You are on page 1of 18

BAB 3

STRUKTUR ATOM DAN SISTEM PERIODIK UNSUR

A. STRUKTUR ATOM
Perkembangan Model Atom : (Pelajari Buku Paket Kimia 1A halaman 121 sampai 126!)
1). Model Atom Dalton
a) Atom digambarkan sebagai bola pejal yang sangat kecil.
b) Atom merupakan partikel terkecil yang tidak dapat dipecah lagi.
c) Atom suatu unsur sama memiliki sifat yang sama, sedangkan atom unsur berbeda, berlainan
dalam massa dan sifatnya.
d) Senyawa terbentuk jika atom bergabung satu sama lain.
e) Reaksi kimia hanyalah reorganisasi dari atom-atom, sehingga tidak ada atom yang berubah
akibat reaksi kimia.

Gambar Model Atom Dalton


Teori atom Dalton ditunjang oleh 2 hukum alam yaitu :
1. Hukum Kekekalan Massa (hukum Lavoisier) : massa zat sebelum dan sesudah reaksi
adalah sama.
2. Hukum Perbandingan Tetap (hukum Proust) : perbandingan massa unsur-unsur yang
menyusun suatu zat adalah tetap.

Kelemahan Model Atom Dalton :


Menurut teori atom Dalton nomor 5, tidak ada atom yang berubah akibat reaksi kimia. Kini ternyata
dengan reaksi kimia nuklir, suatu atom dapat berubah menjadi atom lain.
Contoh :
238 234 4
U Th + He
92 90 2
14 4 17 1
N + He O + H
7 2 8 1

2). Model Atom Thomson


a) Setelah ditemukannya elektron oleh J.J Thomson, disusunlah model atom Thomson yang
merupakan penyempurnaan dari model atom Dalton.
b) Atom terdiri dari materi bermuatan positif dan di dalamnya tersebar elektron bagaikan kismis
dalam roti kismis.
Perhatikan Gambar Model Atom Thomson dari Buku Paket Kimia 1A halaman 121!

13
3). Model Atom Rutherford
a) Rutherford menemukan bukti bahwa dalam atom terdapat inti atom yang bermuatan positif,
berukuran lebih kecil daripada ukuran atom tetapi massa atom hampir seluruhnya berasal dari
massa intinya.
b) Atom terdiri dari inti atom yang bermuatan positif dan berada pada pusat atom serta elektron
bergerak melintasi inti (seperti planet dalam tata surya).

Kelemahan Model Atom Rutherford :


 Ketidakmampuan untuk menjelaskan mengapa elektron tidak jatuh ke inti atom akibat gaya tarik
elektrostatis inti terhadap elektron.
 Menurut teori Maxwell, jika elektron sebagai partikel bermuatan mengitari inti yang memiliki
muatan yang berlawanan maka lintasannya akan berbentuk spiral dan akan kehilangan
tenaga/energi dalam bentuk radiasi sehingga akhirnya jatuh ke inti.
Perhatikan Gambar Model Atom Rutherford dari Buku Paket Kimia 1A halaman 123!

4). Model Atom Niels Bohr


• Model atomnya didasarkan pada teori kuantum untuk menjelaskan spektrum gas hidrogen.
• Menurut Bohr, spektrum garis menunjukkan bahwa elektron hanya menempati tingkat-tingkat
energi tertentu dalam atom.
Menurutnya :
a) Atom terdiri dari inti yang bermuatan positif dan di sekitarnya beredar elektron-elektron yang
bermuatan negatif.
b) Elektron beredar mengelilingi inti atom pada orbit tertentu yang dikenal sebagai keadaan
gerakan yang stasioner (tetap) yang selanjutnya disebut dengan tingkat energi utama (kulit
elektron) yang dinyatakan dengan bilangan kuantum utama (n).
c) Selama elektron berada dalam lintasan stasioner, energi akan tetap sehingga tidak ada cahaya
yang dipancarkan.
d) Elektron hanya dapat berpindah dari lintasan stasioner yang lebih rendah ke lintasan stasioner
yang lebih tinggi jika menyerap energi. Sebaliknya, jika elektron berpindah dari lintasan
stasioner yang lebih tinggi ke rendah terjadi pelepasan energi.
e) Pada keadaan normal (tanpa pengaruh luar), elektron menempati tingkat energi terendah (disebut
tingkat dasar = ground state).
Perhatikan Gambar Model Atom Niels Bohr dari Buku Paket Kimia 1A halaman 125!

Kelemahan Model Atom Niels Bohr :


1. Hanya dapat menerangkan spektrum dari atom atau ion yang mengandung satu elektron dan
tidak sesuai dengan spektrum atom atau ion yang berelektron banyak.
2. Tidak mampu menerangkan bahwa atom dapat membentuk molekul melalui ikatan kimia.

14
5). Model Atom Modern
Dikembangkan berdasarkan teori mekanika kuantum yang disebut mekanika gelombang; diprakarsai
oleh 3 ahli :
a) Louis Victor de Broglie
Menyatakan bahwa materi mempunyai dualisme sifat yaitu sebagai materi dan sebagai
gelombang.
b) Werner Heisenberg
Mengemukakan prinsip ketidakpastian untuk materi yang bersifat sebagai partikel dan
gelombang. Jarak atau letak elektron-elektron yang mengelilingi inti hanya dapat ditentukan
dengan kemungkinan – kemungkinan saja.
c) Erwin Schrodinger (menyempurnakan model Atom Bohr)
Berhasil menyusun persamaan gelombang untuk elektron dengan menggunakan prinsip
mekanika gelombang. Elektron-elektron yang mengelilingi inti terdapat di dalam suatu orbital
yaitu daerah 3 dimensi di sekitar inti dimana elektron dengan energi tertentu dapat ditemukan
dengan kemungkinan terbesar.

