You are on page 1of 31

Diabetes Mellitus

Makalah

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata


Kuliah

Epidemiologi Penyakit Tidak Menular

Oleh:

TITI RAKHMADANY 108101000002

MIZNA SABILLA 108101000011

SITI FARHATUN 108101000025

PROGRAM STUDI

KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H
2010 M

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan masalah yang sangat substansial,


mengingat pola kejadian sangat menentukan status kesehatan di suatu daerah dan juga
keberhasilan peningkatan status kesehatan di suatu negara. Secara global WHO (World
Health Organization) memperkirakan PTM menyebabkan sekitar 60% kematian dan 43%
kesakitan di seluruh dunia.1 Perubahan pola struktur masyarakat dari agraris ke industri
dan perubahan pola fertilitas gaya hidup dan sosial ekonomi masyarakat diduga sebagai
hal yang melatarbelakangi prevalensi Penyakit Tidak Menular (PTM), sehingga kejadian
penyakit tidak menular semakin bervariasi dalam transisi epidemiologi. Diabetes Mellitus
(DM) merupakan salah satu penyakit tidak menular yang prevalensi semakin meningkat
dari tahun ke tahun.

Diabetes Mellitus sering disebut sebagai the great imitator, karena penyakit ini
dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan.
Gejalanya sangat bervariasi dan dapat timbul secara perlahan-lahan, sehingga pasien tidak
menyadari akan adanya perubahan seperti minum yang menjadi lebih banyak, buang air
kecil ataupun berat badan yang menurun. Menurut Riskesdas 2007, Diabetes Mellitus
menduduki peringkat ke 6 pola kematian semua umur di Indonesia dengan persentase
sebesar 5,7%. Sedangkan menurut survei yang dilakukan WHO, Indonesia menempati
urutan ke-4 dengan jumlah penderita Diabetes Mellitus terbesar di dunia setelah India,
Cina dan Amerika Serikat.2

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan memprediksi bahwa di Indonesia


angka prevalensi diabetes mellitus akan terus meningkat, dan pada tahun 2030
diperkirakan penderita penyakit DM tersebut akan mencapai angka 21,3 juta jiwa – suatu
jumlah yang luar biasa dan berpotensi kerugian yang sangat besar juga.3 Suatu fakta yang

1
http://ridwanamiruddin.wordpress.com/2007/12/10/epidemiologi-dm-dan-isu-mutakhirnya/
2
http://pdnindo.com/berita-65-jumlah-penderita-diabetes-indonesia-ranking-ke4-di-dunia.html
3
http://saptophw.blogspot.com/2009/12/pertamina-peduli-diabetes-mellitus_07.html

2
lebih mengejutkan menyatakan bahwa di dunia ini setiap 10 detik akan meninggal
seorang penderita DM dengan komplikasinya, dan pada saat bersamaan ditemukan 2
orang penderita yang baru.4

Meskipun banyak masyarakat yang sudah mengetahui bahaya penyakit Diabetes


Mellitus, namun masih banyak juga yang belum tanggap terhadap penyakit ini dan
kurangnya pengetahuan tentang penyakit ini. Karena masyarakat merasa mempunyai
ketidaktahuan bagaimana proses perjalanan penyakitnya, maka masyarakat juga banyak
yang tidak tahu langkah-langkah apa yang harus dilakukan agar mereka terhindar dari
penyakit ini. Penulis membuat paper ini yang berisi tentang epidemiologi diabetes
mellitus/perkembangan penyakit diabetes mellitus beserta prevalensi di Indonesia dan
dunia, konsep Host-Agent-Environment, riwayat alamiah penyakit, faktor risiko, etiologi,
dan program pencegahan serta penanggulangannya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Diabetes Mellitus?

2. Bagaimana sejarah Perkembangan Diabetes Mellitus?

3. Bagaimana prevalensi Diabetes Mellitus di dunia dan Indonesia?

4. Bagaimana konsep Host, Agent, dan Environment pada Diabetes Mellitus?

5. Bagaimana riwayat alamiah penyakit Diabetes Mellitus?

6. Apa saja etiologi dan tipe Diabetes Mellitus?

7. Apa saja faktor risiko Diabetes Mellitus?

8. Bagaimana hubungan kausal Diabetes Melitus?

9. Bagaimana upaya pencegahan Diabetes Mellitus?

10. Bagaimana upaya penanggulangan Diabetes Mellitus?

4
http://rumahdiabetes.com

3
BAB II

PEMBAHASAN

I. Pengertian Diabetes Mellitus

Diabetes adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan pengaturan gula darah,
sehingga gagal mempertahankan kadar normal gula di dalam darah (Walqvist, 1997).
Sedangkan Mellitus berarti manis atau madu.5 Diabetes Mellitus adalah suatu keadaan
yang disebabkan oleh metabolisme yang abnormal pada tubuh yang mengakibatkan kadar
gula dalam darah menjadi lebih tinggi dari keadaan normal (Hiperglikemia). 6 Kelebihan
gula yang kronis di dalam darah ( Hiperglikemia) ini menjadi racun bagi tubuh. Sebagian
glukosa yang tertahan di dalam darah itu melimpah ke sistem urin untuk dibuang melalui
urin. Urin penderita diabetes yang mengandung gula dalam kadar tinggi tersebut menarik
bagi semut, karena itulah gejala ini disebut gejala kencing manis.7

II. Sejarah Perkembangan Diabetes Mellitus

Pada tahun 1552 sebelum masehi, di Mesir dikenal penyakit yang ditandai dengan
sering buang air kecil dan dalam jumlah yang banyak ( yang disebut : Poliurial ), dan
penurunan berat badan yang cepat tanpa disertai rasa nyeri. Kemudian pada tahun 400
sebelum masehi, penulis India, Sushratha menamakan penyakit tersebut penyakit kencing
madu ( honey urine disease ). Akhirnya, Aretaeus pada tahun 200 sebelum masehi adalah
orang yang pertama kali memberi nama Diabetes, yang berarti “mengalir terus”, dan
Mellitus berarti “manis”. Disebut Diabetes, karena selalu minum dan dalam jumlah

5
Narila Mutia Nasir dan Febrianti. Modul Gizi Kesehatan Masyarakat. FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. h. 45
6
Krisnawati Bantas. “Epidemiologi penyakit diabetes mellitus” dalam Himpunan Epidemiologi
Penyakit Tidak Menular Editor: Nasrin Kodim. FKM UI. h. 109
7
Lanny sustrani,dkk. Diabetes. Jakarta: 2006. Gramedia Pustaka Utama. h. 13-14

4
banyak ( Polidipsia ), yang kemudian “mengalir” terus berupa air seni ( urine ); disebut
Mellitus karena air seni penderita ini mengandung gula ( manis ). Diabetes Mellitus (DM)
atau penyakit kencing manis disebabkan hormon INSULIN penderita tidak mencukupi,
atau tidak dapat bekerja normal, sedangkan hormon insulin tersebut mempunyai peranan
utama untuk mengatur kadar glukosa ( gula ) didalam darah sekitar 60 - 120 mg/dl waktu
puasa dan di bawah 200 mg/dl pada dua jam sesudah makan.

