You are on page 1of 22

BAB I

PENDAHULUAN

Sesungguhnya persoalan ekonomi sama tuanya dengan keberadaan


manusia itu sendiri. Tetapi bukti-bukti konkrit paling awal yang bisa ditelusuri ke
belakang hanya hingga masa Yunani Kuno (Deliarnov, 2003: 11). Seperti yang
sudah diketahui, kata "ekonomi" sendiri berasal dari penggabungan dua suku kata
Yunani: oikos dan nomos, yang berarti pengaturan atau pengelolaan rumah tangga.
Istilah tersebut pertama kali digunakan oleh Xenophone, seorang filsuf Yunani.
Pada masa Yunani Kuno sudah ada teori dan pemikiran tentang uang,
bunga, jasa tenaga kerja manusia dari perbudakan dan perdagangan. Bukti tentang
itu dapat dilihat dari buku Respublika yang ditulis Plato (427-347 SM) sekitar 400
tahun sebelum Masehi (Deliarnov, 2003: 12). Karena dia yang melahirkan
pemikiran paling awal tentang perekonomian, maka pemikirannya tentang praktek
ekonomi banyak dipelajari orang. Hanya sayang, walau Plato ada membahas
masalah-masalah ekonomi, tetapi pembahasan itu tidak dilakukan secara khusus,
melainkan sejalan dengan pemikiran tentang bentuk suatu masyarakat sempurna,
atau sebuah utopia.
Selama tahun 1960-an dan 1970-an, para pemikir ekonomi sangat tertarik
untuk mencoba dan menjelaskan mengapa teori-teori itu berubah melewati waktu
dan bagaimana komunitas ilmuwan memilih antara teori-teori persaingan pada
fenomena yang sama (Samuels, 2003: 6).
Sistem ekonomi dalam masyarakat di suatu negara pada hakekatnya
tercipta sebagai konsekuensi logis dalam pemenuhan kebutuhan dimensi material
yang ada di dalam tiap-tiap diri individu, khususnya kebutuhan primer yang
meliputi kebutuhan sandang, pangan dan papan. Dalam memenuhi kebutuhan
material tiap-tiap individu, maka diciptakan sistem sosial yaitu sistem ekonomi
yang berada di bawah regulasi suatu pemerintahan negara. Sistem ekonomi
berfungsi memanajemen barang dan jasa dengan tujuan menciptakan kemakmuran
dalam masyarakat, khususnya dalam pemenuhan kebutuhan primer. Manajemen
barang lebih terkait dengan sumber daya alam (natural resources) baik yang bisa

1
maupun tidak bisa diperbaharui, sedangkan manajemen jasa lebih terkait dengan
faktor sumber daya manusia (human resources) tentang sejauh mana kapabilitas dan
intelektualitas manusia (human power) dalam memanajemen sub-sub sistem
ekonomi.
Dalam perkembangannya banyak bermunculan para pemikir-pemikir
ekonomi yang memberikan sumbangsihnya bagi sistem perekonomian suatu
negara. Para pemikir ekonomi tersebut memiliki konsep tersendiri walaupun satu
sama lain ada keterkaitan. Dari hasil pemikiran ekonomi tersebut maka
bermunculanlah mazhab-mazhab atau aliran-aliran dalam bidang ekonomi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

Ilmu ekonomi sebagai ilmu yang terus berkembang mengenal berbagai


macam mazhab atau aliran, menurut Sastradipoera dalam Dadang Supardan (2009:
392) terdapat lebih kurang sepuluh mazhab ilmu ekonomi, yaitu mazhab: (1)
Merkantilis; (2) Fisiokrat; (3) Klasik; (4) Sosialis; (5) Historis; (6) Marginalis; (7)
Institusionalis; (8) Neoklasik; (9) Keynesian, dan (9) Chicago.

2.1 Mazhab Merkantilisme


Mazhab merkantilisme muncul antara Abad Pertengahan dengan kejayaan
Laissez-Faire (1500-1776 atau 1800). Merkantilisme adalah suatu teori ekonomi
yang menyatakan bahwa kesejahteraan suatu negara hanya ditentukan oleh
banyaknya aset atau modal yang disimpan oleh negara yang bersangkutan, dan
bahwa besarnya volume perdagangan global teramat sangat penting. Menurut
Eatwell dalam Dadang Supardan (2009: 392), merkantilisme merupakan babak
panjang pertalian sederhana dalam sejarah pemikiran ekonomi Eropa dan
kebijaksanaan ekonomi nasional, yang membentang sekitar tahun 1500 sampai
tahun 1800. Adanya ‘penemuan-penemuan’ daerah baru yang luas memiliki
implikasi bahwa institusi ‘gilda’ tidak memadai lagi, bahkan dianggap sebagai
penghambat berkembangnya perdagangan antar negara waktu itu. Akibatnya,
mereka melakukan perdagangan dengan berbagai negara hasil temuan mereka, dan
semua ini menimbulkan persaingan dagang yang makin menajam antar bangsa
penjelajah. Para ‘kapitalis pedagang’ (merchant capitalists) memegang peranan
penting dalam dunia bisnis. Emas, rempah-rempah, perak yang memberikan
kemudahan bagi pesatnya perdagangan dan mendorong tumbuhnya teori mengenai
logam mulia menurut Sastradipoera dalam Dadang Supardan (2009: 392).
Latar belakang munculnya mazhab merkantilisme adalah :
1. Munculnya Negara-negara merdeka di Eropa.

