You are on page 1of 26

FAKTOR PENYEBAB DAN AKIBAT PENGARUH PASAR MODERN

EKONOMI TERHADAP PENURUNAN KONTRIBUSI


KOTA DAN KINERJA PASAR TRADISIONAL

Oleh :

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan suatu kota erat kaitannya dengan perubahan pola pemanfaatan lahan.
Meningkatnya pertumbuhan penduduk mengakibatkan meningkatnya permintaan lahan untuk
melakukan berbagai kegiatan, dimana pengguna lahan akan berusaha memaksimalkan
pemanfaatan lahan yang tercermin dari semakin meningkatnya usaha-usaha pemanfaatan lahan.
Kegiatan-kegiatan yang dianggap kurang menguntungkan dan produktif akan dengan cepat
tersaingi oleh kegiatan yang lebih menguntungkan dan produktif. Salah satu kegiatan yang
produktif adalah kegiatan perdagangan (Tarigan, 2005).
Keberadaan kegiatan perdagangan skala besar seperti pasar modern jenis hypermarket sudah
menjadi bagian yang tidak terlepaskan dalam kehidupan masyarakat perkotaan. Dalam
pemenuhan kebutuhan sehari-harinya masyarakat perkotaan cenderung membeli kebutuhan
tersebut dari pada memproduksi sendiri. Dahulu, tempat berbelanja untuk membeli kebutuhan
sehari-hari tersebut umumnya adalah pasar tradisional. Namun sesuai dengan perkembangan
kota dan perekonomian, perdagangan eceran mengalami perkembangan dengan munculnya
perdagangan eceran modern di Indonesia pada tahun 1970-an yaitu munculnya pasar modern
dalam bentuk supermarket (Sulistyowati, 1999). Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 112
Tahun 2007, ada beberapa jenis pasar modern yang ada di Indonesia saat ini yaitu: minimarket,
supermarket, hypermarket, department store dan perkulakan.
Kehadiran hypermarket di wilayah perkotaan di Indonesia memberikan implikasi negatif
baik dari aspek fisik, lingkungan, transportasi, sosial dan ekonomi (Dirjen Cipta Karya Dep.
Pekerjaan Umum, 2006). Keberadaan hypermarket dan pasar modern jenis lainnya ternyata
mampu menyulut gejolak sosial dari pedagang pasar tradisional akibat menurunnya minat
masyakat untuk berbelanja di pasar tradisional (Lukisari, 2008).
Keberadaan pasar tradisional di perkotaan dari waktu ke waktu semakin terancam dengan
semakin maraknya pembangunan pasar modern. Pangsa pasar dan kinerja usaha pasar tradisional
menurun, sementara pada saat yang sama pasar modern mengalami peningkatan. Penelitian

Ekonomi Kota Page 1


lembaga ACNielsen menemukan fakta, bahwa pada tahun 2004, kontribusi pasar tradisional
sekitar 69,9%, menurun dari tahun sebelumnya yaitu 73,7% (2003), 74,8% (2002), 75,2%
(2001), dan 78,1% (2000). Kondisi sebaliknya terjadi pada supermarket dan hypermarket,
kontribusi mereka kian hari kian besar (bisnisIndonesia.com). Sementara penelitian SMERU
Research Institute (2006) menyimpulkan, bahwa keberadaan supermarket memberikan pengaruh
terhadap penurunan kontribusi dan kinerja pasar tradisional.
Pusat perbelanjaan sejenis hypermarket di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya
banyak yang dibangun pada jalur lalu lintas dalam kategori padat dengan ruas jalan sempit.
Kehadiran pusat perbelanjaan itu menambah kemacetan di jalur yang sudah padat tersebut.
Selain itu, mengoperasikan pusat perbelanjaan juga membutuhkan daya listrik yang sangat besar.
Untuk pusat perbelanjaan seluas 20.000 meter persegi, misalnya, dibutuhkan listrik sekitar
3.000.000 VA atau 3 megawatt. Apabila sebuah rumah tangga membutuhkan 1.350 VA, berarti
daya listrik pusat perbelanjaan dapat digunakan untuk hampir 2.000 rumah tangga (Sudono,
2003).
Hypermarket dan pusat perbelanjaan jenis lainnya juga kerap memanfaatkan air tanah
untuk mendukung kelangsungan bisnis dengan jumlah yang sangat besar (OneWord Indonesia,
2008). Untuk itu perlu adanya pengawasan yang ketat agar tidak mengganggu kepentingan
masyarakat sekitar dan keseimbangan lingkungan. Dampak nyata lainnya adalah meningkatnya
jumlah dan luasan hypermarket di kota-kota besar di Indonesia adalah makin hilangnya daerah
resapan air dan ruang terbuka hijau (RTH) (OneWord Indonesia, 2008). Surabaya Pusat
misalnya, perkembangan ekonomi yang pesat khususnya sektor perdagangan dan jasa,
menyebabkan proporsi penggunaan lahan yang diperuntukkan RTH masih kurang untuk
memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Dengan jumlah penduduk mencapai 354.484 jiwa dan luas
wilayah 1.479,18 Ha, luas RTH yang ada hanya 20,77 Ha atau sekitar 0.014% saja dari luas
wilayah Surabaya Pusat keseluruhan. Hal ini berarti penyediaan RTH di Surabaya Pusat sekitar
2
0,59 m untuk setiap penduduk. Padahal, dalam master plan Kota Surabaya tahun 2000,
kebutuhan ideal RTH untuk setiap penduduk per jiwa adalah 10,03 m².
Dampak lain dari keberadaan hypermarket adalah dampak lalulintas yang berkaitan
dengan volume tarikan dan bangkitan lalulintas yang tinggi terutama hypermarket yang berlokasi
di jalur utama perkotaan (Silaban, 2008). Hal ini terjadi karena guna lahan komersial mempunyai
implikasi yang berbeda dari guna lahan yang lain seperti perumahan. Konsekuensinya adalah

