Professional Documents
Culture Documents
com
Posted by ADRIAN OKTAVINTA
DUNIA SEISMIK
FUNDAMENTAL OF SEISMIC
Latar Belakang
Survey seismik dilakukan untuk mendapatkan rekaman data seismik dengan kualitas yang
baik. Penilaian baik tidaknya data seismik adalah dari perbandingan antara banyaknya sinyal
refleksi dengan sinyal gangguan atau noise yang diterima. Semakin banyak sinyal refleksi
serta semakin sedikit noise yang diterima maka kualitas perekaman data seismik semakin
bagus. Keakuratan pengukuran waktu tempuh (travel time) juga mempengaruhi kualitas
perekaman.
Secara garis besar eksplorasi seismik dibagi menjadi eksplorasi seismik dangkal dan
eksplorasi seismik dalam. Eksplorasi seismik yang digunakan untuk eksplorasi hidrokarbon
(minyak dan gas bumi) adalah eksplorasi seismik dalam. Sedangkan eksplorasi seismik
dangkal (shallow seismic reflection) biasa digunakan untuk eksplorasi batubara dan bahan
tambang lainnya. Kedua jenis eksplorasi seismik tersebut memiliki resolusi dan akurasi yang
berbeda.
Seismik refleksi terbagi atas tiga bagian yaitu akuisisi data seismik, proses data seismik, dan
yang terakhir adalah interpretasi data. Akuisisi data adalah untuk memperoleh data seismik
dari area yang disurvey. Dari proses data seismik akan diperoleh penampang seismik
permukaan bawah tanah. Setelah data seismik diproses maka dilakukan interpretasi untuk
menganalisa keadaan geologi di bawah permukaan dan juga untuk memperkirakan komposisi
material batuan di bawah permukaan tersebut.
Proses akuisisi data sangat penting karena mempengaruhi kualitas data seismik. Kualitas data
seismik yang baik akan menghasilkan penggambaran penampang seismik bawah tanah yang
baik sehingga proses interpretasi juga dapat dilakukan dengan baik.
Gelombang seismik adalah gelombang mekanis yang muncul akibat adanya gempa bumi.
Sedangkan gelombang secara umum adalah fenomena perambatan gangguan (usikan) dalam
medium sekitarnya. Gangguan ini mula-mula terjadi secara lokal yang menyebabkan
terjadinya osilasi (pergeseran) kedudukan partikel-partikel medium, osilasi tekanan maupun
osilasi rapat massa. Karena gangguan merambat dari suatu tempat ke tempat lain, berarti ada
transportasi energi.
Gelombang seismik disebut juga gelombang elastik karena osilasi partikel-partikel medium
terjadi akibat interaksi antara gaya gangguan (gradien stress) malawan gaya-gaya elastik.
Dari interaksi ini muncul gelombang longitudinal, gelombang transversal dan kombinasi
diantara keduanya. Apabila medium hanya memunculkan gelombang longitudinal saja
(misalnya di dalam fluida) maka dalam kondisi ini gelombang seismik sering dianggap
sabagai gelombang akustik.
Dalam eksplorasi minyak dan gas bumi, seismik refleksi lebih lazim digunakan daripada
seismik refraksi. Hal tersebut disebabkan karena siesmik refleksi mempunyai kelebihan dapat
memberikan informasi yang lebih lengkap dan baik mengenai keadaan struktur bawah
permukaan.
Penyelidikan seismik dilakukan dengan cara membuat getaran dari suatu sumber getar.
Getaran tersebut akan merambat ke segala arah di bawah permukaan sebagai gelombang
getar. Gelombang yang datang mengenai lapisan-lapisan batuan akan mengalami pemantulan,
pembiasan, dan penyerapan. Respon batuan terhadap gelombang yang datang akan berbeda-
beda tergantung sifat fisik batuan yang meliputi densitas, porositas, umur batuan, kepadatan,
dan kedalama batuan. Galombang yang dipantulkan akan ditangkap oleh geophone di
permukaan dan diteruskan ke instrument untuk direkam. Hasil rekaman akan mendapatkan
penampang seismik.
Tahapan Seismik
Metode seismik refleksi merupakan metode geofisika yang umumnya dipakai untuk
penyelidikan hidrokarbon. Biasanya metode seismik refleksi ini dipadukan dengan metode
geofisika lainnya, misalnya metode grafitasi, magnetik, dan lain-lain. Namun metode seismik
refleksi adalah yang paling mudah memberikan informasi paling akurat terhadap gambaran
atau model geologi bawah permukaan dikarenakan data-data yang diperoleh labih akurat.
Pada umumnya metode seismik refleksi terbagi atas tiga tahapan utama, yaitu:
1. Pengumpulan data seismik (akuisisi data seismik): semua kegiatan yang berkaitan
dengan pengumpulan data sejak survey pendahuluann dengan survey detail.
2. Pengolahan data seismik (processing data seismik): kegiatan untuk mengolah data
rekaman di lapangan (raw data) dan diubah ke bentuk penampang seismik migrasi.
3. Interpretasi data seismik: kegiatan yang dimulai dengan penelusuran horison, pembacaan
waktu, dan plotting pada penampang seismik yang hasilnya disajikan atau dipetakan
pada peta dasar yang berguna untuk mengetahui struktur atau model geologi bawah
permukaan.
Data yang telah didapatkan dari hasil akuisisi akan diproses sehingga meningkatkan daya
resolusi secara vertikal maupun horisontal yang dapat menghasilkan keadaan bawah
permukaan yang sesungguhnya yaitu berupa migrated time section yang mudah untuk
diinterpretasikan oleh para interpreter untuk mencapai hasil yang maksimum pada saat
ekploitasi.
APPLIED SEISMIC
Topografi
Survey topografi dilakukan untuk menentukan titik-titik trace dan shoot point dengan akurat
sesuai dengan desain rencana yang diberikan oleh klien. Survey topografi dilakukan terlebih
dahulu sebelum dilakukan drilling dan recording. Output dari topografi di lapangan adalah
berupa patok-patok titik trace dan shoot point, output lainnya adalah berupa peta, sketch line,
dan elevasi.