2. Dibuka jaringan perdagangan ke luar negeri dan diadakan pelayaran


serta eksplorasi ke wilayah-wilayah baru.
3
3. Diperlukan kondisi perekonomian yang kuat sehingga ditetapkan
logam mulia sebagai standart ukuran kekayaan suatu Negara.
4. Negara tersebut ingin mempertahankan kedaulatan, kebebasan, dan
kesejahteraan rakyatnya
Pada masa tersebut peran tokoh Thomas Mun (1571-1641) saudagar kaya
raya dari Inggris dan Jean Baptist Colbert (1619-1683) adalah seorang menteri
utama ekonomi dan keuangan dari Prancis pada zaman raja Louis XIV, merupakan
dua tokoh penting yang mewakili kaum ‘skolar’ dan saudagar pada waktu itu,
sehingga ekonomi merkantilisme ini sering disebut ‘Colbertisme’.
Inti ajaran atau mazhab merkantilisme ini adalah :
a. Emas dan perak khususnya merupakan bentuk kekayaan yang paling
banyak disukai, oleh karena itu mereka melarang ekspor logam mulia.
b. Negara harus mendorong ekspor dan memupuk kekayaan dengan
merugikan negara lainnya (tetangga).
c. Dalam kebijaksanaan ekspor-impor, berkeyakinan bahwa
perkembangan harus dapat diraih dan dikelola dengan jalan meraih
surplus sebesar-besarnya dari penerimaan ekspor barang yang melebihi
belanja untuk impor barang.
d. Kolonisasi dan monopolisasi perdagangan harus benar-benar dapat
dilaksanakan secara ketat untuk memelihara keabadian kaum koloni
tunduk dan tergantung kepada negara induk.
e. Penentangan atas bea, pajak, dan restriksi intern terhadap mobilitas
barang,
f. Harus dibangun pemerintah pusat yang kuat, guna menjamin
kebijaksanaan merkantilisme tersebut, dan.
g. Pentingnya pertumbuhan penduduk yang tinggi namun disertai dengan
sumberdaya manusia yang tinggi pula untuk memenuhi kepentingan
pemasokan kepentingan militer serta pengelolaan merkantilisme yang
kuat pula (Sastradipoera dalam Dadang Supardan, 2009: 393).
Di antara berbagai teori merkantilis salah satunya adalah bullionism,
doktrin yang menekankan pada pentingnya akumulasi logam mulia. Kaum

4
merkantilis berpendapat bahwa Negara seharusnya mengekspor barang lebih
banyak dibandingkan jumlah yang diimport sehingga luar negeri akan membayar
selisihnya dalam bentuk logam mulia. Kaum merkantilis juga berpendapat bahwa
bahan mentah yang tidak dapat ditambang dari dalam negeri maka harus diimport,
dan mempromosikan subsidi, seperti penjaminan monopoli perlindungan tarif,
untuk meningkatkan produksi dalam negeri dari barang-barang manufaktur.
Para perintis merkantilisme menekankan pentingnya kekuatan negara dan
penaklukan luar negeri sebagai kebijakan utama dari economic policy. Jika sebuah
negara tidak mempunyai supply dari bahan mentahnnya maka mereka harus
mendapatkan koloni darimana mereka dapat mengambil bahan mentah yang
dibutuhkan. Koloni berperan bukan hanya sebagai penyedia bahan mentah tapi juga
sebagai pasar bagi barang jadi. Agar tidak terjadi suatu kompetisi maka koloni
harus dicegah untuk melaksanakan produksi dan berdagang dengan pihak asing
lainnya.
Ajaran merkantilisme dominan sekali diajarkan di seluruh sekolah Eropa
pada awal periode modern (dari abad ke-16 sampai ke-18, era dimana kesadaran
bernegara sudah mulai timbul). Peristiwa ini memicu, untuk pertama kalinya,
intervensi suatu negara dalam mengatur perekonomiannya yang akhirnya pada
jaman ini pula sistem kapitalisme mulai lahir. Kebutuhan akan pasar yang diajarkan
oleh teori merkantilisme akhirnya mendorong terjadinya banyak peperangan
dikalangan negara Eropa dan era imperialism Eropa akhirnya dimulai. Sistem
ekonomi merkantilisme mulai menghilang pada akhir abad ke-18, seiring dengan
munculnya teori ekonomi baru yang diajukan oleh Adam Smith dalam bukunya
The Wealth of Nations, ketika sistem ekonomi baru diadopsi oleh Inggris, yang
notabene saat itu adalah negara industri terbesar di dunia.
Saat ini, semua ahli ekonomi Eropa antara tahun 1500 sampai tahun 1750
dianggap sebagai merkantilis meskipun ketika itu istilah 'merkantilis' belum
dikenal. Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Victor de Riqueti, marquis de
Mirabeau pada tahun [1763], dan kemudian dipopulerkan oleh Adam Smith pada
tahun 1776. Pada kenyataannya, Adam Smith menjadi orang pertama kali
menyebutkan kontribusi merkantilis terhadap ilmu ekonomi dalam bukunya yang

5
berjudul The Wealth of Nations. Istilah merkantilis sendiri berasal dari bahasa Latin
mercari, yang berarti "untuk mengadakan pertukaran," yang berakar dari kata merx,
berarti "komoditas." Kata merkantilis pada awalnya digunakan oleh para kritikus
seperti Mirabeau dan Smith saja, namun kemudian kata ini juga digunakan dan
diadopsi oleh para sejarawan (Niehans, 1994: 6).
“Mercantilism” was the term that Schmoller used to designate the policy
of unity and centralization pursued by the Prussian government in particular
during the seventeenth and eighteenth centuries. Hence, mercantilism expressed the
economic interest of the state and regarded economic wealth as a rational means
to achieve political power. According to Schmoller, mercantilism expressed the “. .
. economic interests of the whole states” (Schmoller, 1896, p. 59).
Schmoller menggambarkan bahwa merkantilisme digunakan dalam
kebijakan penyatuan dan pemusatan yang diinginkan oleh pemerintah Prusia
selama abad ke-17 dan abad ke-18. Oleh karena itu ekonomi diekspresikan sebagai
daya tarik ekonomi suatu negara dan pandangan terhadap kekayaan ekonomi dalam
pencapaian kekuatan politik negara.
Tokoh-tokoh mazhab Merchantilisme:
a. Jean Boudin (1530-1596)
b. Thomas Mun (1571-1641)
c. Jean Baptist Colbert (1619-1683)
d. Sir Wiliam Petty (1623-1687)
e. David Hume (1711-1776)
Mercantilisme mulai menurun di Great Britain pada pertengahan abad ke-
18, ketika sekelompok economic theorists, dipimpin oleh Adam Smith, menantang
dasar-dasar mercantilist doctrines yang berkeyakinan bahwa jumlah keseluruhan
dari kekayaan dunia ini adalah tetap sehingga suatu negara hanya dapat
meningkatkan kekayaannya dari pengeluaran negara lainnya. Meskipun begitu, di
negara-negara yang baru berkembang seperti Prussia dan Russia, dengan
pertumbuhan manufacturing yang masih baru, mercantilism masih berlanjut sebagai
paham utama meskipun negara-negara lain sudah beralih ke paham yang lebih baru.