Ekonomi Kota Page 2


pola pergerakan dan kebutuhan parkir yang awalnya tidak menjadi masalah, sekarang menjadi
masalah.
Memperhatikan fenomena tersebut di atas, pada akhir tahun 2007 pemerintah melakukan
intervensi kebijakan melalui Peraturan Presiden No. 112 Tahun 2007 tentang penataan dan
pembinaan pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan toko modern. Lokasi pasar modern harus
mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah pada daerah/kota masing-masing. Dalam hal ini
pemerintah pusat menyerahkan kewenangan mengenai kewilayahan kepada pemerintah daerah.
Propinsi Jawa Timur menerbitkan Peraturan Daerah Nomor 30 Tahun 2008 tentang
perlindungan, pemberdayaan pasar tradisional dan penataan pasar modern di Jawa Timur. Isinya
antara lain mengatur tentang lokasi pendirian pasar modern yang wajib mengacu pada Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota dan Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten/Kota,
termasuk peraturan zonasinya. Dalam peraturan daerah ini masih belum diatur secara detail
aturan zonasi. Dalam hal ini pemerintah Propinsi Jawa Timur memberi kewenangan kepada
pemerintah kabupaten/kota.
Seperti halnya di kota-kota besar lainnya, perkembangan pasar modern di Kota Surabaya
sangat pesat. Tercatat, sampai akhir 2005, pasar modern di Surabaya sudah mencapai 228 buah.
Terdiri dari 43 supermarket, 10 departement store, 27 factory outlet dan 148 minimarket
(Kompas Jatim, 31 Mei 2005). Berdasarkan data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota
Surabaya, sampai tahun 2008 telah terdapat dua belas hypermarket yang berkembang di
Surabaya, yaitu group dari Giant (3 gerai), Carrefour (6 gerai), Hypermart (3 gerai), dan
Indogrosir (1 gerai). Berdasarkan skala pelayanannya, maka kondisi hypermarket saat ini sudah
berlebih.
Pesatnya perkembangan hypermarket tampaknya tidak diimbangi dengan upaya
menanggulangi dampak yang ditimbulkan baik dari aspek fisik maupun aspek nonfisik (Sulistya
Rusgianto dalam Kompas, 26 Juni 2006). Hypermarket boleh berdiri di mana saja asalkan
lokasinya di kawasan perdagangan dan jasa berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
(Suhur, dalam Kompas, 26 Juni 2006). Pasar modern memperoleh kemudahan memperoleh ijin
lokasi akibat belum terdapatnya sebuah pengaturan perijinan lokasi dan aturan zonasi yang
mengatur secara lebih spesifik kebutuhan lokasi hypermarket dalam rencana tata ruang (Suhur,
dalam Kompas, 26 Juni 2006). Selain itu distribusi hypermarket tidak merata dan berkumpul
bagian-bagian utama kota. Pola perdagangan hypermarket sudah berkembang menjadi pasar

Ekonomi Kota Page 3


bebas, hypermarket mulai dibangun di kawasan-kawasan strategis. Jika tidak segera diatur
melalui penataan zonasi hypermarket, jelas bisa menjadi dampak baik dari segi fisik, lingkungan,
tata ruang maupun transportasi.
Dampak-dampak diatas muncul akibat dari belum optimalnya upaya pengendalian
kegiatan hypermarket berupa pengaturan zonasi kawasan perdangangan kususnya untuk kegiatan
perdangan hypermarket di Kota Surabaya. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk
merumuskan arahan zonasi kawasan perdagangan untuk mengatur kegiatan hypermarket di Kota
Surabaya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja faktor yang mempengaruhi penurunan produktifitas pasar pasar tradisional?
2. Apa dampak yang ditimbulkan dari menurunnya produktifitas pasar tradisional

1.3 Tujuan

Pada pembahasan makalah ini mengidentifikasi menurunnya kontribusi dan kinerja pasar
tradisional terhadap pasar modern. Berikut tujuan pembahasan:

1. Mengidentifikasi Faktor Penyebab Menurunnya Produktifitas Pasar tradisional


2. Menggambarkan Dampak Menurunnya Produktifitas Pasar Tradisional

1.4 Ruang Lingkup

Ruang lingkup terdiri dari ruang lungkup wilayah dan ruang lingkup pembahasan

1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah

Ruang lingkup pembahasan karya tulis ini adalah mengambil studi kasus wilayah Surabaya.

1.4.2 Ruang Lingkup Pembahasan

Ruang lingkup pembahasan spesifik pada pengaruh pasar modern terhadap kinerja dan kontribusi
pasar tradisional.

Ekonomi Kota Page 4


1.5 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan dalam penyusunan makalah ini menggunakan dua metode
yaitu :

1. Tinjauan Pustaka

Data yang diperoleh diambil dari reverensi buku yang diperoleh dari perpustakaan, yang
memiliki relevansi dengan pembahasan.

2. Tinjauan Media

Informasi lain yang diperoleh sebagai input dalam penyusunan makalah ini diperoleh dari
internet, media cetak dan media elektronik. Informasi yang diperoleh dalam tinjauan ini
merupakan tambahan dari teori-teori yang menjadi acuan.

1.6 Kerangka Penulisan

PERKEMBANGAN PASAR
MODERN YANG PESAT

PENURUNAN PRODUKTIFITAS DAN


KINERJA PASAR TRADISIONAL

FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PENURUNAN
PRODUKTIFITAS DAN KINERJA PASAR
TRADISIONAL

DAMPAK PENURUNAN PRODUKTIFITAS


DAN KINERJA PASAR TRADISIONAL

Gambar 1 Kerangka Penulisan

Ekonomi Kota Page 5


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pasar Modern dan Pasar Tradisional

Secara umum pengertian pasar (open market) merupakan bentuk tertua dari tempat
berbelanja, mempunyai sederetan kios pada sebuah ruang terbuka atau tertutup. Disekelilingnya
dapat dilalui oleh sirkulasi untuk umum. Tidak ada pemisahan antara pembeli dan barang
dagangan. Menurut kelas mutu pelayanan dapat digolongkan menjadi Pasar Tradisional dan
Pasar Modern, dan menurut sifat pendistribusinya dapat digolongkan menjadi Pasar Eceran dan
Pasar Perkulakan/Grosir. Pasar dalam arti sempit adalah tempat permintaan dan penawaran
bertemu, dalam hal ini lebih condong ke arah pasar tradisional. Sedangkan dalam arti luas adalah
proses transaksi antara permintaan dan penawaran, dalam hal ini lebih condong ke arah pasar
modern. Permintaan dan Penawaran dapat berupa Barang atau Jasa. Secara umum perbedaan
antara pasar modern dan pasar tradisional dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Perbandingan Antara Pasar Modern dan Pasar Tradisional

Kriteria Pasar Modern Pasar Tradisional


1. Sistem pelayanan Pengunjung melayani dirinya Terjadi transaksi tawar menawar
sendiri (tidak terjadi taransaksi antara penjual dan pembeli
tawar menawar/harga barang secara langsung.
berlabel)
2. Kondisi fisik Bangunan berupa gedung Terdiri atas banyak kios yang
dengan kondisi lebih modern dimiliki secara personal.
(ber-AC,dll)
3. Cakupan pelayanan Luas, bisa mencakup satu kota. Lebih sempit, melayani maksimal
satu kecamatan.
4. Barang yang dijual Barang yang dijual beragam Barang yang dijual lebih pada
dengan kualitas yang lebih kebutuhan sehari-hari.
terjamin.