Sejak ditemukan hormon insulin pada tahun 1921 oleh Banting dan Best di
Kanada, maka angka kematian dan keguguran ibu-ibu diabetes yang hamil makin
berkurang. Akhirnya pada tahun 1954 Franke dan Fuchs mencoba tablet OAD ( Obat Anti
Diabetes ) pada manusia, yang akhirnya temuan OAD ini berkembang pesat dengan
berbagai jenis dan indikasi penggunaanya.8

III. Prevalensi Diabetes Mellitus

Berdasarkan beberapa data yang didapatkan, prevalensi penyakit Diabetes


Mellitus khususnya di Indonesia, meningkat setiap tahunnya.

Tabel 1

Prevalensi Kejadian Diabetes Mellitus Di Beberapa Negara Tahun 2000 dan 2030 Menurut WHO

No Rangking Negara Orang dengan DM Rangking Negara Tahun Orang dengan DM (juta)
Tahun 2000 (Juta) 2030
1. India 31,7 India 79,4
2. Cina 20,8 Cina 42,3
3. Amerika Serikat 17,7 Amerika Serikat 30,3
4. Indonesia 8,4 Indonesia 21,3
5. Jepang 6,8 Pakistan 13,9
6. Pakistan 5,2 Brazil 11,3
7. Federasi Rusia 4,6 Banglades 11,1
8. Brazil 4,6 Jepang 8,9
9. Italia 4,3 Filipina 7,8
10 Banglades 3,2 Mesir 6,7
.

Sumber: http://www.ridwanamiruddin.wordpress.html

8
http://informasidiabetes.blogspot.com/2008_07_01_archive.html

5
Tabel 2

Prevalensi Diabetes Mellitus di Dunia Tahun 2003

Sumber :http://www.micpohling.wordpress.com

Meskipun pada tabel 2 Indonesia tidak termasuk dalam 20 negara di dunia yang
memiliki angka kejadian Diabetes Mellitus tertinggi, namun bukan berarti Diabetes
Mellitus tidak menjadi salah satu masalah PTM di Indonesia. Bahkan pada tabel 3, DM
menjadi peringkat ke-2 PTM yang memiliki angka keparahan penyakit yang berakibat
fatal (CFR) tertinggi.

6
Tabel 3

Distribusi Penyakit Diabetes Mellitus dan Penyakit Metabolik Lainnya

Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Tahun 2005

No Penyakit Jumlah Kasus Jumlah Mati CFR (%)


1. Diabetes Mellitus 42.000 3.316 7,9
2. Tiroktosikosis 913 67 7,3
3. Gangguan kelenjar tyroid lainnya 4.065 148 3,6
4. Penyakit endokrin dan metabolic lainnya 9.912 823 8,3
Sumber : Statistik RS.Indonesia Edisi Tahun 2005, Ditjen Yanmed Depkes RI

Untuk menegakkan diagnosis DM dipergunakan rujukan menurut WHO 1999 dan


American Diabetic Association 2003, yaitu kadar glukosa darah dua jam pembebanan:
< 140 mg/dl : Tidak DM
140 - < 200 mg/dl : Toleransi Glukosa Terganggu (TGT)
> 200 mg/dl : Diabetes Mellitus (DM)

Tabel 4 (sumber: riskesdas 2007) memperlihatkan prevalensi TGT dan total DM


pada penduduk perkotaan Indonesia. Angka total DM merupakan gabungan dari
persentase responden yang sudah mengetahui bahwa dirinya menderita DM, atau dalam
laporan ini disebut Diagnosed Diabetes Mellitus (DDM), dan persentase responden yang
belum mengetahui bahwa dirinya menderita DM – baru terdiagnosis dalam Riskesdas ini

7
– yang dalam laporan ini disebut Undiagnosed Diabetes Mellitus (UDDM). Secara umum
prevalensi TGT yang didapat dalam penelitian ini hampir dua (2) kali prevalensi DM.
Prevalensi total DM 5,7%, tetapi responden yang telah mengetahui dirinya menderita DM
(DDM) hanya 1,5% (kira-kira 26% dari total DM).

Tabel 4
Prevalensi TGT, DM, DDM dan UDDM pada Penduduk Perkotaan
TGT DDM* UDDM** Total DM***
Penduduk perkotaan 10.2 % 1.5% 4.2% 5.7%
Indonesia

Sumber : Riskesdas 2007

*DDM = Diagnosed Diabetes Melltus (Responden sudah mengetahui dirinya DM)


**UDDM = Undiagnosed Diabetes Mellitus (Responden belum mengetahui dirinya
menderita DM, baru terdiagnosis saat pemeriksaan Riskesdas)
***Total DM = DDM + UDDM
Tabel 5 menunjukkan prevalensi TGT dan DM pada penduduk urban Indonesia
menurut provinsi. Prevalensi DM tertinggi terdapat di Kalimantan Barat dan Maluku
Utara (masing-masing 11,1%), diikuti Riau (10,4 %) dan NAD (8,5%). Prevalensi DM
terendah di Papua (1,7%), diikuti NTT (1,8%). Prevalensi TGT tertinggi di Papua Barat
(21,8%), diikuti Sulbar (17,6%), dan Sulut (17,3%), sedangkan terendah di Jambi (4%),
diikuti NTT (4,9%) .
Tabel 5
Prevalensi Toleransi Glukosa Terganggu dan Diabetes Mellitus menurut
Provinsi di Daerah Perkotaan, Riskesdas 2007
Provinsi TGT (%) Total DM (%)
Provinsi TGT % Total DM %