6
2.2 Mazhab Fisiokrat
Mazhab Fisiokrat, muncul pertama kali di Prancis menjelang berakhirnya
zaman merkantilis yang diawali tahun 1756. Istilah ”fisiokrat” berasal dari bahasa
Yunani, dari kata ”physia” berarti alam, dan ”kratos” berarti kekuasaan. Secara
harfiah berarti ”supremasi alam”. Tokohnya adalah Francois Quesnay (1654-
1774), seorang dokter ilmu bedah Prancis yang pernah menjadi dokter pribadi Raja
Louis XV, juga dokter kepercayaan selir raja, Madame de Pompadour. Di samping
profesinya sebagai dokter, ia seorang ahli ekonomi yang menulis artikelnya ”ilmu
ekonomi” dalam Grande Encyclopedie. Quesnay mengecam kebijaksanaan
ekonomi Colbert, dengan mengatakan bawa seorang menteri tidaklah pantas
mengeluarkan kebijaksanaan hanya didorong oleh kecemburuan terhadap
keberhasilan perdagangan Belanda dan keindahan industri barang-barang mewah.
Hal ini hanya akan menjebloskan negara Prancis dalam kebodohan yang amat
dalam, dimana rakyat hanya bisa bicara mengenai ”dagang” dan ”uang”. Semuanya
ini tidak lain hanya karena ulah Colbert yang telah menghancurkan sendi-sendi
ekonomi rakyat Prancis.
Inti ajaran fisiokrat ini pada hakikatnya berlandaskan hukum alam.
Sebagaimana Isaac Newton (1643-1727) yang telah menemukan hukum dunia fisik,
maka Quesnay percaya bahwa seluruh kegiatan manusia harus dibawa kedalam
harmoni dengan hukum alam. Inti ajaran tersebut adalah:
a. Semboyan laissez-faire, laissez -passer yang berasal dari Vincent de
Gournay (1712-1759) yang arti konotatifnya ”biarkan orang berbuat
seperti yang mereka sukai tanpa campur tangan pemerintah”
mengisaratkan betapa pemerintah harus membatasi diri dalam
intervensinya dalam perekonomian jelas bertentangan dengan kaum
merkantilis, maupun feodalis.
b. Tekanan pada sektor pertanian yang produktif yang memungkinkan
terjadinya surplus atau produk neto di atas nilai sumber daya yang
digunakan.
c. Pemilik tanah harus dibebani pajak yaitu dalam bentuk satu macam
pajak Sekalipun perekonomian Prancis tidak menjadi lebih baik,

7
namun fisiokrat telah memberikan sumbangan yang bermakna bagi
perkembangan ilmu ekonomi, terutama dalam semboyan laissez -faire,
fisiokrat mengubah perhatian para ekonom kepada masalah peranan
pemerintah dalam perekonomian yang didasarkan pada persaingan
bebas dan kebebasan memilih serta membuat keputusan (Sastradipoera
dalam Dadang Supardan, 2009: 394-395).
Kaum physiokrat sebagai yang pertama memandang kehidupan
perekonomian sebagai suatu sistem yang sudah ditentukan dan sebagai suatu sistem
yang diatur oleh hukum-hukum tersendiri, dan atas dasar itu dapat dibuat
perhitungan dan ramalan-ramalan serta mereka mencoba merumuskan hukum-
hukum ini. Para pengikut mazhab physiokrat adalah Mercier De la Rivière (1720-
1794), Boudeau, Robert Jacques Turgot (1727-1781), le Trosne, serta Karl
Friedrich von Baden-Durlach.
Menurut François Quesnay (1694-1774), seorang dokter, melihat
peredaran ekonomi (aliran barang-barang di masyarakat) seperti aliran darah di
dalam tubuh manusia. Prinsip dasar pandangan kaum physiokrat adalah di dalam
kehidupan harus mendasarkan kepada natural order. Organisasi yang asasi bahwa
setiap individu mengetahui kepentingan sendiri, dan selanjutnya yang terbaik
mengurus kepentingan sendiri itu adalah setiap orang itu sendiri. Akhirnya
kepentingannya sendiri dan kepentingan umum jatuh bersamaan, sehingga
bilamana setiap individu dibebaskan untuk membela kepentingannya sendiri, maka
juga kepentingan umum akan teriris dengan baik sekali. (leisser faire, leisser
passer, le monde va alors de luis meme).
Kaum physiokrat mengembangkan teori harmoni, yakni keserasian antara
kepentingan individu dan kepentingan umum (masyarakat). Selanjutnya
diketengahkan prinsip ekonomi yang dijadikan dasar umum teori ekonomi kaum
physiokrat di mana setiap individu berusaha memperoleh suatu hasil tertentu
dengan pengorbanan sekecil-kecilnya. Teori harmoni ini kemudian dilanjutkan
kaum klasik yang berbunyi: setiap individu berusaha memperoleh pendapatan
sebanyak-banyaknya, dan pendapatan hanya dapat bertambah bilamana subyek
ekonomi menawarkan kepada sesamanya barang yang lebih baik dan atau lebih

