You are on page 1of 17

Tindak Pidana Ekonomi dan Anti Korupsi

StAR
Stolen Asset Recovery Initiative: Suatu Ihktisar
Oleh : DR Luhut M.P Pangaribuan, SH., LL.M

1
2
Tindak Pidana Ekonomi dan Anti Korupsi

StAR
Stolen Asset Recovery Initiative: Suatu Ihktisar1
Oleh : DR Luhut M.P Pangaribuan,SH.,LL.M

_______________________________________________________________________
_

Materi pembahasan: (1). Pendahuluan. (2). StAR Sebagai Hasil Kesepakatan Dalam Lokakarya.
(3). Ruang-Lingkup StAR. (4). Perampasan Tanpa Pemidanaan (NCB) sebagai Alat untuk Pemulihan Aset.
(4.1) Perspektif Historis dan Dukungan Internasional bagi Perampasan Aset NCB (4.2) NCB dan HAM.
(4.3) Perbandingan Perampasan Aset NCB dan Perampasan Kejahatan (5). Kegunaan dan Manfaat
Perampasan Asset NCB. (6). Perampasan Aset NCB dalam Yurisdiksi Hukum Kontinental dan Hukum (7).
Kesepakatan Konsep-Konsep Kunci Dalam Perampasan Aset Tanpa Pemidanaan (NCB). 8. Lampiran-
lampiran. (8.1) UNAC bab v, (8.2) SEMA No 6 tahun 1988 tentang Penasihat Hukum atau Pengacara yang
Menerima Kuasa Dari Terdakwa/Terpidana “In Absentia”, (8.3) draft RUU tentang Perampasan Aset
Tindak Pidana

_______________________________________________________________________
_

1. Pendahuluan.

StAR adalah merupakan suatu konsep sebagai “pedoman” yang dibukukan untuk
stolen asset recovery. Pedoman ini disusun atas inisiatif dari Bank Dunia/UNODC2 dan
dimaksudkan untuk mengatasi masalah-masalah hukum yang ada dalam pengembalian
1
Ikhtisar ini dari buku, Theodore S. Greenberg, Linda M. Samuel, Wingate Grant, Larissa Gray. Stolen
Asset Recovery. The World Bank Washington D.C, 2009.
2
UNODC, kantor obat terlarang dan kejahatan PBB

3
asset dari hasil suatu kejahatan khususnya korupsi. Konkritnya, pedoman yang disusun
atas inisiatif dari Bank Dunia/UNODC ini mencoba memberikan informasi dan panduan
bagi Negara yang telah meratifikasi UNCAC untuk bagaimanakah mendapatkan kembali
aset yang merupakan hasil korupsi yang cakupannya antar Negara sebagaimana telah
diamanatkan dalam UNCAC.

StAR disusun dengan latar belakang sebagaimana disebutkan dalam pengantar


buku yakni setelah menyadari bahwa, “Uang hasil korupsi yang berkaitan dengan
penyuapan yang diterima oleh pejabat Negara di Negara-negara berkembang dan Negara-
negara transisi diperkirakan berjumlah $20 milyar hingga $40 milyar setiap tahunnya –
sebuah angka yang setara dengan 20-40 persen dari aliran dana bantuan perkembangan
resmi.”3 Dengan jumlah yang fantatstis ini, ”... telah menggiring Presiden Bank Dunia
dan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk memprioritaskan membantu
negara-negara peserta UNAC untuk memulihkan aset curian. Dengan demikian, pada
tanggal 17 September 2007, bersama dengan Direktorat Kantor Narkoba dan Kejahatan
Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNODC), the World Bank meluncurkan Stolen Asset
Recovery Initiative (”StAR”).”4

Secara singkat, ”StAR” memuat pedoman praktis pemulihan aset curian tanpa
pemidanaan, non-conviction based (”NCB”). Perampasan aset tanpa NCB merupakan
alat yang penting untuk memulihkan hasil kejahatan korupsi. Dengan demikian, akan
mendukung pemberantasan korupsi, terutama dalam hal hasil korupsi itu telah
dipindahkan ke luar negeri.