NAD 12.0 8.5


Sumatera Utara 11.3 5.3

8
Sumatera Barat 8.9 4.1
Riau 6.6 10.4
Jambi 4.0 5.2
Sumatera Selatan 7.3 3.4
Bengkulu 6.6 3.0
Lampung 6.3 6.2
Bangka Belitung 8.2 8.6
Kepulauan Riau 6.5 3.3
DKI Jakarta 12.3 6.6
Jawa Barat 7.8 4.2
Jawa Tengah 13.1 7.8
DI Yogyakarta 8.4 5.4
Jawa Timur 11.6 6.8
Banten 10.3 5.3
Bali 9.1 3.0
Nusa Tenggara Barat 5.4 4.1
Nusa Tenggara Timur 4.9 1.8
Kalimantan Barat 12.3 11.1
Kalimantan Tengah 8.2 3.2
Kalimantan Selatan 14.7 5.0
Kalimantan Timur 10.2 6.0
Sulawesi Utara 17.3 8.1
Sulawesi Tengah 9.1 4.5
Sulawesi Selatan 10.5 4.6
Sulawesi Tenggara 8.0 3.8
Gorontalo 7.7 7.7
Sulawesi Barat 17.6 3.7
Maluku 10.3 4.8
Maluku Utara 9.9 11.1

9
Papua Barat 21.8 5.5
Papua 6,7 1,7

Indonesia 10,2 5,7

Sumber : Riskesdas 2007

Gambar 1

Sumber : http://www.diabetesmellituscenter.wordpress.com

IV. Konsep Host, Agent, dan Environment pada Diabetes Mellitus


• Konsep Host

10
* Genetika

Jika dalam riwayat keluarga ada yang menderita diabetes mellitus, maka orang
tersebut memiliki resiko untuk menderita diabetes mellitus juga.

* Kondisi fisik

Kondisi fisik seseorang, misalnya kelelahan, kurang tidur dan kurang gizi
dapat membuat imunitas terganggu, sehingga penyakit diabetespun dapat menyerang
orang tersebut.

* Usia

Bayi dan balita yang masih rentan terhadap perubahan lingkungan, sehingga
mempunyai resiko yang tinggi terkena diabetes mellitus tipe 1. Sedangkan pada usia
dewasa dan lanjut mempunyai resiko untuk terkena penyakit diabetes mellitus tipe 2.

* Kebiasaan hidup

Kebiasaan hidup yang dimaksud adalah pola makan yang tidak sehat dan
minimnya gerak. Pada era globalisasi ini banyak sekali terdapat restoran makanan
cepat saji. Sehingga tidak sedikit manusia yang berpola makan tidak sehat yang
mampu menaikkan kadar gula darahnya. Selain itu, globalisasi membawa masyarakat
ke arah modern yang canggih akan teknologi sehingga membuat masyarakat minim
aktivitas.

* Ras / Etnik

Insidens IDDM paling banyak pada keturunan Eropa, dan tertinggi pada
orang-orang Skandinavia. Sedangkan pada NIDDM prevalensi tertinggi pada orang
Asia. 9

• Konsep Agent

9
Krisnawati Bantas. “Epidemiologi Penyakit Diabetes Mellitus” Himpunan Epidemiologi Penyakit
Tidak Menular Editor: Nasrin Kodim. FKM UI. h. 118

11
*Agent Biologis (Virus dan Bakteri)

Virus penyebab Diabetes Mellitus adalah Rubela, Mumps, dan Human


coxsackievirus B4. Melalui mekanisme infeksi sitolitik dalam sel β, virus ini
mengakibatkan destruksi atau perusakan sel. Bisa juga, virus ini menyerang melalui
reaksi otoimunitas yang menyebabkan hilangnya otoimun dalam sel beta. Diabetes
Mellitus akibat bakteri masih belum bisa dideteksi. Namun, para ahli kesehatan
menduga bakteri cukup berperan menyebabkan penyakit ini.

* Agent Kimia (Bahan Toksik atau Beracun)

Bahan beracun yang mampu merusak sel β secara langsung adalah alloxan,
pyrinuron (rodentisida), dan streptozoctin (produk dari sejenis jamur). Bahan lain
adalah sianida yang berasal dari singkong.

* Agent Nutrisi

Termasuk dalam kategori ini adalah karbohidrat yang mampu mempertinggi


kadar gula darah. Nutrisi yang berlebihan (overnutrition) merupakan faktor resiko
pertama yang diketahui menyebabkan Diabetes Mellitus. Semakin berat badan
berlebih atau obesitas akibat nutrisi yang berlebihan, semakin besar kemungkinan
seseorang terjangkit Diabetes Mellitus.

• Konsep Environment

* Sosial Ekonomi

Tingkat sosial ekonomi yang rendah mempunyai resiko terkena penyakit


infeksi sedangkan tingkat sosial yang tinggi mempunyai resiko terkena Diabetes
Mellitus, karena pada tingkat sosial ekonomi yang tinggi mempunyai kecenderungan
untuk terjadinya perubahan pola konsumsi makanan, seperti fast food. Dalam
penelitian yang merupakan usaha jangka panjang pertama dalam mempelajari
hubungan antara makan fast food dengan diabetes, para peneliti mengamati 3000 anak

12
muda selama 15 tahun, memonitor pengecekan rutin kesehatan mereka dan
menanyakan pola makan mereka, aktivitas fisik yang dilakukan, dan faktor gaya
hidup lainnya. Para peneliti mengungkapkan dari penelitian mereka bahwa fast food,
sebagaimana sampai sekarang dikonsumsi, tidak bisa diperhitungkan sebagai bagian
dari gaya hidup yang sehat. Ukuran porsi besar dan berat jenis kalori yang tinggi dari
kebanyakan fast food merupakan penyebab utama dari obesitas. Mereka yang makan
fast food 2 kali seminggu atau lebih bisa menambah berat badannya sebanyak 10
pound dan dua kali menjadi insulin resistance (sel tubuh tdak sensitif lagi/tidak
merespon terhadap hormon insulin), dimana berhubungan dengan diabetes,
dibandingkan dengan mereka yang makan fast food kurang dari sekali seminggu,
meskipun pola hidup lainnya telah diperhitungkan sebelumnya.10

* Musim

Virus telah diduga sebagai etiologi dari IDDM, hal ini berdasarkan penemuan
adanya peningkatan insidens IDDM pada musim-musim tertentu, yaitu musim gugur
dan semi, pada masa ini antibodi terhadap virus tertentu meningkat.11

V. Riwayat Alamiah Penyakit Diabetes Mellitus

1. Periode prediabetes

• Pada masa ini belum terdapat abnormalitas dari metabolisme


• Tapi sudah membawa faktor genetik ( carriers).