Orbit Orbital
Gambar Perbedaan antara orbit dan orbital untuk elektron
 Orbital digambarkan sebagai awan elektron yaitu : bentuk-bentuk ruang dimana
suatu elektron kemungkinan ditemukan.
 Semakin rapat awan elektron maka semakin besar kemungkinan elektron ditemukan
dan sebaliknya.

15
PARTIKEL DASAR PENYUSUN ATOM
(Pelajari Buku Paket Kimia 1A halaman 88 sampai 96!)
Massa Muatan
Partikel Notasi
Sesungguhnya Relatif thd proton Sesungguhnya Relatif thd proton
+1 p
Proton 1,67 x 10-24 g 1 sma 1,6 x 10-19 C +1
1
1
Neutron
0
n 1,67 x 10-24 g 1 sma 0 0

Elektron
0
e 9,11 x 10-28 g
1 sma -1,6 x 10-19 C -1
-1 1836
Catatan : massa partikel dasar dinyatakan dalam satuan massa atom ( sma ).

1 sma = 1,66 x 10-24 gram

NOMOR ATOM
 Menyatakan jumlah proton dalam atom.
 Untuk atom netral, jumlah proton = jumlah elektron (nomor atom juga menyatakan
jumlah elektron).
 Diberi simbol huruf Z
 Atom yang melepaskan elektron berubah menjadi ion positif, sebaliknya yang menerima
elektron berubah menjadi ion negatif.
Contoh : 19K
Artinya …………..

NOMOR MASSA
 Menunjukkan jumlah proton dan neutron dalam inti atom.
 Proton dan neutron sebagai partikel penyusun inti atom disebut Nukleon.

 Jumlah nukleon dalam atom suatu unsur dinyatakan sebagai Nomor Massa (diberi lambang
huruf A), sehingga :
A = nomor massa
= jumlah proton ( p ) + jumlah neutron ( n )
A = p+n=Z+n
 Penulisan atom tunggal dilengkapi dengan nomor atom di sebelah kiri bawah dan nomor
massa di sebelah kiri atas dari lambang atom tersebut. Notasi semacam ini disebut dengan Nuklida.
A
X
Z
Keterangan :
X = lambang atom A = nomor massa
Z = nomor atom Contoh :

16
238
U
92
SUSUNAN ION
 Suatu atom dapat kehilangan/melepaskan elektron atau mendapat/menerima elektron
tambahan.
 Atom yang kehilangan/melepaskan elektron, akan menjadi ion positif (kation).

 Atom yang mendapat/menerima elektron, akan menjadi ion negatif (anion).

 Dalam suatu Ion, yang berubah hanyalah jumlah elektron saja, sedangkan jumlah proton dan
neutronnya tetap.
Contoh :
Spesi Proton Elektron Neutron
Atom Na 11 11 12
Ion Na + 11 10 12
Ion Na − 11 12 12

Rumus umum untuk menghitung jumlah proton, neutron dan elektron :


1). Untuk nuklida atom netral :
AX
Z : p=Z

e=Z
n = (A-Z)

2). Untuk nuklida kation :


A X y+
Z : p=Z

e = Z – (+y)
n = (A-Z)

3). Untuk nuklida anion :


A X y−
Z : p=Z

e = Z – (-y)
n = (A-Z)

17
ISOTOP, ISOBAR DAN ISOTON
1). ISOTOP
Adalah atom-atom dari unsur yang sama (mempunyai nomor atom yang sama) tetapi berbeda nomor
massanya.

Contoh :
12 C ; 13 C ; 14 C
6 6 6

2). ISOBAR
Adalah atom-atom dari unsur yang berbeda (mempunyai nomor atom berbeda) tetapi mempunyai nomor
massa yang sama.

Contoh :
14 C dengan 14 N
6 7

3). ISOTON
Adalah atom-atom dari unsur yang berbeda (mempunyai nomor atom berbeda) tetapi mempunyai jumlah
neutron yang sama.

Contoh :
31 P dengan
32 S
15 16

KONFIGURASI ELEKTRON
(Pelajari Buku Paket Kimia 1A halaman 83 sampai 88!)
 Persebaran elektron dalam kulit-kulit atomnya disebut konfigurasi.
 Kulit atom yang pertama (yang paling dekat dengan inti) diberi lambang K, kulit ke-2 diberi
lambang L dst.
2
 Jumlah maksimum elektron pada setiap kulit memenuhi rumus 2n (n = nomor kulit).
Contoh :
Kulit K (n = 1) maksimum 2 x 12 = 2 elektron
Kulit L (n = 2) maksimum 2 x 22 = 8 elektron
Kulit M (n = 3) maksimum 2 x 32 = 18 elektron
Kulit N (n = 4) maksimum 2 x 42 = 32 elektron
Kulit O (n = 5) maksimum 2 x 52 = 50 elektron
Catatan :
Meskipun kulit O, P dan Q dapat menampung lebih dari 32 elektron, namun kenyataannya kulit-kulit
tersebut belum pernah terisi penuh.