Perampasan Aset NCB dan publikasi pengetahuan pertama dibawah Stolen Asset
Recovery Initiative (StAR) tetang perampasan aset, antara lain ditujukan untuk
membantu negara-negara berkembang untuk pemulihan aset yang dicuri oleh pemimpin-
pemimpin (rezim) yang korup. StAR ini memperkenalkan 36 Konsep Kunci – hukum,
operasional dan praktis – yang harus dicakup oleh suatu sistem Perampasan Aset NCB
agar efektif dalam pemulihan aset curian.5 Ke 36 Konsep Kunci ini mewakili
3
Ibid Hal. XV-XVI.
4
Ibid, prakata
5
Kata Pengantar, Hal. 2

4
rekomendasi-rekomendasi yang telah disepakati oleh para pakar. Para pakar ini setuju
karena konsep demikian memadai tidak hanya secara teori, namun berdasarkan
pengalaman yurisdiksi yang menerapkannya.

2. StAR Adalah Hasil Kesepakatan Lokakarya.

Konsep-konsep dalam StAR sebagaimana disinggung di atas adalah sebagai hasil


kesepakatan dari sebuah Lokakarya Praktisi pada bulan Maret 2008 (Wina, Austria) dan
selanjutnya dikembangkan melalui tindak lanjut kontribusi dan konsultasi. Sebuah versi
yang telah direvisi disajikan dan disepakati oleh sebuah grup praktisi yang telah diperluas
dalam sebuah Lokakarya Praktisi pada bulan Juni 2008 (Cancun, Meksiko). Kesepakatan
lokakarya ini kemudian disusul dengan kontribusi tertulis dan konsultasi tambahan
hingga versi akhir StAR kemudian disepakati oleh grup yang diperluas tersebut.

Sebagaimana diingatkan, dalam membaca StAR perlu diperhatikan dua hal.


Pertama, tujuan keseluruhan petunjuk dalam StAR adalah pengembangan dan
pelaksanaa undang-undang yang mendukung perampasan aset tanpa perlu adanya
6
pemidanaan sebagaiman dijelaskan dalam UNCAC. Kedua, konsep-konsep kunci
wajib diperhitungkan dalam konteks sebuah sistem hukum yang sudah ada dalam suatu
yurisdiksi.7 Dengan kedua hal ini perampasan aset secara hukum diharapkan akan lebih
efektif.

StAR adalah merupakan operasionalisasi dari UNCAC. Konvensi Perserikatan


Bangsa-Bangsa melawan Korupsi (UNCAC), yang mulai berlaku pada tahun 2005,
memperkenalkan kerangka kerja yang inovatif ini dalam bab v khusus mengenai
pemulihan aset, yang terbagi dalam bagian-bagian, (i) ketentuan umum, (ii) pencegahan
dan deteksi transfer hasil-hasil kejahatan, (iii) tindakan-tindakan untuk pengembalian
langsung atas kekayaan, (iv) mekanisme untuk pengembalian kekayaan melalui
kerjasama internasional, (v) kerjasama internasional untuk tujuan perampasan, (vi)
6
UNCAC telah menjadi UU No 7 tahun 2006 tentang Pengesahan United Nations Convention Against
Corruption.
7
Hal. 3

5
kerjasama khusus, (vii) pengembalian dan penyerahan aset, (viii) unit intelijen, (ix)
perjanjian-perjanjian dan pengaturan bilateral dan mutilateral.

