You are on page 1of 5

Nikah

Nikah menurut pandangan Islam


(by moch cholik & Nurin STAIN KEDIRI Prodi. Psi)

I.Pengertian dan dasar umum nikah


Al-Qur’an menggunakan kata "nikah" yang mempunyai makna "perkawinan", disamping -secara
majazi (metaphoric) diartikan dengan "hubungan seks". Secara lugawi, nikah berarti bersenggama
atau bercampu,. Dalam pengertian majazi, nikah disebutkan untuk arti akad, karena akad merupakan
landasan bolehnya melakukan persetubuhan. Dengan akad nikah suami memiliki hak untuk memiliki.
Namun hak milik itu hanya bersifat milk al-Intifa’ (hak milik untuk menggunakan), bukan milk al-
muqarabah (hak milik yang bisa dipindah tangankan seperti kepemilikan benda) dan bukan pula milk
al-manfa’ah (kepemilikan manfaat yang bisa dipindahkan).

Perkawinan merupakan kebutuhan alami manusia. Tingkat kebutuhan dan kemampuan masing-masing
individu untuk menegakkan kehidupan berkeluarga berbeda-beda, baik dalam hal kebutuhan biologis
(gairah seks) maupun biaya dan bekal yang berupa materi. Dari tingkat kebutuhan yang bermacam-
macam ini, para ulama mengklasifikasikan hukum perkawinan dengan beberapa kategori. Ulama
mazhab asy-Syafi‘i mengatakan bahwa hukum asal menikah adalah boleh (mubah). Sedangkan
menurut kelompok mazhab Hanafi, Maliki dan Hanbali, hukum melaksanakan perkawinan adalah
sunat. Sedangkan menurut Zahiri, hukum asal perkawinan adalah wajib bagi orang muslim satu kali
seumur hidup. Lebih dari itu, as-Sayyid Sabiq menyebutkan lima kategori hukum pelaksanaan
perkawinan, yaitu:

1. Nikah wajib ; yaitu bagi orang yang telah mampu untuk melaksanakannya, nafsunya sudah
meledak-ledak serta dikhawatirkan terjerumus dalam perbuatan zina. Karena memelihara jiwa dan
menjaganya dari perbuatan haram adalah wajib, sedangkan pemeliharaan jiwa tersebut tidak dapat
terlaksana dengan sempurna (baik) kecuali dengan pernikahan.

2. Nikah mustahabb (sunnah); yaitu bagi orang yang sudah mampu dan nafsunya telah mendesak,
tetapi ia masih sanggup mengendalikan dan menahan dirinya dari perbuatan haram (terjerumus ke
lembah zina). Dalam kondisi seperti ini, perkawinan adalah solusi yang lebih baik.

3. Nikah haram ; yaitu bagi orang yang tahu dan sadar bahwa dirinya tidak mampu memenuhi
kewajiban hidup berumah tangga, baik nafkah lahir seperti sandang, pangan dan tempat tinggal,
maupun nafkah batin seperti mencampuri istri dan kasih sayang kepadanya, serta nafsunya tidak
mendesak.

4. Nikah makruh ; yaitu bagi orang yang tidak berkeinginan menggauli istri dan memberi nafkah
kepadanya. Sekiranya hal itu tidak menimbulkan bahaya bagi si istri, seperti karena ia kaya dan tidak
mempunyai keinginan syahwat (seks) yang kuat.

5. Nikah mubah ; yaitu bagi orang yang tidak terdesak oleh alasan-alasan yang mewajibkan segera
kawin dan tidak ada penghalang yang mengharamkan untuk melaksanakan perkawinan. Terlepas dari
pendapat para mujtahid dan ulama di atas, maka berdasarkan al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Saw,
Islam sangat menganjurkan bagi orang yang sudah mampu dan siap, baik secara moril maupun materi
agar segera melaksanakan perkawinan.
Dasar dasar dalil pernikahan
1.Sunnah Para Nabi

‫جا َوُذّريًّة‬
ً ‫جَعْلَنا َلُهْم َأْزَوا‬
َ ‫ك َو‬
َ ‫ل ّمن َقْبِل‬
ً‫س‬ُ ‫سْلَنا ُر‬
َ ‫َوَلَقْد َأْر‬
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa Rasul sebelum kamu dan Kami memberikan kepada
mereka isteri-isteri dan keturunan. (QS. Ar-Ra'd : 38).

