You are on page 1of 26

RUANG LINGKUP ILMU PENDIDIKAN ISLAM

(Makalah ini disusun untuk memenuhi persyaratan Ujian Akhir Semester pada mata
kuliah Ilmu Pendidikan Islam)

Disusun oleh:
Nita Nurtafita (107016300115)

PROGRAM STUDI IPA


JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2009
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT atas segala curahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW
beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

Dalam pembuatan makalah ini, penyusun sudah berusaha semaksimal mungkin


untuk menghasilkan sebuah karya ilmiah yang dapat bermanfaat dengan sebaik-
baiknya.

Penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar
lebih baik lagi untuk selanjutnya.

Akhir kata, terima kasih penyusun ucapkan kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Jakarta, 16 Juni 2009

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................... i

Daftar Isi…………………………….............................................................. ii

A. PENDAHULUAN............................................................................... 1

B. ISI......................................................................................................... 2

a.....................................................................................................................Karakter
Ilmu Pendidikan Islam (IPI).................................................. 2
b.....................................................................................................................Berbagai
Komponen Pendidikan Islam................................................................ 3
c.....................................................................................................................Asas-
Asas Pendidikan Islam ......................................................................... 4
d.....................................................................................................................Pengerti
an dan Tujuan IPI dengan Pendekatan Sejarah..................................... 5
e.....................................................................................................................Pengerti
an dan Tujuan IPI dengan Pendekatan Filsafat..................................... 7
f.....................................................................................................................Pengerti
an dan Tujuan IPI dengan Pendekatan Psikologi.................................. 8
g.....................................................................................................................Pengerti
an dan Tujuan IPI dengan Pendekatan Sosiologi............................. 12
h.....................................................................................................................Pengerti
an dan Tujuan IPI dengan Pendekatan Manajemen............................ 15
i.....................................................................................................................Pengerti
an dan Tujuan IPI dengan Pendekatan Teknologi Informasi............. 18
j. Pengertia
n dan Tujuan IPI dengan Pendekatan Kebudayaan……….. . 19
k.....................................................................................................................Pengerti
an dan Tujuan IPI dengan Pendekatan Politik ..................................... 22
l.....................................................................................................................Pengerti

an dan Tujuan IPI dengan Pendekatan Hukum..................................... 23

C. PENUTUP................................................................................................. 26
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 28

A. PENDAHULUAN

Ilmu Pendidikan Islam tergolong sebagai pendatang baru (new comer). Ilmu ini
baru muncul di akhir abad ke-20, yaitu pada saat umat Islam mulai memikirkan
tentang perlunya meningkatkan dan pengembangan mutu pendidikan Islam dengan
berbagai aspeknya, dalam rangka mengimbangi kemajuan pendidikan yang berada di
luar Islam. Ilmu Pendidikan Islam, sebagai tawaran alternatif, muncul dalam waktu
yang masih relatif pendek.

Sebagai salah satu bidang studi Islam yang baru, Ilmu Pendidikan Islam masih
terus mengalami perbaikan, peningkatan dan penyempurnaan menuju kontruksinya
yang kokoh dan komprehensif serta dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat
ilmiah.

Kajian Ilmu Pendidikan Islam dengan berbagai pendekatan, selain


menunjukkan demikian tingginya tingkat interdependensi Ilmu Pendidikan Islam
dengan ilmu-ilmu lainnya, juga menunjukkan bahwa Ilmu Pendidikan Islam, sebagai
new comer (pendatang baru) ini semakin mendapat perhatian yang cukup besar.
Namun demikian, berbagai pendekatan dalam mengkaji Ilmu Pendidikan Islam ini
masih dapat diperkaya dengan pendekatan lainnya, seperti pendekatan sosiologi,
kebudayaan, politik, hukum, informasi, teknologi, dan manajemen.

Makalah ini akan membahas tentang karakter, komponen, dan asas-asas dalam
pendidikan islam. Dan juga akan membahas tentang pengertian dan tujuan Ilmu
Pendidikan Islam dengan pendekatan sejarah, filsafat, psikologi, manajemen,
teknologi informasi, kebudayaan, politik dan hukum.

B. ISI

a) Karakter Ilmu Pendidikan Islam

Ilmu Pendidikan Islam dapat diartikan sebagai studi tentang proses


kependidikan yang didasarkan pada nilai-nilai filosofis ajaran Islam
berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Dengan redaksi
yang agak singkat, Ilmu Pendidikan Islam adalah ilmu pendidikan yang
berdasarkan Islam.