2. Periode diabetes kimiawi


• Pasien masih bersifat asimptomatik ( belum timbul gejala-gejala)

• Tapi sudah ada abnormalitas metabolisme pada pemeriksaan laboratoris

10
http://ligagame.com/lg_smf/index.php?topic=68159.20;wap2
11
Krisnawati Bantas. “Epidemiologi penyakit diabetes mellitus” Himpunan Epidemiologi Penyakit
Tidak Menular Editor: Nasrin Kodim. FKM UI. h. 117

13
3. Periode klinis

Fase dimana penderita sudah menunjukkan gejala-gejala dan tanda-tanda penyakit


DM. Gejala-gejala diabetes mellitus antara lain:

• Trias Poli : Polidipsi (banyak minum), polifagia (banyak makan), dan poliuri
(banyak buang air kecil)
• Disertai keluhan sering kesemutan terutama jari-jari tangan, badan lemas,
gatal-gatal dan bila ada luka sukar sembuh.
• Kadang berat badan turun secara drastis.
• Kadar gula darah normal yaitu:
- puasa: 80 - < 110 gr/dl
- setelah makan: 110 - < 160gr/dl
• Penyulit atau komplikasi adalah penyakit jantung kronis, hipertensi.

 Diagnosis DM

Biasanya, dokter akan melakukan diagnosis dugaan terlebih dahulu, yaitu


berdasarkan keluhan atau gejala khas yang dialami seseorang.setelah melakukan
pemeriksaan lanjutan untuk memastikan seseorang tersebut menderita Diabetes
Mellitus atau tidak. Diagnosis ini disebut dengan diagnosis pasti. Setelah itu,
dokter akan memutuskan bahwa seseorang telah menderita Diabetes Mellitus jika
memenuhi kriteria sebagi berikut:

1. Seseorang menderita gejala khas beserta keluhan seperti disebutkan di atas


ditambah dengan kadar glukosa darah sewaktu lebih besar atau sama dengan
200 mg/dl.
2. Seseorang memiliki kadar glukosa darah puasa lebih besar atau sama dengan
126 mg/dl sebanyak 2 kali pemeriksaan pada saat yang berbeda.

Jika pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu masih meragukan, perlu


dilakukan tes toleransi glukosa oral dengan tujuan untuk memastikan diagnosis.

 Komplikasi dan Keluhan yang Menyertai Diabetes Mellitus

14
Komplikasi DM dapat bersifat akut atau kronis.

Komplikasi Akut
Komplikasi akut terjadi jika kadar glukosa darah seseorang meningkat atau
menurun dengan tajam dalam waktu relatif singkat. Kadar glukosa darah bisa
menurun drastis jika penderita menjalani diet yang terlalu ketat. Perubahan yang
besar dan mendadak dapat berakibat fatal.
Dalam komplikasi akut dikenal beberapa istilah sebagai berikut:

1. Hipoglikemia yaitu keadaan seseorang dengan kadar glukosa darah di bawah


nilai normal. Gejala hipoglikemia ditandai dengan munculnya rasa lapar,
gemetar, mengeluarkan keringat, berdebar-debar, pusing, gelisah, dan
penderita bisa menjadi koma.
2. Ketoasidosis diabetik-koma, diabetik yang diartikan sebagai keadaan tubuh
yang sangat kekurangan insulin dan bersifat mendadak akibat infeksi, lupa
suntik insulin, pola makan yang terlalu bebas, atau stres.
3. Koma hiperosmoler non ketotik yang diakibatkan adanya dehidrasi berat,
hipotensi, dan shock. Karena itu, koma hiperosmoler non ketotik diartikan
sebagai keadaan tubuh tanpa penimbunan lemak yang menyebabkan penderita
menunjukkan pernapasan yang cepat dan dalam (kusmaul).
4. Koma lakto asidosis yang diartikan sebagai keadaan tubuh dengan asam laktat
yang tidak dapat diubah menjadi bikarbonat. Akibatnya, kadar asam laktat
dalam darah meningkat dan seseorang bisa mengalami koma.

2. Komplikasi Kronis

Komplikasi kronis diartikan sebagai kelainan pembuluh darah yang


akhirnya bisa menyebabkan serangan jantung, gangguan fungsi ginjal, dan
gangguan. Komplikasi kronis sering dibedakan berdasarkan bagian tubuh yang
mengalami kelainan, seperti kelainan di bagian mata (katarak, glaucoma, dan
diabetic retinophaty); jantung (atherosclerosis dan microangiopathy); urogenital,
saraf (lesi pada satu syaraf, autonomic neurophaty); ginjal (glomerulosklerosis);
dan kulit (luka yang sukar sembuh) hingga amputasi.

15
VI. Etiologi dan Tipe Diabetes Mellitus

Banyak diketahui bahwa etiologi Diabetes Mellitus adalah kurangnya insulin


dalam tubuh manusia yang mengakibatkan kelebihan kadar glukosa darah. Akan tetapi,
ada beberapa kondisi berbeda yang menyebabkan hal itu terjadi. Menurut anjuran
Konferensi Kerja Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) yang sesuai dengan
anjuran ADA 1997, DM bisa diklasifikasikan secara etiologi menjadi diabetes tipe 1,
diabetes tipe 2, diabetes dalam kehamilan (gestasional), dan diabetes tipe lain.12

a. Diabetes Mellitus tipe 1

Yaitu diabetes yang dikarenakan oleh adanya destruksi sel β pankreas yang
secara absolut menyebabkan defisiensi insulin. Diabetes Mellitus tipe ini disebut juga
Diabetes Mellitus tergantung insulin (IDDM), yaitu penyakit autoimun yang
ditentukan secara genetic dengan gejala-gejala yang pada akhirnya menuju pada
proses bertahap perusakan imunologik sel-sel yang memproduksi insulin. Individu
yang peka secara genetic tampaknya memberikan respons terhadap kejadian-kejadian
pemicu yang diduga berupa infeksi virus, dengan memproduksi antibodi terhadap sel-
sel β, yang akan mengakibatkan berkurangnya sekresi insulin yang dirangsang oleh
glukosa.

