You are on page 1of 112

Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris

Siswa MAN di Jakarta Selatan

1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tidak dapat dipungkiri pada era global ini, peranan
bahasa Inggris dalam berbagai aspek kehidupan menjadi
sangat dominan dan penting. Penggunaan bahasa asing itu
menyentuh dalam dunia ilmu, teknologi, perdagangan, politik,
kebudayaan, dan hubungan antarnegara, baik secara bilateral
maupun multilateral. Dalam kehidupan sehari-hari,
umpamanya, seseorang selalu bersentuhan dengan bahasa
tersebut melalui media cetak, seperti koran, majalah, jurnal
dan buku-buku ilmiah lainnya; media elektronik seperti televisi,
radio, internet; maupun melalui interaksi komunikatif langsung
dengan orang asing yang menggunakan bahasa tersebut.
Mereka dapat ditemukan di berbagai sudut kota Jakarta,
sehingga sangat memungkin bagi masyarakat untuk
berkomunikasi langsung dengan menggunakan bahasa
Inggris.
Memperhatikan peranan tersebut, pemerintah Indonesia
memberikan prioritas utama terhadap bahasa Inggris untuk
dipelajari di sekolah-sekolah, perguruan tinggi, atau bahkan
lembaga-lembaga kursus sebagai bahasa asing. Sebagai
bahasa asing, bahasa Inggris tidak dapat digunakan sebagai

1
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

alat komunikasi dalam kegiatan pemerintahan, pendidikan,


politik, dan bidang-bidang lain yang melibatkan masyarakat
secara luas. Meskipun demikian, pengajaran bahasa tersebut
tetap dilaksanakan secara optimal agar tujuan matapelajaran
tersebut tercapai. Adapun tujuan utama pengajaran bahasa
Inggris di Madrasah Aliyah diarahkan pada pengembangan
kemampuan komunikatif berbahasa Inggris lisan dan tulis1
Kemampuan komunikatif bahasa Inggris yang harus dikuasai
siswa terbentuk oleh empat sub-kemampuan, yaitu kompetensi
wacana, linguistik, sosiolinguistik, dan strategis.2
Kompetensi wacana berhubungan dengan pemahaman
siswa terhadap konteks situasi yang melatar-belakangi suatu
peristiwa komunikasi. Menurut Celce-Murcia et al. Kompetensi
wacana adalah pemahaman siswa terhadap peristiwa
komunikasi yang dipengaruhi oleh topik yang dikomunikasikan,
hubungan interpersonal pihak yang terlibat dalam komunikasi
dan jalur komunikasi yang digunakan dalam satu konteks
budaya.3 Kemampuan linguistik berkenaan dengan
penguasaan siswa terhadap kaedah-kaedah bahasa yang
memungkinkannya memahami dan menghasilkan kalimat-
kalimat berbahasa Inggris yang gramatikal. Kemampuan
sosiolinguistik berkenaan dengan kemampuan siswa untuk
melihat dan mengantisipasi dengan siapa mereka
berkomunikasi, sedangkan kemampuan strategis bersentuhan
dengan kemampuan siswa untuk memilih dan menggunakan
strategi komunikasi untuk menyampaikan pesan yang
dimaksudkan secara efektif.
Selain itu, untuk menguasai kemampuan komunikatif
bahasa Inggris, seorang siswa dituntut untuk memiliki motivasi
berprestasi sebagai bagian dari aspek psikologis yang banyak
1
Diknas, Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Bahasa Inggris
SMA dan MA (Jakarta: Puskur Balitbang Diknas, 2002), h. 6.
2
D. H. Hymes, “On Communicative Competence,” The
Communicative Approach to Language Teaching, eds. C. J. Brumfit
dan K. Johnson. (Oxford: OUP, 1979), h. 14.
3
Celce-Murcia, M., Z. Dornyei, S. Thurrell, “Communicative
Competence: A Pedagogically Motivated Model with Content
Specifications” Issues in Applied Linguistics, 6/2, 1995. p. 10.

2
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

menyemangati siswa untuk meraih kesuksesan melalui


kemampuannya untuk mengatasi berbagai masalah dan
kesulitan dalam belajar,4 dan dituntut pula untuk mengusai
perbedaan budaya berbahasa Inggris dengan budaya
berbahasa Indonesia. Motivasi berprestasi mendorong siswa
untuk terus-menerus berusaha semaksimal mungkin untuk
menguasai bahasa Inggris melalui berbagai cara belajar
efektif. Sedangkan penguasaan silang budaya akan banyak
membantu siswa bagaimana menghasilkan bentuk-bentuk
bahasa Inggris yang benar-benar komunikatif. Siswa tidak
akan terjebak dalam bahasa Inggris berstruktur dan
berbudaya bahasa Indonesia yang seringkali menimbulkan
kesalahpahaman, dan bahkan gagalnya komunikasi.
Sejauh ini, sebagian besar siswa MAN di Jakarta
Sealatan belum menguasai kemampuan komunikatif bahasa
Inggris sebagaimana yang diharapkan. Masih banyak
terdengar ungkapan bahasa Inggris “thank you” yang dijawab
dengan “thank you back”; dan “you look very beautiful” yang
dijawab dengan “oh no, I am not” dan sebagainya. Jawaban
yang diberikan siswa menunjukkan bahwa mereka tidak
memahami budaya berbahasa penutur asli bahasa Inggris,
sehingga menimbulkan kesalahpahaman atau bahkan
kegagalan komunikasi. Selain itu, contoh ungkapan-ungkapan
berbahasa Inggris tersebut diduga dihasilkan oleh siswa-siswa
yang tidak memiliki motivasi berprestasi. Mereka cenderung
tidak ingin mendalami bahasa Inggris dengan tekun, karena
mereka berfikir bahwa bahasa Inggris tidak bersentuhan
dengan bidang kajian dan pekerjaan yang akan mereka tekuni.
Berdasarkan penjelasan tersebut terlihat bahwa
kemampuan komunikatif bahasa Inggris banyak dipengaruhi
oleh motivasi berprestasi siswa dalam belajar dan pemahaman
siswa terhadap budaya berbahasa Inggris atau pemahaman
silang budaya. Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi,
pemahaman silang budaya dan kemampuan komunikatif
4
R. C. Back, Motivasion: Theories and Principles (New Jersy:
Prentice Hall, 1990), p. 291.

3
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

bahasa Inggris siswa MAN di Jakarta Selatan Untuk


membuktikan kebenaran asumsi tersebut dan melihat berapa
besar kontribusi motivasi berprestasi dan pemahaman silang
budaya terhadap kemampuan komunikatif bahasa Inggris
siswa MAN di Jakarta Selatan, penelitian korelasional perlu
segera dilakukan agar dapat diputuskan suatu kebijakan
terhadap pengembangan matapelajaran bahasa Inggris secara
komunikatif.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas dapat
diduga adanya hubungan antara motivasi berprestasi,
pemahaman silang budaya dan kemampuan komunikatif siswa
MAN di Jakarta Selatan. Tanpa mengesampingkan beberapa
faktor lain yang juga berpengaruh, bentuk hubungan antara
motivasi berprestasi, pemahaman silang budaya dan
kemampuan komunikatif siswa masih tetap menjadi
pertanyaan besar yang perlu dijawab dan dibuktikan. Oleh
karena itu, permasalahan dalam penelitian ini lebih banyak
berkaitan dengan upaya pembuktian terhadap hubungan
antara ketiga variabel tersebut; dan secara lebih spesifik
permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut.
1) Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara
motivasi berprestasi dan kemampuan komunikatif
bahasa Inggris siswa MAN di Jakarta Selatan?
2) Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara
pemahaman silang budaya dan kemampuan
komunikatif bahasa Inggris siswa MAN di Jakarta
Sealatan?
3) Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara
motivasi berprestasi, pemahaman silang budaya, dan
kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa MAN
di Jakarta Selatan?
4) Berapa besarkah kontribusi motivasi berprestasi dan
pemahaman silang budaya terhadap kemampuan

4
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

komunikatif bahasa Inggris siswa MAN di Jakarta


Selatan?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian


Secara umum penelitian ini bertujuan untuk
mendapatkan data empiris tentang hubungan antara motivasi
berprestasi, pemahaman silang budaya, dan kemampuan
komunikatif bahasa Inggris siswa MAN di Jakarta Selatan.
Sacara khusus, penelitian ini bertujuan untuk mencari bukti-
bukti empiris tentang:
1) hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi
dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa
MAN di Jakarta Sealatan;
2) hubungan yang signifikan antara pemahaman silang
budaya dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris
siswa MAN di Jakarta Selatan;
3) hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi,
pemahaman silang budaya, dan kemampuan
komunikatif bahasa Inggris siswa MAN di Jakarta
Selatan; dan
4) besarnya kontribusi motivasi berprestasi dan
pemahaman silang budaya terhadap kemampuan
komunikatif bahasa Inggris siswa MAN di Jakarta
Selatan.
Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan dapat
memperkaya khazanah ilmu pengetahuan yang berhubungan
dengan motivasi berprestasi, pemahaman silang budaya, dan
kemampuan komunikatif bahasa Inggris; dan mempertegas
keterkaitan ketiganya di dalam pengembangan bahan
pelajaran bahasa Inggris untuk siswa menegah atas.
Ditinjau dari segi sosial, hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan masukan kepada pemerintah, dalam hal ini
Departemen Agama, di dalam pengembangan kurikulum dan
bahan pelajaran bahasa Inggris untuk Madrasah Aliyah; dan
dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi para guru
bahasa Inggris di Madrasah Aliyah dalam pengembangan

5
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

kegiatan belajar dan bahan pelajaran bahasa Inggris berbasis


pada pemahaman silang budaya dan perhatian terhadap
motivasi berprestasi yang dapat meningkatkan kemampuan
komunikatif bahasa Inggris siswa. Selain itu, penelitian ini
diharapkan dapar dijadikan sebagai pijakan dalam
penyelenggaraan penelitian lanjutan tentang hubungan antara
pemahaman silang budaya, motivasi berprestasi, dan
kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa MAN
khususnya, dan seluruh siswa Madrasah Aliyah pada
umumnya.

D. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang
berusaha untuk membuktikan secara empiris hubungan antara
motivasi berprestasi, pemahaman silang budaya, dan
kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa MAN di Jakarta
Selatan.

1. Alat Pengumpul Data


Data dalam penelitian ini diperoleh melalui dua
instrumen, yaitu angket dan tes. Angket digunakan untuk
mencari data tentang motivasi berprestasi; tes pemahaman
silang budaya digunakan untuk menggali data tentang
pemahaman terhadap perbedaan budaya berbahasa Inggris
dan Indonesia; dan tes kemampuan komunikatif bahasa
Inggris digunakan untuk mengukur kemampuan menggunakan
bahasa Inggris secara komunikatif.

2. Teknik Analisis Data


Untuk melihat hubungan dan kontribusi motivasi
berprestasi, dan pemahaman silang budaya terhadap
kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa, data terkumpul
akan dianalisis dengan statistik korelasi dan regresi ganda.

3. Hipotesis Penelitian

6
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

Hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai


berikut.
a) Hipotesis nol:
1) Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
motivasi berprestasi dan kemampuan komunikatif
bahasa Inggris siswa MAN di Jakarta Selatan;
2) Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
pemahaman silang budaya dan kemampuan
komunikatif bahasa Inggris siswa MAN di Jakarta
Selatan; dan
3) Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
motivasi berprestasi, pemahaman silang budaya,
dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa
MAN di Jakarta Selatan.
b) Hipotesis alternatif:
1) Terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi
berprestasi dan kemampuan komunikatif bahasa
Inggris siswa MAN di Jakarta Selatan;
2) Terdapat hubungan yang signifikan antara
pemahaman silang budaya, dan kemampuan
komunikatif bahasa Inggris siswa MAN di Jakarta
Selatan; dan
3) Terdapat hubungan yang signifikan antara
motivasi berprestasi, pemahaman silang budaya,
dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa
MAN di Jakarta Selatan.

4. Variabel Penelitian
Sesuai dengan hipotesis yang diajukan, variabel dalam
penelitian ini adalah:
a) Variabel bebas:
1) motivasi berprestasi siswa MAN di Jakarta
Selatan (X1); dan
2) pemahaman silang budaya siswa MAN di
Jakarta Selatan (X2)
b) Variabel terikat adalah kemampuan komunikatif
bahasa Inggris siswa MAN di Jakarta Selatan

7
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

Hubungan ketiga variabel tersebut dapat digambarkan sebagai


berikut.

Motivasi
Berprestasi
(X1)
Kemampuan
Komunikatif
(Y)
Pemahaman
Silamg budaya
(X2)

5. Populasi dan Sample Penelitian


Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa MAN di
Jakarta Selatan; dan yang menjadi sampelnya adalah 80
orang siswa kelas III yang diambil secara acak.

6. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini direncanakan berlangsung selama empat
bulan di empat MAN Jakarta Selatan yang dibagi dalam tiga
tahap: a) penyusunan rancangan dan instrumen penelitian; b)
pencarian data; dan c) analisis data dan pelaporan.

8
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

2
ANALISIS TEORETIS
DAN KERANGKA KONSEPTUAL

A. Analisis Teoretis
Berdasarkan paparan tujuan penelitian yang diharapkan,
terdapat dua hal yang perlu dikaji secara teoretis, yakni
kemampuan komunikatif dan pemahaman silang budaya.
Berikut penjelasan keduanya.

1. Kemampuan Komunikatif
Secara umum, kurikulum berbasis kompetensi
berorientasi pada hasil dan dampak yang diharapkan muncul
pada diri peserta didik melalui serangkaian pengalaman
belajar yang bermakna dan beragaman yang dimanifestasikan
sesuai dengan kebutuhan belajar siswa. Ini berarti bahwa
kurikulum tersebut menekankan hasil atau kompetensi apa
yang harus dikuasai siswa bila telah menyelesaikan studinya
pada suatu program pendidikan formal. Dalam hal ini,
kompetensi dapat diartikan sebagai pengetahuan,
keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam
kebiasaan berpikir dan bertindak. Kebiasaan berpikir dan
bertindak secara konsisten dan terus menerus memungkinkan
seseorang untuk menjadi kompeten, dalam arti memiliki

9
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar untuk


melakukan sesuatu.5
Berkaitan dengan mata pelajaran Bahasa Inggris di
Madrasah Aliyah, komptensi yang harus dikuasai siswa adalah
bagaimana menggunakan bahasa Inggris sesuai dengan
konteks komunikasinya. Siswa diharapkan dapat
menggunakan bahasa Inggris untuk menyampaikan ide,
gagasan, dan perasaannya, baik dalam bentuk komunikasi
lisan maupun komunikasi tulis. Kemampuan tersebut biasanya
disebut dengan kemampuan komunikatif. Huda mengatakan
bahwa kemampuan komunikatif merupakan kemampuan untuk
menggunakan bahasa Inggris untuk komunikasi dalam situasi
yang sebenarnya. Siswa, dalam hal ini, tidak dituntut untuk
menghasilkan bentuk-bentuk bahasa yang benar secara
gramatikal saja; tetapi justru diharapkan dapat memiliki
kemampuan untuk menggunakan bentuk-bentuk bahasa
tersebut sesuai dengan tujuan komunikasi atau untuk
mengungkapkan fungsi-fungsi komunikatif bahasa yang ingin
disampaikan kepada pihak lain.6
Penguasaan kemampuan komunikatif secara benar
tidak hanya tertumpu pada kemampuan linguistik saja,
tetapi juga mencakup kemampuan lain yang mengarahkan
seseorang untuk memilih bentuk-bentuk bahasa mana yang
sesuai dengan konteksnya. Kemampuan ini biasanya
disebut dengan kemampuan pragmatik yang
memungkinkan seseorang untuk melakukan interaksi
komunikatif secara lebih efektif. Ellis mengatakan:
Communicative competence includes the knowledge the
speaker-hearer has of what constitutes appropriate as well as
correct language behavior and also of what constitutes
effective language behavior in relation to particular

5
Suwito, Kebijakan yang Diperlukan Dalam Penerapan
Kurikulum Berbasis Kompetensi. Makalah yang disampaikan pada
Warkshop Kurikulum Berbasis Kompetensi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, pada tanggal 17-19 Juli 2003 di Cisarua.
6
Nuril Huda, Language Learning and Teaching (Malang: IKIP
M Publisher, 1999), h. 93.