Ekonomi Kota Page 6


2.1.1 Pasar Modern

Sinaga (2006) mengatakan bahwa pasar modern adalah pasar yang dikelola dengan
manajemen modern, umumnya terdapat di kawasan perkotaan, sebagai penyedia barang dan jasa
dengan mutu dan pelayanan yang baik kepada konsumen (umumnya anggota masyarakat kelas
menengah ke atas). Pasar modern tidak banyak berbeda dari pasar tradisional, namun pasar jenis
ini penjual dan pembeli tidak bertransakasi secara langsung melainkan pembeli melihat label
harga yang tercantum dalam barang (barcode), berada dalam bangunan dan pelayanannya
dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga. Pasar Modern juga dapat
diartikan sebagai pasar yang dibangun oleh Pemerintah atau koperasi yang dalam
pengelolaannya dilaksanakan secara modern, dan mengutamakan pelayanan kenyamanan
berbelanja dengan manajemen berada di satu tangan, bermodal relatif kuat, dan dilengkapi label
harga yang pasti. Pasar modern ini hadir dengan berbagai kelebihan yang mampu menarik minat
masyarakat seperti keberagaman komoditas barang yang dijual lebih beragam, kenyamanan dan
keamanan bagi pengunjung yang datang, dan pelayanan konsumen yang memuaskan. Hal lain
yang membedakan yaitu jangkauan pelayanannya yang tidak hanya terbatas pada satu
lingkungan atau permukiman tertentu, tetapi semua masyarakat yang tinggal diseluruh kawasan
perkotaan.
Barang-barang yang dijual, selain bahan makanan makanan seperti; buah, sayuran,
daging; sebagian besar barang lainnya yang dijual adalah barang yang dapat bertahan lama.
Contoh dari pasar modern adalah pasar swalayan dan hypermarket, supermarket, dan
minimarket.
Pasar modern antara lain mall, supermarket, departement store, shopping centre,
waralaba, toko mini swalayan, pasar serba ada, toko serba ada dan sebagainya. Barang yang
dijual disini memiliki variasi jenis yang beragam. Selain menyediakan barang-barang lokal,
pasar modern juga menyediakan barang impor. Barang yang dijual mempunyai kualitas yang
relatif lebih terjamin karena melalui penyeleksian terlebih dahulu secara ketat sehingga barang
yang rijek/tidak memenuhi persyaratan klasifikasi akan ditolak. Secara kuantitas, pasar modern
umumnya mempunyai persediaan barang di gudang yang terukur. Dari segi harga, pasar modern

Ekonomi Kota Page 7


memiliki label harga yang pasti (tercantum harga sebelum dan setelah dikenakan pajak). Pasar
modern juga memberikan pelayanan yang baik dengan adanya pendingin udara.

2.1.2 Pasar Tradisional


Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai
dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawar-
menawar, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang
dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar. Selain itu, Pasar Tradisional adalah pasar
yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Swasta, Koperasi atau Swadaya Masyarakat
dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh Pedagang Kecil
dan Menengah dan Koperasi, dengan usaha skala kecil dan modal kecil, dan dengan proses jual
beli melalui tawar menawar. Keberadaan pasar tradisional memiliki jangkauan pelayanan yang
tidak terlalu luas. Untuk jangkauan pelayanan pasar tradisional adalah penduduk yang tinggal
tidak lebih dari 5 km dari lokasi pasar tersebut.

Gambar 2. Perbedaan pasar modern dan pasar tradisional

Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan berupa ikan,


buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain, pakaian barang elektronik, jasa dan lain-lain. Selain itu,
ada pula yang menjual kue-kue dan barang-barang lainnya. Pasar seperti ini masih banyak
ditemukan di Indonesia, dan umumnya terletak dekat kawasan perumahan agar memudahkan
pembeli untuk mencapai pasar. Beberapa pasar tradisional yang "legendaris" antara lain adalah

Ekonomi Kota Page 8


pasar Beringharjo di Jogja, pasar Klewer di Solo, pasar Johar di Semarang. Pasar tradisional di
seluruh Indonesia terus mencoba bertahan menghadapi serangan dari pasar modern.
Berdasarkan Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Surabaya Nomor 2 Tahun
1999 tentang pengurusan pasar di kotamadya daerah tingkat II Surabaya., pasar
daerah(Tradisional) dibedakan menjadi beberapa klasifikasi, yaitu :
1) Berdasarkan sifat kegiatan
a. Pasar induk
Pasar induk adalah pasar yang berfungsi sebagai tempat pengumpulan, pelelangan,
penyimpanan, penyaluran barang sehari-hari anatara lain pasar induk sayur, buah-buahan
dan beras.
b. Pasar grosir
Pasar grosir adalah pasar yang menjual berbagai jenis barang dalam jumlah besar
misalnya perkwintal, perton, pergros, perlosin, dan lain-lain.
c. Pasar eceran
Pasar eceran adalah pasar yang menjual berbagai jenis barang dalam jumlah kecil
misalnya : perbuah, perbatang, per kilogram dan lain-lain.
d. Pasar khusus
Pasar yang memperjualbelikan jenis barang tertentu miasalnya : suku cadang, alat-
alat tehnik, ikan, ayam, burung, bungan, dan lain-lain.
2) Berdasarkan ruang lingkup pelayanan
a. Pasar regional
Pasar regional adalah pasar yang ruang lingkup pelayanannya meliputi kawasan kota
Surabaya dan daerah di luar wilayah kota Surabaya.
b. Pasar kota
Pasar yang ruang lingkup pelayanan meliputi seluruh wilayah kota dan tempat
barang-barang yang diperdagangkan lebih lengkap.
c. Pasar wilayah
Pasar wilayah adalah pasar yang ruang lingkup pelayanannya meliputi beberapa
lingkungan pemukiman dan barang yang diperdagangkan lebih besar dari pada pasar
lingkungan.
d. Pasar lingkungan
Pasar lingkungan adalah pasar yang ruang lingkup pelayanannya meliputi satu
lingkungan pemukiman di sekitar pasar tersebut (melayani 10.000 s/d 15.000 penduduk)
terutama kebutuhan sehari-hari.