Manifestasi klinis dari diabetes mellitus terjadi jika lebih dari 90% sel-sel β
menjadi rusak. Pada Diabetes Mellitus dalam bentuk yang lebih berat, sel-sel β telah
dirusak semuanya, sehingga terjadi insulinopenia dan semua kelainan metabolik yang
berkaitan dengan defisiensi insulin. Bukti untuk determinan genetic dari IDDM
adalah adanya kaitan dengan tipe-tipe histokompatibilitas (HLA) spesifik. Tipe dari
gen histikompabilitas yang berkaitan dengan IDDM (DW3 dan DW4) adalah yang
memberi kode kepada protein-protein yang berperanan penting dalam interaksi
monosit-limfosit. Protein-protein ini mengatur respons sel T sebagai bagian normal
dari respons imun. Jika terjadi kelainan, fungsi limfosit T yang terganggu akan
berperanan penting dalam patogenesis perusakan sel-sel pulau Langerhans yang
ditujukan terhadap komponen antigenic tertentu dari sel β. Kejadian pemicu yang
menentukan proses otoimun pada individu yang peka secara genetik dapat berupa
infeksi virus Coxsackie B4 dan gondongan. Epidemic IDDM awitan baru telah

12
http://www.infomedia.com

16
diamati pada saat-saat tertentu dalam setahun pada anggota-anggoata dari kelompok
sosial yang sama. Obat-obat tertentu yang diketahui dapat memicu penyakit autoimun
lain juga dapat memulai proses autoimun pada pasien-pasien IDDM. Antibodi anti
sel-sel pulau langerhans juga biasanya terdapat pada awal perkembangan penyakit.
Penyaringan imunologil dari pemeriksaan sekresi insulin pada orang-orang dengan
risiko tinggi terhadap IDDM akan memberi jalan untuk pengobatan imunosupresif
dini yang dapat menunda awitan manifestasi klinis defisiensi insulin.

b. Diabetes Mellitus tipe 2

Yaitu diabetes yang dikarenakan oleh adanya kelainan sekresi insulin yang
progresif dan adanya resistensi insulin. Pada pasien-pasien dengan Diabetes Mellitus
tak tergantung insulin (NIDDM), penyakitnya mempunyai pola familial yang kuat.
NIDDM ditandai dengan adanya kelainan dalam sekresi insulin maupun dalam kerja
insulin. Pada awalnya kelihatan terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja
insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan sel
tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselular yang meningkatkan transport glukosa
menembus membrane sel. Pada pasien-pasien dengan NIDDM terdapat kelainan
dalam pengikatan insulin dengan reseptor. Ini dapat disebabkan oleh berkurangnya
jumlah tempat reseptor yang responsive insulin pada membrane sel. Akibatnya, terjadi
penggabungan abnormal antara kompleks reseptor insulin dengan sistem transport
glukosa. Kadar glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama
dengan meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin menurun,
dan jumlah insulin yang beredar tidak lagi memadai untuk mempertahankan
euglikemia. Sekitar 80% pasien NIDDM mengalami obesitas. Karena obesitas
berkaitan dengan resistensi insulin, maka kemungkinan besar gangguan toleransi
glukosa dan diabetes mellitus yang pada akhirnya terjadi pada pasien-pasien NIDDM
merupakan akibat dari obesitasnya. Pengurangan berat badan seringkali dikaitkan
dengan perbaikan dalam sensitivitas insulin dan pemilihan toleransi glukosa.

c. Diabetes mellitus gestasional

Yaitu tipe diabetes yang terdiagnosa atau dialami selama masa kehamilan. DM
dan kehamilan (Gestational Diabetes Mellitus - GDM) adalah kehamilan normal yang
disertai dengan peningkatan insulin resistance (ibu hamil gagal mempertahankan
euglycemia). Faktor risiko GDM: riwayat keluarga DM, kegemukan, dan glikosuria.

17
GDM ini meningkatkan morbiditas neonatus, misalnya hipoglikemia, ikterus,
polisitemia, dan makrosomia. Hal ini terjadi karena bayi dari ibu GDM mensekresi
insulin lebih besar sehingga merangsang pertumbuhan bayi dan makrosomia.
Frekuensi GDM kira-kira 3--5% dan para ibu tersebut meningkat risikonya untuk
menjadi DM di masa mendatang.13

d. Diabetes mellitus tipe lain

Yaitu diabetes yang disebabkan oleh beberapa faktor lain seperti kelainan
genetik pada fungsi sel β pankreas, kelainan genetik pada aktivitas insulin, penyakit
eksokrin pankreas (cystic fibrosis), dan akibat penggunaan obat atau bahan kimia
lainnya (terapi pada penderita AIDS dan terapi setelah transplantasi organ).

VII. Faktor Resiko Diabetes Mellitus

 DM tipe 1:

 Unchangeable Risk Factor

1. Genetik Suseptibilitas

DM tipe 1 tidak diturunkan secara genetik, tetapi meningkatnya


susepibilitas dari penyakit inilah yang diturunkan.

2. Usia

Diabetes Mellitus 1 paling banyak terjadi pada anak-anak, yaitu pada usia
10-13 tahun.

3. Ras / Etnik

Insidens IDDM paling banyak pada keturunan Eropa dan insidens tertinggi
pada orang-orang Skandinavia.14

13
http://www.infomedia.com
14
Krisnawati Bantas. “Epidemiologi penyakit diabetes mellitus” dalam Himpunan Epidemiologi
Penyakit Tidak Menular. Editor: Nasrin Kodim. FKM UI. h. 116

18
 DM tipe 2 :

 Unchangeable Risk Factor


1. Kelainan Genetik

Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap diabetes


mellitus, karena kelainan gen yang mengakibatkan tubuhnya tak dapat
menghasilkan insulin dengan baik.

