Professional Documents
Culture Documents
Berbicara kepemimpinan, maka kata ini berasal dari kata pemimpin, yang berarti
seseorang yang berada di depan dan memimpin suatu perkumpulan atau wadah.
Pemimpin adalah manusianya atau orang yang memimpin, sedangkan kepemimpinan
adalah sifat atau gaya perilaku yang melekat pada seseorang yang memimpin. Perkataan
leader atau pemimpin itu sendiri mempunyai banyak definisi, sebanyak pribadi yang
meminati masalah pemimpin tersebut.
2. Henry Pratt Fairchild (1960) menyatakan bahwa pemimpin dalam pengertian luas
ialah seorang dengan jalan memprakarsai tingkah laku sosial dengan mengatur,
mengarahkan, mengorganisir atau mengontrol usaha/upaya orang lain, atau melalui
prestige, kekuasaan atau posisi. Dalam pengertian terbatas, pemimpin ialah seorang
yang membimbing memimpin dengan bantuan kualitas-kualitas persuasifnya, dan
akseptansi/penerimaan secara sukarela oleh para pengikutnya.
4. Menurut Peter Drucker, pemimpin adalah individu yang “make things happen”
Dari beberapa definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pemimpin adalah
pribadi yang memiliki kecakapan khusus, dengan atau tanpa pengakuan resmi dapat
mempengaruhi kelompok yang dipimpinnya, untuk melakukan usaha bersama
mengarah pada pencapaian sasaran-sasaran tertentu.
Pada awalnya banyak orang berpendirian bahwa kepemimpinan itu tidak dapat
dipelajari. Sebab kepemimpinan adalah suatu bakat yang diperoleh orang sebagai
1
kemampuan yang istimewa yang dibawa sejak lahir. Akan tetapi dalam perkembangan
zaman, kepemimpinan itu secara ilmiah kemudian berkembang, bersamaan dengan
pertumbuhan scientific management (manajemen ilmiah), yang dipelopori oleh ilmuwan
Frederick W. Taylor pada awal abad ke-20 dan dikemudian hari berkembang menjadi
satu ilmu kepemimpinan.
KONSEP KEPEMIMPINAN
2
Pertama, ing ngarsa sung tuladha. Ngarsa artinya di depan sedangkan tuladha
maknanya contoh. Makna dari ajaran ini adalah bahwa sebagai pemimpin dimana pun
seyogianya memberi contoh yang baik.
Kedua, ing madya mangun karsa. Madya artinya tengah dan mangun artinya
membentuk sesuai keperluan sedangkan karsa artinya kehendak. Sebagai pemimpin jika
ingin berhasil dianjurkan untuk dapat membentuk, memperhatikan, memelihara, dan
menjaga kehendak dan keperluan atasan serta bawahan secara seimbang.
Ketiga, tut wuri handayani. Tut wuri artinya dibelakang sedangkan handayani
artinya memberi kekuatan. Sebagai pemimpin kita harus mampu mengasuh bawahan
dengan baik, bukan memanjakan tetapi justru memberikan arahan dan rasa aman.
Leadership
domain
Gambar 1.1
Sumber : Moeljono, Djokosantoso. 2003. Beyond Leadership. Jakarta: PT Elex Media Komputindo
TEORI KEPEMIMPINAN
1. Teori Sifat
3
The trait approach to leadership is the evaluation and selection of
leaders on the basis of their physical, mental, social, and
psychological characteristics. (Mondy, 1991)
2. Teori Perilaku
Hasil penelitian menunjukkan ada dua gaya kepemimpinan yang berbeda, yaitu
berorientasi pada pekerjaan (job centered) dan berorientasi pada karyawan
(employee centered).
4
perilaku dan prestasi pengikut. Perhatian atas karyawan dipandang sebagai hal
penting, tetapi merupakan barang mewah yang tidak dapat diberikan pemimpin.