18
Langkah-Langkah Penulisan Konfigurasi Elektron :
Kulit-kulit diisi mulai dari kulit K, kemudian L dst.
Khusus untuk golongan utama (golongan A) :
Jumlah kulit = nomor periode
Jumlah elektron valensi = nomor golongan
Jumlah maksimum elektron pada kulit terluar (elektron valensi) adalah 8.
o Elektron valensi berperan pada pembentukan ikatan antar atom dalam membentuk
suatu senyawa.
o Sifat kimia suatu unsur ditentukan juga oleh elektron valensinya. Oleh karena itu,
unsur-unsur yang memiliki elektron valensi sama, akan memiliki sifat kimia yang mirip.
Contoh :
Unsur Nomor Atom K L M N O
He 2 2
Li 3 2 1
Ar 18 2 8 8
Ca 20 2 8 8 2
Sr 38 2 8 18 8 2

Perhatikan Tabel 3.3 Buku Paket Kimia 1A halaman 85!


Catatan :
• Konfigurasi elektron untuk unsur-unsur golongan B (golongan transisi) sedikit berbeda dari
golongan A (golongan utama).
• Elektron tambahan tidak mengisi kulit terluar, tetapi mengisi kulit ke-2 terluar; sedemikian
sehingga kulit ke-2 terluar itu berisi 18 elektron.
Contoh :
Unsur Nomor Atom K L M N
Sc 21 2 8 9 2
Ti 22 2 8 10 2
Mn 25 2 8 13 2
Zn 30 2 8 18 2

Soal-Soal Latihan :
Kerjakan Latihan 3.3 dari Buku Paket halaman 88 nomor 1 – nomor 5!

19
MASSA ATOM RELATIF (Ar)
(Pelajari Buku Paket Kimia 1A halaman 38 sampai 39 dan halaman 100 sampai 103!)
 Adalah perbandingan massa antar atom yang 1 terhadap atom yang lainnya.
 Pada umumnya, unsur terdiri dari beberapa isotop maka pada penetapan massa atom relatif
(Ar) digunakan massa rata-rata dari isotop-isotopnya.
1
 Menurut IUPAC, sebagai pembanding digunakan atom C-12 yaitu dari massa 1 atom
12
C-12; sehingga dirumuskan :
massa rata − rata 1 atom unsur X
Ar unsur X = 1 ……………………(1)
massa 1 atom C −12
12
1
 Karena : massa 1 atom C-12 = 1 sma ; maka :
12
massa rata −rata 1 atom unsur X
Ar unsur X = ……………………(2)
1 sma

MASSA MOLEKUL RELATIF (Mr)


• Adalah perbandingan massa antara suatu molekul dengan suatu standar.
• Besarnya massa molekul relatif (Mr) suatu zat = jumlah massa atom relatif (Ar) dari atom-
atom penyusun molekul zat tersebut.
• Khusus untuk senyawa ion digunakan istilah Massa Rumus Relatif (Mr) karena senyawa ion
tidak terdiri atas molekul.

• Mr = Σ Ar
Contoh :
Diketahui : massa atom relatif (Ar) H = 1; C = 12; N = 14 dan O = 16.
Berapa massa molekul relatif (Mr) dari CO(NH2)2
Jawab :
Mr CO(NH2)2 = (1 x Ar C) + (1 x Ar O) + (2 x Ar N) + (4 x Ar H)
= (1 x 12) + (1 x 16) + (2 x 14) + (4 x 1)
= 60

20
B. PERKEMBANGAN SISTEM PERIODIK UNSUR
(Pelajari Buku Paket Kimia 1A halaman 72 sampai 82!)

1). Hukum Triade Dobereiner


 Dikemukakan oleh Johan Wolfgang Dobereiner (Jerman).
 Unsur-unsur dikelompokkan ke dalam kelompok tiga unsur yang disebut Triade.

 Dasarnya : kemiripan sifat fisika dan kimia dari unsur-unsur tersebut.


Jenis Triade :
a. Triade Litium (Li), Natrium (Na) dan Kalium (K)
Unsur Massa Atom Wujud
Li 6,94 Padat
Na 22,99 Padat
K 39,10 Padat

6,94 + 39 ,10
Massa Atom Na (Ar Na) = = 23,02
2
b. Triade Kalsium (Ca), Stronsium (Sr) dan Barium (Ba)
c. Triade Klor (Cl), Brom (Br) dan Iod (I)

2). Hukum Oktaf Newlands


 Dikemukakan oleh John Newlands (Inggris).
 Unsur-unsur dikelompokkan berdasarkan kenaikan massa atom relatifnya (Ar).
 Unsur ke-8 memiliki sifat kimia mirip dengan unsur pertama; unsur ke-9 memiliki sifat yang
mirip dengan unsur ke-2 dst.
 Sifat-sifat unsur yang ditemukan berkala atau periodik setelah 8 unsur disebut Hukum
Oktaf.
H Li Be B C N O
F Na Mg Al Si P S
Cl K Ca Cr Ti Mn Fe

Berdasarkan Daftar Oktaf Newlands di atas; unsur H, F dan Cl mempunyai kemiripan sifat.

3). Sistem Periodik Mendeleev (Sistem Periodik Pendek)


 Dua ahli kimia, Lothar Meyer (Jerman) dan Dmitri Ivanovich Mendeleev (Rusia)
berdasarkan pada prinsip dari Newlands, melakukan penggolongan unsur.
 Lothar Meyer lebih mengutamakan sifat-sifat kimia unsur sedangkan Mendeleev lebih
mengutamakan kenaikan massa atom.

