You are on page 1of 52

Pendahuluan

PENGANTAR

Etika memainkan peranan penting dalam kehidupan organisasi, baik


publik maupun swasta. Etika organisasi biasanya tumbuh dan
berkembang sejalan dengan perkembangan organisasi. Kode etik atau
yang sejenis tumbuh dari misi, visi, strategi, dan nilai-nilai organisasi.
Kode etik organisasi yang dipikirkan dengan seksama dan efektif
berfungsi sebagai pedoman dalam pengambilan setiap keputusan
organisasi yang etis dengan menyeimbangkan semua kepentingan
yang beragam.

Biasanya etika organisasi dibuat dalam bentuk tata tertib berperilaku


atau kode etik tertulis dan dimuat dalam manual kepegawaian atau
dipajang pada dinding yang dapat dilihat dengan jelas. Namun,
sekadar mencetak dan memajangkannya supaya dilihat semua orang
tidaklah cukup. Kode etik atau norma berperilaku haruslah menjadi
pedoman dalam praktik aktual setiap kegiatan keseharian organisasi
serta didorong penerapannya secara konsisten oleh pimpinan
organisasi. Pimpinan harus menunjukkan perilaku yang dapat
diteladani. Tidak ada toleransi atas perilaku yang tidak etis dalam
organisasi.

Perbuatan tidak etis yang dilakukan oleh pimpinan eselon atas dapat
dipandang sebagai pembolehan untuk melakukan hal yang sama di
level bawah. Pimpinan senior perlu menjunjung tinggi standar
perilaku yang tinggi sebelum mereka menuntut hal yang sama kepada
bawahan. Pimpinan yang tidak mentoleransi perilaku yang tidak etis
di kalangan rekan sejawat dan secara aktif berusaha menjadi model
bagi standar kejujuran, keterbukaan, dan keandalan adalah mereka
yang menunjukkan komitmen yang tinggi bagi perilaku yang etis. Itu
sebabnya, sangat besar manfaatnya bagi setiap organisasi mengumum-
kan kode etiknya secara terbuka sehingga dapat diketahui oleh setiap
orang.

Buku ini disusun sebagai bagian dari bahan pembelajaran dalam


Diklat Prajabatan bagi para CPNS. Para CPNS perlu memahami etika
organisasi dalam menumpuh kariernya sebagai abdi masyarakat yang

ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH 1


baik. Dengan pemahaman yang baik, mereka tidak hanya diharapkan
terdorong untuk berperan aktif sebagai pemelihara dengan berperilaku
etis dalam memapak karier, tetapi juga dapat ikut berperan sebagai
penjaga perilaku beretika.

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan mampu:

1. menjelaskan konsep umum etika organisasi


2. menjelaskan hubungan etika organisasi dengan good governance
3. menjelaskan etika organisasi pemerintah
4. menjelaskan teknik-teknik peningkatan standar etika organisasi
pemerintah.

CAKUPAN BUKU INI

Buku ini terdiri atas empat bab sebagai berikut.


Bab 1 tentang konsep umum etika organisasi. Dalam bab ini
dijelaskan akar pengertian etika yang kemudian dikaitkan dengan
moral dan kehidupan organisasi. Selanjutnya diuraikan prinsip-prinsip
dan dimensi etika. Akhirnya bab ini ditutup dengan pembentukan
etika dalam organisasi.

Bab 2 menguraikan tentang etika kehidupan berbangsa dan good


governance. Dengan pemahaman yang lebih baik mengenai hakikat
etika, selanjutnya dibahas peranan etika dalam kehidupan berbangsa
dan lebih spesifik dalam pelaksanaan roda pemerintahan yang baik.
Dalam bab ini secara khusus dibahas etika kehidupan berbangsa
menurut TAP MPR Nomor VI/MPR/2001dalam hubungannya
kehdupan sosial dan budaya, politik dan pemerintahan, ekonomi dan
bisnis, penegakan hukum yang berkeadilan, keilmuan, dan
lingkungan. Selanjutnya dibahas etika dalam kaitannya
penyelenggaraan good governance.

Bab 3 tentang etika organisasi pemerintah. Dalam bab ini diuraikan


etika pegawai negeri sipil (PNS) dan pengejawantahannya dalam kode
etik PNS. Selanjutnya dibahas etika dalam jabatan dan tata nilai di
lingkungan Depdiknas. Akhirnya diuraikan tata nilai di lingkungan
Depdiknas (sebagaimana yang termuat dalam Renstra Depdiknas)
yang mencakup nilai-nilai masukan, proses, dan keluaran.

ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH 2


Bab 4 mengenai teknik peningkatan standar etika organisasi
pemerintah. Uraian dalam bab ini dimulai dengan penekanan pada
pentingnya standar etika organisasi pemerintah. Lebih lanjut dibahas
penyusunan standar etika organisasi pemerintah dengan menekankan
pentingnya peranan masukan dari masyarakat. Berikutnya dibahas
tentang pengawasan dan evaluasi penerapan etika organisasi
pemerintah dan terakhir dibahas metode meningkatkan standar etika
organisasi pemerintah.

ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH 3


Bab 1
Konsep Umum Etika Organisasi

PENGANTAR

Pentingnya peranan etika dalam organisasi tidak mungkin lagi dapat


dibesar-besarkan. Organisasi tidak mungkin berfungsi secara
bertanggung jawab tanpa memiliki etika ketika menjalankan urusan
kesehariannya. Setiap organisasi, baik publik maupun swasta,
seyogianya memiliki dan menerapkan suatu tatanan perilaku yang
dihormati setiap anggotanya dalam mengelola kegiatan organisasi.
Tatanan ini dimaksudkan sebagai pedoman dan acuan utama bagi
anggota organisasi dalam pengambilan keputusan sehari-hari. Tatanan
ini digunakan untuk memperjelas misi, nilai-nilai dan prinsip-prinsip
organisasi, serta mengaitkannya dengan standar perilaku profesional.

Bab ini pertama-tama akan membahas pengertian etika dan moralitas.


Pemahaman yang baik mengenai hal ini mengantarkan kita untuk
lebih memahami prinsip-prinsip etika. Selanjutnya dibahas proses
pembentukan etika dalam organisasi. Anda sangat diharapkan
memahami benar uraian dalam bab ini sebelum beranjak ke bahasan
dalam bab berikutnya.

HAKIKAT ETIKA DAN MORALITAS

Etika

Istilah etika berasal dari bahasa Yunani yaitu “ethos” yang berarti
watak atau kebiasaan. Dalam bahasa sehari-hari kita sering
menyebutnya dengan etiket yang berarti cara bergaul atau berperilaku
yang baik yang sering juga disebut sebagai sopan santun. Istilah etika
banyak dikembangkan dalam organisasi sebagai norma-norma yang
mengatur dan mengukur perilaku profesional seseorang. Kita
mengenal saat ini banyak dikembangkan etika yang berkaitan dengan
profesi yang disebut sebagai etika profesi seperti etika kedokteran,
etika hukum, etika jurnalistik, etika guru, dan sebagainya

ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH 4


Etika berkaitan dengan baik dan buruk, benar dan salah, betul dan
tidak, bohong dan jujur. Dalam berinteraksi dengan lingkungannya
orang-orang dapat menunjukkan perilaku yang dinilai baik atau buruk,
benar atau salah ketika melakukan suatu tindakan. Hal tersebut sangat
bergantung kepada nilai-nilai yang berlaku dalam lingkungan di mana
orang-orang berfungsi. Tidak jarang terdapat penilaian yang berbeda
terhadap suatu perilaku dalam lingkungan yang berbeda.
Etika menggambarkan suatu kode perilaku yang berkaitan dengan
nilai tentang mana yang benar dan mana yang salah yang berlaku
secara obyektif dalam masyarakat. Dengan demikian, etika dapat
diartikan sebagai perilaku individu dalam berinteraksi dengan
lingkungannya. Secara lengkap etika diartikan sebagai nilai-nilai
normatif atau pola perilaku seseorang atau badan/lembaga/organisasi
sebagai suatu kelaziman yang dapat diterima umum dalam interaksi
dengan lingkungannya.

Moral

Moral adalah istilah yang berasal dari bahasa Latin yaitu mos yang
berarti cara hidup atau kebiasaan. Moral dalam bahasa Inggris dapat
diartikan sebagai dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan
atau tidak melakukan sesuatu yang berkaitan dengan etika. Moralitas
dilandasi oleh nilai-nilai tertentu yang diyakini oleh seseorang atau
organisasi tertentu sebagai sesuatu yang baik atau buruk, sehingga
bisa membedakan mana yang patut dilakukan dan mana yang tidak
sepatutnya dilakukan.

Di sisi lain, konsepsi moralitas dimaksudkan untuk menentukan


sampai seberapa jauh seseorang memiliki dorongan untuk melakukan
tindakan sesuai dengan prinsip-prinsip etika moral. Pada dasarnya
dalam diri setiap orang ada dorongan untuk mencari kebenaran.
Perbedaannya adalah pada pada kadar kuat tidaknya dorongan
tersebut.

Dari uraian di atas dapat dibedakan antara etika dan moralitas sebagai
suatu sistem nilai dalam diri seseorang atau organisasi. Moralitas
merujuk kepada nilai-nilai yang diyakini dan menjadi semangat dalam
diri seseorang atau suatu organisasi untuk melakukan atau tidak
melakukan sesuatu. Sedangkan etika merupakan nilai-nilai perilaku
yang ditunjukkan oleh seseorang atau organisasi ketika berinteraksi
dengan lingkungannya.

ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH 5


Nilai-nilai, Moral, dan Budaya Organisasi

Perilaku seseorang sebagaimana diketahui merupakan cerminan dari


nilai-nilai yang dianut oleh orang tersebut. Nilai-nilai yang diyakini
oleh individu tersebutlah yang mendasarinya untuk melakukan atau
tidak melakukan suatu tindakan/perilaku. Nilai-nilai itu pula yang
menyebabkan seseorang terdorong atau memiliki semangat untuk
melakukan hal yang baik atau buruk, salah atau benar. Seseorang akan
melakukan suatu tindakan apabila dia yakin bahwa tindakannya benar
dan tidak akan melakukan suatu tindakan apabila diyakininya bahwa
tindakan itu salah, baik menurut nilai-nilai yang dianutnya atau nilai-
nilai yang berlaku dalam lingkungannya. Nilai-nilai tersebut dalam
kehidupan sehari-hari diacu juga sebagai moral atau moralitas.

Dalam organisasi, peran individu sangat penting, karena organisasi


terbentuk dengan adanya sekelompok orang yang saling berinteraksi
dalam mewujudkan tujuan tertentu. Organisasi adalah sistem
hubungan yang terstruktur yang mengoordinasikan suatu usaha
individu atau kelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu.
Organisasi juga dapat dipandang sebagai koordinasi rasional kegiatan
sejumlah orang untuk mencapai beberapa tujuan umum melalui
pembagian pekerjaan dan fungsi berdasarkan hierarki otoritas dan
tanggung jawab. Dengan demikian, organisasi dapat dipandang
sebagai entitas sosial yang terkoordinasi dengan batas-batas yang
relatif dapat diidentifikasi dan relatif berfungsi secara kontinyu untuk
mencapai tujuan bersama.

Dari beberapa pengertian tentang organsasi dapat diketahui bahwa


dalam organisasi terdapat interaksi atau hubungan antarindividu
dan/atau antarkelompok untuk mencapai suatu tujuan yang telah
ditetapkan bersama. Interaksi antarorang atau antarkelompok yang
memiliki nilai serta latar belakang yang berbeda-beda akan saling
memengaruhi satu sama lain sehingga membentuk suatu nilai baru
yang akan melandasi perilaku individu untuk bersama-sama mencapai
tujuan organisasi. Dengan demikian, etika organisasi dapat pula
diartikan sebagai pola sikap dan perilaku yang diharapkan dari setiap
individu dan kelompok dalam organisasi, yang pada akhirnya akan
membentuk budaya organisasi yang sejalan dengan visi, misi, dan
tujuan organisasi

ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH 6


PRINSIP-PRINSIP ETIKA

Dalam peradaban sejarah manusia sejak abad keempat sebelum


Masehi para pemikir telah mencoba menjabarkan berbagai corak
landasan etika sebagai pedoman hidup bermasyarakat. Para pemikir
itu telah mengidentifikasi sedikitnya terdapat ratusan macam ide
agung (great ideas). Seluruh gagasan atau ide agung tersebut dapat
diringkas menjadi enam prinsip yang merupakan landasan penting
etika, yaitu keindahan, persamaan, kebaikan, keadilan, kebebasan,
dan kebenaran.

Prinsip Keindahan

Prinsip ini mendasari segala sesuatu yang mencakup penikmatan rasa


senang terhadap keindahan. Berdasarkan prinsip ini, manusia
memperhatikan nilai-nilai keindahan dan ingin menampakkan sesuatu
yang indah dalam perilakunya. Misalnya dalam berpakaian, penataan
ruang, dan sebagainya sehingga membuatnya lebih bersemangat untuk
bekerja.