Ilmu Pendidikan Islam yang berkarakter Islam itu adalah Ilmu Pendidikan
yang sejalan dengan nilai-nilai luhur yang terdapat di dalam Al-Qur’an dan
Sunnah. Karakter ajaran Islam yang selanjutnya menjadi karakter Ilmu
Pendidikan Islam tersebut menjadi pembeda antara ilmu pendidikan yang
berasal dari Barat dengan Ilmu Pendidikan Islam.
Islam bukanlah agama sekuler yang memisahkan urusan agama dan dunia.
Dalam Islam, agama mendasari aktivitas dunia, dan aktivitas dunia dapat
menopang pelaksanaan ajaran agama. Islam bukan hanya sekadar mengatur
hubungan manusia dengan Tuhan sebagaiman yang terdapat pada agama lain,
melainkan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia dan manusia
dengan dunia. Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan
kepada manusia melalui Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul. Islam pada
hakikatnya, membawa ajaran-ajaran yang bukan hanya mengatur satu segi,
tetapi mengenai berbagai segi kehidupan manusia. Sumber dari ajaran-ajaran
yang mengambil berbagai aspek itu ialah Al-Qur’an dan al-Sunnah.

Dengan karakternya yang demikian itu, maka Ilmu Pendidikan Islam tidak
mendikotomikan agama dan Ilmu. Dalam islam agama menetapkan tujuan yang
harus dicapai manusia, sedangkan ilmu membantu mempercepat sampainya
pada tujuan tersebut.

Maka dapat dikatakan bahwa karakteristik pendidikan Islam meliputi:

1. Penekanan pada pencarian ilmu pengetahuan, penguasaan dan


pengembangan atas dasar ibadah kepada Allah SWT.

2. Penekanan pada nilai-nilai akhlak.

3. Pengakuan akan potensi dan kemampuan seseorang untuk berkembang


dalam suatu kepribadian.

4. Pengamalan ilmu pengetahuan atas dasar tanggung jawab kepada Tuhan


dan masyarakat manusia.

b) Berbagai Komponen Pendidikan Islam


Komponen Pendidikan Islam meliputi:

1. Visi dan misi pendidikan Islam

2. Tujuan pendidikan Islam

3. Kurikulum pendidikan Islam

4. Proses belajar mengajar dalam pendidikan Islam

5. Pendidik dalam pendidikan Islam

6. Peserta didik dalam pendidikan Islam

7. Manajemen pengelolaan pendidikan Islam

8. Sarana dan prasarana pendidikan Islam

9. Pembiayaan pendidikan Islam

10. Lingkungan pendidikan Islam

11. Evaluasi dan aspek pendidikan lainnya.

c) Asas-Asas Pendidikan Islam

Hasan Langgulung, dalam bukunya Asas-asas Pendidikan Islam,


mengatakan bahwa berkenaan dengan asas-asas yang kita maksudkan, yaitu
asas-asas pendidikan Islam, dapat kita uraikan dalam enam asas berikut ini :
Pertama, asas historis yang mempersepsi si pendidik dengan hasil-hasil
pengalaman pendidikan masa lalu, dengan undang-undang dan peraturan-
peraturannya, batas-batas dan kekurangan-kekurangannya.

Kedua, asas sosial yang memberinya kerangka budaya dari mana


pendidikan itu bertolak dan bergerak, memindah budaya, memilih dan
mengembangkannya

Ketiga, asas-asas ekonomi yang memberinya perspektif tentang potensi-


potensi manusia dan keuangan serta materi dan persiapan yang mengatur
sumber-sumbernya dan bertanggung jawab terhadap anggaran belanjanya.

Keempat, asas politik dan administrasi yang memberinya bingkai ideology


(‘aqidah) dari mana ia bertolak untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan dan
rencana yang telah dibuat.

Kelima, asas-asas psikologis yang memberinya informasi tentang watak


pelajar-pelajar, guru-guru, cara-cara terbaik dalam praktik, pencapaian dan
penilaian, dan pengukuran dan bimbingan.

Keenam, asas filsapat yang berusaha memberinya kemampuan untuk


memilih yang lebih baik arah suatu lagi, memberi arah suatu sistem,
mengontrolnya, dan memberi arah kepada semua asas-asas yang lain.

Pendapat mengenai dasar dan asas pendidikan Islam tersebut terlihat sudah
demikian lengkap, namun belum sempurna, karena belum memasukkan dasar
atau asas Islam yang justru menjadi karakter dari Ilmu Pendidikan Islam
tersebut.

Dengan berdasarkan pada Al-Qur’an dan al-Sunnah, Ilmu Pendidikan


Islam tidak hanya akan menemukan berbagai isyarat tentang pentingnya
membangun sistem pendidikan Islam yang lengkap: visi, misi, tujuan,
kurikulum dan lainnya, melainkan pula menemukan prinsip-prinsip yang harus
dipegang teguh dalam mengembangkan Ilmu Pendidikan Islam.

d) Pengertian dan Tujuan Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan


Sejarah

Sejarah adalah ilmu yang membahas berbagai peristiwa atau kejadian


(what) di masa lalu dengan memperhatikan dari segi waktu (when), tempat
(where), pelaku (who), latar belakang (why) dan hikmah (how) yang terdapat
dalam peristiwa tersebut.