Ekonomi Kota Page 9


2.2 Faktor Penyebab Menurunnya Produktivitas Pasar Tradisional

Saat ini perkembangan pasar modern semakin berkembang sehingga keadaan pasar
tradisional semakin terhimpit sehingga perlu upaya untuk meningkatkan kembali kegiatan
perekonomian di pasar tradisional . Salah satu upaya yang ditempuh pemerintah untuk
menggairahkan kembali kegiatan perekonomian di pasar tradisional adalah dengan melakukan
revitalisasi pasar tradisional. Wacana revitalisasi pasar tradisional hampir selalu diwarnai oleh
pro – kontra. Upaya pemerintah untuk merevitalisasi pasar tradisional tidak terlepas dari
pertimbangan bahwa perkembangan pasar tradisional di Indonesia dalam beberapa tahun
belakangan ini sangat mengkhawatirkan. Survei yang dilakukan oleh AC Nielsen menyebutkan
bahwa jumlah pasar tradisional di Indonesia saat ini mencapai 1,7 juta unit atau mengambil porsi
73% dari keseluruhan jumlah pasar yang ada.
Dari survei tersebut diketahui bahwa pasar tradisional masih mendominasi pasar di
Indonesia. Namun dari segi pertumbuhan, laju pertumbuhan pasar tradisional tidak sebanding
dengan pasar modern. Pertumbuhan pasar tradisonal yang hanya mencapai 5% per tahun.
Sedangkan pertumbuhan pasar modern jauh lebih tinggi yaitu 16% per tahun (Sindo,
21/01/2008). Menjamurnya pasar modern hingga ke pelosok pemukiman penduduk, membuat
minat masyarakat untuk berbelanja ke pasar tradisonal semakin berkurang. Pada tahun 2005 AC
Nielsen mengadakan survei terkait minat masyarakat untuk belanja di pasar tradisional. Hasil
survei menunjukkan bahwa rasio keinginan masyarakat untuk belanja di pasar tradisional
cederung mengalami penurunan. Pada tahun 1999 minat masyarakat untuk belanja di pasar
tradisional mencapai 65%, sedangkan pada tahun 2004 turun menjadi 53%. Sebaliknya untuk
kasus pasar modern, rasio itu meningkat dari 35% (di tahun 1999) menjadi 47% (di tahun 2004).
Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) menyebutkan bahwa sekitar 400 los pasar
tradisional tutup tiap tahunnya (Suara Merdeka, 01/05/2007). Dari hasil survei diatas
menunjukkan bahwa keberadaan pasar tradisional semakin terhimpit oleh pasar modern atau
istilah kata mati segan hiduppun tak mau. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
menyebabkan matinya pasar modern, yaitu :

Ekonomi Kota Page 10


Gambar 3. Gambaran Umum Faktor yang Mempengaruhi Menurunnya Kontribusi dan
Kinerja Pasar Tradisional terhadap Pasar Modern

Pertumbuhan pasar modern yang begitu cepat dan tersebar diberbagai kecamatan dan
pelosok Pertumbuhan pasar modern yang begitu cepat dan tersebar diberbagai kecamatan dan
pelosok di Kota Surabaya sehingga pelayanannya sudah melebihi yang seharusnya. Menurunnya
kinerja pasar tradisional disebakan kompetisi antara pasar tradisional dan pasar modern yang
pada akhirnya pasar modern lebih banyak menarik minat pengunjung. Hal ini berarti semakin
tergusurnya pasar tradisional yang berdampak pada beberapa faktor. Misalnya saja dari segi
sosial perkembangan pasar modern akan menimbulkan sifat individualis pada masyarakat.
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa pasar tradisional terdapat proses tawar menawar sehingga
adanya interaksi, namun sebaliknya pada pasar modern harga jual sudah ditetapkan sehingga
tidak ada transaksi jual beli.sehingga pelayanannya sudah melebihi yang seharusnya.
Menurunnya kinerja pasar tradisional disebakan kompetisi antara pasar tradisional dan pasar
modern yang pada akhirnya pasar modern lebih banyak menarik minat pengunjung. Berikut
Faktor-Faktor secara umum yang menyebabkan menurunnya kinerja dan kontribusi pasar
tradisional.

Ekonomi Kota Page 11


 Pertama, pasar rakyat/tradisional yang tidak mampu bersaing; Ketidak berdayaan pasar
tradisional rakyat itu dikarenakan keterbatasan modal, rantai distibusi barang yang
terlampau panjang sehingga harganya menjadi mahal. Kondisi fisik pasar tradisional
yang tidak nyaman, dan kualitas barang dagangan yang ada di pasar rakyat/tradisional
tidak lebih baik dari pasar modern. Keempat hal itulah yang menyatu menjadi fenomena
sosial ketidakberdayaan.
 Kedua, etika bisnis dimana persaingan tak wajar antar pesaing terus terjadi. Para
pengusaha di pasar moredn sering kali melakukan politik dumping. Mereka menjual
barang yang lebih rendah dari harga pasar. Hal itu mereka lakukan karena mereka
mendapatkan barang tidak melalui jalur distribusi yang panjang. Selain itu, jarak yang
berdekatan antara pasar tradisional dan pasar modern seringkali menjadi alasan
menurunnya produktifitas pasar tradisional.
 Ketiga, kurang berpihaknya/kelalaian pemerintah. Dalam hal ini yang dimaksud adalah
kelalaian pemerintah dalam kebijakan regulasi operasionalisasi pasar modern dan pasar
tradisional yang telah ditetapkan pemerintah lebih memihak pada pemilik modal besar.
Selain itu, pemerintah juga cenderung mengikuti pasar dan tidak melakukan tidakan atau
kebijakan sesuai dengan yang telah direncanakan sebelumnya. Padahal,seharusnya
regulasi pada awalnya untuk menjamin kepentingan masing-masing pengusaha, baik
pengusaha besar maupun pengusaha kecil. Hal ini juga disebabkan oleh system
perekonomian kita yang saat ini bersifat ekonomi liberal. Pemerintah cenderung
mementingkan proyek yang menguntungkan golongan berduit dari pada rakyat kecil. Jika
ada keberpihakan kepada rakyat kecil, semestinya pemerintah memperbaiki pasar
rakyat/tradisional tanpa menghilangkan pedagang kecil yang ada di sana. Kurangnya
perhatian pemerintah ini terbukti dengan tidak adanya kebijakan yang tegas, melindungi
pasar tradisonal ataupun pembatasan kuota jumlah pasar modern di suatu wilayah yang
implementasinya benar-benar dijamin pemerintah.
 Keempat, ekonomi kapitalisme; Sistem ekonomi kapitalisme adalah sistem ekonomi yang
berpihak pada kalangan bermodal. Pada akhirnya, uang hanya akan berputar di kalangan
bermodal saja. Adanya akumulasi modal inilah yang menyebabkan terjadinya
kesenjangan ekonomi. Terlihat dengan jelas, pada kasus banyaknya ditemukan pasar
modern berarti telah terjadi perputaran uang pada sebagian kecil orang saja. Padahal,

Ekonomi Kota Page 12


pedagang pasar tradisional merupakan salah satu tulang punggung perekonomian
nasional, sebab melibatkan jutaan pedagang. Merebaknya pasar-pasar modern, dalam
bentuk hipermarket dan retail-retail berpengaruh terhadap perkembangan pasar
tradisional. Menurut data dari AC Nielsen, pada tahun 2005 pertumbuhan pasar modern
melaju pesat, karena semua retail besar melakukan ekspansi. Tahun 2003 saja di
indonesia terdapat 367 department store, 683 supermarket, 972 minimarket dan 34
hipermarket dan angka ini diperkirakan terus meningkat. Berikut peringkat pasar modern
di indonesia.