2. Jalan Menjadi Kaya

‫لل‬ُّ ‫عَباِدُكْم َوِإَماِئُكْم ِإن َيُكوُنوا ُفَق لَراء ُيْغِنِه لُم ا‬


ِ ‫ن‬
ْ ‫ن ِم‬
َ ‫حي‬
ِ ‫صاِل‬
ّ ‫لَياَمى ِمنُكْم َوال‬
َ ‫حوا ا‬
ُ ‫َوَأنِك‬
ٌ‫ل َواِسٌع َعِليم‬ ُّ ‫ضِلِه َوا‬
ْ ‫ِمن َف‬
Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak dari hamba-
hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah
akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas lagi Maha Mengetahui.(QS. An-
Nur : 32)

3. Tanda Kekuasan Allah

‫مممم مم‬‫مم م مم ممم مم مم م مم م م م م‬


‫ممم مممم م ممم م مممم م‬ ‫ممم م ممم مم‬
‫ممم‬
‫ممم مم مم مم‬‫م ممم مممم م مم م م مم م م‬
‫م‬
‫ممم‬
‫ممممم‬
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu
sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu
rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
bagi kaum yang berfikir.(QS. Ar-Ruum : 21)

4. Ibadah & Setengah Dari Agama

Dari Anas ra bahwa Rasulullah SAW bersabda,"Orang yang diberi rizki oleh Allah SWT seorang istri
shalihah berarti telah dibantu oleh Allah SWT pada separuh agamanya. Maka dia tinggal
menyempurnakan separuh sisanya. (HR. Thabarani dan Al-Hakim 2/161).

5. Tidak Ada Pembujangan Dalam Islam

‫ممم ممم مم مم مممم مم ممم مم‬‫مم ممم‬


‫مم ممم‬
‫م‬
‫ممم مم ممم م مم‬
‫ممم مممم‬‫مم ممم مممم ممم م‬
‫م‬
‫ممم‬
‫م‬ ‫ممم مممممم‬
Hai orang-orang yang beriman! Jangan kamu mengharamkan yang baik-baik dari apa yang
dihalalkan Allah untuk kamu dan jangan kamu melewati batas, karena sesungguhnya Allah tidak suka
kepada orang-orang yang melewati batas. (QS. Al-Maidah: 87)

Mujahid berkata: Ada beberapa orang laki-laki, di antaranya Usman bin Madh'un dan Abdullah bin
Umar bermaksud untuk hidup membujang dan berkebiri serta memakai kain karung goni. Kemudian
turunlah ayat di atas.

6. Menikah : Ciri Khas Makhluk Hidup

‫مممم‬‫مم م‬
‫مم مم‬
‫ممم ممم‬
‫مم ممم ممممم‬
‫ممم ممم‬
‫ممم‬
‫ممم‬
‫م‬ ‫مم مم مممم‬‫مممممم ممم‬
‫ممممم ممم م‬
Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang
ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.(QS.
Yaasin : 36)

Tujuan perkawinan dalam islam


1. Untuk Memenuhi Tuntutan Naluri Manusia Yang Asasi
2. Untuk Membentengi Ahlak Yang Luhur
3. Untuk Menegakkan Rumah Tangga Yang Islami

II. Tata cara/ pelaksanaan perkawinan dalam islam


Islam telah memberikan konsep yang jelas tentang tata cara perkawinan berlandaskan Al-Qur’an dan
Sunnah yang Shahih (sesuai dengan pemahaman para Salafus Shalih)

1. Khitbah (Peminangan)

Seorang muslim yang akan mengawini seorang muslimah hendaknya ia meminang terlebih dahulu,
karena dimungkinkan ia sedang dipinang oleh orang lain, dalam hal ini Islam melarang seorang muslim
meminang wanita yang sedang dipinang oleh orang lain (Muttafaq ‘alaihi). Dalam khitbah disunnahkan
melihat wajah yang akan dipinang (Hadits Shahih Riwayat Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi No. 1093
dan Darimi).

