Professional Documents
Culture Documents
TESIS
diajukan oleh:
kepada
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2009
MY GRATITUDES
Subhanallah, Alhamdulillah, segala puja dan puji ke hadapan Allah Subhana wa ta’ala.
Segala rasa syukur atas saya panjatkan atas rampungnya amanah belajar ini. Saya ucapkan
terima kasih kepada banyak pihak yang sudah mendukung proses ini selama dua setengah
tahun terakhir.
Kepada Bapak dan Ibu, yang sudah mendukung sepenuhnya, secara finansial dan
emosional, dengan doa yang tak henti-henti, mengawalku sepanjang perjalanan ini. Teruntuk
Ninik dan Nia, yang sudah bersabar, dan menemani hari-hariku dengan tawa dan kebahagiaan.
Untuk Ichaq, kekasih tercintaku, yang sudah bertahan hari demi hari dalam penantian. Akhirnya
kita bisa benar-benar bersama Sayang! Untuk Bapak, Ibu, dan Dhek Yulan di Wonosobo, terima
kasih untuk semua dukungan dan doa.
Kepada Mas Nunung, yang tak pernah henti percaya. Untuk Bang Abrar dan Mas Ngurah,
atas masukannya untuk tulisan saya dan bantuannya selama ini. Teruntuk keluarga besar
Jurusan Ilmu Komunikasi FISIPOL UGM, terima kasih selalu membuka pintu untukku. Dadok,
Pulung, Mas Adam, Ina, thanks always Guys! Untuk Mbak Okta, yang sudah bekerja dengan
sepenuh hati untuk kami para mahasiswa S-2 yang sering sekali merepotkan.
Untuk sobat-sobatku, thanks a bunch! Hayu, Adit, Dendi, Ikie, terima kasih sudah
bersedia berbagi darah muda kalian untukku, hehe... You have no idea how much that means to
me...
Terakhir, untuk semua yang sudah pernah mendoakan dan mendukungku, semoga Allah
SWT membalas perhatian dan kemurahan hati kalian dengan kebaikan berlipat ganda.
Internet saat ini telah menjadi bagian keseharian dari banyak anggota masyarakat
Indonesia. Entah sebagai alat komunikasi, ekspresi diri, ataupun sarana pencapaian
tujuan-tujuan ekonomi. Apapun itu, setiap penggunanya dapat memilih untuk
memposisikan internet sebagai apa. Bagi sebagian penggunanya, internet menjadi
jembatan untuk menghubungkan diri dengan orang-orang yang memiliki hasrat dan
ketertarikan serupa. Termasuk saya, yang banyak menggunakan internet untuk
memperoleh informasi lingkungan. Berangkat dari kondisi inilah saya memilih topik
penulisan tentang penggunaan internet dan aktivis lingkungan.
Penulis
DAFTAR ISI
INTISARI..............................................................................................................xi
ABSTRACT...........................................................................................................xii
BAB I. PENDAHULUAN
vi
BAB II. PENGGUNAAN INTERNET
vii
3. Bentuk-bentuk Penggunaan ...................................................... 116
4. Sifat Penggunaan Internet ......................................................... 119
BAB V. PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN:
viii
DAFTAR DIAGRAM, TABEL, BAGAN, DAN GAMBAR
Diagram
Tabel
Tabel 2.1. Perkembangan Jumlah Pelanggan dan Pemakai
Internet Indonesia (kumulatif) ........................................................................ 43
Tabel 3.1. Spektrum Pemikiran dalam Gerakan Lingkungan (dalam Garner, 1996) ...... 76
Bagan
Bagan 2.1. Peningkatan Jumlah Pelanggan dan Pengguna Internet di Indonesia ............ 44
Gambar
ix
INTISARI
Penggunaan internet para aktivis tidak hanya ditentukan oleh faktor-faktor psikologis
dalam diri mereka sebagai pengguna tetapi juga oleh dimensi-dimensi sosial yang melingkupi
kehidupan mereka. Dimensi seperti status dalam keluarga, kualitas pendidikan, jenis
pekerjaan, serta aktivitas keseharian lain dari pengguna turut mempengaruhi bagaimana
seseorang menggunakan dan memposisikan internet dalam kehidupannya. Dalam prakteknya,
para aktivis dalam penelitian ini menggunakan blog dan milis sebagai senjata utama untuk
memperkenalkan dan menyebarluaskan informasi- informasi lingkungan. Kedua bentuk
tersebut dipilih karena lebih hemat, mudah, dan populer. Dalam pengelolaannya blog-blog
dan milis- milis tersebut, sebagian mengelolanya secara individual dan sebagian lagi
mengelolanya secara kolektif. Pilihan pengelolaan umumnya berhubungan dengan pilihan
pribadi dan keterbatasan sumber daya, terutama waktu luang. Lepas dari itu, mereka
meyakini bahwa internet berperan penting dalam penyebarluasan nilai- nilai pro- lingkungan.
Kata kunci: penggunaan internet, aktivis lingkungan, uses and gratifications, social action
model, blog, milis.
xi
ABSTRACT
The activists’ internet use is not only determined by psychological factors within
themselves as an internet users, but also by the social dimensions around them. Dimensions
such as their status in the family, education attainment, types of occupation, and daily
activities can contribute into how they use and position internet in their lives. In practice,
these activists use weblog and mailing list as their primary tools to introduce and disseminate
environmental informations. They manage those blogs and mailing list in certain ways;
several of them manage it individually, some others manage it collectively with friends in
their community. These ways are chosen due to limitations in resources, especially in
allocation of time to manage the blogs and mailing list. Above it all, the activists which
became informants of this study fully believe in the internet’s important role in disseminating
environmental values.
Keywords : internet use, environmental activist, uses and gratifications, social action
model, weblog, mailing list.
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
berinternet yang muncul. Keterbatasan pemanfaatan internet dalam isu- isu
lingkungan secara lebih luas juga terkait dengan masih rendahnya kesadaran
lingkungan, yang tampaknya belum cukup menyebar dan menyentuh masyarakat
umum. Hal ini tentunya menjadi keresahan tersendiri bagi para aktivis serta
pengurus organisasi-organisasi lingkungan hidup di Indonesia. Tidak sedikit dari
mereka yang terus mengujicobakan cara-cara terbaik untuk mengoptimalkan
fasilitas internet dalam upaya menyentuh dan melibatkan publik. Berangkat dari
keingintahuan teman-teman aktivis inilah peneliti menempatkan arti penting
penelitian ini; yakni untuk memahami bagaimana internet dipergunakan untuk
menunjang aktivisme lingkungan di Indonesia. Gambaran ideal penggunaan
internet untuk membangun masyarakat sipil dan memperkuat demokrasi
barangkali terlalu jauh untuk dikaitkan. Namun, dalam lingkup yang lebih luas,
kajian empiris atas penggunaan internet oleh aktivis dipandang penting dan perlu
dilakukan sebagai batu pijakan untuk memahami bagaimana proses interaksi,
komunikasi, serta aktivisme dalam masyarakat sipil membantu mendorong
tingkat partisipasi publik dalam kehidupan sosial politik secara lebih luas.
2
B. RUMUSAN PERMASALAHAN
D. KERANGKA PEMIKIRAN
Internet1 adalah salah satu media baru (new media) yang belum cukup
banyak dikaji di Indonesia, terutama dari sudut pandang ilmu komunikasi.
Dalam penelusuran sejumlah literatur ilmu komunikasi, kajian mengenai internet
tidak jarang dikaitkan dengan hakekatnya sebagai sebentuk teknologi
1
Pemahaman akan internet dalam penelitian ini berangkat dari pandangan DiMaggio dkk (dalam
Flew, 2005: 4) bahwa internet mengacu pada dua hal sekaligus. Pertama, internet sebagai
infrastruktur teknis jaringan komputer-komputer dan alat-alat digital lainnya yang terhubung
melalui jaringan telekomunikasi berkecepatan tinggi. Kedua, internet mengacu pada beragam isi
serta aktivitas berkomunikasi dan berbagi informasi yang berlangsung melalui jaringan di atas.
Pemahaman pertama berkonsekuensi pada analisis terhadap penggunaan internet sebagai
penggunaan teknologi, yang berhadapan dengan dimensi teknologis seperti jenis dan kecepatan
akses, serta fasilitas yang tersedia melalui internet. Namun, pandangan yang kedua terhadap
internet akan mewarnai pembacaan penggunaan internet sebagai sebuah tindakan komunikatif
(communicative action).
3
komunikasi2 berikut beragam bentuk dan dimensi-dimensi pengaruh yang
dihadirkannya (Pavlik, 1996; Giles, 2003). Sedari awal, kehadiran teknologi
komunikasi dalam beragam bentuk penemuan (misalnya, telepon dan telegraf)
selalu dipertanyakan manfaat, kegunaan, serta dampaknya bagi masyarakat.
Dalam era terkini, pesatnya kemajuan teknologi komunikasi semakin mendorong
keingintahuan tersebut. Tidak dapat dipungkiri, kehadiran suatu teknologi
komunikasi memang membawa konsekuensi-konsekuensi sosial, kultural, dan
psikologis 3 yang pengaruhnya bekerja mulai dari tingkatan individu hingga ke
level institusional (Rogers, 1986; Pavlik, 1996; Abrar, 2003). Dan meskipun ada
persamaan pola-pola penggunaan internet di sejumlah kasus tetapi secara umum
pengaruh penggunaannya memiliki beragam bentuk dan tidaklah homogen; baru
akhir-akhir ini saja mulai dikaji secara ilmiah; serta masih belum dapat diterka
kemana arah perkembangannya (Pavlik, 1996: 315). Kondisi ini menyiratkan
masih sangat terbukanya ruang kajian dan penyelidikan terhadap teknologi
komunikasi ataupun media baru, terutama internet, lebih- lebih lagi dalam
konteks Indonesia.
2
Internet juga kerapkali dikategorikan sebagai produk teknologi komunikasi dan informasi (ICT-
information and communication technology), namun dalam penelitian ini internet lebih
dipandang dari sudut teknologi komunikasi.
3
Pengetahuan dan kesadaran (awareness) tentang konsekuensi-konsekuensi penggunaan internet
akan menjadi salah satu dimensi yang akan digali dari aktivis lingkungan; yakni untuk melihat
sejauh mana mereka mengenali adanya perubahan atau pengaruh dari penggunaan internet,
bagaimana mereka berefleksi tentang manfaat ataupun dampak yang mereka rasakan selama
menggunakan internet, dan bagaimana mereka memanfaatkan pemahaman tersebut untuk
beradaptasi atau mengatasi masalah-masalah yang mungkin timbul selama menggunakan internet
itu sendiri.
4
keilmuan arts and humanities yang memadukan beragam pendekatan
filosofis untuk mengkaji implikasi teknologi; mulai dari penggunaan teori-
teori sosial terhadap pengaruh media baru terhadap budaya manusia, hingga
pandangan posmodernis terhadap kemunculan cyberpunk (Giles, 2003: 264).
Perkembangan terakhir ditunjukkan oleh kemunculan tradisi ketiga riset
tentang internet yang berada dalam ranah media studies dan ditandai oleh
tulisan Gauntlett di tahun 2000 (dalam Giles, 2003: 264). Gauntlett menolak
tradisi kajian media dan lebih memilih proposisi yang lebih “sexy”, yakni
new media studies. Pemaparan lebih dalam tentang kajian media baru
disajikan Flew sebagai berikut.
5
indah internet dan menunjukkan berbagai keterbatasan internet. Keterbatasan
internet yang diungkapkan antara lain adalah adanya “digital divide” yang
sedikit banyak memang membatasi siapa yang sebenarnya punya akses ke
internet dan siapa yang tidak; kerapuhan komunitas virtual ketika dihadapkan
dengan konflik internal; kuatnya pengaruh determinisme teknologi dalam
adopsi internet; dan pengabaian konteks sejarah dan sosial dalam
pembentukan budaya-budaya terkini di internet (Flew, 2005: 80). Pemikir
generasi kedua, di antaranya adalah Kevin Robins dan Frank Webster,
seringkali menggunakan logika ekonomi-politik untuk melihat kekuatan-
kekuatan atau pihak-pihak yang diuntungkan di balik ketersebaran dan
penggunaan internet yang semakin luas dan padat. Skeptisisme yang juga
muncul dalam aliran ini misalnya adalah apa yang digambarkan Pavlik
(1996: 317) sebagai ketakutan bahwa pada akhirnya sebagian besar isi
internet akan dikuasai oleh kekuatan-kekuatan komersial yang sudah lebih
dulu mengontrol media tradisional atau konvensional; apalagi kalau
dihadapkan pada kenyataan bahwa hingga kini terdapat kesenjangan yang
sangat lebar antara siapa yang dapat dan tidak dapat mengakses internet.
Bahkan sejumlah ilmuwan neo- marxis meramalkan bahwa teknologi media
baru hanya akan menghasilkan lebih banyak -dan bukan lebih sedikit-
ketidaksetaraan (inequality) dalam distribusi kekayaan di masyarakat,
terutama bagi perempuan dan kelompok minoritas (Pavlik, 1996: 348).
Meskipun para pemikir generasi kedua sudah berhasil berpikir lebih jauh,
mendalam, dan komprehensif tentang internet; namun, mereka belum mampu
menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar bagaimana sesungguhnya cara
khalayak atau pengguna menggunakan internet sebagai media baru. Celah
inilah yang menjadi awal bangkitnya pendekatan generasi ketiga dalam
kajian media baru.
6
virtual. Pertama, kajian-kajian tersebut lebih banyak mengkaji fenomena-
fenomena “heroik” di dunia maya, dan belum menyentuh fenomena-
fenomena “remeh” dalam keseharian para pengguna internet. Keterbatasan
yang kedua adalah bagaimana generasi pertama terlalu berfokus pada internet
sebagai medium dan bukan sebagai sebuah konteks sosial tempat
berlangsungnya produksi dan penerimaan informasi. Pandangan optimistik
mereka seolah-olah memandang bahwa orang-orang yang bergabung dalam
komunitas di dunia cyber datang tanpa membawa apa-apa; tanpa memiliki
perbedaan sumber daya, kemampuan, kelebihan, serta pengetahuan; beserta
hal- hal yang telah dimiliki sebelumnya di dunia “nyata”.
7
pendidikan mereka. Sementara itu, proposisi ketiga masih berkaitan erat
dengan proposisi sebelumnya, yakni meski orang bisa memiliki banyak
identitas online dan menjadi anggota suatu komunitas virtual -yang tidak
terdefinisikan secara sosial maupun geografis- namun hal ini tidak berarti
bahwa cyberspace itu sendiri sebuah ruang yang sepenuhnya independen dan
terpisah dari ruang-ruang yang telah ada sebelumnya di kehidupan “nyata”.
Sejumlah kritik yang muncul terhadap pemikiran generasi pertama dan kedua
menurut Flew (2005: 60) menunjukkan perlunya para peneliti bergerak dari
pandangan terhadap teknologi dan perubahan sosial secara makro-sosiologis
menuju ke pemahaman empiris tentang penggunaan media baru dalam
beragam komunitas dan budaya. Hal ini disebut Flew sebagai kebangkitan
semangat untuk mengkaji media baru secara empiris atau “empirical turn in
new media studies” (2005: 79).
4
Meskipun disebut empat fase perkembangan penelitian media massa namun sesungguhnya
model ini tidaklah linear dan kumulatif (Wimmer dan Dominick, 2006; Kim & Weaver, 2002);
penelitian terhadap suatu media dapat maju, melompat ke fase selanjutnya, mundur kembali ke
fase sebelumnya, ataupun secara simultan dilakukan lintas fase; kesemuanya lebih bergantung
pada fenomena terkini ataupun pertanyaan penelitian yang belum terjawab.
8
suatu media dapat digabungkan (combined) dengan media lain untuk
menjadikannya lebih berguna bagi individu maupun masyarakat. Oleh karena
itu, penelitian ini akan menggali bagaimana bentuk-bentuk penggunaan
internet oleh aktivis lingkungan dan melihat bagaimana hal tersebut
mengubah cara mereka memandang dan menjalankan aktivisme mereka.
5
Newhagen, John E. dan Sheizaf Rafaeli. 1995. Why Communication Researchers Should Study
the Internet: A Dialogue. Journal of Computer-Mediated Communication, 1(4). Diakses pada
tanggal 10 Desember 2007 dari http://jcmc.indiana.edu/vol1/issue4/rafaeli.html
6
Artikel dari Morris & Ogan sebenarnya dimuat pertama kali pada tahun 1996 di Journal of
Communication, namun versi yang dapat peneliti akses adalah yang dimuat dalam McQuail’s
Reader in Mass Communication Theory (2002).
9
mulai dari bentuk hubungan interpersonal, kelompok kecil, hingga yang
menyerupai format komunikasi massa 7 . Untuk memulai kajian komunikasi
tentang internet, salah satu kerangka teoretis yang dipandang Morris dan
Ogan cuk up membantu adalah pendekatan penggunaan dan kepuasan (uses
and gratifications).
7
Bentuk-bentuk dan tingkatan komunikasi digunakan Morris dan Ogan (2002: 138) untuk
menyusun empat kategori pengguna internet, yakni yang menggunakannya untuk (a) one-to-one
asynchronous communication, seperti e-mail; (b) many-to-many asynchronous communication,
seperti bulletin boards atau mailing list; (c) synchronous communication, yang berlangsung di
waktu bersamaan dan secara simultan, baik one-to-one, one-to-many, ataupun many-to-many;
seperti chatting dan Multi-User-Dungeons (MUDs) ; (d) asynchronous communication, yang
bersifat memenuhi kebutuhan penerima informasi dalam mencari dan mengakses informasi,
dimana dapat dikatakan ada pihak yang menyediakan informasi secara sepihak, seperti
penggunaan situs www dan ftp. Empat kategori penggunaan internet ini akan digunakan sebagai
kerangka untuk mengenali pola -pola atau kebiasaan penggunaan internet oleh aktivis lingkungan
dan bagaimana kelebihan dan kekurangan masing-masing bentuk komunikasi lewat internet.
8
Penelitian ini sesungguhnya berada di paradigma dominan pendekatan fungsionalis karena
percaya pada “‘positive’ contribution of media to the existing social order” (McQuail, 2002: 6).
10
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosial dan psikologis tertentu.
Konsep dasar pendekatan ini tertarik pada:
Namun tidak dapat dipungkiri bahwa penelitian ini juga memijakkan kaki di paradigma
interpretif karena ingin menggali dan memahami kualitas, persepsi, dan pemaknaan aktivis
sebagai pengguna internet terhadap aktivitas yang dilakukannya di internet dan keberadaan
internet itu sendiri.
11
Penelitian penggunaan media selama ini memang masih belum dapat
digeneralisasi dan masih bersifat spesifik, misalnya dengan hanya berfokus
pada kelompok khalayak tertentu (anak-anak, ibu rumah tangga); jenis acara
tertentu (kuis, berita); atau pada medium tertentu saja (radio, koran). Dari
sejumlah penelitian yang telah dilakukan, McQuail (dalam Fiske, 1990: 152)
menemukan empat kategori utama need gratifications atau kebutuhan yang
berusaha dipenuhi khalayak saat mengkonsumsi media, yakni pelarian
(diversion); hubungan sosial (personal relationship); jati diri (personal
identity); dan pengawasan (surveillance) terhadap kehidupan di sekitarnya.
12
lebih di pihak pengguna atau khalayak, sesuatu yang sejalan dengan asumsi
dasar pendekatan uses and gratifications. Penerapan pendekatan penggunaan
dan kepuasan dalam penelitian terhadap pengguna internet misalnya
mengungkapkan bagaimana pelajar SMP dan SMA di sepuluh sekolah negeri
di Amerika menggunakan internet (Ebersole, 2000); serta bagaimana
penerapan uses and gratifications digunakan untuk mengkaji para pengguna
berita online dan offline (Lyn, Salwen, dan Abdulla, 2005).
13
Sesungguhnya, Renckstorf ingin meletakkan khalayak sebagai pusat dalam
proses komunikasi massa. Namun, dia tetap melihat khalayak sebagai bagian
tak terpisahkan dari lingkungan sosial di sekitarnya. Lebih dari itu, khalayak
dan media tak henti saling berinteraksi dalam suatu lingkungan simbolik. Hal
ini tampak dalam sejumlah pandangan inti Renckstorf bahwa:
(including basic human needs, psychological set-up, social status, individual life history, etc.)
14
Diagram 1.1. Model Tindakan Sosial atas Penggunaan Media
15
Sebagai konsekuensinya, menurut McQuail dan Windahl (1993: 144),
penelitian yang menggunakan model ini secara metodologis lebih
mengandalkan metodologi interpretatif dan pendekatan kualitatif secara
umum. Oleh karena itu, dalam penelitian ini pendekatan penggunaan dan
kepuasan (uses and gratifications) ataupun model tindakan sosial (social
action) akan digunakan secara bersamaan dan seoptimal mungkin untuk
menggali dan mengeksplorasi bagaimana aktivis lingkungan menggunakan
internet untuk mendukung aktivisme lingkungan di Indonesia.
Awal ketertarikan peneliti pada isu ini tidak terlepas dari pandangan
optimistis peneliti terhadap narasi besar potensi perubahan yang terkandung
dalam penggunaan media interaktif, khususnya internet. Pandangan ini
berangkat dari pembacaan terhadap keberhasilan sejumlah gerakan sosial
dalam memanfaatkan internet untuk memobilisasi isu ataupun massa. Salah
satu contoh penggunaan internet paling fenomenal adalah keberhasilan
gerakan anti- globalisasi memobilisasi massa melalui indymedia.org untuk
melakukan protes terhadap WTO saat berlangsung pertemuan WTO pada
tahun 1999 di Seattle, Amerika Serikat (Croteau & Hoynes, 2003: 250).
Selain itu, juga terdapat kesukesan penggalangan massa dalam aksi protes
jalanan pada acara World Social Forum (WSF) di tahun 2001 (Flew, 2005:
183). Kedua peristiwa di atas hanya contoh kecil dari bagaimana pada akhir
tahun 90-an internet semakin sering dipilih sebagai medium memobilisasi
massa. Alasan-alasan utamanya karena internet adalah alat komunikasi dan
mobilisasi yang lebih cepat, murah, mudah, dan juga karena sudah semakin
banyak kelompok masyarakat yang terhubung dengan internet. Di samping
itu, berkomunikasi lewat internet tak jarang dianggap lebih “aman” dari
pengawasan pemerintah dan kepolisian yang seringkali menghalangi ataupun
membatasi rencana-rencana aksi atau protes sosial.
Jauh sebelum internet menjadi barang lazim seperti saat ini, hubungan
antara media dan masyarakat sipil atau gerakan sosial sebenarnya sudah
16
berlangsung lama. Gerakan sosial pada intinya adalah sekelompok warga
yang bersatu untuk memperjuangkan suatu kepentingan (cause), baik sosial
ataupun politis; dan keberadaan mereka merupakan bagian penting dalam
ranah politik karena mereka bisa menghubungkan warganegara dengan elit-
elit politik (Croteau & Hoynes, 2003: 247). Posisi penting inilah yang
membuat mereka cukup dilirik oleh media; dan hubungan keduanya pun
sebenarnya saling membutuhkan. Gerakan sosial atau kemasyarakatan
memerlukan media untuk menyampaikan pesan mereka secara lebih luas
kepada publik; sementara media berpaling pada gerakan sebagai salah satu
sumber berita yang potensial.
17
seiring dengan makin familiarnya gerakan sosial dengan internet, semakin
banyak juga gerakan yang memanfaatkan internet sebagai saluran penting
untuk menjaring anggota baru; mengumpulkan dukungan dan dana ;
bekerjasama dengan gerakan dari daerah atau negara lain; serta menampilkan
ekspresi, informasi, dan jenis analisis yang khas dan jarang dapat disalurkan
melalui media arus utama.
18
Kedua peneliti tersebut telah mengkaji penggunaan internet untuk
kerja-kerja sosial oleh aktivis Indonesia. Tetapi penelitian yang telah
dilakukan keduanya masih berada di level makro masyarakat sipil ataupun
tingkatan institusional dari lembaga swadaya masyarakat, dan belum mampu
menggambarkan penggunaan internet oleh aktivis di level individual;
padahal tidak sedikit aktivis yang bergerak secara independen dan tidak
berada di bawah suatu organisasi tertentu. Denga n memanfaatkan celah
tersebut penelitian ini akan difokuskan pada bagaimana aktivis lingkungan
secara perseorangan menggunakan internet untuk mendukung aktivisme
lingkungan di Indonesia. Fokus pada aktivis lingkungan diambil karena
ketertarikan peneliti dengan aktor-aktor yang bergerak dalam isu tersebut,
serta karena belum adanya riset yang membahas topik penggunaan internet
oleh aktivis dalam konteks aktivisme lingkungan di Indonesia.
9
Intensitas disini mengacu pada kuantitas dan kualitas penggunaan internet. Aktivis yang
menjadi subyek penelitian hendaknya cukup sering mempergunakan internet (baik dari segi
rutinitas kekerapan maupun durasi akses internet) dan mempergunakannya untuk beragam
aktivitas dalam kerangka aktivisme lingkungan hidup.
19
pengalaman yang cukup panjang sebagai aktivis maka diharapkan calon
informan memiliki keluasan dan kedalaman pengetahuan yang memadai
mengenai topik penelitian. Sehingga dapat dikatakan bahwa persyaratan
“intensitas” digunakan sebagai upaya meningkatkan keterandalan data yang
akan digali. Sementara itu, istilah “aktivisme lingkungan” atau
environmental activism mencakup segala bentuk perilaku, tindakan, kegiatan,
ataupun program yang dijalankan untuk mendukung penegakan prinsip-
prinsip pelestarian, perlindungan, dan keadilan lingkungan.
E. METODOLOGI PENELITIAN
20
gambaran awal yang utuh tentang penggunaan internet oleh aktivis
lingkungan.
2. Metode Penelitian
21
“performances and practices of human communication” (Lindlof, 1995: 13),
yakni sebagai serangkaian tindakan-tindakan yang bermakna bagi diri
pelakunya dan juga orang di sekitarnya. Secara mendasar, peneliti kualitatif
tidak menyandarkan hasil penelitian mereka pada data-data statistik, namun
pada pembicaraan, bahasa tubuh, dan tindakan sosial lainnya (Lindlof, 1995:
21). Hal ini dilakukan untuk menangkap makna dan kualitas dari tindakan-
tindakan komunikatif dan bukan hanya dimensi-dimensi terukur yang
melekat padanya.
3. Pemilihan Informan
10
Sejauh ini, tampaknya salah satu alasan mengapa belum ada penelitian kuantitatif terhadap
aktivis secara umum, dan aktivis lingkungan secara khusus adalah karena tidak terdapat data
populasi ataupun kerangka sampling aktivis yang dapat diukur secara jelas.
11
Pembahasan lebih lengkap dan sesuai dengan yang terjadi di lapangan dapat dibaca di Bab IV.
22
memberikan informasi secara lebih baik. Kedua, bila populasi yang dipilih
sangat spesifik dan sulit dijangkau dengan survei. Terakhir, jika peneliti
ingin mengenali tipe-tipe khusus dari kasus-kasus yang ada (particular types
of cases) dengan penyelidikan mendalam.
12
Ditandai dengan jumlah anggota; jumlah pesan; dan atau jumlah post/artikel (bila di blog)
yang relatif tinggi bila dibandingkan dengan situs, blog, ataupun mailing list sejenis. Data
mengenai para aktivis lingkungan pengguna internet didapatkan dari database anggota milis -
milis lingkungan yang berbasis di Indonesia. Daftar milis didapatkan dari yahoogroups dan
googlegroups, yang mencatat terdapat 21 buah milis bertema lingkungan (per 17 Februari
2009) yang memiliki keangotaan di atas sepuluh orang. Dari 21 milis tersebut dipilih satu
milis dengan anggota dan pesan terbanyak, yakni milis bernama lingkungan. Kemudian
dilakukan observasi pra-penelitian terhadap milis tersebut untuk mencari tahu siapa-siapa
anggota yang paling aktif. Selain itu, dilakukan cross-check dengan melihat pula blog-blog
lingkungan dan mencari tahu adakah anggota aktif milis lingkungan yang juga memiliki atau
mengelola blog yang aktif memuat informasi lingkungan.
23
penelitian ini. Namun, arahan orang yang mereka usulkan tidak serta merta
peneliti jadikan informan; karena perlu diamati juga apakah orang-orang
tersebut memenuhi kriteria. Tentu saja, secara mendasar kedua cara
pemilihan informan di atas dipilih untuk mendapatkan gambaran unik dan
mendalam mengenai penggunaan internet oleh aktivis lingkungan; dan bukan
bertujuan mendapatkan perwakilan; sehingga hasil penelitian nantinya tidak
bisa digeneralisasi terhadap keseluruhan aktivis lingkungan (Wimmer &
Dominick, 2006: 88). Oleh karena itu, informasi yang didapatkan dari para
informan tentunya tidak menggambarkan penggunaan internet secara umum
dari para aktivis lingkungan di Indonesia.
Penelitian ini memiliki tujuan deskriptif, maka teknik yang sesuai untuk
menggali informasi dari informan dan menjawab pertanyaan penelitian adalah
wawancara mendalam (in-depth interview). Selain menggunakan wawancara,
penelitian ini juga mengumpulkan dokumen aktivitas para informan di dunia
maya melalui data yang tersimpan di mailing list dan atau blog/situs mereka.
Wawancara mendalam dilakukan dengan menanyai informan dengan
menggunakan pertanyaan terbuka (open-ended questions), dimana informan
menjawab secara bebas tanpa dibatasi pilihan-pilihan. Hal ini karena
penelitian kualitatif menggunakan pendekatan pertanyaan yang fleksibel
(Wimmer & Dominick, 2006: 116), dimana peneliti dapat mengganti
pertanyaan di tengah wawancara atau bertanya suatu hal yang sebelumnya
tidak terdapat dalam panduan wawancara. Panduan pertanyaan akan
disiapkan, namun hanya berfungsi untuk mengingatkan peneliti tentang topik-
topik utama yang perlu ditanyakan atau dibicarakan; bukan untuk membatasi
atau mengekang peneliti. Wawancara mendalam dilakukan untuk menggali
kedalaman pemanfaatan dan pemaknaan terhadap penggunaan internet oleh
aktivis lingkungan.
24
fasilitas chatting (misalnya, melalui Yahoo Messenger), bergantung pada
kesediaan dan keluangan informan. Wawancara secara langsung memiliki
keuntungan lebih, yakni memungkinkan peneliti menangkap lebih detail
bahasa tubuh dan gesture informan, serta setting alami tempat berlangsungnya
wawancara. Namun, karena para informan berdomisili di sejumlah tempat
yang berbeda dan berjauhan maka pelaksanaannya menuntut waktu yang lebih
panjang dengan lebih banyak biaya. Oleh karena itu, informan ditawari untuk
diwawancara melalui Yahoo Messenger. Cara kedua ini juga dipilih karena
jauh lebih efisien, praktis, serta fleksibel. Fleksibilitas cukup penting ketika
peneliti merasa perlu melakukan sesi wawancara tambahan untuk
mengkonfirmasi sejumlah informasi atau data. Selain itu, wawancara
termediasi lewat internet dinilai tidak akan mengurangi ketajaman informasi
yang diberikan informan karena para informan adalah orang-orang yang
cukup terampil, fasih, internet-savvy, dan berpengalaman menggunakan
internet sebagai media komunikasi.
25
behaviors, objects, or a body of knowledge” (Neuman, 2000: 426). Setelah
data tidak lagi “mentah”, baru kemudian dilakukan dua tahapan terakhir untuk
membangun suatu hipotesis konseptual. Perlu diingat bahwa walaupun
penelitian ini melihat aktivis lingkungan sebagai pengguna internet namun, di
saat yang sama tentunya aktivis sebagai pribadi punya konteks aktivitas,
pekerjaan, ataupun peran sosial dalam bidang lingkungan hidup; sehingga
informasi terkait kehidupan sosial mereka tidak akan dikesampingkan dalam
pembacaan data.
F. BATASAN PENELITIAN
Penelitian deskriptif ini memiliki dua batasan. Pertama, penelitian ini tidak
dimaksudkan untuk menjelaskan alasan-alasan khusus, kasuistik, maupun
kondisional di balik perilaku penggunaan internet oleh aktivis lingkungan.
Kedua, penelitian ini tidak dimaksudkan untuk memberikan generalisasi
terhadap penggunaan internet oleh aktivis lingkungan di Indonesia. Kedua
keterbatasan di atas muncul terutama karena penelitian ini lebih memusatkan diri
pada penggambaran mendetail beragam penggunaan internet oleh aktivis dan
kedalaman pemaknaan mereka atas tindakan komunikatif mereka tersebut. Dan
karena penelitian ini tidak bertujuan melakukan generalisasi ataupun menguji
suatu hubungan (korelasi) ataupun kausalitas maka penarikan kesimpulan
(generalisasi) atas hasil penelitian juga tidak dapat dilakukan.
26
BAB II
PENGGUNAAN INTERNET
A. INTERNET DI INDONESIA
27
Internet sebagai sebuah jaringan komunikasi dan informasi sesungguhnya
telah hadir di Indonesia sejak akhir tahun delapan puluhan. Namun, karena
perangkat-perangkat yang dibutuhkan cukup mahal, hanya kalangan terbatas seperti
akademisi dan dunia bisnis saja yang memanfaatkannya. Saat itu, perkembangan dan
penggunaan internet dapat dikatakan memang lebih sebagai “perangkat akademis”
(Samik-Ibrahim, 2004) karena masih terbatas di kalangan akademisi, terutama yang
berkutat dengan perkembangan ilmu komputer dan teknologi informasi. Barulah
pada awal tahun sembilan puluhan, BPPT membangun jaringan yang bersifat umum.
Sebenarnya, sejumlah perusahaan telah memiliki jaringan internet sebelum tahun
1993, namun memang BPPT/IPTEKnet yang pertama kali memiliki sebuah jaringan
"publik" (Samik-Ibrahim, 2004). Seiring dengan perkembangan teknologi
komunikasi dan informasi di pertengahan tahun sembilan puluhan, sejumlah pihak
mulai melirik kesempatan usaha di bidang jaringan informasi, khususnya internet.
28
penjualan berbagai sarana dan prasarana untuk internet, tumbuhnya beragam bentuk
bisnis via internet, hingga pembentukan komunitas-komunitas ekonomi mikro yang
bergerak dalam bidang information technology. Selain itu, secara teknis internet
telah meningkatkan kecepatan dan efisiensi pertukaran informasi dan transaksi
ekonomi, sehingga mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi. Internet telah
memberikan kontribusi yang cukup besar bagi masyarakat, perusahaan atau industri,
maupun pemerintah. Hadirnya internet telah menunjang efektivitas dan efisiensi
kerja perusahaan, terutama karena perannya sebagai sarana komunikasi, publikasi,
serta sarana untuk mendapatkan berbagai informasi yang dibutuhkan oleh badan
usaha atau lembaga ekonomi lainnya. Meskipun mendatangkan banyak keuntungan
dan kemudahan, internet juga memiliki sejumlah sisi negatif di bidang ekonomi.
Misalnya, internet membuka peluang bagi munculnya bentuk-bentuk baru kejahatan
ekonomi seperti carding dan memungkinkan bertambah canggihnya bentuk
kejahatan yang selama ini telah ada, seperti semakin rumitnya modus ataupun
teknik-teknik fraud, penipuan, serta perdagangan ilegal “berkat” bantuan internet.
Kondisi tersebut tentu mendatangkan ancaman tersendiri bagi para pelaku bisnis
serta konsumen yang banyak mengandalkan penggunaan internet.