Prinsip Persamaan

Setiap manusia pada hakikatnya memiliki hak dan tanggung jawab


yang sama, sehingga muncul tuntutan terhadap persamaan hak antara
laki-laki dan perempuan, persamaan ras, serta persamaan dalam
berbagai bidang lainnya. Prinsip ini melandasi perilaku yang tidak
diskrminatif atas dasar apapun.

Prinsip Kebaikan

Prinsip ini mendasari perilaku individu untuk selalu berupaya berbuat


kebaikan dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Prinsip ini
biasanya berkenaan dengan nilai-nilai kemanusiaan seperti hormat-
menghormati, kasih sayang, membantu orang lain, dan sebagainya.
Manusia pada hakikatnya selalu ingin berbuat baik, karena dengan
berbuat baik dia akan dapat diterima oleh lingkungannya.
Penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan yang diberikan kepada
masyarakat sesungguhnya bertujuan untuk menciptakan kebaikan bagi
masyarakat.

ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH 7


Prinsip Keadilan

Pengertian keadilan adalah kemauan yang tetap dan kekal untuk


memberikan kepada setiap orang apa yang semestinya mereka
peroleh. Oleh karena itu, prinsip ini mendasari seseorang untuk
bertindak adil dan proporsional serta tidak mengambil sesuatu yang
menjadi hak orang lain.

Prinsip Kebebasan

Kebebasan dapat diartikan sebagai keleluasaan individu untuk


bertindak atau tidak bertindak sesuai dengan pilihannya sendiri.
Dalam prinsip kehidupan dan hak asasi manusia, setiap manusia
mempunyai hak untuk melakukan sesuatu sesuai dengan kehendaknya
sendiri sepanjang tidak merugikan atau mengganggu hak-hak orang
lain. Oleh karena itu, setiap kebebasan harus diikuti dengan tanggung
jawab sehingga manusia tidak melakukan tindakan yang semena-mena
kepada orang lain. Untuk itu kebebasan individu disini diartikan
sebagai:

 kemampuan untuk berbuat sesuatu atau menentukan pilihan


 kemampuan yang memungkinkan manusia untuk melaksana-kan
pilihannya tersebut
 kemampuan untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.

Prinsip Kebenaran

Kebenaran biasanya digunakan dalam logika keilmuan yang muncul


dari hasil pemikiran yang logis/rasional. Kebenaran harus dapat
dibuktikan dan ditunjukkan agar kebenaran itu dapat diyakini oleh
individu dan masyarakat. Tidak setiap kebenaran dapat diterima
sebagai suatu kebenaran apabila belum dapat dibuktikan.

Semua prinsip yang telah diuraikan itu merupakan prasyarat dasar


dalam pengembangan nilai-nilai etika atau kode etik dalam hubungan
antarindividu, individu dengan masyarakat, dengan pemerintah, dan
sebagainya. Etika yang disusun sebagai aturan hukum yang akan
mengatur kehidupan manusia, masyarakat, organisasi, instansi
pemerintah, dan pegawai harus benar-benar dapat menjamin
terciptanya keindahan, persamaan, kebaikan, keadilan, kebebasan, dan
kebenaran bagi setiap orang.

ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH 8


DIMENSI ETIKA DALAM ORGANISASI

Sebagaimana dikemukakan sebelumnya bahwa etika merupakan cara


bergaul atau berperilaku yang baik. Nilai-nilai etika tersebut dalam
suatu organisasi dituangkan dalam aturan atau ketentuan hukum, baik
tertulis maupun tidak tertulis. Aturan ini mengatur bagaimana
seseorang harus bersikap atau berperilaku ketika berinteraksi dengan
orang lain di dalam suatu organisasi dan dengan masyarakat di
lingkungan organisasi tersebut. Cukup banyak aturan dan ketentuan
dalam organisasi yang mengatur struktur hubungan individu atau
kelompok dalam organisasi serta dengan masyarakat di lingkungannya
sehingga menjadi kode etik atau pola perilaku anggota organisasi
bersangkutan.

Birokrasi

Nilai-nilai yang berlaku dalam suatu organisasi secara konseptual


telah dikembangkan sejak munculnya teori tentang organisasi. Salah
satu teori klasik tentang organisasi yang cukup dikenal dan sangat
berpengaruh terhadap pengembangan organisasi adalah birokrasi.
Menurut teori ini, ciri organisasi yang ideal yang sekaligus menjadi
nilai-nilai perilaku yang harus dianut oleh setiap anggota organisasi
adalah:

 adanya pembagian kerja


 hierarki wewenang yang jelas
 prosedur seleksi yang formal
 aturan dan prosedur kerja yang rinci, serta
 hubungan yang tidak didasarkan atas hubungan pribadi.

Teori birokrasi menempatkan setiap anggota organisasi dalam suatu


hierarki struktur yang jelas, setiap pekerjaan harus diselesesaikan
berdasarkan prsedur dan aturan kerja yang telah ditetapkan, dan setiap
orang terikat secara ketat dengan aturan-aturan tersebut. Selain itu,
hubungan antarindividu dalam organisasi dan dengan lingkungan di
dalam organisasi hanya dibatasi dalam hubungan pekerjaan sesuai
tugas dan tanggung jawab masing-masing. Dalam model organisasi ini
pola perilaku yang berkembang bersifat sangat kaku dan formal.

ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH 9


Prinsip Manajemen Organisasi

Berbeda dengan teori birokrasi terdapat teori lain yang mengidentifi-


kasi prinsip-prinsip manajemen organisasi. Prinsip-prinsip ini cukup
banyak diadopsi oleh para pimpinan organisasi, baik publik maupun
swasta. Prinsip-prinsip ini bahkan ditemukan juga dalam oragnisasi
yang dikelola secara birokratis. Prinsip-prinsip tersebut adalah
pembagian kerja, wewenang, disiplin, kesatuan perintah (komando),
koordinasi, mendahulukan kepentingan organisasi, remunerasi,
sentralisasi versus desentralisasi, inisiatif, dan kesektiakawanan
kelompok.

Pembagian kerja

Pembagian kerja yang sangat spesifik dapat meningkatkan kinerja


dengan cara membuat para pekerja lebih produktif. Para spesialis
dipandang akan sangat mahir dengan spesialisasinya karena hanya
melakukan bagian tertentu dari suatu pekerjaan.

Wewenang

Untuk dapat melaksanakan tugas dengan baik, setiap anggota harus


diberi kewenangan tertentu seimbang dengan tugas yang dipikulnya.
Selanjutnya setiap wewenang yang diberikan harus diikuti dengan
tanggung jawab yang seimbang pula.

Disiplin

Para pegawai harus menaati dan menghormati peraturan yang


mengatur organisasi. Disiplin yang baik merupakan hasil dari
kepemimpinan yang efektif, saling pengertian yang jelas antara
pimpinan dan para pegawai tentang peraturan organisasi, serta
penerapan sanksi yang adil bagi yang menyimpang dari peraturan
tersebut.

Kesatuan Perintah

Setiap pegawai hanya menerima perintah dari satu orang atasan. Tidak
boleh terjadi ada dua nakhoda dalam satu kapal.

ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH 10


Koordinasi

Pimpinan harus sanggup menyelaraskan aktivitas bawahan ke arah


tujuan yang ditetapkan.

Mendahulukan kepentingan organisasi

Kepentingan organisasi lebih diutamakan ketimbang kepentingan


perseorangan.

Remunerasi/Pengupahan yang Wajar

Para pegawai harus digaji sesuai dengan kinerja yang mereka


tunjukkan. Ini yang sekarang diacu sebagai penghargaan berbasis
kinerja (performance based reward).

Sentralisasi Versus Desentralisasi

Dalam pengambilan keputusan perlu dipilih cara yang paling


menguntungkan, karena sentralisasi dan desentralisasi masing-masing
memiliki kelebihan dan kelemahan.

Inisiatif

Organisasi hidup dalam lingkungan masyarakat yang selalu


berkembang dan bersaing dengan organisasi lainnya. Agar dapat
bertahan hidup dan berkembang, organisasi harus membuka diri dan
mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan tersebut. Untuk itu,
diperlukan inisiatif untuk melakukan inovasi. Pimpinan harus
memiliki inisiatif dan mampu menciptakan iklim yang memungkinkan
munculnya berbagai inisiatif baru yang inovatif. Dalam menghadapi
situasi yang bersifat rutin pun inisiatif tetap diperlukan.

Kesetiakawanan kelompok

Pimpinan harus mampu menggalang rasa kesetiakawanan (Esprit de


corps) antaranggota organisasi sehingga mereka memiliki semangat
sebagai satu tim yang solid. Perasaan ini sangat penting karena hal
tersebut akan menimbulkan kekuatan dan semangat kelompok,
kebanggaan terhadap organisasi, dan kesetiaan anggota kepada
organisasi.

ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH 11


Prinsip Manajemen Keilmuan

Prinsip lain yang juga cukup berpengaruh dalam pengembangan pola


perilaku dalam organisasi adalah prinsip organisasi yang diacu sebagai
manajemen keilmuan. Prinsip ini berkenaan dengan gerakan
perubahan sikap/perilaku dari dua pihak yang terlibat langsung dalam
organisasi yaitu pegawai (buruh) dan pemilik (majikan). Prinsip-
prinsip yang terkandung dalam manajemen keilmuan antara lain
sebagai berikut.

 Dalam melaksanakan pekerjaan digunakan pedoman kerja atau


aturan kerja yang disusun berdasarkan hasil penelitian. Sifat dan
karakteristik setiap jenis pekerjaan harus diteliti sehingga diperoleh
pedoman khusus bagi setiap jenis pekerjaan sebagai pedoman
pelaksanaan tugas.
 Para pegawai harus dipilah secara keilmuan yang didasarkan atas
penelitian terhadap bakat dan keahlian yang sesuai dengan jenis
pekerjaan yang akan dilakukan. Sementara itu, pegawai yang sudah
ada perlu dididik dan dilatih sehingga memiliki tingkat
kemampuan dan keterampilan yang tinggi. Organisasi dapat
mencapai tingkat efisiensi yang tinggi jika para pegawai
melaksanakan tugas dengan memanfaatkan keahliannya secara
maksimal.
 Pembinaan hubungan kerja sama yang baik antara pimpinan dan
pegawai.
 Adanya tanggung jawab bersama antara pimpinan dan pegawai
dalam pelaksanaan tugas.
 Kinerja pegawai dihargai sesuai dengan tingkat produktivitas yang
ditunjukkan

Beberapa pendapat tersebut di atas mengatur tentang perilaku dalam


organisasi yang masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.
Namun, pada dasarnya semua teori tersebut pada hakikatnya mengatur
bagaimana hubungan antaranggota dalam organisasi (bawahan dengan
pimpinan, bawahan dengan bawahan, pimpinan dengan pimpinan)
serta organisasi dengan lingkungannya. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa dimensi perilaku individu dalam organisasi atau
etika organisasi dapat dikelompokkan sebagai berikut.

 Hubungan anggota dengan organisasi.


 Hubungan anggota organisasi dengan sesama anggota lainnya dan
antara anggota dan pimpinan

ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH 12


 Hubungan anggota organisasi yang bersangkutan dengan anggota
dan organisasi lainnya;
 Hubungan anggota organisasi dengan masyarakat yang
dilayani/lingkungannya.

PEMBENTUKAN ETIKA ORGANISASI

Sebagaimana diuraikan sebelumnya, etika merupakan nilai-nilai


perilaku yang ditunjukkan oleh seseorang atau suatu organisasi dalam
interaksinya dengan lingkungan. Nilai-nilai perilaku yang ditunjukkan
oleh individu sangat dipengaruhi oleh nilai nilai yang dianut oleh
individu tersebut serta nilai-nilai yang berlaku dan berkembang dalam
organisasi yang kemudian menjadi suatu kebiasaan yang berakumulasi
menjadi budaya yang akan dianut oleh organisasi tersebut.

Pembentukan nilai-nilai yang berlaku dalam organisasi tersebut dapat


digambarkan sebagai berikut.

ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH 13


Setiap individu memiliki karakter dan sifat yang berbeda antara yang
satu dengan yang lainnya. Perilaku individu tersebut sangat
dipengaruhi oleh berbagai hal, baik yang timbul dari dalam dirinya
maupun karena pengaruh lingkungannya. Pengaruh yang cukup besar
yang datang dari dalam individu sendiri antara lain meliputi
kemampuan dan kebutuhan individu yang bersangkutan dalam
berbagai aspek kehidupan. Hal lain yang juga cukup berpengaruh
dalam diri seseorang adalah keyakinan terhadap sesuatu hal, baik yang
bersumber dari nilai-nilai agama maupun budaya, pengalaman, serta
harapan yang ingin dicapainya. Karakterisik tersebut akan dibawa
oleh individu dalam berinteraksi dengan individu yang lain dalam
organisasi atau lingkungannya yang akan memengaruhi perilaku
organisasi. Perilaku individu dalam organisasi sangat berpengaruh
terhadap upaya mencapai tujuan organisasi. Itu sebabnya, perilaku
beragam dari setiap individu harus dipadukan secara integral sesuai
dengan tujuan organisasi

Organisasi memiliki visi, misi, dan tujuan yang diharapkan akan


dicapai melalui interaksi dan kerja sama seluruh anggota organisasi.
Sebagai anggota organisasi individu dituntut untuk menyesuaikan diri
dengan apa yang telah ditetapkan oleh organisasi. Setiap orang dalam
organisasi memiliki tugas, tanggung jawab, dan wewenang sesuai
dengan peran atau kedudukannya dalam organisasi tersebut. Selain itu,
penghargaan yang diberikan oleh organisasi kepada anggotanya juga
turut memengaruhi perilaku individu dalam organisasi. Kesemuanya
ini disebut sebagai karakteristik organisasi.