Penelitian yang diketuai Fleishman ini menghasilkan teori dua faktor tentang
kepemimpinan. Penelitian tersebut memisahkan dua faktor kepemimpinan, yang
diacu sebagai pemrakarsa struktur dan pertimbangan.
5
Pendekatan keprilakuan pribadi ini telah dipelajari dalam lingkungan
keorganisasian yang berbeda. Namun, kedua teori dalam pendekatan keprilakuan
pribadi ini belum menunjukkan kaitan antara kepemimpinan dan indikator prestasi
yang penting, seperti produksi, efisiensi, dan kepuasan secara meyakinkan
(Ivancevich, 2007).
3. Teori Kontingensi
Tiap – tiap organisasi memiliki ciri khusus, tiap organisasi adalah unik.
Bahkan organisasi yang sejenis pun akan menghadapi masalah yang berbeda,
lingkungan yang berbeda, pejabat dengan watak serta perilaku yang berbeda. Oleh
karena itu, tidak mungkin dipimpin dengan perilaku tunggal untuk segala situasi.
Situasi yang berbeda harus dihadapi dengan perilaku kepemimpinan yang berbeda
pula. Oleh karena itu, muncul pendekatan yang disebut “contingency approach”,
dinamakan pula “situational approach” (pendekatan situasional) (Sutarto, 1989).
Fiedler menyatakan bahwa tidak ada seseorang yang dapat menjadi pemimpin yang
berhasil dengan hanya menerapkan satu macam gaya untuk segala situasi.
Pemimpin itu akan berhasil menjalankan kepemimpinannya apabila menerapkan
gaya kepemimpinan yang berbeda untuk menghadapi situasi yang berbeda (Sutarto,
1989). Fiedler tidak optimis bahwa pemimpin bisa dilatih dengan sukses untuk
mengubah gaya kepemimpinan mereka, sehingga menurut dia, mengubah situasi
merupakan alternatif yang lebih baik (Ivancevich, 2007).
6
Pendekatan “path-goal” berdasarkan pada model pengharapan yang menyatakan
bahwa motivasi individu berdasarkan pada pengharapannya atas imbalan yang
menarik. Pendekatan ini menitikberatkan pada pemimpin sebagai sumber imbalan.
Pendekatan ini mencoba untuk meramalkan bagaimana perbedaan tipe imbalan dan
perbedaan gaya kepemimpinan mempengaruhi motivasi, prestasi, dan kepuasan
bawahan. Oleh Stoner, pendekatan “path-goal” digambarkan sebagai pemimpin
menjelaskan jalan untuk mencapai tujuan (imbalan) (Sutarto, 1989).
Hersey and Blanchard’s theory is based on the notion that the most
effective leadership style varies according to the level of readiness of the
followers and the demands of the situation (Mondy, 1991).
Dari berbagai teori diatas, Carl R. Anderson (1988) di dalam buku Management :
Skills, Functions, and Organizations Performance menyebutkan bahwa teori situasional
merupakan teori yang lebih baik.
“The situational approach is both the most complicated and most useful
approach to understanding what leaders do. This is consistent with the
7
complexity of most leadership positions. All the theories emphasize that
no one “best” approach to leadership exists, it all depends on the
employees managed, the job, and the leader. Each of the theories adds
insights to what elements of the situation leaders should consider.
Regardless, situational theory is widely accepted by both practitioners
and researches. It “makes sense” that leaders must change how they
behave from situation to situation.”
Sifat Kepemimpinan
Sifat pemimpin sangat tepat digunakan sebagai kriteria untuk mengukur kualitas
kepemimpinannya. Jadi sukses atau gagalnya kepemimpinan dapat dilihat dari sifat
pemimpinnya. Semakin baik sifat pemimpinnya maka semakin baik hasil
kepemimpinan yang didapat, begitu juga sebaliknya. Dalam Kamus Besar Bahasa
8
Indonesia, sifat adalah ciri khas yang ada pada sesuatu. Maka untuk mewujudkan
kesuksesan dalam kepemimpinan diperlukan suatu sifat-sifat kepemimpinan yang baik
secara universal.
a. Kecerdasan (Intellegence)
b. Kepribadian (Personality)
d. Kemampuan Supervisi
Gaya Kepemimpinan
9
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, gaya adalah sikap; gerakan; tingkah
laku. Menurut Mondy Mondy (1991) dalam buku “Management Concepts, Practices,
and Skills”, terdapat 4 dasar gaya kepemimpinan seorang pemimpin dalam memimpin
yaitu otokratis, parsitipatif, demokratis dan laissez-faire.
