Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
PENDAHULUAN
Perkembangan suatu kota erat kaitannya dengan perubahan pola pemanfaatan lahan.
Meningkatnya pertumbuhan penduduk mengakibatkan meningkatnya permintaan lahan untuk
melakukan berbagai kegiatan, dimana pengguna lahan akan berusaha memaksimalkan
pemanfaatan lahan yang tercermin dari semakin meningkatnya usaha-usaha pemanfaatan lahan.
Kegiatan-kegiatan yang dianggap kurang menguntungkan dan produktif akan dengan cepat
tersaingi oleh kegiatan yang lebih menguntungkan dan produktif. Salah satu kegiatan yang
produktif adalah kegiatan perdagangan (Tarigan, 2005).
Keberadaan kegiatan perdagangan skala besar seperti pasar modern jenis hypermarket sudah
menjadi bagian yang tidak terlepaskan dalam kehidupan masyarakat perkotaan. Dalam
pemenuhan kebutuhan sehari-harinya masyarakat perkotaan cenderung membeli kebutuhan
tersebut dari pada memproduksi sendiri. Dahulu, tempat berbelanja untuk membeli kebutuhan
sehari-hari tersebut umumnya adalah pasar tradisional. Namun sesuai dengan perkembangan
kota dan perekonomian, perdagangan eceran mengalami perkembangan dengan munculnya
perdagangan eceran modern di Indonesia pada tahun 1970-an yaitu munculnya pasar modern
dalam bentuk supermarket (Sulistyowati, 1999). Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 112
Tahun 2007, ada beberapa jenis pasar modern yang ada di Indonesia saat ini yaitu: minimarket,
supermarket, hypermarket, department store dan perkulakan.
Kehadiran hypermarket di wilayah perkotaan di Indonesia memberikan implikasi negatif
baik dari aspek fisik, lingkungan, transportasi, sosial dan ekonomi (Dirjen Cipta Karya Dep.
Pekerjaan Umum, 2006). Keberadaan hypermarket dan pasar modern jenis lainnya ternyata
mampu menyulut gejolak sosial dari pedagang pasar tradisional akibat menurunnya minat
masyakat untuk berbelanja di pasar tradisional (Lukisari, 2008).
Keberadaan pasar tradisional di perkotaan dari waktu ke waktu semakin terancam dengan
semakin maraknya pembangunan pasar modern. Pangsa pasar dan kinerja usaha pasar tradisional
menurun, sementara pada saat yang sama pasar modern mengalami peningkatan. Penelitian
1.3 Tujuan
Pada pembahasan makalah ini mengidentifikasi menurunnya kontribusi dan kinerja pasar
tradisional terhadap pasar modern. Berikut tujuan pembahasan:
Ruang lingkup terdiri dari ruang lungkup wilayah dan ruang lingkup pembahasan
Ruang lingkup pembahasan karya tulis ini adalah mengambil studi kasus wilayah Surabaya.
Ruang lingkup pembahasan spesifik pada pengaruh pasar modern terhadap kinerja dan kontribusi
pasar tradisional.
1. Tinjauan Pustaka
Data yang diperoleh diambil dari reverensi buku yang diperoleh dari perpustakaan, yang
memiliki relevansi dengan pembahasan.
2. Tinjauan Media
Informasi lain yang diperoleh sebagai input dalam penyusunan makalah ini diperoleh dari
internet, media cetak dan media elektronik. Informasi yang diperoleh dalam tinjauan ini
merupakan tambahan dari teori-teori yang menjadi acuan.