2. Usia

Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologis yang secara drastis


menurun dengan cepat setelah usia 40 tahun. Diabetes sering muncul
setelah seseorang memasuki usia rawan tersebut, terutama setelah usia 45
tahun pada mereka yang berat badannya berlebih, sehingga tubuhnya tidak
peka lagi terhadap insulin.

 Changeable risk factor

1. Stress

Stress kronis cenderung membuat seseorang mencari makanan yang


manis-manis dan berlemak tinggi untuk meningkatkan kadar serotonin
otak. Serotonin ini memiliki efek penenang sementara untuk meredakan
stress, tetapi gula dan lemak itulah yang berbahaya bagi mereka yang
beresiko terkena diabetes mellitus.

2. Pola Makan yang Salah

Kurang gizi atau kelebihan berat badan keduanya meningkatkan resiko


terkena diabetes mellitus. Kurang gizi (malnutrisi) dapat merusak
pankreas, sedangkan berat badan lebih (obesitas) mengakibatkan gangguan
kerja insulin ( resistensi insulin).

3. Minimnya Aktivitas Fisik

19
Setiap gerakan tubuh dengan tujuan meningkatkan dan mengeluarkan
tenaga dan energi, yang biasa dilakukan atau aktivitas sehari-hari sesuai
profesi atau pekerjaan. Sedangkan faktor resiko penderita DM adalah
mereka yang memiliki aktivitas minim, sehingga pengeluaran tenaga dan
energi hanya sedikit.

4. Obesitas

80% dari penderita NIDDM adalah Obesitas/gemuk.15

5. Merokok

Sebuah universitas di Swiss membuat suatu analisis 25 kajian yang


menyelidiki hubungan antara merokok dan diabetes yang disiarkan antara
1992 dan 2006, dengan sebanyak 1,2 juta peserta yang ditelusuri selama
30 tahun. Mereka mendapati resiko bahkan lebih tinggi bagi perokok berat.
Mereka yang menghabiskan sedikitnya 20 batang rokok sehari memiliki
resiko terserang diabetes 62% lebih tinggi dibandingkan dengan orang
yang tidak merokok. Merokok dapat mengakibatkan kondisi yang tahan
terhadap insulin, kata para peneliti tersebut. Itu berarti merokok dapat
mencampuri cara tubuh memanfaatkan insulin. Kekebalan tubuh terhadap
insulin biasanya mengawali terbentuknya Diabetes tipe 2.16

6. Hipertensi

Pada orang dengan diabetes mellitus, hipertensi berhubungan dengan


resistensi insulin dan abnormalitas pada sistem renin-angiotensin dan
konsekuensi metabolik yang meningkatkan morbiditas. Abnormalitas
metabolik berhubungan dengan peningkatan diabetes mellitus pada
kelainan fungsi tubuh/ disfungsi endotelial. Sel endotelial mensintesis
beberapa substansi bioaktif kuat yang mengatur struktur fungsi pembuluh
darah.

15
Krisnawati Bantas. “Epidemiologi penyakit diabetes mellitus” Himpunan Epidemiologi Penyakit
Tidak Menular Editor: Nasrin Kodim. FKM UI. h. 118
16
http://www.drarief.com/habis-rokok-terbitlah-diabetes/

20
VIII. Hubungan kausal Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus merupakan salah satu contoh penyakit dengan konsep multiple
causation. Model ini menjelaskan bahwa suatu penyakit disebabkan oleh banyak faktor
determinan.

Web of Causation Diabetes Mellitus

tidak dapat
menghasilkan insulin
Kelainan Genetik
dengan baik

Merokok

tubuh resisten
Usia (lanjut) terhadap insulin

Hipertensi

Banyak makan
Hiperglikemi
a
Stress

Pola Makan yang Salah

Diabetes
Minimnya Aktivitas Fisik
Obesitas Mellitus

21
IX. Pencegahan Diabetes Melitus

a. Pencegahan Primer

Pencegahan primer adalah upaya yang ditujukan pada orang-orang yang


termasuk kelompok risiko tinggi, yakni mereka yang belum menderita, tetapi
berpotensi untuk menderita DM. Penyuluhan sangat penting perannya dalam upaya
pencegahan primer. Masyarakat luas melalui lembaga swadaya masyarakat dan
lembaga sosial lainnya harus diikutsertakan. Demikian pula pemerintah melalui
semua jajaran terkait seperti Departemen Kesehatan dan Departemen Pendidikan
perlu memasukkan upaya pencegahan primer DM dalam program penyuluhan dan
pendidikan kesehatan. Sejak masa prasekolah hendaknya telah ditanamkan pengertian
mengenai pentingnya kegiatan jasmani teratur, pola dan jenis makanan yang sehat,
menjaga badan agar tidak terlalu gemuk, dan risiko merokok bagi kesehatan.

b. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder adalah upaya mencegah atau menghambat timbulnya


penyulit pada pasien yang telah menderita DM. Dilakukan dengan pemberian
pengobatan yang cukup dan tindakan deteksi dini penyulit sejak awal pengelolaan
penyakit DM. Salah satu penyulit DM yang sering terjadi adalah penyakit
kardiovaskular yang merupakan penyebab utama kematian pada penyandang
diabetes.17
Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan :
• Skrinning

• Skrinning dilakukan dengan menggunakan tes urin, kadar gula darah


puasa, dan GIT. Skrinning direkomendasikan untuk :

• Orang-orang yang mempunyai keluarga diabetes

• Orang-orang dengan kadar glukosa abnormal pada saat hamil

• Orang-orang yang mempunyai gangguan vaskuler

• Orang-orang yang gemuk

17
Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia 2006

22
• Pengobatan

Pengobatan diabetes mellitus bergantung kepada pengobatan diet dan


pengobatan bila diperlukan. Kalau masih bisa tanpa obat, cukup dengan
menurunkan berat badan sampai mencapai berat badan ideal. Untuk itu perlu
dibantu dengan diet dan bergerak badan.

DM tipe I (IDDM) hanya bisa diobati dengan suntikan insulin dan tidak bisa
terkontrol dengan obat minum dan tipe II (NIDDM) bisa terkontrol dengan obat
minum.

Obat minum memiliki dua pilihan jenis. Obat untuk pasien gemuk dan untuk
pasien kurus. Dosis obat diatur sesuai dengan tinggi rendahnya kadar gula darah
yang berfluktuasi dari waktu ke waktu.