Survey topografi dalam seismik merupakan suatu proses untuk menentukan koordinat di
lapangan (X,Y,Z) berdasarkan koordinat yang ada di peta (koordinat teoritik), dalam hal ini
koordinat teoritik yang ada hanyalah koordinat planimetris, sedangkan elevasinya ditentukan
berdasarkan pengukuran di lapangan. Kordinat teoritik sendiri dibuat berdasarkan parameter-
parameter yang diberikan oleh client. Biasanya client hanya akan memberikan koordinat awal
dan akhir line, interval trace, dan interval shot point.
Dimana:
A : Trace awal
B : Trace akhir
1 : Trace pertama dengan jarak 30 m dari A
Data teoritis dapat dihitung dengan menggunakan Microsoft Exel, kemudian hasilnya
dimasukkan ke dalam program Autocad, dan setelah itu dapat ditampilkan sebagai peta
navigasi. Data teoritis dimasukkan ke dalam memory card yang terpasang pada total station.
Data teoritis tersebut kemudian digunakan sebagai acuan tim survei topografi dalam
melakukan pengukuran.
Pengukuran Topografi
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan metode stake out, dengan menggunakan
electronic total station (ETS). Metode ini menempatkan posisi titik-titik di lapangan
Selanjutnya untuk start dan ending koordinat line sudah ditentukan oleh client, kemudian
selanjutnya dapat ditentukan jumlah source dari koordinat yang diberikan oleh client.
Biasanya untuk source pada 2D hanya ada pada SP ganjil. Akan tetapi apabila medan yang
akan dilewati tidak memungkinkan diproduksi SP ganjil (seperti perkampungan, sungai, dan
Selanjutnya pada waktu pengukuran ketika terjadi perpotongan antar line (crossing) maka
pengukuran diikatkan pada titik fix line tersebut. Hal ini dilakukan untuk memperoleh
koordinat titik-titik ikat tersebut melalui proses perataan. Sedangkan pada proses stake out
koordinat seismik 3D pengukuran dilakukan dari start line yang kemudian diikatkan dalam 1
blok, untuk mendapatkan koordinat titik-titik blok dari tiap loop. Blok-blok ini biasanya
Data hasil pengukuran di lapangan kemudian diproses lebih lanjut. Proses data tersebut
menggunakan bantuan komputer. Data dari ETS diolah oleh software pemetaan Swift. Hasil
perhitungan berupa data koordinat x, y, dan z. Setelah itu kita dapat memperoleh perbedaan
antara data teoritik dengan pengukuran di lapangan.
Pemrosesan data ini dilakukan harian, kemudian dikumpulkan menjadi satu poligon yang
terikat sempurna maupun tertutup (loop). Pemrosesan harian atau dengan kata lain pasca
pengukuran dimaksudkan untuk mengecek hasil ukuran apakah mengalami distorsi atau tidak,
dalam hal ini pemrosesan harian bersistem poligon lepas. Apabila mengalami distorsi sampai
Untuk mekanisme kontrol kualitas dari bridging, maka dilakukan pengecekan di lapangan
oleh checker. Checker ini bertugas menginventarisir dan menilai eksistensi bridging di
ラーミ ヒダヤティ Page 13
lapangan. Adapun kriteria dari penilaian ini berdasarkan ketetapan-ketetapan yang telah
disepakati. Parameter-parameter penilaian ini terdiri dari:
1. Good; Suatu bridging dikatakan good apabila bridging yang ada di lapangan > 90 %
sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
2. Fair; Suatu bridging dikatakan fair apabila bridging yang ada di lapangan cukup kuat
menahan aktivitas yang akan terjadi, padahal dilihat dari ketentuan tidak seluruhnya
terpenuhi seperti anti slip dan kayunya kurang dari ketentuan. Untuk nilai kuantitatif
kondisi fair digolongkan antara 75 – 90 %.
3. Poor; Suatu bridging dikatakan poor apabila bridging yang ada di lapangan tidak mampu
menahan aktivitas yang akan terjadi, dan sangat rentan untuk menimbulkan kecelakaan,
seperti kayunya kurang dan tidak dipaku. Untuk nilai kuantitatif dari poor digolongkan <
75%.
A. Jenis Bentangan
1. Bentangan Normal
Pada satu string geophone atau satu trace terdapat 18 buah geophone. Pada bentangan
normal jarak antara geophone pertama dengan geophone ke-18 adalah:
JarakAntarTrace – JarakAntarTrace × JumlahGeophonePerTrace
Karena jarak antar trace adalah 30 m maka jarak antara geophone pertama dengan
geophone ke-18 adalah 28,33 m, maka jarak antar geophone adalah 28,33m/(18-1)
atau sama dengan 1.667 m.
Posisi bentangan geophone sejajar dengan lintasan sehingga semua geophone yang
terbentang berada tepat dilintasan.
2. Bentangan Simetri
Apabila geophone tidak dapat dibentang normal maka alternatif pertama yang
dilakukan adalah membentang geophone secara simetri. Pada prinsipnya
membentang geophone secara simetri sama dengan membentang geophone secara
normal, hanya saja jarak antar geophone yang diperkecil, tetapi jarak antar geophone
yang satu dengan yang lainnnya harus sama.
Membentang geophone secara simetri dapat disebabkan karena trace berada di dekat
jalan, sungai, kanal atau sebab-sebab yang lain yang dapat menyebabkan geophone
tidak dapat dibentang secara normal.Kekurangan bentangan simetri adalah
menyebabkan geophone lebih sensitif terhadap noise dan lebih mudah mendeteksi
ground roll dibandingkan apabila geophone dibentang secara normal.
3. Bentangan Group
Membentang geophone secara group adalah alternatif terakhir apabila goephone
tidak dapat dibentang secara normal maupun simetri. Penyebab geophone dibentang
secara group sama dengan halnya mengapa geophone dibentang secara simetri, yaitu
diantaranya karena geophone berada di dekat jalan, sungai atau kanal dan lintasan
juga berpotongan dengan jalan, sungai atau kanal tersebut.
Bentangan yang di group adalah yang paling sensitif terhadap noise dari luar dan
ground roll karena jarak antar geophone yang berdekatan. Tetapi bentangan group
juga lebih sensitif dalam menerima getaran seismik. Dalam monitor record dapat
terlihat bahwa bentangan yang digroup akan menghasilkan amplitudo getaran yang
lebih besar dan relatif lebih lama dalam mendeteksi getaran.