PERKEMBANGAN PASAR
MODERN YANG PESAT
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PENURUNAN
PRODUKTIFITAS DAN KINERJA PASAR
TRADISIONAL
Secara umum pengertian pasar (open market) merupakan bentuk tertua dari tempat
berbelanja, mempunyai sederetan kios pada sebuah ruang terbuka atau tertutup. Disekelilingnya
dapat dilalui oleh sirkulasi untuk umum. Tidak ada pemisahan antara pembeli dan barang
dagangan. Menurut kelas mutu pelayanan dapat digolongkan menjadi Pasar Tradisional dan
Pasar Modern, dan menurut sifat pendistribusinya dapat digolongkan menjadi Pasar Eceran dan
Pasar Perkulakan/Grosir. Pasar dalam arti sempit adalah tempat permintaan dan penawaran
bertemu, dalam hal ini lebih condong ke arah pasar tradisional. Sedangkan dalam arti luas adalah
proses transaksi antara permintaan dan penawaran, dalam hal ini lebih condong ke arah pasar
modern. Permintaan dan Penawaran dapat berupa Barang atau Jasa. Secara umum perbedaan
antara pasar modern dan pasar tradisional dapat dilihat pada tabel berikut:
Sinaga (2006) mengatakan bahwa pasar modern adalah pasar yang dikelola dengan
manajemen modern, umumnya terdapat di kawasan perkotaan, sebagai penyedia barang dan jasa
dengan mutu dan pelayanan yang baik kepada konsumen (umumnya anggota masyarakat kelas
menengah ke atas). Pasar modern tidak banyak berbeda dari pasar tradisional, namun pasar jenis
ini penjual dan pembeli tidak bertransakasi secara langsung melainkan pembeli melihat label
harga yang tercantum dalam barang (barcode), berada dalam bangunan dan pelayanannya
dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga. Pasar Modern juga dapat
diartikan sebagai pasar yang dibangun oleh Pemerintah atau koperasi yang dalam
pengelolaannya dilaksanakan secara modern, dan mengutamakan pelayanan kenyamanan
berbelanja dengan manajemen berada di satu tangan, bermodal relatif kuat, dan dilengkapi label
harga yang pasti. Pasar modern ini hadir dengan berbagai kelebihan yang mampu menarik minat
masyarakat seperti keberagaman komoditas barang yang dijual lebih beragam, kenyamanan dan
keamanan bagi pengunjung yang datang, dan pelayanan konsumen yang memuaskan. Hal lain
yang membedakan yaitu jangkauan pelayanannya yang tidak hanya terbatas pada satu
lingkungan atau permukiman tertentu, tetapi semua masyarakat yang tinggal diseluruh kawasan
perkotaan.
Barang-barang yang dijual, selain bahan makanan makanan seperti; buah, sayuran,
daging; sebagian besar barang lainnya yang dijual adalah barang yang dapat bertahan lama.
Contoh dari pasar modern adalah pasar swalayan dan hypermarket, supermarket, dan
minimarket.
Pasar modern antara lain mall, supermarket, departement store, shopping centre,
waralaba, toko mini swalayan, pasar serba ada, toko serba ada dan sebagainya. Barang yang
dijual disini memiliki variasi jenis yang beragam. Selain menyediakan barang-barang lokal,
pasar modern juga menyediakan barang impor. Barang yang dijual mempunyai kualitas yang
relatif lebih terjamin karena melalui penyeleksian terlebih dahulu secara ketat sehingga barang
yang rijek/tidak memenuhi persyaratan klasifikasi akan ditolak. Secara kuantitas, pasar modern
umumnya mempunyai persediaan barang di gudang yang terukur. Dari segi harga, pasar modern
Saat ini perkembangan pasar modern semakin berkembang sehingga keadaan pasar
tradisional semakin terhimpit sehingga perlu upaya untuk meningkatkan kembali kegiatan
perekonomian di pasar tradisional . Salah satu upaya yang ditempuh pemerintah untuk
menggairahkan kembali kegiatan perekonomian di pasar tradisional adalah dengan melakukan
revitalisasi pasar tradisional. Wacana revitalisasi pasar tradisional hampir selalu diwarnai oleh
pro – kontra. Upaya pemerintah untuk merevitalisasi pasar tradisional tidak terlepas dari
pertimbangan bahwa perkembangan pasar tradisional di Indonesia dalam beberapa tahun
belakangan ini sangat mengkhawatirkan. Survei yang dilakukan oleh AC Nielsen menyebutkan
bahwa jumlah pasar tradisional di Indonesia saat ini mencapai 1,7 juta unit atau mengambil porsi
73% dari keseluruhan jumlah pasar yang ada.
Dari survei tersebut diketahui bahwa pasar tradisional masih mendominasi pasar di
Indonesia. Namun dari segi pertumbuhan, laju pertumbuhan pasar tradisional tidak sebanding
dengan pasar modern. Pertumbuhan pasar tradisonal yang hanya mencapai 5% per tahun.
Sedangkan pertumbuhan pasar modern jauh lebih tinggi yaitu 16% per tahun (Sindo,
21/01/2008). Menjamurnya pasar modern hingga ke pelosok pemukiman penduduk, membuat
minat masyarakat untuk berbelanja ke pasar tradisonal semakin berkurang. Pada tahun 2005 AC
Nielsen mengadakan survei terkait minat masyarakat untuk belanja di pasar tradisional. Hasil
survei menunjukkan bahwa rasio keinginan masyarakat untuk belanja di pasar tradisional
cederung mengalami penurunan. Pada tahun 1999 minat masyarakat untuk belanja di pasar
tradisional mencapai 65%, sedangkan pada tahun 2004 turun menjadi 53%. Sebaliknya untuk
kasus pasar modern, rasio itu meningkat dari 35% (di tahun 1999) menjadi 47% (di tahun 2004).
Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) menyebutkan bahwa sekitar 400 los pasar
tradisional tutup tiap tahunnya (Suara Merdeka, 01/05/2007). Dari hasil survei diatas
menunjukkan bahwa keberadaan pasar tradisional semakin terhimpit oleh pasar modern atau
istilah kata mati segan hiduppun tak mau. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
menyebabkan matinya pasar modern, yaitu :
Pertumbuhan pasar modern yang begitu cepat dan tersebar diberbagai kecamatan dan
pelosok Pertumbuhan pasar modern yang begitu cepat dan tersebar diberbagai kecamatan dan
pelosok di Kota Surabaya sehingga pelayanannya sudah melebihi yang seharusnya. Menurunnya
kinerja pasar tradisional disebakan kompetisi antara pasar tradisional dan pasar modern yang
pada akhirnya pasar modern lebih banyak menarik minat pengunjung. Hal ini berarti semakin
tergusurnya pasar tradisional yang berdampak pada beberapa faktor. Misalnya saja dari segi
sosial perkembangan pasar modern akan menimbulkan sifat individualis pada masyarakat.
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa pasar tradisional terdapat proses tawar menawar sehingga
adanya interaksi, namun sebaliknya pada pasar modern harga jual sudah ditetapkan sehingga
tidak ada transaksi jual beli.sehingga pelayanannya sudah melebihi yang seharusnya.
Menurunnya kinerja pasar tradisional disebakan kompetisi antara pasar tradisional dan pasar
modern yang pada akhirnya pasar modern lebih banyak menarik minat pengunjung. Berikut
Faktor-Faktor secara umum yang menyebabkan menurunnya kinerja dan kontribusi pasar
tradisional.
Selain itu terdapat faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi matinya pasar
tradisional karena pengaruh pasar modern, yaitu :
Faktor Eksternal
Disebut faktor eksternal karena faktor tersebut berasal dari lingkungan luar pasar
tradisional, seperti kebijakan-kebijakan pemerintah yang dikeluarkan. Faktor eksternal
tersebut anatara lain :
Pedagang-pedagang dengan modal yang besar akan memberikan insentif yang lebih besar
kepada pemerintah daerah daripada pemerintah daerah tetap mempertahankan pedagang-
pedagang yang lemah secara modal di pasar tradisional. Sudut pandang yang digunakan
oleh pemerintah daerah (terutama timur Indonesia) hanya berorientasikan kepada
perwujudan surplus transaksi konsumen, yang berdampak pada pemberian keleluasaan
yang besar bagi retail eceran modern untuk memperluas usaha.
Legenda :
Hypermarket :
1. Giant 6. Carrefour Bj
2. Hypermarket Royal 7. Carrefour ITC
3. Hypermarket Prapen
4. Hypermarket SP
5. Carrefour Gocci
2.3 Dampak Menjamurnya Pasar Modern
Kehadiran pasar modern telah mengancam eksistensi pasar tradisional. Fakta ini antara lain
diungkap dalam penelitian AC Nielson yang menyatakan bahwa pasar modern telah tumbuh
sebesar 31,4%. Bersamaan dengan itu, pasar tradisional telah tumbuh secara negatif sebesar 8%.
Berdasarkan kenyataan ini maka pasar tradisional akan habis dalam kurun waktu sekitar 12 tahun
yang akan datang, sehingga perlu adanya langkah preventif untuk menjaga kelangsungan pasar
tradisional.
Dalam hal penurunan omzet penjualan. Yaitu berdasarkan penelitian jurnlah pengkajian
koperasi dan ukm nomor 1 tahun 2006, penelitian dilakukan dengan menggunakan uji beda pada
taraf signifikansi a = 0,05, hasil analisis menunjukkan bahwa dari 3 variabel yang diteliti,
variable omzet penjualan pasar tradisional menunjukkan perbedaan yang signifikan antara
sebelum dan sesudah hadirnya pasar modern dimana omzet setelah ada pasar modern lebih
rendah dibandingkan sebelum hadirnya pasar modern. Sedangkan variabel lainnya, yaitu jumlah
tenaga kerja dan harga jual barang tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan.