10
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

communicative goals. That is, it includes both linguistic and


pragmatic knowledge.7
Meskipun tidak dinyatakan secara explisit sebagai
kemampuan pragmatik, pandangan lain juga
mengisyaratkan ketidakberartian kemampuan linguistik bila
tidak ditunjang oleh kemampuan untuk menyesuaikan
bentuk-bentuk bahasa dengan seluruh masukan informasi
baik yang bersifat linguistik maupun paralinguistik.
Communicative competence may be defined as the ability to
function in a truly communicative setting, that is in a dynamic
exchange in which linguistic competence must adapt itself to
the total informational input, both linguistic and paralinguistic of
one or more interlocutors.8
Posisi kemampuan linguistik sebagai salah satu unsur
kemampuan komunikatif juga diutarakan oleh Munby.
Dalam pandangannya, selain kemampuan linguistik,
kemampuan komunikatif mencakup kemampuan-
kemampuan lain, seperti kemampuan retorik, kemampuan
interpretatif, dan pemahaman makna ujaran berdasarkan
konteks yang melatarbelakanginya.
It seems clear that communicative competence includes the
ability to use linguistic forms to perform communicative acts
and to understand the communicative functions of sentences
and their relationship to other sentences. This happens at the
level of discourse and involves interalia, knowledge of
rhetorical rules of use that governs the patterning of such acts,
the interpretative strategies of the language users and also
contextual meaning of utterances.9
Secara jelas beberapa pandangan tersebut
menunjukkan bahwa selain kemampuan linguistik terdapat
beberapa kemampuan atau faktor lain yang membangun
7
Rod Ellis, The Study of Second Language Acquisition (Oxford:
O U P, 1994), h. 13.
8
A.O. Hadley, Teaching Language in Context (Boston: Heile &
Heile Publisher, 1993), h 4
9
John Munby, Communicative Syllabus Design (Cambridge: C
U P, 1978), h. 26.

11
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

kemampuan komunikatif bahasa Inggris seseorang.


Mengenai hal ini, Hymes berpandangan bahwa
kemampuan komunikatif itu terbentuk oleh empat aspek
atau kemampuan yang terpadu. Aspek yang pertama
berkenaan dengan kemampuan untuk menghasilkan dan
membedakan bentuk-bentuk bahasa yang gramatikal atau
tidak gramatikal (whether or not something is possible),
misalnya: I teach English everyday dan *She is having a big
car.10 Aspek yang kedua berhubungan dengan kemampuan
untuk mengahasilkan bentuk-bentuk bahasa yang layak
(feasibility). Suatu kalimat yang terdiri dari beberapa kata
dapat saja dianggap benar secara gramatikal, tetapi bila
dikaji dari sisi proses bagaimana kalimat itu dibuat atau
dihasilkan, maka kalimat tersebut bisa saja dianggap tidak
layak, misalnya *The mouse the cat the dog the man the
woman married beat chased ate had a white tail. Jadi
kelayakan di sini lebih erat kaitannnya dengan proses
bagaimana kalimat itu dihasilkan oleh akal pikiran
seseorang. Aspek yang ketiga berkaitan dengan
kemampuan untuk menghasilkan bentuk-bentuk bahasa
yang tepat dan sesuai dengan konteksnya
(appropriateness), misalnya *my baby is funny. Suatu
kalimat bisa saja dianggap layak dan benar secara
gramatikal, tetapi kalimat tersebut kurang atau bahkan tidak
tepat. Aspek yang terakhir berhubungan dengan apakah
makna yang terkandung dalam suatu kalimat itu benar-
benar terjadi atau tidak (whether or not something is in fact
done).11 Suatu kalimat dapat saja layak, tepat, dan benar
secara gramatikal, tetapi tidak terjadi, misalnya *The king of
America visited Indonesia last year.
Menyempurnakan gagasannya tentang kemampuan
komunikatif, Hymes memperjelas pandangannya dengan

10
Tanda * (asterik) digunakan untuk menunjukkan contoh-
contoh kalimat yang salah.
11
D. H. Hymes, “On Communicative Competence,” The
Communicative Approach to Language Teaching, eds. C. J. Brumfit
dan K. Johnson (Oxford: O U P, 1979), h. 14.

12
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

merinci secara spesifik empat kemampuan yang


membangun kemampuan komunikatif, yaitu kemampuan
linguistik, wacana, sosiolinguistik, dan strategis.
Kemampuan linguistik berkenaan dengan penguasaan
siswa terhadap kaedah-kaedah bahasa Inggris yang
memungkinkannya menghasilkan kalimat-kalimat
gramatikal untuk menyam-paikan maksud, dan
mengidentifikasi kalimat-kalimat gramatikal untuk
menangkap pesan dan maksud, baik dalam abentuk
komunikasi lisan maupun tulis. Kemampuan wacana
berhubungan dengan penguasaan siswa terhadap konteks
situasi yang melatarbelakangi terjadinya peristiwa
komunikasi lisan dan tulis. Siswa dituntut untuk mengenali
situasi komunikasi yang sedang terjadi, apakah dalam
kegiatan formal atau informal, sehingga apa yang akan
diutarakan atau disampaikan kepada orang lain dapat
dipahami secara tepat. Kemampuan sosiolinguistik
berkenaan dengan kemampuan siswa untuk melihat
dengan siapa mereka membangun komunikasi, apakah
dengan teman sebaya, dengan orang yang lebih tua,
dengan kawan dekat, atau dengan tokoh masyarakat.
Pengenalan terhadap lawan bicara atau pembaca akan
memudahkan seseorang untuk menentukan bentuk-bentuk
bahasa mana yang harus digunakan. Adapun kemampuan
strategis merupakan kemampuan seseorang untuk memilih
dan menggunakan strategi komunikasi tepat untuk
menyampaikan pesan yang dimaksudkan secara efektif.
Kemampuan ini mencakup bagaimana seseorang
menggunakan anggota tubuhnya untuk menyertai bahasa
lisan yang digunakan; atau gambar-gambar untuk
memperjelas bahasa tulis yang digunakan.

2. Pemahaman Silang Budaya


Sesuai dengan amanat yang terdapat dalam Kompetensi
Dasar Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk menengah atas

13
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

dan Madrasah Aliyah, mata pelajaran bahasa Inggris meliputi


beberapa aspek, yakni.
a) Keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis.
b) Unsur-unsur kebahasaan mencakup: tata bahasa,
kosakata, lafal dan ejaan.
c) Aspek budaya yang terkandung dalam teks lisan dan tulis.
d) Aspek sastra yang berupa penghayatan dan apresiasi
sastra.12
Secara jelas, pernyataan di atas menuntut Madrasah
Aliyah dan guru bahasa Inggris untuk memberikan bahan
pelajaran yang berupa aspek budaya sebagai satu kesatuan
bahan pelajaran yang harus diterima siswa di dalam
mempelajari bahasa Inggris sebagai bahasa asing, sehingga
siswa dapat menguasai kemampuan komunikatif bahasa
Inggris secara benar. Budaya, dalam hal ini, diartikan sebagai
pola pikir dan pola tindak yang mengatur seseorang
bagaimana berbahasa dan bertindak di dalam lingkungan
masyarakat tertentu. Brown menjelaskan bahwa budaya
merupakan cara hidup bagaimana seseorang berada, berfikir,
merasakan, dan berhubungan dengan orang lain dalam suatu
kelompok masyarakat. Budaya dapat dianggap sebagai
perekat antara seseorang dengan orang lain dalam kehidupan
bermasyarakat. “Culture is a way of life. Culture is the context
within which we exist, think, feel, and relate to others. It is the
glue that binds a group of people together.”13 Melengkapi
pengertian budaya tersebut, Larson dan Smally sebagaimana
dikutip oleh Hasyim, menggambarkan budaya itu sebagai
suatu “blue print’ which guides the behaviour of people in a
community and is incubated in family life. It governs our
behaviour in groups, makes us sensitive to matters of status,
and helps us know what our responsibility is to the group.

12
Diknas Kurikulum 2004: Standar Kompetensi Mata Pelajaran
Bahasa Inggris SMA/MA (Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Diknas,
2003), h. 14.
13
H. Douglas Brown, Principles of Language Learning and
Teaching (Englewood Clifts: Prentice Hall Regents, 1994), h. 164.

14
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

Different cultures are the underlying structures which make


round community round and square community square”14 Jadi,
budaya itu dapat didefinisikan sebagai gagasan, adat,
keterampilan, seni, dan peralatan yang membedakan satu
kelompok dan yang lain. Namun, budaya bukanlah bagian-
bagian yang berdiri sendiri-sendiri, tetapi merupakan sebuah
sistem yang terpaduh yang bagian-bagiannya terkait satu
sama lainnya. Budaya menurut Croydon adalah “a system of
integrated patterns, most of which remain below the threshold
of consciousness, yet all of which govern human behaviour
just as surely as the manipulated strings of a puppet control its
motion”.15 Menurut Robinson, sebagai suatu sistem budaya
memcakup beberapa kategori, yakni gagasan, prilaku, dan
produk. Ide atau gagasan meliputi kepercayaan, nilai, dan
lemabaga; prilaku mencakup bahasa, bahasa tubuh, adat
istiadat, dan makanan; dan produk meliputi literatur, cerita
rakyat, musik, dan artifak-artifak lainnya. Berikut adalah
penjelasan yang diberikan oleh Robinson:
Ideas include beliefs, values and institutions; behaviors include
language, gestures, customs/habits and foods; products
include literature, folklore, art, music and artifacts. The
categories of behaviors and products reflect a notion of culture
as observable phenomena; and the category of ideas reflects
a notion of culture as not observable.16
Kehidupan keseharian masyarakat membuktikan bahwa
budaya itu merupakan satu kesatuan yang utuh. Seluruh pola
kehidupan masyarakat diikat oleh aturan yang disepakati oleh
seluruh anggotanya, dari hal-hal yang kecil sampai hal-hal
yang besar. Bagaimana cara bersalaman dengan orang-orang
Sunda, akan berbeda dengan orang-orang Palembang, Jawa,
Menado, dan lainnya. Bagaimana melamar calon pengantin
dan merayakan pesta pernikahan di satu daerah akan berbeda

14
Laela Hanoum Hasyim, Cross Cultural Understanding
(Jakarta: Karunia UT,1986), h. 3
15
Ibid.
16
Robinson, Gail L. Nemetz. Crosscultural Understanding
(London: Prentice Hall International (UK) Limited, 1988). h. 8.

15
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

dengan daerah lain. Kenyataan menunjukkan bahwa tidak ada


masyarakat di dunia ini yang tidak memiliki budaya yang
mengatur pola kehidupan kemanusiaan dan kemasyarakatan,
bahkan makin tampak nyata dan jelas bahwa setiap kelompok
manusia itu membutuhkan budaya untuk memenuhi suatu
kebutuhan biologis dan psikologis manusia. Mari kita
membayangkan sejenak suatu keadaan yang saling
bertentangan dalam kehidupan sehari-hari, tanpa aturan,
tanpa ikatan, dan bebas takterkendali. Maka masing-masing
orang akan berbuat sekehendaknya. Orang-orang yang
memiliki kekuatan, baik secara fisik maupun materi, akan
mendominasi mereka yang lemah, mereka yang tidak memiliki
apa-apa kiecuali dirinya sendiri. Orang-orang yang pintar tentu
akan membodohi mereka yang tidak memiliki pengetahuan.
Akibatnya, timbul berbagai macam persoalan yang merusak
sendi-sendi kehidupan individual dan kolektif. Kondisi tersebut
tidak akan pernah berakhir bila tidak ada satu peraturan yang
akan meluruskan semuanya itu, Karena itu timbullah suatu
konsepsi dalam diri kelompok-kelompok manusia itu untuk
mengadakan ketentuan-ketentuan pengatur hidup. Ketentuan-
ketentuan ini berupa gagasan yang memungkinkan seluruh
anggota masyarakat dapat hidup bersama dalam kelompok
dengan damai.
Memperhatikan pengertian budaya tersebut, Murdock
menyebutkan tujuh ciri umum yang dimiliki oleh budaya.
Selengkapnya pandangan tersebut dapat dilihat melalui
ungkapan berikut:
Seven universal of cultural patters of behaviors are:
1) they originate in the human mind;
2) they facilitate human and environmental interactions;
3) they satisfy basic human needs;
4) they are cummulative and adjust to changes in
external and internal conditions;
5) they tend to form a consistent structure;
6) they are learned and shared by all the members of a
society; and

16
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

7) they are transmitted to new generations.17


Ciri pertama menunjukkan bahwa budaya merupakan
hasil dan bersumber pada akal pikiran manusia. Seluruh pola
dan aturan yang mengatur bagaimana seseorang bertindak
dan berbahasa dalam kelompok masyarakatnya bersumber
dari hasil pemikiran manusia melalui suatu proses panjang,
sehingga menjadi suatu konvensi yang diikuti oleh anggota
masyarakat. Tentu saja pola dan aturan bertindak dan
berbahasa tersebut harus memudahkan seluruh anggota
masyarakat untuk berinteraksi dengan sesamanya dan
lingkungan alam sekitar. Kemudahan berinteraksi dengan
sesama dan alam sekitarnya merupakan inti dari ciri kedua
dari budaya. Karena kemudahan-kemudahan tersebut,
manusia sebagai anggota masyarakat dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya, baik yang berupa kebutuhan sandang
maupun pangan. Kebutuhan pangan meliputi berbagai macam
makanan, sayuran, dan buah-buahan yang dibutuhkan
manusia untuk pertumbuhan fisik; dan kebutuhan sandang
yang meliputi tempat tinggal dan pakian yang dibutuhkan
manusia untuk perlindungan diri dari berbagai hal yang
mengancam dirinya baik secara fisikal dan psikis. Itulah
esensi dari ciri budaya yang ketiga. Ciri keempat menunjukkan
bahwa budaya itu akulumasi pemikiran dan prilaku manusia
dalam kelompok masyarakatnya yang dapat berubah-ubah
atau berkembang sesuai dengan kondisi internal dan eksternal
di mana kelompok masyarakat tersebut berada. Meskipun
selalu dapat menyesuaikan diri dengan faktor-faktor internal
dan eksternal, pola pikir dan tindak yang diikuti oleh seluruh
warga masyarakat cenderung membentuk struktur yang
konsisten, sehingga identifikasi dari kelompok masyarakat
mana seseorang dapat dilakukan dengan cepat; dan ini
merupakan ciri budya yang kelima. Ciri keenam menunjukkan
bahwa budaya itu merupakan hal yang dapat dipelajari dan
dipelihara secara bersama-sama oleh seluruh warga
17
George Peter Murdock, “The Cross-cultural Suvey”
Readings in Cross-Culture, ed. Frank W. Moore. New Haven, CN:
HRAF Press, 1961.