21
 Menurut Mendeleev : sifat-sifat unsur adalah fungsi periodik dari massa atom relatifnya.
Artinya : jika unsur-unsur disusun menurut kenaikan massa atom relatifnya, maka sifat tertentu akan
berulang secara periodik.
 Unsur-unsur yang memiliki sifat-sifat serupa ditempatkan pada satu lajur tegak, disebut
Golongan.
 Sedangkan lajur horizontal, untuk unsur-unsur berdasarkan pada kenaikan massa atom
relatifnya dan disebut Periode.

4). Sistem Periodik Modern (Sistem Periodik Panjang)


• Dikemukakan oleh Henry G Moseley, yang berpendapat bahwa sifat-sifat unsur
merupakan fungsi periodik dari nomor atomnya.
• Artinya : sifat dasar suatu unsur ditentukan oleh nomor atomnya bukan oleh
massa atom relatifnya (Ar).

C. PERIODE DAN GOLONGAN DALAM SPU MODERN


1). Periode
o Adalah lajur-lajur horizontal pada tabel periodik.
o SPU Modern terdiri atas 7 periode. Tiap-tiap periode menyatakan jumlah/banyaknya kulit atom
unsur-unsur yang menempati periode-periode tersebut.
Jadi :
Nomor Periode = Jumlah Kulit Atom

o Unsur-unsur yang memiliki 1 kulit (kulit K saja) terletak pada periode 1 (baris 1), unsur-unsur yang
memiliki 2 kulit (kulit K dan L) terletak pada periode ke-2 dst.
Contoh :
9F :2,7 periode ke-2
12 Mg : 2 , 8 , 2 periode ke-3
31 Ga : 2 , 8 , 18 , 3 periode ke-4
Catatan :
a) Periode 1, 2 dan 3 disebut periode pendek karena berisi relatif sedikit unsur.
b) Periode 4 dan seterusnya disebut periode panjang.
c) Periode 7 disebut periode belum lengkap karena belum sampai ke golongan VIII A.
d) Untuk mengetahui nomor periode suatu unsur berdasarkan nomor atomnya, Anda hanya perlu
mengetahui nomor atom unsur yang memulai setiap periode.

22
2). Golongan
 Sistem periodik terdiri atas 18 kolom vertikal yang terbagi menjadi 8 golongan utama
(golongan A) dan 8 golongan transisi (golongan B).
 Unsur-unsur yang mempunyai elektron valensi sama ditempatkan pada golongan yang
sama.
 Untuk unsur-unsur golongan A sesuai dengan letaknya dalam sistem periodik :

Nomor Golongan = Jumlah Elektron Valensi

 Unsur-unsur golongan A mempunyai nama lain yaitu :


Golongan IA = golongan Alkali
Golongan IIA = golongan Alkali Tanah
Golongan IIIA = golongan Boron
Golongan IVA = golongan Karbon
Golongan VA = golongan Nitrogen
Golongan VIA = golongan Oksigen
Golongan VIIA = golongan Halida / Halogen
Golongan VIIIA = golongan Gas Mulia

D. SIFAT-SIFAT PERIODIK UNSUR


Meliputi :
1). Jari-Jari Atom
 Adalah jarak dari inti atom sampai ke elektron di kulit terluar.
 Besarnya jari-jari atom dipengaruhi oleh besarnya nomor atom unsur tersebut.
 Semakin besar nomor atom unsur-unsur segolongan, semakin banyak pula jumlah kulit
elektronnya, sehingga semakin besar pula jari-jari atomnya.
Jadi : dalam satu golongan (dari atas ke bawah), jari-jari atomnya semakin besar.
 Dalam satu periode (dari kiri ke kanan), nomor atomnya bertambah yang berarti semakin
bertambahnya muatan inti, sedangkan jumlah kulit elektronnya tetap. Akibatnya tarikan inti terhadap
elektron terluar makin besar pula, sehingga menyebabkan semakin kecilnya jari-jari atom.
Jadi : dalam satu periode (dari kiri ke kanan), jari-jari atomnya semakin kecil.

2). Energi Ionisasi


 Adalah energi minimum yang diperlukan atom netral dalam bentuk gas untuk melepaskan satu
elektron membentuk ion bermuatan +1.

23
 Jika atom tersebut melepaskan elektronnya yang ke-2 maka akan diperlukan energi yang lebih
besar (disebut energi ionisasi kedua), dst.
EI 1< EI 2 < EI 3 dst
 Dalam satu golongan (dari atas ke bawah), EI semakin kecil karena jari-jari atom bertambah
sehingga gaya tarik inti terhadap elektron terluar semakin kecil. Akibatnya elektron terluar semakin
mudah untuk dilepaskan.
 Dalam satu periode (dari kiri ke kanan), EI semakin besar karena jari-jari atom semakin
kecil sehingga gaya tarik inti terhadap elektron terluar semakin besar/kuat. Akibatnya elektron
terluar semakin sulit untuk dilepaskan.

3). Afinitas Elektron


o Adalah energi yang dilepaskan atau diserap oleh atom netral dalam bentuk gas apabila
menerima sebuah elektron untuk membentuk ion negatif.
o Semakin negatif harga afinitas elektron, semakin mudah atom tersebut
menerima/menarik elektron dan semakin reaktif pula unsurnya.
o Afinitas elektron bukanlah kebalikan dari energi ionisasi.
o Dalam satu golongan (dari atas ke bawah), harga afinitas elektronnya semakin
kecil.
o Dalam satu periode (dari kiri ke kanan), harga afinitas elektronnya semakin besar.
o Unsur golongan utama memiliki afinitas elektron bertanda negatif, kecuali golongan IIA
dan VIIIA.
o Afinitas elektron terbesar dimiliki golongan VIIA.