Merugikan elemen-elemen yang ada di pasar tradisional. Setiap satu mall beroperasi, maka
pedagang kecil, warung dan pasar di sekitar mall akan bangrut. Yaitu dengan perbandingan satu
mall berdiri maka 100 pedagang dan warung akan gulung tikar. Dan secara langsung
menurunkan pendapatan dan keuntungan bagi para pedagang pasar tradisional.
Namun dibalik semua dampak dari keberadaan pasar modern yang sepertinya secara
keseluruhan berdampak negative, masih ada beberapa dampak positif dengan adanya pasar
modern. Berikut dampak yang dapat ditimbulkan:
Dampak Negatif
Dampak negatif dari munculnya pasar modern yakni pertama, munculnya ketidakadilan
dalam persaingan. Dengan hadirnya pasar modern yang sangat gencar semakin
memperparah kondisi pasar rakyat/tradisonal. Akhirnya, pasar rakyat/tradisonal semakin
termajinalkan. Pedagang-pedagang kecil yang tidak mampu bertahan akhirnya gulung
tikar di tengah perjalanan usahanya.Ruang bersaing pedagang di pasar rakyat/tradisional
kini mulai terbatas. Jika selama ini pasar rakyat/tradisional dianggap unggul dalam
memberikan harga relatif lebih rendah untuk banyak komoditas, dengan fasilitas
berbelanja yang lebih baik. Faktanya, skala ekonomis pengecer pada pasar modern yang
cukup luas dan akses langsung terhadap produsen dapat menurunkan harga pokok
penjualan mereka, sehingga mereka mampu menawarkan harga yang lebih rendah.
Sebaliknya, para pedagang di pasar rakyat/tradisional, mereka umumnya mempunyai
skala yang kecil dan menghadapi rantai pemasaran yang cukup panjang untuk membeli
barang yang akan dijualnya. Keunggulan biaya rendah pedagang rakyat kini mulai
terkikis bahkan nyaris lenyap, digantikan keunggulan bersaing pengecer berduit di pasar
modern.
Omzet pada pasar rakyat/tradisional semakin menurun. Pada tahun 70-an sampai 80-an,
seluruh pembeli, kelas bawah hingga atas, belanja di pasar rakyat/tradisional.
Pertengahan 80-an sampai awal 90-an, mulai muncul pasar modern, seperti Golden
Trully, Hero, Ramayana, Matahari. Sebagian pembeli beralih dari pasar tradisional ke
pasar modern. Tahun 90-an merupakasn booming pasar modern. Masyarakat pun
berbondong-bondong ke pasar modern. Tahun 2000-an, pasar rakyat/tradisonal makin
meredup. Apalagi dengan makin menjamurnya hipermarket. Sekitar50-60 persen pangsa
pasar rakyat/tradisonal terambil oleh pasar modern. Sisa yang 40 persen itulah yang saat
ini masih diraih oleh pedagang pada pasar rakyat/tradisional. Bahkan, saat ini keberadaan
pasar rakyat/tradisional makin terpukul. Logislah jika omzet pasar tradisional menurun
tajam.
Menyebabkan terjadinya perubahan secara signifikan atas tenaga kerja di pasar
tradisional sehingga menimbulkan pengangguran pada masyarakat marginal akibat uang
dikuasai oleh kaum kapitalis. Hal ini memicu terjadinya kriminalitas, permukiman
kumuh, peningkatan pengemis dsb. Realitas tersebut dapat terjadi karena untuk menarik
para konsumen dari pasar tradisional, pasar modern menggunakan strategi diskon,
sehingga keuntungan yang didapatkan tidak mengalami peningkatan yang besar. Tapi
untuk beberapa waktu mendatang realitas ini sangat mungkin untuk berubah, dimana
intinya pendapatan dan keuntungan pasar modern yang dikuasai oleh segelintir pemilik
akan terus meningkat. Tingkat pengangguran menjadi momok menakutkan ekonomi kota.