Dalam pasal 53 tentang tindakan untuk pengembalian langsung atas kekayaan


ditentukan bahwa setiap negara pihak wajib, sesuai dengan hukum nasionalnya, (a)
mengambil tindakan-tindakan yang dianggap perlu untuk mengizinkan negara pihak yang
lain guna memprakarsai gugatan perdata dalam pengadilan-pengadilannya untuk
menetapkan hak pada atau pemilikan kekayaan yang diperoleh melalui pelaksanaan
suatu kejahatan yang ditetapkan sesuai dengan konvensi ini, (b) mengambil tindakan-
tindakan yang dianggap perlu untuk mengizinkan pengadilan-pengadilannya untuk
memerintahkan mereka yang melakukan kejahatan-kejahatan yang ditetapkan sesuai
denga konvensi ini untuk membayar ganti-rugi atau kerugian kepada negara pihak lain
yang telah dirugikan oleh kejahatan-kejahatan tersebut, (c) mengambil tindakan-tindakan
yang dianggap perlu untuk mengizinkan pengadilan-pengadilan atau badan-badan
berwenangnya, bilaman harus memutuskan tentang perampasan, untuk mengakui
tuntutan negara lain sebagai pemilik yang sah dari kekayaan yang diperoleh melalui
pelaksanaan kejahatan yang ditetapkan sesuai dengan konvensi. Mekanisme untuk
pengembalian kekayaan melalui kerja-sama internasional dalam melakukan perampasan
selanjutnya diatur antara lain dalam dalam pasal 54 ayat 1 butir (c) UNCAC yaitu
ditentukan bahwa negara pihak ”mempertimbangkan untuk mengambil tindakan-tindakan
yang dianggap perlu untuk memungkinkan perampasan atas kekayaan tersebut tanpa
suatu penghukuman pidana dalam kasus-kasus di mana pelanggar tidak dapat dituntut
dengan alasan kematian, pelarian atau tidak ditemukan atau dalam kasus-kasus lainnya”.

3. Ruang-Lingkup StAR.

Petunjuk dalam StAR diatur menjadi tiga bagian utama, untuk mengembangkan
suatu rencana tindak guna mendukung nasionalisasi dan pelaksanaan ketentuan-ketentuan
pemulihan aset dibawah UNCAC.8 Bagian A memperkenalkan Perampasan Aset NCB

8
Dewasa ini sudah dalam proses rancangan undang-undang tentang perampasan asset tindak pidana di
Departemen Hukum dan HAM.

6
sebagai satu alat penting untuk melawan korupsi. Bagian B memuat 36 Konsep Kunci.
Bagian C memuat sejumlah kontribusi khusus tertulis.

4. Perampasan Tanpa Pemidanaan (NCB) Sebagai Alat untuk Pemulihan


Aset.

Dalam bagian ini dijelaskan bagaimana membedakan antara Perampasan aset


hasil Kejahatan dan Perampasan Aset NCB.9 Secara umum ada dua jenis perampasan
yang diterapkan secara internasional untuk memulihkan hasil dan instrumentalitas dari
tindak kejahatan: Perampasan Aset NCB dan perampasan kejahatan. Keduanya memiliki
tujuan yang sama, yakni perampasan oleh negara atas hasil dan sekaligus sebagai
instrumentalitas kejahatan untuk memberantas suatu tindak kejahatan. Perampasan
sebagai instrumentalitas memastikan bahwa aset hasil kejahatan tidak akan digunakan
untuk tujuan kejahatan selanjutnya, jadi merupakan suatu pencegahan.

Perampasan kejahatan adalah merupakan suatu perintah in personam yakni suatu


tindakan terhadap seseorang. Perintah ini biasa dilakukan dalam perkara pidana. Sebagai
contoh, perintah in personam dapat diilustrasikan dengan register sutau perkara pidana:
Negara lawan John Smith. Perampasan Aset NCB, yang juga disebut sebagai
”perampasan perdata” atau ”perampasan in rem”, atau ”perampasan obyek” dalam
beberapa yurisdiksi adalah merupakan tindakan terhadap aset itu sendiri: Negara lawan
$100.000) dan tidak terhadap seorang individu.

