Professional Documents
Culture Documents
Makalah
Oleh:
PROGRAM STUDI
KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
1431 H
2010 M
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes Mellitus sering disebut sebagai the great imitator, karena penyakit ini
dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan.
Gejalanya sangat bervariasi dan dapat timbul secara perlahan-lahan, sehingga pasien tidak
menyadari akan adanya perubahan seperti minum yang menjadi lebih banyak, buang air
kecil ataupun berat badan yang menurun. Menurut Riskesdas 2007, Diabetes Mellitus
menduduki peringkat ke 6 pola kematian semua umur di Indonesia dengan persentase
sebesar 5,7%. Sedangkan menurut survei yang dilakukan WHO, Indonesia menempati
urutan ke-4 dengan jumlah penderita Diabetes Mellitus terbesar di dunia setelah India,
Cina dan Amerika Serikat.2
1
http://ridwanamiruddin.wordpress.com/2007/12/10/epidemiologi-dm-dan-isu-mutakhirnya/
2
http://pdnindo.com/berita-65-jumlah-penderita-diabetes-indonesia-ranking-ke4-di-dunia.html
3
http://saptophw.blogspot.com/2009/12/pertamina-peduli-diabetes-mellitus_07.html
2
lebih mengejutkan menyatakan bahwa di dunia ini setiap 10 detik akan meninggal
seorang penderita DM dengan komplikasinya, dan pada saat bersamaan ditemukan 2
orang penderita yang baru.4
B. Rumusan Masalah
4
http://rumahdiabetes.com
3
BAB II
PEMBAHASAN
Diabetes adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan pengaturan gula darah,
sehingga gagal mempertahankan kadar normal gula di dalam darah (Walqvist, 1997).
Sedangkan Mellitus berarti manis atau madu.5 Diabetes Mellitus adalah suatu keadaan
yang disebabkan oleh metabolisme yang abnormal pada tubuh yang mengakibatkan kadar
gula dalam darah menjadi lebih tinggi dari keadaan normal (Hiperglikemia). 6 Kelebihan
gula yang kronis di dalam darah ( Hiperglikemia) ini menjadi racun bagi tubuh. Sebagian
glukosa yang tertahan di dalam darah itu melimpah ke sistem urin untuk dibuang melalui
urin. Urin penderita diabetes yang mengandung gula dalam kadar tinggi tersebut menarik
bagi semut, karena itulah gejala ini disebut gejala kencing manis.7
Pada tahun 1552 sebelum masehi, di Mesir dikenal penyakit yang ditandai dengan
sering buang air kecil dan dalam jumlah yang banyak ( yang disebut : Poliurial ), dan
penurunan berat badan yang cepat tanpa disertai rasa nyeri. Kemudian pada tahun 400
sebelum masehi, penulis India, Sushratha menamakan penyakit tersebut penyakit kencing
madu ( honey urine disease ). Akhirnya, Aretaeus pada tahun 200 sebelum masehi adalah
orang yang pertama kali memberi nama Diabetes, yang berarti “mengalir terus”, dan
Mellitus berarti “manis”. Disebut Diabetes, karena selalu minum dan dalam jumlah
5
Narila Mutia Nasir dan Febrianti. Modul Gizi Kesehatan Masyarakat. FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. h. 45
6
Krisnawati Bantas. “Epidemiologi penyakit diabetes mellitus” dalam Himpunan Epidemiologi
Penyakit Tidak Menular Editor: Nasrin Kodim. FKM UI. h. 109
7
Lanny sustrani,dkk. Diabetes. Jakarta: 2006. Gramedia Pustaka Utama. h. 13-14
4
banyak ( Polidipsia ), yang kemudian “mengalir” terus berupa air seni ( urine ); disebut
Mellitus karena air seni penderita ini mengandung gula ( manis ). Diabetes Mellitus (DM)
atau penyakit kencing manis disebabkan hormon INSULIN penderita tidak mencukupi,
atau tidak dapat bekerja normal, sedangkan hormon insulin tersebut mempunyai peranan
utama untuk mengatur kadar glukosa ( gula ) didalam darah sekitar 60 - 120 mg/dl waktu
puasa dan di bawah 200 mg/dl pada dua jam sesudah makan.