Berbeda dengan apa yang terlihat dari perspektif ekonomi, dari sudut
pandang sosial dapat ditemui fenomena- fenomena menarik sehubungan dengan
menyebarnya penggunaan internet di Indonesia. Secara sosial kultural misalnya,
internet membantu memperkuat jaringan sosial dan mendorong terbentuknya
komunitas-komunitas sosial. Hal ini terjadi karena penggunaan internet
memungkinkan bertemu dan bekerjasamanya banyak orang yang sebelumnya
terpisah-pisah oleh batasan geografis. Fenomena merebaknya penggunaan situs
pertemanan misalnya, sebenarnya juga tidak terlepas dari karakter sosial budaya
masyarakat Indonesia yang masih dominan dan kental rasa kekeluargaan atau
guyub-nya. Sementara itu, dari perspektif politik dapat dilihat bagaimana internet
digunakan oleh tak sedikit kelompok-kelompok kepentingan untuk menyampaikan
visi misi ataupun nilai- nilai yang mereka anut. Walaupun internet di Indonesia
belum dimanfaatkan secara utuh untuk penyelenggaraan pemilihan umum atau
29
penerapan e-governance, tetapi partai politik, politisi, media, dan masyarakat umum
mulai terbangun kesadarannya akan potensi internet untuk membangun transparansi
pemerintahan, memantau kinerja kelembagaan, mengkampanyekan program-
program lembaga pemerintah ataupun masyarakat sipil, serta untuk berkomunikasi
antar dan antara unsur-unsur masyarakat.
Tidak berbeda jauh dengan apa yang terjadi di negara lain, kehadiran internet
di Indonesia juga telah memunculkan modus-modus kejahatan baru seperti carding,
hacking, ataupun stalking (menguntit orang). Gejala tersebut diduga muncul karena
penggunaan internet mempercanggih bentuk-bentuk kejahatan dan memperkuat
kecenderungan negatif yang telah ada sebelumnya di masyarakat. Contoh yang amat
tampak adalah dalam kasus-kasus kejahatan yang berhubungan dengan pornografi
atau kejahatan seksual. Internet memungkinkan penyebaran produk-produk
pornografi secara mudah, murah, dan dengan restriksi yang amat minim. Sementara
itu, internet secara sosial membuka kemungkinan berkumpulnya orang-orang yang
berpaham sama dari banyak tempat di dunia untuk membangun komunitas yang
membenci atau mendiskreditkan suku, agama, atau ras tertentu; seperti komunitas
fasis, anti-semitik, atau kelompok-kelompok fundamentalis. Dan untuk kasus
politik, internet menjadi sarana baru untuk melancarkan black campaign,
pencemaran nama baik, atau perusakan situs lawan-lawan politik.
30
internet di Indonesia telah lahir, tumbuh, dan berkembang dalam situasi-situasi
politik yang beragam dan sangat dinamis. Mulai dari menjelang Soeharto
digulingkan, huru-hara reformasi, fase euforia politik, Pemilu 2004, skeptisisme
politik, hingga yang paling terkini adalah proliferasi penggunaan internet dalam
berbagai tahapan Pemilu 2009 kemarin. Kondisi-kondisi tersebut tentunya menjadi
peluang tersendiri bagi para pengguna internet untuk memanfaatkan dan bahkan
mungkin “memainkan” berbagai keunggulan internet untuk mendapatkan informasi,
menyebarkan pendapat, dan secara bertahap belajar menempatkan teknologi dalam
suatu kehidupan berpolitik dan berdemokrasi.
Sementara itu, dalam konteks sosial budaya Indonesia, internet lahir dan
berkembang seiring dengan perubahan-perubahan sosial kultural dalam masyarakat
Indonesia itu sendiri. Hill dan Sen (2005) misalnya, berhasil mengamati dinamika
internet yang terjadi di tengah konteks negara Indonesia yang sedang mengalami
puncak proses globalisasi dan ekspansi besar-besaran media komersial. Di saat yang
berdekatan, euforia kebebasan bermedia pasca gerakan sosial 1998 tak luput turut
membentuk pola perilaku dan cara pandang masyarakat, terutama di perkotaan,
tentang fungsi, peran, dan karakter beragam media. Terbukanya batasan-batasan
sosial, budaya, bahkan normatif ikut mempengaruhi bagaimana masyarakat
menjalankan kehidupan dan mengelo la keragaman di sekitar mereka. Meskipun
begitu, tak dipungkiri bahwa kondisi keterbukaan tersebut juga memunculkan
keresahan serta ketakutan bagi sebagian kelompok masyarakat di Indonesia akan
maraknya kerusakan moral di sekitar mereka, terutama bagi anak-anak dan remaja.
Tarik-menarik opini dan kepentingan publik terkait kehadiran dan perkembangan
internet pun tak pelak menjadi bagian dari proses pendewasaan masyarakat atas
adopsi sebuah teknologi bernama internet.
14
Lihat Indonesian ICT Indicators, Depkominfo 2007, di http://www.unescap.org/icstd/events/Info-
Society-Stats-Workshop-2007/Indonesia-ICT-Indicators.pdf
31
internet. Sehingga upaya- upaya untuk mengurangi kesenjangan informasi harus
diteruskan agar manfaat internet dapat dirasakan di lebih banyak wilayah di
Indonesia. Dan meskipun internet memiliki sejumlah konsekuensi negatif, manfaat
serta potensi positif internet jauh lebih banyak dan masih menunggu untuk
dimanfaatkan. Maka diharapkan masyarakat serta para pengguna internet di
Indonesia agar dapat menggunakan internet seoptimal mungkin unt uk aktivitas dan
tujuan positif, mengambil sebesar-besarnya manfaat dari internet seperti halnya yang
dilakukan para pengguna internet di dunia berikut ini.
Berbicara tentang pengguna internet, topik yang pada awal mulanya banyak
dibahas adalah siapa pengguna internet. Hal ini menjadi bahasan utama karena
banyak pihak merasa penting untuk mengetahui dan memahami siapa saja yang
menggunakan internet, datang dari latar belakang seperti apa, dan atau
menggunakan internet untuk tujuan apa. Analisis Terry Schau (2001) dapat
dijadikan salah satu contoh riset yang cukup komprehensif membahas pengguna
32
internet di Amerika Serikat beserta pola-pola dan kebiasaan penggunaan mereka.
Analisis Schau dilakukan berdasar pada data Suplemen Current Population Survey
(CPS) Desember 1998, sebuah survei sampel nasional terhadap 48.000 rumah
tangga di Amerika Serikat yang dilakukan oleh Bureau of the Census untuk Bureau
of Labor Statistics. Hasil survei nasional tersebut menggambarkan empat hal: siapa
para pengguna internet; karakteristik sosial, pekerjaan, dan pendidikan mereka;
tempat mengakses; serta tujuan dan aktivitas mereka saat menggunakan internet.
Dari hasil survei tersebut Schau (2001) membaca bahwa tingkat penggunaan internet
berbeda-beda di berbagai tingkatan umur dan pendidikan. Tingkat penggunaan
internet tertinggi berada di kelompok umur dewasa muda, sementara tingkat
penggunaan terendah ada pada kelompok usia dewasa tua (lanjut usia). Perbedaan
dalam berbagai tingkatan umur diduga Schau ada kaitannya dengan seberapa awal
seseorang berkenalan dengan komputer dan internet. Banyak dari para dewasa muda
mengenal komputer sejak di bangku sekolah, sehingga memudahkan mereka untuk
menjadi computer literate. Sementara itu, banyak orang dewasa tua kurang familiar
dan nyaman dengan komputer; kondisi yang sepertinya berhubungan dengan
minimnya perkenalan dengan alat-alat tersebut, terutama melalui pendidikan formal;
sehingga ketidak- nyamanan mereka dengan komputer berlanjut ke jarangnya
menggunakan internet.
33
Lebih jauh lagi, Schau (2001) melihat bahwa hubungan antara tingkat
penggunaan internet dan tingkat pendidikan juga berkaitan dengan hubungan antara
tingkat penggunaan internet dan jenis pekerjaan; hal ini karena umumnya pekerjaan
yang menuntut gelar, pendidikan, dan keahlian kesarjanaan juga menuntut
pemakaian internet secara intensif. Kondisi ini terlihat dari bagaimana tujuan
penggunaan internet serta waktu yang dihabiskan online bervariasi menurut jenis
pekerjaan pengguna. Pekerjaan manajerial dan profesional/spesialis adalah jenis
pekerjaan yang dilaporkan memiliki tingkat penggunaan internet tertinggi.
Sementara jenis pekerjaan dengan tingkat penggunaan terendah adalah di lini
produksi dan perbaikan. Perbedaan ini diduga berkaitan baik secara langsung
maupun tidak langsung dengan tingkat pendidikan yang diperlukan oleh suatu
pekerjaan, dan seberapa banyak informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
suatu jenis pekerjaan. Pekerjaan di bidang produksi misalnya, adalah jenis pekerjaan
yang labor intensive, dan tidak menuntut banyak pemutakhiran maupun
pengkomunikasian informasi. Sehingga dapat dikatakan bahwa jenis penggunaan
internet memang beragam dan dibentuk oleh banyak hal, dengan jenis pekerjaan
pengguna sebagai salah satu faktor.
34
search engine; dan mendapatkan berita 15 . Dari kedua penelitian tersebut dapat
ditemui kecenderungan penggunaan internet di Amerika Serikat. Walaupun keadaan
tersebut belum tentu berlaku sama di semua negara namun dapat dijadikan contoh
riset yang berhasil menangkap gambaran umum perilaku penggunaan interne t.
Penelitian atau kajian di luar negeri yang membahas penggunaan internet tidak
sedikit yang menggunakan pendekatan atau teori uses and gratifications untuk
menjelaskan perilaku penggunaan media (media use) dari para pengguna internet.
Penelitian dengan pendekatan di atas umumnya mengadopsi metode survei dan
menganalisisnya secara kuantitatif. Meskipun beberapa penelitian menempatkan
kajian di level penggunaan internet secara umum -seperti bagaimana penggunaan
survei internet untuk mengetahui penggunaan dan kepuasan terhadap internet dan e-
mail (Harrell, 2000)-, tetapi banyak riset mengamati kasus-kasus dalam berbagai
setting, konteks, dan perspektif yang spesifik. Penelitian tentang penggunaan
internet dalam konteks pendidikan misalnya membahas bagaimana penggunaan
internet oleh pelajar SMP dan SMA di sepuluh sekolah negeri di Amerika (Ebersole,
2000); penggunaan BBS (bulletin board system) oleh mahasiswa di China (Liu dan
Dimitrova, 2007); serta penggunaan internet untuk keperluan akademis oleh
mahasiswa undergraduate di United Kingdom (Selwyn, 2008). Dalam setting bisnis
dan aktivitas ekonomi terdapat riset yang mengulas penggunaan WWW oleh
pebisnis Amerika dan Meksiko (Witmer dan Taweesuk, 1998) serta penggunaan
internet oleh pelanggan AOL (America Online-sebuah ISP di Amerika Serikat) baik
untuk bisnis (e-commerce) maupun untuk kebutuhan sosial (Stafford, 2004). Selain
itu, beberapa riset juga tertarik mengkaji penggunaan internet dan kaitannya dengan
aktivitas kesenangan (leisure), hubungan sosial, dan ranah politik. Beberapa ragam
penelitian tersebut membahas antara lain: uses and gratifications dari para pengguna
berita online dan offline (Lyn, Salwen, dan Abdulla, 2005); penggunaan dan
kepuasan Chinese online gamers (Sun, Zhong, dan Zhang, 2006); hubungan antara
keterlibatan (engagement) di internet dan partisipasi politik (Weber, Loumakis, dan
15
Untuk mengetahui versi terbaru survei tersebut, lihat http://www.pewinternet.org/trends.asp
35
Bergman, 2003), bahkan ke ranah penyimpangan psikososial seperti problematic
internet use (PIU) (Caplan, 2003).
16
Active audience, sebuah konsep yang banyak diperdebatkan; mulai dari sejauh mana khalayak
dapat dikatakan aktif hingga ke bentuk-bentuk aktivitas seperti apa yang membuat khalayak layak
dinilai aktif.
36
sedikit pengguna internet yang “pasif”. Misalnya, seperti apa yang digambarkan Rob
Kitchin (dalam Flew, 2005: 68) sebagai cyber-surfer atau cyber-lurker; jenis
pengguna internet yang lebih sering hanya “mampir” ke berbagai kelompok diskusi
online, menerima informasi dari berbagai situs, meninggalkan komentar singkat, tapi
“remain a vicarious consumer of the content generated rather than an active
participant in its ongoing development”. Temuan Kitchin tampaknya sejalan dengan
pengamatan Slevin yakni bahwa banyak pengguna internet cenderung tidak secara
mendalam berkomitmen terhadap satu komunitas online, tetapi lebih sering
berpartisipasi dan keluar masuk dalam banyak komunitas sekaligus. Hal ini menurut
Slevin bertujuan untuk “taking maximum advantage of the new forms of human
association enabled by the Internet” (dalam Flew, 2005: 68). Pilihan-pilihan
perilaku pengguna seperti yang telah disebut di atas tentunya bagian dari dinamika
pengguna internet sebagai individu dan juga sekaligus makhluk sosial.
37
menyatu dengan, misalnya, aktivitas sore hari sebuah keluarga. Kelima, penggunaan
media itu sendiri sering bersifat “sociable” dan menjadi dasar bagi interaksi sosial
lainnya. Contoh yang sering digunakan adalah bagaimana menonton film di bioskop
menjadi aktivitas kolektif kelompok-kelompok pergaulan. Ciri yang terakhir,
bagaimana perilaku orang umumnya terikat dengan perilaku penggunaan media
yang telah mereka pilih.
38
internet cenderung bersifat egois, individualis, dan asosial. Hal ini karena hubungan
sosial pengguna internet tidak semata- mata dibentuk oleh aktivitasnya berinternet
tetapi faktor- faktor sosial yang telah dimiliki sebelumnya. Keadaan ini tentunya
sejalan dengan harapan dan temuan beberapa pihak yang memandang potensi
internet dalam memajukan kehidupan sosial politik.
Keadaan positif yang digambarkan Wellman dkk akan lebih banyak dibahas
dalam subbab tentang penggunaan internet oleh masyarakat sipil. Tentunya, kondisi
positif yang digambarkan di atas akan lebih mudah disebarkan seiring dengan
penyebaran internet dan peningkatan jumlah penggunanya di lebih banyak tempat di
dunia. Harapan ini diungkapkan banyak pihak karena penggunaan internet di seluruh
dunia sebenarnya belum merata, terpusat di negara-negara maju, dan baru dirasakan
sebagian kecil masyarakat dunia. Ketidaksetaraan pemanfaatan internet terjadi baik
secara geografis-regional maupun secara hierarkis dalam kelas sosial, yakni
berdasarkan pendapatan dan pendidikan (Hill dan Sen, 2005: 144). Kondisi ini
seringkali diacu sebagai “digital divide” yang berarti adanya keterpisahan atau jarak
secara digital karena belum meratanya adopsi internet di dunia. Namun, dengan
sedikit ketidaksetujuan, Hargittai (2004) berpendapat bahwa digital divide adalah
istilah yang kurang tepat karena seolah-olah divide atau kesenjangan yang ada di
dunia hanya bersifat digital, padahal sesungguhnya kesenjangan tersebut berada di
39
banyak dimensi, seperti akses terhadap teknologi, dukungan sosial, keterampilan
menggunakan komputer dan internet, serta keragaman penggunaan. Terkait dengan
ketidaksetaraan digital, dia juga mengingatkan bahwa kesenjangan tersebut tidak
hanya bersifat sebagai pembeda antar berbagai lapisan masyarakat, tapi sangat
mungkin menciptakan diskriminasi antar lapisan masyarakat. Meskipun terdapat
istilah yang berbeda-beda dalam membahas kesenjangan di atas tapi tak dapat
disangkal bahwa memang terdapat kesenjangan pemanfaatan internet secara khusus
dan teknologi informasi secara umum. Bucy (2000) terutama melihat masih adanya
ketimpangan dalam akses terhadap internet terutama di kalangan single mothers,
kalangan lanjut usia, dan kelompok ekonomi sosial bawah. Keadaan ini tentunya
sangat disayangkan karena ketidaksetaraan (inequality) dalam akses terhadap
internet berkemungkinan menghambat potensi perkembangan postif dalam suatu
masyarakat atau komunitas. Kondisi ini sangat mungkin terjadi, apalagi karena
menurut Dutta-Bergman (2005a) akses suatu komunitas terhadap internet
berhubungan erat dengan community participation dan community satisfaction;
yakni bila suatu komunitas atau kelompok masyarakat memiliki akses internet yang
memadai di tempat tinggal mereka maka hal itu akan saling mendukung dengan
keterlibatan anggota komunitas tersebut dalam aktivitas-aktivitas kemasyarakatan,
dan bahkan mendorong kepuasan menjadi anggota dalam komunitas tersebut.
40
kesemuanya sebagian besar dapat diakses tanpa biaya, kecuali biaya koneksi internet
itu sendiri. Keempat, internet menyediakan metode- metode pencarian informasi
yang terus dikembangkan. Empat kemudahan di atas adalah alasan-alasan utama
penggunaan internet, terutama bagi para pengguna pemula.
41
sedikit, sehingga banyak organisasi atau lembaga tidak mampu
mempublikasikannya. Sebagai konsekuensinya, jika memerlukan suatu informasi
bukan tidak mungkin kita harus memesan dan membayar untuk mendapatkannya.
Sementara itu, “kelemahan” terakhir dari internet adalah mayoritas informasi yang
tersedia disajikan dalam bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya. Sebenarnya
“kelemahan” ini tidak berasal semata dari karakter internet itu sendiri, tapi lebih
berasal dari keterbatasan pengguna internet itu sendiri. Tetapi kendala melek bahasa
asing tidak dipungkiri menjadi salah satu penghambat bagi banyak orang untuk
mengoptimalkan potensi internet. Dari hambatan- hambatan atau kelemahan-
kelemahan yang disebut di atas, tidak sedikit yang masih dihadapi para pengguna
internet di Indonesia, namun penjelasan selengkapnya tentang pengguna dan
penggunaan internet di Indonesia dapat ditemui dalam subbab berikut ini.
42
Tahun Jumlah Pelanggan Jumlah Pengguna
1996 31.000 110.000
1997 75.000 384.000
1998 134.000 512.000
1999 256.000 1.000.000
2000 400.000 1.900.000
2001 581.000 4.200.000
2002 667.002 4.500.000
2003 865.706 8.080.534
2004 1.087.428 11.226.143
2005 1.500.000 16.000.000
2006 1.700.000 20.000.000
2007 2.000.000 25.000.000
Tabel 2.1. Perkembangan Jumlah Pelanggan dan Pemakai Internet Indonesia (kumulatif) 17
Berdasarkan data APJII (Tabel 2.1 di atas), pada tahun 1998 jumlah
pengguna internet di Indonesia baru mencapai 512.000 pengguna. Angka tersebut
kemudian meningkat pesat dalam jangka waktu lima tahun dan mencapai delapan
juta lebih pengguna di tahun 2003. Selanjutnya, pada tahun 2006, data menunjukkan
angka dua puluh juta pengguna. Jumlah ini tampaknya akan terus bertambah seiring
dengan pembangunan infrastruktur dan perkembangan teknologi informasi. Namun,
memang terdapat perbedaan antara persentase peningkatan jumlah pengguna dengan
17
Data s/d akhir 2007. Sumber: APJII, http://www.apjii.or.id/dokumentasi/statistik.php?lang=eng
43
pertambahan jumlah pelanggan (lihat Bagan 2.1) yakni, jumlah pengguna meningkat
dengan tajam sementara jumlah pelanggan meningk at tidak jauh berbeda dari tahun
ke tahun. Pada dasarnya, pelanggan internet adalah seseorang yang berlangganan
akses internet dari ISP (internet service provider), sementara pengguna internet
adalah orang yang semata menggunakan internet dan belum tentu seorang pelanggan
atau menggunakan internet secara berlangganan. Kecenderungan yang tergambar di
atas tampaknya terjadi karena sebagian besar pengguna internet di Indonesia
mengakses dari warnet, sekolah, kantor, atau perpustakaan umum; dan bukan dari
sambungan pribadi. Perbedaan jumlah peningkatan kedua kelompok di atas tidak
terlepas dari masih rendahnya daya beli masyarakat Indonesia untuk berlangganan
internet secara pribadi. Selain itu, penyebaran penggunaan internet melalui tempat-
tempat umum seperti warnet juga menjadi salah satu alasan kenapa pertumbuhan
jumlah pengguna internet di Indonesia jauh lebih cepat dibanding pertumbuhan
jumlah pelanggan internet (Wahid, Furuholt, dan Kristiansen, 2007). Hill dan Sen
(2005) juga mencatat peran penting warnet sebagai ujung tombak penyebaran akses
internet di banyak wilayah di Indonesia.
44
Peningkatan jumlah pengguna internet di Indonesia kemungkinan
berhubungan dengan pemahaman masyarakat akan karakteristik-karakteristik
internet sebagai sebuah media yang berbeda dari media yang lain. Seperti yang
diungkapkan Fortunato (2005: 31), internet menawarkan keuntungan lebih pada
penggunanya karena memiliki karakter: (1) dapat diakses kapan saja, (2)
menyediakan banyak dan beragam informasi, (3) bersifat interaktif sehingga
pengguna dapat memilih isi yang diinginkan, dengan tidak hanya bergantung pada
apa yang disediakan pemilik dan organisasi media (konvensional), dan (4) cepat
menyediakan informasi terbaru. Pemahaman di atas juga penting dimiliki
pemerintah dan pihak swasta agar mereka turut berkomitmen mendorong
pembangunan infrastruktur yang dibutuhkan untuk lebih menyebarluaskan akses
internet. Hal ini karena harapan yang utama dari pengguna internet Indonesia,
terutama pengguna di tingkat masyarakat daerah, adalah akses yang murah dan
cepat, sehingga mereka bisa ikut menikmati perkembangan teknologi informasi,
khususnya internet.
45
untuk mendorong penyebaran akses internet (dan juga menegakkan prinsip
transparansi informasi), mekanisme dan skema pembangunan yang mendorong
pemanfaatan internet dalam berbagai kegiatan layanan publik dan bisnis perlu
didukung oleh semua pihak.
46
intesitas penggunaan internet mereka. Hal ini cukup sejalan dengan kajian Wahid,
Furuholt, dan Kristiansen (2007) yang didasarkan pada survei terhadap pengguna
warnet di kota Yogyakarta. Mereka menemukan bahwa pengguna internet di
Indonesia yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi, kemampuan pribadi yang
lebih baik, dan lebih banyak pengalaman berinternet cenderung akan menggunakan
internet untuk tujuan-tujuan lebih serius dibandingkan pengguna lainnya. Penelitian
Wahid, Furuholt, dan Kristiansen memang berfokus pada penggunaan internet di
atau melalui warnet. Salah satu alasan mereka adalah karena dua pertiga pengguna
internet di Indonesia memperoleh akses ke internet dari warnet atau kafe internet.
47
sakit hati dan amarah. Hal ini tentunya kontraproduktif dengan apa yang selama ini
didengungkan sebagai pengaruh positif dari internet. Dalam kasus konflik di
Maluku, Bräuchler (2003) melihat secara lebih obyektif bagaimana internet
menyediakan cara dan wadah bagi pihak-pihak yang berseteru untuk saling
mengungkapkan pandangan-pandangan mereka, juga untuk mengkonstruksi
identitas dan komunitas dalam rangka mempengaruhi konflik itu sendiri; bentuk-
bentuk tindakan yang sulit dilakukan melalui media massa konvensional.
Pemanfatan internet dalam situasi konflik dilakukan dengan dua cara utama:
pertama, dengan mengangkat kasus yang terjadi di tingkatan lokal tersebut ke level
nasional dan juga global; sesuatu yang mungkin sulit dilakukan sebelum kehadiran
internet. Cara kedua, dengan membuka peluang interaksi antara berbagai pihak yang
sebelumnya tidak terhubung, bahkan membangun suatu imagined communities
terkait kasus tersebut.
Tidak jauh berbeda dengan yang terjadi dalam kasus Maluku, dalam kasus
gerakan kemerdekaan Timor Timur, internet dipergunakan oleh aktor-aktor dalam
gerakan dan kelompok-kelompok lokal untuk memperjuangkan kepentingan mereka
masing- masing. Hal ini terutama dilakukan dengan mengangkat isu kemerdekaan
mereka ke tingkatan internasional dan menghubungkan para pendukung mereka
yang tersebar di banyak belahan dunia (Hill, 2002). Tentunya kedua contoh
“negatif” di atas merupakan bentuk lain penggunaan internet oleh masyarakat,
kelompok, atau golongan minoritas untuk menyuarakan aspirasi mereka.
Penggunaan internet untuk tujuan-tujua n sosial politis lainnya, khususnya yang
dilakukan oleh masyarakat sipil dan gerakan sosial akan dijelaskan secara lebih
mendalam dalam subbab berikut ini.
48
membangun komunitas sosial dan menjalankan program-program sosial untuk
masyarakat. Meskipun kegiatan-kegiatan non-profit tersebut dapat dilakukan secara
sendiri-sendiri atau di tingkat perseorangan, namun dalam mayoritas literatur
ditemukan lebih banyak pembahasan mengenai penggunaan internet untuk
kepentingan sosial di tingkatan yang lebih luas, terutama penggunaannya oleh
kalangan masyarakat sipil (civil society). Untuk memahami bagaimana aktivis
lingkungan di Indonesia menggunakan internet dan memaknai tindakan mereka
maka dalam subbab ini akan dibahas bagaimana internet telah dimanfaatkan oleh
sektor ketiga 18 (masyarakat sipil, gerakan sosial, aktivisme sosial) dalam beberapa
kasus di sejumlah negara lain.
18
Orang-orang yang bergerak di ranah ini sering disebut sebagai sektor ketiga karena secara tegas
membedakan diri mereka dari dua sektor lainnya, yakni sektor pemerintahan dan sektor
bisnis/komersial. Kedua sektor lain tersebut memiliki tujuan dan polah gerak masing-masing yang
ingin “dijaga” oleh sektor ketiga agar tidak melangkahi dan merugikan kepentingan masyarakat
umum, sehingga terbangun ekulibrium dalam tiga jalur pembangunan: ekonomi, sosial, dan
lingkungan (Munggoro, 2007: 27).
49
berbagai kelompok masyarakat sipil di belahan bumi lainnya. Sehingga pada saat ini
aktivisme sosial secara umum telah memposisikan internet sebagai salah satu alat
utama untuk berkomunikasi, melakukan sosialisasi, dan mobilisasi. Internet dipilih
oleh gerakan sosial atau masyarakat sipil karena secara umum dinilai lebih
menguntungkan, yakni el bih murah, cepat, efisien, aman, dan mampu melampaui
batas-batas geografis dan spasial. Selain itu, internet dinilai turut memperkuat
semangat kesetaraan (equality) 19 yang umumnya dijunjung tinggi para aktivis.
19
Semangat kesetaraan atau spirit of equality memang sejak awal digulirkan sebagai sesuatu yang
inheren dalam sifat alamiah internet. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa isu kesetaraan ini
sesungguhnya bersifat semu karena masih kentalnya digital divide yang memisahkan negara atau
wilayah yang sudah memiliki infrastruktur dan fasilitas untuk mengakses internet dengan daerah-
daerah yang belum seberuntung itu.
20
Werbin melakukan ulasan terhadap buku “Cyberactivism” (McCaughey, Martha & Ayers, Michael
D. 2003, (Eds). Cyberactivism: Online Activism in Theory and Practice. New York: Routledge.) dan
Sandor Vegh merupakan salah satu kontributor buku tersebut. Peneliti tidak berhasil mendapat akses
langsung ke buku tersebut.
50
Penggunaan internet oleh masyarakat sipil untuk menjalankan advocacy,
lobbying, volunteering, community building, organizing hingga fundraising
(Spencer, 2002) dapat mengambil beragam bentuk dan cara. Mulai dari e-mail dan
mailing list (Wall, 2007), web pages dan weblog; hingga cara yang sudah lebih
inovatif seperti banner, petisi online, atau penayangan video serta film dokumenter
melalui forum- forum online. Untuk berpartisipasi secara politis aktivis bisa memilih
cara-cara yang bisa dilakukan setiap orang seperti blogging (Kerbel dan Bloom,
2005) atau mungkin cara yang lebih sulit seperti hacking ke situs-situs “musuh”
(Kahn dan Kellner, 2004). Beberapa gerakan juga melakukan kolaborasi digital
dengan menciptakan open editing software yang memungkinkan pengorganisasian
dan pengkordinasian aksi, penyebaran dan pembagian informasi, dan produksi
dokumen untuk publik (Juris, 2005). Tindakan-tindakan di atas pada dasarnya
membuka peluang bagi para aktivis untuk berbagi, bertukar ide dan juga sumber
daya. Selain itu, penggunaan internet oleh aktivis masyarakat sipil dilatarbelakangi
oleh berbagai motivasi, antara lain untuk mencari guidance, memenuhi social utility,
mendekati kenyamanan, dan mencari informasi (Johnson dan Kaye, 2003). Sejumlah
wacana yang menjelaskan alasan di balik penggunaan internet oleh masyarakat sipil
disajikan dalam bagian berikut ini.
51
secara “murni”, tanpa disaring dan dibentuk lebih dahulu oleh politisi, spin doctor,
ataupun media yang telah mapan. Keempat karakter itu saja sudah cukup untuk
memotivasi aktivis sosial untuk lebih jauh lagi memanfaatkan internet.
Selain dari keempat karakter di atas, Rheingold (1994, dalam Flew, 2005:
62) melihat bahwa potensi demokratis computer-mediated communication (CMC)
yang begitu diagung-agungkan para pendukungnya, termasuk aktivis sosial, terletak
pada sifat desentralisasi jaringan komunikasi ini yang memungkinkan kebangkitan
sense of community-building dan partisipasi warga dalam kehidupan publik. Potensi-
potensi demokratis CMC, termasuk di dalamnya internet, lahir dari tiga atribut CMC
yang saling berkaitan, yakni “the building of social networking and social capital;
the sharing of knowledge and information; the enabling of new modes to participate
democratically in public life”. Rheingold juga menekankan pentingnya elemen
social choice dan political activism untuk mendukung pencapaian potensi
demokratis tersebut. Kedua elemen di atas secara implisit mensyaratkan internet
digunakan secara cerdas dan penuh kesadaran oleh masyarakat yang terdidik; “used
intelligently and deliberately by an informed population”. Prasyarat tersebut
tentunya perlu dicatat bila Indonesia ingin mendorong penggunaan internet menuju
pemanfaatan secara positif dan bernilai guna secara sosial, dan tidak hanya untuk
pemuasan kebutuhan pribadi.
52
Sementara itu, dalam konteks penggunaan internet yang sedikit berbeda,
Shenton dan McNeeley (dalam Flew, 2005: 69) memandang bahwa terdapat
sejumlah alasan mengapa orang menggunakan internet untuk berpartisipasi dalam
online discussion groups; tiga diantaranya adalah: pertama, karena internet
memberikan kemampuan untuk menyebarkan gagasan-gagasan baru dalam
kelompok orang-orang dengan pemikiran sejenis. Kedua, terbukanya kemungkinan
bertemu dengan orang-orang dengan ketertarikan yang sama, tanpa peduli betapa
anehnya kesenangan mereka itu. Alasan ketiga, karena tersedianya kebebasan bagi
orang-orang yang merasa terpinggirkan atau tersudutkan oleh masyarakat untuk
mengungkapkan pandangan dan pendapat berbeda; dengan cara-cara yang tidak
mungkin disampaikan melalui media massa konvensional. Tidak dapat dipungkiri
bahwa sebagian besar alasan keterlibatan orang dalam komunitas online tampaknya
berhubungan dengan ketidakpuasan mereka atas batasan-batasan yang terdapat di
komunitas “nyata”.
53
and legitimately organized forms of social activism”. Bentuk-bentuk aktivisme baru
tersebut tidak menggantikan bentuk-bentuk konvensional dalam berunjuk rasa, tapi
malah memperluas ruang perlawanan. Hal ini karena setiap kali muncul teknologi
media atau komunikasi baru, arena itu kemudian menjadi ladang pertarungan baru
antara penguasa dan aktor sosial. Pada keadaaan seperti itulah dikatakan bahwa
teknologi baru mendorong perubahan dengan cara “mengganggu” dan
mentransformasi ruang perlawanan politik.
54
mampu menawarkan kekuatan demokratis. Mereka secara paradoks justru melihat
bahwa kekuatan internet terletak pada kemampuannya menyediakan kredibilitas
instan. Namun persepsi ini bisa jadi karena orang-orang yang membuat keputusan
komunikasi seringkali terbebani dengan pekerjaan-pekerjaan teknis dan bukan
dalam peran-peran strategis (Kenix, 2008). Ini misalnya tampak dari bagaimana
mereka mengirimkan pesan pada publik tanpa mempertimbangkan umpan balik
ataupun stratagi komunikasi yang sesuai.
55
Seperti halnya kemunculan teknologi lain, penggunaan internet juga
mengalami tantangan dan hambatan. Meskipun demikian, tetap masih banyak pihak
yang mempercayai potensi positif dalam internet, misalnya bahwa: keterlibatan
individu dengan internet memiliki hub ungan positif dengan civic and political
participation individu tersebut (Weber dkk, 2003); media online melengkapi peran
media tradisional dalam mendorong diskusi politik dan civic messaging masyarakat
(Shah dkk, 2005); serta bagaimana partisipasi online merupakan salah satu bentuk
perpanjangan dari partisipasi offline (Jensen dkk, 2007). Mempertimbangkan
paparan panjang di atas mengenai berbagai sisi dalam penggunaan internet oleh
masyarakat sipil, dapat dikatakan bahwa potensi positif dalam internet dapat
sepenuhnya dimanfaatkan oleh siapapun, termasuk masyarakat sipil. Namun tentu
saja, bila tidak dimanfatkan dengan tepat dan efektif, potensi tersebut akan
terabaikan. Pertanyaannya sekarang adalah, sejauh mana masyarakat sipil di
Indonesia mampu memanfaatkannya?
56
Kajian-kajian Merlyna Lim lebih berfokus pada penggunaan internet oleh
masyarakat sipil di tingkatan umum, terutama dalam konteks selama masa reformasi
dan setelahnya. Lim (2003) melihat bagaimana penggunaan internet, terutama
melalui e-mail dan mailing list, selama sekitar tahun 1997-1998 menjadi salah satu
alat diseminasi informasi seputar kekayaan Soeharto. Lim juga menunjukkan
bagaimana dunia maya “disambungkan” dengan dunia nyata lewat internet, yang
kemudian ikut menjadi salah satu faktor pendorong aksi masyarakat di tahun 1998.
Lim juga menunjukkan bagaimana dalam konteks Indonesia internet tidak berdiri
sendiri namun berkembang dengan tetap berakar pada budaya dan tradisi sosial khas
Indonesia yang menekankan pentingnya jaringan dan komunitas.
Tulisan lain dari Lim (2002: 392) menggambarkan bagaimana warnet
menjadi tempat penting berkumpulnya informasi- informasi “rahasia” yang
kemudian disebarkan secara manual; sebuah pilihan tindakan yang selanjutnya
membuka ruang dan peluang bagi publik untuk mengubah pesan-pesan elektronik
tersebut menjadi tindakan politis. Meskipun penggambaran Lim cukup antusias
namun dia juga mengingatkan bahwa internet tidaklah serta-merta menjadi sebuah
tempat yang demokratis, dan keberadaan internet itu sendiri banyak bergantung pada
siapa pengguna dominan internet (2006). Paparan Merlyna Lim sesungguhnya
cukup sejalan dengan temuan Hill dan Sen (2005) tentang sejauh mana akses
terhadap internet yang dimiliki mahasiswa, NGO, dan kelas menengah perkotaan
Indonesia mampu digunakan untuk membangun oposisi melawan pemerintahan
Soeharto saat itu.
Kajian yang lebih empiris dan up to date terhadap penggunaan internet oleh
masyarakat sipil Indonesia telah dilakukan oleh Yanuar Nugroho. Hal ini dilakukan
Nugroho dengan meneliti adopsi, implementasi, dan penyesuaian (appropriation)
internet yang dilakukan oleh 268 NGO di Indonesia, dengan berfokus pada lembaga
yang bergerak di bidang pembangunan sektor pedesaan (rural reform). Dengan
memanfatkan teori difusi inovasi dari Everett Rogers sebagai salah satu kerangka
berpikir, Nugroho melakukan penelitian kualitatif dan kuantitatif selama tiga tahun
terhadap lembaga-lembaga swadaya masyarakat tersebut. Dari penelitiannya,
Nugroho (2007) menemukan lima area strategis penggunaan internet oleh NGO di
57
Indonesia, yakni kolaborasi, mobilisasi, pemberdayaan dan pembangunan, riset dan
publikasi, serta advokasi dan pengawasan. Pada tulisannya yang lain Nugroho
(2008) juga menunjukkan bagaimana adopsi internet oleh organisasi masyarakat
sipil yang bekerja di sektor pedesaan membantu mereka membangun jaringan,
bahkan hingga tingkat global, dan mendorong mereka untuk bekerja lebih baik.