Tabel 2. Peringkat Pasar Modern Berdasarkan Penjualan Rata-rata

Ranki Rankin Tipeout Merek Perusahaan Out Penjualan(Rp Area Penjuala


ng g let Retailing let milliar) Penjual nper m2
Indon RAP* an(m2)
esia

1 147 Hyperm CARREFOU Carrefour 24 7,228 168,000 43,021,4


arket R Indonesia 27

2 195 Dept RAMAYAN Ramayana 89 4,850 456,900 10,615,0


Store A Lestari 14
Sentosa

3 233 Hyperm HYPERMA MatahariPutra 28 3,528 140,000 25,200,0


arket RKET Prima 01

4 254 C-Store INDOMAR IndomarcoPris 180 3,035 237,180 12,797,6


ET matama 0 23

5 263 C-Store ALFAMART SumberAlfaria 147 2,849 184,380 15,453,1


Trijaya 5 94

6 313 Superm ALFA Alfa 34 1,993 70,600 28,206,1


arket SUPERMA Supermarket 97
RKET

7 320 Superm SUPER Lion 49 1,878 62,230 30,175,6


arket INDO Superindo 38

8 352 Superm HERO Hero 93 1,593 133,920 11,895,7

Ekonomi Kota Page 13


arket Supermarket 59

9 354 Dept SOGO, MitraAdiPerka 17 1,583 162,540 9,739,14


Store JAVA, sa 1
DEBENHA
MS

10 369 Book GRAMEDIA GramediaAsri 63 1,487 79,380 18,729,0


Store Media 25

11 414 Hardlin ELECTRONI GrahaSudirma 7 1,170 57,420 20,381,0


e C CITY nCentre 52

12 453 Dept TOSERBA AkurPratama 48 956 137,890 6,931,61


Store YOGYA 2

13 458 Health KIMIA Kimia 325 945 35,750 26,422,6


& FARMA FarmaApotek 59
Beauty

14 492 Hardlin ACE Ace 20 804 80,000 10,043,9


e HARDWAR 99
E

Selain itu terdapat faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi matinya pasar
tradisional karena pengaruh pasar modern, yaitu :

 Faktor Eksternal
Disebut faktor eksternal karena faktor tersebut berasal dari lingkungan luar pasar
tradisional, seperti kebijakan-kebijakan pemerintah yang dikeluarkan. Faktor eksternal
tersebut anatara lain :
 Pedagang-pedagang dengan modal yang besar akan memberikan insentif yang lebih besar
kepada pemerintah daerah daripada pemerintah daerah tetap mempertahankan pedagang-
pedagang yang lemah secara modal di pasar tradisional. Sudut pandang yang digunakan
oleh pemerintah daerah (terutama timur Indonesia) hanya berorientasikan kepada
perwujudan surplus transaksi konsumen, yang berdampak pada pemberian keleluasaan
yang besar bagi retail eceran modern untuk memperluas usaha.

Ekonomi Kota Page 14


 Aturan formal yang diformulasikan oleh pemerintah (daerah), misalnya Perda tentang
pasar, secara tidak langsung telah meminggirkan pedagang - pedagang kecil yang syarat
dengan nilai-nilai kearifan lokal dari pedagang-pedagang dengan modal besar. Pola
peminggiran inilah yang akhirnya memperlihatkan bahwa pemiskinan itu merupakan
sesuatu yang terjadi secara alamiah.
 Perkembangan pasar retail modern di Indonesia, terutama pedagang pengecer telah
merambah wilayah-wilayah perdesaan. Tidak sedikit wilayah perdesaan di Indonesia
yang telah menjadi ladang usaha bagi pedagang eceran modern. Preferensi masyarakat
desa yaitu selain lebih mudah untuk menjangkau kebutuhan sehari – hari juga keinginan
masyarakat desa untuk turut merasakan imbas modernisasi.
 Pergeseran pola perdagangan eceran di Indonesia, dari berbelanja di pedagang eceran
tradisional kepada retail modern, tidak dapat dilepaskan dari kebijakan perdagangan
internasional Indonesia yang sangat lunak, sehingga Indonesia yang memiliki potensi
pasar yang sangat besar hanya dimanfaatkan oleh korporasi retail asing dalam rangka
menggandakan keuntungan. Lebih jauh, realitas itu juga menampakkan Indonesia tidak
dapat mengakses keuntungan dari potensi globalisasi justru dikarenakan berbagai regulasi
yang digunakan sendiri di dalam negeri.
 Faktor Internal
Disebut faktor internal karena faktor berasal dari dalam pengelolaan pasar itu sendiri,
seperti manajemen pengelolaan pasar tradisional. Berikut factor-faktor internal yang
mempengaruhi :
 Manajemen yang buruk pada pasar tradisional
Dalam manajemen pengolaan pasar tradisional saat ini sangat kurang jika dibanding
dengan manajemen pasar modern yang sangat lengkap. Hal ini dapat dilihat dari
manajemen pengelolaan keamanan dan kebersihan pasar tradisional yang tidak terkontrol
sehingga tingkat keamanan dan kebersihan sangat kurang.
 Kurangnya infrastruktur pada pasar tradisional,
Kondisi pasar tradisional yang kumuh, becek, semrawut karena dijejali oleh pedagang
kaki lima (PK-5) kian memperburuk citra pasar tradisional. Bila kondisi ini tidak segera
dibenahi, maka bukan mustahil pasar tradisional akan semakin terpinggirkan . Selain itu

Ekonomi Kota Page 15


fasilitas-fasilitas pendukung yang kurang memadai seperti toilet, mushola, tempat
penitipan barang, dan lain-lain.
 Ketidak beragaman jenis komoditas yang ditawarkan pada pasar tradisional,
Saat ini pasar tradisional tidak dapat menyaingi pasar modern terutama dalam hal
keberagaman komoditas yang dijual,apalagi saat ini di pasar modern juga menjual barang
yang dijual di pasar tradisional seperti sayur-mayur, daging, dan buah-buahan. Jika pasar
tradisional tetap tidak dapat bersaing dengan pasar modern dalam hal komoditas
keberagaman jenis barang maka keberadaan pasar tradisional akan semakin tergeser.
 Dana Operasional yang minim
Faktor lain yang cukup penting, adanya masalah kurangnya dana operasional yang
digunakan untuk mendukung perbaikan dan penambahan infrastruktur bagi pasar
tradisional.