Parameter bentangan group adalah geophone ditanam secara melingkar dengan
diameter lingkaran sebesar 1 m. Harus diatur sedemikian rupa agar jarak antar
geophone sama besar.
B. River Crossing
River Crossing dilakukan apabila lintasan berpotongan dengan sungai yang cukup lebar
sehingga kita tidak dapat menghubungkannya dengan menggunakan kabel link. Bisanya
pada River Crossing terdapat trace yang mati karena trace tersebut berada di tengah-
Untuk melakukan Instrument Test posisi Tab harus berada pada posisi Instrument. Hasil tes
akan keluar pada tampilan Numeric dan Graphic. Pada kotak Absolute Spread kita
menspesifikasikan posisi line dan receiver yang ingin di tes. Kotak Aux Descr digunakan
untuk mendeskripsikan auxiliary channels yang ingin di tes. Gain yang ingin digunakan pada
Instrument Test dapat dipilih apakah menggunakan G1 atau G2. Record Length / panjang
perekaman dapat dipilih dari 1 – 99,9 detik. Tetapi pada tes Instrument Crosstalk panjang
perekaman minimum adalah 5 detik pada Sample Rate 2 ms. Pada Daily Instrument Test kita
harus merekam datanya, sehingga posisi pada tombol pilihan Record adalah Yes.
Jenis-jenis tes yang dilakukan adalah:
1. Instrument Noise (µV)
Selama tes channel input di short dengan menggunakan resistor internal. Geophone tidak
terpasang.
2. Instrument Distortion (dB)
Selama tes geophone tidak terhubungkan. Generator pada FDU digunakan sebagai input
channel yang sedang di tes.
3. Instrument Crosstalk (dB)
Tes ini terdiri dari dua tahap. Selama tahap pertama generator tes memberikan sebuah
sinyal sinusoidal ke test network pada setiap FDU genap. Converter ADC pada setiap
FDU ganjil mengukur tegangan yang dihasilkan pada test network-nya. Generator tes
pada setiap FDU ganjil tidak diaktifkan. Kemudian pada tes tahap kedua sinyal
sinusoidal diberikan pada setiap FDU ganjil dan tegangan yang dihasilkan diukur pada
tes network setiap FDU genap.
Ketika pilihan SOURCE dipilih pada menu Preference, maka pada panel utama Operation
menyediakan sebuah tabel yang berisi informasi akuisisi dari data dan memungkinkan
observer untuk memilih source point yang akan ditembak. Disebelah bawah panel terdapat
hasil dari akuisisi dan informasi proses akuisisi data tersebut, yaitu Internal Time Break (ITB)
dan Transmit Error.
Transmit Error (TE) terjadi apabila satu atau lebih kesalahan pada proses transmisi data
terdeteksi pada Line. Internal Time Break (ITB) menunjukkan bahwa 408XL gagal menerima
Time Break dan juga Time Break Window. ITB dihasilkan setelah Time Break Window
mengikuti setelah Firing Order seleasi, dengan akurasi ± 5 ms.
Panel Process Type Setup seperti yang di bawah terdiri dari sebuah tabel yang berisi
karakteristik dari perencanaan Shot Point secara berurutan.
Spread Option memungkinkan kita untuk memilih antara “Absolute” dan “Generic”. Dengan
memilih “Absolute” kita harus menspesifikasi spread dari akuisisi yang akan digunakan
secara komplit untuk setiap tembakan. Ketika kita mengisi file SPS ke database pada dengan
menggunakan Log, maka akan secara otomatis akan mengaktifkan tabel operasi dengan
menggunakan spread Absolute.
Sebuah spread “Generic” akan mendeskripsikan pola dari channel aktif. Generic sangat
berguna jika pemprograman spread diselesaikan secara manual dan kita tidak ingin
mengubah deskripsi setiap kali spread bergeser.
Shot/Vp Id adalah untuk nomor Shot point atau Vibrated Point. Break Point adalah untuk
memberikan identitas apakah pada Shot Point tersebut sudah dilakukan penembakan atau
belum. Source Line untuk menandakan pada Line berapa sumber getaran atau Shot Point
berada. Source Receiver adalah untuk menandakan pada Line berapa Receiver atau geophone
berada. Sfl, Spread First receiver Position Number, adalah Receiver Position atau nomor
trace terendah pada spread. Pada generic spread Sfn diisi oleh operator, sedangkan pada
absolute spread Sfl secara otomatis akan dihitung oleh sistem.
Dengan menekan tombol GO maka Firing Order akan terkirim. Dengan menekan ABORT
maka akan menginterupsi shot point yang sedang ditembak setelah proses akuisisi selesai.
Sebuah kotak dialog akan tampil dan memberikan pilihan apakah ingin merekam data atau
menggagalkan shot point. Pilih OK jika ingin merekam akuisisi. Jika memilih CANCEL
maka proses akuisisi tidak akan direkam.
Selama penembakan dapat terjadi kegagalan-kegagalan atau disebut juga dengan Misfire.
Ada Misfire yang terjadi sehingga harus dilakukan redrill, dan ada juga yang tidak.
Misfire yang terjadi sehingga harus dilakukan redrill diantaranya adalah:
1. Dead Cap
Dead Cap terjadi karena detonator tidak aktif, atau dapat juga terjadi karena kabel
detonatornya terlepas atau open. Dapat terdeteksi dengan nilai hambatan detonator yang
terukur pada blaster yang terlalu besar.
2. Short Wire
Short Wire terjadi karena kabel detonator terkelupas dan terhubung dengan kabel
pasangannya dai polaritas yang berbeda. Short Wire terdeteksi dengan nilai hambatan
detonator yang terukur pada blaster terlalu kecil.
3. Lost Wire
Lost Wire atau hilangnya kabel detonator dapat terjadi karena dua hal. Yang pertama
dapat terjadi karena kabel detonator tersebut terperosok ke dalam lubang sehingga tidak
mungkin lagi untuk diambil. Atau dapat juga hilang karena diambil atau ditarik oleh
Keterangan:
(1) Tab untuk memilih tampilan yang diinginkan.