8
murah, serta pemerintah tidak perlu campur tangan. Pemerintah hanya bertugas di
dalam bidang justisi, milisi, pengajaran dan pekerjaan umum. Hal ini merupakan
reaksi atas campur tangan pemerintah yang begitu jauh yang diajarkan oleh kaum
merkantilis.
Jikalau kaum merkantilis menempatkan perdagangan luar negeri dalam
pusat pandangan ekonominya, maka kaum physiokrat menempatkan pertanian
dalam pandangan ekonominya. Hanya pertanianlah yang dapat memberikan hasil
yang produktif.
Sir William Petty (1623-1687) menyatakan bahwa “labour is the father
and active principle of wealth, as lands are the mother“. Petani menuai lebih
banyak daripada yang ditaburkannya dan kelebihan ini (atau disebut “produit net“)
ditambahkannya sebagai barang (product) baru kepada peredaran perekonomian
masyarakat.
Kehidupan perekonomian secara keseluruhan sebagai suatu sistem,
François Quesnay (1694-1774) menggambarkan hubungan di antara tiga golongan
masyarakat.
1. Classe productive; yakni para petani.
2. Classe prosprietaires; yakni para pemilik tanah.
3. Classe sterile; yakni para pedagang dan industriawan.
Ketiga golongan masyarakat inilah yang dianggap berperanan dalam
pembagian pendapatan masyarakat (nasional) yang digambarakan dalam “Tableau
Economique“. Selanjutnya ditambahkan golongan pekerja yang disebut classe
passive sebagai golongan keempat yang mempunyai arti dalam hubungan konsumsi
bukan untuk produksi (Masngudi, 2006).
François Quesnay (1694-1774) selanjutnya membedakan konsep nilai dan
harga yang cocok digunakan dalam sistem yang dipakainya. Sedangkan tentang
harga dibedakan antara harga pokok barang dan harga yang harus dibayar
konsumen. Harga pokok menurut François Quesnay (1694-1774) tergantung dari
biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menyiapkan barang itu untuk pasar. Sedangkan
harga penjualan kepada konsumen, biasanya para pedagang berusaha memperoleh
marjin uang sebesar-besarnya.

9
Harga jual hasil- hasil industri sama dengan harga pokoknya, di mana
dalam hal ini pedagang hanya dapat memperoleh laba dengan merugikan
konsumen. Sebaliknya untuk produk-produk hasil pertanian agar dengan harga
jualnya dapat diperoleh laba yang besar guna dilakukan untuk investasi yang
mendatangkan tambahan “produit net“.
Perhitungan kaum physiokrat untuk menyerahkan 2/5 dari pendapatan
nasional kepada pemilik tanah karena dianggapnya mereka itu sebagai tulang
punggung negara. Dari sewa tanah yang diterimanya, harus membayar pajak dan
kewajiban sosial lainnya (termasuk pemesanan pembelian barang-barang mewah
yang mendorong kemajuan para pengrajin). Dengan demikian maka para pemilik
tanah (classe des proprietaires) adalah sebagai penggerak peredaran perekonomian.
Selanjutnya sampailah pada suatu slogan “bilamana petani miskin, maka miskinlah
negara (kerajaan) dan miskin pulalah rajanya (kepala negara) “pauvre paysans,
pauvre royaume, pauvre roi“.
Tapi upah menurut kaum physiokrat dinyatakan bahwa besarnya upah
sama dengan ongkos-ongkos hidup. Maka upah akan naik bilamana harga gandum
naik. Jadi menurut mereka, untuk kesejahteraan kaum buruh tidak ada artinya
tingginya tingkat harga.
Apabila kaum merkantilis dalam menganalisa soal-soal ekonomi banyak
mencurahkan perhatian pada soal-soal moneter, maka kaum physiokrat
menunjukkan bahwa “tabir uang” membuat samar-samar gejala-gejala ekonomi.
Oleh karenanya soal-soal ekonomi yang sebenarnya harus dicari dibelakang tabir
uang ini; hal mana diikuti pendapat serupa oleh kaum klasik sampai dengan
terbitnya buku General Theory of Employment, Interest and Money yang ditulis
oleh John Maynard Keynes (1883-1946).
Teori uang menurut seorang physiokrat bernama Robert Jacques Turgot
(1727-1781) mengemukakan bahwa dalam sistem penukaran barang digunakan alat
penukar yang lazim dan dikehendaki oleh orang pada umumnya yakni dengan
hitungan domba. Lambat laun orang membuat daftar harga-harga itu dalam domba
abstrak (dalam angan-angan saja). “Domba abstrak” ini kemudian merupakan
satuan perhitungan. Demikian ini kelak akan menginspirasi akan standar logam

10
mulia (emas) yang didukung oleh Adam Smith (1723-1790), sebagai patokan uang
dianggap lebih stabil.
Teori bunga menurut kaum physiokat diketengahkan oleh Robert Jacques
Turgot (1727-1781) di mana bahwa uang tidak dapat beranak, tetapi menggunakan
teori fruitifikasi (berbuah), jadi dapat berbuah.
Dalam hal pajak, mengingat pemerintah harus bertanggung jawab dalam
pendidikan yang memerlukan biaya besar, maka memerlukan sumber pendanaan
yang berasal dari pajak. Tetapi berbagai macam jenis pajak disederhanakan dalam
“impot direct et unique” (pajak langsung dan tunggal) yang dikenakan terhadap
“produit net” sebesar 3/10. Pendapat tentang pajak kaum physiokrat sampai dengan
sekarang masih banyak pengikutnya meskipun dengan alasan-alasan yang berbeda,
tentang pajak langsung dan tunggal, seperti di Amerika Serikat, Austria dan
Jerman. Pemikiran ini mensinyalkan akan debirokratisasi atas pajak serta melandasi
pemikiran keadilan pajak yang sampai saat ini masih terus berkembang. Di
kemudian hari terbukti bahwa jenis pajak yang bermacam-macam dapat membuka
peluang pungutan liar. Pemikiran mengenai pajak nantinya terus disempurnakan.