Adanya interaksi antara karakteristik individu dengan karakteristik


organisasi akan mewujudkan perilaku organisasi. Dengan demikian,
dalam suatu organisasi terdapat dua kepribadian, yaitu kepribadian
perorangan dan kepribadian organisasi. Gabungan kedua kepribadian
tersebut harus saling menunjang untuk mencapai tujuan organisasi.
Perilaku organisasi inilah yang kemudian diwujudkan dalam tindakan-
tindakan individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya baik di
dalam maupun di luar organisasi.

Pola tindakan tersebut secara umum adakalanya dituangkan ke dalam


berbagai ketentuan atau aturan yang harus dipatuhi oleh setiap
anggota organisasi. Pola perilaku atau tindakan yang telah disepakati
bersama oleh setiap anggota organisasi akan mewarnai setiap tindakan
individu dalam berinteraksi dengan individu yang lain atau dengan
lingkungannya. Pola ini akan dianut oleh anggota individu sehingga

ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH 14


menjadi suatu kebiasaan. Pola kebiasaan ini lama kelamaan menjadi
suatu budaya dalam organisasi yang akan menjadi ciri khas organisasi
bersangkutan.

RANGKUMAN

1. Etika diartikan sebagai nilai-nilai normatif atau pola perilaku


seseorang atau badan/lembaga/organisasi sebagai suatu kelaziman
yang dapat diterima umum dalam interaksi dengan
lingkungannya.
2. Pengertian moralitas mengacu pada nilai-nilai normatif yang
menjadi keyakinan dalam diri seseorang atau organisasi yang
menjadi faktor pendororng untuk melakukan atau tidak melakukan
sesuatu.
3. Etika organisasi diartikan sebagai pola sikap dan perilaku yang
diharapkan dari setiap individu dan kelompok dalam organisasi,
yang akan membentuk budaya organisasi yang sejalan dengan
tujuan, visi, dan misi organisasi.
4. Prinsip-prinsip etika merupakan prasyarat dasar dalam
pengembangan nilai-nilai etika atau kode etik dalam hubungan
antarindividu, individu dengan masyarakat, dan sebagainya. Etika
yang disusun atau dibuat sebagai aturan hukum yang akan
mengatur kehidupan manusia, masyarakat, organisasi, dan instansi
pemerintah dan pegawai harus benar-benar dapat menjamin
terciptanya keindahan, persamaan, kebaikan, keadilan, kebebasan,
dan kebenaran bagi setiap orang.
5. Teori birokrasi mengidentifikasi ciri-ciri yang ideal yang
sekaligus menjadi nilai-nilai perilaku yang harus dianut oleh
setiap anggota organisasi. Nilai-nilai yang menjadi etika dalam
organisasi tersebut meliputi adanya pembagian kerja yang jelas
sesuai dengan keahlian dan spesialisasi yang dimiliki, patuh dan
taat kepada perintah sesuai jalur dan jenjang hierarki, bekerja
sesuai dengan aturan dan prosedur kerja yang baku, serta pola
hubungan atau iteraksi antaranggota organisasi dan dengan pihak
luar bersifat impersonal.
6. Prinsip-prinsip manajemen organisasi dapat diaplikasikan pada
semua tingkatan organisasi. Prinsip-prinsip tersebut cukup banyak
diadopsi oleh para pimpinan sampai saat ini. Prinsip-prinsip
tersebut adalah: adanya spesialisasi dalam bekerja dan pemberian
kewenangan kepada anggota sesuai dengan tugas dan tanggung
jawabnya, disiplin, adanya kesatuan perintah di mana setiap
pegawai hanya menerima perintah dari satu orang atasan, adanya

ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH 15


keselarasan aktivitas dengan tujuan, mendahulukan kepentingan
organisasi di atas kepentingan individu atau kelompok,
remunerasi/pengupahan yang wajar, adanya pilihan dalam
pengambilan keputusan, organisasi harus membuka diri dan
mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan sehingga
diperlukan inisiatif untuk melakukan inovasi, serta
dikembangkannya rasa kesetikawanan dalam kelompok atau
organisasi.
7. Prinsip manajemen keilmuan pada dasarnya berfokus pada studi
gerak dan waktu dalam meningkatkan produktivitas organisasi.
Berdasarkan prinsip ini para pegawai harus dipilah secara
keilmuan yang didasarkan atas penelitian terhadap bakat dan
keahlian yang sesuai dengan jenis pekerjaan yang akan dilakukan.
Sementara itu, pegawai yang sudah ada perlu dididik dan dilatih
sehingga memiliki tingkat kemampuan dan keterampilan yang
tinggi. Organisasi dapat mencapai tingkat efisiensi yang tinggi
jika para pegawai melaksanakan tugas dengan memanfaatkan
keahliannya secara maksimal.
8. Semua teori tentang organisasi pada hakikatnya mengatur
bagaimana hubungan antaranggota dalam organisasi (bawahan
dengan pimpinan, bawahan dengan bawahan, pimpinan dengan
pimpinan) serta organisasi dengan lingkungannya sehingga
dimensi perilaku individu dalam organisasi atau etika organisasi
dapat dikelompokkan ke dalam: hubungan anggota dengan
organisasi, hubungan anggota organisasi dengan sesama anggota
lainnya, anggota dengan pimpinan, hubungan anggota organisasi
yang bersangkutan dengan anggota dan organisasi lainnya serta
hubungan anggota organisasi dengan masyarakat yang
dilayani/lingkungannya.
9. Individu dan organisasi masing-masing memiliki karakteristik
sesuai dengan latar belakang dan tujuan yang akan dicapai. Kedua
karakteristik ini harus dipadukan secara selaras sehingga
membentuk suatu karakter baru yang menjadi perilaku organisasi
yang diarahkan untuk mencapai visi, misi, dan tujuan organisasi.
Perilaku ini akan dianut oleh setiap anggota organisasi sehingga
menjadi suatu kebiasaan yang pada gilirannya akan membudaya
dalam organisasi tersebut.

LATIHAN

1. Jelaskan pengertian umum etika dan moralitas.

ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH 16


2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan etika dalam organisasi atau
etika organisasi.
3. Sebutkan prinsip-prinsip yang melandasi etika pergaulan manusia.
4. Uraikan pendapat Anda tentang prinsip-prinsip organisasi yang
sebaiknya dimiliki atau dianut oleh suatu organisasi sehingga
dapat membentuk etika organisasi yang sesuai dengan visi, misi,
dan tujuan organisasi.
5. Jelaskan bagaimana prinsip-prinsip organisasi diwujudkan dalam
hubungan dan interaksi antarindividu dan antara individu dan
lingkungannya.
6. Jelaskan bagaimana hubungan antarindividu dalam organisasi
sehingga terbentuknya perilaku dalam organisasi.
7. Jelaskan bagaimana terbentuknya budaya organisasi.
8. Jelaskan pengalaman Saudara ketika berhubungan dengan suatu
organisasi yang menurut Anda menunjukkan standar perilaku
yang menjunjung etika dan yang sebaliknya.

ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH 17


Bab 2
Etika Kehidupan Berbangsa
dan Good Governance

PENGANTAR

Dalam bab sebelumnya telah diuraikan bahwa etika organisasi


diartikan sebagai pola sikap dan perilaku yang diharapkan dari setiap
individu dan kelompok dalam organisasi, yang akan membentuk
budaya organisasi yang sejalan dengan tujuan, visi, dan misi
organisasi. Juga telah dikemukakan bahwa prinsip-prinsip etika
merupakan prasyarat dasar dalam pengembangan nilai-nilai etika atau
kode etik dalam hubungan antarindividu, individu dengan masyarakat,
dan sebagainya. Etika yang disusun atau dibuat sebagai aturan hukum
yang akan mengatur kehidupan manusia, masyarakat, organisasi, dan
instansi pemerintah dan pegawai harus benar-benar dapat menjamin
terciptanya keindahan, persamaan, kebaikan, keadilan, kebebasan, dan
kebenaran bagi setiap orang.

Dalam bab ini selanjutnya akan diuraikan peranan etika dalam


kehidupan berbangsa. Secara normatif etika dalam kehidupan
berbangsa ini telah dituangkan dalam TAP MPR Nomor
VI/MPR/2001. Selanjutnya dalam bab ini akan diuraikan pengertian
dan prinsip-prinsip good governance. Para PNS diharapkan tidak
hanya memahami dengan baik hal-hal ini, tetapi juga menjadi motor
penggerak untuk menerapkannya dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.

ETIKA KEHIDUPAN BERBANGSA

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945


mengamanatkan bahwa terbentuknya Negara Kesatuan Republik
Indonesia adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi,

ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH 18


dan keadilan sosial. Tujuan tersebut kemudian dikenal sebagai tujuan
nasional dan cita-cita luhur bangsa Indonesia. Untuk mewujudkan
cita-cita luhur tersebut MPR hasil gerakan reformasi memandang
perlu adanya pencerahan sekaligus pengamalan etika kehidupan
berbangsa bagi seluruh rakyat Indonesia. Hal ini disebabkan antara
lain terjadinya krisis multidimensional yang mengakibatkan ancaman
serius bagi persatuan bangsa dan kemunduran dalam pelaksanaan
etika kehidupan berbangsa yang ditandai dengan terjadinya berbagai
konflik sosial, berkurangnya sopan santun dan budi luhur dalam
pergaulan, melemahnya kejujuran dan sikap amanah, pelanggaran
hukum yang disebabkan oleh faktor-faktor baik dari dalam maupun
luar negeri.

Faktor-faktor dari dalam negeri yang menjadi penyebab masalah


tersebut di atas antara lain adalah yang berikut ini.

1. Masih lemahnya penghayatan dan pengamalan agama dan


munculnya pemahaman terhadap ajaran agama yang keliru dan
sempit serta tidak harmonisnya pola interaksi antarumat beragama.
2. Sistem sentralisasi pemerintahan di masa lampau yang
mengakibatkan terjadinya penumpukan kekuasaan di Pusat dan
pengabaian terhadap kepentingan daerah.
3. Tidak berkembangnya pemahaman dan penghargaan atas
kebhinekaan dan kemajemukan dalam kehidupan berbangsa.
4. Terjadinya ketidakadilan ekonomi dalam lingkup luas dan dalam
kurun waktu yang panjang sehingga melewati ambang batas
kesabaran masyarakat dan munculnya perilaku ekonomi yang
bertentangan dengan moralitas dan etika.
5. Kurangnya keteladanan dalam sikap dan perilaku sebagian
pemimpin dan tokoh bangsa.
6. Tidak berjalannya penegakan hukum secara optimal dan lemahnya
kontrol sosial untuk mengendalikan perilaku yang menyimpang
dari etika yang secara alamiah masih hidup di tengah-tengah
masyarakat.
7. Adanya keterbatasan kemampuan budaya lokal, daerah, dan
nasional dalam merespons pengaruh negatif budaya dari luar;
8. Meningkatnya prostitusi, media pornografi, dan perjudian; serta
pemakaian, peredaran, dan penyelundupan obat-obat terlarang.

Adapun faktor-faktor yang berasal dari luar negeri antara lain


pengaruh globalisasi yang semakin meluas dan persaingan

ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH 19


antarbangsa yang semakin tajam, serta makin kuatnya intensitas
intervensi kekuatan global dalam perumusan kebijakan nasional.

Etika kehidupan berbangsa dalam TAP MPR ini diartikan sebagai


rumusan yang bersumber dari ajaran agama, khususnya yang bersifat
universal, dan nilai-nilai luhur budaya bangsa yang tercermin dalam
Pancasila sebagai acuan dasar dalam berpikir, bersikap, dan
bertingkah laku dalam kehidupan berbangsa. Pokok-pokok etika
dalam kehidupan berbangsa sesuai TAP MPR tersebut
mengedepankan kejujuran, amanah, keteladanan, sportivitas, displin,
etos kerja, kemandirian, sikap toleransi, rasa malu, tanggung jawab,
serta menjaga kehormatan dan martabat diri sebagai warga bangsa.

Etika kehidupan berbangsa menurut TAP MPR Nomor VI/MPR/2001


meliputi etika dalam bidang sosial budaya, politik dan pemerintahan,
ekonomi dan bisnis, penegakan hukum yang berkeadilan, keilmuan,
dan lingkungan.