Faktor-faktor tersebut mempengaruhi keberadaan pasar modern yang semakin hari


semakin berhimpit. Matinya pasar modern bagi beberapa orang tidak berpengaruh terhadap
perekonomian atau menjadi banyaknya pengangguran karena mereka beranggapan bahwa
dengan adanya pasar modern tersebut banyak menyerap tenaga kerja. Sesungguhnya anggapan
bahwa pasar modern menyerap banyak tenaga kerja, hal itu tidaklah sebanding dengan
bangkrutnya usaha dan hilangnya pangsa pasar jutaan pedagang di pasar tradisional. Masih
dalam pandangan ekonomi kapitalis, tidak ada batasan kepemilikan. Sehingga, setiap orang
memiliki akses terhadap apapun, asalkan memiliki modal untuk memilikinya. Kapitalis
memandang bahwa pasar rakyat/tradisional dapat dimiliki oleh individu. Tidaklah aneh jika para
pengelola pasar rakyat/tradisonal adalah pihak swasta. Keterlibatan pemerintah dalam hal ini
sangat minim sekali. Pemerintah cenderung mengikuti trend yang ada di pasar tanpa
mengendalikan keinginan pasar. Hal ini terbukti dari semakin menjamurnya pasar modern yang
mulai menggeser kinerja dan produktifitas pasar tradisional. Dapat dilihat pada peta di bawah ini
jangkauan pelayanan pasar modern yang sudah menjangkau semua wilayah perkotaan.

Ekonomi Kota Page 16


Gambar 4. Peta Pasar Tradisional Yang Berada Dekat Dengan Spot Hypermarket (Surabaya)

Legenda :
Hypermarket :
1. Giant 6. Carrefour Bj
2. Hypermarket Royal 7. Carrefour ITC
3. Hypermarket Prapen
4. Hypermarket SP
5. Carrefour Gocci
2.3 Dampak Menjamurnya Pasar Modern

Kehadiran pasar modern telah mengancam eksistensi pasar tradisional. Fakta ini antara lain
diungkap dalam penelitian AC Nielson yang menyatakan bahwa pasar modern telah tumbuh
sebesar 31,4%. Bersamaan dengan itu, pasar tradisional telah tumbuh secara negatif sebesar 8%.
Berdasarkan kenyataan ini maka pasar tradisional akan habis dalam kurun waktu sekitar 12 tahun
yang akan datang, sehingga perlu adanya langkah preventif untuk menjaga kelangsungan pasar
tradisional.
Dalam hal penurunan omzet penjualan. Yaitu berdasarkan penelitian jurnlah pengkajian
koperasi dan ukm nomor 1 tahun 2006, penelitian dilakukan dengan menggunakan uji beda pada
taraf signifikansi a = 0,05, hasil analisis menunjukkan bahwa dari 3 variabel yang diteliti,
variable omzet penjualan pasar tradisional menunjukkan perbedaan yang signifikan antara
sebelum dan sesudah hadirnya pasar modern dimana omzet setelah ada pasar modern lebih
rendah dibandingkan sebelum hadirnya pasar modern. Sedangkan variabel lainnya, yaitu jumlah
tenaga kerja dan harga jual barang tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan.
Merugikan elemen-elemen yang ada di pasar tradisional. Setiap satu mall beroperasi, maka
pedagang kecil, warung dan pasar di sekitar mall akan bangrut. Yaitu dengan perbandingan satu
mall berdiri maka 100 pedagang dan warung akan gulung tikar. Dan secara langsung
menurunkan pendapatan dan keuntungan bagi para pedagang pasar tradisional.
Namun dibalik semua dampak dari keberadaan pasar modern yang sepertinya secara
keseluruhan berdampak negative, masih ada beberapa dampak positif dengan adanya pasar
modern. Berikut dampak yang dapat ditimbulkan:

Dampak Negatif

 Dampak negatif dari munculnya pasar modern yakni pertama, munculnya ketidakadilan
dalam persaingan. Dengan hadirnya pasar modern yang sangat gencar semakin
memperparah kondisi pasar rakyat/tradisonal. Akhirnya, pasar rakyat/tradisonal semakin
termajinalkan. Pedagang-pedagang kecil yang tidak mampu bertahan akhirnya gulung
tikar di tengah perjalanan usahanya.Ruang bersaing pedagang di pasar rakyat/tradisional
kini mulai terbatas. Jika selama ini pasar rakyat/tradisional dianggap unggul dalam
memberikan harga relatif lebih rendah untuk banyak komoditas, dengan fasilitas
berbelanja yang lebih baik. Faktanya, skala ekonomis pengecer pada pasar modern yang
cukup luas dan akses langsung terhadap produsen dapat menurunkan harga pokok
penjualan mereka, sehingga mereka mampu menawarkan harga yang lebih rendah.
Sebaliknya, para pedagang di pasar rakyat/tradisional, mereka umumnya mempunyai
skala yang kecil dan menghadapi rantai pemasaran yang cukup panjang untuk membeli
barang yang akan dijualnya. Keunggulan biaya rendah pedagang rakyat kini mulai
terkikis bahkan nyaris lenyap, digantikan keunggulan bersaing pengecer berduit di pasar
modern.
 Omzet pada pasar rakyat/tradisional semakin menurun. Pada tahun 70-an sampai 80-an,
seluruh pembeli, kelas bawah hingga atas, belanja di pasar rakyat/tradisional.
Pertengahan 80-an sampai awal 90-an, mulai muncul pasar modern, seperti Golden
Trully, Hero, Ramayana, Matahari. Sebagian pembeli beralih dari pasar tradisional ke
pasar modern. Tahun 90-an merupakasn booming pasar modern. Masyarakat pun
berbondong-bondong ke pasar modern. Tahun 2000-an, pasar rakyat/tradisonal makin
meredup. Apalagi dengan makin menjamurnya hipermarket. Sekitar50-60 persen pangsa
pasar rakyat/tradisonal terambil oleh pasar modern. Sisa yang 40 persen itulah yang saat
ini masih diraih oleh pedagang pada pasar rakyat/tradisional. Bahkan, saat ini keberadaan
pasar rakyat/tradisional makin terpukul. Logislah jika omzet pasar tradisional menurun
tajam.
 Menyebabkan terjadinya perubahan secara signifikan atas tenaga kerja di pasar
tradisional sehingga menimbulkan pengangguran pada masyarakat marginal akibat uang
dikuasai oleh kaum kapitalis. Hal ini memicu terjadinya kriminalitas, permukiman
kumuh, peningkatan pengemis dsb. Realitas tersebut dapat terjadi karena untuk menarik
para konsumen dari pasar tradisional, pasar modern menggunakan strategi diskon,
sehingga keuntungan yang didapatkan tidak mengalami peningkatan yang besar. Tapi
untuk beberapa waktu mendatang realitas ini sangat mungkin untuk berubah, dimana
intinya pendapatan dan keuntungan pasar modern yang dikuasai oleh segelintir pemilik
akan terus meningkat. Tingkat pengangguran menjadi momok menakutkan ekonomi kota.
Tingginya angka pengangguran di masa krisis ekonomi telah membalikkan bandul
kekuatan ekonomi rakyat dari sektor formal ke informal. Pangsa pekerja sektor formal
berkurang menjadi 35,1%. Peran sektor informal menjadi terasa penting dalam periode
krisis ekonomi. Sektor informal yang diwakili oleh usaha kecil dan menengah (UKM)
kendati sumbangannya dalam output nasional (PDRB) hanya 56,7 persen dan dalam
ekspor non-migas hanya 15 persen, namun UKM memberi kontribusi 99,6 persen dalam
penyerapan tenaga kerja. Dan secara relatip memiliki daya dukung dalam mengurangi