Sejak ditemukan hormon insulin pada tahun 1921 oleh Banting dan Best di
Kanada, maka angka kematian dan keguguran ibu-ibu diabetes yang hamil makin
berkurang. Akhirnya pada tahun 1954 Franke dan Fuchs mencoba tablet OAD ( Obat Anti
Diabetes ) pada manusia, yang akhirnya temuan OAD ini berkembang pesat dengan
berbagai jenis dan indikasi penggunaanya.8
Tabel 1
Prevalensi Kejadian Diabetes Mellitus Di Beberapa Negara Tahun 2000 dan 2030 Menurut WHO
No Rangking Negara Orang dengan DM Rangking Negara Tahun Orang dengan DM (juta)
Tahun 2000 (Juta) 2030
1. India 31,7 India 79,4
2. Cina 20,8 Cina 42,3
3. Amerika Serikat 17,7 Amerika Serikat 30,3
4. Indonesia 8,4 Indonesia 21,3
5. Jepang 6,8 Pakistan 13,9
6. Pakistan 5,2 Brazil 11,3
7. Federasi Rusia 4,6 Banglades 11,1
8. Brazil 4,6 Jepang 8,9
9. Italia 4,3 Filipina 7,8
10 Banglades 3,2 Mesir 6,7
.
Sumber: http://www.ridwanamiruddin.wordpress.html
8
http://informasidiabetes.blogspot.com/2008_07_01_archive.html
5
Tabel 2
Sumber :http://www.micpohling.wordpress.com
Meskipun pada tabel 2 Indonesia tidak termasuk dalam 20 negara di dunia yang
memiliki angka kejadian Diabetes Mellitus tertinggi, namun bukan berarti Diabetes
Mellitus tidak menjadi salah satu masalah PTM di Indonesia. Bahkan pada tabel 3, DM
menjadi peringkat ke-2 PTM yang memiliki angka keparahan penyakit yang berakibat
fatal (CFR) tertinggi.
6
Tabel 3
7
– yang dalam laporan ini disebut Undiagnosed Diabetes Mellitus (UDDM). Secara umum
prevalensi TGT yang didapat dalam penelitian ini hampir dua (2) kali prevalensi DM.
Prevalensi total DM 5,7%, tetapi responden yang telah mengetahui dirinya menderita DM
(DDM) hanya 1,5% (kira-kira 26% dari total DM).
Tabel 4
Prevalensi TGT, DM, DDM dan UDDM pada Penduduk Perkotaan
TGT DDM* UDDM** Total DM***
Penduduk perkotaan 10.2 % 1.5% 4.2% 5.7%
Indonesia
8
Sumatera Barat 8.9 4.1
Riau 6.6 10.4
Jambi 4.0 5.2
Sumatera Selatan 7.3 3.4
Bengkulu 6.6 3.0
Lampung 6.3 6.2
Bangka Belitung 8.2 8.6
Kepulauan Riau 6.5 3.3
DKI Jakarta 12.3 6.6
Jawa Barat 7.8 4.2
Jawa Tengah 13.1 7.8
DI Yogyakarta 8.4 5.4
Jawa Timur 11.6 6.8
Banten 10.3 5.3
Bali 9.1 3.0
Nusa Tenggara Barat 5.4 4.1
Nusa Tenggara Timur 4.9 1.8
Kalimantan Barat 12.3 11.1
Kalimantan Tengah 8.2 3.2
Kalimantan Selatan 14.7 5.0
Kalimantan Timur 10.2 6.0
Sulawesi Utara 17.3 8.1
Sulawesi Tengah 9.1 4.5
Sulawesi Selatan 10.5 4.6
Sulawesi Tenggara 8.0 3.8
Gorontalo 7.7 7.7
Sulawesi Barat 17.6 3.7
Maluku 10.3 4.8
Maluku Utara 9.9 11.1
9
Papua Barat 21.8 5.5
Papua 6,7 1,7
Gambar 1
Sumber : http://www.diabetesmellituscenter.wordpress.com
10
* Genetika
Jika dalam riwayat keluarga ada yang menderita diabetes mellitus, maka orang
tersebut memiliki resiko untuk menderita diabetes mellitus juga.