2.3 Mazhab Klasik


Karya pemikiran yang ditujukan khusus pada masalah-masalah ekonomi
mulai muncul dalam abad XVII, yaitu dari zaman Merkantilis, dan dalam abad
XVIII dengan pemikir-pemikir ekonomi mazhab Fisiokrat. Pemikiran-pemikiran
ekonomi dari zaman Merkantilisme dan mazhab Fisiokrat merupakan tahap-tahap
pendahulu bagi mazhab Klasik. Mazhab Klasik lazim dianggap bertitik awal
dengan karya besar Adam Smith pada akhir abad XVIII yang berjudul "An Inquiry
into the Nature and the Causes of the Wealth of Nations (1776)"
(Djojohadikusumo, 1991: 3).
Mazhab klasik secara umum mengacu kepada sekumpulan gagasan
ekonomi yang bersumber dari formulasi David Hume, yang karya terpentingnya
diterbitkan pada tahun 1752 dan Adam Smith 1776. Gagasan-gagasan kedua tokoh
tersebut mendominasi ilmu ekonomi, khususnya yang berkembang di Inggris,

11
selama seperempat terakhir abad ke-18 dan tiga perempat pertama abad ke-19
(O’Brien, 2000: 120).
Inti mazhab klasik tersebut pada hakikatnya terletak pada gagasan bahwa
pertumbuhan ekonomi berlangsung melalui interaksi antara akumulasi modal dan
pembagian kerja. Akumulasi modal dapat dilakukan dengan menunda atau
mengurangi penjualan output dan hal ini baru akan bermanfaat jika dibarengi
pengembangan spesialisasi dan pembagian kerja. Pembagian kerja itu sendiri
nantinya akan dapat meningkatkan total out-put sehingga memudahkan
dilakukannya akumulasi modal lebih lanjut. Jadi jelaslah bahwa antara kedua hal
tersebut terdapat hubungan timbal-balik yang sangat penting. Pertumbuhan
ekonomi hanya dapat ditingkatkan jika modal bisa ditambah, dan atau jika alokasi
sumber daya (pembagian kerja) dapat disempurnakan. Namun pembagian kerja itu
sendiri dibatasi oleh ukuran atau skala pasar, yang pada gilirannya ditentukan oleh
jumlah penduduk dan pendapatan perkapita yang ada. Tatkala modal terakumulasi,
tenaga kerja akan kian dibutuhkan sehingga tingkat upah-pun meningkat untuk
memenuhi kebutuhan ”subsisten” baik secara psikologis maupun fisiologis
(O’Brien, 2000: 121). Ilmu ekonomi klasik tersebut merupakan prestasi intelektual
yang mengesankan. Landasan-landasan teoretis yang dikembangkannya menjadi
pijakan bagi teori-teori perdagangan dan moneter sampai sekarang ini.
Ada beberapa tokoh pemikir dalam mazhab ini yang perlu kita ketahui
pandangannya tentang kegiatan ekonomi. Masing-masing dari mereka diuraikan
sebagai berikut:
a. Adam Smith
Adam Smith-lah tokoh sentral dalam mazhab ini. Pemikiran-pemikiran
tentang masalah-masalah ekonomi dituangkannya dalam karyanya
yang berjudul "An Inquiry into the Nautre and Causes of the Wealth of
Nations". Dasar falsafah adalah bahwa tata susunan masyarakat agar
didasarkan atas hokum alam yang secara wajar berlaku dalam dunia
nyata. Perlu pembagian bidang kegiatan dan spesialisasi. Kebebasan
individu dan kemandiriannya akan membawa keserasian ekonomi dan
kesejahteraan masyarakat. Laissezfair, laissez passer..

12
b. Jean Baptist Say (1767-1832)
Penyusun sistematik dan kodifikasi pemikiran Adam Smith. Hukum
Say : "theories des debouchees", dalam keadaan ekuilibrium produksi
cenderung menciptakan permintaannya akan hasiul produksi yang
bersangkutan.
c. David Ricardo (1772-1832)
Teori nilai bersumber pada biaya tenaga kerja. Hukum besi tentang
tingkat upah. Sewa tanah dikaitkan dengan hokum imbalan jasa yang
semakin menurun. Teori perdagangan internasional berdasarkan
keunggulan komparatif dan biaya komparatif.
d. Thomas Robert Malthus (1766-1834)
Terkenal dengan teori penduduknya yang berbunyi: penduduk dunia
bertambah dengan lebih cepat disbanding dengan kemampuannya
untuk mempertahankan tingkat hidupnya. Teori lainnya tentang
ketidakmampuan berkonsumsi secara wajar (theory of
underconsumption).
Aliran klasik mengalami kegagalannya setelah terjadi Depresi Besar tahun
1930-an yang menunjukkan bahwa pasar tidak mampu bereaksi terhadap gejolak di
pasar saham. Sebagai penanding aliran klasik, Keynes mengajukan teori dalam
bukunya General Theory of Employment, Interest, and Money yang menyatakan
bahwa pasar tidak selalu mampu menciptakan keseimbangan, dan karena itu
intervensi pemerintah harus dilakukan agar distribusi sumber daya mencapai
sasarannya. Dua aliran ini kemudian saling "bertarung" dalam dunia ilmu ekonomi
dan menghasilkan banyak varian dari keduanya seperti: new classical, neo klasik,
new keynesian, monetarist, dan lain sebagainya. Namun perkembangan dalam
pemikiran ini juga berkembang ke arah lain, seperti teori pertentangan kelas dari
Karl Marx dan Friedrich Engels, serta aliran institusional yang pertama
dikembangkan oleh Thorstein Veblen dkk dan kemudian oleh peraih nobel
Douglass C. North.