4.1 Perspektif Historis dan Dukungan Internasional bagi Perampasan Aset


NCB.10

Konsep Perampasan Aset NCB sudah ada sejak lama dan didasari atas pemikiran
bahwa apabila ”sesuatu” melanggar hukum, maka itu dapat disita untuk negara. Konsep
yurisdiksi in rem, secara harafiah ”melawan sesuatu”, menjadi kelaziman dalam hukum

9
Hal. 13-16
10
Hal. 18

7
maritim agar kapal, dan bukan kapten, awak kapal atau pemilik dapat digugat apabila
kapal melakukan suatu kesalahan. 11

Amerika Serikat sudah memiliki undang-undang NCB ini sejak tahun 1776,
bahkan undang-undang ini telah diamandemenkan lebih dari 30 tahun lalu. NCB adalah
untuk memerangi momoknya perdagangan narkoba dan untuk mencapai dua kategori
harta benda: hasil tindak kejahatan dan harta benda yang memudahkan dijalankannya
tindak kejahatan itu.

4.2 NCB dan HAM.

Sejak tahun 1986, Komisi Hak-Hak Azasi Manusia Eropa mendeklarasikan


Perampasan Aset NCB adalah konsisten dengan asas praduga tak bersalah dan hak
fundamental atas harta benda. Namun demikian, komisi telah menyatakan bahwa setiap
pemulihan aset harus menerima untuk ditantang (diajukan) di pengadilan serta juga harus
layak dan proporsional.

4.3 Perbandingan Perampasan Aset NCB dan Perampasan Kejahatan.

Secara lebih konkrit persamaan dan perbedaan kedua perampasan Aset NCB dan
perampasan kejahatan dapat dilihat dalam uraian dengan tabel dibawah ini:

KOTAK 1 Perbedaan antara Perampasan Aset tindak kejahatan dan Perampasan Aset NCB
Perampasan Kejahatan Perampasan NCB
Terhadap orangnya (in Terhadap barangnya (in rem): tindakan
personam): bagian dari yudisial yang diajukan pemerintah
tuntutan pidana terhadap terhadap barang tersebut.
seseorang Tindakan
Dikenakan sebagai bagian Diajukan sebelum, selama atau setelah
dari hukuman dalam kasus Bilakah terjadinya? hukuman pidana, atau bahkan tanpa
pidana adanya tuntutan pidana terhadap
seseorang.
Perlu adanya hukuman Hukuman pidana tidak diperlukan.
11
Lihat Mareva Injunction

8
pidana. Wajib menetapkan Membuktikan perbuatan Wajib menetapkan perbuatan yang
kegiatan kejahatan ”tanpa yang melawan hukum melawan hukum menurut standar bukti
keraguan yang layak” atau ”keseimbangan probabilitas” (standar
dengan ”keyakinan yang mungkin berbeda-beda)
sungguh-sungguh”.
Berbasiskan obyek atau Keterkaitan antara hasil Berbasiskan obyek.
nilai. dan perbuatan yang
melawan hukum
Menyita kepentingan pihak Perampasan Menyita obyek tersebut sendiri, dalam
terdakwa dalam harta benda hal pemilik yang tidak bersalah.
Berbeda (pidana atau Yurisdiksi Berbeda (pidana atau perdata)
perdata)

5. Kegunaan dan Manfaat Perampasan Asset NCB.

Perampasan Aset NCB berguna dalam pelbagai konteks, terutama ketika perampasan
pidana tidak memungkinkan atau tidak tersedia, sebagaimana terlihat dalam contoh-
contoh berikut:
• Pelanggar merupakan buronan. Hukuman pidana tidak memungkinkan apabila
terdakwa merupakan buronan.
• Pelanggar telah tiada atau meninggal dunia sebelum adanya penghukuman.
Kematian mengakhiri suatu proses peradilan pidana.
• Pelanggar sedemikian berkuasanya sehingga penyelidikan atau penuntutan pidana
tidak realistis atau tidak memungkinkan.
• Pelanggar tidak dikenal dan asetnya ditemukan (misalnya, aset ditemukan dalam
tangan seorang kurir yang tidak terlibat dalam pelanggaran pidana). Apabila aset
tersebut diperoleh dari suatu tindak kejahatan, seorang pemilik atau pelanggar
mungkin tidak berkeinginan untuk menghadapi proses peradilan perdata
pemulihan, dikarenakan khawatir ini akan menuju ke suatu penuntutan pidana.
Keraguan demikian sangat mempersulit penuntutan pidana terhadap seorang
pelanggar, bahkan tidak mungkin.
• Harta benda yang berkaitan dipegang oleh pihak ketiga yang tidak dituntut
dengan pelanggaran kejahatan namun menyadari – atau membutakan diri terhadap
fakta – bahwa harta benda tersebut tercemar adanya. Meskipun perampasan