Etika Sosial dan Budaya

Etika ini dimaksudkan untuk menumbuhkembangkan kembali


kehidupan berbangsa yang berbudaya tinggi. Caranya adalah dengan
menggugah, menghargai, dan mengembangkan budaya nasional yang
bersumber dari budaya daerah agar mampu melakukan adaptasi,
interaksi dengan bangsa lain, dan tindakan proaktif sejalan dengan
tuntutan globalisasi.

Etika Politik dan Pemerintahan

Etika politik dan pemerintahan dimaksudkan untuk mewujudkan


pemerintahan yang bersih, efisien, dan efektif. Selain itu, etika ini
juga dimaksudkan untuk menumbuhkan suasana politik yang
demokratis yang bercirikan keterbukaan, rasa tanggung jawab,
tanggap akan aspirasi rakyat, menghargai perbedaan, jujur dalam
persaingan, kesediaan untuk menerima pendapat yang lebih benar,
serta menjunjung tinggi hak asasi manusia dan keseimbangan hak dan
kewajiban dalam kehidupan berbangsa. Etika pemerintahan
mengamanatkan agar penyelenggara negara memiliki rasa kepedulian
tinggi dalam memberikan pelayanan kepada publik.

ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH 20


Etika politik dan pemerintahan diharapkan mampu menciptakan
suasana harmonis antarpelaku dan antarkekuatan sosial politik dan
antarkelompok kepentingan lainnya untuk mencapai sebesar-besarnya
kemajuan bangsa dan negara dengan mendahulukan kepentingan
bersama daripada kepentingan pribadi dan golongan. Etika ini
diwujudkan dalam bentuk sikap yang bertata krama, dalam perilaku
politik yang toleran, tidak berpura-pura, tidak arogan, jauh dari sikap
munafik serta tisak melakukan kebohongan publik, tidak manipulatif,
dan berbagai tindakan yang tidak terpuji lainnya.

Etika Ekonomi dan Bisnis

Etika ekonomi dan bisnis dimaksudkan agar prinsip dan perilaku


ekonomi dan bisnis, baik oleh perseorangan, institusi, maupun
pengambil keputusan dalam bidang ekonomi dapat melahirkan kondisi
dan realitas ekonomi yang bercirikan persaingan yang jujur,
berkeadilan, mendorong berkembangnya etos kerja ekonomi, daya
tahan ekonomi dan daya saing, serta terciptanya suasana kondusif
untuk pemberdayaan ekonomi yang berpihak kepada rakyat kecil.
Etika ini mencegah terjadinya praktik-praktik monopoli, oligopoli,
kebijakan ekonomi yang mengarah kepada perbuatan korupsi, kolusi,
dan nepotisme; diskriminasi yang berdampak negatif terhadap
efisiensi, persaingan sehat, dan keadilan; serta menghindarkan
perilaku menghalalkan segala cara dalam memperoleh keuntungan.

Etika Penegakan Hukum yang Berkeadilan

Etika ini dimaksudkan untuk menumbuhkan kesadaran bahwa tertib


sosial, ketenangan, dan keteraturan hidup bersama hanya dapat
diwujudkan dengan ketaatan terhadap hukum dan seluruh peraturan
yang berpihak kepada keadilan. Keseluruhan aturan hukum yang
menjamin tegaknya supremasi dan kepastian hukum sejalan dengan
upaya pemenuhan rasa keadilan yang hidup dan berkembang di dalam
masyarakat. Etika ini meniscayakan penegakan hukum secara adil,
perlakuan yang sama dan tidak diskriminatif terhadap setiap warga
negara di hadapan hukum, dan menghindarkan penggunaan hukum
secara salah sebagai alat kekuasaan dan bentuk-bentuk manipulasi
hukum lainnya.

ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH 21


Etika Keilmuan

Etika keilmuan dimaksudkan untuk menjunjung tinggi nilai-nilai


kemanusiaan, ilmu, pengetahuan, dan teknologi agar warga bangsa
mampu menjaga harkat dan martabatnya, berpihak kepada kebenaran
untuk mencapai kemaslahatan dan kemajuan sesuai dengan nilai-nilai
agama dan budaya. Etika ini diwujudkan secara pribadi atau kolektif
dalam karsa, cipta, dan karya yang tercermin dalam perilaku kreatif,
inovatif, inventif, dan komunikatif; dalam kegiatan membaca, belajar,
meneliti, menulis, berkarya, serta menciptakan iklim yang kondusif
bagi pengembangan ilmu, pengetahuan, dan teknologi.

Etika Lingkungan

Etika ini menegaskan pentingnya kesadaran menghargai dan


melestarikan lingkungan hidup serta penataan tata ruang secara
berkelanjutan dan bertanggung jawab.

Etika kehidupan berbangsa ini diharapkan menjadi acuan dasar dalam


meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertakwa,
dan berahlak mulia serta berkepribadian Indonesia. Untuk itu, etika ini
harus diimplementasikan melalui perwujudan dalam perilaku
kehidupan sehari-hari dengan arah kebijakan sebagai berikut.

 Mengaktualisasikan nilai-nilai agama dan budaya luhur bangsa


dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa, dan
negara melalui pendidikan formal, nonformal, dan informal; serta
pemberian contoh keteladanan oleh para pemimpin negara,
pemimpin bangsa, dan pemimpin masyarakat.
 Mengarahkan orientasi pendidikan yang mengutamakan aspek
pengenalan menjadi pendidikan yang bersifat terpadu dengan
menekankan ajaran etika yang bersumber dari ajaran agama dan
budaya luhur bangsa serta pendidikan watak dan budi pekerti yang
menekankan keseimbangan antara kecerdasan intelektual serta
kematangan emosional dan spiritual.
 Mengupayakan agar setiap program pembangunan dan keseluruhan
aktivitas kehidupan berbangsa dijiwai oleh nilai-nilai etika dan
ahlak mulia; baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun
evaluasi.

ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH 22


GOOD GOVERNANCE

Good governance (GG) atau kepemerintahan yang baik merupakan isu


yang paling mengemuka dalam pengelolaan administrasi publik
dewasa ini. Hal ini sudah menjadi tuntutan masyarakat kepada
pemerintah karena pola penyelenggaraan pemerintah yang lama sudah
tidak sesuai lagi dengan tatanan masyarakat yang telah berubah.

Tuntutan terhadap kepemerintahan yang baik ini tidak hanya muncul


di negara-negara berkembang yang pemerintahannya dinilai korup,
tetapi juga sudah menjadi kecenderungan di negara-negara maju
seperti di Amerika dan Eropa. Hal ini disebabkan antara lain adanya
prinsip dan kode etik yang sama dalam penyelenggaraan
pemerintahan. Hal ini antara lain larangan untuk membocorkan
rahasia negara, mendahulukan kepentingan negara dan masyarakat
daripada kepentingan pribadi atau kelompok, dan kewajiban untuk
mematuhi dan melaksanakan ketentuan hukum dan peraturan
perundang-undangan Hal tersebut juga berkaitan erat dengan tuntutan
terhadap aparatur pemerintah dalam memberikan layanan kepada
masyarakat yang menuntut adanya kejujuran, keadilan/netralitas, dan
disiplin aparat pemerintah dalam melaksanakan tugasnya. Untuk itu,
kepemerintahan yang baik menjadi prasyarat utama untuk
mewujudkan aspirasi masyarakat dalam mencapai tujuan dan cita-cita
bangsa sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya.

Makna good dalam good governance sesungguhnya mengandung dua


pengertian yaitu merupakan ”nilai-nilai” yang menjunjung tinggi
keinginan/kehendak rakyat dan nilai-nilai yang dapat meningkatkan
kemampuan rakyat dalam pencapaian tujuan (nasional), kemandirian,
pembangunan berkelanjutan, dan keadilan sosial. Makna lainnya
adalah aspek-aspek fungsional dari pemerintahan yang efektif dan
efisien dalam pelaksanaan tugasnya untuk tujuan nasional.

Bank Dunia mengartikan good governance sebagai penyelenggaraan


pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan
demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dana
investasi yang langka, pencegahan korupsi, baik secara politik
maupun administratif, menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan
kerangka hukum dan politik bagi tumbuhnya aktivitas kewirausahaan.
UNDP memberikan definisi good governance sebagai hubungan
sinergi dan konstruktif di antara negara, sektor swasta, dan masyarakat
yang memiliki karakteristik partisipasi, aturan hukum, transparansi,

ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH 23


daya tanggap, orientasi konsensus, keadilan, efektivitas dan efisiensi,
akuntabilitas, dan visi strategis. Masing-masing karakteristik itu
diuraikan berikut ni.

Partisipasi (Participation)

Setiap warga negara mempunyai suara dalam pengambilan keputusan,


baik secara langsung maupun melalui intermediasi institusi legitimasi
yang mewakili kepentingannya.

Aturan Hukum (Rule of law)

Hukum harus ditegakkan secara adil dan tanpa pandang bulu atau
tidak berpihak kepada siapapun, terutama hukum dalam rangka hak
asasi manusia.

Transparansi (Transparency)

Tranparansi dibangun atas dasar kebebasan arus informasi. Informasi


harus dapat diakses dan diterima oleh mereka yang membutuhkan.
Informasi harus tersedia secara memadai dan dapat dipahami serta
dimonitor dan dievaluasi.

Daya Tanggap (Responsiveness)

Pelayanan harus diberikan kepada semua pihak yang berkepentingan.


Pemerintah harus mampu meningkatkan kepekaan terhadap
perkembangan kebutuhan masyarakat.

Orientasi Konsensus (Consensus orientation)

Kepemerintahan yang baik menjadi perantara kepentingan yang


berbeda untuk memperoleh konsensus atau kesepakatan sehingga
tercapai pilihan terbaik bagi bagi masing-masing pihak untuk
kepentingan yang lebih luas.

Keadilan (Equity)

Semua warga negara mempunyai kesempatan yang sama untuk


meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup mereka.

ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH 24


Efektivitas dan Efisiensi (Effectiveness and efficiency)

Setiap kegiatan diarahkan untuk mencapai hasil yang sesuai dengan


apa yang telah digariskan melalui pemanfaatan sumber daya yang
tersedia sebaik mungkin.\

Akuntabilitas (Accountability)

Seluruh komponen pemerintah dan masyarakat bertanggung jawab


kepada publik.

Visi strategis (Strategic vision)

Para pemimpin harus mempunyai perspektif good governance dan


pengembangan yang jauh ke depan sejalan dengan arah
perkembangannya.

Kriteria tersebut kemudian dikembangkan oleh Bappenas pada 2002


yang menetapkan bahwa karakteristik good governance adalah
sebagai berikut.

 Tata pemerintahan yang berwawasan ke depan.


 Tata pemerintahan yang bersifat terbuka.
 Tata pemerintahan yang cepat tanggap.
 Tata pemerintahan yang akuntabel.
 Tata pemerintahan yang berdasarkan profesionalitas dan kompetisi.
 Tata pemerintahan yang menggunakan struktur dan sumber daya
secara efisien dan efektif.
 Tata pemerintahan yang terdesentralisasi.
 Tata pemerintahan yang demokratis dan berorientasi pada
konsensus.
 Tata pemerintahan yang mendorong partisipasi masyarakat.
 Tata pemerintahan yang mendorong kemitraan dengan swasta dan
masyarakat.
 Tata pemerintahan yang menjunjung supremasi hukum.
 Tata pemerintahan yang memiliki komitmen pada pengurangan
kesenjangan.
 Tata pemerintahan yang memiliki komitmen pasar.
 Tata pemerintahan yang memiliki komitmen pada lingkungan
hidup.

ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH 25


Berdasarkan uraian di atas maka wujud good governance adalah
penyelenggaraan pemerintahan negara yang solid dan bertanggung
jawab serta efisien dan efektif dengan menjaga kesinergisan interaksi
yang konstruktif di antara negara, sektor swasta, dan masyarakat.
Karena good governance meliputi sistem administrasi negara, maka
upaya untuk mewujudkannya juga merupakan upaya melakukan
penyempurnaan sistem administrasi negara secara menyeluruh.

Sebagai komitmen terhadap pelaksanaan good governance, di


berbagai negara, terutama di negara-negara maju telah dikembangkan
berbagai pola kerja yang diarahkan pada peningkatan etos kerja
birokrasi pemerintahan melalui pengembangan norma-norma etika
pemerintahan. Sidang umum PBB pada 1996 telah mengeluarkan
resolusi ”Action Against Corruption”. Resolusi tersebut menuntut agar
setiap negara anggota PBB melakukan tindakan yang diperlukan
dalam mengatasi semua praktik korupsi. Resolusi tersebut juga
menghasilkan ”Kode Etik Internasional Dalam Memerangi Korupsi”
yang terdiri atas 11 (sebelas) butir prinsip. Salah satu di antaranya
adalah: ”Para pejabat publik tidak boleh menggunakan
kewenangannya bagi kepentingan keuangan/kekayaan pribadi dan
keluarganya.” Resolusi ini telah ditindaklanjuti oleh negara-negara
anggota PBB, termasuk Indonesia, antara lain dengan ditetapkannya
Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.