* Kondisi fisik
Kondisi fisik seseorang, misalnya kelelahan, kurang tidur dan kurang gizi
dapat membuat imunitas terganggu, sehingga penyakit diabetespun dapat menyerang
orang tersebut.
* Usia
Bayi dan balita yang masih rentan terhadap perubahan lingkungan, sehingga
mempunyai resiko yang tinggi terkena diabetes mellitus tipe 1. Sedangkan pada usia
dewasa dan lanjut mempunyai resiko untuk terkena penyakit diabetes mellitus tipe 2.
* Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang dimaksud adalah pola makan yang tidak sehat dan
minimnya gerak. Pada era globalisasi ini banyak sekali terdapat restoran makanan
cepat saji. Sehingga tidak sedikit manusia yang berpola makan tidak sehat yang
mampu menaikkan kadar gula darahnya. Selain itu, globalisasi membawa masyarakat
ke arah modern yang canggih akan teknologi sehingga membuat masyarakat minim
aktivitas.
* Ras / Etnik
Insidens IDDM paling banyak pada keturunan Eropa, dan tertinggi pada
orang-orang Skandinavia. Sedangkan pada NIDDM prevalensi tertinggi pada orang
Asia. 9
• Konsep Agent
9
Krisnawati Bantas. “Epidemiologi Penyakit Diabetes Mellitus” Himpunan Epidemiologi Penyakit
Tidak Menular Editor: Nasrin Kodim. FKM UI. h. 118
11
*Agent Biologis (Virus dan Bakteri)
Bahan beracun yang mampu merusak sel β secara langsung adalah alloxan,
pyrinuron (rodentisida), dan streptozoctin (produk dari sejenis jamur). Bahan lain
adalah sianida yang berasal dari singkong.
* Agent Nutrisi
• Konsep Environment
* Sosial Ekonomi
12
muda selama 15 tahun, memonitor pengecekan rutin kesehatan mereka dan
menanyakan pola makan mereka, aktivitas fisik yang dilakukan, dan faktor gaya
hidup lainnya. Para peneliti mengungkapkan dari penelitian mereka bahwa fast food,
sebagaimana sampai sekarang dikonsumsi, tidak bisa diperhitungkan sebagai bagian
dari gaya hidup yang sehat. Ukuran porsi besar dan berat jenis kalori yang tinggi dari
kebanyakan fast food merupakan penyebab utama dari obesitas. Mereka yang makan
fast food 2 kali seminggu atau lebih bisa menambah berat badannya sebanyak 10
pound dan dua kali menjadi insulin resistance (sel tubuh tdak sensitif lagi/tidak
merespon terhadap hormon insulin), dimana berhubungan dengan diabetes,
dibandingkan dengan mereka yang makan fast food kurang dari sekali seminggu,
meskipun pola hidup lainnya telah diperhitungkan sebelumnya.10
* Musim
Virus telah diduga sebagai etiologi dari IDDM, hal ini berdasarkan penemuan
adanya peningkatan insidens IDDM pada musim-musim tertentu, yaitu musim gugur
dan semi, pada masa ini antibodi terhadap virus tertentu meningkat.11
1. Periode prediabetes
10
http://ligagame.com/lg_smf/index.php?topic=68159.20;wap2
11
Krisnawati Bantas. “Epidemiologi penyakit diabetes mellitus” Himpunan Epidemiologi Penyakit
Tidak Menular Editor: Nasrin Kodim. FKM UI. h. 117
13
3. Periode klinis
• Trias Poli : Polidipsi (banyak minum), polifagia (banyak makan), dan poliuri
(banyak buang air kecil)
• Disertai keluhan sering kesemutan terutama jari-jari tangan, badan lemas,
gatal-gatal dan bila ada luka sukar sembuh.