9
pidana tidak dapat mencapai harta benda yang dipegang oleh pihak ketiga yang
bonafid, Perampasan Aset NCB dapat menyita harta benda dari pihak ketiga tanpa
pembelaan yang bonafid.
• Tiada bukti yang layak untuk melanjutkan dengan penuntutan pemidanaan.

Perampasan Aset NCB juga bermanfaat dalam keadaan sebagai berikut:


• Pelanggar telah dibebaskan dari pelanggaran pidana pokok dikarenakan kurang
adanya bukti yang dapat digunakan atau kegagalan dalam memenuhi beban
pembuktian. Ini berlaku dalam yurisdiksi di mana Perampasan Aset NCB
ditetapkan atas standar pembuktian yang lebih rendah daripada standar
penghukuman pidana. Meskipun ada kemungkinan bahwa bukti tidak memadai
untuk sebuah penghukuman pidana tanpa keraguan yang layak, namun ada
kemungkinan adanya bukti yang layak untuk menunjukkan bahwa aset diperoleh
dari kegiatan haram atas dasar keseimbangan probabilitas.
• Perampasan tidak dipermasalahkan. Dalam yurisdiksi di mana Perampasan Aset
NCB dilaksanakan sebagai proses peradilan perdata, prosedur putusan
wanprestasi digunakan untuk menyita aset, sehingga terjadi efisiensi dalam waktu
dan biaya.

Perampasan Aset NCB juga tidak terbatas dalam konteks nasional. Dalam ekonomi
global dewasa ini, para kriminal dapat memindahkan aset seputar dunia dalam hitungan
waktu detik hanya dengan menekan satu tombol.

6. Perampasan Aset NCB dalam Yurisdiksi Hukum Kontinental dan Hukum


Anglo-Saxon.12

Titik mulanya adalah Pasal 54 (1) (c) UNCAC, yang mewajibkan semua Pihak
Negara untuk mempertimbangkan perampasan hasil tindak kejahatan tanpa pemidanaan.
UNCAC malah mengusulkan Perampasan Aset NCB sebagai suatu alat untuk semua

12
Hal. 17

10
yurisdiksi untuk dipertimbangkan dalam perang melawan korupsi, sebuah alat yang
melampaui perbedaan-perbedaan antar sistem.

7. Kesepakatan Konsep-Konsep Kunci Dalam Perampasan Aset Tanpa


Pemidanaan (NCB).

Konsep Kunci 1.
Perampasan aset tanpa pemidanaan (NCB) seharusnya tidak pernah merupakan pengganti
untuk penuntutan pidana.

Perampasan Aset NCB tidak digunakan sebagai alternatif untuk penuntutan pidana ketika
yurisdiksi memiliki kemampuan untuk menindak si pelanggar. Perampasan Aset NCB
harus dilengkapi dengan penuntutan pidana dan penghukuman. Tetapi NCB dapat
mendahului suatu tuduhan pidana atau berjalan paralel dengan proses peradilan pidana
(lihat Konsep Kunci 2).

Konsep Kunci 2.
Keterkaitan harus ditetapkan antara sebuah Perampasan Aset NCB dan setiap proses
peradilan pidana, termasuk investigasi yang sedang dinantikan.

Oleh sebab Perampasan Aset NCB dipicu oleh perbuatan kejahatan, mungkin ada
beberapa keadaan di mana investigasi dan penuntutan pidana berbenturan atau berjalan
sejajar dengan tindakan Perampasan Aset NCB. Pendekatan secara bersamaan merupakan
metode yang lebih dikehendaki. Namun demikian, keduanya tidak perlu berjalan pada
waktu yang bersamaan.

Konsep Kunci 3.
Perampasan Aset NCB harus tersedia apabila penuntutan pidana tidak tersedia atau tidak
berhasil.