Perwujudan good governance memerlukan komitmen dari semua


pihak baik pemerintah maupun masyarakat. Hal ini juga berarti
menuntut adanya integritas, profesionalisme, serta etos kerja dan
moral yang tinggi dari seluruh komponen masyarakat khususnya
aparatur pemerintah sebagai penyelenggara pemerintahan. Etos kerja
dan moral yang tinggi dari aparatur pemerintah merupakan modal
utama dalam mewujugkan good governance. Oleh karena itu, etos
kerja dan moralitas harus dibangun oleh setiap individu dan organisasi
pada semua level pemerintahan sehingga tercipta budaya kerja yang
sesuai dengan amanat undang-undang yaitu yang bersih dan bebas
dari korupsi, kolusi, dan nepotisme. Semua itu merupakan prasyarat
dasar bagi upaya mewujudkan visi Indonesia masa depan serta
mencapai cita-cita luhur bangsa sebagaimana telah digariskan dalam
Undang-Undang Dasar 1945.

ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH 26


RANGKUMAN

1. TAP MPR RI Nomor VI/MPR/2001 mengamanatkan bahwa


untuk mewujudkan cita-cita luhur bangsa Indonesia sebagaimana
termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945,
diperlukan pencerahan dan sekaligus pengamalan etika kehidupan
berbangsa bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Etika kehidupan berbangsa dalam TAP MPR Nomor
VI/MPR/2001 diartikan sebagai rumusan yang bersumber dari
ajaran agama, khususnya yang bersifat universal, dan nilai-nilai
luhur budaya bangsa yang tercermin dalam Pancasila sebagai
acuan dasar dalam berpikir, bersikap dan bertingkah laku dalam
kehidupan berbangsa. Pokok-pokok etika dalam kehidupan
berbangsa sesuai TAP MPR tersebut mengedepankan kejujuran,
amanah, keteladanan, sportifitas, displin, etos kerja, kemandirian,
sikap toleransi, rasa malu, tanggung jawab, serta menjaga
kehormatan dan martabat diri sebagai warga bangsa.
3. Etika kehidupan berbangsa menurut TAP MPR Nomor
VI/MPR/2001 meliputi: Etika sosial budaya, etika politik dan
pemerintahan, etika ekonomi dan bisnis, etika penegakan hukum
yang berkeadilan, etika keilmuan, dan etika lingkungan.
4. Kepemerintahan yang baik (good gonvernance) sudah menjadi
tuntutan di semua negara, baik negara maju maupun negara yang
sedang berkembang sebagai landasan etika dalam kehidupan
berbangsa dan etika pemerintahan. Good governance mengandung
dua pengertian. Pertama, merupakan ”nilai-nilai” yang
menjunjung tinggi keinginan/kehendak rakyat dan nilai-nilai yang
dapat meningkatkan kemampuan rakyat dalam pencapaian tujuan
(nasional), kemandirian, pembangunan berkelanjutan dan keadilan
sosial. Kedua, good gonvernance juga dimaknai sebagai aspek-
aspek fungsional dari pemerintahan yang efektif dan efisien dalam
pelaksanaan tugasnya untuk tujuan nasional.
5. Perwujudan good governance memerlukan komitmen dari semua
pihak baik pemerintah maupun masyarakat yang menuntut adanya
integritas, profesionalisme serta etos kerja dan moral yang tinggi
dari seluruh komponen masyarakat khususnya aparatur
pemerintah sebagai penyelenggara pemerintahan. Etos kerja dan
moral yang tinggi dari aparatur pemerintah merupakan modal
utama dalam mewujugkan good governance.

ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH 27


LATIHAN

1. Jelaskan apa saja faktor yang menyebabkan MPR perlu


menetapkan TAP Nomor VI/MPR/2001.
2. Uraikan secara ringkas pokok-pokok etika kehidupan berbangsa
sesuai TAP MPR Nomor VI/MPR/2001.
3. Uraikan secara ringkas apa yang disebut dengan kepemerintahan
yang baik atau good governance
4. Jelaskan mengapa good governance telah menjadi tuntutan bagi
semua negara di dunia termasuk Indonesia.
5. Uraikan pendapat Saudara mengenai efektivitas upaya yang telah
dilakukan dalam rangka menciptakan good governance. Apa saja
menurut Saudara faktor-faktor yang masih menghambat upaya
tersebut?
6. Berdasarkan hal-hal yang Saudara identifikasi pada butir 5,
selanjutnya diskusikan dalam kelompok, apa saja yang dapat
dilakukan untuk menanggulanginya.

ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH 28


Bab 3
Etika Organisasi Pemerintah

PENGANTAR

Dalam organisasi pemerintah, pola sikap dan perilaku serta hubungan


antarindividu serta hubungannya dengan pihak luar, pada umumnya
diatur dalam peraturan perundangan yang berlaku. Bagi aparatur
pemerintah, budaya dan etika kerja merupakan hal yang penting untuk
dikembangkan. Adanya etika ini diharapkan akan mampu mendorong
dan membangkitkan kepekaan aparatur pemerintah dalam
memberikan layanan kepada masyarakat.

Tujuan hakiki dari setiap pemeritahan adalah mengatur dan mengurus


kepentingan masyarakat. Pola atau cara yang dilakukan untuk
mewujudkan hal tersebut berbeda-beda pada setiap negara. Dalam
negara yang demokratis, prinsip mendahulukan kepentingan rakyat
menjadi tujuan dan sekaligus etika bagi setiap penyelenggara negara
dan pemerintahan. Norma yang berlaku dalam sistem pemerintahan
yang demokratis adalah ”dari, oleh, dan untuk rakyat,” sehingga etika
kerja pemerintahan selalu memgikutsertakan rakyat dalam setiap
kebijakan. Selain itu, transparansi, keterbukaan, dan akuntabilitas
menjadi nilai yang dijunjung tinggi dan diwujudkan dalam etika
pergaulan antara penyelenggara pemerintahan dengan rakyatnya.

ETIKA PEGAWAI NEGERI SIPIL

Kelancaran tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional


sangat dipengaruhi oleh kesempurnaan pengabdian aparatur negara.
PNS sebagai unsur aparatur negara bertugas memberikan pelayanan
terbaik, adil, dan merata kepada masyarakat. Agar PNS mampu
melaksanakan tugasnya secara efektif dan efisien, diperlukan
pembinaan secara terus menerus dan berkesinambungan.

Pembinaan jiwa korps akan berhasil dengan baik apabila diikuti


dengan pelaksanaan dan penerapan kode etik dalam kehidupan PNS
sehari-hari yang akan menjadi nilai-nilai etika yang harus ditaati oleh
yang bersangkutan. Kode etik PNS tersebut dimaksudkan sebagai

ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH 29


bagian upaya meningkatkan kualitas PNS dalam melaksanakan
tugasnya.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang


Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil,
dijelaskan bahwa nilai-nilai dasar yang harus dijunjung tinggi oleh
PNS adalah:

1. ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa


2. kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945 semangat nasionalisme
3. mengutamakan kepentingan Negara di atas kepentingan pribadi
atau golongan
4. ketaatan terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan
5. penghormatan terhadap hak asasi manusia
6. tidak diskriminatif
7. profesionalisme, netralitas, dan bermoral tinggi
8. semangat jiwa korps.

KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

Selain nilai-nilai dasar yang harus dijunjung tinggi oleh PNS, dalam
pelaksanaan tugas kedinasan dan kehidupan sehari-hari setiap PNS
wajib bersikap dan berpedoman pada etika dalam bernegara, dalam
penyelenggaraan pemerintahan, dalam berorganisasi, dalam
bermasyarakat, serta terhadap diri sendiri dan sesama PNS yang diatur
dalam Peraturan Pemerintah tersebut.

Etika Dalam Bernegara

1. Melaksanakan sepenuhnya Pancasila dan Undang-Undang Dasar


1945.
2. Mengangkat harkat dan martabat bangsa dan negara.
3. Menjadi perekat dan pemersatu bangsa dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
4. Menaati semua peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam
melaksanakan tugas.
5. Akuntabel dalam melaksanakan tugas penyelenggaraan
pemerintahan yang bersih dan berwibawa.
6. Tanggap, terbuka, jujur, akurat, dan tepat waktu dalam
melaksanakan setiap kebijakan dan program Pemerintah.

ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH 30


7. Mendayagunakan semua sumber daya Negara secara efisien dan
efektif.
8. Tidak memberikan kesaksian palsu atau keterangan yang tidak
benar.

Etika Dalam Berorganisasi

1. Melaksanakan tugas dan wewenang sesuai ketentuan yang berlaku.


2. Menjaga informasi yang bersifat rahasia.
3. Melaksanakan setiap kebijakan yang ditetapkan oleh pejabat yang
berwenang.
4. Membangun etos kerja untuk meningkatkan kinerja organisasi.
5. Menjamin kerja sama secara kooperatif dengan unit kerja lain yang
terkait dalam rangka pencapaian tujuan.
6. Memiliki kompetensi dalam pelaksanaan tugas.
7. Patuh dan taat terhadap standar operasional dan tata kerja.
8. Mengembangkan pemikiran secara kreatif dan inovatif dalam
rangka peningkatan kinerja organisasi.
9. Berorientasi pada upaya peningkatan kualitas kerja.

Etika Dalam Bermasyarakat

1. Mewujudkan pola hidup sederhana.


2. Memberikan pelayanan dengan empati, hormat dan santun, tanpa
pamrih dan tanpa unsur pemaksaan.
3. Memberikan pelayanan secara cepat, tepat, terbuka, adil, dan tidak
diskriminatif.
4. Tanggap terhadap keadaan lingkungan masyarakat.
5. Berorientasi kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam
melaksanakan tugas.

Etika Terhadap Diri Sendiri

1. Jujur dan terbuka serta tidak memberikan informasi yang tidak


benar.
2. Bertindak dengan penuh kesungguhan dan ketulusan.
3. Menghindari konflik kepentingan pribadi, kelompok, dan
golongan.
4. Berinisiatif untuk meningkatkan kualitas pengetahuan,
keterampilan, dan sikap.
5. Memiliki daya juang yang tinggi.
6. Memelihara kesehatan jasmani dan rohani.

ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH 31


7. Menjaga keutuhan dan keharmonisan keluarga.
8. Berpenampilan sederhana, rapi, dan sopan.

Etika Terhadap Sesama PNS

1. Saling menghormati sesama warga negera yang memeluk


agama/kepercayaan yang berlainan.
2. Memelihara rasa persatuan dan kesatuan sesama PNS.
3. Saling menghormati teman sejawat, baik secara vertikal maupun
horizontal dalam suatu unit kerja, instansi, maupun antarinstansi.
4. Menghargai perbedaan pendapat.
5. Menjunjung tinggi harkat dan martabat PNS.
6. Menjaga dan menjalin kerja sama yang kooperatif sesama PNS.
7. Berhimpun dalam satu wadah korps pegawai republik indonesia
yang menjamin terwujudnya solidaritas dan soliditas semua PNS
dalam meperjuangkan hak-haknya..

Di samping kode etik yang telah diuraikan di atas, PNS juga terikat
dengan peraturan kepegawaian di lingkungan instansi pemerintah
sebagaimana diatur dalam beberapa Peraturan Pemerintah antara lain
PP Nomor 30 Tahun 1980, PP Nomor 10 Tahun 1979, dan peraturan
perundang-undangan lainnya. Dalam peraturan tersebut diatur tentang
”kewajiban dan larangan” bagi PNS.

Kewajiban PNS meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila dan UUD 45, Negara,
dan Pemerintah.
2. Mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan golongan
atau diri sendiri, serta menghindari segala sesuatu yang dapat
mendesak kepentingan negara oleh kepentingan golongan, diri
sendiri, atau pihak lain.
3. Menjunjung tinggi kehormatan dan martabat negara, pemerintah,
dan PNS.
4. Mengangkat dan menaati sumpah/janji PNS dan sumpah/janji
jabatan.
5. Menyimpan rahasia negara dan/atau rahasia jabatan.
6. Memperhatikan dan melaksanakan segala ketentuan pemerintah.
7. Melaksanakan tugas kedinasan dengan sebaik-baiknya dan
dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab.
8. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk
kepentingan negara.

ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH 32


9. Memelihara dan meningkatkan keutuhan, kekompakan, serta
persatuan dan persatuan Korps PNS.
10. Segera melaporkan apabila mengetahui ada hal yang dapat
membahayakan atau merugikan negara/pemerintah, terutama di
bidang keamanan, keuangan, dan materiil.
11. Menaati ketentuan jam kerja.
12. Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik.
13. Menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara.
14. Memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada masyarakat.
15. Bertindak dan bersikap tegas tetapi adil dan bijaksana terhadap
bawahannya .
16. Membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas.
17. Menjadi dan memberikan contoh teladan yang baik terhadap
bawahan.
18. Mendorong bawahan untuk meningkatkan prestasi kerja.
19. Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembang-
kan karier.
20. Menaati ketentuan tentang perpajakan.
21. Berpakaian rapi, sopan, serta berikap dan bertingkah laku sopan
santun kepada masyarakat, sesama PNS, dan atasan.
22. Menghormati antarsesama warga negara yang memeluk
agama/kepercayaan yang berlainan.
23. Menjadi teladan sebagai warga negara yang baik dalam
masyarakat.
24. Menaati segala peraturan perundang-undangan dan peraturan
kedinasan.
25. Menaati perintah kedinasan dari atasan yang berwenang.
26. Memperhatikan dan menyelesaikan dengan sebaik-baiknya
laporan mengenai pelanggaran disiplin.