Pendidikan Islam, baik sebagai sebuah praktik maupun sebagai sebuah


disiplin ilmu, merupakan peristiwa sejarah yang dapat dipelajari berdasarkan
bukti-bukti yang dapat dilacak. Praktik pendidikan yang pernah ada di zaman
Rasulullah SAW., Khulafaur Rasyidin, Bani Umayah, Bani Abbasiyah, Dinasti
Usmani, dan seterusnya merupakan peristiwa sejarah yang dapat dipelajari
berdasarkan fakta dan bukti-bukti yang meyakinkan.

Ilmu pendidikan Islam dengan pendekatan sejarah adalah ilmu pendidikan


yang memanfaatkan informasi sejarah Islam sebagai bahan analisisnya.

Melalui pendekatan sejarah ini, Ilmu pendidikan Islam memiliki landasan


sejarah yang kuat sehingga terjadi hubungan dan mata rantai yang jelas antara
pendidikan yang dilaksanakan sekarang dengan pendidikan yang pernah ada di
masa lalu. Bangunan Ilmu Pendidikan Islam yang didasarkan pada pendekatan
sejarah ini akan memiliki landasan berpijak yang lebih realistis dan empiris,
karena bertolak dari praktik pendidikan yang benar-benar telah terjadi. Ilmu
Pendidikan Islam dengan pendekatan sejarah merupakan sebuah bentuk
apresiasi atas berbagai peristiwa masa lalu untuk digunakan sebagai bahan
renungan dan pelajaran bagi pengembangan Ilmu Pendidikan Islam di masa
lalu.

Pendekatan sejarah telah memberikan sumbangan yang amat besar bagi


penyusunan Ilmu Pendidikan Islam yang bercorak historis serta mewarnai
praktik pendidikan Islam pada umumnya. Pada beberapa negara yang menganut
paham sunni, seperti Indonesia, Malaysia, Saudi Arabia, Pakistan, dan Brunai
praktik pendidikan yang dilaksanakan sebagian besar masih banyak dipengaruhi
oleh warisan praktik pendidikan yang pernah ada dalam sejarah.

Ilmu Pendidikan Islam dengan pendekatan sejarah ini memperlihatkan


profil campuran, yakni sebagian dari praktik tersebut ada yang dipengaruhi oleh
ajaran Islam, dan sebagian yang lain dipengaruhi oleh adat istiadat dan
kebudayaan setempat.

Kajian dan penelitian tentang ilmu pendidikan dengan pendekatan sejarah


termasuk bidang yang banyak diminati dibandingkan dengan kajian dan
penelitian tentang ilmu pendidikan dengan pendekatan normatif perenialis,
filosofis, dan lainnya. Kajian ilmu pendidikan dengan pendekatan sejarah ini
selain dilakukan oleh para sarjana muslim juga dilakukan oleh para sarjana
nonmuslim. Hal yang demikian terjadi, karena seorang peneliti Ilmu Pendidikan
Islam dengan pendekatan sejarah lebih bersifat objektif, akademik dan ilmiah,
serta tidak terikat dengan keyakinan si peneliti.

e) Pengertian dan Tujuan Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan


Filsafat

Secara harfiah, kata filsafat berasal dari kata Philo yang berarti cinta, dan
kata Sophos yang berarti ilmu atau hikmah. Dengan demikian, filsafat berarti
cinta terhadap ilmu atau hikmah. Terhadap pengertian seperti ini al-Syaibani
mengatakan bahwa filsafat bukanlah hikmah itu sendiri, melainkan cinta
terhadap hikmah dan berusaha mendapatkannya, memusatkan perhatian
padanya dan menciptakan sikap positif terhadapnya

Selain itu terdapat pula teori lain yang mengatakan bahwa filsafat berasal
dari kata Arab falsafah, yang berasal dari bahasa Yunani, Philosophia: philos
berarti cinta, suka (loving), dan sophia yang berarti pengetahuan, hikmah
(wisdom). Jadi, Philosophia berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta
kepada kebenaran atau lazimnya disebut Pholosopher yang dalam bahasa Arab
disebut failasuf.

Dalam pemikiran filsafat, baik yang berasal dari filsafat Yunani, filsafat
Barat dan filsafat Islam, terdapat pemikiran yang berkaitan dengan pendidikan,
baik secara teoritis maupun praktis. Hal ini membuktikan kebenaran pendapat
yang mengatakan bahwa filsafat memiliki sumbangan yang signifikan dalam
membangun konsep pendidikan.

Pemikiran filsafat telah memberikan sumbangan dalam menjelaskan peran


dan fungsi pendidikan bagi kehidupan manusia, tujuan pendidikan, kurikulum
pendidikan, proses belajar mengajar, profil pendidik yang ideal, etika murid,
dan lingkungan pendidikan.

Pengaruh pemikiran filsafat Barat ternyata lebih kuat dan lebih dahulu
masuk ke dalam perumusan konsep pendidikan pada umumnya dan pendidikan
Islam pada khususnya. Hal ini terjadi karena kajian terhadap pemikiran filsafat
Barat dalam hubungannya dengan perumusan konsep pendidikan lebih dahulu
dilakukan daripada kajian terhadap pemikiran filsafat Islam.