Ekonomi Kota Page 19


pengangguran sekaligus kemiskinan. Sektor informal tersebut berhulu sekaligus
bermuara di pasar tradisional. Dengan demikian wajar bila dikatakan pasar tradisional
merupakan salah satu tulang punggung perekonomian nasional.
 Tingkat pengangguran menjadi momok menakutkan ekonomi kota. Tingginya angka
pengangguran di masa krisis ekonomi telah membalikkan bandul kekuatan ekonomi
rakyat dari sektor formal ke informal. Pangsa pekerja sektor formal berkurang menjadi
35,1%. Peran sektor informal menjadi terasa penting dalam periode krisis ekonomi.
Sektor informal yang diwakili oleh usaha kecil dan menengah (UKM) kendati
sumbangannya dalam output nasional (PDRB) hanya 56,7 persen dan dalam ekspor non-
migas hanya 15 persen, namun UKM memberi kontribusi 99,6 persen dalam penyerapan
tenaga kerja. Dan secara relatip memiliki daya dukung dalam mengurangi pengangguran
sekaligus kemiskinan. Sektor informal tersebut berhulu sekaligus bermuara di pasar
tradisional. Dengan demikian wajar bila dikatakan pasar tradisional merupakan salah satu
tulang punggung perekonomian nasional.
 Matinya pasar tradisional.Hal tersebut bisa terjadi karena pasar tradisional dan kios yang
tutup setiap tahun karena kalah bersaing dengan hypermarket. Keberadaan hypermarket
dan pasar modern jenis lainnya mampu menyulut gejolak sosial dari pedagang pasar
tradisional akibat menurunnya minat masyarakat lebih memilih pasar
modern.Keberadaan pasar tradisional di perkotaan dari waktu ke waktu semakin
terancam dengan semakin maraknya pembangunan pasar modern. Pangsa pasar dan
kinerja usaha pasar tradisional menurun, sementara pada saat yang sama pasar modern
mengalami peningkatan.Kontribusi pasar menurun, kondisi sebaliknya terjadi pada
supermarket dan hypermarket, kontribusi mereka kian hari kian besar
 Dampaknya bagi pasar tradisional, karena dipasar inilah sesungguhnya perputaran
ekonomi masyarakat terjadi. Disini uang beredar dibanyak tangan, tertuju dan tersimpan
dibanyak saku, rantai perpindahannya lebih panjang, sehingga kelipatan perputaran yang
panjang itu berdampak pada pergerakan perekonomian bagi kota dan daerah. Berbeda
dengan pasar modern besar, semua uang yang dibelanjakan tersedot pada hanya segelintir
penerima yang disebut dengan kasir dan efeknya bagi perputaran ekonomi lebih pendek,
karena itu sesungguhnya tidak terlalu membawa dampak pada perputaran sektor lain
diluar dirinya. Teori ini merupakan teori ekonomi makro sederhana, dimana bila uang

Ekonomi Kota Page 20


disatu daerah rantai perpindahannya lebih panjang, maka uang tersebut akan mampu
membawa perputaran ekonomi lebih tinggi bagi daerah tersebut, sebaliknya bila rantai
perputarannya pendek maka tidak akan banyak memberi dampak kemajuan ekonomi.

 Keberadaan hypermarket dan pasar modern jenis lainnya mampu menyulut gejolak sosial
dari pedagang pasar tradisional akibat menurunnya minat masyarakat lebih memilih pasar
modern (pola pikir konsumen/modern minded)

Dampak positif

 Keberadaan pasar modern memberi keuntungan pajak yang lebih. Hal ini dapat dilihat
dari banyaknya pasar modern yang mampu memberi jumlah pajak yang jauh lebih
banyak. Jika dilihat dari pungutan pajak Pajak Pasar Modern sepererti Tunjungan Plaza
10 us $ tiap meter/bln, Royal, ITC,PTC : Rp. 60.000 tiap meter/bln sementara Pasar
Tradisional Keuntungan untuk pemkot berkisar Rp. 575.000.000 ( 2004 ) dan Rp.
1.700.000.000 ( 2005 ) dengan pungutan/setoran pedagang : Rp. 17.500/bulan
(contoh kasus PD.Surya) dari data ini kontribusi pajak pasar modern terhadap
pemasukan kota terlihat lebih besar dibading kontribusi pasar tradisional.
 Pasar modern membuka lapangan pekerjaan tambahan. Lapangan pekerjaan disini dapat
dikatakan khususnya bagi tenaga kerja yang berskill ( Skill labour). Untuk dapat
membangun sebuah pasar modern, diperlukan banyak sekali tenaga kerja dengan
berbagai macam skill agar pasar tersebut dapat berjalan, contohnya seperti sebuah
hypermarket memerlukan tenaga khusus yang mengatur manajeman toko, system
pendingin ruang, operator untuk alat-alat khusus yang tidak dapat digunakan oleh
sembarang orang.

2.4 Fakta Empiri Pengaruh Pasar Moderen terhadap pasar tradisional di Kota Surabaya
Pertumbuhan pasar modern pada 2009 begitu luar biasa, berbanding terbalik dengan kondisi
pasar tradisional. Per 2009 ini, telah tercatat lebih dari 210 minimarket tersebar di 31 kecamatan
di Surabaya ini. Artinya, rata-rata di setiap kecamatan terdapat tujuh minimarket. Jumlah
tersebut belum termasuk super/hyper-market yang mencapai 10 gerai. Pada 2010, jumlah