17
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

masyarakat. Seluruh warga menjamin keberlangsungan


budayanya melalui konvensi-konvensi dan norma-norma
hukum tertulis dan taktertulis yang disepakati secara bersama-
sama. Pelanggaran terhadap norma-norma tersebut tidak
dapat ditolerir dan diberikan hukuman yang setimpal. Itulah
salah satu bentuk upaya untuk menjaga keberlangsungan
budaya. Adapun ciri ketujuh, sebagai kelanjutan dari ciri
keenam, menunjukkan bahwa budaya, dalam arti pola
bertindak dan berbahasa dapat dialihkan kepada generasi
berikutnya. Orang tua dan masyarakat dapat mengajarkan
pola bertindak dan berbahasa kepada anak-anak mereka
secara langsung dan tidak langsung. Di samping itu, nilai-nilai
budaya masyarakat dapat juga dialihkan kepada generasi
berikut melalui berbagai jalur, seperti pendidikan formal dan
nonformal.
Beberapa pandangan di atas memperlihatkan bahwa
budaya merupakan bagian yang takterpisahkan dari bahasa
dan pikiran yang mengatur bagaimana warga masyarakat
berbahasa dan bertindak di dalam lingkungannya. Karena satu
kelompok masyarakat memiliki budaya yang berbeda dengan
kelompok masyarakat lain, tentu saja hal itu akan
menimbulkan benturan-benturan budaya yang dapat
menimbulkan masalah-masalah sosial, baik yang sederhana
maupun yang kompleks. Benturan-benturan tersebut tidak
hanya terjadi antar kelompok masyarakat dalam satu negara,
tetapi juga terjadi antara satu negara dengan negara lain.
Secara lebih khusus, benturan-benturan budaya antarnegara
mungkin saja terjadi dalam konteks pengajaran bahasa asing,
Tentu saja menghindari terjadinya benturan budaya, dalam hal
ini budaya berbahasa, harus dijadikan prioritas utama dalam
bermasyarakat secara luas. Salah satu caranya adalah
dengan memahami budaya berbahasa dan bertindak
masyarakat lain. Mengenai pentingnya mempelajari budaya
berbahasa orang lain, Scarcella and Oxford mengatakan. “to

18
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

study a language without studying the culture of native


speakers of the language is a lifeless endeavor”.18
Berdasarkan pengertian budaya di atas, dapat dikatakan
pemahaman silang budaya merupakan penguasaan
seseorang terhadap perbedaan budaya berbahasa dan
bertindak penutur asli bahasa asing dengan budaya bertindak
dan berbahasa pertamanya. Dengan kata lain dapat
dikatakan, pemahaman silang budaya merupakan upaya-
upaya yang dilakukan oleh seseorang yang berasal dari suatu
kelompok masyarakat untuk memahami pola berbahasa dan
bertindak kelompok masyarakat lainnya. Mempertegas
pengertian tersebut, Thomas mendefinisikan pemahaman
silang budaya sebagai pemahaman tata cara berkomunikasi
antara dua orang yang memiliki latar belakang bahasa dan
budaya yang berbeda.19
Adapun berhubungan dengan pengajaran bahasa Inggris
sebagai bahasa asing, aspek-aspek budaya yang perlu
dipelajari oleh siswa menyangkut empat hal, yakni konvensi,
konotasi, kondisioning, dan komprehensi. Konvensi berkaitan
dengan tata cara dan prilaku masyarakat dalam kehidupan
sehari-hari. Umpamanya, pada saat makan sendiri di rumah
atau makan bersama dengan teman dalam suatu pesta
seluruh warga masyarakat tentu saja harus mengikuti tatatertib
yang berlaku; atau pada saat bermain dengan teman,
seseorang harus menghargai dan mengikuti aturan-aturan
yang telah disepakai. Konotasi membicarakan hal-hal yang
berhubungan dengan bagaimana pehamanan makna
berdasarkan acuan budaya suatu masyarakat, seperti
pemahaman makna kata “time” dalam konteks masyarakat
Inggris yang berbeda dengan “waktu” bagi orang Indonesia.
Kondisioning berisikan tentang pemahaman tentang
kebiasaan-kebiasaan seseorang dalam bertindak sesuai

18
Scarcella, R.C., & Oxford, R.L. (1992). The Tapestry of
Language Learning: the individual in the communicative classroom.
(Boston: Heinle & Heinle, 1992), h. 184.
19
Jenny Thomas, “Cross-Cultural Pragmatic Failure” Applied
Linguistic Vol. 3. 1983. h. 89.

19
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

dengan kerangka budayanya, seperti bagaimana cara merima


atau menolak undangan makan bersama; dan bagaimana cara
bertamu atau menerima seorang tamu. Komprehensi berisikan
keterampilan-keterampilan yang biasanya dibutuhkan seorang
warga masyarakat untuk memecahkan masalah-masalah yang
dihadapinya.20 Mengenai apa yang harus dipelajari oleh siswa
berkenaan dengan budaya bahasa asing, Robinson
mengatakan paling tidak ada tiga hal yang perlu diberikan
kepada siswa, yakni kajian terhadap hari-hari libur, upacara-
upacara, adat istiadat, dan makanan; kajian terhadap sistem
kelembagaan, seperti keluarga dan kehiduapan sehari-hari;
dan kajian terhadap kesusasteraan.21 Berikut ini beberapa
contoh komunikasi verbal dan nonverbal yang berbeda antara
satu budaya dengan budaya lain.
a. untuk memperlihatkan bahwa kita bahagia, kita biasanya
tersenyum. Senyum merupakan salah satu cara untuk
mengungkapkan sautu kesenangan, kasih sayang, atau
dapat juga digunakan untuk menutupi kesalahan atau
kekeliruan yang kita buat, seperti ketika seorang siswa
terlambat atau tidak bisa menjawab pertanyaan guru
siswa biasanya tersenyum, tetapi di tempat lain mungkin
saja berbeda.
b. Ketika kita sedih atau bahkan marah, kita biasanya
mengambil sikap diam atau menekan dan mengendalikan
emosi kita. Tetapi, di tempat lain kesedihan dan
kemarahan diungkap dengan cara yang lebih terbuka.
c. Kita menggeleng-gelangkan kepala ke kiri dan kanan
untuk menyatakan “tidak”. Gelengan kepala juga dapat
digunakan untuk menyatakan sikap negatif terhadap
sesuatu. Umpamanya, terhadap anak-anak yang berbuat
nakal berulang kali kiat biasanya menggeleng-gelengkan
kepala untuk menyatakan bahwa kita tidak setuju dengan
perbuatan tersebut.

20
Hadley (1993), op. cit, h. 368-71.
21
Robinson (1988), loc. cit.

20
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

d. Kalau kita tidak dapat mengikuti atau memahami apa


yang sedang dibicarakan oleh orang lain, kita biasanya
mengangkap bahu dan tangan.
e. Acungan jempol dapat bermakna bermacam-macam.
Di Indonesia, acungan jempol digunakan untuk memuji
orang yang telah melakukan pekerjaan yang
besar/hebat. Di negara-negara barat, acungan jempol
digunakan untuk menyetop atau menumpang
kendaraan umum atau orang lain, sedangkan di
Indonesia tidak digunakan acungan jempol.
f. Pada saat bercakap-cakap dengan orang lain, kita
biasanya tidak menatap mata lawan bicara secara
langsung, tetapi di negara-negara barat tatapan mata
secara langsung ke arah lawan bicara bermakna
bahwa pendengar benar-benar serius dan
memperhatikan lawan bicaranya.
g. Kita biasanya menempatkan kedua telapak tangan kita
di bawah dagu untuk menunjukkan bahwa kita kecewa;
di tempat lain hal itu tidak dapat dilakukan.
h. Untuk mendapatkan perhatian seorang wanita yang
sedang lewat, kita biasanya bersiul-siul atau bahkan
berteriak-teriak sampai mendapatkan perhatiannya; di
tempat lain budaya seperti itu mungkin sulit kita
dapatkan.
i. Bila orang lain memuji, kita biasanya menerimanya
dengan memberikan jawaban yang bertolak belakang
dengan kondisi yang sebenarnya; di temapt lain pujian
biasanya dijawab dengan ucapan terima kasih.

3. Motivasi Berprestasi
Dalam kehidupan sehari-hari, keberhasilan atau
kegagalan seseorang untuk meraih sesuatu selalu dikaitkan
dengan motivasi yang dimilikinya. Orang yang berhasil
dianggap memiliki motivasi yang kuat untuk meraih
keinginannya; sedangkan orang yang gagal dianggap tidak
memiliki motivasi yang kuat untuk meraih cita-citanya.
Motivasi, dalam hal ini, dianggap sebagai dorongan yang

21
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

menggerakkan seseorang untuk meraih sesuatu. Dorongan itu


dapat berbentuk respons fisik terhadap sesuatu yang tidak
menyenangkan atau menyakitkan, seperti lapar dan rasa sakit;
dan dorongan tersebut juga dapat berbentuk tujuan atau
keinginan yang akan dicapai. Secara umum, pengertian
motivasi yang banyak dipedomani berbunyi “Motivation is
commonly thought of as inner drive, impulse, emotions or
disire that moves one to a particular action; or in more
technical terms, motivation refers to the choices people make
as to what experiences or goals they will approach or avoid,
and the degree of effort they will exert in that respect”22
Pengertian lain yang tidak jauh berbeda dengan pandangan
tersebut dibaerikan oleh Huitt yang mengatakan “motivation is
an internal state or condition (sometimes described as a need,
desire, or want) that serves to activate or energize behavior
and give it direction”.23
Dalam dua pengertian tersebut dapat dipahami bahwa
motivasi merupakan dorongan dari dalam diri seseorang yang
menggerakkannya melakukan sesuatu untuk mencapai atau
memenuhi keinginannya. Secara lebih rinci, Ausubel
menjelaskan enam jenis dorongan yang dimiliki oleh
seseorang, yakni kebutuhan untuk: 1) menemukan sesuatu
yang baru; 2) membiasakan diri; 3) melakukan pekerjaan; 4)
didorong oleh pihak lain; 5) memperoleh pengetahuan; dan 6)
diakui dan diterima oleh orang lain.24 Sedikit berbeda dengan
apa yang dikemukakan oleh Ausubel, Maslow juga merinci
lima dorongan dan kebutuhan secara hirarkis, yakni:
1) Physiological needs: air, water, food, sleep, elimination,
sex, activity.

22
Brown (1993), op. cit. h. 132.
23
Huitt, W. “Motivation to learn: An overview” Educational
Psychology Interactive. Valdosta, GA: Valdosta State University.
Retrieved [date], from http://chiron.valdosta.edu/ whuitt/col/
motivation/motivate.html. h.2.
24
David A. Ausubel, Educational Psychology: A cognitive view
(New York: Holt, Rinehart & Winston, 1968), h. 368-9.

22
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

2) Safety needs: escape fear and pain, physical security,


order, physical safety.
3) Belonging and love needs: to love and be loved, have
friends, be part of a family.
4) Self-esteem needs: to feel competent, independent,
successful, respected, and worthwhile.
5) Self-actualization needs: being one's true self, achieving
one's highest potential, wanting knowledge and wisdom,
being able to understand and accept oneself and others,
being creative and appreciative of beauty in the world. A
self-actualized person is happy, realistic, accepting,
problem-oriented, creative, democratic, independent, and
fulfilling a mission or purpose in life.25
Berdasarkan lima dorongan tersebut, dapat dipahami
bahwa secara berturut-turut seseorang dapat memenuhi
kebutuhannya dari yang paling dasar, yakni kebutuhan pangan
dan sandang, hingga ke kebutuhan yang paling tinggi, yakni
aktualisasi diri, seperti memperoleh pengetahuan, kebijakan,
dan diakui oleh pihak lain. Untuk memperjelas bagaimana
urutan dan keterkaitan antarkebutuhan dapat dilihat pada
gambar berikut.

Self
Actualization

Esteem

Social

Safety

Physiological

25
A.H. Maslow, “A Theory of Human Motivation” Psychological
Review, 50, (1954), h. 370-396.

23
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

Secara lebih mendalam, motivasi dapat diklasifikasikan


berdasarkan sudut pandang yang berbeda-beda, seperti
berdasarkan sumber dan tujuan. Berdasarkan sumbernya,
motivasi dapat dibedakan menjadi motivasi instrinsik dan
ekstrinsik Motivasi intrinsik merupakan dorongan untuk
melakukan suatu perbuatan atau tindakan yang berasal dari
dalam diri seseorang; sedangkan motivasi ektrinsik merupakan
dorongan yang berasal dari luar diri seseorang. Adapun
berdasarkan tujuannya, motivasi dapat dibedakan menjadi
motivasi asimilatif, motivasi instrumental, motivasi integratif,
dan motivasi berprestasi. Di antara jenis-jenis motivasi
tersebut, motivasi berprestasi memegang peran yang sangat
penting dalam keberhasilan siswa dalam belajar bahasa
Inggris. Motivasi berprestasi dapat diartikan sebagai dorongan
atau kecenderungan yang dimiliki siswa untuk mengatasi
berbagai masalah dan kesulitan dalam belajar sebaik
mungkin26. Menurut McCelland, motivasi berprestasi
merupakan dorongan yang dimiliki individu untuk memperoleh
hasil yang berarti, menguasai pengetahuan dan keterampilan,
atau memperoleh standard hidup yang lebih tinggi.27 Motivasi
berprestasi mendorong siswa untuk terus-menerus berusaha
semaksimal mungkin mencari berbagai cara dan strategi
efektif untuk menguasai bahasa Inggris dengan baik. Motivasi
berprestasi ini dapat ditumbuhkan melalui pemberian saran
dan nasehat, pemberian latihan-latihan dan tugas-tugas
bahasa yang menuntut siswa untuk terus berusaha; ataupun
cara-cara lain yang dapat menyemangati siswa untuk
melakukan berbagai tindakan untuk mengatasi masalah
belajar yang dihadapi.
Ditinjau dari sumbernya, motivasi berprestasi dapat
berasal dari dorongan intrinsik dan ekstrisik. Dorongan intrinsik
berasal dari luar diri siswa, seperti pemberian latihan dan
tugas-tugas dari guru. Dorongan intrinsik berasal dari dalam

26
R. C. Back, Motivasion: Theories and Principles (New Jersy:
Prentice Hall, 1990), p. 291.
27
Anonymous, Achievement Motivation, Wikipedia, the free
encyclopedia, 2006.