Ilmu Pendidikan Islam, sebagai ilmu yang terbuka, tidak menutup diri dari
pengaruh filsafat Barat, sepanjang filsafat Barat tersebut sejalan dengan ajaran
Al-Qur’an dan al-Sunnah serta pendapat para ulama dan filosof muslim.
f) Pengertian dan Tujuan Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan
Psikologi

Ilmu pendidikan Islam dengan pendekatan psikologis dapat diartikan


sebagai usaha memanfaatkan jasa psikologi Islam pada khususnya, dan
psikologi pada umumnya untuk mendukung perumusan konsep dan praktik
pendidikan. Penggunaan jasa psikologi ini ditujukan, agar konsep dan praktik
pendidikan tersebut dapat dirimuskan secara komprehensif dan dapat ditetapkan
secara efektif dalam mencapai tujuan pendidikan.

Pernyataan tersebut di atas antara lain didasarkan pada dua asumsi yaitu
kepentingan masyarakat dan keepentingan individu.

Pendidikan, baik dilihat dari segi kepentingan masyarakat maupun


kepentingan individu, terkait erat dengan pemahaman yang tepat terhadap
manusia yang selain sebagai makhluk yang dapat dipengaruhi, dibina, dan
dibentuk, juga sebagai makhluk individu yang memiliki berbagai potensi yang
dapat dikembangkan. Kajian terhadap manusia tersebut akan semakin jelas
dengan bantuan psikologi. Dengan demikian, psikologi berperan dalam
membantu memperjelas tentang manusia sebagai subjek dan objek pendidikan.

Dalam era globalisasi, yang semakin menuntut pelayanan pendidikan


yang semakin demokratis, adil, egaliter, sesuai dengan kebutuhan, bakat dan
minat peserta didik, menuntut adanya rancangan pendidikan, terutama dalam
hal kurikulum dan metode serta pendekatan pembelajaran yang semakin
humanistik, progresif, dan dinamis. Tuntutan ini mendorong kerja psikologi
lebih keras lagi, karena berbagai rumusan metode, pendekatan, dan strategi
pembelajaran dan kurikulum tersebut pada akhirnya membutuhkan jasa
psikologi. Psikologi Barat dengan berbagai kekurangan dan kelemahannya,
tampak lebih siap dan berpengalaman dalam mengantisipasi tuntutan
masyarakat tersebut, ketimbang psikologi Islam yang masih berada dalam taraf
pertumbuhan dan perkembangan. Psikologi Islam harus terus mengejar
ketinggalannya dari psikologi Barat sehingga ia tampil sebagai alternatif yang
berwibawa dan diperhitungkan.

g) Pengertian dan Tujuan Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan


Sosiologi

Pendidikan dengan pendekatan sosiologis dapat diartikan sebagai sebuah


studi yang memanfaatkan sosiologi untuk menjelaskan konsep pendidikan dan
memecahkan berbagai problema yang dihadapinya. Melalui pendekatan ini,
interaksi antara pendidikan dan masalah sosial dikaji secara seksama.
Pendidikan, menurut pendekatan sosiologi ini, dipandang sebagai salah satu
kontruksi sosial, atau diciptakan oleh interaksi sosial. Para sosiologi pendidikan
mengkaji praktik-praktik pendidikan untuk membuktikan hubungannya dengan
kelembagaan, tujuan, kurikulum, proses belajar mengajar, dan berbagai
komponen pendidikan lainnya.

Pendekatan sosiologi, dalam praktiknya, bukan saja digunakan dalam


memahami masalah-masalah pendidikan, melainkan juga dalam memahami
berbagai bidang lainnya, seperti hukum dan agama sehingga muncullah studi
tentang sosiologi hukum dan sosiologi agama.

Pendidikan dengan pendekatan sosiologi ini menarik dan penting untuk


dikaji dan diketahui karena beberapa alasan sebagai berikut:

Pertama, konsep pendidikan, selain didefinisikan melalui pendekatan


individual sebagaimana pada aliran nativisme, juga dapat didekati melalui
pendekatan masyarakat sebagaimana pada aliran behaviorisme.
Kedua, pendidikan adalah salah satu bentuk interaksi manusia. Ia adalah
suatu tindakan sosial yang memungkinkan terjadinya interaksi melalui suatu
jaringan hubungan-hubungan kemanusiaan

Ketiga, di kalangan aliran progresivisme, sebagaiman yang, banyak


diterapkan saat ini, dinyatakan bahwa setiap anak didik memiliki akal dan
kecerdasan. Akal dan kecerdasan merupakan kelebihan manusia dibanding
dengan makhluk lain. Dengan potensi yang bersifat kreatif dan dinamis
tersebut, anak didik mempunyai bekal untuk menghadapi dan memecahkan
problem-problemnya.