Takaran obat dipakai jika dosis serendah mungkin, disertai dengan diet dan
tetap aktivitas fisik normal ditambah gerak badan. Gula darah berhasil dikontrol.
Takaran obat tidak selalu harus statis melainkan boleh ditambah atau dikurangi
sesuai kebutuhan, agar gula darah dapat terjaga dalam batas-batas normal.

Beberapa individu dengan DM diobati dengan insulin atau obat oral.

 Insulin (tipe I) & Pengobatannya

Insulin tersedia dalam 3 bentuk, short acting, intermediate acting, long acting.
Pada umumnya pasien IDDM atau tipe I memerlukan sedikitnya dosis 2 kali
sehari, biasanya diberikan sebelum makan pagi atau sebelum makan malam dan
biasanya diberikan keduanya short dan intermediate acting insulin. Jadwal
lainnya:

1) 3 kali suntikan sehari short dan inter

Perkiraan berapa jam setelah suntikan

• Mediate acting pada pagi hari

• Short acting sebelum makan malam, dan

23
• Intermediate acting pada waktu mau tidur

Tabel 6
Aktivitas Insulin

Insulin Mula kerja Puncak Lamanya


Short acting regular 0,5 2-5 6-8
Intermediate acting

NPH 1,5-5 4-12 14-24

Lente 2,5-5 4-12 18-24


Long acting

Ultra lente 6-10 10-30 24-36

2) Ultidosis-injeksi short acting setiap sebelum makan dikombinasikan dengan 1


atau 2 kali suntikan sehari long atau intermediate acting.

3) CSII (Continuous subcutaneous insulin infusion) atau terpai pompa


insulin, dimana diberikan insulin short acting secara terus menerus untuk
memenuhi kadar basal atau memungkinkan pasien diberi bolus makanan
dengan snack. Dua metode terakhir adalah yang sangat intensif, dirancanag
untuk mempertahankan jumlah yang dekat dengan euglikemia. Ini
memerlukan tanggung jawab penuh dari pasien dan keluarganya untuk
memantau gula darah yang tepat dan memberikan insulin dan tindakan ini
membawa resiko terbesar untuk terjadinya hipoglikemia dan perkembangan
obesitas.

 Pengobatan DM tipe II (obat hipoglisemik oral)

Pengobatan dengan perencanaan makanan (diet) atau terapi nutrisi medik


masih merupakan pengobatan utama, tetapi bilamana hal ini bersama latihan

24
jasmani/kegiatan fisik ternyata gagal maka diperlukan penambahan obat oral.
Obat hipoglikemik oral hanya digunakan untuk mengobati beberapa individu
dengan DM tipe II. Obat ini menstimulasi pelapisan insulin dari sel beta pancreas
atau pengambilan glukosa oleh jaringan perifer.

Tabel 7

Aktivitas Obat Hipoglisemik Oral

Obat Lamanya jam Dosis lazim/hari


Klorpropamid (diabinise) 60 1
Glizipid (glucotrol) 12-24 1-2
Gliburid (diabeta, micronase) 16-24 1-2
Tolazamid (tolinase) 14-16 1-2
Tolbutamid (orinase) 6-12 1-3

 DIET

Diet adalah penatalaksanaan yang penting dari kedua tipe DM. makanan
yang masuk harus dibagi merata sepanjang hari. Ini harus konsisten dari hari
kehari. Adalah sangat penting bagi pasien yang menerima insulin dikordinasikan
antara makanan yang masuk dengan aktivitas insulin lebih jauh orang dengan DM
tipe II, cenderung kegemukan dimana ini berhubungan dengan resistensi insulin
dan hiperglikemia. Toleransi glukosa sering membaik dengan penurunan berat
badan.18

• Modifikasi dari faktor-faktor resiko

• Menjaga berat badan

• Tekanan darah

• Kadar kolesterol

• Berhenti merokok

• Membiasakan diri untuk hidup sehat

18
Hendrawan Nadesul. 428 jawaban untuk 25 penyakit manajer dan keluhan-keluhan orang mapan.
Kompas. 2002.

25
• Biasakan diri berolahraga secara teratur. Olahraga adalah aktivitas fisik
yang terencana dan terstruktur yang memanfaatkan gerakan tubuh yang
berulang untuk mencapai kebugaran.

• Hindari menonton televisi atau menggunakan komputer terlalu lama,


karena hali ini yang menyebabkan aktivitas fisik berkurang atau minim.

• Jangan mengonsumsi permen, coklat, atau snack dengan kandungan.


garam yang tinggi. Hindari makanan siap saji dengan kandungan kadar
karbohidrat dan lemak tinggi.

• Konsumsi sayuran dan buah-buahan.

c. Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier ditujukan pada kelompok penyandang diabetes yang telah


mengalami penyulit dalam upaya mencegah terjadinya kecacatan lebih lanjut. Upaya
rehabilitasi pada pasien dilakukan sedini mungkin, sebelum kecacatan menetap.
Sebagai contoh aspirin dosis rendah (80-325 mg/hari) dapat diberikan secara rutin
bagi penyandang diabetes yang sudah mempunyai penyulit makroangiopati. Pada
upaya pencegahan tersier tetap dilakukan penyuluhan pada pasien dan keluarga.
Materi penyuluhan termasuk upaya rehabilitasi yang dapat dilakukan untuk mencapai
kualitas hidup yang optimal.

Gambar 2

Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2

26
s

Pencegahan tersier memerlukan pelayanan kesehatan holistik dan terintegrasi


antar disiplin yang terkait, terutama di rumah sakit rujukan. Kolaborasi yang baik
antar para ahli di berbagai disiplin (jantung dan ginjal, mata, bedah ortopedi, bedah

27
vaskular, radiologi, rehabilitasi medis, gizi, podiatrist, dll.) sangat diperlukan dalam
menunjang keberhasilan pencegahan tersier.19

X. Penanggulangan Diabetes Mellitus

Program penanggulangan penyakit Diabetes Mellitus di Indonesia

Tujuan program pengendalian DM di Indonesia adalah terselenggaranya pengendalian


faktor risiko untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan kematian yang
disebabkan DM. Pengendalian DM lebih diprioritaskan pada pencegahan dini melalui
upaya pencegahan faktor risiko DM yaitu upaya promotif dan preventif dengan tidak
mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.