1. Gaya Otokratis
2. Gaya Partisipatif
3. Gaya Demokratis
4. Gaya Laissez-Faire
10
aktif menentukan tujuan dan penyelesaian masalah. Gaya kepemimpinan ini
merupakan gaya yang memberikan kebebasan berekspresi paling besar bagi
bawahan.
Mondy (1991) juga menjelaskan bahwa ada pula empat macam pengelompokan
gaya kepemimpinan yang dapat diikuti. Gaya kepemimpinan tersebut adalah S1-Telling,
S2-Selling, S3-Participating dan S4-Delegating. Masing-masing dari gaya
kepemimpinan tersebut memiliki kelemahan dan kelebihan yang juga merupakan
pembeda dari setiap gaya kepemimpinan.
1. S1 (Telling)
11
menguntungkan anak buahnya karena mereka akan tahu apa, bagaimana, kapan dan
dimana tugas mereka harus dikerjakan. Namun hal ini juga mengakibatkan rasa
ketergantungan yang tinggi anak buah terhadap pemimpinnya. Karena pimpinan
mendominasi semua persoalan maka ide dan gagasan anak buah tidak berkembang
karena komunikasi satu arah yang dilakukan pemimpinnya. Gaya kepemimpinan seperti
ini sangat cocok untuk untuk menghadapi anak buah yang baru bergabung dan memiliki
pengalaman serta kemampuan yang terbatas.
2. S2 (Selling)
3. S3 (Participating)
Salah satu ciri dari gaya kepemimpinan ini adalah kesediaan pemimpin untuk
memberikan tanggung jawab dan kesempatan lebih bagi anak buahnya. Selain itu
pemimpin bergaya seperti ini juga memberikan dukungan penuh mengenai apa yang
mereka perlukan. Situasi seperti ini tentunya akan mendorong anak buah untuk
berkembang dan memacu kreativitas.
12
motivated and more willing to assume responsibilitythe leader should
reduce the amount of task be-havior but continue the high level of
emotional support and consideration. Continuing a high level of
relationship behavior is the manager’s way of reinforcing the em-
ployees’ responsible performance. Thus, the S3 (participating) high-
relationship and low-task behavior becomes the appropriate leadership
style (Mondy, 1991).
Maksudnya, ketika anak buah sudah memiliki kemampuan dan pengalaman yang
lebih maka pemimpin bisa mengurangi instruksi untuk melaksanakan tugas-tugas.
Demikian juga terhadap anak buah yang bermotivasi tinggi serta sangat responsif
terhadap pemimpin maka tidak perlu memberikan instruksi yang berlebihan. Namun
dukungan emosional dari pemimpin harus tetap dijalankan agar tercipta suasana yang
menyenangkan dalam bekerja. Gaya kepemiimpinan ini memiliki kelemahan yaitu
diperlukan waktu yang lebih lama dalam setiap pengambilan keputusan. Jadi pemimpin
harus selalu mennyediakan wakttu yang lebih banyak untuk berdiskusi dengan anak
buahnya.
4. S4 (Delegating)
Maksudnya adalah dalam gaya kepemimpinan ini pemimpin tidak perlu lagi
memberikan instruksi maupun dukungan emosional yang berlebihan kepada anak
buahnya. Hal ini dikarenakan mereka sangat responsif dan tanggung jawab tinggi
terhadap tugas mereka sendiri. Selain itu mereka juga sudah sangat berpengalaman dan
memiliki kemampuan yang sangat bagus. Sehingga mereka tidak membutuhkan
perintah yang diperjelas dari pemimpin mereka karena mereka bisa mengontrol diri
mereka sendiri.