Keempat, program pendidikan saat ini, selain harus memuat mata pelajaran
yang berkaitan dengan kepentingan nasional, juga mata pelajaran yang
berkaitan dengan kepentingan nasional, juga mata pelajaran yang berkaitan
dengan kepentingan lokal yang selanjutnya dikenal dengan istilah kurikulum
lokal (Kurlok).

Kelima, setelah terjadinya era reformasi di tahun 1998 sampai sekarang,


perhatian terhadap kepentingan masyarakat semakin meningkat. Program dan
kegiatan pendidikan selain harus mencerminkan aspirasi dan kepentingan
masyarakat, juga harus melibatkan kepentingan masyarakat.

Keenam, setiap bangsa di dunia menyelenggarakan pendidikan yang


disesuaikan dengan kepentingan negaranya. Dari segi kebudayaan, berbagai
Negara tersebut, menurut Samuel Huntington, dapat dibagi ke dalam enam
tipologi, yaitu negara yang terikat pada kebudayaan Cina, kebudayaan India,
kebudayaan Jepang, kebudayaan Islam, kebudayaan Eropa dan kebudayaan
Barat. Masing-masing kebudayaan tersebut memiliki karakteristiknya sendiri-
sendiri.
Keenam macam kebudayaan tersebut berlomba-lomba mempengaruhi pola
pikir, sikap, dan perbuatan manusia. Karena didukung oleh modal, sumber daya
manusia yang canggih, ilmu dan teknologi modern, kebudayaan Barat
sebagaimana tersebut di atas, tampak lebih menguasia kebudayaannya lainnya.
Kebudayaan yang berdasar pada nilai-nilai moral dan spiritual yang berbasis
pada ajaran agama sebagaimana yang dimiliki oleh kebudayaan Islam, Cina,
Jepang, dan kebudayaan Timur lainnya, tampak tidak mampu menghadapinya.
Pengaruh kebudayaan Barat yang demikian itu terus dipompakan ke tengah-
tengah masyarakat melalui pendidikan.

h) Pengertian dan Tujuan Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan


Manajemen

Manajemen pendidikan islam menurut Sulistyiorini adalah suatu proses


penataan atau pengelolaan lembaga pendidikan Islam yang melibatkan sumber
daya manusia muslim dan manusia dalam menggerakannya untuk mencapai
tujuan pendidikan Islam secara efektif dan efisien.

Ilmu Pendidikan Islam dengan pendekatan manajemen dapat diartikan


sebagai sebuah konsep yang mencoba menerapkan fungsi-fungsi manajemen
seperti planing (perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating
(pelaksanaan), controlling (pengawasan), dan evaluating (penilaian), serta
suvervising (perbaikan) dalam kegiatan pendidikan.

Dalam perkembangan selanjutnya, manajemen tidak hanya terbatas pada


pengertian sebagaimana tersebut di atas, melainkan telah berkembang amat
luas. Saat ini, misalnya, dikenal apa yang disebut dengan performance
management atau manajemen yang berbasisi kinerja. Manajemen kinerja ini,
menurut Rober Bacal, adalah manajemen yang didasarkan pada tingkat
pencapaian, keberhasilan, dan peningkatan yang dilakukan oleh karyawan dan
orang-orang yang terlibat di dalamnya.

Dalam perkembangan selanjutnya terdapat pula Manajemen Mutu Terpadu


(Total Quality Management). Manajemen ini, pada mulanya, digunakan dalam
kegiatan bisnis atau usaha nonkependidikan. Namun, karena pendidikan juga
termasuk ke dalam salah satu bidang usaha yang diperdagangkan, maka
pendidikan pun mau tidak mau menggunakan manajemen mutu terpadu (TMQ)
ini. Selain itu, penggunaan manajemen ini juga didasarkan pada keinginan yang
kuat agar lulusan pendidikan yang dihasilkan dapat mencapai standar mutu
yang tinggi dan memuaskan pelanggan.

Perubahan lain yang terjadi di berbagai bidang pendidikan mencakup


eksitensi pendidikan tinggi. Pendidikan tinggi dibiayai untuk meningkatkan
jumlah mahasiswa dengan biaya yang relatif rendah. Tabel-tabel dibuat untuk
memberikan informasi kepada orang tua sehingga mereka dapat melakukan
perbandingan dan memiliki pilihan. Pengenalan terhadap kredit pelatihan
didesain untuk memberi kebebasan kepada pelanggan untuk melakukan pilihan.
Sekolah-sekolah dan perguruan tinggi telah melakukan hal tersebut dengan
menerapkan berbagai rencana strategis. Deregulasi pendidikan memerlukan
strategi-srategi kompetitif yang secara jelas membedakan institusi-institusi dari
para pesaingnya. Mutu terkadang menjadi satu-satunya faktor pembeda bagi
sebuah insitusi. Fokus terhadap kebutuhan pelanggan, yang merupakan point
inti dari mutu, merupakan salah satu cara paling efektif dalam menghadapi
kompetisi dan bertahan di dalamnya.

