan dua ekor betina untuk kolam seluas 1 m 2 .
Waktu pemijahan kira-kira berlangsung 10 hari baru telur-telur
ikan belut menetas. Dan setelah menetas umur 5-8 hari dengan
ukuran anak belut berkisar 1,5–2,5 cm. Dalam ukuran ini belut
segera diambil untuk ditempatkan di kolam pendederan calon
benih/calon bibit. Anak belut dengan ukuran sedemikian tersebut
diatas segera ditempatkan di kolam pendederan calon bibit selama
± 1 (satu) bulan sampai anak belut tersebut berukuran 5-8 cm.
Dengan ukuran ini anak belut sudah bisa diperlihara dalam kolam
belut untuk konsumsi selama dua bulan atau empat bulan.
2. Perlakuan dan Perawatan Bibit
Dari hasil pemijahan anak belut ditampung di kolam pendederan calon
benih selama 1 bulan. Dalam hal ini benih diperlakukan dengan secermat
mungkin agar tidak banyak yang hilang. Dengan perairan yang bersih dan
lebih baik lagi apabila di air yang mengalir.
3. Pemeliharaan Pembesaran belut
1. Pemupukan
Jerami yang sudah lapuk diperlukan untuk membentuk pelumpuran yang
subur dan pupuk kandang juga diperlukan sebagai salah satu bahan
organik utama.
2. Pemberian Pakan
Bila diperlukan bisa diberi makanan tambahan berupa cacing, kecoa, ulat
besar(belatung) yang diberikan setiap 10 hari sekali.
3. Pemberian Vaksinasi
4. Pemeliharaan Kolam dan Tambak
Yang perlu diperhatikan pada pemeliharaan belut adalah menjaga kolam
agar tidak ada gangguan dari luar dan dalam kolam tidak beracun.

7. HAMA DAN PENYAKIT BELUT

1. Hama
1. Hama pada belut adalah binatang tingkat tinggi yang langsung
mengganggu kehidupan belut.
2. Di alam bebas dan di kolam terbuka, hama yang sering menyerang belut
antara lain: berang-berang, ular, katak, burung, serangga, musang air dan
ikan gabus.
3. Di pekarangan, terutama yang ada di perkotaan, hama yang sering
menyerang hanya katak dan kucing. Pemeliharaan belut secara intensif
tidak banyak diserang hama.
2. Penyakit
Penyakit yang umum menyerang adalah penyakit yang disebabkan oleh
organisme tingkat rendah seperti virus, bakteri, jamur, dan protozoa yang
berukuran kecil.

8. PANEN BELUT

Pemanenan belut berupa 2 jenis yaitu :

1. Berupa benih/bibit yang dijual untuk diternak/dibudidayakan.


2. Berupa hasil akhir pemeliharaan belut yang siap dijual untuk konsumsi
(besarnya/panjangnya sesuai dengan permintaan pasar/konsumen). Cara
Penangkapan belut sama seperti menangkap ikan lainnya dengan peralatan antara
lain: bubu/posong, jaring/jala bermata lembut, dengan pancing atau kail dan
pengeringan air kolam sehingga belut tinggal diambil saja.

9. PASCAPANEN BELUT

Pada pemeliharaan belut secara komersial dan dalam jumlah yang besar, penanganan
pasca panen perlu mendapat perhatian yang serius. Hal ini agar belut dapat diterima oleh
konsumen dalam kualitas yang baik, sehingga mempunyai jaringan pemasaran yang luas.

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA BELUT

1. Analisis Usaha Budidaya belut


Perkiraan analisis budidaya belut selama 3 bulan di daerah Jawa Barat pada tahun
2010 adalah sebagai berikut:
1. Biaya Produksi
1. Pembuatan kolam tanah 2 x 3 x 1, 4 HOK @ Rp.150.000,- Rp.
600.000,-
2. Bibit 30 kg (1kg=100 ekor belut) /3000 ekor x @ Rp. 45.000,-/kg
Rp. 1.350.000,-
3. Makanan tambahan (daging kelinci 3 ekor) @ Rp.15.000,-Rp.
45.000,-
4. Lain-lain Rp. 200.000,-
Jumlah Biaya Produksi Rp.2.195.000,-
2. Pendapatan: 3000 ekor = 300 kg x @ Rp. 25.000,- Rp. 7.500.000,-
3. Keuntungan Rp. 5.305.000,-

10.2. Gambaran Peluang Agribisnis budidaya belut

Budidaya ikan belut, baik dalam bentuk pembenihan maupun pembesaran mempunyai
prospek yang cukup baik. Permintaan konsumen akan keberadaan ikan belut semakin
meningkat. Dengan teknik pemeliharaan yang baik, maka akan diperoleh hasil budidaya
yang memuaskan dan diminati konsumen.

11. DAFTAR PUSTAKA

1. Satwono, B. 1999. Budidaya Belut dan Tidar. Penerbit Penebar Swadaya


(Anggota IKAPI). Jakarta.
2. Ronni Hendrik S. 1999. Budidaya Belut. Penerbit Bhratara, Jakarta

Sumber : iptek.net.id

Popularity: 100% [?]

You might also like