13
Kelebihan dari gaya kepemimpinan ini adalah anak buah sangat kreatif dan
berkembang. Mereka merasa memiliki semua tugas yang tentu saja akan meringankan
beban pemimpin. Selain itu pemimpin juga lebih mempunyai banyak waktu untuk
memikirkan hal-hal lain yang memerlukan perhatian lebih besar. Sedangkan
kekurangan dari gaya kepemimpinan ini adalah saat anak buah membutuhkan
keterlibatan pemimpin untuk menyelesaikan suatu masalah, maka ada kecenderungan
pemimpin akan mengembalikan persoalan tersebut pada anak buahnya meskipun
sebenarnya itu tugas pemimpin. Jadi sering terjadi kerancuan dalam pembagian tugas.
Tipe Kepemimpinan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, tipe adalah model; corak; contoh. Tipe
kepemimpinan dalam buku “Pemimpin dan Kepemimpinan: Apakah Pemimpin
Abnormal itu?”, Kartono (1994) menyebutkan bahwa ada delapan tipe, yaitu:
1. Tipe kharismatis
2. Tipe paternalistis
3. Tipe militeristis
4. Tipe otokratis
6. Tipe populistis
7. Tipe administrative
8. Tipe demokratis.
1. Tipe Kharismatis
14
kepemimpinan semacam ini antara lain Jengis Khan, Hitler, Gandhi, John F. Kennedy,
Soekarno dan lain-lain.
2. Tipe Paternalistis
Yaitu tipe kepemimpinan yang lebih seperti sifat bapak kepada anaknya.
Pemimpin seperti ini menganggap semua anak buahnya belum dewasa sehingga tidak
memperbolehkan anak buahnya mengambil keputusan sendiri. Imajinasi dan kreativitas
anak buahnya juga tidak berkembang dengan baik. Sikapnya yang melindungi anak
buahnya jugaa sangat berlebihan. Selain itu pemimpin bertipe ini selalu bersikap seolah-
olah dialah yang maha tahu dan maha benar.
3. Tipe Militeristis
4. Tipe Otokratis
15
6. Tipe Populistis
7. Tipe Administratif
8. Tipe Demokratis
EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN
Setiap pimpinan membutuhkan waktu dan proses yang lama untuk menjadi seorang
pemimpin yang efektif dan dihormati bawahannya. Menurut Wilson Learning,
seseorang yang telah mempelajari kepemimpinan selama 30 tahun, dalam tulisannya
yang berjudul “Leadership Effectiveness Developing Leaders with Character and Skill”
16
menulis bahwa kecakapan, kepandaian atau kemampuan dibutuhkan dalam
melaksanakan kepemimpinan yang efektif.
1.The Visionary
Seorang pemimpin mempunyai peran sebagai pemilik visi. Dia harus mempunyai
pandangan ke depan tentang kemajuan apa yang ingin dilakukan oleh organisasinya,
hal-hal apa saja yang ingin diraih oleh kelompok tersebut, dan lain sebagainya.
2.The Tactician
Pintar mengatur strategi dengan memanfaatkan secara maksimal sumber daya yang
dimiliki adalah peran seorang pemimpin sebagai seorang ahli siasat. Dengan segala
keterbatasan dan sumber daya yang ada pada organisasi itu, seorang pemimpin yang
efektif akan dapat mengatur dan merencanakan suatu cara agar organisasi tersebut dapat
memperoleh hasil semaksimal mungkin.
3.The Facilitator
Suatu organisasi dapat berjalan dengan lancar apabila segala fasilitas yang diinginkan
lengkap dan terpenuhi. Hal ini juga termasuk salah satu peran dari pemimpin, yaitu
menyediakan segala macam kebutuhan yang penting dan diperlukan bagi kemajuan
organisasi.