Tingginya angka pengangguran di masa krisis ekonomi telah membalikkan bandul
kekuatan ekonomi rakyat dari sektor formal ke informal. Pangsa pekerja sektor formal
berkurang menjadi 35,1%. Peran sektor informal menjadi terasa penting dalam periode
krisis ekonomi. Sektor informal yang diwakili oleh usaha kecil dan menengah (UKM)
kendati sumbangannya dalam output nasional (PDRB) hanya 56,7 persen dan dalam
ekspor non-migas hanya 15 persen, namun UKM memberi kontribusi 99,6 persen dalam
penyerapan tenaga kerja. Dan secara relatip memiliki daya dukung dalam mengurangi
Keberadaan hypermarket dan pasar modern jenis lainnya mampu menyulut gejolak sosial
dari pedagang pasar tradisional akibat menurunnya minat masyarakat lebih memilih pasar
modern (pola pikir konsumen/modern minded)
Dampak positif
Keberadaan pasar modern memberi keuntungan pajak yang lebih. Hal ini dapat dilihat
dari banyaknya pasar modern yang mampu memberi jumlah pajak yang jauh lebih
banyak. Jika dilihat dari pungutan pajak Pajak Pasar Modern sepererti Tunjungan Plaza
10 us $ tiap meter/bln, Royal, ITC,PTC : Rp. 60.000 tiap meter/bln sementara Pasar
Tradisional Keuntungan untuk pemkot berkisar Rp. 575.000.000 ( 2004 ) dan Rp.
1.700.000.000 ( 2005 ) dengan pungutan/setoran pedagang : Rp. 17.500/bulan
(contoh kasus PD.Surya) dari data ini kontribusi pajak pasar modern terhadap
pemasukan kota terlihat lebih besar dibading kontribusi pasar tradisional.
Pasar modern membuka lapangan pekerjaan tambahan. Lapangan pekerjaan disini dapat
dikatakan khususnya bagi tenaga kerja yang berskill ( Skill labour). Untuk dapat
membangun sebuah pasar modern, diperlukan banyak sekali tenaga kerja dengan
berbagai macam skill agar pasar tersebut dapat berjalan, contohnya seperti sebuah
hypermarket memerlukan tenaga khusus yang mengatur manajeman toko, system
pendingin ruang, operator untuk alat-alat khusus yang tidak dapat digunakan oleh
sembarang orang.
2.4 Fakta Empiri Pengaruh Pasar Moderen terhadap pasar tradisional di Kota Surabaya
Pertumbuhan pasar modern pada 2009 begitu luar biasa, berbanding terbalik dengan kondisi
pasar tradisional. Per 2009 ini, telah tercatat lebih dari 210 minimarket tersebar di 31 kecamatan
di Surabaya ini. Artinya, rata-rata di setiap kecamatan terdapat tujuh minimarket. Jumlah
tersebut belum termasuk super/hyper-market yang mencapai 10 gerai. Pada 2010, jumlah
3.1 KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil adalah Menjamurnya keberadaan pasar modern saat ini sangat
mempengaruhi keberadaan pasar tradisional yang semakin lama semakin terhimpit. Meskipun
pada hakikatnya pasar modern dan pasar tradisional mempunyai kelebihan masing-masing
dimana segmentasi pasar yang berbeda satu sama lainnya namun tetap saja keberadaan pasar
modern membuat pasar tradisional semakin terhimpit. Di pasar tradisional masih terjadi proses
tawar-menawar harga yang memungkinkan terjadinya kedekatan personal dan emosional antar
penjual dan pembeli yang tidak mungkin didapatkan ketika berbelanjanya di pasar modern,
dikarenakan harga di pasar modern sudah pasti dan ditetapkan dengan lebel harga.
Pasar tradisional yang tidak mampu bersaing, Etika bisnis yang buruk sehingga terdapat
persaingan tak wajar antar pesaing terus terjadi, Kurang berpihaknya pemerintah karena
pemerintah cenderung mementingkan proyek yang menguntungkan golongan berduit dari
pada rakyat kecil, Regulasi bagi operasionalisasi pasar modern dan pasar tradisional yang
telah ditetapkan pemerintah, tidak terlaksana dengan baik tetap saja regulasi tersebut bagi
golongan pemilik modal, Adanya ekonomi kapitalis yang menguntungkan pemilik modal
sehingga perputaran terdapat pada kalangan pemilik modal yang membuat terjadinya
kesenjangan ekonomi.
Selain faktor-faktor tersebut terdapat faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi
matinya pasar modern, yaitu Faktor eksternal dan internal dimana faktor eksternal
o Pedagang-pedagang dengan modal yang besar akan memberikan insentif yang lebih besar
kepada pemerintah daerah daripada pemerintah daerah tetap mempertahankan pedagang-
pedagang yang lemah secara modal di pasar tradisional.
o Aturan formal yang diformulasikan oleh pemerintah (daerah), misalnya Perda tentang
pasar, secara tidak langsung telah meminggirkan pedagang - pedagang kecil yang syarat
dengan nilai-nilai kearifan lokal dari pedagang-pedagang dengan modal besar.
o Perkembangan pasar retail modern di Indonesia, terutama pedagang pengecer telah
merambah wilayah-wilayah perdesaan.