13
2.4 Mazhab Sosialisme
Dalam mazhab sosialisme ini, sistem pemilikan dan pelaksanaan kolektif
atas faktor-faktor produksi (khususnya barang-barang modal), biasanya oleh
pemerintah. Ide-ide sosialis dan gerakan politik mulai berkembang pada awal abad
ke-19 di Inggris dan Prancis. Periode antara tahun 1820-an sampai 1850-an ditandai
dengan pletoria beragam sistem sosialis yang diusulkan oleh Saint-Simon, Fourier,
Owen, Blanc, Proudhon, Marx dan Engels, serta banyak lagi pemikir sosialis
lainnya. Kebanyakan sistem dan mazhab ini bersifat utopia dan sebagian besar
pendukungnya adalah para ’filantropis’ (cinta kasih sesama umat manusia) kelas
menengah yang memiliki komitmen untuk memperbaiki kehidupan para pekerja
atau buruh serta kaum miskin lainnya. Selain itu kebanyakan penganut sosialis
mendambakan masyarakat yang lebih terorganisir yang akan menggantikan anarki
akibat dari pasar dan kemiskinan masal masyarakat perkotaan (Hirst dalam Dadang
Supardan, 2009: 396).
Inti ajaran atau mazhab sosialis sebenarnya sulit dijelaskan karena luasnya
cakupan sosialisme (sosialisme utopis, sosialisme ilmiah, sosialisme negara,
sosialisme anarkis, sosialisme revisionis, sosialisme serikat pekerja, dan
sebagainya).
Mereka yang membela sosialisme acapkali berbeda mengenai jenis
sosialisme yang mereka cari. Hanya dalam beberapa hal mereka mempunyai
kesamaan, selebihnya berbeda bahkan bertentangan. Ada yang menghendaki
hapusnya pemerintah, sementara yang lainnya ingin mempertahankan agar dapat
melindungi kepentingan bruh; ada pula yang menganggap semua lambang
kapitalisme harus dilenyapkan, termasuk mekanisme pasar, harga, dan invisible
hand, sedangkan yang lainnya menganggap mekanisme pasar dan harga masih
diperlukan dalam saat-saat awal soialisme disebabkan sulitnya mengukur efisiensi
ketika dewan perencanaan pusat menyusun prioritas (Sastradipoera dalam Dadang
Supardan, 2009: 396).

14
2.5 Mazhab Historis
Mazhab historis yang lahir di Jerman tahun 1840-an melalui karya ilmiah
yang ditulis oleh Friederich List (1789-1846) dalam Nationales System der
politischen Oekonomie (1840), dan Wilhelm Roscher (1817-1894) dalam
Grundriss zu Vorlesungen ueber die Staatswissenchaft nach geschichtilicher
Methode (1843), menyerang mazhab klasik Inggris. Mereka beranggapan bahwa
konsep-konsep ekonomi sesungguhnya merupakan produk perkembangan menurut
sejarah kehidupan ekonomi yang khusus tumbuh di sautu negara. Oleh karena itu
hukum-hukum ekonomi tidaklah mutlak, tetapi bersifat relatif atau nisbi
berhubungan dengan perkembangan sosial menurut dimensi waktu dan tempat
(Supardan, 2009: 397).

2.6 Mazhab Marginalis


Mazhab ini pelopornya adalah Karl Menger (1840-1921) dari Jerman
dalam karyanaya Grundsaetze der Volkswirtschaftlehre (1871). Selanjutnya
seorang ekonom Inggeris William Staley Jevons (1835-1882) dalam karyanya
Theory of Political Economy (1871), dan seorang Prancis Leon Walras (1834-1910)
dalam karyanya Elements d’economie politique pure (1874). Mereka memberikan
analisis yang telak mengenai hubungan antara kebutuhan dan harga dengan
mengacu kepada konsep ”guna marjinal”. Mereka menegaskan bahwa dalam hal
seseorang individu, setiap tambahan suatu barang yang dilakukan secara berturut-
turut akan memperkecil nilai obyektif setiap tambahan yang dimiliki oleh individu
itu. Oleh karena itu gagasan yang tidak sistematik mengenai nilai pakai dan
permintaan serta penawaran sebagai penentu nilai tukar barang (yang
dikembangkan bersamaan dan bertentangan dengan teori Klasik), menemukan
penanganan sistematik pada awal tahun 1970-an oleh ketiga penulis di atas
(Sastradipoera dalam Dadang Supardan, 2009: 397).

2.7 Mazhab Institusionalis


Mazhab institusionalis datang dari Amerika Serikat tahun 1900-an yang
pengaruhnya masih kuat sampai sekarang ini, contohnya adanya undang-undang

15
anti-trust yang masih dipertahankan. Tokohnya adalah Thorstein Veblen (1857-
1929) dalam karyanya The Theory of the Leisure Class pada tahun 1899. Veblen
dikenal sebagai seorang kritikus sosial yang bersemangat serta menyerang
organisasi masyarakat industri kontemporer yang dianggapnya boros, dan
mengalahkan sikap konsumtif yang menyolok mata. Selanjutnya ia mengamati
sudut-sudut yang merugikan yang berasal dari gejala yang dihadapinya; ”milik
guntay” (abstentee ownertship) yang merupakan ciri utama kapitalisme finansial.
Berasal dari ”milik guntay” maka muncullah suatu lapisan masyarakat yang
dianggap oleh Veblen sebagai ”kelas santai” (leisure class), adalah suatu kelas pada
masyarakat lapisan atas yang berasal dari dunia industri dan keuangan yang
perilakunya menampakkan fenomena kaum ”feodal tanggung” dengan
mempertontonkan pola konsumsi yang berlebihan serta mencolok mata
(Sastradipoera dalam Dadang Supardan, 2009: 398).