Program pencegahan primer di Indonesia telah dilaksanakan oleh PT.Merck Indonesia


Tbk bekerja sama dengan Depkes RI dan organisasi profesi seperti Konferensi Kerja
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) dan organisasi kemasyarakatan
seperti Persatuan Diabetes Indonesia (PERSADI) dan Perhimpunan Edukator Diabetes
Indonesia (PEDI) yaitu program bertajuk Pandu Diabetes dengan simbol Titik Oranye.
Melakukan kegiatan-kegiatan antara lain memberikan informasi dan edukasi mengenai
Diabetes Mellitus dan pemeriksaan kadar gula darah secara gratis bagi sejuta orang yang
telah diluncurkan oleh Menkes pada 15 Maret 2003. Mengingat penderita Diabetes
sangat rentan untuk terkena infeksi, hal ini juga merupakan salah satu cara untuk
mengurangi amputasi kaki akibat pekait Diabetes Mellitus.

Federasi Diabetes Internasional (IDF) mengeluarkan pernyataan konsensus baru


mengenai pencegahan Diabetes Mellitus, menjelang resolusi Majelis Umum PBB pada
bulan Desember 2006 yang menghimbau aksi internasional bersama. Konsensus IDF baru
ini merekomendasikan bahwa semua individu yang berisiko tinggi terjangkiti diabetes
tipe-2 dapat diidentifikasi melalui pemeriksaan oportunistik oleh dokter, perawat,
apoteker dan dengan pemeriksaan sendiri. Profesor George Alberti, mantan presiden IDF
sekaligus penulis bersama konsensus baru IDF mengatakan: “Terdapat banyak bukti dari
sejumlah kajian di Amerika Serikat, Finlandia, Cina, India dan Jepang bahwa perubahan
gaya hidup (mencapai berat badan yang sehat dan kegiatan olahraga yang moderat) dapat
19
http://penyakitdalam.files.wordpress.com/2009/11/konsensus-pengelolaaln-dan-pencegahan-
diabets-melitus-tipe-2-di-indonesia-2006.pdf

28
ikut mencegah berkembangnya diabetes tipe-2 pada mereka yang beresiko tinggi.
Konsensus baru IDF ini menganjurkan bahwa hal ini haruslah merupakan intervensi awal
bagi semua orang yang beresiko terjangkiti diabetes tipe-2, dan juga fokus dari
pendekatan kesehatan penduduk.”20

BAB III

20
Federasi Diabetes Internasional

29
PENUTUP

Kesimpulan

Diabetes Mellitus adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh metabolisme yang
abnormal pada tubuh yang mengakibatkan kadar gula dalam darah menjadi lebih tinggi
dari keadaan normal (Hiperglikemia). Aretaeus pada tahun 200 sebelum Masehi adalah
orang yang pertama kali memberi nama Diabetes, yang berarti “mengalir terus”, dan
Mellitus berarti “manis”. Berdasarkan data riskesdas 2007, prevalensi Diabetes Mellitus
di Indonesia mencapai 5,7 % dengan prevalensi yang terus meningkat tiap tahunnya.
Faktor host penyakit ini seperti genetik, usia, kondisi fisik, ras, dan kebiasaan hidup dapat
dikatakan pula sebagai faktor risiko. Faktor agent berupa agent biologi (virus dan bakteri)
dan nutrisi (karbohidrat dan lemak) yang mampu menimbulkan etiologi penyakit ini,
yaitu insufisiensi insulin. Sedangkan faktor Environment yang mempengaruhinya adalah
lingkngan sosial ekonomi dan fisik(musim).

Penyakit ini memiliki riwayat alamiah penyakit yang pada periode klinis dapat
terjadi komplikasi akut maupun kronis yang memperparah kondisi penderita. Komplikasi
ini cenderung dialami wanita daripada pria. Ada 4 tipe Diabetes Mellitus, yaitu DM tipe
1, tipe 2, gestasional, dan tipe lain. Namun yang lebih familiar di masyarakat adalah DM
tipe 1 (IDDM) dan DM tipe 2 (NIDDM) yang juga memiliki perbedaan faktor risiko.
Pada DM tipe 1 faktor risiko berupa genetik suseptibilitas, usia, dan ras. Sedangkan faktor
risiko DM tipe 2 seperti genetik, usia, stres, minim gerak, pola makan yang salah, dan
obesitas.

Pencegahannya dilakukan pada tiga level, yaitu primer berupa penyuluhan pada faktor
risiko; sekunder berupa diagnosis dini (skirning), pengobatan, dan diet; tersier berupa
tindakan rehabilitatif untuk mencapai kualitas hidup yang optimal. Tindakan
penanggulangan iaalah pengendalian DM yang lebih diprioritaskan pada pencegahan dini
melalui upaya pencegahan faktor risiko DM seperti upaya promotif dan preventif dengan
tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.

DAFTAR PUSTAKA

30
Bantas, Krisnawati. “Epidemiologi penyakit diabetes mellitus” Himpunan Epidemiologi
Penyakit Tidak Menular. Editor: Nasrin Kodim. FKM UI.

http://www.infomedia.com

http://penyakitdalam.files.wordpress.com/2009/11/konsensus-pengelolaaln-dan-
pencegahan-diabets-melitus-tipe-2-di-indonesia-2006.pdf

http://rumahdiabetes.com

http://www.diabetesmellituscenter.wordpress.com

http://ridwanamiruddin.wordpress.com/2007/12/10/epidemiologi-dm-dan-isu-
mutakhirnya/

http://pdnindo.com/berita-65-jumlah-penderita-diabetes-indonesia-ranking-ke4-di-
dunia.html

http://saptophw.blogspot.com/2009/12/pertamina-peduli-diabetes-mellitus_07.html

http://www.drarief.com/habis-rokok-terbitlah-diabetes/

Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia 2006

Nadesul, Hendrawan. 428 Jawaban untuk 25 Penyakit Manajer dan Keluhan-keluhan


Orang Mapan. Kompas. 2002.

Nasir, Narila Mutia dan Febrianti. Modul Gizi Kesehatan Masyarakat. FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.

Sustrani, Lanny dkk. Diabetes. Jakarta: 2006. Gramedia Pustaka Utama.

31

You might also like