Literatur menunjukkan bahwa masih sedikit yang mengkaji penggunaan
internet oleh masyarakat sipil di Indonesia. Kajian Hill dan Sen serta Lim misalnya,
lebih berfokus pada penggunaan internet di tingkat masyarakat sipil secara luas dan
dalam konteks politik, terutama semasa dan pasca reformasi 1998. Sementara itu,
Yanuar Nugroho melakukan penelitian yang lebih empiris dengan memfokuskan
kajian pada LSM atau NGO; sehingga temuan Nugroho memberikan banyak
masukan mengenai penggunaan internet di level institusional masyarakat sipil.
Keragaman level penelusuran tersebut justru memperkaya khazanah kajian
penggunaan internet oleh masyarakat sipil Indonesia.
Riset yang dilakukan Hill dan Sen (2005: 1) sejak awal digerakkan oleh
kebutuhan untuk mencari tahu potensi demokratis dari internet dan teknologi-
teknologi terkait; dan untuk memahami bagaimana medium tersebut dapat
digunakan untuk melawan sebuah rezim otoritarian. Ruang kebebasan yang pada
waktu itu disediakan internet telah memungkinkan orang Indonesia untuk
mendiskusikan topik-topik yang dianggap tabu seperti korupsi dalam militer dan
kerajaan bisnis anak cucu Suharto; juga membuka peluang saling terhubungnya para
penentang pemerintahan, dan kemudian selanjutnya, para demonstran. Fenomena
lain yang terjadi adalah tersebarnya pikiran-pikiran kritis ke tingkatan nasional, serta
munculnya para tokoh politik dan jurnalis yang selama ini dikekang oleh
pemerintahan Suharto. Winters (2002) juga melihat bagaimana pertemuan antara
tradisi perjuangan gerakan pemuda dengan tingginya penetrasi internet pada
golongan muda saat itu telah menyediakan “adonan” yang dibutuhkan untuk
menegakkan gerakan reformis yang terkoordinasi dan berkesinambungan.
Tidak terlalu jauh berbeda, internet dipandang Eng (1998) memiliki efek
kuat bagi para demonstran di tahun 1998, yakni terkait dengan jatuhnya Soeharto.
Hal ini tampaknya berhubungan dengan konteks saat itu, yakni diberangusnya surat
58
kabar, stasiun radio, serta televisi dari menyuarakan kebenaran. Kondisi kebebasan
informasi saat itu secara “kebetulan’ bertemu dengan perkembangan internet yang
mulai memasuki kehidupan publik, terutama kaum cendekiawan dan mahasiswa.
Pertemuan kedua elemen itu barangkali menjadi salah satu alasan mengapa saat itu
cukup banyak informasi tentang Indonesia yang beredar di dunia maya; beserta
macam- macam informasi yang untuk masa itu takkan pernah mungkin muncul di
media massa. Pembacaan Eng di awal fenomena tersebut juga melihat bahwa
konteks di atas sejalan dengan apa yang disampaikan John MacDougall, pengelola
Indonesia-L, salah satu mailing list yang paling berpengaruh saat itu dalam hal
berita Indonesia. MacDougall mengatakan bahwa lengsernya Soeharto diakibatkan
oleh serangkaian kejadian kebetulan, yang terjadi pada waktu yang “tepat”; dengan
salah satu kejadian kebetulan tersebut adalah ledakan informasi melalui internet.
Selain keterkaitan dengan gerakan pada masa reformasi, penggunaan internet
oleh sektor ketiga juga dapat ditemukan terkait dengan pemanfaatan internet oleh
berbagai kelompok masyarakat sipil di Indonesia sejak awal kehadiran internet di
Indonesia. Misalnya, bagaimana internet mulai digunakan oleh aktivis HAM
Indonesia pada pertengahan tahun sembilan puluhan. Beberapa LSM seperti Walhi,
YLBHI, dan INFID membangun sebuah jaringan tertutup sebagai sarana pertukaran
informasi lembaga- lembaga swadaya masyarakat (LSM) di seluruh Indonesia yang
memiliki akses ke internet (Sahude, 2007). Saat itu, masih sangat sedikit situs yang
menyediakan informasi mengenai isu- isu HAM di Indonesia dan yang disajikan
dalam Bahasa Indonesia. Namun, perlahan jumlah situs penyedia informasi HAM
terus meningkat. Hal ini sepertinya berhubungan dengan banyaknya organisasi
HAM yang melihat internet sebagai alat yang dapat mendukung kerja mereka.
Secara mendasar, penggunaan internet oleh masyarakat sipil di Indonesia
telah berlangsung sejak kebangkitan internet itu sendiri di Indonesia yang berakar
pada “masyarakat sipil akademis” yakni ilmuwan dan penggiat teknologi informasi
pada saat itu. Sehingga dapat dikatakan bahwa dinamika yang terjalin antara
masyarakat sipil di Indonesia dan penggunaan internet bukanlah fenomena baru,
hanya saja belum banyak dikaji dan dibahas, terutama secara ilmiah. Sedikit berbeda
dengan batasan penelitian Hill dan Sen (2005) tentang internet dalam konteks politis
59
di Indonesia 21 , pene litian ini memfokuskan pada penggunaan internet oleh aktivis
lingkungan Indonesia. Sehingga pusat pembahasan riset ini terletak pada para aktivis
lingkungan22 berkewarganegaraan Indonesia yang menjadi informan penelitian ini
berikut aktivitas-aktivitas online mereka. Ruang lingkup penggunaan internet oleh
aktivis di level individual diambil karena mempertimbangkan pesan Hill dan Sen
(1997) sejak awal ketertarikan mereka terhadap media di Indonesia, yakni bahwa
fungsi politis internet di Indonesia tidak akan ditentukan oleh aspek teknologis tetapi
oleh political agency, yakni tindakan para pengguna internet itu sendiri.
21
Hill dan Sen (2005 :1) tidak mempermasalahkan apakah aktivitas online tersebut dilakukan oleh
seorang warga negara Indonesia atau bukan; dilakukan dari Indonesia atau tidak; sepanjang aktivitas
online tersebut “overtly connected to street demonstrations, parliamentary debates and other
material sites of Indonesia political life”.
22
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan aktivis lingkungan adalah warga negara Indonesia
yang bergelut dalam dan atau memiliki kepedulian dengan isu lingkungan; serta berkomitmen tinggi
yang ditandai dengan berbagai bentuk keaktifan. Kebetulan pula, para aktivis lingkungan Indonesia
yang dipilih menjadi informan juga tinggal dan berdomisili di Indonesia.
60
BAB III
61
memperjuangkan nilai- nilai tertentu. Para aktor perubahan sosial tersebut secara
kolektif seringkali dikenal dengan beberapa nama seperti masyarakat sipil,
masyarakat madani, atau gerakan sosial; dan secara institusi tak jarang dilabeli
dengan julukan LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), NGO (Non Governmental
Organization), ornop (organisasi non-pemerintah; terjemahan bahasa Indonesia
untuk NGO), CSO (Civil Society Organization), ataupun non-profit organizations.
Pada dasarnya, meskipun memiliki beragam julukan, beragam struktur dan
mekanisme pengelolaan organisasi, serta bermacam- macam karakteristik yang
berbeda dari satu lembaga ataupun gerakan ke lembaga atau gerakan yang lain;
orang-orang yang bergerak di ranah ini dapat disebut sebagai “sektor ketiga” karena
secara tegas membedakan diri mereka dari sektor pemerintahan dan juga sektor
bisnis dan komersial (Munggoro, 2007: 27). Oleh karena itu, secara hakiki yang
disebut dengan masyarakat sipil, gerakan sosial, ataupun aktivis adalah sekelompok
orang yang memperjuangkan nilai-nilai tertentu; melawan bentuk-bentuk
penindasan; dan tidak berorientasi pada kekuasaan maupun keuntungan. Semangat
perjuangan seperti di atas pula yang diusung para aktivis lingkungan, yakni
memastikan agar keberadaan kehidupan manusia di muka bumi berprinsip keadilan,
tidak menindas sesama makhluk penghuni bumi, dan tidak menafikan kelangsungan
serta kelestarian lingkungan alam di bumi.
23
Para penggiat gerakan lingkungan ada yang dikenal atau menyebut diri mereka sebagai aktivis
lingkungan (environmental activist) dan ada juga yang lebih memilih istilah environmentalis
(environmentalist).
62
besar, terdapat beragam aliran pemikiran dalam gerakan lingkungan24 .
Keragaman tersebut tercermin pula pada pilihan-pilihan aksi, praksis, ataupun
metode gerakan mereka sendiri; sebuah kondisi yang membuat aktivisme
lingkungan bisa mewujud dalam beragam nada dan warna. Dalam pembahasan-
pembahasan selanjutnya, ketiga istilah yang telah disebut di awal akan
digunakan secara bergantian; bergantung pada konteks dan kasus yang sedang
dibicarakan.
24
Misalnya, deep ecology, ekofeminisme, dan ecological modernization.
63
“organisasi gerakan lingkungan institusional”, yaitu birokrasi publik yang
memiliki yurisdiksi terhadap kebijakan lingkungan. Senada dengan yang
dipaparkan Aditjondo, pemahaman Lowe dan Goyder (1983: 9) atas istilah
“gerakan lingkungan” melihat bahwa gerakan lingkungan terdiri dari dua
elemen, yaitu (1), kelompok-kelompok lingkungan, sebagai perwujudan
organisasional dari gerakan lingkungan; dan (2) attentive public, orang-orang
yang meski tidak bergabung ke salah satu kelompok lingkungan, tapi sama-sama
mempercayai dan mempraktekkan nilai-nilai environmentalisme. Orang-orang
“awam” ini bisa siapa saja, mereka adalah orang-orang yang mengekspresikan
kepedulian mereka terhadap lingkungan hidup melalui pandangan pribadi
mereka, perilaku dan gaya hidup mereka. Karena inilah Lowe dan Goyder
berpendapat bahwa kelompok atau organisasi lingkungan hanyalah salah satu
indikator dari gerakan lingkungan secara luas.
64
2. Sejarah Gerakan Lingkungan Hidup
Salah satu rekaman kepedulian lingkungan hidup yang paling awal tercatat
dalam sejarah ditemukan di Timur Tengah, yakni naskah- naskah yang ditulis
sekitar abad ke-13. Manuskrip- manuskrip tersebut berisi catatan-catatan
pemikiran sejumlah ilmuwan Muslim yang prihatin dengan kondisi lingkungan,
terutama terkait dengan pencemaran (environmental pollution) dan bagaimana
melindungi kesehatan manusia dari efek-efek buruknya (Gari, 2008). Namun
setelah masa tersebut tidak ditemukan lagi naskah- naskah yang mencatat jejak
kepedulian lingkungan, hingga kemudian pada tahun 1800-an di sejumlah negara
Barat tercatat lagi kemunculan pemikiran-pemikiran lingkungan hidup.
65
dalam kasus Inggris, sudah terdapat aktivitas-aktivitas peduli lingkungan sejak
abad ke-16 yang dilakukan oleh para amateur field naturalist. Hanya saja
memang pembentukan kelompok-kelompok lingkungan untuk pertama kalinya
baru dimulai di abad ke-19. Era pertama gerakan lingkungan di Inggris mulai
marak di akhir abad ke-19 hingga awal pergantian abad (Lowe dan Goyder,
1983: 16). Gerakan tersebut terdiri dari tiga varian yang cukup berbeda, yakni
kelompok pelestari countryside dan amenity, kelompok yang berfokus pada
konservasi alam, dan gerakan perlindungan hewan (Garner, 1996: 63). Ketiga
varian tersebut memberi warna tersendiri dalam sejarah gerakan lingkungan
hidup di Inggris.
Untuk konteks Amerika Serikat, tidak jauh berbeda dengan yang terjadi di
Inggris, gerakan lingkungan memiliki akar yang juga cukup panjang, terutama
bila memasukkan gerakan konservasionis tahun 1800-an. Secara konkret
kepedulian terhadap lingkungan di Amerika Serikat pada akhir abad ke-19
hingga awal tahun 1900-an, khususnya pada konservasi alam liar (wilderness),
ditandai oleh tulisan-tulisan, pemikiran, dan aksi para pecinta alam seperti Henry
David Thoreau, Ralph Waldo Emerson, John Muir, dan Robert Underwood
Johnson; pendirian Sierra Club, salah satu organisasi lingkungan hidup tertua di
Amerika Serikat; serta pendirian taman nasional dan hutan lindung negara di
sejumlah tempat di Amerika Serikat (Lowe dan Goyder, 1983; Hall, 2008).
Kebangkitan pemikiran lingkungan di kedua wilayah tersebut tampaknya
berkaitan dengan menurunnya kualitas hidup dan lingkungan alam akibat
berkembangnya Revolusi Industri di Eropa dan perluasannya ke Amerika sejak
seabad sebelumnya.
66
bahwa keanggotaan kelompok lingkungan didominasi masyarakat kelas
menengah karena hanya kelas menengah yang tertarik pada isu lingkungan, atau
bahkan mungkin sebaliknya, karena gerakan lingkungan cenderung membela
kepentingan masyarakat kelas menengah. Namun argumen ini ditampik Lowe
dan Goyder (1983:15), karena menurut keduanya komposisi demografis anggota
kelompok-kelompok lingkungan tidak selalu merepresentasikan keberpihakan
masyarakat secara luas terhadap isu- isu lingkungan hidup. Imej gerakan
lingkungan sebagai gerakan kelas menengah pun semakin berkurang sejak
kebangkitan gerakan lingkungan kontemporer di pertengahan abad ke-20.
Akar environmentalisme modern yang hidup saat ini –yakni yang lebih
melibatkan publik, tak lagi elitis, atau hanya di level pemikiran– memang
bermula sejak pertengahan abad ke-20. Gerakan lingkungan kontemporer atau
populer seperti yang dikenal sekarang mulai mengambil bentuk pada tahun
1960-an, bermula di Eropa Barat dan Amerika Utara, kemudian terus bergulir
hingga pertengahan tahun 1970-an ke berbagai belahan dunia lainnya sebagai isu
politis penting (Garner, 1996; Hall, 2008). Konteks kelahiran gerakan
lingkungan hidup kontemporer saat itu adalah situasi sosial politik pasca perang
dunia, boom ekonomi di sejumlah negara, serta terjadinya sejumlah “kiamat
lingkungan” seperti insiden Chernobyl dan juga Minamata.
67
Sejarah gerakan lingkungan hidup masih relatif muda –terutama jika
dibandingkan dengan gerakan- gerakan sosial lainnya seperti perjuangan kelas
dan buruh, HAM, hak-hak wanita– tapi tidak berarti bahwa gerakan lingkungan
hidup kekurangan “bahan” dan isu untuk digarap. Sejak awal, hal-hal yang
diperjuangkan dalam aktivisme lingkungan umumnya berangkat dari satu titik
untuk kemudian terus meluas seiring dengan tersibaknya kompleksitas
permasalahan lingkungan. Kerumitan persoalan lingkungan tercermin juga
dalam dinamika gerakan lingkungan hidup di sejumlah negara di dunia.
26
Selain Inggris, negara lain dengan Partai Hijau yang cukup berpengaruh dalam parlemennya adalah
New Zealand (sejak tahun 1972), dan Jerman (sejak tahun 1980).
68
juga masyarakat luas untuk lebih peka dan memperhitungkan faktor lingkungan
dalam pembuatan setiap keputusan politik.
69
penyediaan lapangan pekerjaan, kesehatan lingkungan kerja, dan krisis
pertanian. Hingga akhirnya gerakan lingkungan di kedua negara tersebut mampu
memaksa pemerintah mereka untuk mengeluarkan peraturan yang lebih ketat
tentang limbah industri, racun, dan pencemaran udara.
Berbeda dengan yang terjadi di kedua negara asia Timur di atas, gerakan
lingkungan sudah lebih dahulu muncul di beberapa negara Asia Tenggara;
bahkan sebelum era industrialisasi memuncak di negara-negara tersebut
(pertengahan tahun 1980-an hingga pertengahan 1990-an). Sejak tahun 1970-an,
perjuangan gerakan lingkungan telah banyak berlangsung, seperti perlawanan
terhadap energi nuklir di Filipina; pembangunan waduk-waduk raksasa di
Thailand, Filipina, dan Indonesia; serta melawan penggundulan hutan dan
pencemaran laut di Thailand dan Filipina. Bello (2007) melihat bahwa sedikit
berbeda dengan yang terjadi di Taiwan dan Korea, isu lingkungan hidup di Asia
Tenggara melibatkan lebih banyak massa dan tidak hanya menjadi isu kelas
menengah. Kelas menengah, kaum pekerja, kaum miskin kota, dan juga para
environmentalis bergabung dalam aliansi yang terbentuk secara alami untuk
melawan perusahaan-perusahaan trans nasional, monopoli kapital di tingkat
lokal, dan pemerintah pusat.
70
menentang beras dan bibit tanaman yang telah dimodifikasi dan direkayasa
secara genetis (GMO-genetically modified organism).
Ada dua sudut pandang utama yang sering digunakan untuk mengkaji
kelompok atau organisasi lingkungan, yakni sudut pandang sosiologis dan
politis. Sudut pandang sosiologis atau perspektif gerakan sosial melihat
kemuncula n gerakan atau kelompok lingkungan berhubungan erat dengan
perubahan nilai-nilai dan struktur sosial dalam masyarakat (Lowe dan Goyder,
1983: 30). Keduanya melihat kemunculan gerakan lingkungan hidup memiliki
kemiripan dengan latar belakang kemunculan gerakan sosial, yakni lahir dari
ketidakpuasan terhadap sejumlah nilai- nilai yang selama ini dianut masyarakat
dan mewakili upaya- upaya kolektif untuk menginstitusionalkan nilai- nilai
alternatif. Ketidakpuasan masyarakat yang tertangkap Lowe dan Goyder
misalnya adalah keprihatinan akan hilangnya tempat-tempat alami, kekecewaan
terhadap pengaruh industrialisme pada kehidupan perkotaan, keinginan untuk
menjauh dari kota dan kembali ke suasana pedesaan, dan pandangan terhadap
alam sebagai sumber pencerahan spiritual, moral, dan estetis. Selain itu,
meluasnya nilai- nilai pro- lingkungan diduga ikut didorong faktor- faktor seperti
pertumbuhan kelompok pekerjaan yang dekat dan sering bersentuhan dengan
71
isu-isu lingkungan serta adanya peningkatan standar kehidupan –yang
tampaknya telah memungkinkan sebagian orang untuk mulai berpikir tentang
nilai- nilai dan hal- hal non- material– (Lowe dan Goyder, 1983; Martell, 1994).
Sementara itu, dari sudut pandang politis atau dari perspektif kelompok
penekan (pressure group), dinamika gerakan lingkungan dinilai lebih
berhubungan dengan sistem politik, kepentingan politik, dan perilaku aktor
politik pada suatu masa. Pembelaan terhadap lingkungan dan hubungannya
dengan masyarakat dilihat sebagai sebentuk kepentingan yang penyalurannya
memanfaatkan intitusi- institusi politis; sebuah keadaan yang mendorong
kelahiran kajian baru seperti politik lingkungan (Connelly dan Smith, 1999).
Sementara itu, bila Lowe dan Goyder melihat analisis sosiologis menekankan
peran perubahan jangka panjang nilai- nilai sosial dalam masyarakat sebagai
penyebab kemunculan gerakan lingkungan, maka analisis politis lebih
memandang maraknya isu lingkungan sebagai hasil proses politik jangka
pendek, tepatnya dari hasil peran media, elit-elit politik, dan kelompok
kepentingan dalam mengangkat dan memanipulasi isu- isu serta mendorong nilai-
nilai tertentu dari “atas”. Dinamika politis ini menurut Lowe dan Goyder terjadi
ketika isu- isu lingkungan hidup dipandang mampu menjadi bagian dari agenda
politik dan menarik perhatian pemerintah dan politisi. Tentunya isu- isu
lingkungan tersebut perlu memenuhi sejumlah syarat, di antaranya adalah
adanya public visibility, ditandai dengan seringnya isu- isu tersebut diangkat ke
media massa dan merebut perhatian publik; sejalan dengan prinsip dan nilai
sistem politik yang berjalan; serta bila permasalahan yang ada memungkinkan
diambilnya tindakan via keputusan politik. Sehingga dapat dikatakan bahwa
sudut pandang politik menekankan “interrelation between the characteristics of
particular issues and the values and preoccupations of certain gatekeepers, such
as politicians, newspaper editor and interest group leaders,[…]” (Lowe dan
Goyder, 1983: 31).
Peran para elit dan aktor-aktor politik yang membentuk isu lingkungan
menjadi sebuah agenda publik tampak dari bagaimana isu dapat “berputar” bila
72
digulirkan terus-menerus oleh aktor-aktor politik, media, dan kelompok
kepentingan; membentuk suatu lingkaran opini publik. Pandangan “saling
keterkaitan” ini juga disetujui Martell (1994), namun dia menambahkan bahwa
kemunculan dan kebangkitan environmentalisme, kepedulian lingkungan, dan
gerakan lingkungan bukanlah semata- mata produk dari struktur politik,
ekonomi, sosial ataupun budaya, tetapi juga karena telah diperkenalkan dan
dipopulerkan oleh aktor-aktor sosial dan politik melalui media, para ilmuwan,
dan kelompok lingkungan. Selain mendukung “teori saling keterkaitan”, Martell
juga mengkritik penjelasan-penjelasan atas environmentalisme yang selama ini
sering terlalu sosiologis (dalam artian hanya menggunakan masyarakat dan
dinamika di dalamnya sebagai alat analisis). Menurutnya, kebangkitan
environmentalisme sesungguhnya bukan hanya karena faktor- faktor sosial tapi
sebagian besar juga karena fakta- fakta ilmiah yang menjelaskan permasalahan
objektif yang menerpa lingkungan hidup tempat tinggal masyarakat industrial.
Dari sejumlah argumen di atas, dapat disimpulkan bahwa environmentalisme
sejauh ini bisa sedemikian rupa “naik daun” karena riilnya masalah- masalah
lingkungan yang dihadapi dan dirasakan masyarakat, yang di saat bersamaan
berinteraksi dengan kondisi-kondisi politis, sosial, dan ekonomis dalam
masyarakat.
73
cabang dengan hal- hal di luar pohon tersebut mengkondisikannya untuk
memiliki buah yang berbeda.
74
hanya dapat diselesaikan dengan melestarikan kesatuan ekosistem dan bukan
melestarikan keuntungan ekonomi.
27
The Deep Ecology Platform, lihat http://www.deepecology.org/deepplatform.html
75
Pembedaan menurut <-----------------Spektrum environmentalisme--------------->
Garner (1996) Radical Moderate reformism
Dobson (1990) & Porrit Dark green Light green
(1984)
Stephen Young Radical environmentalism Weak/reformist
environmentalism
Arne Naess (1973) Deep ecology Shallow ecology
Robyn Eckersley (1992) Ecocentric Anthropocentric
Tim O’Riordian & Ecocentric Technocentric
David Pearce
Ide dan pandangan dasar • Perlunya langkah-langkah • Perlindungan lingkungan bisa
radikal untuk membatasi secara efektif disinambungkan
tingkat produksi dan dengan kehidupan masyarakat
konsumsi. modern industrial, tanpa harus
• Perubahan di sana-sini dan secara fundamental
hanya di permukaan tidak mengancam pertumbuhan
akan cukup untuk mencegah ekonomi dan kesejahteraan
bencana lingkungan. Perlu material.
perubahan ekonomi, sosial, • Pertumbuhan ekonomi harus
politik secara fundamental. sustainable.
• Pembentukan masyarakat • Merupakan pendekatan yang
baru dengan nilai-nilai dan optimistis, percaya pada
institusi-institusi baru kemampuan ilmu pengetahuan
dibutuhkan untuk menangani dan teknologi untuk
gawatnya krisis saat ini dan menyelesaikan masalah
agar orang mampu menjalani lingkungan hidup.
hidup yang lebih bermakna
dan memuaskan.
Tabel 3.1. Spektrum Pe mikiran dalam Gerakan Lingkungan (dalam Garner, 1996)
76
menyelesaikan masalah lingkungan. Bright green misalnya, menyakini bahwa
inovasi teknologi yang berkelanjutan adalah jalan terbaik untuk menjaga
kesejahteraan, dan bahwa pandangan terhadap keberlanjutan yang tidak mampu
menyediakan kesejahteraan dan kemakmuran tidak akan pernah bisa berhasil.
Sementara itu light green environmentalists cenderung menekankan perubahan
gaya hidup, perilaku, dan pola konsumsi sebagai kunci keberlanjutan; atau
setidaknya sebagai mekanisme terbaik untuk memicu perubahan di tingkat lebih
luas. Steffen melihat kelompok light green sangat mendorong perubahan di
tingkat perseorangan, dengan mengimbau individu- individu untuk berubah.
Merekalah yang telah membantu menyebarkan gagasan bahwa kepedulian
lingkungan itu “keren”.
77
cara-cara memperjuangkan jawaban tersebut. Keragaman sudut pandang salah
satunya dipengaruhi oleh filosofi dan pandangan politik yang berkembang dalam
suatu masyarakat di suatu masa. Itulah mengapa terdapat lebih banyak varian
environmentalisme di masyarakat negara- negara Barat dibandingkan di negara-
negara Timur, yakni karena perkembangan filsafat politik Barat jauh lebih
berwarna dibandingkan yang ada di negara-negara Timur.
78
kontroversial seperti sabotase atau eco-tage, pemboikotan, penghancuran alat-
alat berat (yang digunakan untuk menebang pohon). Di sisi lainnya, mayoritas
kelompok lingkungan yang ada umumnya lebih memilih untuk mengoptimalkan
cara-cara seperti kampanye, petisi, dan pendidikan lingkungan.
79
metode baru dan lama; misalnya dengan mendorong perubahan di level
masyarakat (via gerakan akar rumput ataupun dengan pengaruh media) agar
dapat membentuk opini publik yang kemudian dapat digunakan untuk
mempengaruhi keputusan pemerintah.
80
Indonesia, namun sejumlah riset yang dilakukan di Inggris dan Amerika Utara
mengenai karakter demo grafis para aktivis lingkungan dapat memberikan salah
satu gambaran tentang siapa dan bagaimana seorang environmentalis. Riset-riset
tentang aktivis lingkungan tersebut secara umum banyak menggunakan kerangka
berpikir sosiografis dan psikografis, yang berusaha mencari tahu hubungan
antara karakter demografis para aktivis dengan persepsi, sikap, dan perilaku
mereka menghadapi permasalahan atau isu- isu lingkungan (Lowe dan Goyder,
1983; Minunzie, 1993 ).
81
manufaktur dan industrial). Hasil- hasil kajian di atas ke depannya dapat
dimanfaatkan untuk mempelajari bagaimana kaitan antara demografi dengan
aktivisme lingkunga n di Indonesia, namun untuk saat ini dalam konteks
Indonesia, tampaknya mayoritas aktivis lingkungan secara sosial memang masih
datang dari wilayah perkotaan, kelas menengah, dan terdidik ; terutama para
mahasiswa, guru dan dosen, pegawai, atau pekerja sosial.
Bola salju yang digulirkan Emil Salim mendorong pendirian salah satu titik
awal bentuk gerakan lingkungan hidup di Indonesia, yakni dengan pendirian
WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia), organisasi kemasyarakatan formal
pertama di Indonesia yang memfokuskan perjuangannya dalam bidang lingkungan
hidup. Sejarah awal WALHI sedikit banyak berutang pada Emil Salim karena
sebelum menjadi WALHI, para anggotanya sudah terlebih dahulu beraktivitas dan
82
berkumpul di bawah naungan Kelompok Sepuluh. Setelah dua tahun, pada tahun
1980 Kelompok Sepuluh kemudian berevolusi menjadi WALHI. Perjuangan awal
WALHI banyak bertolak dari kesadaran akan kerusakan-kerusakan lingkungan yang
ditimbulkan oleh sejumlah proyek pembangunan ya ng ditetapkan oleh pemerintah
kala itu, seperti dalam kasus pembangunan waduk Kedung Ombo. Sejarah dan geliat
environmentalisme di Indonesia memang tidak dapat dilepaskan dari WALHI
karena organisasi ini adalah forum lingkungan tertua, terbesar, dan paling dikenal di
Indonesia. Sejak didirikan hampir tiga puluh tahun yang lalu, WALHI telah menjadi
saksi sekaligus pelaku sejarah bagaimana gerakan lingkungan Indonesia semakin
merangkul publik dan menjadi kekuatan penting perubahan sosial (Sinanu, 2006).
Berkaitan dengan taktik dan metode aksi, WALHI sendiri pernah menjalankan
beragam metode aksi. Pada tahun-tahun awal, WALHI memfokuskan kegiatan
untuk meningkatkan kepedulian masyarakat pada isu- isu lingkungan dan
memperkenalkan WALHI itu sendiri, misalnya melalui pelatihan-pelatihan tentang
pelestarian lingkungan dan penerbitan Tanah Ait, sebuah bulletin tentang isu
lingkungan di Indonesia. Pada pertengahan 1980-an WALHI mulai berkonsentrasi
pada upaya-upaya advokasi dan menjaga jarak dari pemerintah (Munggoro, 2007).
Hingga pada tahun 1988 WALHI menjadi NGO pertama yang mengajukan tuntutan
hukum pada pemerintah, yakni ketika WALHI mengajukan sebuah tuntutan hukum
atas tuduhan pencemaran dan pengrusakan lingkungan pada enam badan pemerintah
dan perusahaan Indorayon Utama Pulp di Sumatera Utara. Meskipun tidak
memenangkan gugatan tersebut, tindakan ini telah menaikkan nama WALHI, dan
lebih jauh lagi, menyebarluaskan kepedulian terhadap permasalahan lingkungan
hidup di Indonesia.
83
setelah mengamati perubahan-perubahan konteks politik dan sosial kemasyarakatan,
WALHI memutuskan untuk meluaskan perannya dengan berubah dari forum
organisasi-organisasi lingkungan menjadi organisasi publik yang berbasis massa.
Sejarah dan dinamika WALHI mencerminkan perubahan karakter
environmentalisme di Indonesia seiring dengan perubahan sosial, politik, dan
ekonomi yang juga terjadi. Dinamika WALHI juga berhubungan erat dengan
perubahan dalam gerakan lingkungan hidup internasional, sebuah situasi yang
mendorong WALHI untuk globalizing its focus (Sinanu, 2006) dengan turut terlibat
dalam isu- isu global seperti perubahan iklim, utang luar ne geri, dan dampak
globalisasi.
84
Gerakan lingkungan hidup di Indonesia memiliki arti penting karena Indonesia
memiliki begitu banyak kekayaan alam dan lingkungan yang berpotensi
menyelamatkan atau justru menghancurkan negara dan masyarakat Indonesia; lebih
dari itu kekayaan alam Indonesia juga merupakan salah satu pusat keanekaragaman
hayati dan paru-paru dunia. Posisi penting tersebut tidak hanya disadari oleh
masyarakat dan gerakan lingkungan Indonesia tetapi oleh juga pihak-pihak luar.
Itulah salah satu alasan mengapa sejumlah lembaga atau NGO internasional ikut
tertarik dan bergabung dalam upaya-upaya perlindungan lingkungan di Indonesia.
Kecenderungan di atas terbaca jelas pada dinamika gerakan lingkungan Indonesia.
Bila pada tahun tujuh puluh hingga delapan puluhan gerakan lingkungan di
Indonesia lebih banyak didominasi oleh kelompok-kelompok pecinta alam yang
bergabung dalam organisasi-organisasi lingkungan lokal, maka pada tahun sembilan
puluhan Indonesia menyaksikan masuknya sejumlah organisasi lingkungan besar
yang bermarkas pusat di luar negeri. Di antara organisasi lingkungan global tersebut
adalah WWF, Conservation International, dan Greenpeace.
85
yang ada belum menempatkan persoalan lingkungan hidup sebagai persoalan utama.
Padahal isu lingkungan sesungguhnya berkaitan erat dengan banyak dimensi
kehidupan masyarakat, sehingga permasalahan lingkungan lambat laun akan
mempengaruhi pula banyak aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Kondisi
keterpinggiran ini pula yang tampaknya mendorong para aktivis menggunakan
segala cara dan saluran yang ada –termasuk di antaranya, melalui internet- untuk
menyebarkan kesadaran mengenai permasalahan lingkungan di Indonesia.
Saat ini, persoalan lingkungan bukan lagi sesuatu yang asing bagi masyarakat.
Tetapi, tantangan ke depan bagi gerakan dan aktivis lingkungan hidup di Indonesia
akan semakin kompleks. Tidak hanya karena masalah lingkungan hidup itu sendiri
yang tampaknya akan terus memburuk, tapi juga karena belum tampak komitmen
penuh dari pemerintah untuk berpihak ke sisi lingkungan. Meskipun begitu,
kepedulian yang telah ada di masyarakat perlu dikelola agar dapat bergabung
dengan elemen-elemen gerakan lingkungan hidup yang lainnya. untuk mendorong
perubahan yang lebih menyeluruh dalam perlindungan lingkungan hidup Indonesia.
86
khalayak. Tapi Lamb (1996: 65) mengingatkan bahwa tentunya hal di atas baru
akan punya arti dan benar-benar berdampak bila dukungan populer dari para
pemilih awam dapat disalurkan untuk mendesak politisi-politisi agar
menggerakkan “gunung” legislasi atau menggeser struktur kekuasaan yang
selama ini mengikat kuat hubungan dunia bisnis dengan pemerintah.
Secara lebih spesifik, Lamb (1996: 189) tidak memungkiri bahwa dalam
konteks dinamika kelompok-kelompok lingkungan di Inggris –terutama selama
akhir tahun 70-an hingga 80-an– hubungan erat media dengan kelompok-
kelompok lingkungan merupakan faktor krusial dalam pembangunan landasan
kekuatan populer (popular power base) kelompok-kelompok seperti FoE
(Friends of the Earth), Greenpeace, dan lainnya. Namun, dalam konteks persepsi
publik, Lamb berpendapat gambaran- gambaran yang ditampilkan media tentang
kelompok-kelompok lingkungan bisa jadi justru telah turut menimbulkan
kebingungan publik tentang siapa itu, misalnya, Greenpeace, WWF, ataupun
Friends of the Earth.
Salah satu organisasi lingkungan hidup yang paham benar dengan peran
media adalah Greenpeace. Mereka terampil dan cerdas dalam memanfaatkan
media; merancang kegiatan kampanye mereka untuk sedemikian rupa bernilai
visual, dramatis, dan mudah ditampilkan di media, terutama televisi (Martell,
1994). Tampaknya organisasi-organisasi tersebut memahami benar bagaimana
masyarakat sekarang memandang peristiwa dunia. Karenanya mereka kini
menggunakan lebih banyak simbol-simbol budaya, ikon, dan image; dan tidak
lagi bertumpu pada wacana dan argumentasi.
87
menyederhanakan kepedulian lingkungan sebagai petualangan liar di alam bebas
bersama hewan-hewan eksotis.
88
1983). Salah satu fenomena media dan komunikasi yang terus mengha ngat sejak
kurang lebih satu dekade terakhir adalah penggunaan internet oleh masyarakat
sipil dan gerakan sosial, tak terkecuali gerakan lingkungan. Pada dasarnya,
internet digunakan oleh elemen-elemen dalam gerakan lingkungan untuk
mendukung fungsi- fungsi yang selama ini telah dijalankan secara offline, yakni
fungsi komunikasi, sosialisasi, dan mobilisasi. Penggunaan media interaktif dan
media konvensional tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-
masing. Namun aktivisme lingkungan di dunia offline dan online umumnya
saling mendukung dan melengkapi, bukan saling menegasikan.
89
yang percaya bahwa informasi yang akurat dan jelas –seringkali ditampilkan
sebagai peta– adalah fitur kunci yang membuat FoE berbeda. Di pertengahan
tahun delapan puluhan, Lees- lah orang yang pertama kali membujuk organisasi
lingkungan itu untuk memulai investasi teknologi informasi termasuk
pembuatan database, sistem informasi geografis, dan kehadiran FoE di internet.