4). Keelektronegatifan
• Adalah kemampuan suatu unsur untuk menarik elektron dalam molekul suatu
senyawa (dalam ikatannya).
• Diukur dengan menggunakan skala Pauling yang besarnya antara 0,7
(keelektronegatifan Cs) sampai 4 (keelektronegatifan F).
• Unsur yang mempunyai harga keelektronegatifan besar, cenderung
menerima elektron dan akan membentuk ion negatif.
• Unsur yang mempunyai harga keelektronegatifan kecil, cenderung
melepaskan elektron dan akan membentuk ion positif.
• Dalam satu golongan (dari atas ke bawah), harga keelektronegatifan
semakin kecil.
• Dalam satu periode (dari kiri ke kanan), harga keelektronegatifan semakin
besar.

24
Ikatan Kimia, Interaksi Antarmolekul, Bentuk Molekul, dan
Hibridisasi Orbital Atom
Oleh Andy Adom

Dalam tulisan ini, kita akan mempelajari dua jenis utama ikatan kimia, interaksi yang terjadi sesama
molekul, proses pembentukan ikatan kimia melalui penggabungan orbital-orbitan atom pusat
(hibridisasi), serta meramalkan bentuk suatu molekul berdasarkan jumlah pasangan elektron yang
mengelilingi atom pusat molekul tersebut.

Penyusunan tabel periodik dan konsep konfigurasi elektron telah membantu para ahli kimia
menjelaskan proses pembentukan molekul dan ikatan yang terdapat dalam suatu molekul. Gilbert
Lewis, seorang kimiawan berkebangsaan Amerika, mengajukan teori bahwa atom akan bergabung
dengan sesama atom lainnya membentuk molekul dengan tujuan untuk mencapai konfigurasi
elektron yang lebih stabil. Kestabilan dicapai saat atom-atom memiliki konfigurasi elektron seperti
gas mulia (semua kulit dan subkulit terisi penuh oleh elektron serta memiliki 8 elektron valensi).

Saat atom-atom berinteraksi, hanya elektron valensi yang terlibat dalam proses pembentukan ikatan
kimia. Untuk menunjukkan elektron valensi yang terlibat dalam pembentukan ikatan, para ahli
kimia menggunakan simbol Lewis dot, yaitu simbol suatu unsur dan satu dot untuk mewakili tiap
elektron valensi unsur bersangkutan. Jumlah elektron valensi suatu unsur sama dengan golongan
unsur bersangkutan. Sebagai contoh, unsur Mg terletak pada golongan IIA, sehingga memiliki 2
elektron valensi (2 dot). Sementara, unsur S yang terletak pada golongan VIA, akan memiliki 6
elektron valensi (6 dot). Unsur yang terletak pada golongan yang sama akan memiliki struktur
Lewis dot yang serupa.

Natrium termasuk unsur logam yang cukup umum. Unsur ini berkilau, lunak, dan merupakan
konduktor yang baik, selain itu juga sangat reaktif. Umumnya, natrium disimpan di dalam minyak
untuk mencegahnya bereaksi dengan air yang berasal dari udara. Jika kita melelehkan sepotong
logam natrium dan meletakannya ke dalam beaker glass yang terisi penuh oleh gas klorin yang
berwarna kuning kehijauan, sesuatu yang sangat menakjubkan akan terjadi. Natrium mulai
memancarkan cahaya putih yang semakin terang dan gas klorin mulai bercampur, yang disertai
dengan hilangnya warna. Beberapa saat kemudian, reaksi selesai, dan kita akan mendapatkan garam
meja atau NaCl yang terendapkan di dasar beaker glass.

Natrium adalah logam alkali, golongan IA pada tabel periodik. Natrium memiliki 1 elektron valensi.
Sebaliknya, klorin adalah unsur nonlogam, unsur golongan halogen (VIIA) pada tabel periodik.
Unsur ini memiliki 7 elektron valensi. Unsur-unsur di golongan A pada tabel periodik akan
mendapatkan, kehilangan, atau berbagi elektron valensi untuk mengisi tingkat energi valensinya
dan menjadi sempurna (meniru konfigurasi gas mulia). Pada umumnya, proses ini melibatkan

25
pengisian orbital s dan p terluar yang disebut sebagai aturan oktet, yaitu unsur akan mendapatkan
atau kehilangan elektron untuk mencapai keadaan penuh delapan elektron valensi (oktet).

Natrium memiliki satu elektron valensi. Menurut hukum oktet, unsur ini akan bersifat stabil ketika
memiliki 8 elektron valensi. Dengan demikian, natrium akan kehilangan elektron 3s-nya. Dengan
demikian, atom natrium akan berubah menjadi ion natrium dengan muatan positif satu (Na+). Ion
tersebut isoelektronik dengan neon (gas mulia) sehingga ion Na+ bersifat stabil.

Sementara, untuk memenuhi aturan oktet, unsur klorin membutuhkan satu elektron untuk
melengkapi pengisian elektron pada 3p. Setelah menerima satu elektron tambahan, unsur ini
berubah menjadi ion dengan muatan negatif satu (Cl-). Ion Cl- isoelektronik dengan argon (gas
mulia) sehingga bersifat stabil.