24
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

diri siswa yang meliputi dorongan biologis, sosial, kognitif,


konatif, afektif, dan spiritual. Secara rinci, dorongan-dorongan
tersebut dapat dilihat paparan dalam bentuk tabel yang dikutip
dari Huitt.

Sources of Motivational Needs


• elicited by stimulus associated/connected to
behavi innately connected stimulus
oral/
externa • obtain desired, pleasant consequences
l (rewards) or escape/avoid undesired,
unpleasant consequences

• imitate positive models


social
• be a part of a group or a valued member
• increase/decrease stimulation (arousal)
• activate senses (taste, touch, smell, etc.
biologic
• decrease hunger, thirst, discomfort, etc.
al
• maintain homeostasis, balance
• maintain attention to something interesting
or threatening
• develop meaning or understanding
• increase/decrease cognitive disequilibrium;
cognitiv
uncertainty
e
• solve a problem or make a decision
• figure something out

• eliminate threat or risk

25
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

• increase/decrease affective dissonance


• increase feeling good
• decrease feeling bad
affectiv
• increase security of or decrease threats to
e
self-esteem

• maintain levels of optimism and enthusiasm

• meet individually developed/selected goal


• obtain personal dream
• develop or maintain self-efficacy
conativ • take control of one's life
e • eliminate threats to meeting goal, obtaining
dream

• reduce others' control of one's life

• understand purpose of one's life


spiritua
l
• connect self to ultimate unknowns

B. Kerangka Konseptual
Sesuai dengan analisis pustaka tersebut, tampak bahwa
kemampuan komunikatif berbahasa Inggris dipengaruhi oleh
beberapa faktor, seperti motivasi berprestasi dan pemahaman
silang budaya. Motivasi berprestasi mendorong siswa untuk
terus-menerus berusaha semaksimal mungkin mencari
berbagai cara dan strategi efektif untuk menguasai bahasa
Inggris dengan baik. Motivasi berprestasi juga membimbing
siswa untuk berusaha memecahkan beragam kesulitan belajar
bahasa Inggris, sehingga siswa merasa lebih tertantang untuk
selalu menggali potensinya secara terus menerus. Dorongan-
dorongan akan menjadi makin bermakna bila siswa memahami

26
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

silang budaya antara budaya berbahasa Indonesia dan


berbahasa Inggris. Pemahaman silang budaya tentu saja
menentukan keberhasilan komunikasi dengan bahasa Inggris
yang dibangun oleh siswa, khususnya pada aspek
keberterimaan bahasa Inggris secara sosial daripada
gramatikal. Berdasarkan hal tersebut dapat diduga adanya
hubungan yang berarti antara motivasi berprestasi,
pemahaman silang budaya, dengan kemampuan komunikatif
bahasa Inggris siswa. Bentuk hubungan tersebut dapat
digambarkan, makin tinggi pemahaman silang budaya dan
motivasi berprestasi siswa, makin tinggi pula kemampuan
komunikatif bahasa Inggrisnya.

27
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

3
DESKRIPSI
LATAR PENELITIAN

Penelitian korelasional ini melibatkan seluruh Madrasah


Aliyah Negeri di wilayah Jakarta Selatan, yakni MAN 4, 7, 11,
dan 13. Selain karena keempat madrasah tersebut berada di
wilayah Jakarta Selatan, pemilihan madrasah-madrasah
tersebut dilandasi oleh beberapa alasan, seperti terpenuhinya
seluruh karakteristik populasi, letak dan posisi madrasah yang
relatif lebih strategis dibandingkan dengan Madrasah Aliyah
Negeri lainnya, status madrasah yang beragam dari Madrasah
Aliyah Negeri Percontohan sampai nonpercontohan, usia
madrasah yang relatif lebih tua, dan beberapa
keberhasilan/prestasi yang telah diraih keempat madrasah
tersebut di tingkat propinsi. Gambaran tentang keempat
madrasah tersebut secara berturut-turut dapat dipaparkan
sebagai berikut.

A. Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 4 Jakarta


MAN 4 Jakarta yang berdiri pada tahun 1992 berada di
Jl. Ciputat Raya Pondok Pinang Jakarta Selatan. MAN 4

28
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

Jakarta berdiri sebagai jawaban dari animo masyarakat


Jakarta yang menginginkan anak-anak mereka belajar dan
dididik dalam susana keagamaan yang tinggi, tetapi tidak
mengurangi kualitas keilmuan sebagaimana di Sekolah
Menengah Atas lainnya. Pada awal berdirinya, MAN 4 Jakarta
yang menempati sebidang tanah dengan luas 30.325 M2
dipimpin oleh Drs. Daud sebagai kepala madrasah. Pada
masa kepemimpinannya MAN 4 masih dipandang dengan
sebelah mata oleh banyak pihak, tetapi pada masa itu
diletakkan dasar-dasar pengelolaan Madrasah Aliyah secara
professional. Setelah kepemimpinan MAN 4 mengalami
perubahan dan sekarang dipegang oleh Drs. H. Muchyi
sebagai kepala madrasah yang dibantu oleh beberapa orang
wakil kepala madrasah dan kaepala tatausaha, MAN 4 Jakarta
mendapatkan status sebagai Madrasah Aliyah Negeri
Percontohan.
Dewasa ini, MAN 4 Jakarta tidak lagi menempati gedung
yang kecil dan sempit, tetapi beberapa gedung bertingkat
dengan luas bangunan 4409 M2 dengan jumlah ruang belajar
sebanyak 28 kelas. Selain ruang kelas yang permanen, MAN 4
Jakarta juga dilengkapi dengan berbagai fasilitas belajar dan
sarana ibadah, seperti musholla, laboratorium bahasa,
laboratorium IPA, dan perpustakaan dengan koleksi buku
berjumlah kurang lebih 2000 judul. Untuk menjalankan
kegiatan belajar dan administrasi lain, MAN 4 Jakarta didukung
oleh tenaga guru tetap sebanyak 86 orang yang terdiri dari 36
orang guru laki-laki dan 50 orang guru perempuan. Selain guru
tetap, MAN 4 Jakarta juga dibantu oleh tenaga guru tidak tetap
dengan jumlah 14 orang yang terdiri dari 4 orang guru laki-laki
dan 10 orang guru perempuan. Selain itu, untuk menujang
kelancaran penyelenggaraan kegiatan belajar dan mengajar,
MAN 4 Jakarta juga memperkerjakan beberapa orang sebagai
tenaga administrasi dan petugas kebersihan, sehingga
terpenuhi suasana akademis yang kondusif.
Banyaknya jumlah tenaga guru dan administrasi yang
bekerja di MAN 4 Jakarta seimbang dengan jumlah siswa yang
menuntut ilmu di madrasah tersebut. Pada tahun pelajaran

29
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

2006-2007, tercatat sebanyak 1028 orang siswa yang terbagi


dalam tiga kelas. Siswa kelas satu berjumlah 361 orang siswa
yang terdiri dari 147 siswa laki-laki dan 214 siswa perempuan.
Siswa kelas dua berjumlah 333 orang siswa yang terdiri dari
136 siswa laki-laki dan 197 siswa perempuan. Siswa kelas tiga
berjumlah 234 orang siswa yang terdiri dari 133 siswa laki-laki
dan 201 siswa perempuan. Bila ditinjau dari jurusan yang ada
di MAN 4 Jakarta, seluruh siswa yang sudah memiliki hak
untuk menentukan jurusan yang diminati dapat dibedakan
menjadi tiga jurusan, yaitu IPA sebanyak 128 orang siswa
yang meliputi 52 orang siswa laki-laki dan 76 orang siswa
perempuan; IPS sebanyak 117 orang siswa yang terdiri dari 52
orang siswa laki-laki dan 65 orang siswa perempuan; dan
Bahasa sebanyak 89 orang siswa yang terdiri dari 29 orang
siswa laki-laki dan 60 orang siswa perempuan.
Selain kegiatan belajar di dalam ruangan atau di luar
ruangan sesuai dengan jurusan masing-masing, seluruh siswa
MAN 4 Jakarta dapat mengikuti kegiatan ekstra kurikuler yang
beragam sesuai dengan minat dan keinginannya. Secara
keseluruhan kegiatan ekstrakurikuler yang dikendalikan oleh
OSIS dan dapat diikuti seluruh siswa meliputi lima kegiatan
utama, yaitu olah raga, seni, ilmiah, agama, dan kepanduan.
Kegiatan oleh raga meliputi sepak bola, bola volly dan penyinta
alam. Kegiatan ilmiah mencakup kelompok ilmiah remaja (KIR)
dan kajian Al-Qur,an yang tergabung dalam FMIKA. Kegiatan
seni terdiri dari teater dan nasyid-sholawat; sedangkan
kegiatan kepanduan meliputi pramuka dan PMR. Secara
khusus, kegiatan ekstrakurikuler yang sudah berbicara di
tingkat propinsi dan nasional antara lain adalah KIR, kaligrafi,
MTQ, pidato bahasa Arab, debat bahasa Inggris,hutup kanji
bahasa Jepang, dan sepak bola. Dengan keseimbangan
kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler diharapkan tujuan
pendidikan nasional yang berorientasi pada pengembangan
manusia seutuhnya dapat terealisasi, meskipun hanya pada
tataran pendidikan menengah. Informasi lengkap mengenai
data statistik MAN 4 Jakarta dapat dilihat pada tabel 1 berikut.

30
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

Tabel 1
Data Statistik MAN 4 Jakarta pada tahun pelajaran 2006-2007

NO DATA FISIK

1 Nama Madrasah Madrasah Aliyah Negeri (MAN)


4 Jakarta
2 Alamat Jl. Ciputat Raya Pondok Pinang
Jakarta Selatan
3 Tahun berdiri 1992
4 Luas Tanah 30.325 M2
5 Luas Bangunan 4409 M2
6 Jumlah koleksi buku 2000 judul buku

DATA PERSONEL

7 Kepala Madrsah Drs. H. Muchyi


8 Wakil Kepala Drs. Suganda
Madrasah Drs. Musyahir M.Pd.
Drs. Jejen Zaenudin, M.Pd.
Dra. Kapti Khusnani
9 Jumlah Guru Tetap 36 orang laki-laki dan 50 orang
perempuan
10 Jumlah Guru Tidak 4 orang laki-laki dan 10 orang
Tetap perempuan
11 Jumlah tenaga 20 orang laki-laki; 9 orang
administrasi perempuan
12 Jumlah Siswa Kelas I : 147 lk; 214 pr
menurut jenis Kelas II : 136 lk; 197 pr
kelamin Kelas III : 133 lk; 201 pr
13 Jumlah siswa IPA : 52 lk; 76 pr
menurut Jurusan IPS : 52 lk; 65 pr
Bahasa : 29 lk; 60 pr

31
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

KEGIATAN EKSTRAKURIKULER

14 Olah raga Sepak bola, bola volley,


Penyinta Alam
15 Kegiatan ilmiah KIR dan FMIKA
16 Seni Teater dan Nasyid-Sholawat
17 Kepanduan Pramuka dan PMR

B. Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 7 Jakarta


MAN 7 Jakarta yang berdiri pada tahun 1992 berada di
JL. Srengseng Sawah Pasar Minggu Jakarta Selatan. MAN 4
Jakarta berdiri sebagai jawaban dari animo masyarakat Pasar
Minggu khususnya, dan Jakarta umumnya, yang
menginginkan anak-anak mereka dididik dalam susana
keagamaan yang tinggi, tetapi tidak mengurangi kualitas
keilmuan sebagaimana di Sekolah Menengah Atas lainnya.
Pada awal berdirinya, MAN 7 Jakarta yang menempati
sebidang tanah dengan luas 3500 M2 dipimpin oleh Drs. H.
Zaenuddin Anwar sebagai kepala madrasah. Pada masa
kepemimpinannya MAN 7 masih dipandang dengan sebelah
mata oleh banyak pihak, tetapi pada masa itu diletakkan
dasar-dasar dalam pengelolaan Madrasah Aliyah secara
professional. Saat ini kepemimpinan MAN 7 dipegang oleh
Drs. H. Taufik sebagai kepala madrasah yang dibantu oleh
Drs. Barkat Guna Harahap sebagai wakil kepala madrasah.
Dewasa ini, MAN 7 Jakarta tidak lagi menempati gedung
yang kecil dan sempit, tetapi beberapa gedung bertingkat
dengan luas bangunan 4000 M2 dengan beberapa ruang
belajar yang layak. Selain ruang kelas yang permanen, MAN 7
Jakarta juga dilengkapi dengan berbagai fasilitas belajar dan
sarana ibadah, seperti musholla, laboratorium bahasa,
laboratorium IPA, dan perpustakaan dengan koleksi buku
berjumlah kurang lebih 1303 judul. Untuk menjalankan
kegiatan belajar dan administrasi lain, MAN 7 Jakarta didukung
oleh tenaga guru tetap sebanyak 31 orang yang terdiri dari 17

32
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

orang guru laki-laki dan 14 orang guru perempuan. Selain guru


tetap, MAN 7 Jakarta juga dibantu oleh tenaga guru tidak tetap
dengan jumlah 11 orang yang terdiri dari 8 orang guru laki-laki
dan 3 orang guru perempuan. Secara khusus, untuk keperluan
kegiatan administrasi MAN 7 Jakarta memperkerjakan
beberapa orang tenaga administrasi dan petugas kebersihan.
Banyaknya jumlah tenaga guru dan administrasi yang
bekerja di MAN 7 Jakarta seimbang dengan jumlah siswa yang
menuntut ilmu di madrasah tersebut. Pada tahun pelajaran
2006-2007, tercatat sebanyak 306 orang siswa yang menuntut
ilmu di sekolah tersebut yang terdiri dari 141 siswa laki-laki dan
165 siswa perempuan. Siswa-siswa tersebut terdistribusikan
ke dalam kelas satu, dua, dan tiga. Kelas satu berjumlah 113
orang siswa yang terdiri dari 63 siswa laki-laki dan 70 siswa
perempuan. Siswa kelas dua berjumlah 111 orang siswa yang
terdiri dari 48 siswa laki-laki dan 63 siswa perempuan. Siswa
kelas tiga berjumlah 62 orang siswa yang terdiri dari 28 siswa
laki-laki dan 34 siswa perempuan. Bila ditinjau dari jurusan
yang ada di MAN 7 Jakarta, seluruh siswa yang sudah
memiliki hak untuk menentukan jurusan yang diminati dapat
dibedakan menjadi dua jurusan, yaitu IPA sebanyak 25 orang
siswa yang meliputi enam orang siswa laki-laki dan 19 orang
siswa perempuan; dan IPS sebanyak 37 orang siswa yang
terdiri dari 22 orang siswa laki-laki dan 15 orang siswa
perempuan.
Selain kegiatan belajar sesuai dengan kelas dan jurusan
masing-masing sebagai kegiatan kurikuler, seluruh siswa MAN
7 Jakarta dapat mengikuti kegiatan ekstra kurikuler yang
beragam sesuai dengan minat dan keinginannya. Secara
keseluruhan kegiatan ekstrakurikuler yang dikendalikan oleh
OSIS dan dapat diikuti seluruh siswa meliputi lima kegiatan
utama, yaitu olah raga, seni, ilmiah, agama, dan kepanduan.
Kegiatan oleh raga meliputi sepak bola, dan bola volly.
Kegiatan ilmiah direalisaikan dalam bentuk kelompok ilmiah
remaja (KIR). Kegiatan seni terdiri dari teater dan nasyid-
sholawat; dan kegiatan keagamaan dalam bentuk Rohis;
sedangkan kegiatan kepanduan meliputi pramuka dan

33
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

paskibra. Secara khusus, kegiatan ekstrakurikuler yang sudah


berbicara di tingkat propinsi antara lain adalah KIR dan karate.
Informasi lengkap mengenai data statistik MAN 7 Jakarta
dapat dilihat pada tabel 2 pada halaman berikut.