Keharusan menerapkan manajemen kinerja dan mutu terpadu dalam bidang


pendidikan tersebut, kini sudah menjadi agenda utama seluruh bangsa di dunia,
trmasuk juga Indonesia. Munculnya kebijakan Pemerintah dalam bidang
pendidikan, seperti Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, adalah merupakan bukti perlunya menerapkan konsep manajemen
kinerja dan mutu terpadu dalam kegiatan dan praktik pendidikan.

i)Pengertian dan Tujuan Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan


Teknologi Informasi

Sains atau science (dalam bahasa Inggris) secara harfiah adalah


pengetahuan yang telah memenuhi syarat dan rukun ilmiah, yakni selain
memiliki kejelasan tujuan, objek dan metodologinya, juga terdapat tokoh yang
mengembangkannya serta dibutuhkan oleh masyarakat. Sains, secara istilah,
pada hakikatnya adalah teorisasi terhadap fenomena alam jagat raya, khususnya
fenomena alam yang bersifat fisik kebendaan yang dapat dikuantitatifkan.
Singkatnya sains adalah ilmu pengetahuan ilmiah tentang alam jagat raya yang
bersifat fisik, seperti matemaatika, fisika, biologi, astronomi, kedokteran, dan
sebagainya.

Sedangkan teknologi (technology) terdiri dari kata technique dan logi.


Technique, secara harfiah, berarti rancang bangun tentang sesuatu, sedangkan
logie berarti ilmu pengbetahuan. Dengan demikian, teknologi secara harfiah
adalah ilmu tentang teknik. Teknologi adalah perpaduan antara teknik dan ilmu
pengetahuan, atau penggunaan ilmu pengetahuan yang mendasari teknik, atau
penggunaan teori-teori ilmu pengetahuan dalam rancang bangun tentang
sesuatu.

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) memiliki pengaruh yang


signifikan dan luas terhadap pendidikan dan kegiatan manusia lainnya. Dengan
adanya pengaruh TIK tersebut, berbagai komponen pendidikan telah
mengalami perubahan paradigam.

Pengaruh TIK terhadap dunia pendidikan menunjukkan dinamika yang


beragam. Sebagian lembaga pendidikan ada yang sudah merubah paradigma
pendidikannya dengan berbasis TIK, sebagian yang lainnya ada yang masih
bertahan dengan paradigma lamanya, dan sebagian ada yang memadukan
antara paradigma lama dengan paradigma baru. Perpaduan antara paradigma
lama dengan paradigma baru yang menggunakan TIK tersebut tampaknya
merupakan pilihan yang bijak, cerdas dan bertanggung jawab, dengan alasan
betapapun hebat dan canggihnya TIK namun ia memiliki keterbatasan. Tik
cenderung memberikan pengaruh individualistik pada seseorang, sepenuhnya
mengikuti masyarakat yang cenderung pragmatis, membuat manusia kurang
terbentuk kepribadiannya secara utuh, dan membuat manusia menjadi tidak
berjiwa.

Terlepas dari baik buruknya pengaruh TIK tersebut, bahwa kemampuan


para penyelenggara pendidikan, terutama pendidikan dan tenaga kependidikan
dalam menggunakan TIK tidak dapat di tunda-tunda lagi. Kehidupan era global
yang penuh dengan persaingan, mengharuskan penanganan berbagai hal dengan
menggunakan TIK yang berpedoman pada semangat dan nilai-nilai ajaran
Islam.

j)Pengertian dan Tujuan Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan


Kebudayaan

A.L. Kroeber dan Clyde Kluckhohn, dalam bukunya Cultureal: A Cricital


Review of Concept and Definition, telah mengumpulkan kurang lebih 161
definisi tentang kebudayaan. Pada garis besarnya, definisi kebudayaan, dengan
jumlah tersebut, terbagi dalam berbagai kelompok yang meninjau kebudayaan
dari berbagai sudut pandang.

Pertama, kelompok yang menggunakan pendekatan deskriptif yang


menekankan pada sejumlah isi yang terkandung di dalamnya.

Kedua, kelompok yang menggunakan pendekatan historis yang


menekankan pada warisan sosial dan tradisi.

Ketiga, kelompok yang menggunakan pendekatan normatif yang antara


lain menekankan pada aspek peraturan, cara hidup, ide atau nilai-nilai dan
perilaku.

Keempat, kelompok yang menggunakan pendekatan psikologi, yang antara


lain menekankan pada aspek penyesuaian diri (adjustment) dan proses belajar.

Kelima, kelompok yang menggunakan pendekatan struktural dengan


menekankan pada aspek pola dan organisasi kebudayaan.

Keenam, kelompok yang menggunakan pendekatan genetik yang


memandang kebudayaan sebagai suatu produk, alat-alat, benda-benda ataupun
ide dan simbol.