Larangan Bagi PNS

1. Melaksanakan hal-hal yang dapat menurunkan kehormatan atau


martabat Negara, Pemerintah, atau PNS.
2. Menyalahgunakan wewenang.
3. Tanpa izin pemerintah menjadi pegawai atau bekerja untuk negara
asing.
4. Menyalahgunakan barang uang atau surat-surat berharga milik
negara.
5. Memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, atau meminjamkan
barang-barang, dokumen, atau surat berharga milik negara.

ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH 33


6. Melakukan kegiatan bersama-sama dengan atasan, teman sejawat,
bawahan, atau orang lain di dalam maupun di luar lingkungan
kerja dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan, atau
pihak lain yang secara langsung atau tidak langsung merugikan
negara.
7. Melakukan tindakan yang bersifat negatif dengan maksud
membalas dendam terhadap bawahan atau orang lain di dalam
maupun di luar lingkungan kerja.
8. Menerima hadiah atau sesuatu pemberian berupa apa saja dari
siapapun yang diketahui atau patut dapat diduga bahwa pemberian
itu bersangkutan atau mungkin bersangkutan dengan jabatan atau
pekerjaan pegawai bersangkutan.
9. Memasuki tempat-tempat yang dapat mencemarkan kehormatan
atau martabat PNS, kecuali untuk kepentingan jabatan.
10. Bertindak sewenang-wenang terhadap bawahan.
11. Melakukan suatu tindakan atau sengaja tidak melakukan suatu
tindakan yang dapat berakibat menghalangi atau mempersulit
salah satu pihak yang dilayaninya sehingga mengakibatkan
kerugian.
12. Menghalangi berjalannya tugas kedinasan.
13. Membocorkan dan atau memanfaatkan rahasia negara yang
diketahui karena kedudukan jabatan untuk kepentingan, golongan,
atau pihak lain.
14. Bertindak selaku perantara bagi sesuatu pengusaha atau golongan
untuk mendapat pekerjaan atau pesanan dari kantor/instansi
pemerintah.
15. Memiliki saham/modal dalam perusahaan yang kegiatan usahanya
berada dalam ruang lingkup kekuasaannya.
16. Memiliki saham suatu perusahaan yang kegiatan usahanya tidak
berada dalam ruang lingkup kekuasaannya, yang jumlah dan sifat
kepemilikannya dapat langsung atau tidak langsung menentukan
penyelenggaraan atau jalannya perusahaan.
17. Melakukan kegiatan usaha dagang baik secara resmi maupun
sambilan, menjadi direksi, pimpinan, atau komisaris perusahaan
swasta bagi yang berpangkat pembina golongan IVa ke atas atau
yang memangku jabatan eselon I.
18. Melakukan pungutan tidak sah dalam bentuk apapun juga dalam
melaksanakan tugasnya untuk kepentingan pribadi, golongan, atau
pihak lain.

ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH 34


ETIKA DALAM JABATAN

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang


Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi,
dan Nepotisme; para penyelenggara adalah Pejabat Negara yang
menjalankan fungsi eksekutif, legislatif, atau yudikatif, dan pejabat
lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan
penyelenggaraan negara sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Para penyelenggara negara,
termasuk PNS, sebelum memangku jabatannya diwajibkan untuk
mengangkat sumpah dan janji sesuai peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Sumpah dan janji inilah yang menjadi komitmen
terhadap nilai-nilai atau standar perilaku sebagai kode etik jabatan.

Dalam Pasal 5 Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 ditetapkan


mengenai kewajiban setiap Penyelenggara Negara sebagai berikut.

1. Mengucapkan sumpah atau janji sesuai dengan agamanya sebelum


memangku jabatannya.
2. Bersedia diperiksa kekayaannya sebelum, selama, dan setelah
menjabat.
3. Melaporkan dan mengumumkan kekayaannya sebelum dan setelah
menjabat
4. Tidak melakukan korupsi, kolusi, dan nepotisme.
5. Melaksanakan tugas tanpa membeda-bedakan suku, agama, ras,
dan golongan.
6. Melaksanakan tugas dengan penuh rasa tanggung jawab dan tidak
melakukan perbuatan tercela, tanpa pamrih; baik untuk
kepentingan pribadi, keluarga, kroni, maupun kelompok; dan tidak
mengharapkan imbalan dalam bentuk apapun yang bertentangan
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
7. Bersedia menjadi saksi dalam perkara korupsi, kolusi, dan
nepotisme serta dalam perkara lainnya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Hak sebagai penyelenggara negara diatur dalam Pasal 4 UU Nomor 28


Tahun 1999, yang meliputi hak:

1. menerima gaji, tunjangan, dan fasilitas lainnya sesuai dengan


ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. menggunakan hak jawab terhadap setiap teguran, tindakan dari
atasannya, ancaman hukuman, dan kritik masyarakat.

ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH 35


3. menyampaikan pendapat di muka umum secara bertanggung jawab
sesuai dengan wewenangnya.
4. mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

TATA NILAI DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN


PENDIDIKAN NASIONAL

Di dalan Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional 2005-


2009 telah ditetapkan tata nilai yang merupakan dasar sekaligus
pemberi arah bagi sikap dan perilaku pegawai dalam menjalankan
tugas sehari-hari. Tata nilai tersebut diharapkan dapat menyatukan
hati dan pikiran seluruh pegawai dalam usaha mewujudkan visi dan
misi Depdiknas. Nilai-nilai yang harus dimiliki setiap pegawai
Depdiknas meliputi nilai masukan (input values), nilai-nilai dalam
melakukan pekerjaan (process values) serta nilai-nilai keluaran
(output values) yang akan dilihat oleh para stakeholders (Pemerintah,
DPR, pegawai, donatur, dunia pendidikan, dan masyarakat lainnya).

Nilai-nilai Masukan

Nilai-nilai masukan adalah nilai-nilai yang dibutuhkan dalam diri


setiap pegawai Depdiknas, dalam rangka mencapai keunggulan. Nilai-
nilai tersebut disajikan berikut ini.

Amanah. Memiliki integritas, bersikap jujur, dan mampu mengemban


kepercayaan.
Profesional. Memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai
serta memahami bagaimana mengimplementasikannya.
Antusias dan Bermotivasi Tinggi. Menunjukkan rasa ingin tahu,
semangat berdedikasi, serta berorientasi pada hasil.
Bertanggung Jawab. Memahami risiko pekerjaan dan berkomitmen
untuk mempertanggungjawabkan hasil kerjanya.
Kreatif. Memiliki pola pikir, cara pandang, dan pendekatan yang
variatif terhadap setiap permasalahan.
Disiplin. Taat kepada tata tertib dan aturan yang ada serta mampu
mengajak orang lain untuk bersikap yang sama.
Peduli. Menyadari dan mau memahami serta memperhatikan
kebutuhan dan kepentingan pihak lain.

ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH 36


Nilai-nilai Proses

Nilai-nilai proses adalah nilai-nilai yang harus diperhatikan dalam


bekerja di lingkungan Depdiknas dalam rangka mencapai dan
mempertahankan kondisi yang diinginkan. Nilai-nilai proses meliputi
yang berikut ini.

Visioner dan Berwawasan. Bekerja berlandaskan pengetahuan dan


informasi yang luas serta wawasan yang jauh ke depan.
Menjadi Teladan. Berinisiatif untuk memulai dari diri sendiri untuk
melakukan hal-hal baik sehingga menjadi contoh bagi pihak lain.
Memotivasi. Memberikan dorongan dan semangat bagi pihak lain
untuk berusaha mencapai tujuan bersama.
Mengilhami. Memberikan inspirasi dan dorongan agar pihak lain
tergerak untuk menghasilkan karya terbaiknya.
Memberdayakan. Memberikan kesempatan dan mengoptimalkan
daya usaha pihak lain sesuai kemampuannya.
Membudayakan. Menjadi penggerak dalam pengembangan
masyarakat menuju kondisi yang lebih berbudaya.
Taat Asas. Mematuhi tata tertib, prosedur kerja, dan peraturan
perundang-undangan.
Koordinatif dan Bersinergi dalam Kerangka Kerja Tim. Bekerja
bersama berdasarkan komitmen, kepercayaan, keterbukaan, saling
menghargai, dan partisipasi aktif bagi kepentingan Depdiknas.
Akuntabel. Bekerja secara terukur dengan prinsip yang standar serta
memberikan hasil kerja yang dapat dipertanggungjawabkan.

Nilai-nilai Keluaran

Nilai-nilai keluaran adalah nilai-nilai yang diperhatikan oleh para


stakeholders (Pemerintah, DPR, pegawai, donatur, dunia pendidikan,
dan masyarakat lainnya). Nilai-nilai keluaran meliputi yang berikut
ini.

Produktif (Efektif dan Efisien). Memberikan hasil kerja yang baik


dalam jumlah yang optimal melalui pelaksanaan kerja yang efektif
dan efisien.
Gandrung Mutu Tinggi/Service Excellence. Menghasilkan dan
memberikan hanya yang terbaik.
Dapat Dipercaya (Andal). Mampu mengemban kepercayaan dan
memberikan bukti berupa hasil kerja dalam usaha pencapaian visi
dengan melaksanakan misi Depdiknas.

ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH 37


Responsif dan Aspiratif. Peka dan mampu dengan segera
menindaklanjuti tuntutan yang selalu berubah.
Antisipatif dan Inovatif. Mampu memprediksi dan tanggap terhadap
perubahan yang akan terjadi, serta menghasilkan gagasan dan
pengembangan baru.
Demokratis, Berkeadilan, dan Inklusif. Terbuka atas kritik dan
masukan serta mampu bersikap adil dan merata.
Pembelajar Sepanjang Hayat. Berkeinginan dan berusaha untuk
selalu menambah dan memperluas wawasan pengetahuan dan
pengalaman.

Tata Nilai Di Lingkungan Depdiknas

INPUT VALUES PROCESS VALUES OUTPUT VALUES


Nilai-nilai yang dapat Nilai-nilai yang harus Nilai-nilai yang dijunjung tinggi
ditemukan dalam diri setiap diperhatikan dalam bekerja di oleh mereka yang
pegawai Depdiknas Depdiknas, dalam rangka berkepentingan terhadap
mencapai dan Depdiknas
mempertahankan kondisi
keunggulan

PEGAWAI DEPDIKNAS KEPEMIMPINAN DAN PEMERATAAN &


MANAJEMEN YANG PRIMA PENYELENGGARAAN
PENDIDIKAN YANG
BERMUTU

1. Amanah 1. Visioner dan 1. Produktif (efektif dan


2. Profesional Berwawasan efisien)
3. Antusias dan 2. Menjadi Teladan 2. Gandrung Mutu Tinggi
Bermotivasi Tinggi 3. Memotivasi (motivating) (Service Excellence)
4. Bertanggung Jawab 4. Mengilhami (inspiring) 3. Dapat Dipercaya (andal)
5. Kreatif 5. Memberdayakan 4. Responsif dan Aspratif
6. Disiplin (Empowering) 5. Antisipatif dan Inovatif
7. Peduli 6. Membudayakan (Culture- 6. Demokrasi, Berkeadilan,
forming) dan Inklusif
7. Taat Asas 7. Pembelajar sepanjang
8. Koordinatif dan Hayat
Bersinergi dalam
Kerangka Kerja Tim
9. Akuntabel

ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH 38


RANGKUMAN

1. Etika organisasi merupakan hal yang penting dikembangkan bagi


aparatur pemerintah. Dengan adanya etika ini diharapkan aparatur
pemerintah akan mampu mendorong dan membangkitkan
kepekaan mereka dalam memberikan layanan kepada masyarakat.
Selain itu, transparansi, keterbukaan, dan akuntabilitas menjadi
nilai yang harus dijunjung tinggi dan diwujudkan dalam pemberian
pelayanan sebagai aparatur pemerintah.
2. PNS sebagai unsur aparatur negara bertugas memberikan
pelayanan terbaik, adil, dan merata kepada masyarakat. Agar PNS
mampu melaksnakan tugasnya secara berdaya guna dan berhasil
guna, diperlukan pembinaan secara terus menerus dan
berkesinambungan. Dalam rangka pembinaan terhadap PNS
tersebut, telah ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun
2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik PNS, yang
menjadi nilai-nilai etika yang harus dilaksanakan, diterapkan, dan
ditaati oleh setiap PNS. Kode etik PNS tersebut juga dimaksudkan
sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan kualitas PNS dalam
melaksanakan tugas-tugasnya.
3. Nilai-nilai Dasar yang harus dijunjung tinggi oleh PNS meliputi:
ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa; kesetiaan dan ketaatan
kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945; semangat
nasionalisme; mengutamakan kepentingan Negara di atas
kepentingan pribadi atau golongan; ketaatan terhadap hukum dan
peraturan perundang-undangan; penghormatan terhadap hak asasi
manusia; tidak diskriminatif, profesionalisme, netralitas, dan
bermoral tinggi; semangat jiwa korps.
4. Dalam pelaksanaan tugas kedinasan dan kehidupan sehari-hari
setiap Pegawai Negeri Sipil wajib bersikap dan berpedoman pada
etika dalam bernegara, dalam penyelenggaraan Pemerintahan,
dalam berorganisasi, dalam bermasyarakat, serta terhadap diri
sendiri dan sesama PNS.
5. Komitmen terhadap nilai-nilai dan standar sebagai kode etik
jabatan para penyelenggara negara, termasuk PNS, diwujudkan
dalam bentuk sumpah dan janji yang wajib diucapkan sebelum
memangku jabatannya.
6. Dalam upaya meningkatan etos kerja dan mewujudkan visi dan
misinya, Departemen Pendidikan Nasional telah menetapkan tata
nilai yang merupakan dasar sekaligus pemberi arah bagi sikap dan

ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH 39


perilaku pegawai dalam melaksanakan tugasnya. Nilai-nilai
tersebut meliputi nilai-nilai masukan yakni nilai-nilai yang
dibutuhkan dalam diri setiap pegawai Depdiknas, dalam rangka
mencapai keunggulan nilai-nilai proses yaitu nilai-nilai yang harus
diperhatikan dalam bekerja, dalam rangka mencapai dan
mempertahankan kondisi yang diinginkan; dan nilai-nilai
keluaran yang merupakan nilai-nilai yang diperhatikan oleh para
stakeholders (Pemerintah, DPR, pegawai, donatur, dunia
pendidikan, dan masyarakat lainnya)

LATIHAN

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan kode etik PNS.