Charles Secrett juga memandang FOEnet sebagai salah satu jalan menegangkan
yang pernah FoE tempuh untuk memberdayakan orang-orang; membantu
mereka mengendalikan hidup mereka dan membantu masyarakat secara lebih
luas untuk mencari tahu apa yang terjadi di sekitar mereka.
90
yang sangat dibutuhkan sebuah gerakan sosial. Keunggulan-keunggulan tersebut
diantaranya adalah kecepatan, kemudahan, fleksibilitas, interaktivitas, luasnya
jaringan pengguna. Secara sistematis, faktor- faktor yang membuat internet
menarik untuk digunakan sebagai alat kampanye adalah (1) kecepatan transmisi
pesan, (2) jangkauan global dan lokal ke banyak sekali pengguna, (3) biaya
publishing yang rendah, (4) akses 24 jam, dan (5) kemampuan menjadi sumber
informasi alternatif yang reliable.
91
BAB IV
ANALISIS
A. PROSES PENELITIAN
93
berbasis di Indonesia. Daftar milis didapatkan dari yahoogroups dan
googlegroups; dari kedua groups tersebut tercatat dua puluh satu buah milis
bertema lingkungan (per 17 Februari 2009, lihat Lampiran) yang memiliki
keanggotaan di atas sepuluh orang dan dengan jumlah pesan relatif banyak.
Dari sekian banyak milis dipilih dua milis dengan anggota dan pesan
terbanyak, satu di Yahoogroups, satu di Googlegroups. Dari yahoogroups
dipilih milis bernama “Lingkungan”, kemudian dilakukan observasi
terhadap milis tersebut untuk mencari tahu siapa-siapa anggota yang paling
aktif. Dari pengamatan, peneliti memutuskan Djuni Pristiyanto,
administrator milis tersebut, sebagai salah satu informan.
29
Milis Greenlifestyle (atau yang sering disingkat oleh pendiri dan anggotanya sebagai “milis
GL”) didirikan oleh Armely Meiviana dan rekannya Marc Dunais. Peneliti sempat menghubungi
dan melakukan wawancara awal dengan keduanya, namun kemudian membatalkan menggunakan
Marc sebagai informan karena dia ternyata berkewarganegaraan Perancis; sebuah situasi yang
dikhawatirkan akan memancing dilema dalam penentuan batasan populasi penelitian.
30
Ditandai dengan jumlah anggota, jumlah pesan, dan atau jumlah post/artikel (bila di blog) yang
relatif tinggi bila dibandingkan dengan situs, blog, ataupun mailing list sejenis.
94
mesin pencari, ditemukan sejumlah informasi31 yang mengarahkan peneliti
pada sejumlah situs dan weblog yang membahas isu- isu lingkungan. Deretan
situs dan blog tersebut kemudian diakses dan diperiksa; blog yang kemudian
diputuskan untuk dihubungi adalah blog-blog yang (a) dikelola secara
individual, bukan kelembagaan atau milik organisasi, (b) memiliki jumlah
post yang cukup banyak, dengan kekerapan posting yang tidak terlalu
jarang, (c) terakhir di-update setidaknya November 2008 (tiga bulan sejak
penelitian dimulai), dan (d) isu lingkungan cukup mendominasi isi blog.
Keempat kriteria tersebut ditentukan seiring dengan penelusuran terhadap
blog-blog lingkungan yang ada untuk akhirnya memutuskan blog-blog mana
saja yang berpotensi menghasilkan data lebih lengkap dan beragam dan
pemilik blog-blog yang mana yang diminta menjadi informan.
31
Termasuk di antaranya tulisan Djuni Pristiyanto berjudul “234 Blog Lingkungan Indonesia”
yang dimuat di blog pribadinya. Lihat di http://djuni.wordpress.com/2005/12/21/234-blog-
lingkungan-indonesia.html
32
Terdapat satu penggiat milis Lingkungan yang merespon, tetapi menolak dijadikan informan
dengan alasan merasa belum pantas dan bahwa ada banyak orang lain yang lebih layak untuk
diwawancarai. Dengan pertimbangan etis, peneliti kemudian menyatakan terima kasih dan tidak
memaksa orang tersebut untuk menjadi salah satu informan.
95
Pasca berkenalan dan mengetahui sejumlah informasi dasar tentang
para informan, peneliti memutuskan bahwa jumlah informan tidak perlu
ditambah lagi karena keenam informan yang telah disebut di atas dinilai
sudah cukup memadai untuk mengungkap keragaman penggunaan internet
untuk aktivisme lingkungan. Ade Fadli misalnya, bekerja di sebuah
organisasi lingkungan besar di Indonesia; meski demikian, posting dan
“celetukan-celetukan”nya tidak secara vulgar berbicara atas nama
lembaganya. Armely Meiviana, pekerja freelance di bidang lingkungan yang
masih menyempatkan diri mengelola milis dan blog Greenlifestyle. Djuni
Pristiyanto, aktivis lingkungan senior yang kini lebih banyak berkecimpung
di isu bencana; sejak tahun 1999 memoderatori dan rutin memasok berita
untuk milis Lingkungan. Marwan Azis, jurnalis lingkungan hidup yang
bersama rekan-rekannya getol mendorong penggunaan internet, khususnya
fitur blog, untuk menyebarkan informasi lingkungan. Melinda Rachman,
pelajar SMA yang mengelola blog dan cause Go Green bersama satu
rekannya. Dan terakhir, Michael Dharmawan, seorang profesional di bidang
bisnis dan manajemen yang berupaya keras mengelola blog AkuInginHijau
yang sedang cukup populer. Para informan tersebut dinilai telah memberikan
informasi yang lebih mendalam dan beragam serta cukup mewakili kasus-
kasus unik aktivis lingkungan yang aktif menggunakan internet.
2. Proses Wawancara
96
dimana informan menjawab secara bebas tanpa dibatasi pilihan-pilihan.
Panduan pertanyaan (interview guide) telah disiapkan oleh peneliti sebelum
wawancara dimulai namun hanya berfungsi untuk mengingatkan peneliti
tentang topik-topik utama yang perlu ditanyakan atau dibicarakan; bukan
untuk membatasi ataupun mengekang peneliti. Secara teknis, wawancara
dilakukan melalui pertemuan tatap muka (face-to-face interview) dan juga
wawancara melalui fasilitas chatting, yakni melalui Yahoo Messenger.
97
tidak mampu membangun kedalaman secara fisik dan menangkap konteks
tatap muka, wawancara termediasi lewat internet dinilai tidak akan
mengurangi ketajaman informasi yang diberikan informan karena para
informan adalah orang-orang yang cukup terampil, fasih, internet-savvy, dan
berpengalaman menggunakan internet sebagai media komunikasi. Selain itu,
fleksibilitas waktu dan tempat yang ditawarkan oleh fasilitas chatting
ternyata sangat berguna ketika peneliti merasa perlu melakukan sesi
wawancara tambahan untuk mengkonfirmasi sejumlah informasi atau data.
Selama informan dan peneliti sama-sama luang dan terhubung dengan
internet maka penggalian data pun dapat dilakukan.
3. Pengolahan Data
98
agar setiap potongan transkrip dikenali masing- masing sumber informannya.
Selain itu, setiap transkrip juga ditata sesuai urutan kejadian saat
pengambilan data; lalu diperiksa kesesuaian informasi waktunya. Setelah
dipilah-pilah dan dirapikan, data transkrip tersebut dikoding menurut sistem
kategori permulaan (preliminary category system). Kategori-kategori
permulaan tersebut antara lain adalah kebiasaan, motivasi, dan tujuan
penggunaan internet.
B. PROFIL INFORMAN
1. Ade Fadli
33
Saat ini, informan sedang menempuh pendidikan S-2 Ilmu Lingkungan di universitas yang
sama dan mengambil tesis dengan topik politik konservasi di Kalimantan Timur.
34
Pada Selasa, 15 September 2009 blog ini sudah “pindah habitat” ke http://timpakul.web.id
99
dengan tema lingkungan hidup. Tindakan ini tidak lepas dari aktivitas
kesehariannya saat itu di bidang lingkungan hidup.
35
Dibiayai sendiri, dengan pengeluaran Rp 150.000/ bulan (per April 2009).
100
Blog Timpakul milik Ade menduduki posisi ke-94 menurut Indonesia
Matters 36 dan ke-1.455 menurut situs Blog Indonesia 37 . Salah satu
penyebabnya barangkali tingginya frekuensi Ade untuk mem-posting di blog
miliknya itu. Sejak Januari 2001 hingga 30 September 2009 tercatat 1.429
buah tulisan. Tidak hanya rutin menulis selama empat tahun terakhir, Ade
pun tak segan-segan mencoba memanfaatkan beragam jenis fitur di internet.
Dari blognya dapat kita lihat bahwa Ade pun juga memanfaatkan layanan
komunikasi dan jaringan sosial seperti Twitter, Facebook, Plurk, Tweet,
Technorati dan MySpace. Selain itu, Ade juga me-mirror isi blog
Timpakulnya di beberapa blog lain yang dimilikinya 38 .
2. Armely Meiviana
101
Facebook) ini bertujuan memberikan informasi dan tips-tips sederhana untuk
gaya hidup ramah lingkungan di perkotaan, disajikan dalam tampilan yang
menarik dan dengan bahasa yang populer.
102
Gambar 4.3. Tampilan Milis Greenlifestyle
3. Djuni Pristiyanto
103
informan selalu online selama berada di kantor (sekitar 8 jam, dari jam 9
pagi hingga 5 sore); selain di kantor, dia juga berlangganan internet di rumah
dan terbiasa mengaksesnya selama 2-3 jam perhari.
41
http://groups.yahoo.com/group/lingkungan
42
Per 30 September 2009, milis Lingkungan memiliki 3.284 anggota dengan total 45.365 pesan
(sejak April 1999); jumlah tertinggi untuk konteks milis bertema isu lingkungan di Indonesia.
43
Terlacak via pencarian google, informan juga aktif di milis “berita lingkungan” (sudah
digabungkan dengan milis Lingkungan), “bencana”, “sahabat telapak”, dan “spiritual”.
44
http://bencana.net
104
Gambar 4.5. Tampilan Blog Jalan Setapak
Sejak Juli 2009, Mas Djuni juga aktif mencurahkan gagasan dan
pikiran lewat blog pribadinya, Jalan Setapak 45 . Meskipun tak melulu berisi
hal- hal berhubungan dengan isu lingkungan, blog ini menjadi bukti nyata
komitmen dan perhatiannya dalam mengelola milis lingkungan. Hal ini
tampak dari tulisan-tulisannya yang membahas dinamika menjadi
moderator46 , perkembangan dan peranan milis Lingkungan47 , ataupun
pandangannya terhadap kemunculan blog-blog48 yang mulai banyak
mengangkat tema-tema lingkungan hidup.
45
http://djuni.wordpress.com
46
http://djuni.wordpress.com/2006/02/16/tugas -moderator-milis/
47
http://djuni.wordpress.com/2005/12/08/milis -lingkungan-sebagai-media-virtual-pengontrol-
lingkungan, http://djuni.wordpress.com/2005/12/29/perkemb angan-milis -lingkungan-tgl-29-
desember-2005-1272/, dan http://djuni.wordpress.com/2006/02/15/perkembangan-milis -
lingkungan-dan-milis -berita-lingkungan-tgl-15
48
http://djuni.wordpress.com/2005/12/21/234-blog-lingkungan-indonesia/,
http://djuni.wordpress.com/2005/12/27/blog-timpakul-peringkat-pertama-234-blog-lingkungan/,
http://djuni.wordpress.com/2007/05/19/upaya-mengusung-penyadaran-lingkungan-lewat-
informasi-blog/
105
4. Marwan Azis
Marwan mulai mengenal internet sejak kuliah, sekitar tahun 1999, dan
belajar menggunakannya secara otodidak. Saat ini Marwan terbiasa
mengakses internet dengan banyak cara, via wireless ketika di kantor,
hotspost ketika sedang di luar kantor, dan dengan modem USB saat di
rumah. Pekerjaannya tidak menuntutnya untuk selalu online sehingga
Marwan tidak setiap hari menggunakan internet.
49
Lihat profil lengkap Marwan di http://marwanazis.wordpress.com/about-me/
50
www.marwanazis.wordpress.com, www.petualanganku.multiply.com,
www.nusantaratraveling.blogspot.com, dan www.papuatraveling.blogspot.com,
www.greencare.blogspot.com
51
www.greenpressnetwork.blogspot.com (blog berita lingkungan) dan
www.greenpressnetwork.wordpress.com (organisasi Greenpress)
52
Seperti milis walhinews@yahooogroups.com, wartawanlingkungan@yahoogroups.com,
greenpress@yahoogroups.com, perubahaniklim@yahoogroups.com,
mediacare@yahoogroups.com, ajisaja@yahoogroups.com, lingkungan@yahoogroups.com,
supportergreenpress@yahoogroups.com
106
Gambar 4.6. Tampilan Blog GreenPress
5. Melinda Rachman
53
http://greenpressnetwork.blogspot.com
107
Informan termuda ini masih bersekolah di SMA, kelas XII. Melinda
sudah kenal internet sejak masih duduk di bangku Sekolah Dasar, namun
masih terbatas untuk mencari bahan tugas sekolah dan itupun masih dibantu
orangtua. Walaupun pada awalnya Melinda diajari oleh orangtuanya untuk
menggunakan internet, tapi lambat laun dia belajar dan mengeksplorasi
sendiri. Melinda hampir selalu mengakses internet dari rumah dengan
layanan internet yang dilanggan orangtuanya. Walau tersedia internet di
rumah, Melinda tidak setiap hari mengakses internet; tetapi saat mengakses
Melinda rata-rata menghabiskan waktu tiga jam per akses. Dalam tiga jam
itu dia biasanya blogging dan blog-walking, bersosialisasi via Facebook,
chatting, dan mengunduh lagu. Melinda biasanya baru bisa menggunakan
internet di malam hari, setelah selesai dengan aktivitas sekolah dan les.
Melinda sudah sekitar tiga tahun mulai nge-blog, yakni sejak umur 14,
saat di SMP kelas VIII. Saat itu blog pribadinya 54 lebih berisi cerita-cerita
tentang pengalaman pribadi Melinda dan pendapatnya tentang kejadian-
kejadian yang dia lihat di berita. Dari pergaulan dan pertemanannya di dunia
maya, Melinda berkenalan dengan Lalla 55 , teman blogger yang kemudian
mengajaknya membangun blog Go Green56 .
54
www.mellovegoodyakan.blogspot.com
55
www.syalalla.wordpress.com
56
http://gogreenindonesia.blogspot.com
108
Gambar 4.7. Tampilan Blog Go Green
Blog yang mulai publish pada tanggal 2 Februari 2008 ini berfokus
pada isu global warming dan kiat-kiat yang bisa dilakukan untuk mencegah
dan menghadapinya. Dengan bahasa yang mudah dimengeri, Lalla dan
Melinda mengajak pengunjung blog untuk lebih menyayangi bumi melalui
cara-cara sederhana. Blog ini tampaknya cukup populer, dalam jangka waktu
sekitar satu setengah tahun (Februari 2008-September 2009), blog ini telah
dikunjungi sebanyak 55.658 kali dan mendapat respon yang positif dari para
pengunjungnya. Untuk memperluas jaringan dan lebih menyebarkan pesan-
pesan lingkungan, mereka juga membuat cause Go Green di Facebook.
Dalam kegiatan-kegiatan di atas, Melinda berkontribusi dalam membuat
tulisan, menjawab surat atau tanggapan dari pembaca, dan meng-invite
orang-orang untuk bergabung di cause Go Green.
109
6. Michael Dharmawan
57
http://akuinginhijau.org/
58
http://akuinginhijau.org/2008/02/05/1-tahun-aku-ingin-hijau/
59
http://akuinginhijau.org/about/
60
Agenda hijau, Akhir Pekan, Belajar Hijau, Bercocok tanam, Berita lingkungan, Berita
lingkungan global, Berita lingkungan lokal, Bisnis hijau, Daur ulang, Energi alternatif, Energi,
Fakta Lingkungan, Hemat di Jalan, Jalan-jalan, Lingkungan Kerja, Lingkungan rumah, Manifesto
hijau, Polling, Produk hijau, Tanaman, Tanaman bermanfaat, Teknohijau, dan Uncategorized.
110
pembacanya untuk saling berinteraksi dan berdiskusi, Michael juga
menyediakan mailing list AkuInginHijau61 . Bahasa yang ringan dan tidak
menggurui dipilihnya untuk dapat berbicara dengan khalayak yang lebih
luas. Sebagai hasil kerja keras, sepanjang dua tiga perempat tahun, tepatnya
sejak Januari 2007 hingga akhir September 2009, blog AkuInginHijau telah
dikunjungi lebih dari 520.000 kali dan mendapat ratusan tanggapan62 yang
sebagian besar berupa dukungan.
61
http://groups.yahoo.com/group/akuinginhijau
62
http://akuinginhijau.org/about/
111
C. PENGGUNAAN INTERNET SECARA UMUM
112
komputer” [Ade]. Dari ilustrasi di atas dapat dipahami bahwa penggunaan
internet tidak hanya berawal dari sejumlah needs individual seperti yang
digambarkan pendekatan uses and gratifications, tapi juga dapat berawal
dari status pengguna dan keadaan sosial di sekitar mereka (individual and
social characteristics, Renckstorf, 1989 dalam McQuail & Windahl, 1993)
yang akhirnya “memaksa” mereka berkenalan dengan internet.
113
pelajar mengkondisikannya untuk hanya menggunakan internet di waktu
malam, sesudah aktivitas bersekolah dan lesnya selesai.
114
Selama berinteraksi dengan dan melalui internet, para informan secara
sadar maupun tidak, membangun persepsi-persepsi mereka terhadap internet.
Persepsi tersebut bisa terbentuk seiring pengamatan mereka terhadap
fenomena- fenomena yang terjadi di internet, ataupun mela lui pengalaman-
pengalaman yang mereka lalui sendiri. Berbicara tentang keunggulan
internet, para informan sepertinya sependapat bahwa dibandingkan media
dan saluran komunikasi lain internet memang lebih murah. Selain itu,
informan juga berpendapat keunggulan internet terletak pada fakta bahwa
internet “jangkauannya lebih luas, dan memberi kebebasan dalam
menggungkapkan” [Ade]; “lebih hemat waktu (tidak harus bepergian jauh),
bisa dilakukan sambil mengerjakan hal lain, bisa dilakukan kapan saja”
[Armely]; “lebih efektif dan efisien” [Marwan]; “menyediakan kecepatan
respon dan legalitas bukti pembicaraan” [Michael]; dan juga Melinda
bercerita bagaimana internet menyediakan semua jenis informasi dan
hiburan yang dia inginkan, lebih cepat, dan terhubung dengan banyak orang.
115
D. PENGGUNAAN INTERNET UNTUK AKTIVISME
LINGKUNGAN
116
2. Latar Belakang, Motivasi, dan Alasan Penggunaan
Awal mula Djuni menggunakan internet pun tidak berbeda jauh dari
Armely. Djuni melihat saat itu, di tahun 1998, internet lebih banyak
digunakan untuk kepentingan politis, dan isu lingkungan masih menjadi isu
yang benar-benar minor. Karena itulah Djuni berfokus memanfaatkan
internet untuk menyebarkan berita lingkungan melalui milis- milis.
117
Terdapat beragam fasilitas di Internet yang dapat digunakan aktivis
lingkungan untuk mendukung aktivisme lingkungan. Para informan dalam
penelitian ini pun tak ketinggalan memanfaatkan fitur- fitur seperti petisi
online, donasi online, vote untuk sebuah aksi, ataupun bergabung di cause
dan milis bertema lingkungan. Namun, dari sedemikian banyak ragam
fasilitas, mereka umumnya memilih satu hingga dua bentuk penggunaan saja
untuk mendukung isu lingkungan. Dan bentuk-bentuk yang paling utama
mereka jalankan tersebut adalah milis dan blog.
118
Selain faktor-faktor pendorong penggunaan kedua bentuk di atas,
terdapat pula sejumlah kajian yang membahas fenomena tersebut. Schmidt
(2007) misalnya, menawarkan sebuah kerangka analitis untuk mengkaji
praktik-praktik blogging, yakni bahwa penggunaan blog pada prakteknya
terdiri dari rutinitas-rutinitas spesifik dan juga pengharapan-pengharapan
agar penggunaannya dapat meraih tujuan-tujuan komunikatif. Penggunaan
blog kemudian tidak hanya membangun suatu hypertextual network, tapi
juga berujung pada pembentukan jaringan sosial (social network) dengan
bermacam- macam tingkat kedekatan. Ide Schmidt ini cocok dengan apa
yang terjadi di antara para informan penelitian ini. Armely dalam wawancara
mengaku mengenal dan familiar dengan blog Michael dan Marwan.
Sementara itu, Michael menjadi anggota milis Greenlifestyle yang turut
dikelola Armely. Selain itu, Ade pernah menyebut blog Michael dalam salah
satu posting di blognya 63 . Sedangkan Ade dan Djuni saling mengenal karena
memiliki lingkaran pertemanan yang berkaitan erat. Tanpa direncanakan,
sejumlah informan dalam penelitian ini rupanya saling mengenal dan berada
dalam satu jaringan besar, jaringan sosial gerakan lingkungan Indonesia.
63
http://timpakul.web.id/environment-blog.html
119
terpinggirkan di media massa konvensional, terutama media audiovisual,
internet dan khususnya blog menjadi sumber alternatif tapi utama untuk
mendapatkan berita, informasi, dan tulisan tentang isu- isu lingkungan.
120
baik dengan cara browsing, searching, atau melanggan suatu mailing list.
Kegiatan-kegiatan di atas peneliti golongkan sebagai penggunaan pasif
karena pada dasarnya aktivis sebagai pengguna hanya menerima informasi.
Aktivis dapat dikatakan secara aktif menggunakan internet bila sudah
sampai ke tahapan memproduksi dan atau mereproduksi pesan atau
informasi lingkungan. Sementara itu, penggunaan di tingkat perseorangan
adalah bila penggunaan internet oleh aktivis (baik secara aktif maupun pasif)
lebih didasari motif dan tujuan individual; sedangkan penggunaan di level
kolektif adalah bila internet digunakan aktivis lingkungan sebagai bagian
dari suatu tugas atau fungsi dalam sebuah komunitas, gerakan, atau
organisasi tertentu, misalnya bila aktivis itu mengemban peran publikasi dan
kehumasan di suatu lembaga lingkungan hidup.
121
karena seorang aktivis dapat menggunakan internet dengan sifat yang
beragam dalam waktu yang berbeda-beda pula. Namun tidak dapat
dipungkiri bahwa ada kemungkinan kecenderungan seorang aktivis untuk
lebih dominan menempati kuadran tertentu. Kondisi ini tak lepas dari pola
kebiasaan penggunaan internet seorang aktivis serta status dan perannya
dalam ranah besar gerakan lingkungan hidup.
122
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
121
memperkenalkan dan menyebarluaskan informasi- informasi lingkungan. Kedua
bentuk tersebut dipilih karena lebih hemat, mudah, dan populer. Dalam
pengelolaannya blog-blog dan milis- milis tersebut, sebagian mengelolanya
secara individual dan sebagian lagi mengelolanya secara kolektif. Pilihan
pengelolaan umumnya berhubungan dengan pilihan pribadi dan keterbatasan
sumber daya, terutama waktu luang. Lepas dari itu mereka meyakini bahwa
internet berperan penting dalam penyebarluasan nilai-nilai pro- lingkungan.
B. SARAN
122
membantu aktivis serta organisasi lingkungan untuk menyusun strategi
pemanfaatan Internet yang lebih efektif dan tepat sasaran untuk menyokong
aktivisme lingkungan di Indonesia.
123
situasi ini mempengaruhi konsentrasi dan rapport informan saat menyimak dan
menjawab pertanyaan. (Namun, mengingat para informan sudah lama
menggunakan internet, bukan tidak mungkin sudah tidak asing dengan aktivitas
multitasking tersebut). Keputusan untuk mewawancara lewat YM dapat diambil
bila peneliti yakin bahwa para informan adalah pengguna internet yang cukup
berpengalaman dan sudah internet-savvy, sehingga tidak kaku ataupun “kagok”
lagi dalam menggunakan YM sebagai alat komunikasi dan pengungkapan
pendapat.
124
DAFTAR PUSTAKA
Bucy, Erik P. 2000. Social Access to the Internet. The Harvard International
Journal of Press/Politics, 2000; 5; 50. Diakses pada tanggal 8 Oktober
2008 dari http://hij.sagepub.com/cgi/content/abstract/5/1/50
Connelly, James dan Graham Smith. 1999. Politics and the Environment: From
theory to practice. London: Routledge.
Dryzek, John S. 1997. The Politics of the Earth: Environmental Discourses. New
York: Oxford University Press.
Ebersole, Samuel. 2000. Uses and Gratifications of the Web among Student s.
Journal of Computer-Mediated Communication, Vol 6 (1). Diakses pada
tanggal 8 Maret 2008 dari
http://jcmc.indiana.edu/vol6/issue1/ebersole.html
Flew, Terry. 2005. New Media: An Introduction. 2nd edition. Melbourne: Oxford
University Press.
Hill, David T. dan Krishna Sen. 2005. The Internet in Indonesia’s New
Democracy. Oxon: Routledge.
Jensen, Michael J., James N. Danziger, and Alladi Venkatesh. 2007. Civil
Society and Cyber Society: The Role of the Internet in Community
Associations and Democratic Politics. The Information Society, 23: 39–50.
Routledge Publications; Taylor & Francis Group.
Johnson, Thomas J. dan Barbara K. Kaye. 2003. Around the World Wide Web in
80 Ways: How Motives for Going Online are Linked to Internet Activities
among Politically Interested Internet Users. Social Science Computer
Review, 2003; 21; 304-325. Sage Publications. Diakses pada tanggal 15
November 2007 dari http://ssc.sagepub.com/cgi/content/abstract/21/3/304
Johnson, T. J., Kaye, B. K., Bichard, S. L., & Wong, w. J. 2007. Every blog has
its day: Politically- interested Internet users' perceptions of blog credibility.
Journal of Computer-Mediated Communication, 13(1), article 6. Diakses 6
Desember 2008 dari http://jcmc.indiana.edu/vol13/issue1/johnson.html
Kahn, Richard dan Douglas Kellner. 2004. New media and internet activism:
from the ‘Battle of Seattle’ to blogging. New Media and Society, 2004; 6;
87. Sage Publications. Diakses pada tanggal 8 Oktober 2008 dari
http://nms.sagepub.com
Katz, Elihu, Jay G. Blumler, dan Michael Gurevitch. 1974. Uses and
Gratifications Research. The Public Opinion Quarterly, Vol. 37, No. 4,
(Winter, 1973-1974), hal. 509-523. Oxford: Oxford University Press.
Diakses tanggal 12 Juni 2008 dari http://www.jstor.org/stable/2747854
Kenix, Linda Jean. 2008. Nonprofit Organizations' Perceptions and Uses of the
Internet. Television and New Media, 2008; 9; 407. Diakses tanggal 20
November 2008 dari http://tvn.sagepub.com/cgi/content/abstract/9/5/407
Kerbel, Matthew R. dan Joel David Bloom. 2005. Blog for America and Civic
Involvement. The Harvard International Journal of Press/Politics 2005;
10; 3. Diakses pada tanggal 11 Desember 2008 dari
http://hij.sagepub.com/cgi/content/abstract/10/4/3
Lowe, Philip dan Jane Goyder. 1983. Environmental Groups in Politics. London:
George Allen & Unwin (Publishers) Ltd.
Lubell, Mark. 2001. Environmental Activism as Collective Action. Draft tulisan
untuk jurnal Environment and Behavior. Diakses 26 Agustus 2009 dari
http://www.des.ucdavis.edu/faculty/lubell/Teaching/LubellEnviroActivism.
pdf
Maignan, Isabelle dan Bryan A Lukas. 1997. The nature and social uses of the
Internet: A qualitative investigation. The Journal of Consumer Affairs, Vol.
31. University of Wisconsin Press, Madison: Winter 1997. Diakses pada
tanggal 21 Maret 2008 dari
http://proquest.umi.com/pqdweb?did=23172565dansid=6danFmt=4danclie
ntId=42788danRQT=309danVName=PQD
McQuail, Denis dan Sven Windahl. 1993. Communication Models for The Study
of Mass Communications. Singapore: Longman Publishers.
O’Brien, Rory. 1999. Social Change Activism and the Internet: Strategic Online
Activities. Diakses pada tanggal 10 Desember 2008 dari
http://www.web.net/~robrien/papers/netaction.html
Paccagnella, Luciano. 1997. Getting the Seats of Your Pants Dirty: Strategies for
Ethnographic Research on Virtual Communities. Journal of Computer-
Mediated Communication, 12(4), JCMC 3 (1) June 1997. Diakses tanggal
6 Juni 2008 dari http://jcmc.indiana.edu/vol3/issue1/index.html
Schau, Terry. 2001. Internet use: Here, there, and everywhere. Occupational
Outlook Quarterly, Winter 2000/2001. Diakses 17 September 2008 dari
http://findarticles.com/p/articles/mi_qa5448/is_200101/ai_n21464557/print
?tag=artBody;col1
Sen, Khrisna dan David T. Hill. 2001. Media, Budaya, dan Politik di Indonesia.
Jakarta: ISAI dan PT. Media Lintas Inti Nusantara.
Wahid, Fathul, Bjørn Furuholt dan Stein Kristiansen. 2007. Internet for
Development? Patterns of use among Internet café customers in Indonesia.
Information Development, 2006; 22 (4); 278. Diakses pada tanggal 28
November 2007 dari http://idv.sagepub.com/cgi/content/abstract/22/4/278
Wimmer dan Dominick. 2006. Mass Media Research. 8th edition. California:
Thompson Wadsworth.
Yang, Guobin. 2003. Weaving a Green Web: The Internet and Environmental
Activism in China. China Environment Series, Issues 6. Diakses tanggal 12
Januari 2009 dari http://wwics.si.edu/topics/pubs/greenweb.pdf
Bello, Walden. 2007. The Environmental Movement in the Global South: The
Pivotal Agent in the Fight against Global Warming. “Focus on the Global
South”, 12 October 2007. Diakses tanggal 23 Maret 2009 dari
http://www.tni.org/detail_page.phtml?act_id=17458
Csaja, Ronald dan Johnny Blair. 2005. Designing Surveys: A Guide to Decisions
and Procedures. California: Pine Forge Press.
Echols, John M., dan Hassan Shadily. 1987. Kamus Inggris-Indonesia. Cet. XVII
Jakarta: Gramedia.
Eng, Peter. 1998. A New Kind of Cyberwar. Columbia Journalism Review. New
York: Sep/Oct 1998. Vol. 37, Iss. 3; pg. 20, 2 pgs. Diakses pada tanggal 25
Maret 2009 melalui layanan ProQuest yang dilanggan Perpustakaan
Universitas Gadjah Mada.
Heywood, Andrew. 2002. Politics. 2nd ed. Hampshire dan New York: Palgrave.
Hill, David T. dan Krishna Sen. 1997. Wiring the Warung to Global Gateways:
The Internet in Indonesia. Indonesia, Vol. 63, April 1997. Cornell
University: Southeast Asia Program Publications. Diakses pada tanggal 25
Maret 2009 dari http://www.jstor.org/stable/3351511
Hill, David T. 2002. East Timor and the Internet: Global Political Leverage in/on
Indonesia. Indonesia, Vol. 73, April 2002. Cornell University: Southeast
Asia Program Publications. Diakses pada tanggal 25 Maret 2009 dari
http://www.jstor.org/stable/3351468
Juris, Jeffrey S. 2005. The New Digital Media and Activist Networking within
Anti–Corporate Globalization Movements. The ANNALS of the American
Academy of Political and Social Science 2005; 597; 189. Diakses pada 14
Oktober 2008 dari http://ann.sagepub.com/cgi/content/abstract/597/1/189
Lamb, Robert, in collaboration with Friends of the Earth (FoE). 1996. Promising
the Earth. London: Routledge.
Lim, Hyun-Chin, Sukki Kong, Yi-Jong Suh, dan Joon-Koo Lee. 2008. The
Internet Revolution? The Formation of Public Sphere in South Korea.
American Sociological Association, Conference Papers. Diakses tanggal 17
Juli 2008 melalui layanan EBSCO.
Lin, Carolyn, Michael B. Salwen, dan Rasha A. Abdulla. 2005. Uses and
Gratifications of Online and Offline News: New Wine in an Old Bottle?
Dalam Salwen, Michael B., Bruce Garrison, dan Paul D. Driscoll (eds).
2005. Online News and The Public. New Jersey: Lawrence Erlbaum
Associates. Inc.
Liu, Vera Youling dan Daniela Dimitrova. 2007. The Uses of and Gratifications
Derived from Bulletin Board Systems (BBS) in Chinese Youth. China
Media Research, 3(2), 2007. Diakses tanggal 24 Oktober 2008 dari
http://www.chinamediaresearch.net
Liu, Yuliang. 2002. What Does Research Say about the Nature of Computer-
mediated Communication: Task-Oriented, Social- Emotion-Oriented, or
Both? Electronic Journal of Sociology. ISSN: 1198 3655
Papacharissi, Zizi dan Alan M. Rubin. 2000, Predictors of Internet Use. Journal
of Broadcasting and Electronic Media, 44 (2), pp: 175, 22; Spring 2000.
Diakses pada tanggal 23 November 2008 dari
http://findarticles.com/p/articles/mi_m6836/is_2_44/ai_n25029542/print?ta
g=artBody;col1
Shah, Dhavan V., Jaeho Cho, William P. Eveland, JR. dan Nojin Kwak. 2005.
Information and Expression in a Digital Age: Modeling Internet Effects on
Civic Participation. Communication Research, 2005; 32; 531. Diakses 8
Oktober 2008 dari http://crx.sagepub.com/cgi/content/abstract/32/5/531
Sousa, Helena. 2006. Information Technologies, Social Change and the Future:
The Case of Online Journalism in Portugal. European Journal of
Communication 2006; 21; 373. Diakses tanggal 20 November 2008 dari
http://ejc.sagepub.com/cgi/content/abstract/21/3/373
Stafford, Thomas F. dan Marla Royne Schkade. 2004. Determining Uses and
Gratifications for the Internet. Decision Sciences, 4/1/04. Diakses pada
tanggal 23 Januari 2009 dari
http://findarticles.com/p/articles/mi_qa3713/is_200404/ai_n9398988/print?
tag=artBody;col1
Steffen, Alex. 2009. Bright Green, Light Green, Dark Green, Gray: The New
Environmental Spectrum. Diakses tanggal 26 Mei 2009 dari
http://www.worldchanging.com/bios/alex.html
Sun, Tao, Bu Zhong, dan Jun Zhang. 2006. Uses and Gratifications of Chinese
Online Gamers. China Media Research, 2(2), 2006. Diakses pada tanggal
24 Oktober 2008 dari http://www.chinamediaresearch.net
Weber, Lori M., Alysha Loumakis, dan James Bergman. 2003. Who Participates
and Why?: An Analysis of Citizens on the Internet and the Mass Public.
Social Science Computer Review, 2003; 21; 26. Diakses pada tanggal 8
Oktober 2008 dari http://ssc.sagepub.com/cgi/content/abstract/21/1/26
Winters, Jeffery A. 2002. The Political Impact of New Information Sources and
Technologies in Indonesia. Gazette, 2002; 64; 109. Diakses tanggal 21
Oktober 2008 dari http://gaz.sagepub.com/cgi/content/abstract/64/2/109
Wiryono. 2008. Conservation work in Indonesia requires religious essentials.
The Jakarta Post. Diakses pada tanggal 23 Maret 2009 dari
http://www.thejakartapost.com/news/2008/08/05/conservation-work-
indonesia-requires-religious-essentials.html
Witmer, Diane F. and Chutatip Taweesuk. 1998. Why Business People Use the
World Wide Web: An Application Of Uses And Gratifications Theory.