Tabel 2
Data Statistik MAN 7 Jakarta pada tahun pelajaran 2006-2007

NO DATA FISIK

1 Nama Madrasah Madrasah Aliyah Negeri (MAN)


7 Jakarta
2 Alamat Jl. Srengseng Sawah Jakarta
Selatan
3 Tahun berdiri 1992
4 Luas Tanah 3500 M2
5 Luas Bangunan 4000 M2
6 Jumlah koleksi buku 1303 judul buku

DATA PERSONEL

7 Kepala Madrsah Drs. H. Taufik


8 Wakil Kepala Drs. Barkat Guna Harahap
Madrasah
9 Jumlah Guru Tetap 17 orang laki-laki dan 14 orang
perempuan
10 Jumlah Guru Tidak 8 orang laki-laki dan 3 orang
Tetap perempuan
11 Jumlah tenaga 10 orang laki-laki; 5 orang
administrasi perempuan
12 Jumlah Siswa Kelas I : 63 lk; 70 pr
menurut jenis Kelas II : 48 lk; 63 pr
kelamin Kelas III : 28 lk; 34 pr
13 Jumlah siswa IPA : 6 lk; 19 pr
menurut Jurusan IPS : 22 lk; 15 pr

34
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

KEGIATAN EKSTRAKURIKULER

14 Olah raga Sepak bola, bola volley,


Penyinta Alam
15 Kegiatan ilmiah KIR
16 Seni Teater dan Nasyid-Sholawat
17 Agama Rohis
18 Kepanduan Pramuka dan Paskibra

C. Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 11 Jakarta


MAN 11 Jakarta yang berdiri pada tahun 1997 berada di
Jl. H. Gandun No. 60 Lebak Bulus Cilandak Jakarta Selatan.
MAN 11 Jakarta berdiri sebagai jawaban dari animo
masyarakat Cilandak khususnya, dan Jakarta umumnya, yang
menginginkan anak-anak mereka dididik dan belajar dalam
susana keagamaan yang tinggi, tetapi tidak mengurangi
kualitas keilmuan sebagaimana di Sekolah Menengah Atas
lainnya. Saat ini kepemimpinan MAN 11 dipegang oleh Drs. U.
Effendi Halba sebagai kepala madrasah yang dibantu
beberapa orang wakil kepala sekolah dan kepala tatausaha.
Dewasa ini, MAN 11 Jakarta tidak lagi menempati
gedung yang kecil dan sempit, tetapi beberapa gedung
bertingkat dua dengan beberapa ruang belajar yang relatif
nyaman dan kondusif untuk kegiatan belajar mengingat
keberadaan gedung tersebut jauh dari pusat keramaian. Selain
ruang kelas yang permanen, MAN 11 Jakarta juga dilengkapi
dengan berbagai fasilitas belajar dan sarana ibadah, seperti
musholla, laboratorium bahasa, laboratorium IPA, dan
perpustakaan dengan koleksi buku yang cukup. Untuk
menjalankan kegiatan belajar dan administrasi lain, MAN 11
Jakarta didukung oleh tenaga guru tetap sebanyak 35 orang
yang terdiri dari 14 orang guru laki-laki dan 21 orang guru
perempuan yang sebagian besar berpendidikan S1 sebanyak
32 orang, S2 sebanyak satu orang dan D3 sebanyak dua

35
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

orang. Selain guru tetap, MAN 11 Jakarta juga dibantu oleh


beberapa tenaga guru tidak tetap yang memegang beberapa
matapelajaran sesuai dengan bidang keahlian yang tidak
dimiliki oleh madrasah tersebut atau sebagai tenaga
pendukung. Adapun untuk menunjang kegiatan administraif
dan kebersihan, MAN 11 Jakarta juga memperkerjakan
beberapa orang tenaga administrasi dan petugas kebersihan.
Banyaknya jumlah tenaga guru dan administrasi yang
bekerja di MAN 11 Jakarta seimbang dengan jumlah siswa
yang menuntut ilmu di madrasah tersebut. Pada tahun
pelajaran 2006-2007, tercatat sebanyak 210 orang siswa yang
terdiri 75 siswa laki-laki dan 135 siswa perempuan. Siswa
kelas satu berjumlah 85 orang siswa yang terdiri dari 29 siswa
laki-laki dan 56 siswa perempuan. Siswa kelas dua berjumlah
72 orang siswa yang terdiri dari 27 siswa laki-laki dan 45
siswa perempuan. Siswa kelas tiga berjumlah 53 orang siswa
yang terdiri dari 19 siswa laki-laki dan 34 siswa perempuan.
Bila ditinjau dari jurusan yang ada di MAN 11 Jakarta, seluruh
siswa yang sudah memiliki hak untuk menentukan jurusan
yang diminati dapat dibedakan menjadi dua jurusan, yaitu IPA
sebanyak 20 orang siswa yang meliputi tiga orang siswa laki-
laki dan 17 orang siswa perempuan; dan IPS sebanyak 33
orang siswa yang terdiri dari 16 orang siswa laki-laki dan 17
orang siswa perempuan.
Selain kegiatan belajar di dalam ruangan atau di luar
ruangan sesuai dengan jurusan masing-masing, seluruh siswa
MAN 11 Jakarta dapat mengikuti kegiatan ekstra kurikuler
yang beragam sesuai dengan minat dan keinginannya. Secara
keseluruhan kegiatan ekstrakurikuler yang dikendalikan oleh
OSIS dan dapat diikuti seluruh siswa meliputi lima kegiatan
utama, yaitu olah raga, seni, ilmiah, agama, dan kepanduan.
Kegiatan oleh raga meliputi sepak bola, dan bola basket.
Kegiatan ilmiah direalisaikan dalam bentuk kelompok ilmiah
remaja (KIR). Kegiatan seni terdiri dari teater dan nasyid-
sholawat; dan kegiatan keagamaan dalam bentuk Rohis;
sedangkan kegiatan kepanduan meliputi pramuka dan
paskibra. Secara khusus, kegiatan ekstrakurikuler yang sudah

36
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

berbicara di tingkat propinsi antara lain adalah KIR, Mading,


dan Bola Volley. Informasi lengkap mengenai data statistik
MAN 11 Jakarta dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3
Data Statistik MAN 11 Jakarta pada tahun pelajaran 2006-
2007

NO DATA FISIK

1 Nama Madrasah Madrasah Aliyah Negeri (MAN)


11Jakarta
2 Alamat Jl. Gandun No. 60 Lebak Bulus
Cilandak Jakarta Selatan
3 Tahun berdiri 1997
4 Luas Tanah
5 Luas Bangunan
6 Jumlah koleksi buku judul buku

DATA PERSONEL

7 Kepala Madrsah Drs. H. U. Effendi Hlba


8 Wakil Kepala
Madrasah
9 Jumlah Guru Tetap 14 orang laki-laki dan 21 orang
perempuan
10 Jumlah Guru Tidak orang laki-laki dan orang
Tetap perempuan
11 Jumlah tenaga 10 orang laki-laki; 5 orang
administrasi perempuan
12 Jumlah Siswa Kelas I : 29 lk; 56 pr
menurut jenis Kelas II : 27 lk; 45 pr
kelamin Kelas III : 19 lk; 34 pr
13 Jumlah siswa IPA : 3 lk; 17 pr
menurut Jurusan IPS : 16 lk; 17 pr

37
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

KEGIATAN EKSTRAKURIKULER

14 Olah raga Sepak bola, bola basket,


Penyinta Alam
15 Kegiatan ilmiah KIR
16 Seni Teater dan Nasyid-Sholawat
17 Agama Rohis
18 Kepanduan Pramuka dan Paskibra

D. Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 13 Jakarta


MAN 13 Jakarta yang berdiri pada tahun 2004 berada di
JL. Raya Lenteng Agung Depok RT 02 RW 08 Jagakarsa
Pasar Minggu Jakarta Selatan. MAN 13 Jakarta berdiri sebagai
jawaban dari animo masyarakat Pasar Minggu khususnya, dan
Jakarta umumnya, yang menginginkan anak-anak mereka
dididik dan belajar dalam susana keagamaan yang tinggi,
tetapi tidak mengurangi kualitas keilmuan sebagaimana di
Sekolah Menengah Umum lainnya. Pada awal berdirinya, MAN
13 masih menyatu dengan MAN 7 yang saat itu dipimpin oleh
Dra. Hj. Isnadiar Dekok, M.M. sebagai kepala madrasah.
Setelah memisahkan diri hingga sekarang, MAN 13 tetap
dipimpin oleh Dra. Hj. Isnadiar Dekok, M.M. sebagai kepala
madrasah yang dibantu dengan Drs. Nuroto sebagai wakil
kepala madrasah.
Dewasa ini, MAN 13 Jakarta menempati beberapa
gedung bertingkat dengan jumlah ruang belajar sebanyak 20
kelas. Selain ruang kelas yang permanen, MAN 13 Jakarta
juga dilengkapi dengan berbagai fasilitas belajar dan sarana
ibadah, seperti musholla, laboratorium bahasa, laboratorium
IPA, dan perpustakaan dengan koleksi buku berjumlah kurang
lebih 1303 judul. Untuk menjalankan kegiatan belajar dan
administrasi lain, MAN 4 Jakarta didukung oleh tenaga guru
tetap sebanyak 51 orang yang terdiri dari 18 orang guru laki-
laki dan 33 orang guru perempuan dengan tingkat pendidikan
minimal S1. Mereka berlatar pendidikan tingat S1 berjumlah 47

38
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

orang; S2 berjumlah tiga orang dan D1 berjumlah satu orang.


Selain guru tetap, MAN 13 Jakarta juga dibantu oleh tenaga
guru tidak tetap dengan jumlah 27 orang yang terdiri dari 14
orang guru laki-laki dan 13 orang guru perempuan. Secara
khusus, untuk keperluan kegiatan administrasif dan kebersihan
MAN 13 Jakarta memperkerjakan 15 orang tenaga
administrasi dan petugas kebersihan yang terdiri dari 10 orang
laki-laki dan 5 orang perempuan.
Banyaknya jumlah tenaga guru dan administrasi yang
bekerja di MAN 13 Jakarta seimbang dengan jumlah siswa
yang menuntut ilmu di madrasah tersebut. Pada tahun
pelajaran 2006-2007, tercatat sebanyak 552 yang terdiri dari
277 siswa laki-laki dan 285 siswa perempuan. Siswa kelas
satu berjumlah 240 orang siswa yang terdiri dari 109 siswa
laki-laki dan 131 siswa perempuan. Siswa kelas dua berjumlah
163 orang siswa yang terdiri dari 90 siswa laki-laki dan 73
siswa perempuan. Siswa kelas tiga berjumlah 142 orang
siswa yang terdiri dari 81 siswa laki-laki dan 61 siswa
perempuan. Bila ditinjau dari jurusan yang ada di MAN 13
Jakarta, seluruh siswa yang sudah memiliki hak untuk
menentukan jurusan yang diminati dapat dibedakan menjadi
tiga jurusan, yaitu IPA sebanyak 35 orang siswa yang meliputi
14 orang siswa laki-laki dan 21 orang siswa perempuan; IPS
sebanyak 80 orang siswa yang terdiri dari 34 orang siswa laki-
laki dan 46 orang siswa perempuan; dan Bahasa sebanyak 34
orang siswa yang terdiri dari 20 orang siswa laki-laki dan 14
orang siswa perempuan.
Selain kegiatan belajar di dalam ruangan atau di luar
ruangan sesuai dengan jurusan masing-masing, seluruh siswa
MAN 13 Jakarta dapat mengikuti kegiatan ekstra kurikuler
yang beragam sesuai dengan minat dan keinginannya. Secara
keseluruhan kegiatan ekstrakurikuler yang dikendalikan oleh
OSIS dan dapat diikuti seluruh siswa meliputi lima kegiatan
utama, yaitu olah raga, seni, ilmiah, agama, dan kepanduan.
Kegiatan oleh raga meliputi sepak bola, dan bola basket.
Kegiatan ilmiah direalisaikan dalam bentuk kelompok ilmiah
remaja. Kegiatan seni terdiri dari teater dan nasyid; dan

39
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

kegiatan keagamaan dalam bentuk Rohis; sedangkan kegiatan


kepanduan meliputi pramuka dan paskibra. Secara khusus,
kegiatan ekstrakurikuler yang sudah berbicara di tingkat
propinsi antara lain adalah cerdas cermat IPS, Matematika,
bola Volley, dan Bola basket. Informasi lengkap mengenai
data statistik MAN 13 Jakarta dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4
Data Statistik MAN 13 Jakarta pada tahun pelajaran 2006-
2007

NO DATA FISIK

1 Nama Madrasah Madrasah Aliyah Negeri


(MAN) 13 Jakarta
2 Alamat Jl. Raya Lenteng Agung Depok
RT 02 RW 08 Jakarta Selatan
3 Tahun berdiri 2004
4 Luas Tanah 6500 M2
5 Luas Bangunan 5086 M2
6 Jumlah koleksi buku 1303 judul buku

DATA PERSONEL

7 Kepala Madrsah Dra. Hj. Isnadiar Dekok, M.M.


8 Wakil Kepala Drs. Nuroto
Madrasah
9 Jumlah Guru Tetap 14 orang laki-laki dan 13 orang
perempuan
10 Jumlah Guru Tidak 14 orang laki-laki dan 13
Tetap orang perempuan
11 Jumlah tenaga 10 orang laki-laki; 5 orang
administrasi perempuan
12 Jumlah Siswa Kelas I : 109 lk; 131 pr
menurut jenis kelamin Kelas II : 90 lk; 73 pr
Kelas III : 81 lk; 61 pr
13 Jumlah siswa IPA : 14 lk; 21 pr

40
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

menurut Jurusan IPS : 34 lk; 46 pr


Bahasa : 20 lk; 14 pr

KEGIATAN EKSTRAKURIKULER

14 Olah raga Sepak bola, bola basket,


Penyinta Alam
15 Kegiatan ilmiah KIR
16 Seni Teater dan Nasyid-Sholawat
17 Agama Rohis
18 Kepanduan Pramuka dan Paskibra

41
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

4
TEMUAN PENELITIAN

Setelah data yang terkumpul dihitung dengan


menggunakan statistik deskriptif ditemukan beberapa nilai
penting yang berguna untuk analisis korelasi dan regresi.
Berikut dipaparkan temuan data deskriptif dan hasil analisis
korelasi dan regresi sederhana yang telah dilakukan.