Dari paparan tersebut di atas, terlihat bahwa kebudayaan lebih bersifat


nilai-nilai, norma, aturan, hukum, ketetapan, pola-pola hubungan yang
mengatur berbagai aspek kehidupan manusia, dan selanjutnya membentuk
sebagai pranata sosial atau blueprint yang digunakan manusia dalam
merespons, menyikapi dan memecahkan masalah yang dihadapinya.
Kebudaayaan membentuk semacam kultur yang mempengaruhi prilaku, pola
pikir (mindset) manusia. Dengan cara demikian, berbagai masalah yang
dihadapi manusia selalu dikembalikan kepada pola pikir budaya yang ada
dalam dirinya.
Kehidupan manusia, dalam suatu masyarakat, tidak dapat lepas dari
pengaruh kebudayaan yang mengitarinya. Pola pikir, ucapan, perbuatan ,dan
berbagai keputusan yang diambil oleh manusia senantiasa dipengaruhi oleh
pandangan budayanya. Yaitu nilai-nilai, aturan, norma, hukum, dan referensi
lainnya yang digunakan sebagai pranata, dan blueprint (cetak biru) yang secara
selektif dan konsisten digunakan sebagai acuan dalam memecahkan berbagai
masalah yang dihadapinya.

Pendidikan dengan pendekatan kebudayaan amat sejalan dengan


masyarakat Indonesia yang pluralistik baik dari segi agama, budaya, bahas,
etnis, stratifikasi sosial, ekonomi, dan lain sebagainya.

Pendidikan dengan pendekatan kebudayan telah mempengaruhi munculnya


aliran filsafat esensialis dan perenialis dalam pendidikan. Yaitu sebuah aliran
ysng meliahat bahwa di dalam masyarakat telah terdapat nilai budaya yang
dinilai unggul, teruji, dan bertahan lama. Nilai-nilai budaya tersebut akan
ditransformasikan kepada peserta didik melalui kegiatan pendidikan sehingga
identitas suatu bangsa dan kelangsungan hidupnya dapat terjamin.

k) Pengertian dan Tujuan Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan


Politik

Secara harfiah, politik dapat diartikan sebagai usaha atau rekayasa yang
diatur sedemikian rupa dalam rangka mencapai tujuan.

Politik yang dalam bahasa Arabnya dikenal dengan istilah al-siyasah


berlaku pada semua aspek kehidupan, seperti pendidikan, keluarga, ekonomi,
budaya, kenegaraan, dan lain sebagainya. Dalam perkembangan selanjutnya,
politik sering dikaitkan dengan masalah kekuasaan suatu pemerintahan.
Politik berperan sebagai cita-cita dan pandangan hidup yang mengarahkan
gerak langkah pendidikan. Politik yang bersifat demokratis akan mewarnai
pelaksanaan pendidikan yang demokratis.

Sesungguhnya hubungan antara pendidikan dan politik bukanlah suatu hal


yang baru. Sejak zaman Plato dan Aristoteles, para filsuf dan pemikir politik
telah memberikan perhatian yang cukup intent terhadap masalah ini.

Dalam sejarah Islam, hubungan antara pendidikan dengan politik juga


dapat dilacak sejak masa-masa pertumbuhan paling subur dalam lembaga-
lembaga pendidikan Islam, semacam madrasah. Sepanjang sejarah terdapat
hubungan yang amat erat antara pendidikan dengan politik.

Dinamika. Pertumbuhan, maju dan mundurnya pendidikan amat


bergantung kepada kebijakan politik pemerintah. Kebijakan politik pemerintah
yang berpihak pada pendidikan, dengan sendirinya akan membawa kemajuan
pendidikan tersebut. Pendidikan yang bermutu pada beberapa di Negara dunia,
antara lain karena keberpihakan pemerintah terhadap pendidikan.

Secara umum, kebijakan politik, pemerintah di Indonesia dapat dibagi


kepada masa orde lama (1945-1966), orde baru (1966-1998) dan orde
reformasi. Kebijakan pemerintah pada ketiga orde tersebut terhadap pendidikan
berbeda-beda. Masing-masing orde tersebut telah memberikan perhatian
terhadap pendidikan dengan kadar dan tingkatan yang berbeda-beda, sesuai
dengan situasi dan kondisi yang mengitarinya.

l)Pengertian dan Tujuan Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan


Hukum
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia dinyatakan, terdapat beberapa
pengertian tentang hukum. Pertama, hukum adalah perturan yang dibuat oleh
suatu kekuasaan atau adat yang dianggap berlaku oleh dan untuk orang banyak.
Kedua, hukum adalah segala undang-undang, peraturan, dan sebagainya untuk
mengatur pergaulan hidup di masyarakat. Ketiga, hukum adalah ketentuan
(kaidah, patokan) mengenai sesuatu peristiwa atau kejadian (alam dan
sebagainya). Keempat, hukum adalah keputusan (pertimbangan) yang
ditentukan oleh hakim (dipengadilan).