Ekonomi Kota Page 21


tersebut akan terus bertambah seiring semakin gencarnya pembangunan mal-mal baru di
Surabaya.
Perlu juga dicermati pola sebaran minimarket dan supermarket tersebut sangat tampak tidak
terkendali. Di kawasan Surabaya Selatan, misalnya, berdiri 48 persen di antara keseluruhan pasar
modern di Surabaya. Hal itu mengindikasikan bahwa tidak ada regulasi yang mengatur sebaran
pasar modern agar terdistribusi secara berimbang. Dengan kata lain, pertumbuhan pasar modern
di Surabaya bergerak begitu tidak terkendali.
Sebagai entitas yang merepresentasikan kekuatan ekonomi kapitalis, tidak ada yang salah
pada fenomena tersebut. Hal tersebut justru menjadi tujuan mereka. Modal yang besar menjadi
kekuatan inti mereka, selain kelihaian untuk membangun sebuah jaringan/kerajaan bisnis seluas
dan sebanyak mungkin hingga ke pelosok-pelosok pedesaan sekalipun.
Bandingkan dengan pasar tradisional. Nyaris tidak ada yang berubah dengan pasar
tradisional. Tetap kumuh, becek, bau tak sedap, bangkai tikus, asap pembakaran, sampah,
pengelolaan asal-asalan, sempit, dan seterusnya. Belum termasuk para pedagang yang seenaknya
membuka kios di pasar. Pasar-pasar tradisional yang sering disebut-sebut bahkan disanjung-
sanjung menjelang pemilu ini menjadi lawan yang tak sepadan bagi pasar modern yang secara
terbuka menjual barang-barang/produk yang sama. Konsumen yang sama serta harga yang relatif
sama, bahkan lebih murah.
Jumlah pasar tradisional di Surabaya saat ini tercatat 81 pasar. Hampir semua pasar tersebut
pada 15 tahun terakhir tidak tersentuh pembenahan fisik sama sekali. Karena itu, tidak aneh bila
kondisinya sangat memprihatinkan. Jumlah pedagang dan pembeli relatif terus menurun. Alih-
alih mengembangkan pasar tradisional, PD Surya justru sibuk dengan konflik internal yang jauh
dari kepentingan pasar tradisional.
Melihat kenyataan tersebut, pasar modern dan pasar tradisional tidak layak disebut sebuah
persaingan, tapi lebih pada praktik dominasi pasar modern terhadap pasar tradisional. Kalaupun
dua jenis pasar tersebut tetap dianggap sebagai persaingan, persaingan tersebut persaingan yang
tidak sehat. Berikut terlihat bahwa hingga tahun 2004 pertumbuhan minimarket dan supermarket
(pasar modern) semakin meningkat berbanding terbalik dengan pertumbuhan pasar tradisional
yang cenderung menurun tiap tahunnya.

Ekonomi Kota Page 22


Gambar 5. Estimate: 2% per year drop in market share of traditional retail

Ekonomi Kota Page 23


BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil adalah Menjamurnya keberadaan pasar modern saat ini sangat
mempengaruhi keberadaan pasar tradisional yang semakin lama semakin terhimpit. Meskipun
pada hakikatnya pasar modern dan pasar tradisional mempunyai kelebihan masing-masing
dimana segmentasi pasar yang berbeda satu sama lainnya namun tetap saja keberadaan pasar
modern membuat pasar tradisional semakin terhimpit. Di pasar tradisional masih terjadi proses
tawar-menawar harga yang memungkinkan terjadinya kedekatan personal dan emosional antar
penjual dan pembeli yang tidak mungkin didapatkan ketika berbelanjanya di pasar modern,
dikarenakan harga di pasar modern sudah pasti dan ditetapkan dengan lebel harga.

 Pasar tradisional yang tidak mampu bersaing, Etika bisnis yang buruk sehingga terdapat
persaingan tak wajar antar pesaing terus terjadi, Kurang berpihaknya pemerintah karena
pemerintah cenderung mementingkan proyek yang menguntungkan golongan berduit dari
pada rakyat kecil, Regulasi bagi operasionalisasi pasar modern dan pasar tradisional yang
telah ditetapkan pemerintah, tidak terlaksana dengan baik tetap saja regulasi tersebut bagi
golongan pemilik modal, Adanya ekonomi kapitalis yang menguntungkan pemilik modal
sehingga perputaran terdapat pada kalangan pemilik modal yang membuat terjadinya
kesenjangan ekonomi.
 Selain faktor-faktor tersebut terdapat faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi
matinya pasar modern, yaitu Faktor eksternal dan internal dimana faktor eksternal
o Pedagang-pedagang dengan modal yang besar akan memberikan insentif yang lebih besar
kepada pemerintah daerah daripada pemerintah daerah tetap mempertahankan pedagang-
pedagang yang lemah secara modal di pasar tradisional.
o Aturan formal yang diformulasikan oleh pemerintah (daerah), misalnya Perda tentang
pasar, secara tidak langsung telah meminggirkan pedagang - pedagang kecil yang syarat
dengan nilai-nilai kearifan lokal dari pedagang-pedagang dengan modal besar.
o Perkembangan pasar retail modern di Indonesia, terutama pedagang pengecer telah
merambah wilayah-wilayah perdesaan.

Ekonomi Kota Page 24


o Sudut pandang yang digunakan oleh pemerintah daerah (terutama timur Indonesia) hanya
berorientasikan kepada perwujudan surplus transaksi konsumen, yang berdampak pada
pemberian keleluasaan yang besar bagi retail eceran modern untuk memperluas usaha.
o Pergeseran pola perdagangan eceran di Indonesia, dari berbelanja di pedagang eceran
tradisional kepada retail modern. Sementara itu faktor Internal adalah: Manajemen yang
buruk, Rusaknya infrastruktur dan Ketidak beragaman jenis komoditas yang ditawarkan,
 Pertumbuhan pasar modern yang semakin berkembang memberikan dampak yang sangat
signifikan terhadap keberadaan pasar tradisional, yaitu : Dampak negatif dari munculnya
pasar modern yakni pertama, munculnya ketidakadilan dalam persaingan. Dengan
hadirnya hipermarket dan suipermarket yang sangat gencar semakin memperparah
kondisi pasar rakyat/tradisonal. Akhirnya, pasar rakyat/tradisonal semakin termajinalkan.
Omzet pada pasar rakyat/tradisional semakin menurun. Menyebabkan terjadinya
perubahan secara signifikan atas tenaga kerja di pasar tradisional. Realitas tersebut dapat
terjadi karena untuk menarik para konsumen dari pasar tradisional, pasar modern
menggunakan strategi diskon, sehingga keuntungan yang didapatkan tidak mengalami
peningkatan yang besar. Tingkat pengangguran menjadi momok menakutkan ekonomi
kota. Tingginya angka pengangguran di masa krisis ekonomi telah membalikkan bandul
kekuatan ekonomi rakyat dari sektor formal ke informal. Matinya pasar tradisional.Hal
tersebut bisa terjadi karena pasar tradisional dan kios yang tutup setiap tahun karena
kalah bersaing dengan hypermarket. Keberadaan hypermarket dan pasar modern jenis
lainnya mampu menyulut gejolak sosial dari pedagang pasar tradisional akibat
menurunnya minat masyarakat lebih memilih pasar modern.

Ekonomi Kota Page 25

You might also like