4.The Cotributor
Keberhasilan suatu kelompok dalam pencapaian hasil akhir yang memuaskan pasti tidak
telepas dari kontribusi setiap anggota kelompok. Bukan hanya anggota saja yang
17
berkontribusi, tapi juga pemimpin. Kontribusi bisa dalam bentuk apa saja, baik itu
tenaga, pikiran, waktu, ide atau uang.
Menurut Lamb McKee dalam suatu tulisan berjudul “The Two Most Important
Keys to Effective Leadership” mengemukakan beberapa hal penting yang merupakan
kunci dari kepemimpinan yang efektif, yaitu:
1. Pemimpin yang efektif harus dapat dipercaya dan dia percaya diri atas
kemampuannya sehingga menjadi atasan. Dia juga harus dapat diandalkan untuk
memprediksi kepuasan para pegawai didalam suatu organisasi yang dipimpinnya.
2. Seorang pemimpin yang efektif harus dapat menjaga dan memperbaiki kualitas
komunikasi antara dirinya dengan bawahannya. Mencakup tiga masalah,yaitu:
18
5. Pemimpin harus menemukan kebenaran dan mempelajari bagaimana untuk
menyaring arus informasi deras ke dalam corak yang berkesinambungan.
6. Pemimpin harus menjadi arsitek sosial yang mempelajari dan membentuk apa yang
disebut "budaya kerja".
7. Untuk memimpin yang lain, pemimpin terlebih dulu harus tahu diri mereka sendiri.
HOW TO BE A LEADER
3. Pemimpin adalah mereka yang sangat tampak. Oleh karena itu, mereka harus
memberikan contoh.
19
2. Motivate
Orang yang memimpin sebuah tim atau organisasi biasanya dapat memotivasi orang
lain. Dalam rangka mengilhami orang lain, para pemimpin menerima tujuan utama
atau tujuan bersama, dan sepenuh hati percaya pada visi. Pada gilirannya, mereka
dapat memotivasi tim mereka untuk bertindak.
3. Learn to Listen
Seorang pemimpin yang baik akan muncul dengan gagasan yang bermanfaat.
Namun, seorang pemimpin besar juga akan mendengarkan timnya dan mengambil
ide-ide dan pikiran mereka menjadi pertimbangan.
4. Recognize personal shortcomings
Pemimpin juga membuat kesalahan. Pemimpin haruslah mengidentifikasi kesalahan
dan menerima kritik konstruktif dari timnya.
5. Improve oral communication skills
Para pemimpin yang efektif dapat mengungkapkan pikiran mereka dan visi secara
jelas dan mudah dipahami. Selalu berlatih berbicara di depan umum, praktek
berbicara keras, memperlambat dan berpikir sebelum berbicara.
6. Be a risk taker
Ada risiko yang terkait dengan setiap keputusan. Beberapa orang menghindari situasi
berisiko dan selalu mengambil jalan yang aman. Namun, seorang pemimpin besar
tahu bahwa risiko tertentu pantas diambil.
7. Be trustworthy
Setiap orang menginginkan pemimpin yang terhormat, dapat dipercaya, dan
bertanggung jawab. Untuk menjadi seorang pemimpin yang baik, penting untuk
memiliki sifat-sifat ini. Orang lain akan mengenali kualitas-kualitas baik, dan
cenderung untuk menghormati peran kepemimpinan.
Dari dua pendapat para ahli di atas, kelompok kami sependapat dengan syarat
pemimpin dari Moeljono (2003) agar dapat tercapai kepemimpinan yang efektif.
20
Istilah manajer dan pemimpin seringkali disamakan pengertiannya oleh banyak
orang dalam menyebut seseorang yang memiliki pengaruh terhadap lingkungan
disekitarnya. Namun, kedua istilah tersebut ternyata merupakan dua hal yang sangat
berbeda. Berikut pendapat para ahli mengenai perbedaan manajer dengan pemimpin :
1. Seorang pemimpin memiliki jiwa, semangat dan kreativitas. Sementara seorang
manajer memiliki pikiran yang rasional dan ketekunan. Seorang pemimpin adalah
fleksibel, inovatif, penuh inspirasi, berani dan mandiri dan pada saat yang sama
seorang manajer adalah konsultasi, analitis, hati-hati, berwibawa dan menstabilkan
(Capowski, 1994).