Jika natrium dicampurkan dengan klorin, jumlah elektron natrium yang hilang akan sama dengan
jumlah elektron yang diperoleh klorin. Satu elektron 3s pada natrium akan dipindahkan ke orbital
3p pada klorin. Peristiwa serah-terima elektron terjadi dalam proses pembentukan senyawa NaCl.
Ini merupakan contoh dari ikatan ionik, yaitu ikatan kimia (gaya tarik-menarik yang kuat yang
tetap menyatukan dua unsur kimia) yang berasal dari gaya tarik elektrostatik (gaya tarik-menarik
dari muatan-muatan yang berlawanan) antara ion positif (kation) dan ion negatif (anion). Ikatan
ionik terbentuk saat unsur logam bereaksi dengan unsur nonlogam.

Di sisi lain, tidak semua ikatan kimia terbentuk melalui mekanisme serah-terima elektron. Atom-
atom juga dapat mencapai kestabilan melalui mekanisme pemakaian bersama pasangan elektron.
Ikatan yang terbentuk dikenal dengan istilah ikatan kovelen. Senyawa kovelen adalah senyawa
yang hanya memiliki ikatan kovelen.

Sebagai contoh, atom hidrogen memiliki satu elektron valensi. Untuk mencapai kestabilan
(isoelektronik dengan helium), atom hidrogen membutuhkan satu elektron tambahan. Saat dua atom
hidrogen membentuk ikatan kimia, tidak terjadi peristiwa serah-terima elektron. Yang akan terjadi
adalah kedua atom akan menggunakan elektronnya secara bersama-sama. Kedua elektron (satu dari
masing-masing hidrogen) menjadi milik kedua atom tersebut. Dengan demikian, molekul H2
terbentuk melalui pembentukan ikatan kovelen, yaitu ikatan kimia yang berasal dari penggunaan
bersama satu atau lebih pasangan elektron antara dua atom. Ikatan ini terjadi di antara dua unsur
nonlogam.

Ikatan kovalen dapat dinyatakan dalam bentuk Struktur Lewis, yaitu representasi ikatan kovelen,
dimana elektron yang digunakan bersama digambarkan sebagai garis atau sepasang dot antara dua
atom; sementara pasangan elektron yang tidak digunakan bersama (lone pair) digambarkan sebagai
pasangan dot pada atom bersangkutan. Pada umumnya, proses ini melibatkan pengisian orbital s
dan p (bahkan orbital d) terluar yang disebut sebagai aturan oktet, yaitu unsur akan berbagi
elektron untuk mencapai keadaan penuh delapan elektron valensi (oktet), kecuali hidrogen dengan
dua elektron valensi (duplet).

Atom-atom dapat membentuk berbagai jenis ikatan kovelen. Ikatan tunggal terjadi saat dua atom
menggunakan sepasang elektron bersama. Ikatan rangkap dua (ganda) terjadi saat dua atom
menggunakan menggunakan dua pasangan elektron bersama. Sementara, ikatan rangkap tiga
terjadi saat dua atom menggunakan tiga pasangan elektron bersama.

Senyawa ionik memiliki sifat yang berbeda dari senyawa kovalen. Senyawa ionik, pada suhu
kamar, umumnya berbentuk padat, dengan titik didih dan titik leleh tinggi, serta bersifat elektrolit.
Sebaliknya, senyawa kovelen, pada suhu kamar, dapat berbentuk padat, cair, maupun gas. Selain
itu, senyawa kovalen memiliki titik didih dan titik leleh yang relatif rendah bila dibandingkan
dengan senyawa ionik serta cenderung bersifat nonelektrolit.

26
Ketika atom klorin berikatan secara kovalen dengan atom klorin lainnya, pasangan elektron akan
digunakan bersama secara seimbang. Kerapatan elektron yang mengandung ikatan kovalen terletak
di tengah-tengah di antara kedua atom. Setiap atom menarik kedua elektron yang berikatan secara
sama. Ikatan seperti ini dikenal dengan istilah ikatan kovalen nonpolar.

Sementara, apa yang akan terjadi bila kedua atom yang terlibat dalam ikatan kimia tidak sama?
Kedua inti yang bermuatan positif yang mempunyai gaya tarik berbeda akan menarik pasangan
elektron dengan derajat (kekuatan) yang berbeda. Hasilnya adalah pasangan elektron cenderung
ditarik dan bergeser ke salah satu atom yang lebih elektronegatif. Ikatan semacam ini dikenal
dengan istilah ikatan kovalen polar.

Sifat yang digunakan untuk membedakan ikatan kovalen polar dengan ikatan kovalen nonpolar
adalah elektronegativitas (keelektronegatifan), yaitu kekuatan (kemampuan) suatu atom untuk
menarik pasangan elektron yang berikatan. Semakin besar nilai elektronegativitas, semakin besar
pula kekuatan atom untuk menarik pasangan elektron pada ikatan. Dalam tabel periodik, pada satu
periode, elektronegativitas akan naik dari kiri ke kanan. Sebaliknya, dalam satu golongan, akan
turun dari atas ke bawah.

Ikatan kovelen nonpolar terbentuk bila dua atom yang terlibat dalam ikatan adalah sama atau bila
beda elektronegativitas dari atom-atom yang terlibat pada ikatan sangat kecil. Sementara, pada
ikatan kovelen polar, atom yang menarik pasangan elektron pengikat dengan lebih kuat akan
sedikit lebih bermuatan negatif; sedangkan atom lainnya akan menjadi sedikit lebih bermuatan
positif. Ikatan ini terbentuk bila atom-atom yang terlibat dalam ikatan adalah berbeda. Semakin
besar beda elektronegativitas, semakin polar pula ikatan yang bersangkutan. Sebagai tambahan,
apabila beda elektronegativitas atom-atom sangat besar, maka yang akan terbentuk justru adalah
ikatan ionik. Dengan demikian, beda elektronegativitas merupakan salah satu cara untuk
meramalkan jenis ikatan yang akan terbentuk di antara dua unsur yang berikatan.