A. Deskripsi Data Tiap-Tiap Madrasah


Berdasarkan tempat penelitian ini dilakukan, deskripsi
data tentang motivasi berprestasi, pemahaman silang budaya
dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa Madrasah
Aliyah Negeri di Jakarta Selatan akan disajikan secara
berturut-turut dari MAN 4, MAN 7, MAN 11, dan MAN 13.

1. MAN 4 Jakarta
Setelah dilakukan pengecekan terhadap seluruh lembar
jawaban, terdapat beberapa lembar jawaban yang dianggap
tidak sah karena beberapa hal seperti beberapa orang siswa
MAN 4 tidak mengembalikan lembar jawaban untuk tes

42
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

pemahaman silang budaya dan kemampuan komunikatif


bahasa Inggris; dan kuesioner motivasi berprestasi secara
lengkap; dan beberapa orang siswa mengembalikan lembar
jawaban secara lengkap tetapi tidak memberikan respon
sebagaimana yang diharapkan. Adapun lembar jawaban yang
dianggap sah dan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan
penelitian hanya berasal dari 19 responden. Skor untuk ketiga
variabel tersebut dipaparkan pada tabel 5.

Tabel 5
Skor MTB, PSB, dan KKBI siswa MAN 4
NO RESPONDEN MTB PSB KKBI
1 MAN04001 56 48 50
2 MAN04002 58 50 52
3 MAN04003 59 52 53
4 MAN04004 59 52 55
5 MAN04005 60 54 55
6 MAN04006 60 54 56
7 MAN04007 61 56 60
8 MAN04008 61 56 60
9 MAN04009 62 58 62
10 MAN04010 62 58 62
11 MAN04011 62 58 62
12 MAN04012 63 60 64
13 MAN04013 64 62 64
14 MAN04014 64 64 66
15 MAN04015 65 64 66
16 MAN04016 65 66 68
17 MAN04017 66 66 69
18 MAN04018 66 66 70
19 MAN04019 68 68 74
Jumlah 1181 1112 1168
Maksimum 68.00 68.00 74.00
Minimum 56.00 48.00 50.00
Rata-rata 62.15 58.52 61.47

43
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

Berkaitan dengan motivasi berprestasi, setelah dilakukan


konversi dari rentangan skor 40-160 menjadi 0-100 diketahui
bahwa skor tertinggi yang diperoleh siswa MAN 4 adalah 68,
skor terendah adalah 56, jumlah keseluruhan skor adalah
1181, dan skor rata-ratanya adalah 62.15. Sebaliknya,
berkaitan dengan pemahaman silang budaya, diketahui bahwa
skor tertinggi yang diperoleh siswa MAN 4 adalah 68, skor
terendah adalah 48, jumlah keseluruhan skor adalah 1112,
dan skor rata-ratanya adalah 58.52. Adapun untuk tes
kemampuan komunikatif bahasa Inggris, skor tertinggi yang
diperoleh siswa MAN 4 adalah 74, skor terendah adalah 50,
jumlah keseluruhan skor adalah 1168, dan skor rata-ratanya
adalah 61.47. Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan
motivasi berprestasi siswa MAN 4 relatif tidak terlalu tinggi.
Pemahaman silang budaya dan kemampuan komunikatif
bahasa Inggris yang mereka kuasai juga masih di bawah
persyaratan ideal yang seharusnya dikuasai oleh siswa.
Bagaimana gambaran repons siswa MAN 4 terhadap ketiga
variabel tersebut dapat juga dilihat melalui histogram berikut.

3
n
u
q
F
y
c
e
r

0
56.00 58.00 60.00 62.00 64.00 66.00 68.00
MTB

Gambar 1. Histogram MTB MAN 4

44
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

2
n
u
q
y
cF
re

0
45.00 50.00 55.00 60.00 65.00 70.00
PSB

Gambar 2. Histogram PSB MAN 4

4
n
u
qF

3
y
c
re

0
50.00 55.00 60.00 65.00 70.00 75.00
KKBI

Gambar 3. Histogram KKBI MAN 4

45
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

2. MAN 7 Jakarta
Setelah dilakukan pengecekan terhadap seluruh lembar
jawaban, terdapat beberapa lembar jawaban yang dianggap
tidak sah karena beberapa hal seperti beberapa orang siswa
MAN 7 tidak mengembalikan lembar jawaban untuk tes
pemahaman silang budaya dan kemampuan komunikatif
bahasa Inggris; dan kuesioner motivasi berprestasi secara
lengkap; dan beberapa orang siswa mengembalikan lembar
jawaban secara lengkap tetapi tidak memberikan respon
sebagaimana yang diharapkan. Adapun lembar jawaban yang
dianggap sah hanya berasal dari 23 responden.
Berkaitan dengan motivasi berprestasi, setelah dilakukan
konversi dari rentangan skor 40-160 menjadi 0-100 diketahui
bahwa skor tertinggi yang diperoleh siswa MAN 7 adalah 79,
skor terendah adalah 60, jumlah keseluruhan skor adalah
1612, dan skor rata-ratanya adalah 70.08. Sebaliknya,
berkaitan dengan pemahaman silang budaya, diketahui bahwa
skor tertinggi yang diperoleh siswa MAN 7 adalah 80, skor
terendah adalah 60, jumlah keseluruhan skor adalah 1601,
dan skor rata-ratanya adalah 69.60. Adapun untuk tes
kemampuan komunikatif bahasa Inggris, skor tertinggi yang
diperoleh siswa MAN 7 adalah 78, skor terendah adalah 54,
jumlah keseluruhan skor adalah 1520, dan skor rata-ratanya
adalah 66.08. Selengkapnya skor yang diperoleh siswa MAN 7
untuk ketiga variabel tersebut dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6
Skor MTB, PSB, dan KKBI siswa MAN 7
NO RESPONDEN MTB PSB KKBI
1 MAN07001 60 54 60
2 MAN07002 61 56 62
3 MAN07003 64 58 75
4 MAN07004 64 58 64
5 MAN07005 66 60 64
6 MAN07006 66 60 68
7 MAN07007 68 68 64
8 MAN07008 68 68 66
9 MAN07009 69 70 70

46
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

10 MAN07010 70 72 70
11 MAN07011 70 68 66
12 MAN07012 70 72 72
13 MAN07013 71 66 66
14 MAN07014 73 65 70
15 MAN07015 73 74 68
16 MAN07016 74 66 68
17 MAN07017 74 66 70
18 MAN07018 76 70 74
19 MAN07019 76 64 74
20 MAN07020 78 76 76
21 MAN07021 71 78 76
22 MAN07022 71 66 78
23 MAN07023 79 65 80
Jumlah 1612 1601 1520
Maksimum 79.00 80.00 78.00
Minimum 60.00 60.00 54.00
Rata-rata 70.08 69.60 66.08

Bila skor di atas ditampilkan dalam bentuk gambar atau


histogram, akan makin jelas bagaimana distribusi skor yang
diperoleh siswa MAN 7 untuk ketiga variabel tersebut.

3
n
u
q
F
y
c
e
r

0
60.00 65.00 70.00 75.00 80.00
MTB

Gambar 4. Histogram MTB MAN 7

47
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

10

6
n
u
q
y
cF
re

0
50.00 55.00 60.00 65.00 70.00 75.00 80.00
PSB

Gambar 5. Histogram PSB MAN 7

3
n
u
q
y
cF
re

0
60.00 65.00 70.00 75.00 80.00
KKBI

Gambar 6. Histogram KKBI MAN 7

48
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

3. MAN 11 Jakarta
Setelah dilakukan pengecekan terhadap seluruh lembar
jawaban, terdapat beberapa lembar jawaban yang dianggap
tidak sah karena beberapa hal seperti beberapa orang siswa
MAN 11 tidak mengembalikan lembar jawaban untuk tes
pemahaman silang budaya dan kemampuan komunikatif
bahasa Inggris; dan kuesioner motivasi berprestasi secara
lengkap; dan beberapa orang siswa mengembalikan lembar
jawaban secara lengkap tetapi tidak memberikan respon
sebagaimana yang diharapkan. Adapun lembar jawaban yang
dianggap sah dan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan
penelitian hanya berasal dari 18 responden.
Berkaitan dengan motivasi berprestasi, setelah dilakukan
konversi dari rentangan skor 40-160 menjadi 0-100 diketahui
bahwa skor tertinggi yang diperoleh siswa MAN 11 adalah 75,
skor terendah adalah 63, jumlah keseluruhan skor adalah
1239, dan skor rata-ratanya adalah 68.83. Sebaliknya,
berkaitan dengan pemahaman silang budaya, diketahui bahwa
skor tertinggi yang diperoleh siswa MAN 11 adalah 74, skor
terendah adalah 56, jumlah keseluruhan skor adalah 1176,
dan skor rata-ratanya adalah 65.33. Adapun untuk tes
kemampuan komunikatif bahasa Inggris, skor tertinggi yang
diperoleh siswa MAN 11 adalah 80, skor terendah adalah 60,
jumlah keseluruhan skor adalah 1266, dan skor rata-ratanya
adalah 70.33. Data lengkap mengenai skor yang diperoleh
siswa MAN 11 untuk ketiga variabel dapat dilihat pada tabel
berikut 7. Adapun visualisasi skor yang diperoleh siswa dalam
bentuk gambar, untuk memperjelas bagaimana distribusi skor-
skor tersebut dapat dilihat pada histogram/gambar 7-9.
Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan motivasi
berprestasi siswa MAN 11 relatif tinggi; begitu juga dengan
kemampuan komunikatif bahasa Inggris mereka. Tetapi untuk
variabel kedua, skor yang mereka peroleh menunjukkan
bahwa pemahaman silang budaya mereka relatif tidak terlalu
tinggi. Secara umum siswa MAN 11 memiliki potensi yang
relatif besar untuk menguasai kemampuan berbahasa Inggris
sebagaimana yang dipersyaratkan dalam kurikulum 2004.

49
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

Tabel 7
Skor MTB, PSB, dan KKBI siswa MAN 11
NO RESPONDEN MTB PSB KKBI
1 MAN011001 63 56 60
2 MAN011002 64 65 64
3 MAN011003 65 58 64
4 MAN011004 66 67 68
5 MAN011005 66 60 68
6 MAN011006 68 64 70
7 MAN011007 69 62 70
8 MAN011008 69 64 69
9 MAN011009 69 64 72
10 MAN011010 70 66 72
11 MAN011011 70 66 75
12 MAN011012 72 68 74
13 MAN011013 72 68 74
14 MAN011014 73 70 76
15 MAN011015 67 67 66
16 MAN011016 67 65 66
17 MAN011017 74 72 78
18 MAN011018 75 74 80
Jumlah 1239 1176 1266
Maksimum 75.00 74.00 80.00
Minimum 63.00 56.00 60.00
Rata-rata 68.83 65.33 70.33

50
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

3
n
u
q
F
y
c
e
r

0
62.50 65.00 67.50 70.00 72.50 75.00
MTB

Gambar 7. Histogram MTB MAN 11

3
n
u
q
y
cF
re

0
55.00 60.00 65.00 70.00 75.00
PSB

Gambar 8. Histogram PSB MAN 11

51
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

2
n
u
q
y
cF
re

0
60.00 65.00 70.00 75.00 80.00
KKBI

Gambar 9. Histogram KKBI MAN 11

3. MAN 13 Jakarta
Setelah dilakukan pengecekan terhadap seluruh lembar
jawaban, terdapat beberapa lembar jawaban yang dianggap
tidak sah karena beberapa hal seperti beberapa orang siswa
MAN 13 tidak mengembalikan lembar jawaban untuk tes
pemahaman silang budaya dan kemampuan komunikatif
bahasa Inggris; dan kuesioner motivasi berprestasi secara
lengkap; dan beberapa orang siswa mengembalikan lembar
jawaban secara lengkap tetapi tidak memberikan respon
sebagaimana yang diharapkan. Adapun lembar jawaban yang
dianggap sah dan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan
penelitian hanya berasal dari 18 responden. Data lengkap
mengenai skor yang diperoleh siswa MAN 13 dapat dilihat
pada tabel berikut.

52
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

Tabel 8
Skor MTB, PSB, dan KKBI siswa MAN 13
NO RESPONDEN MTB PSB KKBI
1 MAN013001 54 50 50
2 MAN013002 56 53 54
3 MAN013003 57 56 60
4 MAN013004 58 56 60
5 MAN013005 51 58 56
6 MAN013006 59 58 62
7 MAN013007 59 60 64
8 MAN013008 61 60 64
9 MAN013009 64 62 64
10 MAN013010 64 62 66
11 MAN013011 62 64 66
12 MAN013012 62 64 68
13 MAN013013 66 66 68
14 MAN013014 65 66 56
15 MAN013015 68 68 70
16 MAN013016 65 68 58
17 MAN013017 73 70 69
18 MAN013018 69 65 72
19 MAN013019 63 72 57
20 MAN013020 70 75 74
Jumlah 1246 1253 1258
Maksimum 73.00 75.00 74.00
Minimum 51.00 50.00 50.00
Rata-rata 62.30 62.65 62.90

Berkaitan dengan motivasi berprestasi, setelah dilakukan


konversi dari rentangan skor 40-160 menjadi 0-100 diketahui
bahwa skor tertinggi yang diperoleh siswa MAN 13 adalah 73,
skor terendah adalah 51, jumlah keseluruhan skor adalah
1246, dan skor rata-ratanya adalah 62.30. Sebaliknya, untuk
pemahaman silang budaya, diketahui bahwa skor tertinggi
yang diperoleh siswa MAN 13 adalah 75, skor terendah
adalah 50, jumlah keseluruhan skor adalah 1253, dan skor

53
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

rata-ratanya adalah 62.65. Adapun untuk tes kemampuan


komunikatif bahasa Inggris, skor tertinggi yang diperoleh siswa
MAN 13 adalah 74, skor terendah adalah 50, jumlah
keseluruhan skor adalah 1258, dan skor rata-ratanya adalah
62.90.
Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan motivasi
berprestasi siswa MAN 13 relatif tidak terlalu tinggi; begitu juga
dengan pemahaman silang budaya dan kemampuan
komunikatif bahasa Inggris mereka. Secara umum siswa MAN
11 masih memiliki potensi yang dapat dikembangkan untuk
menguasai kemampuan berbahasa Inggris sebagaimana yang
dipersyaratkan dalam kurikulum 2004. Selanjutnya, bila skor-
skor tersebut di atas dikonversikan ke dalam bentuk gambar,
akan makin jelas bagaimana distribusi skor yang diperoleh
siswa MAN 13 untuk ketiga variabel tersebut seperti berikut.