2. Aqad Nikah
Dalam aqad nikah ada beberapa syarat dan kewajiban yang harus dipenuhi :
a. Adanya suka sama suka dari kedua calon mempelai.
b. Adanya Ijab Qabul.
c. Adanya Mahar.
d. Adanya Wali.
e. Adanya Saksi-saksi.

Dan menurut sunnah sebelum aqad nikah diadakan khutbah terlebih dahulu yang dinamakan Khutbatun
Nikah atau Khutbatul Hajat.

3. Walimah
Walimatul ‘urusy hukumnya wajib dan diusahakan sesederhana mungkin dan dalam walimah
hendaknya diundang juga orang-orang miskin

. Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

“Artinya : Makanan paling buruk adalah makanan dalam walimah yang hanya mengundang orang-
orang kaya saja untuk makan, sedangkan orang-orang miskin tidak diundang. Barangsiapa yang tidak
menghadiri undangan walimah, maka ia durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya”. (Hadits Shahih
Riwayat Muslim 4:154 dan Baihaqi 7:262 dari Abu Hurairah).

Tentang mengundang orang-orang kaya saja berarti makanan itu sejelek-jelek makanan.Sebagai catatan
penting hendaknya yang diundang itu orang-orang shalih, baik kaya maupun miskin,

III. Hak dan Kewajiban Dalam Keluarga


Nilai penting dari persoalan hak sedemikian tampak dalam kehidupan suami-isteri. Kedua insan ini
telah memutuskan untuk hidup bersama dibawah satu atap dan berjalan bersama menempuh kehidupan,
bila hak masing-masing terpenuhi. Karena itu, diharuskan bagi pasangan suami isteri mengetahui
secara umum kewajiban dan hak masing-masing, guna meneguhkan kehidupan tenang yang diliputi
cinta dan kedamaian.

Menghormati Hak

Kehidupan rumah tangga dibina diatas landasan penghormatan terhadap hak. Meskipun peran aktif
cinta dan kasih adalah untuk memperat hubungan suami-isteri, namun masalah penghormatan terhadap
hak menempati kedudukan yang lebih penting lagi. Misalnya, sepasang suami-isteri menghadapi
perbedaan yang mencolok dalam hal selera dan keinginan. Untuk menghindari benturan diantara
keduanya, maka penetapan hak dan kewajiban dalam hal ini menjadi azas penting dalam menyelesaikan
masalah sebelum semuanya berkembang menjadi pertengkaran dan perselisihan.

Berkenaan dengan itu, Islam menetapkan ketentuan bagi setiap anggota keluarga akan hak-hak tertentu
yang patut dihormati dan diperhatikan. Disini perlu dijelaskan bahwa pasangan suami-isteri yang tidak
memelihara hak masing-masing berarti telah menentang secara nyata ajaran-ajaran Ilahi. Ini merupakan
hal yang membawa seseorang pada pembalasan dan hukuman yang pedih.