2. Manajer menentukan seseorang untuk mengerjakan tugas manajerial dan umumnya
hal itu dilakukan agar mereka mencapai tujuan yang diinginkan melalui fungsi-
fungsi utama yaitu perencanaan dan penganggaran, pengorganisasian dan staff,
pemecahan masalah dan pengendalian. Pemimpin di sisi lain menetapkan arah,
menyejajarkan orang, memotivasi dan menginspirasi (Kotter, 2001).
3. Kepemimpinan adalah inovatif, kreatif dan yang terpenting yaitu proaktif.
Manajemen adalah reaktif terhadap segala situasi yang muncul tiba-tiba (Sullivan,
2006).
4. Kepemimpinan tidak harus dibatasi oleh aturan-aturan atau tatakrama birokrasi.
Apabila kepemimpinan dibatasi oleh tatakrama birokrasi atau dikaitkan terjadinya
dalam suatu organisasi tertentu, maka dinamakan manajemen (Thoha, 2006).
5. Bennis (1997)
- Manajer mengelola; pemimpin melakukan inovasi.
- Manajer memelihara; pemimpin mengembangkan.
- Manajer menerima kenyataan; pemimpin menyelidiki.
- Manajer berfokus pada sistem dan struktur; pemimpin berfokus pada orang.
- Manajer bergantung pada kontrol; pemimpin membangkitkan kepercayaan.
- Manajer memiliki perspektif jangka pendek; pemimpin memiliki perspektif
jangka panjang.
- Manajer bertanya bagaimana dan kapan; pemimpin bertanya apa dan
mengapa.
- Manajer memiliki pandangan pada bawahannya; pemimpin memiliki
pandangan di cakrawala.
21
- Manajer adalah peniru; pemimpin adalah asli.
- Manajer menerima status quo; pemimpin menantang hal itu.
- Manajer adalah prajurit klasik yang baik; pemimpin adalah dirinya sendiri.
- Manajer melakukan sesuatu dengan cara yang benar; pemimpin melakukan
hal-hal yang benar.
6. Colvard (2003)
- Manajer menangani di mana Anda berada; pemimpin akan membawa Anda
ke tempat baru.
- Manajer berurusan dengan kompleksitas; pemimpin berhubungan dengan
ketidakpastian.
- Manajer berkaitan dengan menemukan fakta-fakta; pemimpin membuat
keputusan.
- Manajer memiliki perhatian penting pada efisiensi; pemimpin berfokus pada
efektivitas.
- Manajer menciptakan kebijakan; pemimpin menetapkan prinsip-prinsip.
- Manajer melihat dan mendengar apa yang sedang terjadi; pemimpin
mendengar ketika tidak ada suara dan melihat ketika tidak ada cahaya.
- Manajer menemukan jawaban dan solusi; pemimpin merumuskan
pertanyaan-pertanyaan dan mengidentifikasi masalah.
- Manajer mencari kesamaan antara masalah-masalah saat ini dan sebelumnya;
pemimpin mencari perbedaan.
- Manajer berpendapat bahwa solusi yang berhasil untuk masalah manajemen
dapat digunakan lagi; pemimpin bertanya-tanya apakah masalah di
lingkungan baru mungkin memerlukan solusi yang berbeda.
22
RELEVANSI KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM BIDANG
KESEHATAN
23
komitmen pribadi, tindakan kolaboratif dengan stakeholder lain tidak akan makmur
ketika dihadapkan dengan tantangan yang tiba – tiba.