Dalam C. Ess and F. Sudweeks (eds). 1998. Proceedings Cultural Attitudes
Towards Communication and Technology. Australia: University of
Sydney. Diakses tanggal 20 Januari 2009 dari
http://www.it.murdoch.edu.au/~sudweeks/catac98/pdf/25_witmer.pdf
Yang, Guo Bin dan Craig Calhoun. 2008. Media, Power, and Protest in China:
From the Cultural Revolution to the Internet. Harvard Asia Pacific Review.
Diakses tanggal 17 Juli 2008 melalui layanan EBSCO.
Zhao, S. 2006. Do Internet users have more social ties? A call for differentiated
analyses of Internet use. Journal of Computer-Mediated Communication,
11(3), article 8. Diakses 14 Desember 2008 dari
http://jcmc.indiana.edu/vol11/issue3/zhao.html
Zhu, Jonathan J. H. dan Zhou He. 2002. Diffusion, Use and Impact of the
Internet in Hong Kong: A Chain Process Model. Journal of Computer-
Mediated Communication, 7(2), January 2002. Diakses tanggal 8
Desember 2008 dari http://jcmc.indiana.edu/vol7/issue2/zhu.html
-------, Statistik APJII (updated Desember 2007). Asosiasi Penyedia Jasa Internet
Indonesia. http://www.apjii.or.id/dokumentasi/statistik.php?lang=ind
------. 2008. Daily Internet Activities. PEW Internet and American Life Project.
Diakses dari http://www.pewinternet.org
LAMPIRAN DATA MAILING LIST
Member dan Keadaan Milis-milis bertema isu lingkungan hidup Per 17 Februari 2009
Yahoogroups
akuinginhijau 60 Feb 9, 2008 34 pesan “Milis dari blog Aku Ingin Hijau” http://akuinginhijau.org/
Pemilik: Michael Dharmawan (dodolipet)
bumi-bandung 421 Mar 25, 2000 4.381 pesan Mailing List ini diperuntukkan untuk pemberitaan dan diskusi kegiatan
relawan YPBB (Yayasan Pengembangan Biosains dan Bioteknologi). Pada
awalnya milist ini dimanfaatkan untuk komunikasi berkaitan dengan
peringatan Hari Bumi 2000.”
Afiliasi: http://ypbb.terranet.or.id/
CINTA- 18 May 24, 2008 32 pesan “Ikatan Para Pecinta Lingkungan Alam dan Hidup Sejahtera”
LINGKUNGAN-
ALAM-
SEJAHTERA
Cumakita 183 May 17, 2000 12.992 pesan “Mailing list bagi para pemrakarsa diskusi/debat seputar advokasi lingkungan
hidup.” (Milis internal organisasi WALHI)
Afiliasi: www.walhi.or.id
Energy_Troops 504 Dec 22, 2004 3.222 pesan “Kami, sekumpulan orang berenergi yang perhatian untuk mendapat
pencerahan dari segala sesuatu yang berhubungan dengan energi. Energi untuk
hidup. Termasuk, energi yang terkait Pemanasan Global dan Perubahan Iklim.”
Afiliasi: www.panda.org/powerswitch
greenmapper_jogja 233 Mar 6, 2002 2.420 pesan “Komunitas peta hijau yogyakarta”
Afiliasi: www.greenmap.or.id
LAMPIRAN DATA MAILING LIST
jakartagreenmonster 392 Apr 3, 2006 2.781 pesan “Jakarta Green Monster adalah komunitas relawan. Komunitas relawan yang
peduli pada kawasan pesisir utara Jakarta. Khususnya Suaka Margasatwa
Muara Angke (SMMA) dan Suaka Margasatwa Pulau Rambut (SMPR).”
Afiliasi: www.jakartagreenmonster.com
jpl 482 Aug 22, 1998 9.126 pesan “Jaringan Pendidikan Lingkungan is an Indonesian NGO Network that work in
Environmental Education (EE). JPL was established in 27 November 1996. We
invite individual, istitutions and NGO that has and/or interested in EE
programme to join the network.”
langit_biru 52 Feb 11, 2002 213 pesan “Group ini adalah forum tukar informasi mengenai lingkungan hidup,
pedesaan, perkotaan, pertanian, dll.”
Pemilik: http://www.m-ruswandi.blo gspot.com
lingkungan 2944 Apr 13, 1999 41.528 pesan “Milis Lingkungan Indonesia .
Milis ini adalah tempat berdiskusi segala masalah lingkungan.”
plhsumsel 63 Mar 14, 2006 1.032 pesan “Milis plhsumsel@yahoogroups ini merupakan media informasi dan
komunikasi yang dikelola oleh Forum Komunikasi Pendidikan Lingkungan
Hidup Sumatera Selatan. Media ini diharapkan sebagai media yang mampu
mewadahi kegiatan diskusi, sharing pendapat, berbagi pengalaman dan
informasi mengenai Pendidikan Lingkungan dan Lingkungan hidup di
Sumatera Selatan.”
sahabat-telapak 229 Nov 30, 2005 1.654 pesan “SAHABAT Telapak adalah individu-individu yang memiliki kepedulian
terhadap perjuangan Telapak yang diwujudkan dengan aksi-aksi nyata.
Individu-individu tersebut diharapkan bersepakat pada visi dan misi Telapak.”
Afiliasi: http://www.telapak.org
sahabat-walhi 186 Jul 29, 2003 1.517 pesan “Milis ini adalah media informasi bagi publik yang mempunyai interest dengan
lingkungan dan WALHI.”
Afiliasi: www.walhi.or.id
LAMPIRAN DATA MAILING LIST
sahabat_pili 187 Mar 15, 2006 783 pesan “Sahabat PILI adalah komunitas yang terdiri dari individu-individu dengan
berbagai latar belakang dan mempunyai minat serta antusiasme untuk
membantu upaya penyelamatan lingkungan di Indonesia. Sahabat-PILI
berbasis volunteer (relawan) dari PILI (Pusat Informasi Lingkungan Indonesia)
yang terbentuk awal tahun 2006, dan telah memiliki anggota terdaftar
sebanyak ±300 orang yang tersebar di kota-kota seluruh Indonesia. Kegiatan
Sahabat PILI terpusat di Kota Bogor dan sekitarnya.”
Afiliasi: http://www.pili.or.id/
shalinkers_jogja 78 Feb 24, 2006 606 pesan “Sahabat Lingkungan merupakan sebuah organisasi berbasis kerelawanan yang
bergerak dalam isu lingkungan, berdomisili di D.I. Yogyakarta.”
Afiliasi: www.walhi.or.id
Temukita 170 Dec 29, 2006 3.701 pesan Milist internal Sahabat WALHI;
"debat, diskusi, sharing dan kreatif kampanye"
Afiliasi: www.walhi.or.id
berita-lingkungan 973 Jan 19, 2000 9.690 pesan “Di milis Berita Lingkungan Hidup Indonesia ini disajikan mengenai berita-
(terakhir : berita lingkungan hidup dan segala sesuatu yang berhubungan dengannya.
Mei tahun
2006) Sumber berita berasal dari majalah, koran, jurnal, milis lain, internet, dll.”
Googlegroups
walhiclimate 62 - - “Milis ini adalah milis internal Wahana Lingkungan Hidup Indonesia berkaitan
dengan segala macam isu, perkembangan, pendapat mengenai perubahan
iklim. Perubahan iklim adalah sinyal terakhir gagalnya model pembangunan
global yang berlaku sekarang.”
greenlifestyle 825 - - Berafiliasi dengan blog http://greenlifestyle.or.id
Forum hijau 15 - Afiliasi: Yayasan Hijau
Komunitas 5 - - -
lingkungan
LAMPIRAN E-mail dari peneliti Untuk Informan
Perkenalkan, nama saya Challida N. Hikmarani, silakan panggil saya Rani. Saya mengenal
Mas dari keaktifan Mas di sejumlah milis lingkungan. Saat ini saya sedang mengerjakan
tesis di S-2 Ilmu Komunikasi Fisipol UGM dan mengambil penelitian berjudul "Internet dan
Aktivis Lingkungan Hidup di Indonesia". Walau saat ini usulan proposal saya masih dalam
tahap revisi namun saya ingin mengetahui apakah Mas bersedia menjadi salah satu informan
dalam penelitian yang akan saya jalankan. Latar belakang dan rumusan masalah penelitian
saya lampirkan agar Mas dapat melihat ruang ketertarikan saya. Saya berharap dapat
bekerjasama dengan Mas dan menggali lebih dalam bagaimana Mas memanfaatkan internet
untuk menyebarkan informasi lingkungan.
http://www.facebook.com/home.php?#/profile.php?id=687127695&ref=profile
http://rani-langitbiru.blogspot.com/
Challida N.Hikmarani
S-2 Ilmu Komunikasi Fisipol UGM
Blok F no 12 Lanud Adi Sucipto Yogya 55281
0819 317 687 49
ranm_d@yahoo.com
hidup di Indonesia dalam mengoptimalkan potensi yang terkandung dalam Internet untuk
mendukung aktivisme mereka. Oleh karena itu, penelitian ini akan mencari tahu bagaimana
aktivis lingkungan hidup di Indonesia menggunakan Internet untuk menunjang aktivisme
mereka.
LATAR BELAKANG
Penggunaan Internet di Indonesia dalam satu dasawarsa terakhir telah meluas dan
mendalam, menjadikannya salah satu alat komunikasi utama yang menghubungkan berbagai
wilayah di Indonesia. Salah satu kelompok masyarakat yang tak ketinggalan memanfaatkan
berbagai keunggulan berkomunikasi melalui Internet adalah kelompok masyarakat sipil.
Penggunaan beragam fasilitas di Internet oleh para aktivis ataupun pekerja sosial adalah
salah satu contoh penggunaan internet di ranah sosial (non-komersial). Para aktivis ini
umumnya memanfaatkan beragam fasilitas seperti e-mail, mailing-list, weblog, dan
webpage untuk melakukan organisasi, koordinasi, sosialisasi, dan mobilisasi orang maupun
informasi dalam berbagai aktivitas mereka. Meskipun begitu, pemanfaatan Internet ole h
masyarakat sipil di Indonesia belum banyak dikaji dan dipahami.
Gagasan awal penelitian ini berangkat dari pengamatan sederhana peneliti atas
berbagai aktivitas dunia maya yang dilancarkan oleh sejumlah aktivis lingkungan Indonesia.
Secara umum, penggunaan internet oleh LSM ataupun organisasi masyarakat sipil dinilai
telah mampu mendukung dan mendorong kerja organisasi. Hal ini terutama terkait dengan
salah satu kemudahan yang ditawarkan Internet, yakni kecepatan dan kemudahan
berkomunikasi. Dalam kasus gerakan lingkungan hidup, pekerja dari organisasi maupun
aktivis mandiri (non-afiliasi) sama-sama aktif bekerja mengkampanyekan beragam isu
lingkungan hidup di Indonesia. Dan tidak sedikit dari mereka yang menjalankan program-
program kampanye lingkungan me lalui Internet. Namun dari pengamatan pendahuluan
terhadap sejumlah situs (website) dan mailing list lingkungan hidup Indonesia, aktivisme
online yang terjadi tampaknya masih terbatas pada bentuk-bentuk tertentu (misalnya, e-mail
dan weblog) dan baru dilakukan oleh sejumlah tokoh-tokoh kunci saja. Kondisi kontradiktif
ini menjadi menarik untuk dikaji mengingat keberadaan dan penggunaan internet selama ini
kerap dihubung-hubungkan dengan kesetaraan individu untuk terlibat secara aktif.
Keterbatasan pemanfaatan Internet oleh aktivis lingkungan dalam lingkup yang lebih
luas juga dikaitkan dengan kesadaran lingkungan, yang tampaknya belum cukup menyebar
dan menyentuh masyarakat secara umum. Hal ini tentunya menjadi keresahan tersendiri
bagi sejumlah aktivis serta pengurus organisasi-organisasi lingkungan hidup di Indonesia.
Tidak sedikit dari mereka yang masih mengujicobakan cara-cara terbaik untuk
mengoptimalkan fasilitas Internet dalam upaya menyentuh dan melibatkan publik.
Berangkat dari kegundahan teman-teman aktivis inilah peneliti menemukan celah
permasalahan penelitian. Untuk kasus aktivis lingkungan di Indonesia, menjadi penting
untuk menggali bagaimana Internet dipergunakan untuk menunjang aktivisme mereka.
Gambaran ideal penggunaan Internet untuk membangun masyarakat sipil dan memperkuat
demokrasi barangkali terlalu jauh untuk dikait-kaitkan. Namun, dalam lingkup
permasalahan yang lebih luas, kajian empiris atas penggunaan Internet oleh aktivis
dipandang penting dan perlu dilakukan sebagai batu pijakan untuk memahami bagaimana
2
LAMPIRAN E-mail dari peneliti Untuk Informan
proses interaksi, komunikasi, serta aktivisme dalam masyarakat sipil dapat membantu
mendorong tingkat partisipasi publik dalam kehidupan sosial politik secara lebih luas.
Penelitian mengenai penggunaan media baru, khususnya internet, oleh organisasi
non-profit atau non-pemerintah serta masyarakat sipil telah banyak dilakukan di sejumlah
negara, tetapi sangat sedikit yang membahas hal tersebut dalam konteks Indonesia.
Kelangkaan bahan kajian juga tampak jelas untuk kasus penggunaan Internet oleh organisasi
maupun aktivis yang bergerak dalam isu lingkungan. Secara tegas dapat dikatakan bahwa
penelitian mengenai penggunaan internet oleh aktivis lingkungan hidup di Indonesia belum
pernah dilakukan sebelumnya. Oleh karena itu, sebagai sebuah kajian awal adalah penting
untuk mengeksplorasi bagaimana aktivis lingkungan sebagai individu memanfaatkan
internet sebagai media komunikasi baru. Dalam penelitian eksploratoris ini, penelusuran
akan difokuskan pada penggunaan Internet oleh aktivis lingkungan dalam mendukung
aktivisme lingkungan (environmental activism) di Indonesia. Kajian ini secara pragmatis
diharapkan mampu menjadi masukan bagi aktivis lingkungan pada khususnya dan gerakan
lingkungan hidup di Indonesia pada umumnya
RUMUSAN PERMASALAHAN
Gambaran kondisi fenomena di atas menunjukkan arti penting penelitian dalam
wilayah kajian ini. Dengan latar belakang seperti yang telah disebutkan maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
“Bagaimana aktivis lingkungan hidup memanfaatkan Internet untuk mendukung
aktivisme lingkungan (environmental activism) di Indonesia?”
3
LAMPIRAN INFORMAN 1 WAWANCARA 1
WAWANCARA KE- :1
ranm_d: bisa tolong cerita sedikit tentang siapa, bagaimana, dan kesibukan Mas saat ini?
ranm_d: biasanya, sehari-hari, Bang Ade menggunakan internet untuk apa aja?
adefadli: yang dulu sih untuk belajar buat website, email, diskusi di milis dan juga untuk
ngeblog. sekarang tambah untuk FB
ranm_d: pake internet dengan akses LAN di kantor kah? atau ada akses lain?
adefadli: saat ini pake HSDPA personal. kalau di kantor dengan LAN kantor.
1
LAMPIRAN INFORMAN 1 WAWANCARA 1
adefadli: kalo tidak sedang di kantor, atau kalo internet di kantor lagi down. sehari kira-
kira 12-18 jam menggunakan internet
ranm_d: maaf, itu yang HSDPA biaya sendiri kah?
adefadli: yup
ranm_d: rata-rata pengeluaran sebulan untuk HSDPA?
ranm_d: tapi aku pribadi belum ada kebutuhan itu jadi ya belum cari tahu
ranm_d: Bang Ade kenal internet sejak kapan? gimana tuh ceritanya?
adefadli: sejak tahun 97, saat baru ada satu penyedia (kantor pos), warnet dengan
kecepatan dial up..
ranm_d: eh Bang :D
adefadli: yup
adefadli: karena ada kebutuhan informasi dan kebutuhan untuk memperdalam
komputer
ranm_d: kebutuhannya datangnya dari mana?
adefadli: karena lagi iseng -iseng nyari informasi aja.. dan dengan internet, itu akan lebih
cepat dan banyak informasi yang didapat
2
LAMPIRAN INFORMAN 1 WAWANCARA 1
adefadli: di luar negeri belum, di awal-awal. baru tahun 2000 mulai komunikasi dengan
yang di luar negeri
adefadli: dan juga karena media cetak belum tentu akan selalu mempublikasikan tulisan
yang ada.
adefadli: ya, ada beberapa gagasan dan pemikiran dan harus terdokumentasikan,
sedangkan saat itu cuma punya disk 3,5
adefadli: yang menarik juga, akhirnya kompas menulis tentang timpakul, dan banyak
orang samarinda ataupun banjar yang lebih mengenal timpakul. sebelumnya
hanya tahu tentang timpakul sebagai ungkapan bagi orang yang oportunis.
adefadli: timpakul, ikan. yang lain menyebutnya gelodok. lebih lama di darat ketimbang
di air. ikan ini cukup tahan polutan dan menjadi indikator bagi sejarah intrusi
air laut di wilayah sungai.
ranm_d: yup yup..
ranm_d: sewaktu pindah-pindah, pertimbangan Bang Ade apa saja kok akhirnya milih yang di
hijaubiru? soal interface mungkin? atau ada alasan apa?
adefadli: karena kebablasan aja... dulu kawan-kawan aktivis kaltim dikasih space oleh
penyedia hosting dengan nama hijaubiru. terus diminta saya kelola. tapi belum
dengan domain. kemudian iseng nye wa domain dan hosting dengan nama
hijaubiru.org dan keterusan,
adefadli: sebenarnya sampai sekarang juga masih pakai mirror di blogspot dan multiply
adefadli: secara teknis: 3 kali di hack, satu kali di suspend oleh provider.
adefadli: secara substansi: sering kali ketemu dengan orang baru dan saling berkenalan,
terus disampaikannya, "ya.. saya sering baca blog itu dan menggunakan
tulisannya bagi berbagai kegiatan dengan yang lain" . juga ada media yang
minta artikel untuk diturunkan dalam bentuk cetak
adefadli: dan satu trademark "tak penting... " sudah jadi hal yang diketahui blogger lain
sebagai ungkapan dari timpakul.. ^_^
ranm_d: yeah..I realize that..
adefadli: kalo yang baca ketemu kalimat tak penting, kebayang bahwa ia akan be rpikir,
lalu yang penting yang mana... sehingga akan diingat.. sebaliknya, kalau ada
kalimat penting, paling cuma mengangguk dan berkata ya.. itu penting dan
lupa.. begitu sih kebayangnya
adefadli: dan untuk isu lingkungan. sebagian besar yang berbahasa Indonesia, masih
pada sisi permukaannya. ada tantangan untuk membedah lebih dalam terkait
dengan isu lingkungan. dan juga isu lingkungan juga masih minor di kalangan
blogger, apalagi sebelum 2007
4
LAMPIRAN INFORMAN 1 WAWANCARA 1
ranm_d: iya..bener bgt..makanya aku ambil topik itu..setelah melihat fenomena "kebangkitan"
para aktivis lingkungan di internet
adefadli: sebagian besar blogger yang bicara lingkungan bukan aktivis juga kok...
adefadli: aktivisnya masih belum banyak... paling jumadi... djuni... siapa lagi ya...
ranm_d: boleh tau siapa aja yang Bang Ade kenal?
adefadli: hapsoro di Telapak... nama blognya apa ya... lupa deh.. ntar aku coba liat dulu
ranm_d: oke..
ranm_d: kalau buat Bang Ade, apa keunggulan menggunakan internet untuk berkomunikasi
dibandingkan dengan lewat telepon, tatap muka ataupun lewat media lain (iklan
misalnya)
adefadli: ini yang ditulis antubanyu: http://antubanyu.blogspot.com/2007/08/5 -blog-
lingkungan-yang-kerap-saya.html
ranm_d: ohya, aku sudah pernah ketemu sama page antubanyu, itu nama aslinya kah?
5
LAMPIRAN INFORMAN 1 WAWANCARA 1
ranm_d: maaf mas..aku ijin dulu..mo sholat.. Bisa disambung nanti jam 5 atau besok-besok aja
lagi?
6
LAMPIRAN INFORMAN 1 WAWANCARA 2
WAWANCARA KE- :2
adefadli: sore
ranm_d: kita mulai aja ya?
ranm_d: refresh dikit...waktu aku wawancara Bang Ade bulan lalu, kita udah ngobrol
tentang penggunaan internet Bang Ade secara umum, kali ini aku masih
nyambung dikit tapi lebih banyak tentang penggunaan buat isu lingkungan
ranm_d: Ini satu pertanyaan yang waktu terakhir belum kutangkap dengan jelas
jawabannya...
ranm_d: Menurut Bang Ade, apa keunggulan berkomunikasi menggunakan internet
dibandingkan lewat telepon, tatap muka langsung ataupun lewat media lain?
adefadli: untuk kampanye ke kelas menengah, internet menjadi efektif. tapi tidak
untuk ke kelas atas atau pun kelas bawah
ranm_d: untuk kelas bawah cocoknya apa dong? padahal koran pun dianggap masih
konsumsi masyarakat menengah?
adefadli: radio
adefadli: radio akan sangat cocok untuk kelas bawah... terutama radio interaktif...
dan sebenarnya bisa dikombinasi antara internet dan radio... melalui i-radio
dan radio biasa
ranm_d: hm..bener..bener.. untuk indonesia dan isu lingkungan, udah ada yang nggarap
sektor radio belum Bang?
adefadli: ada greenradio jakarta. beberapa radio daerah juga ada chapter lingkungan
ranm_d: ok..
ranm_d: Bang, dengan cara bagaimana atau sejauh apa internet mengubah cara hidup atau
cara kerja Bang Ade selama ini ?
ranm_d: BangAde?
1
LAMPIRAN INFORMAN 1 WAWANCARA 2
adefadli: yup
ranm_d: oke...
ranm_d: Bang, dengan cara bagaimana atau sejauh apa internet mengubah cara hidup atau
cara kerja Bang Ade selama ini ?
ranm_d: :))
adefadli: kaya lagunya siapa ya... saykoji kali ya... yang online itu lho
ranm_d: kebayang..
adefadli: dan sejak 4 tahun lalu, saya kerja jarak jauh dengan kawan-kawan, nggak
harus ketemu, termasuk untuk rapat-rapat
ranm_d: selama ini lancar? maksudku untuk rapat jadi pake teleconference gitu?
adefadli: ya
adefadli: ya...
ranm_d: Bang Ade latar belakang pendidikannya bukan IT kan?
adefadli: bukan.
adefadli: aku belajar formal ilmu kehutanan. saat ini sedang tesis untuk ilmu
lingkungan, tentang politik konservasi
adefadli: yup
adefadli: yup
ranm_d: udah mulai bikin tesis juga Bang? Tentang apa?
adefadli: yup
2
LAMPIRAN INFORMAN 1 WAWANCARA 2
adefadli: udah
adefadli: :-)
ranm_d: oh iya ya.. hehe..sip lah..
ranm_d: oke..maaf kalo agak sedikit mengulang..tapi.. Apa makna atau arti penting
internet untuk anda? Secara pribadi maupun profesional? Sanggup ga, “berpisah”
dari internet?
adefadli: rumah saya sering kebanjiran... dan di daerah banjir. 'dongeng' harian
adalah cerita tentang bagaimana sungai, hutan dan situasi lingkungan di
daerah. juga tentang bagaimana aktivis bergerak di samarinda
adefadli: kemudian saya 'dipaksa' berkuliah di kehutanan. ketemu dengan kawan-
kawan yang doyan ke hutan
adefadli: terus ya... pernah jadi notulis setiap pertemuan tentang SDA dan LH
adefadli: jadinya mendengar dan mendengar. sesekali pertemuan di kampung, untuk
mendengar cerita
ranm_d: wow..panjang juga ya sejarahnya..
ranm_d: apakah itu juga alasan kenapa memilih isu lingkungan sebagai topik blog?
adefadli: inilah yang menemukenali diri saya... dan akhirnya berada dalam isu
lingkungan hidup
adefadli: sebenarnya nggak cuma masalah lingkungan hidup, tapi juga masalah
pendidikan dan teknologi informasi.
adefadli: :)
3
LAMPIRAN INFORMAN 1 WAWANCARA 2
ranm_d: Dalam mengelola timpakul, apa tantangan yang dihadapi selama ini?
adefadli: ya..
adefadli: tantangan mengelolanya sih kalo koneksi internetan nggak ada ataupun
kalau hosting nya bermasalah
adefadli: selama di jakarta semakin nggak produktif, gagasan semakin sedikit, karena
media belajarnya berkurang
adefadli: isu blog merupakan pemikiran yang ada di kepala. karena masalah
lingkungan yang paling sering, itulah yang dituangkan. dan juga lainnya
tentang pendidikan dan IT, walau menjadi minor
adefadli: ya, karena media diskusi, melihat, belajar menjadi sedikit. terlalu nggak
nyaman untuk berpikir-- udara jakarta, dan juga menjadi semakin sedikit
melihat dan berbincang tentang sesuatu....
adefadli: sebelum ke jakarta, ditargetkan satu tulisan setiap pagi... karena setiap pagi
harus dimulai dengan membuat otak bekerja selama 5 menit. sudah di
jakarta, jadi nggak nentu..
ranm_d: Menurut Bang Ade, apa masyarakat kita kini sudah mulai peduli lingkungan?
adefadli: dalam kultur tradisional komunitas di Indonesia. YA. dan telah ada
bagaimana mengelola alam secara seimbang
adefadli: seiring dengan masuknya teknologi dan sistem ekonomi dunia saat ini,
budaya lokal harus bertarung dan cenderung dikalahkan oleh pelayan
publik
4
LAMPIRAN INFORMAN 1 WAWANCARA 2
adefadli: Jawa misalnya, secara budaya memiliki cara dan model penempatan
bangunan, jenis bahan, dan tata letak bangunan, yang sangat melihat
keseimbangan alam
ranm_d: yup
adefadli: Demikian juga komunitas budaya lainnya. Tapi ketika bertarung dengan
sistem ekonomi global, akhirnya harus tersingkir dan meng hilang
adefadli: budaya hanya tinggal sebagai etalase budaya, tanpa pernah dilihat lagi
filosofi budaya itu sendiri
ranm_d: trus gimana..padahal ga sedikit kan masyarakat yg sudah (sok) berpikir dan hidup
dengan gaya modern? Atau terputus dengan pemahaman budaya yang pro alam..
adefadli: gaya hidup akan terbentuk oleh informasi dan pengetahuan yang diterima
ranm_d: hm..
adefadli: dari tahun 53, Pemerintah sudah diintervensi kepentingan asing, yang
akhirnya tahun 65-67 mulai mengobral kekayaan alamnya, dan secara
perlahan, sistem pendidikan di Indonesia diarahkan menjadi penghasil
robot intelektual, dan bukan menjadi manusia yang hidup di indonesia... :-)
adefadli: dan celoteh seperti itu, akan ditemui di banyak kampung di negeri ini...
andai saja ada yang mendengar dan mewujudkan mimpi mereka....
ranm_d: dulu pernah dosen luar biasa.. sekitar lima tahun. karena dia alumni
ranm_d: dulu pernah diajar satu semester tapi dianya ga pernah dateng
5
LAMPIRAN INFORMAN 1 WAWANCARA 2
adefadli: ya.. kumpulan tulisan kami belum pas juga untuk jadi buku .. jadi tetap
dalam bentuk e-book aja kali.... kan sama-sama buku... he..he...
ranm_d: :)
adefadli: ya
ranm_d: ada gaya kebarat-baratan dalam melihat masalah lingkungan saat ini, misalnya
lebih ngelihat bahwa penting memulai dari diri sendiri, sangat individual-
oriented.. Bang Ade menangkap itu juga ga?
adefadli: ini pemikiran dari para pembawa pesan lingkungan Indonesia juga
adefadli: ada prinsip Atur Diri Sendiri dan kemudian juga sekarang ada prinsip Atur
dan Awasi
adefadli: dan informasi dari mana yang ditangkap sebagai sebuah kebenaran dalam
pikiran kita
6
LAMPIRAN INFORMAN 1 WAWANCARA 2
adefadli: ketika melihat masalah di Indonesia, tidak lagi bisa cuma bilang harus dari
diri sendiri... Indonesia bukan negara kecil, seperti negara Eropa ataupun
AS yang punya kewenangan kuat di setiap distriknya
adefadli: Pemerintahan yang masih semi-sentralistik, menjadikan proses
pengrusakan lingkungan di Indonesia itu dipimpin.
adefadli: untuk level tertentu, bisa berbicara memulai dari diri sendiri, terutama
kepada pimpinan wilayah (Walikota, Gubernur, Camat, Lurah, Kades,
ataupun pejabat politik lainnya).
ranm_d: Wah..sip..uraian Bang Ade barusan cocok bgt untuk menjawab "argumen"
beberapa orang
ranm_d: ya..kan selama ini aku agak kesel juga kalo ngelihat orang-orang yang merasa
"cukup" dengan apa yang mereka lihat sebagai "usaha pribadi"
ranm_d: tapi upaya kolektif juga penting kan karena masalah lingkungan tuh kompleks
dan sudah sangat besar sekarang
adefadli: kalo cuma baca yang positivis bisa begitu.... kalo juga baca pemikiran-
pemikiran lain tentang Green (semisal greenleft) itu bisa jadi yang kedua.
karena memang informasi yang lifestyle jauh lebih banyak dan lebih bisa
diterima langsung. kalo yang gerakan, sangat sedikit dan ngajak mikir
bersama, jadi bisa jadi yang baca juga cape mikir...
ranm_d: :))
adefadli: ketika ada benturan, pasti akan mikir deh.. makanya blog saya cenderung
meletakkan benturan dulu... he..he.. biar mikir.... masa yang nulis aja yang
mikir, yang baca nggak mikir.. he..he...
ranm_d: sampai beberapa saat, kalo baca timpakul kadang suka gemes..
7
LAMPIRAN INFORMAN 1 WAWANCARA 2
ranm_d: "Yeh..nulis kok cuma segini" (dlm hal ukuran, kedalaman bahasan)
ranm_d: tapi kemudian aku sadar juga..males amat sih..baca cuma pengen dapet sesuatu
secara gratis
adefadli: :)
adefadli: sekarang juga memang lagi nggak cukup waktu dan nggak cukup belajar
untuk bisa menuliskan tulisan yang lengkap... tapi selalu diusahakan... dan
ada kategori urai, yang memuat tulisan yang lebih panjang...
ranm_d: oke deh
adefadli: karena dulu wordpress belum ada tag, jadi sampai sekarang juga nggak
pake tag. kalo ada dari dulu, sebenarnya bisa mulai diklasifikasikan dan
menjadi urutan tulisan isu tertentu....
ranm_d: yupp...
adefadli: ok
adefadli: dalam gerakan luas dan global, internet menjadi media yang sangat
dimanfaatkan dan bermanfat bagi aktivisme lingkungan.
adefadli: IT masa depan juga akan membantu mengatasi beberapa persoalan
lingkungan, semisal kertas. walau juga akan ada masalah lain, terkait bahan
pembuat laptop dan jaringan internet... tapi setidaknya akan mereduksi
jauh lebih besar permasalahan lingkungan dibandingkan bila tidak ada
internet
ranm_d: exactly
ranm_d: Bagaimana pendapat Bang Ade bila ada yang berkomentar bahwa gaya hidup
“hijau” hanyalah trend sesaat?
adefadli: kawan-kawan lingkar hijau bandung menyebutnya greenfashion, saya
menyebutnya conserfashion
adefadli: menjadi trend iya, hingga didapatkan sebuah perlindungan bagi korporasi.
tapi harusnya hijau itu bukan trend, karena bicara tentang dinamika alam
ranm_d: kenapa?
adefadli: yang akan terus bergerak dan berubah hingga menemukan bentuknya...
adefadli: saat ini isu hijau hanya sebuah "permen" yang dibagikan, agar kemudian
setiap orang akan bilang bahwa telah peduli lingkungan. tidak menjadi
pemikiran utama, kenapa kemudian lingkungan hidup itu menjadi penting.
karena sistem ekonomi globalnya masih berbicara tentang pola konsumsi.
8
LAMPIRAN INFORMAN 1 WAWANCARA 2
adefadli: kalo semakin banyak "pejuang" yang putus asa... berarti kekalahan akan
tercapai dengan cepat.... ada pilihan jalan lain. dan tergantung keyakinan
bahwa cita-cita perjuangan akan tercapai.... :)
ranm_d: iya..keyakinan itu yang harus terus dibangun ya Bang..
adefadli: sip...
ranm_d: mungkin itu ya pentingnya networking :)
adefadli: ya... supaya tetap semangat dan yakin bahwa tidak sedang melakukan
sesuatu sendiri....
adefadli: detik ini, sedang banyak manusia yang sedang bergerak untuk hal yang
sama.... walau terkadang belum terhubungkan...... (hmm... kayak iklan aja
nih... he..he.)
ranm_d: oke..
ranm_d: :)
ranm_d: Ohya, gimana dengan pandangan dan sikap sejumlah orang yang melihat
kehidupan online dan offline itu "terpisah"? (Misalnya, orang yang gembar-
gembor tentang sesuatu di dunia maya tapi ternyata tidak melaksanakannya di
kehidupan yang nyata)
adefadli: berapa banyak orang yang punya kepribadian ganda? mungkin itulah yang
terpisah.... memang ada hambatan sosial ketika menerapkan di offline apa
yang jadi di online.
adefadli: dalam sebuah game: secondlife bisa jadi menggunakan kepribadian yang
beda, tapi lebih banyak yang sebenarnya sama saja...
adefadli: dan ketika berinteraksi di erepublik.com juga... kecenderungan karakternya
sama-sama aja tuh....
adefadli: saya belum tahu kalo di travian.. belum serius ikutan sih... :)
ranm_d: ahaha..cuma mo nanya aja persepsi Bang Ade..aku sendiri juga tipe yang "lurus",
ribet punya banyak jatidiri :D
9
LAMPIRAN INFORMAN 1 WAWANCARA 2
ranm_d: Selain memiliki sebuah blog dengan isu utama lingkungan, apa Abang juga
memanfaatkan internet dengan cara-cara lain untuk menyelamatkan lingkungan?
(Misalnya, voting dalam petisi online; donasi lewat e-banking; berlangganan
milis bertema lingkungan; gabung dalam komunitas volunteer via internet/milis)
ranm_d: Bang?
ranm_d: oke?
adefadli: milis iya. komunitas volunteer iya. petisi online ya. donasi, belum e -banking,
baru m-banking
ranm_d: oke...
ranm_d: ga..sip
ranm_d: Menurut Abang, dengan cara-cara apa lagi internet dapat digunakan untuk
menyebarkan informasi/ menyelamatkan lingkungan?
adefadli: dengan cara apa lagi ya? karena dia jembatan, tergantung yang ngelewati
jembatannya. Ujung jembatannya bisa jadi radio komunitas, koran
komunitas atau lainnya.
ranm_d: Kalau Bang Ade memiliki waktu dan kesempatan lebih, apa yang paling ingin
dikembangkan dari blog timpakul?
adefadli: ada orang per orang yang menulis / nge-blog tentang lingkungan dan ada di
satu halaman, dari pada nyari-nyari kemana-mana... sekarang lagi ingin
10
LAMPIRAN INFORMAN 1 WAWANCARA 2
ranm_d: :D
adefadli: btw, kayaknya beneran harus wawancara pangeran charles tuh.. biar
lengkap respondennya:
http://news.yahoo.com/s/afp/20090505/en_afp/usbritainenvironmentclimateroy
alsinternet
adefadli: yah... nggak ada alamat email atau ym nya prince's sih...
ranm_d: hm..lagian kayaknya tenggatku ga kekejar kalo harus nunggu pak-nya satu itu :P
ranm_d: btw, di blog bang ade dan istri yang tadi link-nya dikasi ke aku, kok aku ga bisa
nemu ya e-book nya?
ranm_d: Bang?
ranm_d: oh oke
ranm_d: oke Bang..udah maghrib nih..dan sepertinya pertanyaan saya sudah semua..
11
LAMPIRAN INFORMAN 1 WAWANCARA 2
ranm_d: siap!! :)
12
LAMPIRAN INFORMAN 2 WAWANCARA 1
WAWANCARA KE- :1
ranm_d: Hi Mely :)
biroelaut: yellow
ranm_d: dah senggang nih?
biroelaut: hehehe
ranm_d: iya..fisipol
biroelaut: hehehe...