2. Uraikan norma-norma etika PNS dalam organisasi, dalam
berhubungan dengan PNS lainnya dan masyarakat.
3. Sebagai PNS terdapat kewajiban dan larangan yang harus dipatuhi.
Apakan kewajiban dan larangan tersebut masih relevan dengan
kondisi organisasi pemerintah saat ini, jelaskan
4. Uraikan nilai-nilai etika yang harus dianut oleh pegawai di
lingkungan Departemen Pendidikan Nasional
5. Uraikan mengapa para penyelenggara negara sebelum memangku
jabatannya diwajibkan mengangkat sumpah/janji.
6. Diskusikan masalah-masalah etika yang sering mengemuka dalam
organisasi publik.

ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH 40


Bab 4
Teknik Peningkatan Standar
Etika Organisasi Pemerintah

PENGANTAR

Organisasi pemerintahan pada umumnya dirancang sebagai sistem


birokrasi yang besar dan berorientasi kepada aturan hukum dan
perundang-undangan serta prosedur baku. Ada kecenderungan,
terutama di negara-negara yang belum maju, bahwa birokrasi
pemerintah bersifat kaku, rumit, lamban, dan bahkan korup. PNS yang
yang seyogianya melayani masyarakat justru berperilaku seperti tuan
yang harus dilayani. Akibatnya, kalau tidak sangat terpaksa, anggota
masyarakat cenderung enggan berurusan dengan aparat birokrasi
pemerintah.

Dalam bab ini akan dibahas pentingnya standar etika bagi organisasi
pemerintah. Kita berharap bahwa penerapan standar etika secara
konsisten akan sangat merwarnai kewajiban pemerintah dalam
menyelenggarakan fungsi-fungsi pelayanannya kepada masyarakat
dengan baik. Dengan semangat melayani dan bukan sebaliknya,
kepercayaan anggota masyarakat kepada pemerintahnya akan tumbuh
kembali. Oleh sebab itu, fungsi pengawasan menjadi penting sebagai
alat kendali yang memantau pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan.

Selanjutnya dalam bab ini juga dibahas teknik untuk meningkatkan


standar etika pemerintah yang secara intgral merupakan bagian dari
proses pembangunan administrasi negara. Keseluruhan hal itu
dimaksudkan sebagai upaya meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat sehingga pelayanan itu benar-benar prima. Dengan cara
ini pula, dapat diharapkan bahwa masyarakat benar-benar merasa
bahwa pajak yang mereka bayar sebagai warga negara yang bijak
didayagunakan bagi kepentingan bersama, bukan kepentingan pribadi,
golongan, atau partai tertentu.

ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH 41


PENTINGNYA STANDAR ETIKA
ORGANISASI PEMERINTAH

Dalam kondisi masyarakat seperti sekarang ini, pemerintah di negara


manapun cenderung menentukan arah dan komitmen melakukan
reformasi dalam berbagai aspek penyelenggaraan pemerintahannya.
Salah satu sumber inspirasi perubahan tersebut antara lain adalah
sejumlah gagasan yang mendesak diadakannya penataan ulang
kepemerintahan sejalan dengan perkembangan yang terjadi. Salah satu
alasan mengapa pemerintah perlu melakukan perubahan adalah karena
sistem dalam pemerintahan tidak cukup efektif membentuk
kompetensi dan kualitas sumber daya manusia yang andal dan
bertanggung jawab. Sebaliknya sistem dalam pemerintahan cenderung
membuat birokrat kurang responsif, lamban, berorientasi pada status-
quo, korup, dan sebagainya. Oleh sebab itu diperlukan adanya
perubahan total dalam sistem pemerintahan.

Tuntutan masyarakat kepada pemerintah adalah melakukan reformasi


total di segala bidang, untuk mewujudkan pemerintah sebagai
Penyelenggara Negara yang bersih dan bebas dari praktik korupsi,
kolusi, dan nepotisme (KKN). Di samping itu, masyarakat menuntut
berkembangnya kehidupan demokrasi, tegaknya supremasi hukum,
perlindungan dan penghormatan hak-hak asasi manusia (HAM), dan
sebagainya. Untuk itu pemerintah harus melakukan perubahan yang
mendasar pada sistem dan aparatur pemerintahannya. Di sinilah
terletak arti pentingnya meningkatkan standar etika organisasi
pemerintah.

Salah satu prinsip dalam pemerintahan adalah pelayanan, yaitu


semangat untuk melayani masyarakat dan menjadi mitra masyarakat.
Untuk mewujudkan hal itu diperlukan suatu proses perubahan
perilaku. Hal ini antara lain dapat dilakukan melalui pembudayaan
kode etik yang didasarkan pada dukungan lingkungan yang
diterjemahkan ke dalam standar perilaku yang dapat diterima umum
dan merupakan acuan bagi perilaku aparatur pemerintah. Untuk
mendorong pengamalan dan pelembagaan kode etik tersebut aparatur
dan manajemen publik harus bersikap terbuka, transparan, dan
akuntabel. Semua itu penting artinya agar masyarakat dapat
merasakan manfaat kehadiran aparatur pemerintah.

Pelayanan kepada masyarakat mengandung arti sebagai semangat


pengabdian yang mengutamakan efisiensi dan keberhasilan bangsa

ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH 42


dalam membangun. Hal ini harus dimanifestasikan antara lain dalam
perilaku: ”melayani, bukan dilayani,” ”mendorong, bukan
menghambat,” “mempermudah, bukan mempersulit,” dan “sederhana,
bukan berbelit-belit.” Dalam hal ini standar etika organisasi
pemerintah adalah kualitas pemenuhan atau perwujudan nilai-nilai
atau norma-norma sikap dan perilaku pemerintah dalam setiap
kebijakan dan tindakannya yang dapa diterima oleh masyarakat luas.

Berdasarkan hal-hal tersbut, upaya meningkatkan standar etika


organisasi pemerintah dimaksudkan sebagai usaha meningkatkan
kualitas perwujudan nilai atau norma sikap dan perilaku dalam
kebijakan dan tindakan aparatur pemerintah yang memuaskan dan
membangun kepercayaan masyarakat. Tanpa kepercayaan masyarakat,
pemerintah tidak akan mampu menjalankan roda pemerintahan secara
efektif dan efisien.Kepercayaan diperoleh secara sukarela dari pihak
yang dilayani dan tidak mungkin diminta, apalagi dipaksakan. Upaya
pencitraan publik dengan biaya yang relatif mahal akan sia-sia selama
aparatur pemerintah hanya mengandalkan reputasi dan bukan prestasi.

PENYUSUNAN STANDAR ETIKA


ORGANISASI PEMERINTAH

Dalam upaya menyusun standar etika organisasi dan aparatur


pemerintah, masyarakat melalui lembaga-lembaga perwakilannya
menjadi berperan sebagai nara sumber yang strategis. Melalui
serangkaian proses komunikasi interaktif dengan berbagai lapisan
masyarakat, dan lembaga yang mewakili mereka, pemerintah dapat
mengindentifikasi apa saja harapan dan tuntutan masyarakat terhadap
institusi pemerintah dan aparatnya.

Untuk mengetahui bagaimana sebenarnya harapan masyarakat


mengenai pola sikap dan perilaku PNS, pejabat Pemerintah, dan
organisasi pemerintahan pada umumnya, harus dilakukan dari unsur-
unsur kelompok masyarakat paling bawah lalu beranjak meningkat
kepada kelompok masyarakat menengah dan atas. Beberapa
pertanyaan mendasar dapat diajukan agar pemerintah dapat
merumuskan standar etika organisasi pemerintah yang sesuai dengan
harapan rakyat. Pertanyaan itu misalnya berkenaan dengan pola
pelayanan publik yang diharapkan masyarakat serta pola pengaturan
dan intervensi pemerintahan dalam permasalahan yang dihadapi
rakyat.

ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH 43


Selain itu, dapat juga melalui studi atau kajian perbandingan terhadap
berbagai negara. Tujuannya tidak lain kecuali untuk memperoleh
praktik terbaik yang telah terbukti keberhasilan penerapannya. Ini
dapat dilakukan dalam lingkungan yang terbatas di sejumlah negara
tetangga atau dalam skala yang lebih luas. Dengan cara ini dapat
diperoleh gambaran tentang apa dan bagaimana praktik penerapan
etika organisasi pemerintah yang menjadi kecenderungan umum di
berbagai negara.

PENGAWASAN DAN EVALUASI


PENERAPAN ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH

Penerapan standar-standar etika oleh organisasi pemerintah beserta


aparatur pemerintahannya, harus dapat dimonitor perkembangan-nya
melalui pengawasan dan evaluasi. Dalam kerangka kepemerintahan
yang baik, maka pelaku pengawasan dan evaluasi penerapan etika
organisasi oleh aparatur pemerintah sebaiknya tidak hanya dilakukan
oleh lembaga pemerintahan, tetapi juga memberi kesempatan seluas-
luasnya kepada masyarakat dan sektor swasta untuk menilai
bagaimana sebenarnya mewujudkan etika organisasi pemerintah.

Peranan Lembaga Pemerintahan


Dalam Pengawasan dan Evaluasi Etika

Dalam lingkup internal kelembagaan pemerintah, terdapat lembaga-


lembaga pengawasan fungsional seperti Badan Pengawasan Keuangan
dan Pembangunan (BPK) dan Inspektorat Jenderal, yang berfungsi
mengawasi jalannya fungsi-fungsi pemerintahan secara komprehensif,
baik menyangkut aspek-aspek keuangan maupun pelaksanaan tugas-
tugas rutin pemerintahan lainnya. Selain itu, sistem pengawasan
melekat oleh atasan langsung terhadap penaatan etika organisasi
pemerintah oleh PNS juga diterapkan. Dewasa ini juga dikembangkan
mekanisme Sistem Akuntabilitas Instansi Pemerintah berdasarkan
Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999, yang menuntut akuntabilitas
publik organisasi pemerintah yang berorientasi kepada hasil dan
kemanfaatan penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan,
pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat.

Dalam bidang kepegawaian dan pembinaaan karier PNS telah ada


lembaga Baperjakat yang berfungsi antara lain melakukan
pengawasan dan penilaian terhadap ”code of conduct,” atau
pelaksanaan nilai-nilai etika dan disiplin PNS, yang dikaitkan dengan

ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH 44


sistem pengembangan dan pembinaan karier PNS yang bersangkutan,
baik mengenai pengangkatan, promosi, penerapan sanksi hukuman
disiplin, dan sebagainya. Selain itu, juga masih diberlakukan sistem
penilaian kinerja PNS berdasarkan Daftar Penilaian Pelaksanaan
Pekerjaan (DP3) berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun
1979. Terlepas dari kontroversi mengenai obyektivitas ataupun
subyektivitas penilaiannya, mekanisme DP3 sampai saat ini masih
sebagai prosedur yang digunakan untuk mengevaluasi aspek-aspek
sikap, perilaku, dan kinerja PNS.

Peranan Masyarakat Dalam Penilaian Etika


Organisasi Pemerintah

Dewasa ini telah banyak lembaga swadaya masyarakat yang dibentuk


untuk mengawasi jalannya pemerintahan, termasuk penilaian etika
aparatur pemerintah. Beberapa nama lembaga dalam skala nasional
yang cukup memiliki reputasi antara lain adalah Yayasan Lembaga
Konsumen Indonesia (YLKI), Indonesian Corruption Watch (ICW),
Wahana Lingkungan Hidup (Walhi), Indonesian Parliamentary
Watch, KONTRAS, dan sebagainya. Bahkan partai politik juga
dewasa ini telah semakin berdaya untuk menyuarakan sikap dalam
memantau pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan.