• Kadang berat badan turun secara drastis.
• Kadar gula darah normal yaitu:
- puasa: 80 - < 110 gr/dl
- setelah makan: 110 - < 160gr/dl
• Penyulit atau komplikasi adalah penyakit jantung kronis, hipertensi.
Diagnosis DM
14
Komplikasi DM dapat bersifat akut atau kronis.
Komplikasi Akut
Komplikasi akut terjadi jika kadar glukosa darah seseorang meningkat atau
menurun dengan tajam dalam waktu relatif singkat. Kadar glukosa darah bisa
menurun drastis jika penderita menjalani diet yang terlalu ketat. Perubahan yang
besar dan mendadak dapat berakibat fatal.
Dalam komplikasi akut dikenal beberapa istilah sebagai berikut:
2. Komplikasi Kronis
15
VI. Etiologi dan Tipe Diabetes Mellitus
Yaitu diabetes yang dikarenakan oleh adanya destruksi sel β pankreas yang
secara absolut menyebabkan defisiensi insulin. Diabetes Mellitus tipe ini disebut juga
Diabetes Mellitus tergantung insulin (IDDM), yaitu penyakit autoimun yang
ditentukan secara genetic dengan gejala-gejala yang pada akhirnya menuju pada
proses bertahap perusakan imunologik sel-sel yang memproduksi insulin. Individu
yang peka secara genetic tampaknya memberikan respons terhadap kejadian-kejadian
pemicu yang diduga berupa infeksi virus, dengan memproduksi antibodi terhadap sel-
sel β, yang akan mengakibatkan berkurangnya sekresi insulin yang dirangsang oleh
glukosa.
Manifestasi klinis dari diabetes mellitus terjadi jika lebih dari 90% sel-sel β
menjadi rusak. Pada Diabetes Mellitus dalam bentuk yang lebih berat, sel-sel β telah
dirusak semuanya, sehingga terjadi insulinopenia dan semua kelainan metabolik yang
berkaitan dengan defisiensi insulin. Bukti untuk determinan genetic dari IDDM
adalah adanya kaitan dengan tipe-tipe histokompatibilitas (HLA) spesifik. Tipe dari
gen histikompabilitas yang berkaitan dengan IDDM (DW3 dan DW4) adalah yang
memberi kode kepada protein-protein yang berperanan penting dalam interaksi
monosit-limfosit. Protein-protein ini mengatur respons sel T sebagai bagian normal
dari respons imun. Jika terjadi kelainan, fungsi limfosit T yang terganggu akan
berperanan penting dalam patogenesis perusakan sel-sel pulau Langerhans yang
ditujukan terhadap komponen antigenic tertentu dari sel β. Kejadian pemicu yang
menentukan proses otoimun pada individu yang peka secara genetik dapat berupa
infeksi virus Coxsackie B4 dan gondongan. Epidemic IDDM awitan baru telah
12
http://www.infomedia.com
16
diamati pada saat-saat tertentu dalam setahun pada anggota-anggoata dari kelompok
sosial yang sama. Obat-obat tertentu yang diketahui dapat memicu penyakit autoimun
lain juga dapat memulai proses autoimun pada pasien-pasien IDDM. Antibodi anti
sel-sel pulau langerhans juga biasanya terdapat pada awal perkembangan penyakit.
Penyaringan imunologil dari pemeriksaan sekresi insulin pada orang-orang dengan
risiko tinggi terhadap IDDM akan memberi jalan untuk pengobatan imunosupresif
dini yang dapat menunda awitan manifestasi klinis defisiensi insulin.