1
LAMPIRAN INFORMAN 2 WAWANCARA 1
biroelaut: kerjaannya
ranm_d: :D
ranm_d: Mely sendiri freelance di bidang apa? Aku ada rencana mau ke jakarta setelah
nikah, pengen kerja tapi ga pengen yang tetap juga..
biroelaut: hehehe...
2
LAMPIRAN INFORMAN 2 WAWANCARA 1
ranm_d: sorry
biroelaut: eh sorry
biroelaut: waktu itu si marc tanya-tanya tentang milis yang ngebahas tips -tips
lingkungan di indonesia
biroelaut: dia suka trima orderan dari WWF...untuk urusan tulis menulis
ranm_d: oh gitu..
biroelaut: tapi
ranm_d: ya?
ranm_d: Mel..aku harus pulang..kapan-kapan lagi ya? atau aku kirim aja file daftar
pertanyaannya aja gimana?
biroelaut: eh sori
3
LAMPIRAN INFORMAN 2 WAWANCARA 1
ranm_d: sudah?
biroelaut: yepp
ranm_d: oke..yah..tolong diisi aja dulu dan dikirim ke aku kalo udah, ntar kalo masih ada
pertanyaan lanjutan kita chatting lagi deh ya :)
biroelaut: ok ok
ranm_d: nice to chat with you
4
LAMPIRAN INFORMAN 2 WAWANCARA 2
WAWANCARA KE- :2
ranm_d: Hi Mel :)
biroelaut: holaaa
biroelaut: :-)
ranm_d: mulai analisis data, agak repot juga, belum pernah kualitatif gini soalnya :D
biroelaut: seruuuu....
biroelaut: boleeeh
ranm_d: aku kan dah jadi ngobrol ma Marc juga. Dia bilang di Indonesia sejak lima tahun
lalu. Boleh tau ga latar belakang dia? Maksudku kok dia bisa nyampe "nyangkut"
di Indonesia, trus gimana kalian bisa kenalan..
biroelaut: kalau kami berdua bisa kenal...karena waktu saya di WWF...konsultan yang
biasa dipakai WWF untuk bikin web content adalah Marc
1
LAMPIRAN INFORMAN 2 WAWANCARA 2
ranm_d: lha terus, berarti dia memang kerja di Indonesia gitu? apa gimana?
biroelaut: waktu dia awalnya ke Jakarta...kalau gak salah dia kerja magang gituh
ranm_d: tau ga dia WNI ga? soalnya waktu kemarin mulai baca-baca data gitu aku malah
kaget sendiri, kalau batasanku aktivis lingkungan Indonesia, bisa jadi dia ga
termasuk..
ranm_d: mau tanya dia tengsin, takut dia tersinggung atau malah aku malu sendiri :p
biroelaut: dia belom WNI, karena masih suka harus perpanjang visa
biroelaut: eh tapi kalau di Indonesia, kalau kawin sama orang Indonesia...gak otomatis
jadi WNI kan?
ranm_d: kayaknya ga deh Mel, anaknya mungkin, tapi kalo dianya ga deh..
ranm_d: yah, gapapa...kepepetnya informasi dari dia buat ndukung info darimu aja..
ranm_d: btw, dia kliennya ga cuma dari Indonesia aja kan? maksudnya, kecuali dia
khususin kerjaannya buat isu lingkungan di indonesia, mungkin aku bisa
mempertimbangkan posisi dia..
biroelaut: www.dunais.org
ranm_d: udah kubuka kemarin , cuma pengen mastiin aja..
biroelaut: ouww
ranm_d: hehe..ya gini deh..kerjaan menganalisis kalau dipikir agak-agak kayak detektif,
agak-agak nosy, tapi juga agak imajinatif
ranm_d: huehehe
biroelaut: :D
biroelaut: mungkin ada pertanyaan-pertanyaan yang gak terjawab dari informasi-
informasi yang didapat ya
biroelaut: atau informasi-informasi yang ada malah menimbulkan pertanyaan-
pertanyaan baru
ranm_d: haha..ya gitu deh..padahal kan ga mungkin ngejar info terus..pada satu titik harus
bisa bilang "berhenti, fokusmu sampai segini aja dulu".. the venture for
knowledge IS suppose to be endingless, tapi peneliti harus bikin batasan..
ranm_d: yah setidaknya, terkait suatu penelitian tertulis..kalo ambisi pribadi sih..ya
mungkin aja dijalankan terus..
2
LAMPIRAN INFORMAN 2 WAWANCARA 2
biroelaut: no problem
ranm_d: oke..
ranm_d: untuk blog dan milis GL, adakah semacam “rapat redaksi” untuk menentukan
topik-topik yang akan dibahas dalam seminggu/sebulan ke depan? Bila ada,
ceritakan kebiasaan “rapat” atau musyawarah yang biasa dilakukan? Misalnya,
apa yang biasanya dijadikan pertimbangan saat memilih topik?
biroelaut: kita biasanya bagi tugas seminggu 1 x, every weekend, update web GL
biroelaut: nah isinya kan cuma: tips, artikel, agenda, film & ilustrasi
3
LAMPIRAN INFORMAN 2 WAWANCARA 2
ranm_d: oke..
biroelaut: pendanaan, dari honor dari weekender + hasil penjualan + 15% dari
keuntungan para penitip barang dagangannya di stand GL
biroelaut: misalnya mau ada acara kunjungan, ajakan buka stand/bikin acara, dll
biroelaut: btw saya pikir tadinya kamu member GL, ternyata bukan ya? :-)
ranm_d: hehe..member as a consequence of researching..
ranm_d: yaya..tauk..
ranm_d: udah kok :) tapi baru lihat-lihat, belum aku ulik satu-satu..
ranm_d: bang Ade Fadli, di walhi dan yang punya blog Timpakul
4
LAMPIRAN INFORMAN 2 WAWANCARA 2
ranm_d: ntar..
ranm_d: sama baru kemarin mulai wawancara sama Marwan Azis, dari
Greenpressnetwork
biroelaut: sampe
ranm_d: yup..
biroelaut: tips -tips yang ada di web GL bukan hasil browsing di internet
5
LAMPIRAN INFORMAN 2 WAWANCARA 2
biroelaut: selain itu...berita yang ditampilkan adalah hal-hal yang sebisa mungkin
positif
biroelaut: tapi intinya...bukan berita-berita negatif...atau hal-hal yang bisa bikin orang
marah deh pas bacanya :-)
ranm_d: hehe..kenapa tuh ambil posisi gitu?
biroelaut: karena milis ini tujuannya bukan untuk marah-marahin pemerintah atau
ngebahas tentang kebijakan-kebijakan pemerintah....tapi lebih ke hal-hal
yang...seperti yang udah disebut di atas
biroelaut: kedua...
biroelaut: temen-temen main s aya hampir semuanya bukan orang lingkungan (dulu
waktu abis lulus)
biroelaut: mereka itu merasa bahwa apa yang dibahas s ama LSM-LSM itu susah..dari
sisi bahasa dan isi
ranm_d: ya..
biroelaut: sementara ada banyak profesional yang peduli dengan isu lingkungan
misalnya...tapi ya itu, gak tauk harus ngapain
biroelaut: jadi emang milis ini targetnya untuk mengajak orang-orang untuk lebih
peduli dan untuk mendorong orang supaya berinisiatif bikin perubahan
biroelaut: bahkan kami menekankan bahwa bahasa yang digunakan di milis harus
bahasa yang sederhana...gak boleh pakek istilah yang rumit-rumit
ranm_d: yup..
6
LAMPIRAN INFORMAN 2 WAWANCARA 2
biroelaut: tapi tetep aja sih...ada orang-orang yang kayaknya susah banget untuk gak
pake istilah-istilah yang gak umum :-)
biroelaut: itu aja...saya masih sering denger bahwa banyak yang gak berani untuk
posting di milis
ranm_d: hm..menarik..
biroelaut: katanyaaaa....:-)
ranm_d: ya..sangat bisa mengerti..
biroelaut: eh mba...oot nh
ranm_d: kalayu di dunia media, GL bisa dbilang melakukan segmentasi
audience..targetting alternative audince
7
LAMPIRAN INFORMAN 2 WAWANCARA 2
biroelaut: yang saya gak puas adalah saya gak punya cukup waktu untuk ngerjain
semua hal yang ingin dikerjakan
biroelaut: :((
ranm_d: huhaha :))
ranm_d: classic..
biroelaut: yang ada aja gak kepegang...gimana mo nambah minta yang macem-macem
ranm_d: iya iya..
biroelaut: untuk baca koran...karena sekarang pemilu, s aya jadi suka baca-baca
koran/buka situs detik/kompas
biroelaut: kalo berhenti beli buku...itu udah gue lakukan sejak 2007 :-)
biroelaut: alasannya karena keterbatasan dana, karena udah gak kerja kantoran lagi
:D
8
LAMPIRAN INFORMAN 2 WAWANCARA 2
ranm_d: mel?
biroelaut: wah kayaknya emang 90% media yang saya baca internet :(
biroelaut: tapi buat saya...itu berarti hidup saya sebagian besar dihabiskan di depan
komputer
biroelaut: :((
ranm_d: mm..hidup kan emang dijalani sesuai kebutuhan..termasuk konsekuensinya..
biroelaut: sipp
9
LAMPIRAN INFORMAN 2 Q& A
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sebelumnya:
untuk mencari informasi: tanya teman, cari di koran/majalah dan telp 108
untuk menjalankan hobi dan minat: mencari rekan dan keluarga di sekitar untuk
menjalankan hobi dan minat bersama
untuk meluaskan jaringan: ikut perkumpulan/klub (olah raga misalnya) atau ikut
kegiatan yang diselenggarakan teman.
Sesudahnya:
1
LAMPIRAN INFORMAN 2 Q& A
5. Apa keunggulan berkomunikasi menggunakan internet dibandingkan lewat telepon, tatap muka
langsung ataupun lewat media lain?
Lebih murah, lebih hemat waktu (karena tidak harus menempuh perjalanan untuk bertata p
muka), bisa dilakukan sambil mengerjakan hal lain, bisa dilakukan kapan saja (bahkan di
dini hari sekalipun).
6. Apa makna atau arti penting internet untuk anda? Secara pribadi maupun profesional? Sanggup
ga, “berpisah” dari internet?
Sanggup...bahkan selalu punya waktu-waktu tertentu untuk tidak bertemu dengan
internet.
2. Apa yang memotivasi Anda memiliki dan mempertahankan milis dan website tersebut?
Awalnya kami (saya dan moderator lainnya) merencanakan, jika dalam waktu 3 bulan
anggota milis kurang dari 300 orang, maka milis akan kami tutup. Tapi setelah 3 bulan,
walau anggota tidak mencapai 300 orang, namun lalu lintas di milis cukup ramai. Ada
banyak diskusi, tanya-jawab tentang berbagai hal praktis sehari-hari agar bisa lebih
ramah lingkungan
Dikarenakan banyaknya peminat yang tertarik dengan informasi-informasi dan tips-tips
tersebut, sudah tentu kami (moderator) berupaya mempertahankan milis tersebut, bahkan
kemudian kami mengupayakan dibangunnya website, guna mendokumentasi hasil
percakapan atau penyebaran informasi di milis, agar bisa disebarkan ke masyarakat yang
lebih lu as.
2
LAMPIRAN INFORMAN 2 Q& A
4. Bisa ceritakan “sejarah” atau alasan sehingga Anda dekat dan peduli terhadap isu lingkungan?
Saya sendiri suka menanyakan hal yang sama pada diri saya sendiri. Saya tidak ingat
bagaimana prosesnya. Bisa karena pengaruh ibu saya yang sejak kecil mengajarkan anak-
anaknya untuk hemat kertas, hemat buku, dan hemat listrik. Atau bisa juga dari bacaan-
bacaan ketika kecil/remaja. Ditambah dengan kegiatan-kegiatan berkemah saat sekolah.
5. Dalam mengelola blog lingkungan anda, apa kesulitan yang dialami selama ini? Adakah
pengalaman menarik?
Tantangannya adalah bahwa kegiatan yang berawal dari sekedar memoderasi milis ini
kemudian berkembang menjadi pengelolaan blog dan website. Kemudian juga muncul
undangan untuk mengisi acara-acara outdoor serta permintaan untuk membuat materi-
materi komunikasi/publikasi. Alhasil kegiatan mengelola informasi untuk komunitas
akhirnya telah menyita waktu yang lebih besar dari kegiatan-kegiatan lainnya. Oleh
karena itu kami harus mencari strategi agar ada banyak tenaga/anggota yang bersedia
ikut membantu mengembangkan GL, terutama dalam hal kampanye online-nya di milis,
blog dan website....dan lebih baik lagi bisa untuk facebook.
Tantangan lainnya adalah menghilangkan paradigma di sebagian besar anggota bahwa
bahwa yang berbicara di milis adalah orang-orang yang sudah ahli dalam hal lingkungan.
Padahal moderator dalam hal ini sudah berupaya untuk menggunakan bahasa-bahasa
yang sederhana, menghindari istilah-istilah sulit, serta mengeluarkan pertanyaan-
pertanyaan sepele. Paradigma yang terjadi di sebagian besar anggota menyebabkan
mereka enggan untuk berperan aktif di milis, bahkan untuk skedar bertanya mrk malu.
3
LAMPIRAN INFORMAN 2 Q& A
Pengalaman menarik adalah ketika saya menyangka bahwa yang antusias dengan milis GL
hanyalah sebagian kecil orang yang sering tampak aktif di milis. Tapi pada kenyataannya
ada banyak anggota yang tidak pernah muncul di milis, namun mereka sangat antusias
dengan informasi-informasi dan tips-tips yang diedarkan di milis. Ada yang saat akan
pulang kantor mengkopi seluruh imel di milis, untuk dibaca di rumah. Ada yang mulai
menyadari bahwa ternyata ada banyak hal di sekitar kita terkait dengan
lingkungan...termasuk sekedar berbelanja. Ada yang bahkan sudah mulai mengubah gaya
hidup, menerapkan gaya hidup hijau. Dan ada juga yang menyebarkan info dan tips di
milis ke rekan2 kantor/keluarganya atau bahkan ke milis lain.
Pengalaman menarik lainnya adalah ketika ada anggota yang marah-marah karena
imelnya tidak kami loloskan. Alasan kami saat itu karena ia hanya me-reply imel seseorang
secara pribadi yang seharusnya bisa dijawab japri ke yang bersangkutan. Kami akhirnya
harus menjelaskan panjang lebar alasan kenapa milis harus kami pasang ‘semi-
moderated’....dan tujuannya tak lain dan tak bukan untuk kepuasan para anggota .
Akhirnya si anggota yang sudah berumur lanjut itu mau mengerti.
Hal menarik lainnya adalah, awalnya milis ini kami tujukan untuk anggota dengan usia
produktif (20 – 40 thn) dan berdomisili di jabodetabek. Namun pada perkembangannya,
ada banyak anggota berasal dari luar jabodetabek dan berusia lanjut > 40 tahun, bahkan
usia pensiun.
6. Apakah menurut Anda, masyarakat kita kini sudah mulai peduli lingkungan?
Jika dibanding dengan tahun sebelum 2007, sudah sangat meningkat dibanding, mengingat
hampir setiap hari dan hampir setiap media massa sudah gencar mengangkat isu
lingkungan, termasuk majalah gaul/lifestyle. Belum lagi munculnya film-film lingkungan
atau film-film hollywood yang memuat pesan-pesan lingkungan, musik/band lingkungan,
event-event outdoor yang juga memberikan pesan-pesan lingkungan.
7. Menurut Anda, bagaimana posisi internet dalam aktivisme lingkungan saat ini?
- ada banyak features/bentuk yang menarik yang bisa digunakan dalam kampanye online
- internet atau google merupakan perpustakaan yang sangat lengkap, dimana kita bisa
mencari info dan data apa pun dari seluruh dunia. Untuk itu, sangat membantu dalam
mengedukasi atau meningkatkan pemikiran kritis masyarakat.
4
LAMPIRAN INFORMAN 2 Q& A
- Aktivisme lingkungan akan bergerak sangat lamban atau mati jika tidak menggunakan
internet. Karena akan kalah dengan kegiatan pengrusakan lingkungan yang massive
apalagi yang dilakukan oleh korporasi-korporasi besar.
8. Bagaimana pendapat Anda bila ada yang memandang bahwa untuk Indonesia, kampanye lewat
internet tidak terlalu bermanfaat karena jumlah pengguna internet masih rendah dibanding
populasi total?
Tergantung.....tergantung siapa target yang dituju. Jika targetnya adalah masyarakat
urban usia < 40-50 thn, maka internet merupakan media kampanye yang sangat murah
dan bisa sekaligus meraih banyak orang. Tinggal ditentukan media online yang
dipakai....apakah via blog, milis, fb, twitter, dll.
9. Bagaimana pendapat Anda bila ada yang berkomentar bahwa gaya hidup “hijau” hanyalah
trend sesaat?
Bisa jadi begitu....jika momen ini tidak digunakan dengan sangat baik oleh para penggiat
lingkungan untuk melakukan edukasi dan peningkatan pemahaman, khususnya ke anak -
anak.
10. Apakah menurut Anda kehidupan online dan offline itu terpisah? (Misalnya, orang yang
gembar-gembor tentang sesuatu di dunia maya tapi ternyata tidak melaksanakannya di kehidupan
yang nyata).
Itu mungkin saja....di kehidupan nyata juga banyak kok yang seperti itu....tidak
menjalankan apa yang diucapkan/digembar-gemborkan.
11. Selain memiliki sebuah blog/milis dengan isu lingkungan, apakah Anda juga memanfaatkan
internet dengan cara-cara lain untuk menyelamatkan lingkungan? (Misalnya, voting dalam petisi
online; donasi lewat e-banking; berlangganan milis bertema lingkungan; gabung dalam komunitas
volunteer via internet/milis) Tolong ceritakan!
o Join cause di fb
5
LAMPIRAN INFORMAN 2 Q& A
12. Menurut Anda, dengan cara-cara apa lagi internet dapat digunakan untuk menyebarkan
informasi/ menyelamatkan lingkungan?
13.Bila Anda memiliki waktu dan kesempatan lebih, apa yang paling ingin Anda kembangkan
dari GL? (Misalnya, berkolaborasi dengan salah satu gerakan atau organisasi lingkungan; tampil
di media massa; membuat event bersama)
o Bersinergi dengan komunitas-komunitas lain yang punya kepedulian yang sama
untuk membuat kampanye bersama
o Menambah SDM di GL, mencari orang-orang yang punya kepedulian yang sama
untuk menjadi relawan GL, mendukung kampanye online/offline.
o Mengoptimalkan isi info di milis dan web, agar tidak terlalu Jakarta-based,
dengan memberikan in fo yang juga relevan untuk kota-kota lainnya.
o Menjalin kerjasama dengan kampus-kampus untuk membuat program magang
bagi mahasiswa jurnalistik/komunikasi/IT misalnya. Untuk mengajak mereka
membuat tulisan pendek mengenai info dan tips lingkungan yang bisa dijalankan
di kota tempat mereka kuliah (misal: tempat pengumpulan sampah kertas di
jogja/sby, tempat membeli sayur organik di padang, dll). Untuk mahasiswa IT,
guna mengajak mereka membantu mengelola website GL dan mengembangkan
program-program menarik di web.
o Mengoptimalkan upaya kamp anye online GL, via website, blog, flickr, youtube,
forum kaskus dan fb.
o Menjalin kerjasama dengan berbagai media massa (cetak dan elektronik) untuk
penyebaran info dan tips praktis
6
LAMPIRAN INFORMAN 3 WAWANCARA 1
WAWANCARA KE- :1
Rani (peneliti) : Perkenalkan, nama saya Rani. Sedang menempuh S-2 Komunikasi FISIPOL
UGM dan mengambil tesis dengan tema penggunaan internet oleh aktivis
lingkungan hidup. Latar belakang saya memilih topik ini karena saya juga aktif di
Sahabat Lingkungan Walhi Jogja dan punya ketertarikan terhadap isu lingkungan
juga, dan karena (mengambil studi ilmu) komunikasi jadi ingin melihat peran
teknologi komunikasi dalam gerakan.
Dj: Saya berkegiatan di lingkungan sejak 97..98.. Saya sekolah di UGM juga, di Sastra,
tepatnya Sejarah, tapi tinggal skripsi saya tinggal. Jadi, sampai sekarang saya
sebenarnya masih terdaftar..
R: Oh begitu..
Dj: Ya, saya tinggal lalu saya bikin LSM lingkungan di Jawa Timur, di Jember. Di
Jember lima tahun kemudian saya pindah ke Jakarta, kemudian lebih banyak
freelance. Nah saya sekarang mulai berlembaga lagi, di MPBI. Masyarakat
Penanggulangan Bencana Indonesia. Saya lebih mengurusi website, admin website.
R: Websitenya apa Mas?
Dj: mpbi.org
R: Kalau boleh, cerita sedikit, pertama kali menggunakan internet itu kapan?
Dj: Itu saya sejak mendirikan lembaga di Jember, tahun 98, saya sudah melihat
pentingnya internet, sehingga walau ga punya duit saya pasang telepon dan
langganan internet. Jadi sejak awal saya sudah banyak menyebarkan berita-berita
lingkungan ke via milis-milia. Walaupun copy paste dari media online. Sampai
sekarang..
R: Sampai sekarang juga masih seperti itu.. Waktu awal-awal penggunaan internet, kesulitan
atau tantangannya seperti apa Mas?
Dj: Waktu awal-awal kan lembaga baru tuh, ga punya sumber daya, ga punya uang, ga
punya komputer, harus ke warnet. Jadi ya lebih banyak swadaya, swakarsa. Jadi ya
berat juga, repot juga. Tapi ya kegiatan jalan terus.
R: Kan masih swadaya ya Mas..waktu itu yang mendorong untuk melakukan meskipun berat
dan masih swadaya apa Mas?
1
LAMPIRAN INFORMAN 3 WAWANCARA 1
Dj: Ya karena itu penting, sejak awal saya lihat itu penting. Dan sedikit yang
menggarap. Tahun 98 itu belum banyak yang untuk kegiatan kampanye dan
penyadaran. Waktu itu lebih banyak untuk kegiatan politik. Tahun 98 kan masa-
masa kisruh kan, nah orang lebih banyak untuk politik, waktu itu yang terkenal
misalnya “Apakabar”. Itu yang paling terkenal dan paling diminati. Untuk
lingkungan itu belum.. Nah kebetulan ada mahasiswa di Jerman, itu yang bikin
milis lingkungan.
R: Mahasiswa Indonesia di Jerman?
Dj: Ya, mereka bikin milis lingkungan dengan alat-alat seadanya juga, begitu.
Kemudian saya daftar di sana, dan karena saya terlalu sering ngirim e -mail tentang
lingkungan, saya ditawari jadi moderator.. sampai sekarang..
R: Waktu itu basisnya yahoogroups atau apa?
Dj: Sudah di yahoogroups, dari awal 98 itu sudah di sana. Kalo awalnya milis
lingkungan itu bukan di yahoogroups. Itu di sistem mereka sendiri. Mereka bikin
sistem sendiri untuk milis, kemudian itu mereka gunakan
Dj: udah ga aktif... Bisa dibaca di blog saya yang tentang sejarah milis lingkungan...
R: Terus, waktu itu bentuk-bentuk aktivitas yang mas Djuni lakukan lewat internet itu apa
aja Mas? Tadi sudah disebut memposting berita lingkungan; tapi apakah korespondensi
juga, atau membangun jaringan, apa gimana?
Dj: Itu menyusul..jadi kalau kita kirim-kirim kemudian orang mem-feed back, ya kita
jawab, begitu...
R: Kalau untuk milis lingkungan yang tahun 98 ini, pindah ke yahoogroups tahun berapa ya?
Dj: Maksudnya?
R: Ya Mas Djuni kan input berita atau informasi tentang lingkungan, itu dari mana aja?
Dj: Asal ada internet, bisa online, saya kirim. Soal itu bukan masalah..
R: Oh bukan mas, maksud saya sumbernya media online atau mungkin dari media cetak
kemudian diketik lagi?
Dj: Oh gaa, capek.. Media online, copy paste aja. Terlalu capek kalo dari media cetak
diketik lagi atau discan itu terlalu capek.
R: Kalau gitu, biasanya baca berita juga di online ya Mas, atau masih juga baca koran secara
fisik?
Dj: Masih, kadang-kadang, headlinenya saja.. Saya baca itu.. Misalkan dalam sehari,
saya menyisihkan waktu tiga jam, itu untuk searching berita-berita lingkungan
hidup, dari Kompas, Suara Pembaharuan, Jawa Pos, koran-koran lokal, itu sekitar
tiga jam, itu bisa dapet 50-an berita. Tinggal di copy-paste, kalo ada e-mail ya
dikirim.
2
LAMPIRAN INFORMAN 3 WAWANCARA 1
R: Yang Mas Djuni kategorikan berita lingkungan itu seperti apa Mas?
Dj: Berita yang mengandung unsur-unsur lingkungan. Kalo definisi tentang lingkungan
itu kan..luas. seperti saya tulis di blog, bahwa lingkungan itu segala sesuatu yang
ada di alam semesta kita ini.
R: Oh, jadi, mulai dari yang besar seperti illegal logging hingga ke hal kecil.. Itu
biasanya..kalau boleh cerita, kalau secara kebiasaan atau sistematis biasanya mas Djuni
masuk ke halaman media online kemudian search berita dengan memasukkan kata kunci
atau membaca judul-judul atau..
Dj: Ada berbagai cara.. Cara yang gampang itu lihat indeks dari media online itu. Tapi
tidak semua media punya indeks. Kalau Kompas itu misalnya berdasarkan sub-sub
berita. Itu harus dibuka satu oersatu. Tapi seperti Suara Pembaharuan, Media
Indonesia, itu ada indeksnya. Jawa Pos itu dibagi per sub berita. Jadi ya tergantung
masing-masing.
R: Berarti memang dibaca satu persatu ya oleh mas Djuni?
Dj: Baca judulnya, klik, lalu baca headlinenya, Kalau headlinenya mengandung unsur
berita lingkungan, tinggal di-copy paste kemudian dikirim.
Cara yang lain itu dengan mesin pencari, ketikkan lingkungan. Tapi kalau gitu tuh
banyak yang lolos. Lolos itu.. Banyak berita yang menarik dari suatu koran tapi
tidak tercapai oleh mesin pencari.
R: dan mungkin juga karena hasil mesin pencari terlalu banyak ya..
Dj: Ya.. Cara yang lebih gampang itu yang ketiga yaitu dengan RSS, feed-reader.. Pake
itu sehingga kita hanya kata-kata kunci tertentu misalkan hutan, laut, atau illegal
logging. Itu akan tampil sendiri. Dan juga disetting agar kata kunci itu bisa terkirim
ke alamat e-mail kita, sehinga kita tinggal ngecek aja.
R: Wah, terbantu ya dengan feed-reader itu.. Selama ini yang lebih sering digunakan yang
mana?
Dj: Ketiga-tiganya.. kombinasi.. Kalau ada waktu ya buka satu-satu, kalau ga ada
waktu ya buka feed-reader. Trus kalau ga ada waktu lagi yang pake google aja.
Tinggal pilih-pilih aja gitu, sampai misal 10 tingkat, bisa ketemu..
R: Kalau menurut mas Djuni, apa sih keuntungan menggunakan internet dibanding media
lain? Padahal kita tahu bahwa pengguna internet di Indonesia masih sedikit sekali..
Dj: Kalau sekarang, satu hal yang umum ya.. hampir di banyak tempat ada warnet. Di
tempat terpencil, ada warnet. Di tahun 90-an, warnet masih barang mewah. Kalau
kita pake cara yang lain, itu kan mahal. Harus ngetik, fotokopi, kemudian dikirim
pake pos. Itu mahal dan lama. Kalau kita pake internet, baik itu e-mail, atau milis,
lebih cepat dan murah. Dan bisa menjangkau seluruh dunia, kalau surat kan
terbatas sekali. Kalau internet, kita kirim sekali, terpampang di website, itu akan
terpampang terus dan bisa dilihat seluruh dunia.
R: Kalau menurut mas Djuni, sudah sejauh mana penyebaran internet di Indonesia? Karena
kalau menurut data, bila dibandingkan jumlah penduduk, persentasenya kurang dari 10 %.
Dj: Iya.. itu masih kalangan menengah dan menengah ke atas. Dan orang yang akses
internet yang bener-bener juga lebih sedikit lagi. Dalam artian menggunakan
3
LAMPIRAN INFORMAN 3 WAWANCARA 1
internet untuk me ncari informasi, menyebarkan informasi. Tapi kalau yang sekedar
gaul, untuk chatting atau cari situs porno, itu cukup banyak.. Tapi itu kan bertahap.
Seperti perkembangan orang..manusia..secara kanak-kanak, remaja, itu orang juga
menggunakan internet juga seperti itu. Pada awalnya, orang menggunakan internet
itu seneng cari berita yang heboh heboh, surfing ke situs porno, cari yang kayak
gitu. Tapi lama-lama dia akan bosen dengan itu, dia akan mencari yang lebih
bermanfaat. Dia akan tinggalkan..
R: Ini refleksi atau gimana mas? J
Dj: Saya sendiri juga ngalami yang kayak gitu. Lama-lama akan bosen..tapi emang ada
orang yang nyarinya kayak gitu ya..tetep kayak gitu.. Itu hubungannya dengan
kedewasaan seseorang.
R: Jadi, ada unsur psikologis juga ya disana, untuk sampai ke tahap itu..
Dj: Kalau misalnya ada anak-anak SMA seneng pake internet untuk chatting, ya itu
memang, nyarinya sebatas itu. Dan itu memang ga bisa disalahkan. Tapi kalau
tahap berkembangnya cuma segini ya udah, mo ngapain.. Ga bisa lebih..
Dj: Personal..itu kan orang per orang.. dan kesadaran orang itu juga personal.
Misalkan, kamu baca buku Stephen Covey, Seven Habit..terus kamu baca itu, terus
berubah gitu.. Ga akan.. Kamu baca Qur’an terus akan tekun ibadah pada Tuhan..
Ga akan..
Dj: Kalau untuk media, itu yang pertama adalah milis. Karena milis itu anggotanya
banyak, dan kemudian orang baca. Dengan dia lihat judulnya yang provokatif, dia
akan baca. Selain milis, ya website. Biasanya orang yang mencari sesuatu akan
langsung ke website tertentu. Trus, selain website itu bisa seperti itu tadi, petisi
online..
R: Tapi mas sendiri pernah berpartisipasi dalam bentuk-bentuk lain itu ga?
Dj: Kalo saya pribadi lebih umum sih ya. Dulu saya melihat isu lingkungan lebih ke
hutan, konservasi, pembangunan, masyarakat, ke pemerintah, advokasi. Garap
semua, karena semua akan terkait. Kalau bahas hutan saja tanpa bahas
masyarakat, hutan ga akan kelar. Jadi lingkungan itu tentang keterkaitan, ga bisa
satu hal digarap tapi hal lain engga.
Kita pengen melindungi orangutan, masyarakatnya digusur dari taman nasional, itu
juga tetep ga bisa. Itu di milis lingkungan kan gencar sekali, teman-teman dengan
isu orangutan. Karena itu seksi. Orangutan itu seksi untuk dijual, ke luar, untuk
4
LAMPIRAN INFORMAN 3 WAWANCARA 1
Dj: Itu jelas ..media..itu kan membuat..framing.. dia hanya menyorot sesuatu saja.. dari
banyak bagian, dia hanya mengambil bagian kecil. Kompas dengan Suara
Pembaharuan, dia berbeda sudut pandang, gitu.. atau Republika, berbeda sudut
pandang. Nah, itu mesti kita tahu juga. Bahwa media-media itu sangat terbatas.
Bahwa dengan pemahaman seperti itu kita lebih berhati-hati mengambil berita-
berita mereka.
Dj: Jelas .. semua hal di dunia ini akan kita seleksi. Kita akan subyektif, tidak ada yang
obyektif. Di dunia yang disebut ilmiah pun diragukan kan obyektivitas itu... baca
bukunya Titik balik Peradaban.. iya..Capra.. dia kan yang mempertanyakan..
R: Terus, biasanya saat memilih berita, apa yang mas Djuni gunakan sebagai pakem, untuk
menentukan ini layak atau ga?
Dj: Sebenarnya untuk validitas suatu berita, itu kembali ke orangnya. Misalnya, saya,
aktivis lingkungan, tentu memiliki keberpihakan, kepedulian, terhadap
apa...kepada masyarakat, kepada rakyat kecil yang tertindas. Nah itu yang menjadi
dasar untuk bertindak. Yang jelas, misalkan berita-berita yang dikeluarkan oleh
Monsanto, oleh Freeport, ga akan saya keluarkan atau publikasikan. Tapi bila di
berita itu terdapat “Freeport merusak lingkungan”, itu saya kirim. Dari media
apapun saya kirim. Tapi kalau tentang Freeport membuat program pemberdayaan
masyarakat, saya diemin aja. Dan saya berpegang bahwa itu 100% CSR mereka,
bagian dari lip service.
R: Bukankah juga penting untuk menunjukkan manuver-manuver korporat dengan program-
programnya agar orang yang membaca juga bisa jadi waspada?
Dj: Kalau hal itu keluar dari perusahaan itu sendiri, ga akan saya ambil. Dasar dari
segala sesuatu adalah keberpihakan kita, sebagai seorang aktivis yang baik dan
benar, dia kan mempunyai idealisme, cita-cita, kemudian sudut pandang... Nah dari
situ tempat berpijak, darimana dia bermula. Nah kalo dia sudah kehilangan itu, dia
akan terombang-ambing. Karena itu yang menjadi kompas dia.
R: Kalau misalnya untuk environmental activism di Indonesia sekarang, mas Djuni melihat
seperti apa geliatnya?
5
LAMPIRAN INFORMAN 3 WAWANCARA 1
Dj: Gerakan lingkungan sekarang itu sudah bagus, maju. Bila, misalkan, dibanding
tahun 90-an atau awal 2000-an. Kalau sekarang sudah maju, sudah lebih banyak
organisasi, sudah lebih banyak orang; sudah lebih bervariasi cara yang digunakan
dalam melakukan sesuatu. Sudah merambah ke banyak isu. Jadi secara umum ya
baguslah..
Dj: Ya, kembali ke..orang yang bisa akses internet itu sebagian kecil dari masyarakat
yang umum, dan dari sebagian kecil itu, masih kecil sekali bagian yang
menggunakannya untuk tujuan-tujuan lingkungan..begitu.. Nah, sementara rakyat
yang umum penghasilannya mungkin ga cukup untuk mengakses internet atau
bahkan mungkin ga tau internet tuh apa.. Di kantor-kantor pemerintah orang yang
gagap teknologi juga banyak. Di kalangan LSM, yang gagap teknologi juga banyak.
Pake internet hanya untuk baca berita saja, buka e -mail hanya untuk baca aja. Jadi
kalau ada keterputusan itu memang wajar.
R: Kira-kira perlu ga ya semacam norma tidak tertulis bahwa ketika kamu mampu
mengakses suatu informasi di dunia online seharusnya kamu menyebarkannya juga secara
offline..
Dj: Ga, ga ada, ga perlu.. tergantung ke masing -masing. Di Indonesia itu kan sudah
banyak peraturan dibuat untuk ini dan itu..tidak boleh ini dan itu.. Tapi
penegakannya ga.. sama aja.. itu akan kembali ke orangnya.
R: Mas Djuni pernah melihat ga adanya kesadaran dari orang-orang yang bisa mengakses
internet dan mendapatkan informasi kemudian menyebarkannya dalam kehidupan rril?
Dj: Semakin banyak.. orang-orang yang memiliki kesadaran itu semakin banyak.
Dengan media internet, advokasi bisa lebih efektif misalkan... itu semakin banyak.
Dan lembaga-lembaga pun menganggap internet itu semakin penting. Sehingga ada
lembaga yang khusus berkoordinasi, menyebarluaskan, bagaimana bisa
menggunakan media-media teknologi.