2.8 Mazhab Neo-Klasik


Mazhab neo-klasik merujuk pada versi terbaru dari ekonomi klasik yang
dimunculkan pada abad ke-19 terutama oleh Alfred Marshal dan Leon Walras.
Versi-versi yang terkenal itu dikembangkan pada abad ke-20 oleh John Hicks
(1946[1939]) dan Paul samuelson (1965[1947]). Lepas dari pengertian neo klasik
umumnya, perbedaan ekonomi neoklasik dan klasik hanya terletak pada penekanan
dan pusat perhatiannya. Jika ekonomi klasik menjelaskan segala kondisi ekonomi
dalam kerangka kekuatan-kekuatan misterius ”invisible hand” (tangan-tangan tak
terlihat), maka dalam mazhab ekonomi neoklasik mencoba memberi penjelasan
lengkap dengan memfokuskan pada mekanisme-mekanisme aktual yang
menyebabkan terjadinya kondisi ekonomi tersebut (Boland dalam Dadang
Supardan, 2009: 398).
Inti ajaran mazhab neoklasik adalah :
a. Mazhab neoklasik telah mengubah pandangan tentang ekonomi baik dalam
teori maupun dalam metodologinya. Teori nilai tidak lagi didasarkan pada
nilai tenaga kerja atau biaya produksi tetapi telah beralih pada kepuasan

16
marjinal (marginal utility). Pendekatan ini merupakan pendekatan yang baru
dalam teori ekonomi.
b. Salah satu pendiri mazhab neoklasik yaitu Gossen, dia telah memberikan
sumbangan dalam pemikiran ekonomi yang kemudian disebut sebagai
Hukum Gossen I dan II. Hukum Gossen I menjelaskan hubungan kuantitas
barang yang dikonsumsi dan tingkat kepuasan yang diperoleh, sedangkan
Hukum Gossen II, bagaimana konsumen mengalokasikan pendapatannya
untuk berbagai jenis barang yang diperlukannya. Selain Gossen, Jevons dan
Menger juga mengembangkan teori nilai dari kepuasan marjinal. Jevons
berpendapat bahwa perilaku individulah yang berperan dalam menentukan
nilai barang. Dan perbedaan preferences yang menimbulkan perbedaan
harga. Sedangkan Menger menjelaskan teori nilai dari orde berbagai jenis
barang, menurut dia nilai suatu barang ditentukan oleh tingkat kepuasan
terendah yang dapat dipenuhinya. Dengan teori orde barang ini maka
tercakup sekaligus teori distribusi.
c. Pemikiran yang sangat mengagumkan yang disusun oleh Walras tentang
teori keseimbangan umum melalui empat sistem persamaan yang serempak.
Dalam sistem itu terjadi keterkaitan antara berbagai aktivitas ekonomi
seperti teori produksi, konsumsi dan distribusi. Asumsi yang digunakan
Walras adalah persaingan sempurna, jumlah modal, tenaga kerja, dan lahan
terbatas, sedangkan teknologi produksi dan selera konsumen tetap. Jika
terjadi perubahan pada salah satu asumsi ini maka terjadi perubahan yang
berkaitan dengan seluruh aktivitas ekonomi (Disman, 2000)

2.9 Mazhab Keynesian


Mazhab ini sesuai dengan namanya dipimpin oleh John Maynard Keynes,
yang merupakan ekonomi agregat (makro) yang dituangkan dalam bukunya
General Theory of Employment, Interest and Money (1936), dan dari karya-karya
pengikut Keynes yang lebih kontemporer seperti Sir Roy Harrold, Lord Kaldor,
Lord Kahn, Joan Robinson dan Michael Kalecki, yang meluaskan analisis Keynes
terhadap pertumbuhan ekonomi dan pertanyaan mengenai distribusi fungsional

17
pendapatan (functional distribution of income) antara upah dan laba yang oleh
Keynes sendiri dibaikan (Thirwall dalam Dadang Supardan, 2009: 398). Dua pilar
utama dari teori employment klasik adalah bahwa tabungan dan investasi
menghasilkan ekuilibrium pada tingkat full employment melalui tingkat suku bunga,
dan bahwa penawaran serta permintaan tenaga kerja menghasilkan ekuilibrium
melalui berbagai variasi upah riil. General Theory Keynes ditulis sebagai reaksi
terhadap paham klasik tersebut. Perdebatan mengenai masalah ini sampai sekarang
masih berlangsung.
Macroeconomics mulai dipisahkan dari microeconomics oleh John
Maynard Keynes pada 1920s, dan menjadi kesepakatan bersama pada 1930s oleh
Keynes dan lainnya, terutama John Hicks. Mereka mendapat ketenaran karena
gagasannya dalam mengatasi Great Depression. Keynes adalah tokoh penting
dalam gagasan pentingnya keberadaaan central banking dan campur tangan
pemerintah dalam hubungan ekonomi. Karyanya "General Theory of Employment,
Interest and Money" menyampaikan kritik terhadap ekonomi klasik dan juga
mengusulkan metode untuk management of aggregate demand. Pada masa sesudah
global depression pada 1930-an, Negara memainkan peranan yang penting pada
capitalistic system di hampir sebagian besar kawasan dunia. Pada 1929, sebagai
contoh, total pengeluaran U.S. government (federal, state, and local) berjumlah
kurang dari sepersepuluh dari GNP; pada 1970-an mereka berjumlah mencapai
sepertiga. Peningkatan yang sama tampak pada industrialized capitalist economies,
seperti France misalnya, telah mencapai ratios of government expenditures dari
GNP yang lebih tinggi dibandingkan United States. Sistem economies ini seringkali
disebut dengan "mixed economies."