Yaitu diabetes yang dikarenakan oleh adanya kelainan sekresi insulin yang
progresif dan adanya resistensi insulin. Pada pasien-pasien dengan Diabetes Mellitus
tak tergantung insulin (NIDDM), penyakitnya mempunyai pola familial yang kuat.
NIDDM ditandai dengan adanya kelainan dalam sekresi insulin maupun dalam kerja
insulin. Pada awalnya kelihatan terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja
insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan sel
tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselular yang meningkatkan transport glukosa
menembus membrane sel. Pada pasien-pasien dengan NIDDM terdapat kelainan
dalam pengikatan insulin dengan reseptor. Ini dapat disebabkan oleh berkurangnya
jumlah tempat reseptor yang responsive insulin pada membrane sel. Akibatnya, terjadi
penggabungan abnormal antara kompleks reseptor insulin dengan sistem transport
glukosa. Kadar glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama
dengan meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin menurun,
dan jumlah insulin yang beredar tidak lagi memadai untuk mempertahankan
euglikemia. Sekitar 80% pasien NIDDM mengalami obesitas. Karena obesitas
berkaitan dengan resistensi insulin, maka kemungkinan besar gangguan toleransi
glukosa dan diabetes mellitus yang pada akhirnya terjadi pada pasien-pasien NIDDM
merupakan akibat dari obesitasnya. Pengurangan berat badan seringkali dikaitkan
dengan perbaikan dalam sensitivitas insulin dan pemilihan toleransi glukosa.
Yaitu tipe diabetes yang terdiagnosa atau dialami selama masa kehamilan. DM
dan kehamilan (Gestational Diabetes Mellitus - GDM) adalah kehamilan normal yang
disertai dengan peningkatan insulin resistance (ibu hamil gagal mempertahankan
euglycemia). Faktor risiko GDM: riwayat keluarga DM, kegemukan, dan glikosuria.
17
GDM ini meningkatkan morbiditas neonatus, misalnya hipoglikemia, ikterus,
polisitemia, dan makrosomia. Hal ini terjadi karena bayi dari ibu GDM mensekresi
insulin lebih besar sehingga merangsang pertumbuhan bayi dan makrosomia.
Frekuensi GDM kira-kira 3--5% dan para ibu tersebut meningkat risikonya untuk
menjadi DM di masa mendatang.13
Yaitu diabetes yang disebabkan oleh beberapa faktor lain seperti kelainan
genetik pada fungsi sel β pankreas, kelainan genetik pada aktivitas insulin, penyakit
eksokrin pankreas (cystic fibrosis), dan akibat penggunaan obat atau bahan kimia
lainnya (terapi pada penderita AIDS dan terapi setelah transplantasi organ).
DM tipe 1:
1. Genetik Suseptibilitas
2. Usia
Diabetes Mellitus 1 paling banyak terjadi pada anak-anak, yaitu pada usia
10-13 tahun.
3. Ras / Etnik
Insidens IDDM paling banyak pada keturunan Eropa dan insidens tertinggi
pada orang-orang Skandinavia.14
13
http://www.infomedia.com
14
Krisnawati Bantas. “Epidemiologi penyakit diabetes mellitus” dalam Himpunan Epidemiologi
Penyakit Tidak Menular. Editor: Nasrin Kodim. FKM UI. h. 116
18
DM tipe 2 :
2. Usia
1. Stress
19
Setiap gerakan tubuh dengan tujuan meningkatkan dan mengeluarkan
tenaga dan energi, yang biasa dilakukan atau aktivitas sehari-hari sesuai
profesi atau pekerjaan. Sedangkan faktor resiko penderita DM adalah
mereka yang memiliki aktivitas minim, sehingga pengeluaran tenaga dan
energi hanya sedikit.