(2) Indikator warna merah akan muncul pada tab apabila terjadi kegagalan pada tampilan
tersebut.
(3) Peinrtah untuk membuka sebuah clone dari window utama Line. Pada panel clone kita
dapat memilih tampilan yang berbeda.
(4) Tombol ini digunakan untuk memilih tipe tes yang ingin dilaksanakan. Hasil tes dapat
ditampilkan dengan menekan tombol GO.
(5) Tab untuk memilih tampilan grafik dan numerik.
(6) Tombol untuk mematikan dan menghidupkan power supply ke line.
(7) Menampilkan banyaknya elemen yang mengalami kegagalan, dan banyaknya elemen
yang terdeteksi.
(8) Lokasi pointer mouse yang berada di panel grafik.
(9) Legenda: menampilkan batasan Quality Control yang telah diprogram sebelumnya.
Pada tampilan grafik, elemen yang dites akan berwarna hijau jika elemen tersebut
berada pada limitnya, dan akan menunjukkan warna merah atau biru apabila berada
diluar limit yang telah ditentukan.
(10) Tombol zoom out yang akan menampilkan faktor zoom sebelumnya.
(11) Tombol view all yang akan menghilangkan zoom.
A. Topographic View
Pada tampilan Topographic kita dapat melihat hasil cek elemen di lintasan dalam bentuk
grafik. Kita dapat memilih informasi yang akan ditampilkan, diantaranya adalah:
- informasi dari survei
- informasi unit-unit di lapangan
- informasi dari level noise
Dengan mengklik tombol GO pada tampilan Sensors dan Instrumen maka akan dilakukan tes
QC yang dipilih pada unit yang telah dipilih. Apabila tidak ada unit yang dipilih, maka tes
akan dilakukan pada seluruh survei. Hal ini akan menghapus hasil tes sebelumnya, dan unit-
unit akan menampilkan warna biru sampai tes selesai dan hasil tes yang baru tersedia.
Apabila kita melakukan tes dan terdapat unit yang berwarna abu-abu hal tersebut berarti unit
tersebut sibuk. Apapun tampilan informasi yang ditampilkan, hasil tes yang lain hanya perlu
dilakukan dengan satu kali klik.
1. Tampilan Sensors
Dari tampilan ini kita dapat melihat tipe dari sensor yang digunakan, dan hasil tes yang
dilakukan dari seluruh survei yang digunakan. Pada partai ini tipe sensor yang digunakan
hanya geophone. Jenis tes yang dapat dilakukan antara lain:
2. Tampilan Seismonitor
Pada Seismonitor kita dapat melihat sinyal input dari sensor. Seismonitor menampilkan
spread yang aktif :
- Sensor yang aktif muncul sebagai kotak-kotak berwarna hijau,
- Sensor yang mati muncul sebagai kotak-kotak berwarna merah,
- Sensor yang di-mute muncul sebagai kotak-kotak berwarna biru tua,
- Trace yang tidak ada sensor di tampilkan dengan tanda tambah berwarna kuning.
Tampilan ini menunjukkan konektivitas dari instrumen di lapangan yang berada pada survei.
Dengan memilih tampilan Instrumen kita dapat melihat hasil dari self-test yang muncul pada
panel grafik. Kode pewarnaannya adalah sebagai berikut :
- Hijau : Unit yang teridentifikasi dan hasil self-testnya benar
- Jingga : Unit yang teridentifikasi tetapi tidak ada self-test yang dilakukan, hal ini terjadi
karena ada masalah dalam transmisi.
- Merah : Unit yang tidak dapat digunakan karena self-testnya mengalami kegagalan.
Apabila terjadi bad auto test pada FDU maka harus dilakukan pergantian kabel link. Sebelum
menggantinya kabel link maka hal pertama yang harus dilakukan adalah mencek apakah
kabel link penggantinya dalam kondisi bagus. Kabel link yang baru tersebut diperiksa dengan
menyambungkannya pada line sehingga dapat dicek oleh Labo. Kabel tersebut disambungkan
ke line sebelum dibentang atau masih dalam keadaan tergulung. Setelah dicek dan hasilnya
bagus maka baru kemudian kabel link tersebut dibentang, disambungkan ke kabel berikutnya,
dan menyambungkan take out geophonenya ke FDU. Kabel lama yang rusak dikeluarkan,
diberikan pita merah dengan diberikan keterangan jenis kerusakan yang terjadi. Serial
Number kabel link yang rusak tersebut dicatat, demikian juga dengan nomor FDU yang
mengalami kerusakan. Hal tersebut untuk mempermudah proses perbaikan kabel link tersebut
yang dikerjakan di gudang Labo.
Apabila terjadi Transmit Error pada kabel diantara FDU maka akan direpresentasikan pada
panel Instrument dengan kabel penghubung antar FDU yang berwarna kuning. Transmit
Error terjadi apabila kabel tidak dapat mentransfer data dengan baik. Apabila terjadi transmit
error maka harus dilakukan pergantian kabel link. Apabila terjadi transmit error pada saat
perekaman dapat menyebabkan Line Cut.
Tampilan ini menunjukkan tampilan power supply unit yang berada di dalam survey.
Tombol di pojok atas kiri memungkinkan kita untuk menampilkan atau menyembunyikan
beberapa elemen.
Kita dapat mengatur tegangan baterai minimum yang digunakan di Line dengan
menggunakan Threshold. Apabila ada baterai yang berada di bawah batas minimum yang
telah kita tentukan maka tampilan baterai akan berwarna merah. Baterai yang lemah harus
dikeluarkan untuk diisi kembali. Pemasangan jumper baterai yang tidak bagus dapat
menyebabkan tegangan baterai yang terukur menjadi lebih kecil dari tegangan baterai yang
sebenarnya. Tegangan operasional LAUX dan LAUL adalah 10,5 – 15 Volt DC.
B. Numeric View
Pada tampilan numeric kita dapat melihat hasil tes yang diperoleh dalam bentuk numerik.