Perbedaan Elektronegativitas Jenis Ikatan yang Terbentuk


0,0 sampai 0,2 Kovalen nonpolar
0,3 sampai 1,4 Kovalen polar
> 1,5 Ionik

Seperti yang telah kita ketahui sebelumnya, aturan oktet berlaku pada unsur-unsur periode 2 dalam
tabel periodik. Akan tetapi, terdapat pula sejumlah penyimpangan aturan oktet yang terjadi dalam
proses pembentukan ikatan. Ada tiga tipe penyimpangan aturan oktet, antara lain:

1. The incomplete octet

Contoh : BeH2, BeCl2, BF3, dan BCl3 (catatan: BF3maupun BCl3 dapat berikatan dengan molekul
lain yang memiliki lone pair (seperti NH3) membentuk ikatan kovalen koordinasi (datif) untuk
mencapai konfigurasi oktet)

2. Odd electron molecules

Contoh : NO dan NO2 (disebut sebagai radikal karena memiliki sebuah elektron yang tidak
berpasangan)

3. The expanded octet

Contoh : PCl5 dan SF6 (atom pusat dikelilingi oleh lebih dari 8 elektron valensi dengan
memanfaatkan orbital d yang kosong)

27
Molekul-molekul umumnya berinteraksi satu sama lainnya. Gaya tarik-menarik antarmolekul ini
terjadi dan merupakan jenis interaksi antarmolekul (gaya antar molekul-molekul yang berbeda).
Interaksi ini bertanggung jawab terhadap sifat fisik suatu zat, seperti titik didih, titik leleh, serta fasa
(wujud) zat. Berbeda dengan interaksi antarmolekul, interaksi intramolekul (ikatan kimia)
merupakan ikatan yang terbentuk saat atom-atom bergabung membentuk molekul. Ikatan kimia
berperan dalam menjaga kestabilan molekul sekaligus dapat digunakan dalam meramalkan bentuk
suatu molekul. Interaksi antarmolekul lebih lemah dibandingkan ikatan kimia.

Terdapat lima jenis interaksi antarmolekul, yang disusun berdasarkan kekuatan, dari yang
terlemah hingga yang terkuat, yaitu:

1. Gaya London atau Gaya Dispersi

Jenis gaya tarik yang sangat lemah ini umumnya terjadi di antara molekul-molekul kovalen
nonpolar, seperti N2, H2, atau CH4. Ini dihasilkan oleh menyurut dan mengalirnya orbital-orbital
elektron, sehingga memberikan pemisahan muatan yang sangat lemah dan sangat singkat di sekitar
ikatan. Gaya London meningkat seiiring bertambahnya jumlah elektron. Gaya London juga
meningkat seiiring bertambahnya massa molar zat, sebab molekul yang memiliki massa molar besar
cenderung memiliki lebih banyak elektron. Adanya percabangan pada molekul akan menurunkan
kekuatan Gaya London, sebab adanya percabangan akan memperkecil area kontak antarmolekul.
Titik didih senyawa sebanding sekaligus mencerminkan kekuatan Gaya London.

2. Interaksi Dipol Terimbas (Dipol Terinduksi)

Gaya antarmolekul ini terjadi saat molekul polar mengimbas (menginduksi) molekul nonpolar.
Sebagai contoh, molekul air (H2O) yang bersifat polar dapat menginduksi molekul oksigen (O2)
yang bersifat nonpolar. Dipol terimbas inilah yang menyebabkan gas oksigen larut dalam air.

3. Interaksi Dipol-Dipol

Gaya antarmolekul ini terjadi bila ujung positif dari salah satu molekul dipol ditarik ke ujung
negatif dari dipol molekul lainnya. Gaya ini lebih kuat dari Gaya London, namun tetap saja sangat
lemah. Interaksi ini terjadi pada senyawa kovelen polar, seperti HCl dan HBr.

4. Interaksi Ion-Dipol

Gaya antarmolekul ini terjadi saat ion (kation maupun anion) berinteraksi dengan molekul polar.
Kekuatan interaksi ini bergantung pada muatan dan ukuran ion serta kepolaran dan ukuran molekul
polar. Kation memiliki interaksi yang lebih kuat dengan molekul polar dibandingkan anion. Salah
satu contoh interaksi ini adalah hidrasi senyawa NaCl dalam air (proses ion-ion dikelilingi oleh
molekul air).

5. Ikatan Hidrogen

Interaksi dipol-dipol yang sangat kuat, yang terjadi bila atom hidrogen terikat pada salah satu dari
ketiga unsur yang sangat elektronegatif, yaitu F, O, dan N. Ketiga unsur ini memiliki tarikan yang
sangat kuat pada pasangan elektron yang berikatan sehingga atom yang terlibat pada ikatan
mendapatkan muatan parsial yang sangat besar. Ikatan ini sangat polar, sehingga interaksi
antarmolekul menjadi sangat kuat. Akibatnya, titik didih senyawa yang memiliki ikatan hidrogen
relatif tinggi (walapun massa molarnya paling rendah) bila dibandingkan senyawa lain pada
golongan yang sama.