4. Obesitas
5. Merokok
6. Hipertensi
15
Krisnawati Bantas. “Epidemiologi penyakit diabetes mellitus” Himpunan Epidemiologi Penyakit
Tidak Menular Editor: Nasrin Kodim. FKM UI. h. 118
16
http://www.drarief.com/habis-rokok-terbitlah-diabetes/
20
VIII. Hubungan kausal Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus merupakan salah satu contoh penyakit dengan konsep multiple
causation. Model ini menjelaskan bahwa suatu penyakit disebabkan oleh banyak faktor
determinan.
tidak dapat
menghasilkan insulin
Kelainan Genetik
dengan baik
Merokok
tubuh resisten
Usia (lanjut) terhadap insulin
Hipertensi
Banyak makan
Hiperglikemi
a
Stress
Diabetes
Minimnya Aktivitas Fisik
Obesitas Mellitus
21
IX. Pencegahan Diabetes Melitus
a. Pencegahan Primer
b. Pencegahan Sekunder
17
Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia 2006
22
• Pengobatan
DM tipe I (IDDM) hanya bisa diobati dengan suntikan insulin dan tidak bisa
terkontrol dengan obat minum dan tipe II (NIDDM) bisa terkontrol dengan obat
minum.
Obat minum memiliki dua pilihan jenis. Obat untuk pasien gemuk dan untuk
pasien kurus. Dosis obat diatur sesuai dengan tinggi rendahnya kadar gula darah
yang berfluktuasi dari waktu ke waktu.
Takaran obat dipakai jika dosis serendah mungkin, disertai dengan diet dan
tetap aktivitas fisik normal ditambah gerak badan. Gula darah berhasil dikontrol.
Takaran obat tidak selalu harus statis melainkan boleh ditambah atau dikurangi
sesuai kebutuhan, agar gula darah dapat terjaga dalam batas-batas normal.
Insulin tersedia dalam 3 bentuk, short acting, intermediate acting, long acting.
Pada umumnya pasien IDDM atau tipe I memerlukan sedikitnya dosis 2 kali
sehari, biasanya diberikan sebelum makan pagi atau sebelum makan malam dan
biasanya diberikan keduanya short dan intermediate acting insulin. Jadwal
lainnya:
23
• Intermediate acting pada waktu mau tidur
Tabel 6
Aktivitas Insulin
24
jasmani/kegiatan fisik ternyata gagal maka diperlukan penambahan obat oral.
Obat hipoglikemik oral hanya digunakan untuk mengobati beberapa individu
dengan DM tipe II. Obat ini menstimulasi pelapisan insulin dari sel beta pancreas
atau pengambilan glukosa oleh jaringan perifer.
Tabel 7
DIET
Diet adalah penatalaksanaan yang penting dari kedua tipe DM. makanan
yang masuk harus dibagi merata sepanjang hari. Ini harus konsisten dari hari
kehari. Adalah sangat penting bagi pasien yang menerima insulin dikordinasikan
antara makanan yang masuk dengan aktivitas insulin lebih jauh orang dengan DM
tipe II, cenderung kegemukan dimana ini berhubungan dengan resistensi insulin
dan hiperglikemia. Toleransi glukosa sering membaik dengan penurunan berat
badan.18
• Tekanan darah
• Kadar kolesterol
• Berhenti merokok
18
Hendrawan Nadesul. 428 jawaban untuk 25 penyakit manajer dan keluhan-keluhan orang mapan.
Kompas. 2002.
25
• Biasakan diri berolahraga secara teratur. Olahraga adalah aktivitas fisik
yang terencana dan terstruktur yang memanfaatkan gerakan tubuh yang
berulang untuk mencapai kebugaran.
c. Pencegahan Tersier
Gambar 2
26
s
27
vaskular, radiologi, rehabilitasi medis, gizi, podiatrist, dll.) sangat diperlukan dalam
menunjang keberhasilan pencegahan tersier.19
28
ikut mencegah berkembangnya diabetes tipe-2 pada mereka yang beresiko tinggi.