Selain itu, berbagai lembaga semi pemerintahan atau ”quasi


government organizations” seperti Lembaga Ombudsman Nasional,
Komnas HAM, dan sebagainya secara resmi dibentuk pemerintah.
Semua lembaga ini dibentuk untuk untuk mewadahi kolaborasi antara
pemerintah dan masyarakat dalam menangani berbagai permasalahan
yang menjadi tugas pokoknya, serta mengawasi dan mengevaluasi
pelaksanaan pemerintahan berdasarkan kepentingan lembaga yang
bersangkutan dan kepentingan masyarakat dalam bidang tersebut.
Dengan semakin berkembangnya lembaga-lembaga pemerintahan
maupun lembaga swadaya masyarakat yang mengawasi gerak langkah
dan kebijakan pemerintah dan PNS pada umumnya, seharusnya dapat
menjamin bahwa etika organisasi pemerintah dapat memenuhi
harapan masyarakat.

METODE PENINGKATAN STANDAR ETIKA ORGANISASI


PEMERINTAH

Peningkatan standar etika organisasi pemerintah secara integral


merupakan bagian dari proses pembangunan administrasi negara.

ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH 45


Orientasi pembangunan administrasi negara ini perlu lebih ditekankan
kepada peningkatan kompetensi profesional dan daya saing melalui
berbagai pengembangan kebijakan dan sistem pelayanan prima,
dengan menggunakan perangkat jaringan kerja yang efisien dan
efektif (teknologi telematika dan informatika). Selain itu,
pembangunan administrasi makin lebih difokuskan kepada
kepentingan pelayanan dan kebutuhan masyarakat. Semuanya
merupakan totalitas dari sistem pengembangan etika dan moralitas
organisasi dan sumber daya aparatur pemerintah dalam era reformasi
dan demokratisasi dewasa ini.

Strategi pembangunan administrasi negara dalam berbagai aspeknya


meliputi antara lain: penyesuaian visi, misi, dan strategi, penataan
organisasi dan tata kerja, pemantapan sistem manajemen, serta
peningkatan kualitas sumber daya manusia. Berikut diuraikan masing-
masing strategi tersebut.

Strategi Visi dan Misi

Visi adalah suatu kondisi ideal tentang masa depan yang masih dalam
jangkauan organisasi untuk mewujudkannya. Visi yang jelas akan
merupakan petunjuk bagi segenap jajaran organisasi dalam memapak
masa depannya. Apabila visi organisasi dapat dikomunikasikan secara
efektif, maka akan menumbuhkan komitmen, antusiasme, rasa percaya
diri, dan loyalitas pada organisasi

Strategi Penataan Organisasi dan Tata Kerja

Penataan organisasi pemerintah di masa yang akan datang perlu


diarahkan pada terwujudnya organisasi yang efisien, efektif, dan
bertanggung jawab. Dengan demikian, pendekatan struktur secara
bertahap dialihkan kepada penataan organisasi yang berdasarkan
panduan visi, misi, sasaran, strategi, dan program.

Dalam rangka peningkatan kehidupan demokrasi, perluasan


partisipasi, peningkatan pembangunan daerah, dan pemberian
pelayanan kepada masyarakat diperlukan desentralisasi pemerintahan.
Desentralisasi merupakan salah satu aspek penting dalam
pembangunan administrasi negara. Desentralisasi akan mempermudah
unsur administrasi negara di daerah untuk menentukan kebijaksanaan
atau pemberian perizinan tanpa harus menunggu lebih lama. Pada
dasarnya desentralisasi merupakan inti otonomi daerah yang

ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH 46


dimaksudkan untuk mendekatkan pelayanan kepada masyarakat dan
meningkatkan pembangunan daerah.

Strategi Pemantapan Sistem Manajemen

Pelayanan masyarakat harus terus menerus ditingkatkan dengan


menerapkan standar pelayanan prima dengan prinsip cepat, tepat,
mudah, memuaskan, transparan, dan non-diskriminatif dengan
berlandaskan prinsip-prinsip akuntabilitas dan pertimbangan efisiensi.
Melalui pengembangan sistem manajemen kebijaksanaan publik,
maka peran aparatur negara perlu lebih difokuskan sebagai agen
pembaruan. Ini berarti peran aparatur akan berfungsi sebagai
motivator dan fasilitator dalam rangka lebih memberdayakan
masyarakat dan dunia usaha. Melalui pengembangan sistem informasi
diharapkan manajemen pembangunan dapat terlaksana dengan efisien,
efektif, dan akuntabel. Dengan memanfaatkan teknologi informasi
melalui komputerisasi, maka sistem informasi manajemen
pemerintahan akan lebih mudah diakses untuk mendukung
manajemen kebijaksanaan pembangunan. Pemanfaatan sistem
informasi tersebut akan terwujud apabila sistem manajemen
dilaksanakan secara lebih transparan yang memungkinkan saling
memberi dan menerima informasi.

Strategi Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia

Tuntutan peningkatan kompetenasi aparatur semakin menjadi


kebutuhan dalam usaha mengantisipasi tantangan global. Peningkatan
profesionalisme aparatur harus ditunjang dengan integritas yang tinggi
dengan mengupayakan terwujudnya PNS dengan karakteristik berikut.

 Melaksanakan tugas dengan trampil, kreatif, dan inovatif.


 Mempunyai komitmen yang kuat terhadap tugas dan program.
 Komitmen terhadap pelayanan publik.
 Bekerja berdasarkan sifat dan etika profesional.
 Memiliki daya tanggap dan akuntabilitas.
 Memiliki derajat otonomi yang penuh rasa tanggung jawab dalam
mengambil keputusan.
 Memaksimalkan produktivitas.

Untuk mengimplementasikan langkah strategis di atas, perlu


diperhatikan strategi melakukan perubahan yang merupakan strategi

ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH 47


menyehatkan organisasi dengan tiga agenda perubahan sebagai
berikut.

Pertama, agenda aktual yang meliputi (1) penggabungan dan


perumusan kembali visi organisasi dan ”strategy intent” (2) keluar
dari batas pemikiran yang telah menjadi kebiasaan (rutinitas).
Kedua, agenda manajerial yang ditujukan untuk membangun struktur
kerja sama dan jaringan kerja yang tepat.
Ketiga, agenda perilaku yang difokuskan pada nilai dan etika,
mengembangkan gaya kepemimpinan, sistem belajar, dan
meningkatkan kompetensi serta keterampilan.

Selain itu, dapat juga diperhatikan konsep Asosiasi Pelatihan dan


Pengembangan Pegawai Negeri di Jepang. Menurut asosiasi ini
terdapat empat pendekatan yang dapat dilakukan dalam upaya
meningkatkan standar moralitas dan etika pegawai negeri, yaitu
pendekatan larangan, pendekatan untung-rugi, pendekatan sistem, dan
pendekatan kerjakan.

Pendekatan Larangan

Dalam pendekatan ini ditetapkan aturan hukum dan perundang-


undangan yang melarang pegawai negeri untuk melakukan berbagai
tindakan tertentu dan menerapkan sanksi hukum yang tegas atas
pelanggaran yang dilakukan terhadap ketentuan tersebut.

Pendekatan Untung-Rugi

Pendekatan ini dirancang untuk membuat pegawai negeri memahami


bahwa menerima suap atau korupsi tidaklah menguntungkan. Melalui
pendekatan ini diberikan penjelasan bahwa keuntungan sesaat dari
menerima suap atau korupsi tidak akan sebanding dengan kerugian
finansial, sosial, dan psikologis yang akan terjadi manakala perbuatan
diketahui dan dikenakan hukuman.

Pendekatan Sistem

Pendekatan ini dilakukan dengan membangun suatu sistem operasi


atau lingkungan kerja yang tidak memungkinkan munculnya praktik
korupsi. Sangatlah penting membangun sebuah sistem yang
menurunkan atau membatasi kemungkinan seseorang terjebak dalam

ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH 48


praktik korupsi tanpa harus menggantungkan harapan terhadap nilai-
nilai etika standar individu setiap pegawai.

Pendekatan Kerjakan

Prinsip dalam pendekatan ini adalah mendorong para pegawai untuk


memberi pelayanan secara cerdas, dengan memberikan kepada
masyarakat pelayanan terbaik yang dapat diberikan oleh setiap
pegawai negeri.

RANGKUMAN

1. Besarnya tuntutan masyarakat kepada pemerintah untuk melakukan


reformasi total di segala bidang, antara lain dikembangkannya
kehidupan demokrasi, tegaknya supremasi hukum, perlindungan
dan penghormatan hak-hak asasi manusia (HAM) dan sebagainya
menyebabkan pemerintah harus melakukan perubahan yang
mendasar pada sistem dan aparatur pemerintahannya. Sehingga
lebih mampu mengakomodasi perkembangan tuntutan aspirasi
masyarakat. Oleh karena itu upaya meningkatkan standar etika
pemerintahan menjadi sangat penting.
2. Meningkatkan standar etika organisasi pemerintah adalah
meningkatkan kualitas perwujudan atau pemenuhan batasan-
batasan nilai atau norma sikap dan perilaku dalam kebijakan dan
tindakan aparatur pemerintah yang dapat memuaskan dan
membangun kepercayaan masyarakat. Karena tanpa kepercayaan
masyarakat, pemerintah tidak akan mampu menjalankan
pemerintahannya secara efektif dan efisien.
3. Upaya menyusun standar-standar etika organisasi dan aparatur
pemerintah dilakukan dengan melibatkan masyarakat melalui
lembaga-lembaga perwakilannya melalui serangkaian proses
komunikasi interaktif dengan berbagai lapisan masyarakat beserta
lembaga-lembaga yang merepresentasikan mereka. pemerintah
dapat mengindentifikasi apa saja harapan-harapan dan tuntutan
masyarakat terhadap institusi pemerintah dan aparatur
penyelenggara pemerintahannya.
4. Dalam kerangka kepemerintahan yang baik (Good Governance),
maka perlu dilakukan pengawasan dan evaluasi terhadap
penerapan etika organisasi oleh aparatur pemerintah. Pengawasan
tersebut hendaknya tidak hanya dilakukan oleh lembaga
pemerintahan saja secara eksklusif, tetapi juga memberi
kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat dan sektor swasta

ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH 49


untuk menilai bagaimana sebenarnya etika organisasi pemerintah
diwujudkan.
5. Dalam upaya meningkatkan pencapaian standar etika organisasi
pemerintahan sebagai bagian dari proses pembangunan
administrasi negara, dapat ditempuh beberapa strategi antara lain;
penyesuaian visi, misi, dan strategi, penataan organisasi dan tata
kerja, pemantapan sistem manajemen, dan peningkatan kualitas
sumber daya manusia.

LATIHAN

1. Jelaskan mengapa standar etika organisasi pemerintah memiliki


kedudukan yang penting.
2. Uraikan bagaimana menyusun standar etika organisasi.
3. Jelaskan cara melakukan pengawasan terhadap standar etika
organisasi.
4. Uraikan pendekatan apa saja yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan standar kinerja organisasi.
5. Apakah menurut Saudara upaya yang dilakukan untuk
meningkatkan etika organisasi pemerintah telah membuahkan hasil
yang diharapkan? Jika ya apa alasan Saudara, jika tidak apa saja
faktor yang menghambat.

ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH 50


Daftar Pustaka dan Dokumen

DAFTAR PUSTAKA

Fernanda, Desi, Etika Organisasi Pemerintah, Lembaga Administrasi


Negara Republik Indonesia, 2003.
Lembaga Adninistrasi Negara dan Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan, Akuntabilitas dan Good Governance, 2000.
Muhammad, Arni, Komunikasi Organisasi, Bumi Aksara, 2004
Muhyadi, Dr., Organisasi, Teori, Struktur, dan Proses, 1989.
Mustopadidjaja, AR., Transformasi Manajemen Menghadapi
Globalisasi Ekonomi, Jurnal Administrasi dan Pembangunan
Volume 1, Nomor 1, PP PERSADI, 1997
Osborne, David and Ted Gaebler, Reinventing Goverment: How
Entrepreneurial Spirit is Transforming The Public Sector,
Reading, Massachusetts: Addison-Wesley Publishing Co.Inc.,
1992.
Prawirosentono, Suyadi, Kebijakan Kinerja Karyawan, Kiat
Membangun Organisasi Kompetitif Menjelang Perdagangan
Bebas Dunia, BPFE Yogyakarta, 1999.
Robbins, Stephen P, Teori Organisasi, Struktur, Desain & Aplikasi,
alih bahasa: Yusuf Udaya, Arcan, 1994.
Supriyadi, Gering, Modul diklat Prajabatan Golongan III: Etika
Birokrasi, Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia,
2001.

DAFTAR DOKUMEN

Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia


Nomor XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara Negara yang
Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
Nomor IV/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa.
Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara
yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.

ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH 51


Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan
Disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Peraturan Pemerintah Nomor 42 tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa
Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil.

ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH 52

You might also like