Apabila ada sensor, FDU, atau baterai yang mempunyai karakteristik diluar yang telah
ditentukan, maka nilai karakteristik sensor, FDU, dan baterai tersebut pada tabel akan
mempunyai latar belakang warna merah. Kita juga mempunyai pilihan untuk hanya
menampilkan yang memiliki kegagalan saja dengan memilih Only Error. Tipe data yang bisa
dipilih adalah:
1. Sensors
Dari tipe data sensor kita dapat melihat beberapa informasi, diantaranya adalah serial
number dari FDU tempat geophone dipasangkan, nomor lintasan, nomor trace, tipe sensor
(pada proyek Elnusa A5.43 menggunakan geophone), besar hambatan geophone (Ohm),
besarnya noise pada geophone (µV), nilai leakage geophone (MOhm), nilai tilt geophone
(%).
Dari tampilan ini kita bisa melihat nilai-nilai karakteristik dari FDU seperti Serial Number,
nomor Line, nomor trace, status Auto Test, besarnya Distorsi (dB), Noise (µV), Common
Mode Rejection Ratio (dB), Gain Error (%), dan Phase Error (µs).
Di History kita dapat melihat Serial Number, nomor Line, nomor trace dari instrumen
(Control Module, FDU, LAUX, LAUL) dan juga tanggal beserta waktu alat-alat tersebut
terlihat pertama dan terakhir kali pada survey.
C. Histogram View
Kita dapat melihat hasil dari Sensor Tests dan Instrument Test dalam bentuk grafik pada
panel utama Histogram View.
Dengan menggunakan Record Setup kita dapat mengatur Record Number dan Test Record
Number, nomor tape, dan juga jumlah file maksimum dalam setiap tape. Test Record Number
digunakan untuk penomoran file Instrument Test. Apabila kita memasukkan angka 202 pada
Record Number, maka file pertama akan memiliki nomor 202 dan file berikutnya akan secara
otomatis naik satu nilai menjadi 203 dan begitu seterusnya, begitu juga halnya dengan Test
Record Number. Setiap harinya Test Record Number akan dimulai dengan angka 9001.
Namun pada Record Number akan melanjutkan angka pada hari sebelumnya.
Panel Recorder digunakan untuk mengontrol perekaman. Untuk dapat merekam pada tape,
kita harus memilih pilihan “Record on Tape” pada panel Install. Dengan menekan
“MANUAL” maka akan mengaktifkan tombol kontrol (INIT, EOF, AGAIN, dan
Dengan memilih “AUTO” akan menghubungkan recorder stage ke stage sebelumnya pada
408XL. SCSI bus dapat dihubungkan sampai dengan empat buah recorder. Ketika sebuah
recorder terhubungkan dengan bus dan dihidupkan, sebuah lampu indikator akan muncul
pada panel “Device”. Lampu indikatornya ialah:
- Lampu indikator tidak muncul: hal ini mengindikasikan kalau recorder tidak
terhubungkan atau belum dinyalakan.
- Lampu indikator merah: hal ini mengindikasikan recorder sudah terhubungkan dan sudah
dinyalakan, tetapi cartridge belum dimasukkan.
- Lampu indikator jingga: hal ini mengindikasikan recorder sudah terhubungkan dan sudah
dinyalakan, dan cartridge sudahdimasukkan.
- Lampu indikator hijau: hal ini mengindikasikan recorder sudah terhubungkan dan sudah
dinyalakan, cartridge sudahdimasukkan, dan sedang digunakan untuk perekaman.
Ketika kita memilih ”MANUAL” maka pengoperasian secara manual seperti EOF, AGAIN,
dan PLAYBACK akan aktif.
1. EOF
Dengan memilih tombol ini maka akan menyebabkan End of File kedua yang akan
ditulis setelah file terakhir. Sebuah EOF akan secara otomatis tertulis pada akhir setiap
record. EOF yang kedua diinterpretasikan sebagai akhir dari tape. Hal ini akan
menyebabkan file count berubah kembali menjadi 0.
End of Tape juga akan secara otomatis muncul apabila jumlah file yang terekam pada
tape sudah mencapai batas maksimum yang telah ditentukan.
2. AGAIN
Dengan memilih tombol ini akan menyebabkan record yang sama akan ditulis kembali
ke tape yang baru, contohnya ketika terjadi kegagalan untuk menulis record secara
keseluruhan.
Ketika tombol “DATA” aktif, dengan menekan tombol AGAIN akan menyebabkan
record akan ditulis kembali ke dalam tape. Tetapi dengan tombol “TBP” yang aktif,
maka dengan menekan tombol AGAIN akan menyebabkan record di-playback pada
Hal penting lainnya yang harus diperhatikan adalah pengemasan tape hasil perekaman yang
ingin dibawa ke Basecamp. Setiap tape harus diberikan identitas seperti nomor tape, tanggal
perekaman, dan Record Number pada tape. Tape sangat rentan terhadap medan magnet.
Apabila tape terkena medan magnet yang cukup besar maka data yang berada pada tape dapat
rusak, sehingga tape harus dilindungi dari medan magnet. Tape hasil perekaman harus
dibungkus dengan alumunium foil agar tidak dapat ditembus oleh medan magnet. Kendaraan
yang membawa tape tidak diperbolehkan menyalakan radio karena akan speaker yang
menyala akan menghasilkan medan magnet. Tape juga harus dihindarkan dari medan magnet
lainnya seperti radio HT.
Data Processing
Pemrosesan data seismik adalah untuk mengolah data hasil perekaman yang merupakan
proses awal yang hanya membaca data produksi yang berada di dalam tape dari Labo. Data
ラーミ ヒダヤティ Page 40
dari Labo tersebut kemudian diolah menggunakan data koordinat topografi, sehingga
menghasilkan data berupa penampang melintang stack yang selanjutnya data ini akan
diproses.
Data yang disimpan dalam disket berupa XPS (informasi nomor record, Shot Point, dan
active channel), SEG (koordinat trace), SPS (informasi data mengenai uphole, waktu tembak,
dan SP), RPS (informasi nomor trace dan koordinat), OBS (data seperti laporan), dan RAW
(informasi mengenai kegiatan Labo).