Konsensus baru IDF ini menganjurkan bahwa hal ini haruslah merupakan intervensi awal
bagi semua orang yang beresiko terjangkiti diabetes tipe-2, dan juga fokus dari
pendekatan kesehatan penduduk.”20
BAB III
20
Federasi Diabetes Internasional
29
PENUTUP
Kesimpulan
Diabetes Mellitus adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh metabolisme yang
abnormal pada tubuh yang mengakibatkan kadar gula dalam darah menjadi lebih tinggi
dari keadaan normal (Hiperglikemia). Aretaeus pada tahun 200 sebelum Masehi adalah
orang yang pertama kali memberi nama Diabetes, yang berarti “mengalir terus”, dan
Mellitus berarti “manis”. Berdasarkan data riskesdas 2007, prevalensi Diabetes Mellitus
di Indonesia mencapai 5,7 % dengan prevalensi yang terus meningkat tiap tahunnya.
Faktor host penyakit ini seperti genetik, usia, kondisi fisik, ras, dan kebiasaan hidup dapat
dikatakan pula sebagai faktor risiko. Faktor agent berupa agent biologi (virus dan bakteri)
dan nutrisi (karbohidrat dan lemak) yang mampu menimbulkan etiologi penyakit ini,
yaitu insufisiensi insulin. Sedangkan faktor Environment yang mempengaruhinya adalah
lingkngan sosial ekonomi dan fisik(musim).
Penyakit ini memiliki riwayat alamiah penyakit yang pada periode klinis dapat
terjadi komplikasi akut maupun kronis yang memperparah kondisi penderita. Komplikasi
ini cenderung dialami wanita daripada pria. Ada 4 tipe Diabetes Mellitus, yaitu DM tipe
1, tipe 2, gestasional, dan tipe lain. Namun yang lebih familiar di masyarakat adalah DM
tipe 1 (IDDM) dan DM tipe 2 (NIDDM) yang juga memiliki perbedaan faktor risiko.
Pada DM tipe 1 faktor risiko berupa genetik suseptibilitas, usia, dan ras. Sedangkan faktor
risiko DM tipe 2 seperti genetik, usia, stres, minim gerak, pola makan yang salah, dan
obesitas.
Pencegahannya dilakukan pada tiga level, yaitu primer berupa penyuluhan pada faktor
risiko; sekunder berupa diagnosis dini (skirning), pengobatan, dan diet; tersier berupa
tindakan rehabilitatif untuk mencapai kualitas hidup yang optimal. Tindakan
penanggulangan iaalah pengendalian DM yang lebih diprioritaskan pada pencegahan dini
melalui upaya pencegahan faktor risiko DM seperti upaya promotif dan preventif dengan
tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
DAFTAR PUSTAKA
30
Bantas, Krisnawati. “Epidemiologi penyakit diabetes mellitus” Himpunan Epidemiologi
Penyakit Tidak Menular. Editor: Nasrin Kodim. FKM UI.
http://www.infomedia.com
http://penyakitdalam.files.wordpress.com/2009/11/konsensus-pengelolaaln-dan-
pencegahan-diabets-melitus-tipe-2-di-indonesia-2006.pdf
http://rumahdiabetes.com
http://www.diabetesmellituscenter.wordpress.com
http://ridwanamiruddin.wordpress.com/2007/12/10/epidemiologi-dm-dan-isu-
mutakhirnya/
http://pdnindo.com/berita-65-jumlah-penderita-diabetes-indonesia-ranking-ke4-di-
dunia.html
http://saptophw.blogspot.com/2009/12/pertamina-peduli-diabetes-mellitus_07.html
http://www.drarief.com/habis-rokok-terbitlah-diabetes/
Nasir, Narila Mutia dan Febrianti. Modul Gizi Kesehatan Masyarakat. FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
31