Dj: Kalau pengalaman yang umum, kalau saya mengirim terlalu banyak berita di satu
milis, orang menerimanya berbeda-beda. Ada yang “Oh lumayan, dapet berita
gratis”, terus diprint, dikliping. Orang yang lain melihatnya berbeda, “Wah ini
spam, sampah ini, menuh-menuhin mailbox”. Caci maki segala macem gitu.. Jadi
orang yang lain mungkin kalau ga suka ya delete..delete.. jadi kalau beraktivitas
kayak gini dicaci-maki, diganggu orang lain ya itu resiko.
6
LAMPIRAN INFORMAN 3 WAWANCARA 1
R: Terus, apa mas Djuni juga melakukan penyesuaian begitu? Misalkan tadinya mengirim 20
berita kemudian dikurangi..
Dj: Yah, itu juga saya lakukan.. Di samping (karena) kesibukan. Kalau rajin tuh sekali
post bisa 50 berita, kalau dengan e -mail bisa disetting kirim tunda misalnya. Karena
respon orang bermacam-macam dan supaya tidak dimaki-maki terus, ya seringnya
saya kurangi deh..30, 35.. Sekarang, karena di milis -milis lingkungan itu sudah
banyak orang yang aktif, saya yang mengurangi, hanya sekali-kali kirim. Tidak
seaktif dulu. Biar orang lain yang lebih aktif.
R: Selama mengenal internet lebih dari 10 tahun, apa arti penting internet bagi mas Djuni?
Baik dalam level pribadi, organisasi, atau mungkin gerakan?
Dj: Kalau saya pribadi, internet itu media, alat. Alat untuk melakukan sesuatu; alat
untuk mencapai tujuan. Kendaraan saja, bukan tujuan. Kalau saya menganggap
internet itu sebagai tujuan, maka apa yang saya lakukan ga akan tercapai. Internet
itu saya pandang sebagai kendaraan saja, untuk sesuatu. Sesuatu itu misalkan
untuk lingkungan yang lebih baik; berkesadaran..hal-hal seperti itu. Kalau
misalkan internet ga ada ya pake cara lain. Sehingga tidak ada suatu
ketergantungan.
R: Ada media lain ga yang juga dimanfaatkan?
Dj: media lain ya..ketemu dengan orang.. Berjaringan.. Tindak lanjut dari kita kenal
orang di internet, di milis, itu kan kontak -kontak, kopi darat. Di acara-acara,
seminar-seminar. Sehingga jaringan kita semakin luas. Oh kita tahu disana ada
siapa..disini ada siapa.. Begitu.
R: Boleh tau ga kebiasaan penggunaan internet mas Djuni? Jadi misalkan berapa jam sehari,
dll..
Dj: Saya sekarang kan punya kantor, kalau di kantor dari jam 9 sampai jam 5 online
terus. Karena di kantor menyediakan fasilitas untuk itu. Kalau di rumah saya juga
langganan internet. Karena di rumah bayar sendiri ya paling 2-3 jam.
R: Kalau di kantor selalu online atau juga diselingi pekerjaan yang lain Mas?
Dj: Laptop selalu online dan juga diselingi pekerjaan lain. Tapi karena pekerjaan saya
mengurusi website ya harus selalu online ya..otomatis.. Jadi misalkan bikin berita,
memperbaiki website, mengirim artikel, itu harus online terus.
R: Kalau begitu Mas Djuni ini otodidak ya belajar tentang teknologi informasi?
Dj: Semua otodidak. Saya dulu sekolah di sastra, ga ada hubungannya dengan
lingkungan, tapi langsung bikin satu lembaga. Akhirnya belajar sendiri tentang
lembaga, organisasi, tentang lingkungan. Belajar sendiri bagaimana bikin proposal.
Belajar sendiri bagaimana mengakses internet. Itu semua belajar sendiri. Learning
by doing aja..
R: Dan internet sangat memfasilitasi itu ya..semua hal bisa dipelajari di internet
Dj: Bukan hanya itu, semua hal di dunia ini kalau orang itu mau belajar bisa dipelajari.
R: Kantor MPBI sendiri di jakarta?
7
LAMPIRAN INFORMAN 3 WAWANCARA 1
R: Ketika berinternet, ada ga hal-hal atau kebiasaan yang semacam jadi ritual begitu?
Misalnya ada orang yang ketika bukan internet itu pasti buka e-mail, blog, dan situs
pertemanan.
Dj: Ga ada.
R: Ga ada kebiasaan khusus? Biasanya seperti apa?
Dj: Ya paling buka laptop, konek, check mail, baca e-mail, tanggapi, cari berita.
Perbaiki..urusi pekerjaan. Dan itu ga selalu dalam urutan yang sama. Tergantung,
suka-suka aja.. Bahkan orang yang tergantung dengan ritual tertentu itu malah
tidak bebas.
R: Apakah saat menggunakan akses internet di kantor mas juga menggunakannya untuk
akses pribadi misalnya, blogging juga..
Dj: Boleh-boleh aja.. Tergantung masing-masing orang. Displin yang bagus datang dari
diri sendiri, bukan karena ada pengawas nongkrongin. Itu relatif lah. Dan orang-
orang yang kadang menyatakan bahwa “wah, saya hanya mengurusi kerja”, orang-
orang itu yang kadang kita pertanyakan. Apakah dia hanya besar mulut aja. Dalam
kenyataan..
R: Kalau untuk internet sendiri, ada ga dampak negatif atau katakanlah side effect dari mas
Djuni sendiri menggunakan internet selama ini?
Dj: Kalau ke umum, segala sesuatu di dunia ini kan ada positif-negatifnya, tergantung
pada sudut pandang masing-masing. Dan di internet itu sangat terbuka untuk akses
ke situs -situs porno. Bagi orang yang memang mencari kayak gituan, dia melihat
“wah ini positif ini”. Bagi orang-orang yang tekun ibadah melihat “wah negatif ini,
merusak akhlak”. Nah, tergantung orang masing masing.
Saya pribadi, internet itu media, alat mencapai satu tujuan. Dulu, karena saya
banyak swadaya, swakarsa, duit keluarga kepake buat ini, buat bayar telepon, ini
itu. Jadi berantem deng an istri. Itu bagian dari resiko. Karena ga ada yang
membiayai jadi pake duit rumah. Karena ga kerja di satu lembaga. Waktu jadi
8
LAMPIRAN INFORMAN 3 WAWANCARA 1
lebih tersita. Tapi sekarang ada lembaga ya enak aja.. Misalkan di kantor pake
akses kantor ya sah-sah aja..
R: Oke Mas, sementara seperti ini. Kalau nanti ada pertanyaan lanjutan, kita bisa janjian
untuk chatting mungkin ya..
Dj: Misalkan ya..polanya tuh.. Pertama dia aktivis trus kemudian dia memandang
internet itu penting sehingga dia memakai internet sebagai alat. Trus ada juga
sebaliknya, dia bukan aktivis, tapi punya kesadaran. Dia untuk terjun di dunia
aktivis lingkungan dia merasa berat, sehingga hanya menyuarakan saja, lewat
tulisan-tulisan segala macem. Dia pekerja kantoran, dari Senin sampe Jumat,
kemudian Sabtu Minggu dia luangkan. Ada kayak gitu.. Ada juga model dua-
duanya. Ada banyak cara..
R: Makanya saat ini saya cari kasus unik. Misalkan kemarin saya search blog go green
indonesia dan ternyata yang bikin dua perempuan dan masih ABG mas.. Dan mungkin
saya akan menghubungi mereka juga. Jadi saya akan lebih ke kasus atau karakteristik..
Dj: Itu bagus.. Di Kanada ada anak umur 9 tahun yang sudah pidato di depan PBB
tentang lingkungan. Hal kayak gitu sebenernya yang juga perlu dieksplorasi. Jadi
bukan hanya dia yang aktivis.
R: Karena sulit juga saat saya mencari tahu tentang milis lingkungan di Indonesia. Kalau
untuk blog, seperti yang Mas bilang ya, cukup banyak.
Dj: Ya itu banyak karena mesin pencari itu lebih mudah dan ramah menemukan blog
karena pengelolanya mendaftarkan blognya lewat tag-nya sehingga mudah
ditemukan. Sehingga ketika klik langsung diarahkan ke blog. Apalagi kalau blog-
blog gratisan. Tapi kalau blog personal, pemiliknya harus mencantumkan sendiri,
agak lebih susah malahan.
R: Makanya ketika mencari saya harus membayangkan juga kira-kira orangnya seperti apa
dan cocok tidak.. Apakah Mas kenal dengan seseorang yang menarik yang mungkin bisa
jadi informan saya?
Dj: Itu aja..si Sofyan Eyank.. Juga Nurdin, di walhi Kalteng. Dia pandangannya kadang
terlalu kritis jadi berseberangan dengan kebanyakan orang. Trus juga itu Ade
Fadli. Sebenarnya dulu ada blog masalah kelautan tapi kayaknya sekarang dia ga
aktif.
R: Itu aja Mas Djuni. Nanti kalau saya perlu informasi akan saya hubungi lagi. Chatting ga
masalah ya?
Dj: Boleh..
9
LAMPIRAN INFORMAN 3 WAWANCARA 1
10
LAMPIRAN INFORMAN 3 WAWANCARA 2
WAWANCARA KE- :2
djuni_prist: ok
ranm_d: waktu pertama saya wawancara Mas, kita lebih banyak ngobrol tentang milis
lingkungan.. nah saya ingin tahu juga cerita di balik blog pribadi mas :)
djuni_prist: itu bisa dilihat pada tulisan yang paling awal. kalo ndak salah pertengahan 2006
ranm_d: oke..
1
LAMPIRAN INFORMAN 3 WAWANCARA 2
djuni_prist: ndak. kalo blog lebih pe rsonal. mau ada yang menanggapi ato tidak itu bukan
suatu masalah
ranm_d: oke..berarti selama ini mempertahankan dan "menghidupkan" terus blog juga lebih ke
alasan pribadi ya Mas?
djuni_prist: yup
djuni_prist: mau dihargai atau tidak dihargai orang lain juga suatu hal yang penting kok
djuni_prist: alasan lebih seperti ini http://djuni.wordpress.com/2008/08/07/bekerja-dengan-
hati-bebas/
djuni_prist: kalo ndak ya sekedar menulis aja. ajang menulis dan berekspresi
2
LAMPIRAN INFORMAN 3 WAWANCARA 2
djuni_prist: yup
djuni_prist: yup
ranm_d: Bagaimana pendapat Mas bila ada yang memandang bahwa untuk Indonesia,
kampanye lingkungan lewat internet tidak terlalu bermanfaat karena jumla h
pengguna internet masih rendah dibanding populasi total?
djuni_prist: betul
ranm_d: saya membaca ada kecenderungan para urban internet user yang peduli dengan
lingkungan lebih banyak berorientasi pada perubahan di level individu, berubah dari
perilaku sehari2..
djuni_prist: betul.
ranm_d: bukannya itu buruk, tapi sepertinya ada kengganan untuk bergerak secara lebih
kolektif
3
LAMPIRAN INFORMAN 3 WAWANCARA 2
ranm_d: bukan karena mereka mungkin alergi lewat jalur yang agak politis?
djuni_prist: dari kesadaran individu, menerapkan kepada diri sendiri, keluarga, tetangga,
masyarakat, negara, dunia
ranm_d: masih panjaang ya Mas ya :)
ranm_d: Kalau misalnya ada yang berkomentar bahwa gaya hidup “hijau” hanyalah trend
sesaat?
djuni_prist: yup
ranm_d: :D
ranm_d: iya..
ranm_d: yah..kadang ikut emosi aja kalo mengingat kecepatan pengrusakan yang jauh lebih
cepat dari upaya memperbaiki
djuni_prist: jadi kalo apa2 yang kita yakini kerjakan dengan penuh kesadaran itu dibilang
ndak mbawa perubahan ya egp aja
djuni_prist: emosi aja juga ndak ada hasil2 en malah bikin kerusakan, misal bikin sakit hati
n berantem
ranm_d: hehe..ya..maklum Mas..masih muda :D
djuni_prist: belum tentu. emosi bisa juga tanda belum sadar dengan diri sendiri, belum
paham dengan diri sendiri
djuni_prist: pahamkah kamu dengan tulisan ini:
http://djuni.wordpress.com/2008/06/04/kesadaran-baru/
4
LAMPIRAN INFORMAN 3 WAWANCARA 2
ranm_d: karena itu bukan intinya, karena inti dari sesuatu harus dicari sendiri, bukan sekedar
yang dipandang atau dipersepsi oleh umum
djuni_prist: sebagian
djuni_prist: kalo kamu paham dengan diri sendiri maka kamu akan tahu apa yang akan
kamu cari/tuju. tidak ikut-ikut orang laen. dan tidak ditentukan oleh pendapat
umum
djuni_prist: selama ini milis lingkungan memang belum pernah bikin acara jumpa darat.
males aja.
djuni_prist: selama masih berkegiatan di internet be rarti masih ada keinginan yang belum
terpenuhi
ranm_d: hemm...iya ya.. never ending learning, searching, and browsing :D
djuni_prist: tapi internet itu hanya sebagai media atau alat saja
djuni_prist: bila alat sudah dianggap tidak berguna maka alat itu mesti ditinggalkan
ranm_d: trus, apa Mas msh mengkonsumsi media konvensional/ media massa (koran, radio,
televisi, film, buku)?
ranm_d: Apakah internet tidak cukup? Atau mungkin hanya karena kebiasaan?
ranm_d: yah karena masih banyak yang butuh dan belum mampu beli kendaraan sendiri :D
5
LAMPIRAN INFORMAN 3 WAWANCARA 2
djuni_prist: coba aja baca di monitor selama 3 jam. kuat ndak :-)
ranm_d: :D
djuni_prist: coba baca cerita s aya di blogfam lagi deh. karena jawabnya ada disitu
ranm_d: sebentar Mas...karena artikelnya nulisnya agak mbingungi..banyak sumber jadi satu..
ranm_d: hm.. sepertinya internet sudah menjadi salah satu bagian keseharian Mas
djuni_prist: hal seperti itu yang dilakukan Budha sehinggs dia mengalami pencerahan
6
LAMPIRAN INFORMAN 3 WAWANCARA 2
djuni_prist: coba aja belajar menulis dengan metode menulis bebas seperti yang saya
lakukan ini http://djuni.wordpress.com/2009/05/12/menulis-bebas-mengamati-
pikiran/
djuni_prist: ok.
ranm_d: baik Mas :)
ranm_d: semoga apa yang saya baca dapat saya sadari kemudian lakukan..
djuni_prist: yup
ranm_d: makasih Mas..semoga setelah ini kita bisa terus silaturahmi
7
LAMPIRAN INFORMAN 4 WAWANCARA 1
WAWANCARA KE- :1
wawan_ep: tesis itu bisa jadi buku yang pastinya akan banyak yang gemari
ranm_d: wuehehe.. :D
ranm_d: :p
wawan_ep: oke
wawan_ep: belum jadi udah banyak gemari itu pertanda baik, bisa jadi buku best seller
ranm_d: wahaha.. terima kasih..sudah bikin optimis..
ranm_d: so..mas marwan..cerita dong..siapa kah mas marwan dan aktivitas sekarang apa?
1
LAMPIRAN INFORMAN 4 WAWANCARA 1
wawan_ep: belakangan blog menjadi media bersharing dan kampanye isu lingkungan
ranm_d: itu mulai kapan tuh mas?
wawan_ep: mulai ngeblog sekitar tahun 2005, tapi sempat didiamkan, namun nanti
sekitar tahun 2006 baru aktif memposting. Ini blog pertamaku
www.petualanganku.multiply.com
ranm_d: oh gitu..
wawan_ep: ya
ranm_d: biasanya kalo ngeblog ada rutinitas ga? misal beberapa hari sekali bikin tulisan,
atau target tertentu, atau fleksibel mungkin?
2
LAMPIRAN INFORMAN 4 WAWANCARA 1
wawan_ep: blog yang bercerita tentang aktivitasku, tapi ada beberapa postingku yang
tidak ditampilkan di publik
ranm_d: oke..
wawan_ep: itu sangat tergantung ama sang blogger, ada yang memilih blog tertentu
dengan content yang spesifik, ada juga yang sharing sejumlah tulisan di
banyak blog, nah ini banyak dilakukan oleh teman-teman aktivis lingkungan
yang memanfaatkan blog sebagai salah satu piranti media kampanye
lingkungan
ranm_d: oke.. nah mas..mengenai akses internet, bagaimana kebiasaan Mas mengakses
internet? (berapa jam sehari; akses dari mana saja; untuk keperluan apa saja)
3
LAMPIRAN INFORMAN 4 WAWANCARA 1
wawan_ep: kalau di Jakarta akses internet tidak terlalu susah, karena hampir semua
tempat ada fasilitas hospot. di Kantor juga ada wire less. Kalau di rumah
aku pake modem usb. Yang repot kalau keluar daerah, alternatifnya ke
warnet.
wawan_ep: Nggak juga, karena kadang ada kegiatan atau liputan keluar daerah
ranm_d: berarti pekerjaan Mas tidak menuntut untuk ngenet tiap hari ya?
wawan_ep: ya
ranm_d: menurut mas, dengan cara bagaimana atau sejauh apa internet
mengubah/mempengaruhi cara hidup, cara kerja, atau bahkan hidup Mas selama
ini?
wawan_ep: tapi ke depan mungkin akan lebih banyak menggunakan internet karena
saat ini aku bersama sejumlah teman-teman disini lagi garap situs berita
www.beritalingkungan.com (belum di-publish), masih dalam tahap
pembangunan
ranm_d: ohya..aku sempet baca dimana gitu... semoga sukses ya..
wawan_ep: Kalau menurut aku, internet telah menjadi media yang mampu
menghubungkan begitu banyak manusia dari berbagai penjuru dunia tanpa
harus ketemu darat (jaringan situs sos ial seperti Facebook dan blog). Selain
itu dengan makin banyak banyak orang bergiat di dunia blog akan semakin
memperkaya sharing informasi dengan content berbagai jenis, sehingga
memudahkan kita untuk melakukan riset, aktivitas bisnis, perkawanan dan
sejumlah fasilitas lainnya. Yang tak kalah pentingnya membuat ada banyak
peningkatan penge tahuan yang diperoleh via internet terutama blog.
ranm_d: wah sip..lengkap banget :D
wawan_ep: Bagi penggiat lingkungan, keberadaan blog dan situs jaringan sos ial lainnya
mempermudah mereka untuk menyebarkan pesan-pesan mereka ke publik
ranm_d: yup..bener bgt.. Kalo buat Mas sendiri, apa makna atau arti penting internet,
secara pribadi maupun profesional? Sanggup ga, “berpisah” dari internet? :D
4
LAMPIRAN INFORMAN 4 WAWANCARA 1
ranm_d: ohya mas..ini lagi sibuk ga? aku masih punya sekitar 10 pertanyaan lagi. Kalo
emang sibuk, kita sambung kapan-kapan lagi, tapi kalo nyante, aku juga kok..
wawan_ep: Sore ini aku mau main ke arena Pekan Lingkungan Hidup 2009 di JCC.
ranm_d: oke, so..mo cabut jam berapa?
wawan_ep: he he he
ranm_d: kalo ya berarti kita janjian aja, kapan bisa ngobrol lagi..
wawan_ep: oke
ranm_d: aku longgar kapan aja setelah jam 2
wawan_ep: Oh ya boleh aku baca latar dan metodelogi tesisnya Rani nggak? kalau
boleh dikirim via email ya?
5
LAMPIRAN INFORMAN 4 WAWANCARA 1
ranm_d: ok
ranm_d: oke
wawan_ep: YM
wawan_ep: Ya
ranm_d: oke mas..silakan kalau mau ke pekan lingkungan..
wawan_ep: sama-sama
6
LAMPIRAN INFORMAN 4 WAWANCARA 2
WAWANCARA KE- :2
wawan_ep: Halo
ranm_d: ya?
wawan_ep: Ya
ranm_d: Mas, apa yang memotivasi atau mendorongmu untuk terus mempertahankan
blog2 tersebut sih?
wawan_ep: oh
ranm_d: yah..kan ga ada yang mbayarin lah ya kasarnya..
wawan_ep: kan nggak semua aktivitas nggak harus dinilai dengan materi.
1
LAMPIRAN INFORMAN 4 WAWANCARA 2
wawan_ep: apalagi kalau blog yang kita kelola banyak pengunjungnya, sayangkan
kalau ditinggalin
ranm_d: berarti lebih buat kepuasan pribadi ya?
wawan_ep: Pribadi ya, blog juga sangat bermanfaat dalam mendukung berbagai
publikasi aktivitas organisasi.
wawan_ep: Misi Greenpress salah satunya adalah me mbantu penyebaran informasi
lingkungan ke publik, dan salah satu piranti media yang kami gunakan
adalah blog
ranm_d: hm..salah satu keuntungan dr perkembangan teknologi ya :)
wawan_ep: yup
ranm_d: Dalam mengelola blog-blog itu, apa kesulitan yang diala mi selama ini? Adakah
pengalaman menarik?
ranm_d: ok..
ranm_d: mas?
ranm_d: siip
ranm_d: relawan di sahabat lingkungan walhi jogja, tp juga lagi off beberapa bulan ini
2
LAMPIRAN INFORMAN 4 WAWANCARA 2
ranm_d: kenapa?
wawan_ep: yup
ranm_d: oke..aku lanjut ya mas..tadi gimana..ada pengalaman menarik selama blogging
buat isu lingkungan?
ranm_d: ya?
wawan_ep: Ya
wawan_ep: hackernya dari Turki lagi, karena halaman blog te rsebut penuh warna
merah berbendera turki
wawan_ep: makanya aku nggak mau lagi lanjutan domain dotcom. Jadi kembali ke
semula blogspot.com
ranm_d: oh gitu..
wawan_ep: http://maverickid.com/2007/12/06/click-of-the-week-29-marwan-azis/
wawan_ep: resensi tersebut dibuat mereka buat secara sembunyi-sembunyi tanpa ada
konfirmasi sebelumnya
wawan_ep: ke aku
ranm_d: wew..trus..mas sempet confirm ke mereka ga?
ranm_d: setelahnya?
3
LAMPIRAN INFORMAN 4 WAWANCARA 2
wawan_ep: Itu juga suprais bagi aku karena resensi tersebut dibuat bertepatan dengan
pelaksanaan konferensi perubahan iklim di Bali
ranm_d: wow..blessing in disguise ya :D
wawan_ep: yaitu pada saat konferensi perubahan iklim, dimana saat itu Greenpress
bersama sejumlah lembaga lingkungan (kemitraan, latin dan perkumpulan
skala) membuat media centre Greenpress di arena UNFCCC di Bali.
ranm_d: trus?
wawan_ep: Saat kami mendaftarkan diri sebagai peliput konferensi UNFCCC, awalnya
kami diterima oleh pihak PBB yang dikonfirmasi via email bahwa status
kami udah oke dan memenuhi persyaratan. Waktu itu kami masih di
Jakarta. Tapi pas hari H waktu kami udah tiba di Bali, tiba-tiba pihak
panitia membatalkan peliputan kami tanpa alasan yang jelas,
ranm_d: trus?
wawan_ep: Kami sempat dikabari via email agar menghadap panitia untuk mengambil
kartu pers peliputan seperti hal dengan teman-2 jurnalis lainnya. Tapi pada
saat ketemu Panitia, bukan kami diberikan kartu peliputan, justru kami
dihujani dengan beberapa pertanyaan seperti apakah Greenpress memiliki
hubungan dengan Greenpeace??
ranm_d: ahaha :))
wawan_ep: terus kami dimintai lagi persyaratan tambahan contoh artikel (berita) yang
pernah kami tulis, Padahal itu tidak ada persyaratan peliputan UNFCCC
wawan_ep: Saat kami memberikan contoh tulisan, mereka kembali menilai tulisan
kami, katanya tulisannya propokatif. Lucunya di tempat yang sama media
komunitas yang yang diterbitkan perusahaan tambang dan sawit begitu
mudah mereka memperoleh kartu peliputan
4
LAMPIRAN INFORMAN 4 WAWANCARA 2
ranm_d: sheesh..
ranm_d: trus mas.. menurut mas, masyarakat kita kini sudah mulai peduli lingkungan
belum?
wawan_ep: Akhirnya berkesimpulan betapa kuat pemilik modal (baca kapital) terhadap
perhelatan besar lingkungan hidup, mestinya diarahkan bagaimana
membangun komitmen terhadap pelestarian lingkungan. Tapi dari apa yang
kami alami bagaimana pihak Panitia memperlakukan jurnalis yang care
lingkungan sangat jauh dari harapan kami.
ranm_d: iya lah..pasti gitu instruksi dr para atasannya
ranm_d: ckckck..
wawan_ep: Tapi dibalik itu kami justru bangga dan makin semangat, karena lembaga
yang sebesar PBB terntaya takut ama Green Press yang baru didirikan pada
tahun 2004.. he he he.
ranm_d: hehe..lucu juga..
wawan_ep: Terus lembaga yang diklaim sebagai lembaga demokratis tak selamanya
berlaku demokratis.
ranm_d: ya lah..
wawan_ep: beritanya tentang perlakuan PBB terhadap jurnalis nanti saya kirim
ranm_d: oke..
wawan_ep: kalau kerja kayaknya agak susah chating, gimana kalau besok malam aja
dilanjutin lagi.
ranm_d: hmm.. kalo aku kirim daftar pertanyaan aja gimana Mas? bisa dikerjain kalo
luang.. ntar kalo ada yg perlu aku konfirm baru kita chat lagi..
wawan_ep: Oke. oh ya tambahkan dikit ya soal UNFCCC, jadi meskipun kami ditolak
tak mendapat kartu peliputan dari PBB, tapi aktivitas Media Centre
Greenpress tetap jalan di kampung CSF (Markas NGO)
wawan_ep: untuk liputan di arena konferensi kami menggunakan link teman-teman
lainnya
ranm_d: yup..hehe..ngumpul juga di situ akhirnya :D
5
LAMPIRAN INFORMAN 4 WAWANCARA 2
wawan_ep: dan salah satu media yang kami pake untuk menyebari informasi UNFCCC
adalah media blog www.greenpressnetwork.blogspot.com
wawan_ep: Ya. Jadi mungkin kami tim peliput menggunakan dua label, jurnalis
sekaligus blogger di arena UNFCCC.
wawan_ep: Kami banyak memback up kampanye teman-teman NGO dalam isu
keadilan iklim di Bali
wawan_ep: Lucunya lagi belakangan aku bersama sejumlah teman-teman diminta ama
KLH untuk menyusun laporan hasil UNFCCC buat dilaporkan MENLH ke
Presiden SBY.
ranm_d: :D lucu bgt tuh
wawan_ep: oke
ranm_d: kucoba kirim sekarang ya..
wawan_ep: oke
ranm_d: sekali lagi..terima kasih..senang dengar banyak cerita..jadi semangat :)
wawan_ep: Wassalam
ranm_d: wa'alaikum salam
6
LAMPIRAN INFORMAN 4 Q&A
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Dear Rani
Halo Rani, sory agak terlambat ni menjawab puluhan pertanyaanmu karena minggu ini aku agak
sibuk dengan kerjaan di LP3ES dan pembangunan situs berita lingkungan. Tapi Alhamdulillah
akhirnya selesai juga.(bahan pertanyaan dan jawaban terlampir), selain itu saya juga lampir berita
cerita Greenpress di Bali. Semoga proses pembuatan tesisnya berjalan lancar ya. "Yakin Usaha
Sampai"
Wassalam
Marwan
1. Apakah menurut Anda, masyarakat kita kini sudah mulai peduli lingkungan?
Kalau menurutku, beberapa tahun belakangan ini, kesadaran terhadap lingkungan mulai
tumbuh dan berkembang terutama pasca Indonesia ditunjuk menjadi tuan rumah konferensi
perubahan iklim Desember 2007 lalu di Bali. Kesadaran ini tidak terlepas dari gencarnya
pemberitaan media tentang isu lin gkungan hidup dengan berbagai dinamikanya, baik itu
berupa bencana alam, perubahan dan lain sebagainya. Kesadaran masyarakat ini dilihat dari
mulai berkembangnya kelompok -kelompok masyarakat peduli lingkungan yang konsen di isu
tertentu misalnya pengelolaan daur ulang sampah, kali bersih hingga munculnya kesadaran
warga yang menuntut hak atas lingkungan yang baik (advokasi) yang menolak aktivitas
pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit dan tambang. Di kelompok swasta juga mulai
gencar gerakan Go Green sebagai bagian dari tanggungjawab perusahaan di bidang
pelestarian lingkungan hidup.
2. Menurut Anda, bagaimana posisi internet dalam aktivisme lingkungan saat ini?
Dengan berkembangnya fasilitas multimedia seperti Internet beberapa tahun belakangan ini
seperti blog, situs jaringan sosial, dan media online ini sangat membantu gerakan para aktivis
lingkungan dalam menyebarkan berbagai pesan, kampanye lingkungan kemasyarakat global
tanpa harus bergantung lagi pada media manual seperti koran dan majalah. Selain itu,
fasilitas internet baik blog dan situs sosial lainnya mempermudah terjadinya sharing informasi
dan konsolidasi berbagai gerakan lingkungan serta menggalang donasi lingkungan via
internet.
1
LAMPIRAN INFORMAN 4 Q&A
4. Bagaimana pendapat Anda bila ada yang memandang bahwa untuk Indonesia, kampanye
lingkungan lewat internet tidak terlalu bermanfaat karena jumlah pengguna internet masih rendah
dibanding populasi total?
Saya kurang sependapat dengan pandangan tersebut, karena berdasarkan informasi yang saya
peroleh saat pesta blogger 2008 lalu ternyata Indonesia merupakan negara pengguna blog
terbesar di dunia, artinya apa, saat ini masyarakat Indonesia sudah banyak yang
memanfaatk an blog dan situs pertemanan sosial lainnya dalam berbagai aktivita s keseharian.
Berbagai komunitas blog di daerah bermunculan seperti komunitas blog bundaran HI
Jakarta, Angin Mammiri Makassar, Wong Kito Palembang, Komunitas Blog Yogyakarta dan
lain-lain. Jutaan individu masyarakat baik itu kalangan pelajar, mahasiswa, artis, bisnismen
hingga politisi belakangan ini mulai tertarik dengan situs pertemanan sosial seperti Facebook.
Ini merupakan perkembangan yang menggembirakan bagi kemajuan Indonesia dan gerakan
penyadaran lingkungan. Mereka merupakan stakeholder yang potensial dan strategis bagi
gerakan pelestarian lingkungan di Indonesia. Dan saya yakin ke depan akan makin banyak
orang yang memanfaatkan teknologi informasi internet, apalagi belakangan ini makin banyak
hospot gratis di berbagai kota di Indonesia dan harga akses internet makin murah dan kita
patut bersyukur karena pemerintah Indonesia dalam hal ini Departemen Komunikasi dan
Informasi RI sangat mendukung muncul komunitas blogger di Indonesia. Tinggal bagaimana
gerakan lingkungan bisa masuk ke komunitas blogger Indonesia.
5. Bagaimana pendapat Anda bila ada yang berkomentar bahwa gaya hidup “hijau” hanyalah trend
sesaat?
Sah-sah aja orang berpandangan bahwa Gaya hidup”hijau” hanyalah trend sesaat. Namun
menurutku gaya hidup hijau itu bukanlah trend sesaat. Karena gaya hidup hijau atau yang
bisa kita kenal back to nature itu tidak muncul begitu saja, tapi muncul dari kesadaran publik
akan tuntutan lingkungan hidup yang baik dan sudah menjadi kebutuhan bersama bagi warga
bumi untuk menerapkan gaya hidup ramah lingkungan sehingga tentu kedepan akan makin
banyak orang beralih ke trend hijau karena selain ekonomis juga sangat bermanfaat bagi
kesehatan.
2
LAMPIRAN INFORMAN 4 Q&A
6. Apakah menurut Anda kehidupan online dan offline itu terpisah? (Misalnya, orang yang gembar-
gembor tentang sesuatu di dunia maya tapi ternyata tidak melaksanakannya di kehidupan yang nyata)
Itu kembali kepada personal masing-masing orang. Namun kalau menurut pengamatan saya,
kebanyakan teman-teman blogger yang selama in i sharing informasi via blog itu diinspirasi
dari aktivitas keseharian mereka apakah itu sifatnya personal maupun dinamika komunitas
mereka beraktivitas. Jadi tentu aktivitas online tidak terlepas dari aktivitas offline yang
dilakoni seorang blogger karena kebanyakan tulisan atau cerita yang dimuat di blog dan situs
sosial lainnya itu diinspirasi dari aktivitas keseharian seorang blogger yang kemudian
disharing ke public via blog.
7. Selain memiliki sebuah blog dengan isu lingkungan, apakah Anda juga memanfaatkan internet
dengan cara-cara lain untuk menyelamatkan lingkungan? (Misalnya, voting dalam petisi online;
donasi lewat e-banking; berlangganan milis bertema lingkungan; gabung dalam komunitas volunteer
via internet/milis) Tolong ceritakan.
Jauh sebelum dunia blog berkembang di Indonesia , saya udah bergabung dan juga mengelola
komunitas mailinglist lingkungan dan jurnalis seperti walhinews@yahooogroups.com,
wartawanlingkungan@yahoogroups.com, greenpress@yahoogroups, com,
perubahaniklim@yahoogroups.com, mediacare@yahoogroups.com,
ajisaja@yahoogroups.com, lingkungan@yahoogroups.com,
supportergreenpress@yahoogroups.com dan beberapa milis lainnya. Selain itu, saya juga aktif
terlibat mendukung gerakan petisi lingkungan seperti lumpur lapindo, gerakan tolak
pembangunan PLTN di Indonesia dan terakhir ikut mendukung surat petisi gerakan
penyelamatan hutan Indonesia yang digalang Greenpeace Asia Tenggara yang ditujukan pada
Presiden SBY.
8. Menurut Anda, dengan cara-cara apa lagi internet dapat digunakan untuk menyelamatkan
lingkungan?
Manfaatkanlah internet untuk berbagai informasi apa saja tentang lingkungan mulai dari tips
sederhana bagaimana berperilaku ramah lingkungan hingga bagaimana publik agar bisa
memperjuangkan haknya terhadap lingkungan hidup yang baik. Dan dorong orang-orang
terdekat Anda untuk Ngeblog dan mau bercerita seputar aktivitas keseharian mereka dalam
melestarikan lingkungan hidup via blog karena membantu penyebaran informasi lingkungan
itu merupakan bagian dari salah satu upaya untuk mengurangi dampak perubahan iklim.
9. Bila Anda memiliki waktu dan kesempatan lebih, apa yang paling ingin Anda kembangkan dari
Greenpress? (Misalnya, berkolaborasi dengan salah satu gerakan atau organisasi lingkungan; tampil
di media massa konvensional; membuat event bersama).
Greenpress sebagai komunitas jurnalis lingkungan di Indonesia, selain aktif membantu
penyebaran informasi lingkungan ke publik baik itu lewat media masing-masing tempat kami
bekerja maupun via blog dan situs. Kegiatan lainnya adalah menyelenggarakan berbagai
kegiatan lingkungan seperti pelatihan jurnalis lingkungan, membuat event bersama dengan
3
LAMPIRAN INFORMAN 4 Q&A
organisasi pencinta lingkungan lainnya dalam berbagai moment hari-hari besar lingkungan
serta terlibat dalam berbagai kolaborasi gerakan advokasi lingkungan. (detailnya silakan
akses di www.greenpressnetwork.worldpress.com) dan kami juga berapa kali menjadi
narasumber di sejumlah Radio seperti Green Radio Jakarta dan Radio Swara Alam Kendari.
Saat ini kami tengah membangun situs beritalingkungan. Greenpress juga memiliki Radio
Komunitas yang saat ini dikelola teman-2 GP di Kendari (Radio Green News).
10. Menurut Anda, bagaimana cara terbaik memanfaatkan internet untuk menyelamatkan lingkungan?
(dengan berkampanye, memperkuat gerakan lingkungan, atau menyebarkan informasi lingkungan?)
Cara efektif adalah bagaimana kita memanfaatkan blog dan situs jaringan sosial lainnya untuk
berbagai informasi lingkungan mulai tips ramah lingkungan hingga gerakan advokasi
lingkungan. Content informasi baiknya menampilk an bahasa yang dimengerti publik serta
memadukan antara naskah, foto (gambar) dan film dokumenter lingkungan seperti yang
selama ini dilakukan oleh sejumlah organisasi lingkungan seperti Greenpeace yang sudah
teruji efektif melakukan kampanye lingkungan di berbagai belahan bumi.