2
n
u
q
y
cF
re

0
50.00 55.00 60.00 65.00 70.00 75.00
MTB

Gambar 10. Histogram MTB MAN 13

54
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

4
n
u
qF

3
y
c
re

0
50.00 55.00 60.00 65.00 70.00 75.00
PSB

Gambar 11. Histogram PSB MAN 13

3
n
u
q
y
cF
re

0
50.00 55.00 60.00 65.00 70.00 75.00
KKBI

Gambar 12. Histogram KKBI MAN 13

55
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

B. Deskripsi Data Gabungan Keempat Madrasah


Berdasarkan data gabungan keempat MAN yang terlibat
dalam penelitian, diperoleh bahwa jumlah keseluruhan skor
untuk motivasi berprestasi adalah 5278; skor tertingginya
adalah 79; skor terendahnya adalah 51; dan skor rata-ratanya
adalah 65.97. Untuk pemahaman silang budaya, diperoleh
jumlah keseluruhan skor adalah 5061; skor tertingginya 78;
skor terendahnya adalah 48; dan skor rata-ratanya adalah
63.26. Adapun berkenaan dengan kemampuan komunikatif
bahasa Inggris, jumlah keseluruhan skor adalah 5271; skor
tertingginya adalah 80; skor terendahnya 50; dan skor rata-
ratanya adalah 65.88. Jadi, secara keseluruhan gabungan
data tersebut menunjukkan bahwa motivasi berprestasi siswa
MAN 4, 7, 11, dan 13 relatif tidak terlalu tinggi. Hal yang sama
juga terjadi pada pemahaman silang budaya dan kemampuan
komunikatif bahasa Inggris mereka. Apa yang mereka kuasai
masih berada di bawah peryaratan ideal yang harus dikuasai
siswa. Selengkapnya, data deskriptif untuk keempat
madrasah tersebut dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9.
Statistik Deskriptif untuk Ketiga Variabel
NO SKOR MTB PSB KKBI
1 Jumlah 5278 5061 5271
2 Minimum 51.00 48.00 50.00
3 Maksimum 79.00 78.00 80.00
4 Rata-rata 65.97 63.26 65.88
5 Std. Deviasi 5.75 6.515 7.029
6 Varians 33.088 42.449 49.418
7 Range 28.00 30.00 30.00
8 Median 66.00 64.00 66.00

56
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

Berdasarkan skor kasar yang diperoleh siswa dan


statistik deskriptif di atas dibuatlah table frekuensi dan
histogram untuk masing-masing varibel sebagai berikut .

Tabel 10.
Distribusi Frekuensi untuk MTB Gabungan
Valid Cumulative
SKOR Frequency Percent
Percent Percent
51.00 1 1.3 1.3 1.3
54.00 1 1.3 1.3 2.5
56.00 2 2.5 2.5 5.0
57.00 1 1.3 1.3 6.3
58.00 2 2.5 2.5 8.8
59.00 4 5.0 5.0 13.8
60.00 3 3.8 3.8 17.5
61.00 4 5.0 5.0 22.5
62.00 5 6.3 6.3 28.8
63.00 3 3.8 3.8 32.5
64.00 7 8.8 8.8 41.3
65.00 5 6.3 6.3 47.5
66.00 7 8.8 8.8 56.3
67.00 2 2.5 2.5 58.8
68.00 5 6.3 6.3 65.0
69.00 5 6.3 6.3 71.3
70.00 6 7.5 7.5 78.8
71.00 3 3.8 3.8 82.5
72.00 2 2.5 2.5 85.0
73.00 4 5.0 5.0 90.0
74.00 3 3.8 3.8 93.8
75.00 1 1.3 1.3 95.0
76.00 2 2.5 2.5 97.5
78.00 1 1.3 1.3 98.8
79.00 1 1.3 1.3 100.0
Total 80 100.0 100.0
Tabel 11.

57
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

Distribusi Frekuensi untuk PSB Gabungan


Valid
Cumulative
SKOR Frequency Percent Perce
Percent
nt
48.00 1 1.3 1.3 1.3
50.00 2 2.5 2.5 3.8
52.00 2 2.5 2.5 6.3
53.00 1 1.3 1.3 7.5
54.00 3 3.8 3.8 11.3
56.00 6 7.5 7.5 18.8
58.00 8 10.0 10.0 28.8
60.00 6 7.5 7.5 36.3
62.00 4 5.0 5.0 41.3
64.00 8 10.0 10.0 51.3
65.00 5 6.3 6.3 57.5
66.00 11 13.8 13.8 71.3
67.00 2 2.5 2.5 73.8
68.00 8 10.0 10.0 83.8
70.00 4 5.0 5.0 88.8
72.00 4 5.0 5.0 93.8
74.00 2 2.5 2.5 96.3
75.00 1 1.3 1.3 97.5
76.00 1 1.3 1.3 98.8
78.00 1 1.3 1.3 100.0
Total 80 100.0 100.0

Tabel 12.
Distribusi Frekuensi untuk KKBI Gabungan

58
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

Valid Cumulative
SKOR Frequency Percent
Percent Percent
50.00 2 2.5 2.5 2.5
52.00 1 1.3 1.3 3.8
53.00 1 1.3 1.3 5.0
54.00 1 1.3 1.3 6.3
55.00 2 2.5 2.5 8.8
56.00 1 1.3 1.3 10.0
57.00 2 2.5 2.5 12.5
58.00 3 3.8 3.8 16.3
59.00 2 2.5 2.5 18.8
60.00 6 7.5 7.5 26.3
62.00 3 3.8 3.8 30.0
64.00 10 12.5 12.5 42.5
66.00 9 11.3 11.3 53.8
67.00 1 1.3 1.3 55.0
68.00 8 10.0 10.0 65.0
69.00 3 3.8 3.8 68.8
70.00 8 10.0 10.0 78.8
72.00 2 2.5 2.5 81.3
74.00 6 7.5 7.5 88.8
75.00 2 2.5 2.5 91.3
76.00 3 3.8 3.8 95.0
78.00 2 2.5 2.5 97.5
80.00 2 2.5 2.5 100.0
Total 80 100.0 100.0

59
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

14

12

10

8
n
u
q
F
y
c
e

6
r

0
50.00 55.00 60.00 65.00 70.00 75.00 80.00
MTB

Gambar 13. Histogram MTB Gabungan

20

15

10
n
u
q
F
y
c
e
r

0
40.00 50.00 60.00 70.00 80.00
PSB

Gambar 14. Histogram PSB Gabungan

60
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

12

10

6
n
u
q
F
y
c
e
r

0
50.00 55.00 60.00 65.00 70.00 75.00 80.00
KKBI

Gambar 15. Histogram KKBI Gabungan

C. Persyaratan Analisis Data


Sebelum pengujian hipotesis penelitian dilakukan,
terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan terhadap normalitas,
homogenitas, dan linearitas data. Dalam penelititan ini yang
akan dilakukan adalah pemeriksaan normalitas dan linearitas
data, sedangkan pemeriksaan homogenitas tidak dilakukan
dengan alasan data yang diperoleh diasumsikan berasal dari
populasi yang homogen.

1. Uji Normalitas
Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah
sample berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak.

61
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

Untuk itu, data yang diperoleh dihitung dengan mengggunakan


statistik Shapiro-Wilk di mana data kemampuan komunikatif
bahasa Inggris dikelompokkan berdasarkan distribusi frekuensi
data motivasi berprestasi. Hasil analisisnya dapat dilihat pada
tabel berikut.

Tabel 13
Uji Normalitas Y (KKBI) berdasarkan X1(MTB)
Shapiro-Wilk
MTB Statistic df Sig.
KK 59.00 0.895 4 0.409
BI 60.00 0.893 3 0.363
61.00 0.863 4 0.272
62.00 0.924 5 0.556
63.00 0.993 3 0.843
64.00 0.619 7 0.228
65.00 0.897 5 0.395
66.00 0.783 7 0.248
68.00 0.953 5 0.758
69.00 0.730 5 0.190
70.00 0.934 6 0.608
71.00 0.871 3 0.298
73.00 0.828 4 0.163
74.00 0.893 3 0.363

Selanjutnya, berdasarkan hasil perhitungan tersebut


dapat dilakukan pengujian terhadap dua hipotesis kenormalan
yang berbunyi:
Ho: sample tidak berasal dari populasi berdistribusi normal
H1 : sample berasal dari populasi berdistribusi normal
Adapun kriteria pengujian hipotesis yang digunakan adalah
tolak Ho jika signifikansi yang diperoleh jauh lebih besar dari
taraf signifikansi yang ditentukan yakni 0,05; sebaliknya terima
Ho jika signifikansi yang diperoleh jauh lebih kecil daripada
taraf signifikansi yang ditentukan. Pada tabel di atas diperoleh
bahwa seluruh kelompok data kemampuan komunikatif

62
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

bahasa Inggris memperoleh taraf signifikansi antara 0.163 –


0.843. Karena signifikansi tersebut jauh lebih besar daripada
taraf signifikansi 0,05, maka hipotesis nol yang berbunyi
sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal ditolak.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa data yang diperoleh
berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Jika kelompok data kemampuan komunikatif bahasa
Inggris dikelompokkan berdasarkan distribusi frekuensi
pemahaman silang budaya, maka hasilnya dapat dilihat pada
tabel 14.

Tabel 14
Uji Normalitas Y (KKBI) berdasarkan X2(PSB)
Shapiro-Wilk
PSB Statistic df Sig.
54.00 0.893 3 0.363
KKB 56.00 0.496 6 0.421
I
58.00 0.863 8 0.128
60.00 0.640 6 0.392
62.00 0.827 4 0.161
64.00 0.914 8 0.381
65.00 0.941 5 0.670
66.00 0.911 11 0.250
68.00 0.889 8 0.230
70.00 0.916 4 0.513
72.00 0.987 4 0.939

Selanjutnya, berdasarkan hasil perhitungan tersebut


dapat dilakukan pengujian terhadap dua hipotesis kenormalan
yang berbunyi:
Ho: sample tidak berasal dari populasi berdistribusi normal
H1 : sample berasal dari populasi berdistribusi normal
Adapun kriteria pengujian hipotesis yang digunakan adalah
tolak Ho jika signifikansi yang diperoleh jauh lebih besar
daripada taraf signifikansi yang ditentukan yakni 0,05;

63
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

sebaliknya terima Ho jika signifikansi yang diperoleh jauh lebih


kecil daripada taraf tersebut. Pada tabel di atas diperoleh
seluruh kelompok data kemampuan komunikatif bahasa
Inggris memperoleh taraf signifikansi antara 0.161 – 0.939.
Karena signifikansi tersebut jauh lebih besar daripada taraf
signifikansi 0,05, maka hipotesis nol yang berbunyi sampel
tidak berasal dari populasi berdistribusi normal ditolak. Maka
dapat dikatakan, data yang diperoleh berasal dari populasi
yang berdistribusi normal.

2. Uji Linearitas
Uji linearitas data dilakukan untuk mengetahui apakah
data yang diperoleh membentuk garis lurus atau tidak. Uji
linearitas ini dilakukan melalui pengujian dua hipotesis
linearitas yang berbunyi.
Ho: Linearitas tidak terpenuhi
H1: Linearitas terpenuhi
Untuk itu, data yang diperoleh dihitung dengan
mengggunakan statistik F dan analisis varians. Hasilnya
terdapat pada tabel 15 pada halaman berikut.

Tabel 15
Anova untuk Uji Linearitas
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Between Groups

KKBI Combine
3010.857 24 125.452 7.72 0.000
* d
MTB Linearity 2690.147 1 2690.147 165.66 0.000
Deviatio
n from
Linearity 320.709 23 13.944 0.85 0.647

Within Groups 893.131 55 16.239


Total 3903.987 79

Selanjutnya, berdasarkan hasil perhitungan tersebut


dapat dilakukan pengujian terhadap dua hipotesis kelinearan

64
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

tersebut. Adapun kriteria pengujian hipotesis yang digunakan


adalah terima Ho jika signifikansi yang diperoleh jauh lebih
besar dari taraf signifikansi yang ditentukan yakni 0,05;
sebaliknya tolak Ho jika signifikansi yang diperoleh jauh lebih
kecil daripada taraf signifikansi yang ditentukan. Pada tabel di
atas diperoleh bahwa taraf signifikansi untuk uji linearitas
adalah 0,00. Karena signifikansi tersebut jauh lebih kecil
daripada taraf signifikansi 0,05, maka hipotesis nol yang
berbunyi linearitas tidak terpenuhi ditolak. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa data yang diperoleh berasal populasi
yang membentuk garis lurus atau linear.

D. Pengujian Hipotesis Penelitian


Pengujian hipotesis penelitian dilakukan melalui statistik
regresi dan korelasi sederhana. Pemilihan statistik ini didasari
oleh terpenuhinya beberapa persyaratan analisis yang
berhubungan dengan pemeriksaan linearitas, homogenitas,
dan normalitas data. Berkenaan dengan penelitian ini, terdapat
tiga hipotesis yang diuji, yakni: a) tidak terdapat hubungan
yang signifikan antara motivasi berprestasi dan kemampuan
komunikatif bahasa Inggris siswa MAN di Jakarta Selatan; b)
tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pemahaman
silang budaya dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris
siswa MAN di Jakarta Selatan; dan c) tidak terdapat hubungan
yang signifikan antara motivasi berprestasi, pemahaman silang
budaya, dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa
MAN di Jakarta Selatan.

1. Hubungan Motivasi Berprestasi dan Kemampuan


Komunikatif Bahasa Inggris
Setelah nilai-nilai yang diperlukan dihitung, diperoleh
bahwa koefisien korelasi antara motivasi berprestasi dan
kemampuan komunikatif siswa MAN di Jakarta Selatan adalah
0,830 seperti berikut.

65
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

Tabel 16
Hasil Analisis Korelasi antara MTB dan KKBI
KKBI MTB
KKBI Pearson Correlation 1 0.830
Sig. (2-tailed) 0.0 0.000
N 80 80
MTB Pearson Correlation 0.830 1
Sig. (2-tailed) 0.000 0.0
N 80 80

Supaya koefisien korelasi yang dihasilkan benar-benar


dapat digunakan untuk menguji hipotesis penelitian, terlebih
dahulu perlu dilakukan pengujian terhadap keberartian
koefisien tersebut dengan membandingkannya dengan nilai
kritis koefisien korelasi dari Pearson. Jika nilai r hitung lebih
tinggi daripada r tabel, maka r hitung benar-benar sangat
berati dan dapat digunakan untuk menguji hipotesis penelitian.
Adapun kriteria pengujiannya adalah tolak hipotesis nol yang
berbunyi bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara
motivasi berprestasi dan kemampuan komunikatif bahasa
Inggris siswa MAN di Jakarta Selatan, jika koefisien korelasi
yang diperoleh benar-benar berarti; dan terima hipotesis nol
jika koefisien korelasi tidak berarti. Pada tabel Nilai Kritis
Pearson dengan taraf signifikasi 0,05 dan jumlah sampel
sebanyak 80 orang siswa, diperoleh nilai r tabel sebesar 0,
220 yang jauh di bawah nilai r hitung 0,830. Ini menunjukkan
bahwa koefisien korelasi sebesar 0,830 benar-benar sangat
berarti dan dapat digunakan untuk menolak hipotesis nol
yang berbunyi bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
antara motivasi berprestasi dan kemampuan komunikatif
bahasa Inggris siswa MAN di Jakarta Selatan. Oleh karena itu,
dapat dinyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara motivasi berprestasi dan kemampuan komunikatif
bahasa Inggris siswa MAN di Jakarta Selatan dengan koefisien
determinasinya sebesar 68,89%.