Memelihara dan menghormati hak suami-isteri merupakan kewajiban syar’i yang harus dipegang teguh.
Disamping pula dapat memberikan pengaruh positif dalam menyebarkan ketenangan dan cinta dalam
keluarga. Namun sangat disesalkan, kebanyakan suami dan isteri acapkali berpura-pura tidak tahu hak-
hak Illahi dan saling mengabaikan kewajiban satu sama lain

Tanggungjawab Suami

Dalam Islam seorang suami menanggung tanggungjawab untuk mengatur keluarga dan memenuhi
segala kebutuhannya, seperti pangan dan sandang. Ia berada di baris terdepan dalam menghadapi
bahaya yang mengancam keberadaan dan perjalanan keluarganya. Disamping itu, sang suami memikul
tanggungjawab dalam membina keluarga diatas landasan yang benar. Seorang suami harus berpikir
jauh kedepan dan perhatiannya jangan hanya terbatas pada memperoleh kesenangan pribadi. Ia tidak
boleh menjadikan perhatian utamanya hanya mengarah pada kehidupan dunia dengan segala
kelezatannya. Sebab, itu pada akhirnya akan menyebabkan keretakkan dan kehancuran keluarganya.

Tanggungjawab Isteri
Kaum isteri memikul tanggung jawab yang paling besar dalam kehidupan keluarga. Bahkan ia menjadi
pusat hidup sebuah keluarga. Ia harus menjalankan tanggungjawabnya mengatur rumah dan mendidik
generasi mendatang dengan benar.

Mengingat pentingnya peran isteri tersebut, perlu ditegaskan kembali tentang besarnya kontribusi
seorang isteri terhadap sebuah keluarga. Ia laksana jantung yang membantu keluarga mendenyutkan
kehidupan, keaktifan, dan harapan. Disisi lain, seorang suami berperan mengatur kepemimpinan sebuah
keluarga. Dalam hal ini, kedua peran tersebut satu sama lain saling melengkapi dalam mewujudkan
keharmonisan.

Hak Anak-anak

Tanggungjawab suami-isteri tidak terbatas pada diri mereka sendiri, melainkan lebih dari itu. Karena
mereka berdua akan ditanya tentang anak-anak mereka. Anak-anak memiliki hak yang besar. Mendidik
mereka dengan benar merupakan tanggungjawab paling besar yang dipikulkan diatas pundak orang tua.

Anak-anak memerlukan lingkungan keluarga yang tenang demi merasakan ketenteraman dan
keamanan. Sebaliknya pertengkaran dan pertentangan merupakan badai yang menghancurkan perasaan
seorang anak dan menanamkan ketakutan dan kegelisahan dalam hatinya.

Apabila terdapat kesedihan yang mengotori jernihnya kehidupan mereka, maka hendaklah kedua orang
tua segera membersihkan dan membuangnya jauh dari mereka. Keceriaan, kasih sayang, cinta, dan
perhatian merupakan hak seorang anak. Dan ini termasuk kewajiban berdua orang tua untuk
memenuhinya.

Menghindari Sikap Egois

Kehidupan keluarga dibina diatas akhlak yang mulia dan sifat kemanusiaan yang luhur. Semua itu jelas
bertentangan dengan keakuan dan egoisme, serta tidak sejalan dengan narsisme (kecintaan berlebihan
pada diri sendiri). Merupakan pandangan sempit yang picik, manakala kita hanya melihat diri dan
kepentingan kita sendiri. Kebanyakan pertengkaran yang terjadi dalam keluarga hanyalah muncul dari
sikap egois dan minimnya perhatian terhadap orang lain.

Memelihara Sopan Santun

Kehidupan akan tetap terasa manis pabila didalamnya dipelihara sopan santun. Agar terpelihara dalam
batasan yang wajar, ia harus dihindarkan dari tindakan basa basi yang tidak bernilai. Saling
menghormati dituntut dari sepasang suami isteri. Salah seorang diantara mereka, dalam pandangan
lslam, berperan sebagai seorang ayah dan seorang ibu bagi anak-anaknya. Adalah hak masing-masing
keduanya untuk mengeluarkan pendapat tentang urusan dan kepentingan keluarga.

Disini Islam mewasiatkan kepada setiap pasangan suami-isteri untuk menghormati dan memelihara
sopan santun dalam hubungan bersama dan dilarang bersikap lancang. Harus ada sedikit rasa malu
untuk memelihara kemuliaan masing-masing.

You might also like