Tahapan awal dalam pemrosesan data adalah pengecekan terhadap data yang terekam dalam
cartridge, disket, dan observer report. Setelah itu dilakukan proses geometri yaitu pemberian
titik koordinat pada data tersebut. Kemudian dilakukan pengecekan terhadap posisi
penembakan.
Setelah data mengalami pengecekan dan sesuai dengan kondisi semestinya, dilakukan tahap
preprocessing yaitu proses penyempurnaan data dengan cara true amplitudo recovery dan
deconvolution. Tahapan selanjutnya dengan melakukan velocity analysis, NMO, dan terakhir
proses brute satck. Penampang brute stack ini menampilkan model struktur lapisan bumi
berdasarkan domain waktu.
Ada beberapa contoh peranan topografi terhadap pengolahan data seismik antara lain:
1. Kontrol geometri
Sebagai contoh pemrosesan data memerlukan koordinat berformat SEG untuk penentuan
quality control geometri yang akan berpengaruh pada hasil stack (penjumlahan record
dari tiap trace yang berada pada CDP yang sama).
2. Koreksi statik
Koreksi statik ini menggunakan elevasi yang diukur oleh topografi. Koreksi ini
dilakukan untuk menyamakan datum dari receiver sehingga diperoleh arrival time yang
terletak pada satu bidang horizontal yang sama.
3. Plotting final stack
Pada plotting final stack dibutuhkan data crossing line yang berfungsi untuk mengikat
antara 2 line yang saling berpotongan. Lebih jauh lagi data crossing line ini dibutuhkan
interpreter untuk menginterpretasi awal supaya interpreter dapat melihat penampang
seismik baik itu secara inline maupun crossline secara tepat.
Hasil akhir dari pemrosesan data adalah berupa hasil stack yang merupakan gambaran yang
berada di bawah permukaan yang terekam oleh receiver dimana noise-noise yang ada sudah
difilter, sehingga hasil final stack ini dapat diinterpretasi lebih lanjut oleh interpreter.
Adapun untuk seismik 3D sebelum dilakukan pemrosesan, ada suatu program yang berfungsi
sebagai simulasi cakupan program penembakan yang dilakukan dengan menggunakan
software Messa. Pada seimik 3D juga tidak boleh ada titik yang hilang atau tidak ditembak,
sehingga kalau perlu titik yang hilang tersebut diganti. Aturan penempatan titik pengganti ini
disimulasikan oleh Messa untuk mendapatkan lokasi yang optimal, dan tentunya
berkoordinasi dengan topo mengenai lokasi di lapangan dari titik tersebut.
Proses data seismik meliputi tahap persiapan data, pre-processing, processing dan post-
processing. Perangkat lunak yang dipergunakan adalah:
1. ProMAX 2003 ver. 3,3 (perangkat lunak pengolahan data seismik),
2. SDI (perangkat lunak plotting)
3. GMG Millenium Version 5.4 (perangkat lunak perhitungan Refraction Static).
Pre-processing
Proses yang dilakukan pada tahapan pre-processing adalah meliputi:
1. True Amplitude Recovery
Tahapan ini diperlukan untuk memulihkan kembali besaran-besaran amplitudo karena
kehilangan energi yang disebabkan oleh hal-hal tersebut di atas agar seolah-olah energi
adalah sama pada setiap titik. Adapun proses pemulihan amplitudo ini adalah dengan
cara mengaplikasikan nilai koreksi amplitudo konstan dengan nilai koreksi sebesar 1,6
dB/sec.
2. Edit Trace
Prinsip dari proses editing ini adalah membuang atau menghapus sinyal-sinyal yang
tidak diinginkan (noise) dalam processing data seismik. Pada tahapan ini, ada dua buah
proses editing yang dilakukan, yaitu proses killing trace, dimana pada proses ini
dilakukan penghapusan trace-trace yang mengandung noise dalam bentuk 1 dimensi saja
(dimensi waktu).
Proses yang kedua adalah muting, dimana pada proses ini dilakukan pembuangan sinyal-
sinyal noise yang tidak diinginkan dalam bentuk 2 dimensi. Muting ini biasanya
membuang sinyal-sinyal noise yang muncul sebelum first break time. Adapun jenis mute
yang dipakai pada proyek ini adalah top mute.
Selain itu, proses muting ini juga dilakukan sebagai salah satu cara untuk mengecek
(QC) hasil dari geometry assignment yang telah dilakukan sebelumnya. Apabila terjadi
kesalahan dalam proses geometry assignment, maka hasil plotting dari nilai-nilai mute
yang kita berikan akan tidak cocok dengan data. Hal ini terjadi dikarenakan bentangan
yang terjadi di lapangan berbeda dengan pattern yang telah kita set sebelumnya pada
geometry assignment. Jika terjadi kesalahan semacam ini, maka perlu dilakukan
perbaikan ulang pada proses geometri assignment dengan nilai-nilai pattern yang benar.
3. Filtering
Pada prinsipnya, frekuensi sinyal seismik di lapangan mempunyai bandwith yang cukup
lebar. Pada projek A5.43 ini bandwith frekuensi yang dihasilkan mempunyai range
frekuensi 1 – 250 Hz. Oleh karena itu, dari sekian range bandwith frekuensi yang
dihasilkan tersebut, tidak semuanya merupakan data-data sinyal seismik, sebagian
merupakan sinyal-sinyal noise. Untuk itu diperlukan suatu proses yang dapat
memisahkan range frekuensi antara sinyal sesimik dengan sinyal noise yang biasa
Processing
Pada awalnya data seismik direkam dalam common-shot gather. Common-shot gather adalah
sekumpulan trace yang mempunyai atau berasal dari satu source point yang sama. Karena
pada umumnya pengolahan data seismik dilakukan pada domain common-midpoint (CMP),
maka data common-shot gather tadi disusun dan di-sort ke bentuk CMP gather. CMP gather
adalah sekumpulan trace yang memiliki titik tengah (midpoint) yang sama. Sebelum proses
stacking, masing-masing CDP gather dikoreksi dari efek perbedaan jarak offset yang disebut
Normal Move Out (NMO). Sebuah fungsi kecepatan yang disebut stacking velocity
dibutuhkan dalam koreksi NMO. Stacking velocity didapat dari sebuah proses yang disebut
velocity analysis.