2. Co – Ownership
Bergerak dari diri sendiri untuk membangun hubungan dengan mereka yang
punya kepentingan pada masalah. Membangun Co - Ownership melibatkan para
pemangku kepentingan bersama-sama mulai untuk memperdalam pemahaman
mereka tentang masalah, untuk mengenali bagaimana mereka adalah bagian dari
masalah dan solusi dan mengakui perlunya respon kolektif. Bagian ini melibatkan
berbagai pihak untuk bersidang masalah (termasuk mereka yang bertentangan
dengan yang lain), memfasilitasi dialog konstruktif untuk sampai pada pemahaman
umum mengenai masalah, mengelola konflik datang dengan respon yang kolaboratif.
Proses dapat penuh dengan ketegangan dan kesulitan sebagai kepentingan bersaing
dengan satu sama lain. Tetapi dalam membangun landasan bersama, kepercayaan
dibangun di antara beragam pemangku kepentingan. Memberikan perhatian pada
aspek ini memungkinkan pemimpin untuk memperluas kepemilikan masalah tersebut
dari pemahaman dirinya sendiri ke grup, sehingga terbukalah jalan untuk tindakan
kolektif.
3. Co - Creation (Kolaborasi Kerja Aktual )
Komitmen untuk bekerja sama diartikan ke dalam sasaran yang jelas,
keluaran dan sasaran yang akan mengarah pada penyelesaian masalah. Rencana dan
program – program inovatif diambil secara kolektif, dipandu oleh prinsip-prinsip
transparansi, akuntabilitas, partisipasi dan berbagai sumber daya. Dalam mengejar
program – program, kelompok berusaha untuk mencapai visi bersama mereka
melalui mekanisme dan strategi konkret. Mempertahankan komitmen para
stakeholder merupakan sesuatu hal yang penting, sebagai penyelesaian masalah
sosial yang mungkin akan memakan waktu. Keberlanjutan inisiatif pada akhirnya
bersandar pada kapasitas pemimpin untuk memberi “nutrisi” dirinya dan
memperbaharui komitmen untuk misi pribadinya (Asian Institute of Management
(AIM) – Team Energy Center for Bridging Societal Divides).
Adanya tiga elemen diatas merupakan langkah – langkah untuk menyelesaikan
sebuah masalah sosial (misalnya : masalah kesehatan) dalam sebuah organisasi
24
(misalnya : organisasi kesehatan), dimana penyelasaiannya berupa pembentukan
program – program yang diharapkan dapat menyelesaian masalah sosial tersebut.
Sebagai seorang pemimpin yang bisa menjadi panutan, sebaiknya bisa
menerapkan program – program yang disusun pada dirinya sendiri pada awalnya,
kemudian akan menjadi panutan atau tauladan bagi pengikutnya (follower), dan pada
akhirnya akan berkembang dalam kehidupan masyarakat luas.
Itulah salah satu sifat pemimpin yang bisa menjadi panutan atau tauladan, tidak
hanya bagi pengikutnya saja namun juga bagi masyarakat. Sebagai contoh pada kasus
penanggulangan DBD. Dalam pencegahan penyebaran DBD, seorang ketua RT yang
notabene sebagai pemimpin di lingkungan tempat tinggalnya akan menerapkan program
3M+ di rumahnya terlebih dahulu. Seiring dengan waktu, masyarakat sekitar akan
mengikuti gaya hidup ketua RT karena dianggap sebagai sebuah perilaku panutan yang
baik.
25
DAFTAR PUSTAKA
Bateman, Thomas S. and Carl P. Zeithaml. 1990. Management: Function and Strategy.
Massachussets: Richard D. Irwin, Inc.
26
Nurbeti, Maftuhah. http://www.kesehatanmasyarakat.com/2009/02/pemberdayaan-
maasyarakat-dalam-konsep.html
Robbins, dkk. 2008. Perilaku Organisasi Edisi 12. Jakarta: Salemba Empat.
www.ehow.com/how_2168559_leader-six-key-characteristics-
effectiveness.html - Amerika Serikat -
wilsonlearning.com/capabilities/leadership_effectiveness/
www.skagit.com/~donclark/leader/leadcon.html
27