2.10 Mazhab Chicago


Mazhab Chicago merupakan aliran kontrarevolusi neoklasik yang
menentang institusionalisme dalam metodologi ilmu ekonomi, makroekonomi ala
Keynes maupun terhadap liberalisme abad ke-20 yang menonjolkan
intervensionisme dan penonjolan kebijakan ekonomi oleh pemerintah
(Bronfendbrenner dalam Dadang Supardan, 2009: 398). Sesuai dengan namanya,

18
aliran ini berkembang di Universitas Chicago sejak dekade 1930-an. Tokoh
utamanya tahun 1950-an adalah Frank H. Knight untuk soal teori dan
metodologinya, serta Henry C. Simons dalam rumusan kebijakan ekonomi.
Kemudian pada generasi berikutnya tokoh yang menonjol adalah Milton Friedman,
George Stigler dan Gary Becker.
Menurut George Stigler menganggap bahwa rasionalisasi terhadap
pendistribusian adalah sebuah ancaman terhadap pilihan individu dan kebebasan
inividu.
This holds the key to understanding Stigler’s critical work. In his gut he
knew that rationalising redistribution posed a threat to individual choice and hence
to individual liberty (Freedman, 2008: 55).
Jika dilihat dari sudut sejarahnya pemikiran ekonomi mazhab Chicago ini
sebenarnya adalah suatu varian Neoklasisme dan mengacu kepada ”Klasisisme
Baru (New Classicism), di mana:
a. Pasar dianggap sebagai mekanisme utama dalam menyelesaikan
berbagai masalah ekonomi, asalkan didukung kebebasan politik
intelektual; para ekonom aliran Chicago melihat perekonomian sebagai
suatu kondisi perlu, namun bukan kondisi cukup untuk menciptakan
masyarakat bebas;
b. Pengelolaan administratif dan intervensi kebijakan ekonomi yang
bersifat ad hoc, hanya akan merusak situasi ekonomi; dalam soal
kebijakan moneter dan fiskal, aliran ini menekankan pentingnya
kesinambungan.
c. Monetarisme dianggap lebih baik ketimbang fiskalisme dalam regulasi
makroekonomi.
d. Kebijakan fiskal diyakini sebagai wahana yang tepat untuk
mengentaskan kemiskinan, namun redistribusi pendapatan bagi
kalangan di atas garis kemiskinan justru akan lebih banyak
menimbulkan kerugian.
Ada sebuah peningkatan trend untuk mengimplementasikan ide dan
metode ekonomi dalam konteks yang lebih luas. Fokus analisa ekonomi adalah

19
"pembuatan keputusan" dalam berbagai bidang dimana orang dihadapi pada
pilihan-pilihan. misalnya bidang pendidikan, pernikahan, kesehatan, hukum,
kriminal, perang, dan agama. Gary Becker dari University of Chicago adalah
seorang perintis trend ini. Dalam artikel-artikelnya ia menerangkan bahwa ekonomi
seharusnya tidak ditegaskan melalui pokok persoalannya, tetapi sebaiknya
ditegaskan sebagai pendekatan untuk menerangkan perilaku manusia. Pendapatnya
ini terkadang digambarkan sebagai ekonomi imperialis oleh beberapa kritikus.
Banyak ahli ekonomi mainstream merasa bahwa kombinasi antara teori
dengan data yang ada sudah cukup untuk membuat kita mengerti fenomena yang
ada di dunia. Ilmu ekonomi akan mengalami perubahan besar dalam ide, konsep,
dan metodenya; walaupun menurut pendapat kritikus, kadang-kadang perubahan
tersebut malah merusak konsep yang benar sehingga tidak sesuai dengan kenyataan
yang ada.

20
BAB III
KESIMPULAN

Berkembangnya ilmu ekonomi yang kita pelajari saat ini ternyata telah
melalui suatu perjalanan panjang dari zaman Aristoteles hingga zaman kita
sekarang. Ada sepuluh kelompok pemikir utama atau mazhab yang mendorong
berkembangnya ilmu ekonomi. Apabila dilihat dari konsep research program
Lakatos, maka perkembangan pemikiran itu cenderung membawa perubahan dalam
ilmu ekonomi. Namun perubahan itu bukan pada hard core-nya tetapi lebih
condong pada positive heuristic yang bekerja di sekelilingnya. Oleh karena itu
eksistensi masing-masing kelompok pemikir ekonomi senantiasa berada di bawah
payung falsafah masing-masing mazhabnya yang kemudian lebih condong
membentuk sistem ekonomi.
Tiap tokoh dari tiap mazhab tersebut memiliki pola pikir yang berbeda
namun semuanya berujung pada satu hal yaitu kesejahteraan negara. Tiap mazhab
biasanya terpengaruh atau sebagai reaksi atas ketidaksetujuan dari mazhab
sebelumnya, sehingga muncullah suatu mazhab baru dengan pemikiran yang bisa
terinsprirasi dari mazhab lain maupun bertolak atau berbeda dengan mazhab
lainnya.
Mazhab merkantilisme sebagai tonggak awal perkembangan dari pemikir
ekonomi mampu menciptakan konsep-konsep perdagangan sebagai akibat dari
situasi pada waktu itu ditemukannya penemuan-penemuan daerah baru.
Perkembangan mazhab ekonomi ini diakhiri oleh mazhab chicago yang merupakan
aliran kontrarevolusi yang sebenarnya adalah suatu varian dari neoklasisme dan
mengacu kepada klasisisme baru.

21
DAFTAR PUSTAKA

Deliarnov. 2003. Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada.
Disman, 2000. Sejarah Teori-teori Ekonomi. Jakarta: Universitas Terbuka.
Djojohadikusumo, Sumitro. 1991. Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia.
Freedman, F. Craig. 2008. Chicago Fundamentalism: Ideology and Methodology in
Economics. Singapore: World Scientific Publishing Co. Pte. Ltd.
Masngudi. 2006. Handout Ekonomi Internasional Lanjutan. Universitas Borobudur.
Jakarta.
Niehans, Jurg. (1994) A History of Economic Theory: Classic Contributions, 1720
– 1980. The Johns Hopkins University Press.
O’Brien, D.P. (2000) ”Ilmu Ekonomi Klasik” dalam Kuper, Adam & Kuper, Jesica,
(ed) (2000) Ensiklopedi Ilmu-ilmu Sosial, Diterjemahkan Oleh Haris
Munandar dkk, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Samuels, J. Warren. 2003. A Companion to The History of Economic Thought.
Malden: Blackwell Publishing Ltd.
Schmoller, G. 1896: The Mercantile System and its Historical Significance.
London: Macmillan.
Supardan, Dadang. 2009. Pengantar Ilmu Sosial: Sebuah Kajian Pendekatan
Struktural. Jakarta: Bumi Aksara.

22

You might also like