Velocity Analysis adalah perhitungan dan penentuan fungsi kecepatan (stacking velocity)
dari pengukuran fungsi velocity normal move out. Perhitungan dibuat dengan
mengasumsikan fungsi kecepatan normal moveout (VNMO), menerapkannya ke CDP gather,
mengukur koherensi pada fungsi VNMO tersebut, dan mengubah fungsi VNMO untuk
mencari koherensi maksimal. Nilai-nilai koherensi ini diukur, dipetakan dan diberi skala
Post-processing
Proses yang dilakukan pada tahap post-processing meliputi:
1. Koreksi Residual Statik
Dalam flow ini akan dilakukan koreksi statik sisa, yang disebut residual statics
correction. Input dari flow ini pada dasarnya adalah koreksi statik ketinggian dari source
CMXL terdiri dari sebuah unit 408XL dan sebuah perangkat lunak PRM. Fungsi utama dari
sebuah modul 408XL adalah:
1. Sebagai interface antara central control unit dengan perangkat elektronik di lapangan.
Perangkat lunak PRM dapat dipasang pada workstation HCI, atau untuk kapasitas yang lebih
besar dapat disimpan pada terminal terpisah. PRM memiliki beberapa fungsi, diantaranya
adalah:
1. Menformat data dari atau ke cartridge drive, plotter dan SQC-Pro.
2. Mengedit noise.
3. Correlation dan stacking.
Sebuah 408XL mempunyai spesifikasi-spesifikasi sebagai berikut:
1. Temperatur penyimpanan: -40 sampai 70ºC.
2. Temperatur operasi: 0 sampai 40ºC.
3. Daya yang dibutuhkan: 110/220 V, 50/60 Hz, 450 W.
4. Konsumsi daya:
- 53 W dengan 1 pasang LCI/LMP
- 95 W dengan 2 pasang LCI/LMP
- 136 W dengan 3 pasang LCI/LMP
- 178 W dengan 4 pasang LCI/LMP
- 219 W dengan 5 pasang LCI/LMP
5. Kelembapan: 20-80%.
6. Berat:
- Rack-mount: 23,5 Kg.
- Standalone (dengan penutup): 38 Kg.
Peripherals
1. Tape Drive
Tape cartridge dapat digunakan sebagai sebuah media magnetik pada sistem 408XL
untuk perekaman dalam format demultiplex. Dengan menggunakan cartridge drive kita
dapat merekam pada sebuah cartridge tape 3480 IBM secara langsung di lapangan.
Untuk perekaman dengan drive ganda, sebuah perangkat lunak standar menyediakan
perekaman alternatif atau secara simultan tanpa dibutuhkan alat tambahan.
2. Plotter
Sebuah plotter dapat dihubungkan ke 408XL untuk menampilkan hasil perekaman data
seismik pada kertas. Plotter dapat digunakan dengan model read-after-write atau dengan
play-back. Sebuah CMXL dapat menggunakan dua buah plotter. Plotter yang digunakan
pada proyek A5.43 adalah Veritas 12.
Dari DFT sinyal output DSP, sinyal noise dibawah 3 Hz akan dikomputasi. Apabila energi
total dari sinyal output diketahui, system akan menghitung level RMS dari noise intrumen
yang berada di dalam bandwidth.
Input ADC dihubungkan ke internal test network. Gain pre-amplifier 1600 mV (0 dB) atau
400 mV (12 dB), tergantung pilihan pengguna. DAC terhubungkan dengan internal test
network. Tipe filter dan Sample Rate tergantung pilihan penguna. Menggunakan tiga test
sequence (T1, T2, T3).
DAC memberikan sebuah pulsa (dengan amplitude dan lebar yang telah diketahui) ke internal
test network.
Input ADC dihubungkan dengan internal test network. Tegangan di internal test network
diukur. Sebuah DFT dikomputasi pada sinyal output DSP (dengan frequensi tes yang
berbeda) dan dibandingkan dengan sebuah model komputasi dengan frekuensi yang sama.
Error dihitung dengan mencari perbedaan amplitude dan fase antara sinyal yang terukur
dengan model.
Besarnya frekuensi tes yang digunakan untuk komputasi DFT (pada sinyal yan terukur
dengan model) bergantung pada Sample Rate yang dipilih karena berdasarkan persamaan
berikut:
Error gain dihitung untuk semua frekuensi tes, dan hasil maksimun digunakan sebagai hasil
akhir. Nilai fase dari sinyal input teoritis adalah:
DevFreqArg merepresentasikan hasil dari semua factor koreksi yang dimasukkan oleh
rangkaian channel akuisisi, seperti koreksi gain dari filter digital FDU dan LAU dan dari
ADC dan DAC. DevFreqArg tidak dilibatkan dalam perhitungan TheoretDft. Perbedaan nilai
DevFreqRms bergantung pada tipe filter yang digunakan, Sample Rate, dan frekuensi. Nilai
fase dari sinyal yang terukur (setelah menggunakan DFT pada sinyal output DSP) adalah:
Error dari fase dihitung untuk semua frekuensi tes, dan hasil maksimun digunakan sebagai
hasil akhir.
ADC input terhubung dengan internal test network. Gain pre-amplifier: 1600 mV (0 dB).
DAC terhubung dengan internal test network. Filter type 0,8LIN; Sample Rate: 1 ms.
DAC memberikan sebuah sinyal sinusoidal ke internal test network (f = 7,8125 Hz dan
Amplitudo = 0,776 × generator FullScale). Input ADC juga terhubung dengan internal test
network. Nilai RMS (Vrms), relative terhadap level input ADC, dari sinyal output selama tes
dilakukan ditentukan melalui sinyal output Discrete Fourier Transform (DFT) dan Digital
Sinyal Processing (DSP) (untuk frekuensi sinyal input). Jika nilai RMS dari tegangan dan
arus output dari test generator DAC diketahui, maka nilai yang terukur oleh ADC converter
(InstRes) dapat dihitung dengan persamaan berikut:
Nilai teoritis dari resistance (TheoretRes) dihitung dengan menggunakan faktor koreksi
melalui proses kalibrasi. Kesalahan relatif, RelInstResError, (%) dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan berikut:
Input ADC dihubungkan ke internal test network. Gain pre-amplifier 1600 mV (0 dB) atau
400 mV (12 dB), tergantung pilihan pengguna. DAC terhubungkan dengan internal test
network. Tipe filter dan Sample Rate tergantung pilihan penguna.