11. Apakah anda sudah cukup puas dengan apa yang anda dapatkan dari internet/ sudahkah cukup apa
yang disediakan internet untuk mendukung kebutuhan serta aktivitas anda? Terutama terkait dengan
aktivitas untuk lingkungan.
Ya.
12. Apakah anda masih mengkonsumsi media konvensional/ media massa (koran, radio, televisi, film,
buku)? Tolong ceritakan.
Ya, selama ini juga saya juga mengkonsumsi media konvesional seperti koran, radio, televisi,
film dan buku. Selain membeli sendiri, kami juga banyak dikirimi buku dan majalah dari
beberapa organisasi lingkungan dan penerbitan lainnya.
13. Kenapa Anda masih mengkonsumsi media -media tersebut? Apakah internet tidak cukup? Atau
mungkin hanya karena kebiasaan?
Karena udah kebiasaan, lagian kan tidak selamanya kita mengakses internet karena mata kita
juga memiliki keterbatasan dalam berhadapan monitor laptop atau pc.
4
LAMPIRAN INFORMAN 4 Q&A
[Artikel-artikel]
http://csoforum.net/Artikel/Hanya-Karena-Nama-Green-Press-Tak-Dapat-Akreditasi.html
2007, Des 7
Nusa Dua, CSOForum-Di era keterbukaan sekarang pers masih saja dihalang-halangi
pemberitaannya. Pelakunya tak tanggung-tanggung, panitia United Nations Framework Climate
Change Convention (UNFCCC). Contoh paling anyar yaitu ditolaknya akses Green Press meliput
acara UNFCCC di Bali.
“Green”, nama yang selalu diasosiasikan dengan Greenpeace, membuat Green Press tak memperoleh
akses masuk ke sidang COP 13 Bali. Tak ayal, hal ini mengecewakan beberapa jurnalis Green Press.
Padahal, sebagai pengusung demokrasi, PBB secara sepihak telah menolak akses Green Press dengan
alasan tidak jelas.
Inilah yang membuat jurnalis Green Press tak habis pikir. Sebuah lembaga ternama dunia ternyata
melakukan hal tidak demokratis itu.
Marwan Azis, jurnalis Green Press menuturkan bahwa sedari awal mereka telah melakukan registrasi
via email kepada panitia. Hasilnya, mereka dijanjikan akan diberikan kartu identitas. Mereka
diberitahu untuk mengambil kartunya di Nusa Dua Bali.
Namun, apa lacur? Kartu yang dijanjikan belum dibuat. Malahan mereka seperti diinterogasi dengan
dicecar pertanyaan yang sama; Apakah ada hubungan dengan Greenpeace? Tanpa tedeng aling-aling,
panitia justru meminta contoh tulisan. Alhasil, mereka ditolak aksesnya sebab tulisannya dianggap
provokatif.
“Padahal, di syarat pendaftaran tidak ada pengecekan tulisan”, keluh Marwan. Lebih aneh lagi, ketika
beberapa media yang berurusan dengan soal interior tiba-tiba diterima akreditasinya.
Ini adalah secuil indikasi sterilisasi area UNFCCC dari panitia yang kebablasan. Baik kendaraan,
orang hingga media dihalang-halangi kehadirannya. Apakah ini menjadi tanda UNFCCC steril dari
beragam pandangan? Hingga akhirnya hanya mementingkan pandangan pemilik modal dan birokrat
korup.
………..
5
LAMPIRAN INFORMAN 4 Q&A
http://www.vhrmedia.com/vhr-news/berita,Etika-Media -ala-UNFCCC-1078.html
Tindakan itu dikecam sejumlah kalangan karena dinilai tidak beretika. Sebab, email para jurnalis
tersebut segera dibanjiri rilis dari berbagai lembaga. "Ini hari yang menyedihkan bagi PBB. Mereka
sengaja menghindari pendapat yang berbeda dan memakai sejumlah taktik untuk memperoleh
tujuan," kata James M Taylor, staf kebijakan lingkungan pada The Heartland Institute di Amerika
Serikat sebagaimana dikutip heartland.org Kamis (6/12) .
Sebelumnya para jurnalis yang ingin meliput Konferensi Perubahan Iklim PBB di Bali diharuskan
mendapatkan akreditasi dengan mendaftar di sekretariat media PBB di Bonn, Jerman. Masalah
akreditasi ini banyak diprotes sejumlah media. Para jurnalis yang bergabung dalam Green Press
menyatakan PBB secara sepihak telah menolak akses mereka dengan alasan tidak jelas.
Marwan Azis, jurnalis Green Press, mengatakan sedari awal mereka telah melakukan registrasi via
email kepada panitia. Hasilnya, mereka dijanjikan akan diberi kartu identitas yang bisa diambil di
Nusa Dua, Bali. Ternyata kartu itu urung dibuat. Mereka malah diinterogasi dengan dicecar
pertanyaan mengenai hal-hal yang tidak relevan dan dituduh sering menulis hal yang provokatif.
Gugatan juga ditujukan terhadap Panel Antar-Pemerintah mengenai Perubahan Iklim yang digagas
PBB (UN Intergovernmental Panel on Climate Change, IPCC). Professor David Henderson dalam
tulisannya di Wall Street Journal Kamis (11/10) mempertanyakan keterbukaan dan proses politik
dalam forum itu.
IPCC yang didirikan tahun 1988 berisikan pejabat pemerintahan dan sejumlah ilmuwan. Sepanjang
berdirinya IPCC telah menghasilkan laporan penilaian penting yang dijadikan dasar bagi pengambilan
kebijakan mengenai lingkungan hidup negara-negara di dunia. Laporan ini menjangkau isu-isu
ekonomi, sains, dan aspek teknis. Laporan terakhir AR4 sebanyak 3.000 halaman dan berisi penelitian
2.000 ilmuwan di seluruh dunia akan selesai akhir Desember ini.
Menurut Henderson, dosen Westminster Business School London, keikutsertaan ilmuwan di IPCC
membuat forum ini memperoleh kepercayaan besar. Dalam kenyataannya kelompok ilmuwan
hanyalah partisipan terpisah dari pusat pengambilan keputusan di dalam IPCC. (E5)
6
LAMPIRAN INFORMAN 4 Q&A
Ketgam: Buku SLHI dipamerkan oleh Presiden SBY saat peringatan hari lingkungan hidup di Istana Negara 5
Juni 2007, foto: DOK KLH
Sehari sebelum pergantian malam tahun baru 2007 ke 2008 (30/12/07), saya sempat diajak ama
teman-teman Environment Parliament Watch (EPW) Jakarta untuk main ke Bandung untuk refresing
karena selama ini kami terlalu banyak disibutkan oleh berbagai kegiatan di organisasi dan kantor
yang membuat pening kepala, jadi ada baiknya main ke daerah Bandung yang terkenal dengan
sebutan Paris Van Java serta ke daerah Lembang yang terkenal sebagai daerah agrowisata di Jawa
Barat.
Kami sudah sepakat berangkat setelah magrib menunggu saya pulang dari kantor LP3ES. Saat tengah
menyiapkan diri dengan berbagai perlengkapan yang akan saya bawa ke Bandung.Tiba -tiba HP saya
berdering ternyata dari IGG Maha Adi, kawan saya seaktifitas di Green Press Jakarta yang saat ini
bekerja sebagai jurnalis di Majalah Tempo.
”Wan saya minta bantuan nie, karena hanya kamu yang bisa bantu saya,”kata Adi. ”Bantuain apa
Bang,”tanya saya. ”Gini Wan saya diminta oleh Henri Bastaman (Staf Ahli Menteri Lingkungan
Hidup) ngerjain buku Bunga Rampai pertemuan Konferensi Perubahan Iklim (UNFCCC) Bali. Saya
udah rekomendasikan namamu sebagai tim yang akan ngerjain buku itu,”kata Adi.
”Gimana ya Bang, sekarang saya lagi siap-siap nie menuju Bandung,”kata saya. ”Tunda aja dulu
Wan, bantuin saya, sekarang saya masih di Bali, gila nie saya diminta menyelesaikan buku itu tanggal
2 Januari 2008.”Jadi tolong bantuin. Sekarang saya masih di Bali, besok tolong kamu wawancarai ibu
Nelly ya.”pinta Adi.
Akhirnya saya ngambil keputusan tidak ikut Bandung, demi membantuin Adi. Malam itu saya
diarahkan Adi agar besok mewancarai Ibu Nelly, (Ketua Tim Delegasi RI dalam UNFCCC) seputar
kronologis mulai dari penunjukkan Indonesia sebagai tuan rumah penyelenggarakan konferensi
7
LAMPIRAN INFORMAN 4 Q&A
perubahan iklim, proses atau dinamika sidang Konferensi Perubahan Iklim di Bali hingga hasil yang
dicapai.
Alasan saya tidak ikut ke Bandung selain karena alasan bantuin Adi ngerjain buku, malam itu juga
kondisi badanku lagi kurang sehat (masuk angin). Syukur teman-teman EPW (Dudy, Ardi, Rudi dan
Yusro) memaklumi keputusan saya untuk tidak ikut ke Bandung.”Nggak pa pa bang,”kata Dudy saat
saya bilang nggak bisa ikut ke Bandung. Ini merupakan kesempatan kedua kalinya saya dilibatkan
dalam pengerjaan buku lingkungan hidup yang terbitkan Kementeri Lingkungan Hidup (KLH),
sebelumnya saya juga sebagai tim editor Buku SLHI (Status Lingkungan Hidup Indonesia) 2006 yang
terbitkan pada pertengahan 2007.
Malam itu saya langsung kontak staf Ibu Nelly namaya Mbak Upik untuk dibuatkan jadwal ketemuan
dengan ibu Nelly, Setelah itu, saya berupaya kontak Ibu Nelly, akhirnya ibu Nelly bersedia
meyediakan waktunya besok hari jam 9.00 WIB untuk di wawancarai.
Esok harinya saya langsung meluncur ke rumah ibu Nelly di Daerah Bintaro Sektor 3 Jakarta Selatan.
Alhmadullillah sebagian informasi seputar UNFCCC saya bisa peroleh dari penjelasan ibu Nelly.
Usai wawancarai ibu Nelly saya langsung menuju hotel Mahakam di Blok M untuk ketemu pak Henri
Bastaman guna membahas pembuatan buku itu. Dari penjelasan pak Henri ternyata KLH merancang
empat buku yang akan terbitkan terkait dengan Kegiatan Konferensi Tingkat Tinggi PBB untuk
Perubahan Iklim (UNFCCC) yang diselenggarakan pada tanggal 3-15 Desember 2007 lalu.
Buku itu akan dibagi empat judul yaitu 1) Report kronologis berdasarkan kegiatan berlangsung baik
sisi penyelenggaraan maupun subtansi isi, 2) Rekaman dari para pelaku (Presiden COP 13, Presiden
RI, Sekretaris UNFCCC, DELRI (Dele gasi RI)), 3) Buku Bunga Rampai Konferensi Perubahan Iklim
yang akan berisi macam catatan kejadian dala m konferensi Perubahan Iklim di Bali seperti Emil
Salim diteriaki Komprador saat berkunjung ke Kampung CSO (NGO), Yvo De Boer tiba-tiba
menangis di arena konferensi dan lain-lain, dan terakhir (4) Buku yang bercerita tentang hasil
kesepakatan yang tercapai di UNFCCC Bali terhadap negara berkembang dan negara maju. Bagi
kami ini adalah pekerjaan besar, yang membutuhkan tenaga, pikiran dan waktu.
Nah buku yang pertama yaitu Buku Report UNFCCC itu menurut pak Hendi, dealine harus selesai
tanggal 2 Februari, karena pak Menteri Lingkungan Hidup (Rachmat Witoelar) akan menghadap
Presiden SBY. Akhirnya kami harus kerja ekstra agar bisa selesai sesuai dengan dealine yang
diberikan ke kami. Bagi saya dan Adi ini pekerjaan gila.
Tapi karena kami udah komitemen membantu, meskipun kami harus mengobarkan waktu malam
tahun baru kami demi mengerjakan buku tersebut. Karena kan kita harus memulai tahun baru dengan
penuh semangat baru agar apa yang kita cita-citakan di tahun baru 2008 ini bisa tercapai. (Marwan)
8
LAMPIRAN INFORMAN 5 WAWANCARA 1
WAWANCARA KE- :1
dikeroyok: yaaa, aku melinda, 16tahun, mau nanya apa? jangan susah susah yaaaa hehehe
:p
ranm_d: ga lah..ngobrol aja.. kamu masih sekolah mel?
dikeroyok: oke, awalnya waktu aku SMP udah punya blog, Lala (yang satu lagi) juga udah
aktif ngeblog, terus suatu hari aku nemu artikel tentang penggundulan hutan
kalimantan di majalah Gadis, aku tulis lagi di blog aku,
dikeroyok: syukur banget tulisan aku itu banyak yang berkomentar, Lala liat, dan tiba tiba
dia ngajakin aku bikin blog khusus membahas global warming itu, khusus di
Indonesia
ranm_d: trus?
dikeroyok: ga nyangka banyak banget yang dukung, nah dari situ kita lebih serius lagi,
1
LAMPIRAN INFORMAN 5 WAWANCARA 1
dikeroyok: temen aku, temennya dia juga, dikenalin deh, iya temen
ranm_d: waktu awal ngeblog pas SMP, itu kamu umur berapa? waktu itu ngeblognya soal apa
aja?
dikeroyok: hmm pertamanya emang prihatin, banyak yang kontra malah, ada yang bilang
'ngapain sok sok ngurusin lingkungan, lulus aja be lum becus'
dikeroyok: di rumah emang disediain, ya gimana sih kalau anak2 kan main friendster,
facebook hahahaha, tapi kan yah bosen juga, lebih asik ngeblog, istilahnya bisa
mencurahkan gitulaaah,
ranm_d: hehe..emang ya..
ranm_d: jadi, pertama kenal internet umur berapa tuh? SD? wah kalah dong aku :P
dikeroyok: SD udah kenal tapi kan sebatas nyari tugas dan itupun dibantu.. internetnya
dipasang waktu SMP itu..
ranm_d: belajar sendiri apa diajarin tuh awalnya?
2
LAMPIRAN INFORMAN 5 WAWANCARA 1
dikeroyo k: diajari, waktu SMP juga udah belajar soal internet gitu.. awalnya google, kan
dari google bisa akses apa aja, trus yaaaa belajar belajar sendiri, gitu hehe
ranm_d: kalo pertama kali kenal blog tau dari mana? internet juga?
dikeroyok: iyaps, ada temen punya blog, aku baca, seru juga, bikin deh, aku utak atik
sendiri hehe
ranm_d: mel sekarang kelas baru sih? lagi libur ujian kah?
ranm_d: oke deh..nyante..aja. Kalo kamu mo off bilang aja ya.. ok..next..
dikeroyok: ga nentu sebenernya, rata rata 3 jam sekali pake, kadang juga ga pake sama
sekali soalnya jaga mata, sama dimarahin juga sama orang tua haha :p
dikeroyok: 3 jam udah termasuk semuanya, main, download, share sana sini hehe
ranm_d: wah.. berarti selama ini kalo akses emang di rumah ya..
dikeroyok: wah kirain mahasiswa sering banget soalnya kan tugasnya banyak banget yaaa
hehe
dikeroyok: iya akses di rumah, walopun kata orang bebas, tapi menurutku enggak soalnya
di tegur teruussssssss
ranm_d: :))
ranm_d: biasanya jam berapa aja tuh akses? ada kebiasaan ga?
dikeroyok: biasanya malam, selain siangnya sekolah+les, malem juga biasanya temen-
temenku pada online jadi ya sekalian daaaaah haha :D kebiasaan.. hmm.
kecanduan yang ada
3
LAMPIRAN INFORMAN 5 WAWANCARA 1
dikeroyok: pernaaaah pastinya haha tapi ya kalo emang lagi males, kan pasti mikir 'ah
ngapain juga bisa besok besok' yaa bisa ditunda lah, baca novel hehehehk
ranm_d: selain nge-net, kamu nonton tv atau baca koran, majalah gitu ga? cerita dong..
dikeroyok: nonton tv jarraaaanggg, kecuali kalo ada kartun, kadang-kadang pagi liat
berita reportase pagi hahahah :p, majalah ga terlalu, kalo koran ga suka sih
sebenernya tapi disuruh ibu baca, dipaksa katanya penting, yaah kadang-
kadang deh baca korannya
ranm_d: hehe.. sammaa..cuma aku agak lumayan kalo nonton berita, tinggal nonton soalnya
dikeroyok: sebenernya banyak yang mengundang, tapi beribu maaf waktunya benar benar
ga pas, lagipula kita kan baru mengkhususkan lewat tulisan aja,..
ranm_d: kalau untuk tulisan, tetap kalian berdua kan? apa gantian gitu? janjian ga sih kalo mo
bikin postingan?
dikeroyok: nggak, nggak sama sekali, kalau mau nulis ya tinggal nulis aja, iya cuma kita
bedua yang nulis, oiya, biasa suka ada yang menyumbangkan aspirasinya lewat
email, trus kita tulis kembali ke blog, tetep sumbernya ditulis dari siapa,
dimana.
ranm_d: yang bikin kalian masih bertahan apa? ada motivasi tertentu ga?
dikeroyok: rani?
ranm_d: hoi..
4
LAMPIRAN INFORMAN 5 WAWANCARA 2
WAWANCARA KE- :2
dikeroyok: raniiiii
ranm_d: kalo nyiapin tulisan buat go green, ide atau bahannya dapat dari mana aja?
dikeroyok: ada koran, majalah, pernah juga dari berita, pemikiran sendiri, atau pemikiran
orang lain, gitu..
ranm_d: direncanain ga sih tiap minggu/bulan mo nulis apa? apa tergantung isu yang hangat
aja?
dikeroyok: nggak kok, kita nulis kalo ada bahan aja, kalo ada isu hangat juga ditulis hehe
1
LAMPIRAN INFORMAN 5 WAWANCARA 2
dikeroyok: nggak sih, tapi palingan ada satu dua orang yang nanya, 'mana lagi updatean
nya?' gitu aja sih ekekek, tp yang jelas kita update juga kadang ga nentu,
tergantung ada bahan, sama mood sih :p heehehhe
ranm_d: ada kepengenan lebih ga selain ngeblog kalian mo ngapain? bikin event atau apaaa
mungkin?
dikeroyok: naaaaah
dikeroyok: tapi kan balik lagi ke kitanya, suka ga nemu waktu yang sama sama pas, trus
kewajiban juga ga bisa ditinggal gitu aja kan.. mesti ada pendampingnya, ada
yg ngasih saran blabla, gitu.. jadi ya belum kesampean sih
dikeroyok: mungkin hal kecil dulu ya, kayak nanam pohon, rame -rama, bisa di sekolah
sekolahan, atau dimana aja,
dikeroyok: abisnya pada buang sembarangan, trus aku sindir, aku buang sendiri deh
sampah mereka
dikeroyok: trus juga kalo pake ac, pake timer, jadi jam 4 pagi ac nya udah mati,
ranm_d: oke tuh..emang yang kecil-kecil tuh ngaruh kok kalo dah jadi kebiasaan..
2
LAMPIRAN INFORMAN 5 WAWANCARA 2
dikeroyok: hmmm kayaknya cuma cause di facebook, facebook kan lumayan ya sekarang
yang pake, jadi rame causenya, alhamdulillah :)
dikeroyok: seperti tips -tips, masukan gimana kalau adain event, trus informasi lain yang ga
kita dapet, bisa ada disitu, informasi negara negara lain,
ranm_d: padahal kan ada juga isu lain misal tentang illegal logging, dll
dikeroyok: aku rasa global warming induk dari semuanya, di dalamnya juga ada illegal
logging, dll
dikeroyok: kalo adanya ilegal logging kan bumi ga punya oksigen lagi, nah bisa terjadi
pemanasan,
dikeroyok: event dari menteri lingkungan, baru undangan lewat email, belum diklarifikasi
lebih lanjut, dan banyakan Lala yang mengatur semuanya..
3
LAMPIRAN INFORMAN 5 WAWANCARA 2
ranm_d: tadi kan kamu bilang, masih belajar juga tuh dari lembaga-lembaga besar itu..nah,
biasanya kan mereka punya milis atau situs..Apa kamu tahu info kegiatan mereka
karena ngikut milis mereka apa gimana?
dikeroyok: oooh
ranm_d: btw, sejak kapan sih peduli ma isu lingkungan? Padahal kan kamu ma Lala ga ada
yang bayar buatt kerjain ini itu :P Cerita dong..
dikeroyok: akakakakaa
dikeroyok: kalo dibilang kesadaran.. hmm kayaknya munafik juga sih ya, kita kan ga
'sebersih' yang orang kira
dikeroyok: maksutnya pasti adalah beberapa hal yg bikin kita ''aaaaah maleeeess' hehe
ranm_d: hehe :P
dikeroyok: kalo aku pribadi sih ya, sekalinya liat penebangan hutan liar, dll, langsung miris
aja, sedih gitu rasanya
ranm_d: iya..
dikeroyok: apalagi Indonesia kan terkenal sama hijau nya, sampai disebut khatulistiwa
kan, iklimnya juga bagus, cocok tanam apa aja
dikeroyok: pokoknya kalo ditanya sejak kapan, ya ga tau juga ya sejak kapan, langsung
ada tiba-tiba..
4
LAMPIRAN INFORMAN 5 WAWANCARA 2
ranm_d: baca artikel gitu soal kerusakan bumi..trus kayak ada yang "nendang" di dada.. ya itu
kamu bilang...miris
dikeroyok: berjuang supaya orang ikut kita susah banget kan hehe
dikeroyok: yang penting kitanya sendiri aja dulu, jangan sampai kita nyuruh-nyuruh tapi
kitanya malah nggak, yegaaak hehehehe
ranm_d: bener banget..
dikeroyok: bener2 deh sebeeel banget liatnya orang ga mikirin lingkungan sekitar
sedikiiittt aja, minimal buang sampah deh itu huhu
ranm_d: oke-oke..balik lagi ya..
5
LAMPIRAN INFORMAN 5 WAWANCARA 2
ranm_d: btw, kalo ada yang ngatain tuh emang ngataian kayak gimana?
dikeroyok: bawel banget deh hahaha, aku langsung paaaaannnaaaassssss ggrrrr haha
dikeroyok: hmmm biasa aja ran kayaknya malah ga ada kayaknya hehehe semuanya enjoy
kok :D
dikeroyok: hmm tadi kan kamu nanya pengalaman yang nyenengin ya.. aku kiranya
pengalaman selama nulis itu ran hehehe
dikeroyok: aku pribadi, dukungan dari orang tua yang bikin aku seneng banget
6
LAMPIRAN INFORMAN 5 WAWANCARA 2
dikeroyok: orang lain juga adaaaa yang dukung, makasih banyak, tapi kalo ortu udah
setuju rasanya bener-bener deh hehe
ranm_d: ohya..gimana tuh critanya? emang tadinya ga dukung gitu?
dikeroyok: trus pas ayah ku juga udah liat blognya, dia setuju-setuju aja,
dikeroyok: informasi yang ak u mau, ada semua, download lagu-lagu, hehe kan aku suka
denger musik juga..
ranm_d: beda ga menurutmu, chat via internet sama ngobrol langsung ma orangnya?
dikeroyok: beda
ranm_d: :))
7
LAMPIRAN INFORMAN 5 WAWANCARA 2
ranm_d: eh eh..apa sih arti penting internet buat kamu? sanggup ga hidup tanpanya? halah :D
dikeroyok: kadang buat nyalain laptop aja udah malessss banget, atau kadang juga mikir,
ngapain juga ya selain main facebook hahahaha, ato kalo lagi pengen baca
novel, lagi pengen di kamar, ya ga main internet,
ranm_d: oooo...begicu..
ranm_d: ngenet itu kan kayak aktivitas kita lainnya, kalo dah terlalu sering ya pantes bosen,
dan ga sehat juga kali ya..kebanyakan depan monitor
ranm_d: aku minus 1..tapi silindris juga..soalnya sering baca ambil tiduran :P
8
LAMPIRAN INFORMAN 5 WAWANCARA 2
dikeroyok: sikap ada pasti kan, dari awal bikin aja juga udah 'bersikap' kan istilahnya
dikeroyok: kalau udah ada sikap mungkin pandangan juga udah ada
dikeroyok: kalau pandangan aku miris banget ngeliat hal hal negatif kayak sekarang, ya
sikap aku yang bekerja
ranm_d: menurutmu, internet bisa dipake buat apa lagi sih untuk bantu nyelamatin bumi ini?
dikeroyok: tes..tes..
ranm_d: ya?
dikeroyok: bisa sebagai alat komunikasi, informasi terntunya, alat main hehe, temen kalo
lagi bosen :P
dikeroyok: oh belum-belum
dikeroyok: eh bentar..
dikeroyok: kayaknya belum, tapi Lala pernah ikut aduh aku lupa namanya
dikeroyok: petisi kayaknya belum pernah, tapi Lala pernah ikut semacam demo gitu,
9
LAMPIRAN INFORMAN 5 WAWANCARA 2
dikeroyok: huahaahha
dikeroyok: nggak
dikeroyok: http://www.facebook.com/album.php?aid=45886&id=667676434
dikeroyok: okeeee
ranm_d: eh..lalla tuh sibuk ya? kok dari kapan aku minta add di fesbuk dia ga add.. mungkin
krn ga kenal kali ya..nah ini aku kirim lagi aja, bilang aku temen kamu :D
dikeroyok: okeeee
ranm_d: gapapa..aku tunggu aja
dikeroyok: ya?
ranm_d: eh masih dua lagi ding..sori..
ranm_d: ada yang berkomentar bahwa gaya hidup “hijau” hanyalah trend sesaat
ranm_d: menurtumu?
dikeroyok: menurut aku mereka yang hidup kayak gitu, teriak teriak global warming
karena trend, apa-apa karena musim, cuma ikut-ikutan aja tapi ga meramaikan
dikeroyok: bagus sih sebenernya, tapi lebih baik lagi kalo dilakukan ga cuma pas lagi tren
aja, tapi tiap hari
10
LAMPIRAN INFORMAN 5 WAWANCARA 2
dikeroyok: dulu aku ngerasain banget banyak banget pamflet-pamflet, orang-orang yang
pro sama aksi ini
dikeroyok: gila abis, aku belum pernah ketemu orang kaya gitu sih hehe jadi belum tau
gimana-gimananya
dikeroyok: menurutku niat dia baik tapi aneh juga ya dia yang napsu tapi dia sendiri yang
nggak melakukan,
dikeroyok: balik lagi ke orang itu sendiri, maksut dan tujuan sebenernya ngapain?
dikeroyok: kalo dia bisa mempengaruhi orang, masa iya dia ga bisa mempengaruhi diri
sendiri..
ranm_d: ahaha..setuju :D
dikeroyok: tapi orang kayak gitu boleh juga laaaah hehehehe paling tidak dia sadar,
walaupun dirinya sendiri belum disadari haha
ranm_d: oke..terakhir...
dikeroyok: tes..tes..
ranm_d: sip
11
LAMPIRAN INFORMAN 5 WAWANCARA 2
dikeroyok: apalagi?
ranm_d: menurutmu, gimana kepedulian lingkungan di masyarakat kita?
dikeroyok: haha
dikeroyok: capeeeekkkk
dikeroyok: hmmm..
ranm_d: tapi ya emang masih dikit banget sih persentasenya
ranm_d: berarti masa depan bumi ini, terutama Indonesia, ga parah-parah banget :D
12
LAMPIRAN INFORMAN 5 WAWANCARA 2
ranm_d: nah, gunanya teman dan jaringan kan ya itu..ngingetin kalo kita dah mulai capek...
dikeroyok: oke
13
LAMPIRAN INFORMAN 6 Q & A #1
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tentang Anda dan Internet
1. Tolong ceritakan tentang diri Anda (pekerjaan, kegiatan sehari-hari, latar belakang pendidikan)
2. Ceritakan bagaimana Anda mengenal internet. (sejak kapan, diajari/belajar sendiri, motivasi
atau tujuan awal menggunakannya)
Belajar internet saat kuliah karena keharusan untuk email, tugas sekolah, dsb.
3. Bagaimana Anda sehari-hari menggunakan internet? (berapa jam sehari; akses dari mana saja;
untuk keperluan apa saja)
4. Dengan cara bagaimana atau sejauh apa internet mengubah hidup atau cara kerja Anda selama
ini (Sebelum? Sesudah?)
Internet memudahkan dan mempercepat mendapatkan informasi dan komunikasi dengan
orang lain
5. Apa keunggulan berkomunikasi menggunakan internet dibandingkan lewat telepon, tatap muka
langsung ataupun lewat media lain?
Keunggulan komunikasi lewat internet adalah kecepatan respon dan legalitas bukti
pembicaraan, contoh bila melalui email.
6. Apa makna atau arti penting internet untuk anda? Secara pribadi maupun profesional? Sanggup
ga, “berpisah” dari internet?
Internet lebih banyak untuk pekerjaan. Secara pribadi atau saat cuti bisa berpisah dari
internet tetapi untuk pekerjaan sulit karena banyak hal yang melalui email.
1
LAMPIRAN INFORMAN 6 Q & A #1
2. Apa yang memotivasi Anda memiliki dan mempertahankan blog/ milis tersebut?
Motivasi awal adalah untuk melatih menulis karena dibutuhkan dalam pekerjaan dan
untuk hal ini mencari topik yang disenangi secara pribadi.
Tujuan blog Aku Ingin Hijau adalah memberikan ide mengenai hal-hal kecil yang dapat
dilakukan siapa saja, tetapi hal kecil ini bila dilakukan bersama-sama dalam jumlah
besar akan memiliki impact yang sangat besar.
4. Bisa ceritakan “sejarah” atau alasan sehingga Anda dekat dan peduli terhadap isu lingkungan?
5. Dalam mengelola blog lingkungan anda, apa kesulitan yang dialami selama ini? Adakah
pengalaman menarik?
Kesulitannya adalah waktu saat banyak pekerjaan yang menyita waktu. Saya hanya
menulis saat ada waktu senggang. Kadang ada juga saat-saat malas menulis karena saat
awal memang semangat tetapi saat sudah begitu banyak orang yang membaca setiap hari
maka akan ada tekanan untuk menulis. Jadi dengan semakin besar pembaca blog, semakin
berat tanggung jawabnya.
6. Apakah menurut Anda, masyarakat kita kini sudah mulai peduli lingkungan?
Masyarakat kita sudah semakin terdidik mengenai lingkungan. Terlihat dari orang-orang
yang semakin banyak naik sepeda, pengunjung ke blog lingkungan dan acara-acara
lingkungan. Tetapi masih jauh lebih banyak lagi yang belum mengerti.
2
LAMPIRAN INFORMAN 6 Q & A #1
7. Menurut Anda, bagaimana posisi internet dalam aktivisme lingkungan saat ini?
Internet bisa sangat efektif karena bila kita ada suatu ide kecil yang dapat
diimplementasikan sehari-hari, maka akan lebih mudah ditulis dan disebar melalui
internet daripada bicara satu -per-satu ke semua orang. Sehingga jauh lebih cepat
penyebaran idenya. Selain itu juga dengan blog contohnya, para pembaca dapat saling
berinteraksi. Oleh karena itu blog Aku Ingin Hijau adalah dalam bahasa indonesia
karena memang ditargetkan khusus untuk masyarakat indonesia sehingga mereka lebih
mudah mencari info dan berinteraksi dengan pembaca lainnya.
8. Bagaimana pendapat Anda bila ada yang memandang bahwa untuk Indonesia, kampanye lewat
internet tidak terlalu bermanfaat karena jumlah pengguna internet masih rendah dibanding
populasi total?
Memang pengguna internet masih sangat rendah. Tetapi tetap efektif karena dari
penyebaran ini, contohnya seseorang membaca ide di internet, hal ini dapat ditularkan
melalui word of mouth di rumah atau kantor, sehingga ide ini akan mengalir ke banyak
bagian masyarakat. Selain itu ide ini dapat diakses dari manapun sehingga tidak hanya di
satu tempat. Bila efektivitas dibandingkan televisi misalnya, hal ini akan lebih baik karena
di televisi atau radio hanya diberi ruang waktu yang terbatas sehingga hanya orang yang
dapat melihat hal itu pada jam yang ditentukan bisa mengerti. Selebihnya masyarakat yang
lain akan tidak mendapatkan informasi yang sama. Di internet, informasi itu akan selalu
ada dan dapat diakses kapan saja.
Dengan harga internet dan infrastruktur yang semakin baik maka penyebaran melalui
internet akan semakin lama semakin baik.
9. Bagaimana pendapat Anda bila ada yang berkomentar bahwa gaya hidup “hijau” hanyalah
trend sesaat?
Gaya hidup hijau bisa menjadi trend sesaat untuk orang yang memang hanya ingin
mengikuti trend. Tetapi trend ini lebih banyak ke arah kebiasaan, sehingga kalau
akhirnya sudah terbiasa hijau, akan bisa selamanya hijau dan malah menularkan. Selain
itu dengan adanya perubahan iklim yang dapat kita rasakan bersama, orang akan
semakin berfikir bahwa hal ini sangat perlu dan tidak bisa sesaat.
Untuk orang yang hanya nge-trend sesaat pun tidak masalah karena mudah2an saat dia
lagi mencoba trend ini, maka dia sudah menularkannya ke orang lain dan orang lain itu
bisa lebih permanen.
10. Apakah menurut Anda kehidupan online dan offline itu terpisah? (Misalnya, orang yang
gembar-gembor tentang sesuatu di dunia maya tapi ternyata tidak melaksanakannya di kehidupan
yang nyata)
Bisa saja. Tetapi dengan teknologi yang ada maka kehidupan online dan offline semakin
bergabung contohnya adalah dengan adanya website sosial seperti facebook, maka
kehidupan offline kita malah dibawa online sehingga teman-teman semakin mengetahui
3
LAMPIRAN INFORMAN 6 Q & A #1
apa yang kita perbuat dan terus te rupdate. Membuat blog pun kita memiliki identitas
kecuali identitas itu disembunyikan sehingga kehidupannya terpisah dan tidak diketahui
orang lain.
4
LAMPIRAN INFORMAN 6 Q & A #2
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Re: Pertanyaan Lagi
Wednesday, May 13, 2009 6:52 AM
From: "Michael Dharmawan" <mdharmawan@akuinginhijau.org>
To: "challida hikmarani" ranm_d@yahoo.com
> Selain memiliki sebuah blog dengan isu lingkungan, apakah Anda juga
> memanfaatkan internet dengan cara-cara lain untuk menyelamatkan lingkungan?
> (Misalnya, voting dalam petisi online; donasi lewat e-banking; berlangganan
> milis bertema lingkungan; gabung dalam komunitas volunteer via
> internet/milis) Tolong ceritakan!
> Menurut Anda, dengan cara-cara apa lagi internet dapat digunakan untuk
> menyebarkan informasi/ menyelamatkan lingkungan?
2. internet dapat digunakan untuk membangun komunitas yang pada akhirnya dapat
melakukan sesuatu yang konkrit bersama-sama. (kalau blog aku ingin hijau belum :) ).
3. sukanya kalau bisa mendapat komentar bahwa artikel itu bermanfaat dan benar-benar
dilakukan. Dukanya adalah kadang kurang ada inspirasi untuk menulis, kurang ada waktu,
kadang ada waktu tapi tidak ada inspirasi. artikel juga suka diambil tanpa menulis
narasumber hingga akhirnya diforward email ke mana-mana, nyampenya ke saya lagi.
> Bila Anda memiliki waktu dan kesempatan lebih, apa yang paling ingin Anda
> kembangkan dari AkuInginHijau? (Misalnya, berkolaborasi dengan salah satu
> gerakan atau organisasi lingkungan; tampil di media massa; membuat event
> bersama)
4. kalau ada waktu dan kesempatan. maunya sih membangun komunitas di poin 2, mungkin
kolaborasi juga dengan organisasi lain untuk acara yang lebih konkrit, tidak hanya virtual
saja.
kira2 begitu jawabannya. agak pendek2 karena memang pertanyaannya sudah semakin sulit nih. :)
tx.
michael
1