28
Bentuk molekul (geometri molekul) dari suatu molekul adalah cara atom-atom tersusun dalam
ruang tiga dimensi. Hal ini penting untuk diketahui oleh para ahli kimia, sebab hal ini sering
menjelaskan mengapa reaksi-reaksi tertentu dapat terjadi, sedangkan yang lain tidak. Sebagai
contoh, dalam ilmu farmasi, geometri molekul dari suatu obat dapat mengakibatkan reaksi-reaksi
samping. Selain itu, geometri molekul juga menjelaskan mengapa air mempunyai dwikutub (ujung
positif pada atom H dan ujung negatif pada atom O), sementara karbondioksida tidak.

Teori VSEPR (Valence Shell Electron-Pair Repulsion) atau Tolakan Pasangan Elektron Kulit
Valensi memungkinkan para ahli kimia untuk meramalkan geometri molekul dari molekul-
molekul. Teori ini mengasumsikan bahwa pasangan elektron di sekitar atom, baik itu bonding pair
maupun lone pair (nonbonding pair), akan berada dalam jarak sejauh mungkin untuk
meminimalkan gaya tolakan di antara elektron tersebut. Geometri pasangan elektron (domain
elektron) adalah susunan pasangan elektron, baik bonding pair maupun lone pair di sekitar atom
pusat. Berdasarkan jumlah domain elektron, kita dapat meramalkan bentuk molekul.

Untuk menentukan geometri molekul atau bentuk molekul dengan menggunakan teori VSEPR,
kita dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

1. Tentukan struktur Lewis molekul tersebut


2. Tentukan jumlah keseluruhan pasangan elektron total (domain elektron) yang berada di
sekitar atom pusat (ikatan rangkap dua dan rangkap tiga masing-masing dianggap satu
domain)
3. Dengan menggunakan tabel di bawah ini, tentukanlah geometri pasangan elektron
(domain elektron)

Dengan menggunakan tabel di bawah ini, tentukan pula bentuk molekulnya.

Class of Number of Arrangement Molecular Examples


Molecule Electron Pairs (Geometry) of Shape
Electron Pairs
AB2 2 Linear Linear BeCl2
AB3 3 Trigonal Planar Trigonal Planar BF3
AB4 4 Tetrahedral Tetrahedral CH4
AB5 5 Trigonal Trigonal PCl5
Bipyramidal Bipyramidal
AB6 6 Octahedral Octahedral SF6
Class of Number Number Number of Arrangement Molecular Examples
Molecule of of Lone Electron (Geometry) of Shape
Bonding Pairs Pairs Electron Pairs
Pairs
AB2E 2 1 3 Trigonal Bent SO2
Planar
AB3E 3 1 4 Tetrahedral Trigonal NH3
Pyramidal
AB2E2 2 2 4 Tetrahedral Bent H2O
AB4E 4 1 5 Trigonal Seesaw SF4
Bipyramidal
AB3E2 3 2 5 Trigonal T-shaped ClF3
Bipyramidal
AB2E3 2 3 5 Trigonal Linear I3-
Bipyramidal
AB5E 5 1 6 Octahedral Square BrF5
Pyramidal
AB4E2 4 2 6 Octahedral Square XeF4
29
Planar

Selain menggunakan teori VSEPR, bentuk molekul juga dapat diramalkan melalui pembentukan
orbital hibrida, yaitu orbital-orbital suatu atom yang diperoleh saat dua atau lebih orbital atom
bersangkutan yang memiliki tingkat energi yang berbeda, bergabung membentuk orbital-orbital
baru dengan tingkat energi sama (terjadi pada proses pembentukan ikatan kovalen). Hibridisasi
adalah proses penggabungan orbital-orbital atom (biasanya pada atom pusat) untuk mendapatkan
orbital hibrida.

Hubungan antara jumlah dan jenis orbital atom pusat yang digunakan pada proses hibridisasi
terhadap geometri molekul senyawa bersangkutan dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Pure Hybridization Number Shape of Hybrid Examples


Atomic of the Central of Hybrid Orbitals
Orbitals of Atom Orbitals (Geometry
the Arrangement)
Central
Atom
s,p sp 2 Linear BeCl2
2
s, p, p sp 3 Trigonal Planar BF3
3
s, p, p, p sp 4 Tetrahedral CH4
3
s, p, p, p, d sp d 5 Trigonal PCl5
Bipyramidal
3 2
s, p, p, p, d, sp d 6 Octahedral SF6
d

Dengan mengetahui jenis dan jumlah orbital atom pusat yang terlibat dalam proses pembentukan
ikatan, kita hanya dapat menentukan bentuk geometri (domain elektron) molekul bersangkutan.
Sementara untuk menentukan bentuk molekul, kita dapat menggunakan teori VSEPR. Dengan
demikian, teori hibridisasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari teori VSEPR. Melalui
kombinasi kedua teori tersebut, kita dapat mempelajari jenis dan jumlah orbital yang terlibat dalam
pembentukan ikatan sekaligus meramalkan bentuk molekulnya.

Referensi:

Andy. 2009. Pre-College Chemistry.

Chang, Raymond. 2007. Chemistry Ninth Edition. New York: Mc Graw Hill.

Moore, John T. 2003. Kimia For Dummies. Indonesia:Pakar Raya.

Tag: Chemistry for Grade XI Students, Aturan Oktet, Bentuk Molekul, Gaya London, Hibridisasi,
Ikatan Hidrogen, Ikatan Ionik, Ikatan Kovalen, Keelektronegatifan, Simbol Lewis Dot, Van Der
Waals, VSEPR

30

You might also like