Input ADC dihubungkan dengan internal test network dan tegangan pada output internal test
network diukur. DFT dari sinyal output DSP di komputasi (untuk frekuensi sinyal output).
Pokok-pokok daya spectral yang saling berhubungan di komputasi (TestFreqPower). Daya
spectral harmonis dari sinyal yang sama di komputasi juga (HarmonicPower) dan dibagi
dengan daya spectral dasar (garis harmonis yang berada di bandpass dibatasi dengan
frekuensi cutt-off dari filter yang dipilih). Hasil tes dalam dB. Perhitungan daya spectral
dasar:
Dimana X1 adalah garis harmonis dasar. Sedangkan perhitungan daya spectal harmonis:
DAC memberikan sebuah sinyal sinusoidal ke internal tes network (f = 31,25 Hz dan
Amplitudo = 77,6% dari skala penuh DAC). Input ADC dihubungkan dengan internal tes
network dengan demikian ADC menerima sinyal yang sama pada kedua inputnya.
Nilai RMS input teoritis dari tegangan Common Mode, CMSignalRms, di komputasi dari
nilai kalibrasi FDU (faktor koreksi teoritis hambatan, faktor koreksi arus DAC). Tegangan
output yang terukur, Vrms, adalah nilai RMS setelah diskala (×1,6√2 atau ×0,4√2) dari
output DSP. Perhitungan CMRR:
Input ADC dihubungkan ke internal test network. Gain pre-amplifier 1600 mV (0 dB) atau
400 mV (12 dB). DAC dihubungkan ke test network: pada FDU genap selama tahap pertama,
dan pada FDU ganjil selama tahap kedua. Tipe filter dan Sample Rate yang digunakan
tergantung pilihan pengguna.
Blok diagram sederhana pada FDU genap selama tahap tes pertama dan pada FDU ganjil
selama tahap tes kedua
DAC memberikan sebuah gelombang sinusoidal dengan frekuensi sebesar 31,25 Hz kepada
internal test network dari channel yang ditentukan, dengan maplitudo sebesar 97% dari skala
penuh FDU.
Sinyal output DSP pada setiap FDU genap selama tes tahap pertama dan setiap FDU ganjil
pada tes tahap kedua diperoleh dan nilai RMS (Vrms) relative terhadap input di komputasi.
Dari nilai teoritis peralatan yang ada pada setiap FDU, nilai RMS teoritis (TheoretRMS) dari
Input ADC dihubungkan ke internal test RC network. Gain pre-amplifier 1600 mV (0 dB)
atau 400 mV (12 dB), tergantung pilihan pengguna. DAC dihubungkan dengan internal test
RC network. Tipe filter dan Sample Rate tergantung pilihan pengguna.
DAC memberikan sebuah pulsa ke internal test RC network, dan menghasilkan sebuah sinyal
pada output ADC yang direkam pada tape.
FDU hidup ketika menerima tegangan dari power supply. FDU mengubah data analog yang
diterima dari geophone menjadi digital dan mengirim data tersebut ke LAUL atau LAUX
untuk diproses dan dikirim ke CM408. Pada FDU terdapat sebuah ADC dengan
menggunakan metode sigma delta converter dengan frekuensi 256 kHz. Output FDU 24 bits
pada frekuensi 4 kHz (pada sample rate 0,25 ms). Satu FDU dikoneksikan dengan satu input
geophone. Konfigurasi yang biasa digunakan adalah terdapat empat FDU dalam sebuah kabel
link.
Fungsi FDU
FDU mempunyai beberapa fungsi, yaitu:
1. Menerima perintah dari Line Acquisition Unit (LAU)
2. Me-repeat data
3. Mengubah sinyal seismik dari geophone menjadi digital, menerima dan mengirim data
digital
4. Menghasilkan sinyal tes analog
Analog-to-Digital Converter
B. Efek Aliasing
Efek aliasing terjadi karena frekuansi sinyal maksimum fmax lebih besar dari ½
frekuensi sampel fs. untukmenghindari efek aliasing maka frekuensi sampel fs harus dua
kali lebih besar daripada frekuensi sinyal maksimum fmax. Apabila efek aliasing terjadi
maka kita tidak dapat mengetahui frekuensi sinyal yang sebenarnya.
Gambar diatas adalah contoh sampling yang benar. Dimana frekuensi sampling fs lebih
besar dari dua kali frekuensi sinyal maksimum fmax, fs > 2fmax.
Gambar diatas adalah contoh aliasing. Sinyal yang dihasilkan tidak sama dengan sinyal
aslinya. Sinyal yang dihasilkan akan seperti gambar di bawah.
Quantisation error
Quantisation error terjadi karena proses pengubahan sinyal dari analog ke digital.
Besarnya Quantisation error bergantung pada jumlah bit yang digunakan untuk
menunjukkan nilai sinyal, semakin banyak bit yang digunakan maka nilai quantisation
error akan semakin kecil. Jika kita manambah satu bit maka error akan berkurang
menjadi setengahnya.
Sinyal digital yang dihasilkan oleh ∆Σ adalah sinyal digital satu bit yang dilewatkan pada line
serial. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah Digital Sinyal Processing (DSP) untuk mengubah
sinyal digital serial tersebut menjadi paralel 24 bit.
V1 = Vin ± Ref
Integrator memberikan sebuah sinyal (V2) yang proporsional dengan variasi nilai V1.
Komparator memberikan nilai +1 atau -1, tergantung pada nilai yang diperoleh dari V2.
DAC memberikan sinyal +/-Ref tergantung pada nilai yang diberikan oleh Vout.
Dengan mengasumsikan Vin = +0,6 Volt dan Vref = -1 Volt, berikut ini adalah encoding
sequence yang dihasilkan:
Tabel di atas menunjukkan input tegangan 0,6 Volt yang diubah menjadi sinyal digital 5 bit
sequence:
1 1 -1 1 1
Diagram LAUX
Diagram LAUL