Konsep Kunci 4.

11
Peraturan pembuktian dan prosedural yang berlaku harus serinci mungkin.

Konsep Kunci 5.
Aset yang diperoleh dari cakupan pelanggaran pidana seluas-luasnya harus tercakup
dalam Perampasan Aset NCB.

Konsep Kunci 6.
Kategori aset yang seluas-luasnya sebaiknya tunduk kepada perampasan.

Konsep Kunci 7.
Definisi mengenai aset yang tunduk kepada perampasan harus cukup luas untuk
mencakup bentuk-bentuk baru dalam nilai.

Konsep Kunci 8.
Aset-aset yang Tercemar yang diperoleh sebelum memberlakuan undang-undang
Perampasan Aset NCB harus tunduk kepada perampasan.

Konsep Kunci 9.
Pemerintah harus memiliki kebijaksanaan untuk menetapkan ambang batas dan garis-
garis petunjuk kebijakan yang sesuai untuk perampasan.

Konsep Kunci 10.


Langkah-langkah spesifik yang dapat diambil pemerintah harus ditunjuk untuk
menyelidiki dan preservasi aset-aset sambil menunggu perampasan.

Konsep Kunci 11.


Langkah-Langkah preservasi dan penyelidikan yang diambil tanpa pemberitahuan kepada
pemegang aset harus berwenang ketika pemberitahuan dapat memberatkan kemampuan
yurisdiksi untuk melakukan penuntutan kasus perampasan.

Konsep Kunci 12.

12
Harus ada suatu mekanisme untuk memodifikasi perintah-perintah preservasi,
pemantauan dan produksi bukti serta untuk memperoleh penundaan terhadap setiap
putusan yang berlawanan dengan pemerintah sambil menunggu pertimbangan ulang atau
banding terhadap setiap perintah yang dapat menempatkan harta benda yang dapat disita
di luar jangkauan pengadilan.

Konsep Prosedural dan Pembuktian.

Konsep Kunci 13.


Persyaratan prosedural dan isi untuk permohonan pemerintah dan tanggapan penuntut
harus dispesifikasikan.

Konsep Kunci 14.


Konsep fundamental seperti standar (beban) bukti dan penggunaan prasangka yang dapat
dilawan harus ditetapkan oleh hukum.

Standar Bukti.

Di antara kedua hal ekstrim tersebut terdapat pertimbangan bukti atau keseimbangan
standar probabilitas, yang pada umumnya sama dengan lebih mendekati benar
dibandingkan tidak benar, atau kemungkinan lebih dari 50 persen bahwa proposisi
tersebut benar.

Konsep Kunci 15.


Dimana pembelaan afirmatif telah digunakan, pembelaan atas perampasan juga harus
dispesifikasikan, bersama dengan elemen pembelaan tersebut dan beban bukti.

Konsep Kunci 16.


Pemerintah harus berwenang untuk menawarkan bukti berdasarkan bukti keadaan
(circumstantial) dan hearsay.

Konsep Kunci 17.

13
Undang-Undang pembatasan yang berlaku (instruksi) harus dirancang untuk mengizinkan
keberlakuan maksimal atas Perampasan Aset NCB.

Konsep Kunci 18.


Mereka dengan kepentingan hukum yang potensial atas harta benda yang menjadi subyek
perampasan berhak atas pemberitahuan mengenai proses peradilan.

Konsep Kunci 19.


Seorang penuntut umum atau aparatur pemerintah harus diberi wewenang untuk
mengakui kreditur yang menjaminkan tanpa mensyaratkan mereka untuk mengajukan
gugatan formil.

Konsep Kunci 20.


Seorang buronan yang menolak untuk kembali ke yurisdiksi untuk menghadapi tuntutan
pidana tidak seharusnya diperkenankan untuk menentang proses Perampasan Aset
NCB.13

Konsep Kunci 21.


Pemerintah harus memperoleh wewenang untuk membatalkan pengalihan apabila harta
benda telah dialihkan kepada pihak dalam atau kepada setiap orang yang mengetahui
adanya tindakan ilegal di baliknya.