Di dalam ajaran Islam, istilah hukum biasanya diwakili oleh istilah fikih.
Secara harfiah, fikih berarti paham atau memahami sesuatu secara mendalam.
Sedangkan secara istilah dan redaksional, fikih memiliki pengertian yang
bermacam-macam.

Berdasarkan beberapa pendapat ulama, maka pengertian fikih dapat


diketahui dengan beberapa hal berikut ini :

Pertama, dilihat dari segi kedudukannya, fikih adalah merupakan sebuah


ilmu, sebagaimana ilmu-ilmu agama Islam lainnya.

Kedua, dari segi sumbernya, fikih bersumber pada dalil-dalil Al-Qur’an


dan al-Sunnah yang jelas dan terperinci, kemudian dilengkapi dengan dalil yang
bersumber dari hasil ijtihad (berpikir keras) yang dapat mengambil bentuk
ijma’ ulama, qiyas (analogi), masalah, istihsan, ‘urf, istishab dan syariat
sebelum Islam (syar’u man qablana).

Ketiga, dilihat dari segi isinya, fikih berisi ketentuan dan ketetspsn
mengenai kewajiban, yaitu hukum syara’ yang bersifat perbuatan (amaliah)
yang dapat mengambil bentuk wajib, haram, mubah, sunnah, makruh, sahih,
fasid, bathil, qadha dan ada.
Keempat, dilihat dari segi sasarannya, fikih diperuntukkan bagi orang-
orang mukalaf, yaitu orang mukmin yang telah mencapai usia dewasa serta
sehat jasmani dan rohaninya.

Kelima, dilihat dari segi proses penetapannya (istimbatnya).

Keenam, dilihat dari segi sifat dan coraknya, fikih mencakup hukum taklifi
dan hukum wadh’i.

Ketujuh, dilihat dari segi perkembangan sejarahnya, fikih dapat dibagi ke


dalam empat periode , yaitu periode Nabi, periode Sahabat, periode Ijtihad serta
Kemajuan, dan periode Taklid serta Kemunduran.

Fikih juga terkadang memasuki wilayah pendidikan. Dengan kata lain,


fikih telah digunakan untuk menjelaskan berbagai aspek pendidikan. Dengan
penjelasan fikih ini, maka kegiatan pendidikan merasa telah memiliki landasan
hukum dan keabsahan sehingga tidak saja diakui oleh pemerintah melainkan
juga oleh agama.

Antara pendidikan dan hukum memiki hubungan timbal balik. Dari satu
sisi, hukum menjadi landasan bagi terlaksananya kegiatan pendidikan dengan
tertib. Dari sisi yang lain, pendidikan berperan dalam mengerjakan dan
menyadarkan masyarakat agar menaati hukum.

Di dalam Al-Qur’an, hadist, serta berbagai peraturan perundang-undangan


yang ditetapkan pemerintah telah terdapat berbagai ketentuan hukum yang
berkaitan dengan pendidikan. Dengan diikutinya aturan tersebut selain akan
terwujud ketertiban pelaksanaan pendidikan, juga akan mencapai standar mutu
yang diharapkan. Selain itu, dengan mengikuti ketentuan hukum tersebut
menyebabkan hasil atau lulusan pendidikan akan memilki civil effect, diterima
ijazah, dan seterusnya.
C. PENUTUP

Berdasarkan uraian dan analisa diatas, dapat ditarik kesimpulan sebagai


penutup, sebagai berikut:

Pertama, karakter Ilmu Pendidikan Islam meliputi; (1) penekanan pada


pencarian ilmu pengetahuan, penguasaan dan pengembangan atas dasar ibadah
kepada Allah SWT, (2) penekanan pada nilai-nilai akhlak, (3) pengakuan akan
potensi dan kemampuan seseorang untuk berkembang dalam suatu kepribadian, (4)
pengamalan ilmu pengetahuan atas dasar tanggung jawab kepada Tuhan dan
masyarakat manusia.

Kedua, komponen pendidikan Islam meliputi visi, misi, tujuan, kurikulum,


proses belajar mengajar, pendidik, peserta didik, manajemen, sarana prasarana,
pembiayaan, dan lingkungan pendidikan Islam.

Ketiga, asas-asas pendidikan Islam meliputi asas historis, asas sosial, asas
ekonomi, asas politik, asas psikologi dan asas filsafat.

Keempat, Ilmu Pendidikan Islam, sebagai new comer (pendatang baru) semakin
mendapat perhatian yang cukup besar. Ilmu ini memiliki hubungan simbiotik dan
mutual interaktif dengan berbagai disiplin ilmu lainnya: Ilmu Agama, sejarah, filsafat,
psikologi, sosiologi, manajemen, teknologi, informasi, kebudayaan, politik dan
hukum. Ilmu Pendidikan Islam tersebut sebagai asas dan pendekatannya.
DAFTAR PUSTAKA

Nata, H. Abuddin. 2009. Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner.


Jakarta: Rajali Pers.

You might also like