You are on page 1of 1

KEDATANGAN SEKUTU ke INDONESIA

Setelah Perang psifik berakhir dan Jepang kalah dalam


menghadapi sekutu, maka Jepang meyerahkan kekuasaannya
pada sekutu. Pasukan sekutu yang bertugas menangani Indonesia
adalah Tentara Kerajaan Inggris. Pasukan tersebut terdiri dari 2,
yaitu :
• SEAC (South East Asia Command) dipimpin oleh Laksamana
Lord Louis Mounbatten untuk wilayah Indonesia bagian Barat.
Mendarat di Indonesia tanggal 22 September 1945.
• SWPC (South West Pasific Command) untuk wilayah
Indonesia bagian Timur.

Dalam melaksanakan tugasnya di Indonesia bagian barat,


Mounbatten membentuk AFNEI (Allied Forces for Netherlands
East Indies) dipimpin oleh Letnan Jenderal Philip Christison.
Tugas AFNEI adalah sebagai berikut.
1. Menerima penyerahan dari tangan Jepang.
2. Membebaskan para tawanan perang dan interniran Sekutu.
3. Melucuti dan mengumpulkan orang Jepang untuk kemudian
dipulangkan.
4. Menegakkan dan mempertahankan keadaan damai untuk
kemudian diserahkan kepada pemerintahan sipil.
5. Menghimpun keterangan tentang penjahat perang dan
menuntut mereka di depan pengadilan Sekutu.
Kedatangan AFNEI ke Indonesia didahului oleh kelompok
penghubung yang dipimpin Mayor Geenhalg yang tiba di Jakarta
tanggal 8 September 1945. Ia bertugas mempersiapkan markas
Besar sekutu di Jakarta. Kedatangannya disul oleh Kapal Perang
Inggris Cumberland dibawah pimpinan Laksamana Peterson yang
berlabuh di Tanjung Priok pada tanggal 29 September 1945 dan
disusul oleh kapal perang Belanda, Tromp.

Kedatangan sekutu awalnya disambut baik (netral) oleh pemimpin


Indonesia sebab melihat tugas yang dibawanya. Namun setelah
mengetahui bahwa ternyata sekutu membawa NICA (Netherlands
Indies Civil Administration) maka Indonesia mulai curiga dan
meragukan maksud kedatangan pasukan sekutu tersebut.
Kecurigaan tersebut disebabkan karena:
NICA adalah pegawai sipil pemerintah Hindia-Belanda yang
dipersiapkan untuk mengambil alih pemerintahan sipil di
Indonesia.
Dugaan bahwa Belanda mau menegakkan kembali
kekuasaannya di Indonesia sebab Belanda masih merasa
memiliki hak di Indonesia.
NICA mempersenjatai orang-orang KNIL yang baru
dilepaskan dari tawanan Jepang.
Bekas interniran juga menuntut kembali barang-barang
miliknya.

Akhirnya Panglima AFNEI, Christison mengakui kemerdekaan


Indonesia secara de facto pada tanggal 1 Oktober 1945. Sehingga
para pejabat daerahpun menerima pasukan AFNEI dan bersedia
membantu tugas AFNEI.
Pelaksanaannya di daerah-daerah yang didatangi pasukan sekutu
terjadi insiden dan pertempuran dari pihak RI. Hal tersebut
disebabkan karena pasukan sekutu tidak sungguh-sungguh
menghormati kedaulatan RI meskipun telah menyampikan bahwa
tidak akan mencampuri persoalan status kenegaraan Indonesia.
Sementara pihak sekutu merasa kewalahan dan menuduh
pemerintah RI tidak mampu menegakkan keamanan dan
ketertiban sehingga terorisme merajalela.
Keadaan tersebut dimanfaatkan oleh Belanda yang ingin
menguasai kembali Indonesia dengan membantu pihak sekutu
dibawah pimpinan Panglima Angkatan Perang Belanda,
Lakasamana Helfrich.
Sejak saat itu terjadilah konflik antara sekutu dan para pejuang
Indonesia, seperti di Surabaya, Ambarawa, Medan, Bandung,
Manado, Biak

You might also like