Konsep Kunci 22.


Sejauh mana penuntut atas aset yang dapat disita dapat menggunakan aset tersebut
dengan tujuan menentang tindakan perampasan atau untuk biaya sehari-hari harus di
spesifikasi.

Konsep Kunci 23.


Pertimbangkan untuk mengesahkan proses peradilan putusan yang standar apabila
pemberitahuan yang sesuai telah diberikan dan aset tetap tidak diklaim.

Konsep Kunci 24.

13
Sebagai ilustrasi, lihat SEMA No. 6 tahun 1988 tentang Penasihat Hukum Atau Pengacara yang
Menerima Kuasa Dari Terdakwa/Terpidana “In Absensia”.

14
Pertimbangkan untuk mengizinkan para pihak menyetujui perampasan tanpa persidangan
dan mengesahkan pengadilan untuk menyatakan putusan perampasan yang telah
ditentukan ketika para pihak telah menyetujui prosedur tersebut.

Konsep Kunci 25.


Spesifikasikan seluruh pemulih yang tersedia bagi penuntut dalam hal pemerintah gagal
menentukan putusan perampasan.

Konsep Kunci 26.


Putusan akhir pada Perampasan Aset NCB harus dinyatakan secara tertulis.

Konsep Kunci 27.


Spesifikasikan instansi mana yang memiliki yurisdiksi untuk menyelidiki dan menuntut
kasus perampasan.

Konsep Kunci 28.


Pertimbangkan pengangkatan hakim dan penuntut umum dengan keahlian atas pelatihan
khusus di bidang perampasan untuk mengatasi Perampasan Aset NCB.

Konsep Kunci 29.


Harus terdapat sistem yang tepat waktu dan efisien untuk perencanaan, pemeliharaan, dan
pelepasan aset pra-perampasan.

Konsep Kunci 30.


Menentukan mekanisme untuk memastikan pembiayaan yang dapat diduga,
berkelanjutan, dan mencukupi untuk operasional program perampasan yang efektif dan
membatasi interfensi politik dalam kegiatan perampasan aset.

Konsep Kunci 31.

15
Terminologi yang benar harus digunakan, khususnya ketika melibatkan kerjasama
internasional.

Konsep Kunci 32.


Yurisdiksi ekstra teritorial harus diberikan kepada pengadilan.

Konsep Kunci 33.


Negara harus memiliki wewenang untuk menegakkan putusan sela asing.

Konsep Kunci 34.


Negara harus memiliki wewenang untuk menegakkan perintah perampasan asing dan
harus mengesahkan legislasi yang memaksimalkan keberlakuan putusan mereka di
yurisdiksi asing.

Konsep Kunci 35.


Perampasan Aset NCB harus digunakan untuk mengembalikan harta benda kepada
korban.

Konsep Kunci 36.


Pemerintah harus diberikan wewenang untuk berbagi aset dengan atau mengembalikan
aset kepada yurisdiksi yang bekerjasama.

8. Lampiran-lampiran:

(1) UNAC bab v, (2) SEMA No 6 tahun 1988 tentang Penasihat Hukum atau Pengacara
yang Menerima Kuasa Dari Terdakwa/Terpidana “In Absentia”, (3) draft RUU tentang
Perampasan Aset Tindak Pidana.

***

16
Daftar Pustaka

Greenberg, Theodore S. , Linda M. Samuel, Wingate Grant, Larissa Gray. 2009. Stolen
Asset Recovery. The World Bank, Washington D.C.
Rancangan Undang-Undang tentang Perampasan Asset Tindak Pidana di Departemen
Hukum dan HAM. Dewasa ini sudah dalam proses.
SEMA No. 6 tahun 1988 tentang Penasihat Hukum Atau Pengacara yang Menerima
Kuasa Dari Terdakwa/Terpidana “In Absensia”.
Undang-Undang No. 7 Tahun 2006 tentang Pengesahan United Nations Convention
Against Corruption.

***

17

You might also like