66
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

Selanjutnya, untuk melihat bagaimankah pola hubungan


antara motivasi berprestasi dan kemampuan komunikatif
bahasa Inggris siswa MAN di Jakarta Selatan perlu dilakukan
pengujian terhadap persamaan garis regresi yang dihasilkan.
Berdasarkan hasil analisis regresi Y atas X1, diperoleh
persamaan garis regresi sederhana Ŷ = 21,22 + 0,697X 1
seperti pada tabel berikut.

Tabel 17
Koefisien regresi Y atas X1
Unstandardized Standardized
t Sig.
Coefficients Coefficients
Model
B SE Beta
(Constant
1 21.221 3.423 6.200 .00
)
KKBI 0.679 .052 .830 13.148 .00

Tidak diragukan lagi, persamaan garis regresi Ŷ = 21,22


+ 0,697X1 tersebut menunjukkan pola hubungan linear
sebagaimana terlukiskan dalam diagram pencar pada halaman
berikut. Adapun untuk melihat apakah persamaan regresi
tersebut benar-benar berarti, perlu dilakukan pemeriksaan
terhadap signifikansinya melalui statistik F dan analisis
varians. Adapun kriteria pengujiannya adalah tolak hipotesis
nol yang berbunyi bahwa persamaan regresi Ŷ = 21,22 +
0,697X1 tidak berarti jika nilai F hitung lebih tinggi daripada F
tabel pada taraf signifikani 0,05.

67
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

KKBI

80.00 Observed
Linear

75.00

70.00

65.00

60.00

55.00

50.00

50.00 55.00 60.00 65.00 70.00 75.00 80.00


MTB

Gambar 16. Diagram pencar untuk Ŷ = 21,22 + 0,697X1

Tabel 18
Analisis Varians untuk Regresi Y atas X1
Sum of Mean
df F
Model Squares Square
1 Regression 1801.212 1 1801.212 172.866
Residual 812.738 78 10.420
Total 2613.950 79

Berdasarkan hasil analisis varians yang dilakukan,


diperoleh nilai F sebesar 172,866 seperti pada tabel 18 di atas.
Hasil tersebut jauh lebih tinggi daripada nilai F tabel pada taraf
signifikansi 0,05 dengan dk pembilang 1 dan dk penyebut 78,
yakni sebesar 3,96. Oleh karena itu, hipotesis nol yang
berbunyi bahwa persamaan regresi Ŷ = 21,22 + 0,697X 1 tidak
berarti dapat ditolak, sehingga dapat dinyatakan bahwa
persamaan regresi Ŷ = 21,22 + 0,697X1 sangat berarti. Hal ini
bermakna bahwa kemampuan komunikatif bahasa Inggris
sangat tergantung pada motivasi berprestasi siswa.
Sesuai dengan hasil keseluruhan analisis di atas, dapat
dikatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
motivasi berprestasi dan kemampuan komunikatif bahasa
Inggris siswa MAN Jakarta Selatan, yang berbentuk makin

68
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

tinggi motivasi berprestasi siswa, makin tinggi pula


kemampuan komunikatif bahasa Inggris. Selain itu,
peningkatan dan penurunan kemampuan komunikatif bahasa
Inggris siswa MAN Jakarta Selatan 68,89% dapat dijelaskan
oleh motivasi berprestasi siswa melalui persamaan regresi Ŷ
= 21,22 + 0,697X1. Umpamanya, bila X1 =50, diperkirakan
terdapat peningkatan kemampuan komunikatif bahasa Inggris
sebesar 21,22 + 0,697 (50) = 56,07.

2. Hubungan Pemahaman Silang Budaya dan Kemampuan


Komunikatif Bahasa Inggris
Setelah nilai-nilai yang diperlukan dihitung, diperoleh
bahwa koefisien korelasi antara pemahaman silang budaya
dan kemampuan komunikatif siswa MAN di Jakarta Selatan
adalah 0,740 seperti pada tabel halaman berikut.
Supaya koefisien korelasi yang dihasilkan benar-benar
dapat digunakan untuk menguji hipotesis penelitian, terlebih
dahulu perlu dilakukan pengujian terhadap keberartian
koefisien tersebut dengan membandingkannya dengan nilai
kritis koefisien korelasi dari Pearson.

Tabel 19
Hasil Analisis Korelasi antara PSB dan KKBI
KKBI PSB
KKBI Pearson Correlation 1 0.740
Sig. (2-tailed) 0.0 0.000
N 80 80
PSB Pearson Correlation 0.740 1
Sig. (2-tailed) 0.000 0.0
N 80 80

Jika nilai r hitung lebih tinggi daripada r tabel, maka r


hitung benar-benar sangat berati dan dapat digunakan untuk
menguji hipotesis penelitian. Adapun kriteria pengujiannya
adalah tolak hipotesis nol yang berbunyi bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara pemahaman silang budaya

69
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa MAN di


Jakarta Selatan, jika koefisien korelasi yang diperoleh benar-
benar berarti; dan terima hipotesis nol jika koefisien korelasi
tidak berarti. Pada tabel Nilai Kritis Pearson dengan taraf
signifikasi 0,05 dan jumlah sampel sebanyak 80 orang siswa,
diperoleh nilai r tabel sebesar 0, 220 yang jauh di bawah nilai r
hitung 0,740. Ini menunjukkan bahwa koefisien korelasi
sebesar 0,740 benar-benar sangat berarti dan dapat
digunakan untuk menolak hipotesis nol yang berbunyi bahwa
tidak ada hubungan yang signifikan antara pemahaman silang
budaya dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa
MAN di Jakarta Selatan. Oleh karena itu, dapat dinyatakan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pemahaman
silang budaya dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris
siswa MAN di Jakarta Selatan dengan koefisien
determinasinya sebesar 54,76%.
Selanjutnya, untuk melihat bagaimankah pola hubungan
antara pemahaman silang budaya dan kemampuan
komunikatif bahasa Inggris siswa MAN di Jakarta Selatan perlu
dilakukan pengujian terhadap persamaan garis regresi yang
dihasilkan. Berdasarkan hasil analisis regresi Y atas X2,
diperoleh persamaan garis regresi sederhana Ŷ = 18,077+
0,686X2 seperti pada tabel berikut.

Tabel 20
Koefisien regresi Y atas X2
Unstandardized Standard
t Sig.
Coeff. Coeff.
Model
B SE Beta
1 Constant 18.077 4.677 3.865 .00
KKBI .686 .071 .740 9.715 .00

Tidak diragukan lagi, persamaan garis regresi Ŷ =


18,077+ 0,686X2 tersebut menunjukkan pola hubungan linear
sebagaimana terlukiskan dalam diagram pencarnya berikut.

70
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

KKBI

80.00 Observed
Linear

75.00

70.00

65.00

60.00

55.00

50.00

50.00 55.00 60.00 65.00 70.00 75.00 80.00


MTB

Gambar 17. Diagram pencar untuk Ŷ = 18,077 + 0,686X2

Untuk melihat apakah persamaan regresi Ŷ = 18,077+


0,686X2 berarti atau tidak, perlu dilakukan pemeriksaan
terhadap signifikansinya melalui statistik F dan analisis
varians. Adapun kriteria pengujiannya adalah tolak hipotesis
nol yang berbunyi bahwa persamaan regresi Ŷ = 18,077+
0,686X2 tidak berarti jika nilai F hitung lebih tinggi daripada F
tabel pada taraf signifikani 0,05.

Tabel 21
Analisis Varians untuk Regresi Y atas X2
Sum of Mean
df F
Model Squares Square
1 Reg. 1836.141 1 1836.141 94.388
Res. 1517.347 78 19.453
Total 3353.488 79

71
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

Berdasarkan hasil analisis varians yang dilakukan,


diperoleh nilai F sebesar 94,388 seperti pada tabel 21 di atas.
Hasil tersebut jauh lebih tinggi daripada nilai F tabel pada taraf
signifikansi 0,05 dengan dk pembilang 1 dan dk penyebut 78,
yakni sebesar 3,96. Oleh karena itu, hipotesis nol yang
berbunyi bahwa persamaan regresi Ŷ = 18,077+ 0,686X2 tidak
berarti dapat ditolak, sehingga dapat dinyatakan bahwa
persamaan regresi Ŷ = 18,077+ 0,686X2 sangat berarti. Hal itu
bermakna kemampuan komunikatif bahasa Inggris sangat
tergantung pada pemahaman silang budaya siswa.
Sesuai dengan hasil keseluruhan analisis di atas, dapat
dikatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
pemahaman silang budaya dan kemampuan komunikatif
bahasa Inggris siswa MAN Jakarta Selatan. Selain itu,
peningkatan dan penurunan kemampuan komunikatif bahasa
Inggris siswa MAN Jakarta Selatan 54,76% dapat dijelaskan
oleh pemahaman silang budaya siswa melalui persamaan
regresi Ŷ = 18,077+ 0,686X2. Umpamanya, bila X2 =50,
diperkirakan terdapat peningkatan kemampuan komunikatif
bahasa Inggris sebesar 18,077+ 0,686 (50) =52.377.

3. Hubungan antara Motivasi Berprestasi (X1), Pemahaman


Silang Budaya (X2), dan Kemampuan Komunikatif Bahasa
Inggris (Y)
Untuk menguji hipotesis ketiga yang berbunyi ada
hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi,
pemahaman silang budaya, dan kemampuan komunikatif
bahasa Inggris, perlu diketahui terlebih dahulu koefsien
korelasi ganda yang diperoleh melalui rumus: R2 =
2
JK(Reg)/Σy . Penggunaan rumus tersebut tentu saja
memerlukan nilai-nilai yang diperoleh dari persamaan garis
regresi linear ganda dan analisis variansnya.
Berdasarkan data-data yang sudah diperoleh, diketahui
bahwa persamaan garis regresi ganda untuk ketiga variabel
tersebut adalah Ŷ = -2,043+ 0,799X1 + 0,240X2. Persamaan
tersebut diperoleh dari nilai-nailai dari tabel berikut.

72
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

Tabel 22
Koefisien regresi Y atas X1 dan X2
Unstandard. Standard.
t Sig.
Coefficients Coeff.
Model B SE Beta
1 Constant -2.043 5.007 -.408 .684
MTB .799 .123 .654 6.495 .000
PSB .240 .109 .223 2.213 .030

Untuk melihat apakah persamaan regresi Ŷ = -2,043+


0,799X1 + 0,240X2. berarti atau tidak, perlu dilakukan
pemeriksaan terhadap signifikansinya melalui statistik F dan
analisis varians. Adapun kriteria pengujiannya adalah tolak
hipotesis nol yang berbunyi bahwa persamaan regresi Ŷ =
-2,043+ 0,799X1 + 0,240X2. tidak berarti jika nilai F hitung lebih
tinggi daripada F tabel pada taraf signifikani 0,05.
Berdasarkan hasil analisis varians yang dilakukan, diperoleh
nilai F sebesar 93,201 seperti pada tabel 23 berikut.

Tabel 23
Analisis Varians untuk regresi Y atas X1 dan X2
Sum of Mean
Model df F
Squares Square
1 Reg. 2762.740 2 1381.370 93.201
Res. 1141.247 77 14.821
Total 3903.988 79

Nilai F sebesar 93,201 ternyata jauh lebih tinggi daripada nilai


F tabel pada taraf signifikansi 0,05 dengan dk pembilang 1 dan
dk penyebut 78, yakni sebesar 3,96. Oleh karena itu, hipotesis
nol yang berbunyi bahwa persamaan regresi Ŷ = -2,043+
0,799X1 + 0,240X2 tidak berarti dapat ditolak, sehingga dapat
dinyatakan bahwa persamaan regresi Ŷ = -2,043+ 0,799X1 +
0,240X2 sangat berarti. Hal itu bermakna kemampuan
komunikatif bahasa Inggris sangat tergantung pada motivasi
berprestasi dan pemahaman silang budaya siswa. Hubungan

73
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

ketiga variabel tersebut dapat dilihat dari besarnya koefisien


korelasi ganda yang diperoleh, yakni JK(Reg)/Σy2 =
2762.740/3903.988 = 0,71, dan koefisien determinasinya
adalah sebesar 50,41%.
Selanjutnya, untuk mengetahui apakah R2 sebesar 0,71
berarti atau tidak, perlu dilakukan pemeriksaan signifikansinya
melalui statistik F = (R2/k)/{(1- R2)/(n-k-1). Adapun kriteria
pengujiannya adalah tolak hipotesis nol yang berbunyi bahwa
koefisien korelasi ganda tidak berarti jika nilai F hitung lebih
tinggi daripada F tabel pada taraf signifikani 0,05. Hasil
perhitungan statistik F di atas memperlihatkan nilai sebesar
94,258. Ternyata nilai F sebesar 94,258 jauh lebih tinggi
daripada nilai F tabel pada taraf signifikansi 0,05 dengan dk
pembilang 2 dan dk penyebut 77, yakni sebesar 3,11. Oleh
karena itu, hipotesis nol yang berbunyi bahwa koefisien
korelasi ganda tidak berarti dapat ditolak, sehingga dapat
dinyatakan bahwa koefisien korelasi ganda sebesar 0,71
sangat berarti.
Sesuai dengan hasil keseluruhan analisis di atas, dapat
dikatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
motivasi berprestasi, pemahaman silang budaya dan
kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa MAN Jakarta
Selatan. Hubungan tersebut berbentuk makin tinggi motivasi
berprestasi dan pemahaman silang budaya siswa, makin tinggi
pula kemampuan komunikatif bahasa Inggris. Selain itu,
peningkatan dan penurunan kemampuan komunikatif bahasa
Inggris siswa MAN Jakarta Selatan 50,41% dapat dijelaskan
secara bersama-sama oleh motivasi berprestasi dan
pemahaman silang budaya siswa melalui persamaan regresi
ganda Ŷ = -2,043+ 0,799X1 + 0,240X2.
Keberartian korelasi ganda ganda dapat juga dilihat
melalui korelasi parsil antar ketiga variabel tersebut dengan
mengontrol salah satu dari variabel bebasnya. Berdasarkan
anaslisis dilakukan diperoleh korelasi parsil untuk ketiga
variabel tersebut seperti yang tertuang dalam tabel berikut.

74
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

Tabel 24.
Koefisien Korelasi Parsil Antara Y, X1 dan X2
Variabel yang
KKBI PSB MTB
dikontrol
MTB KKBI 1.000 0.245 0
PSB 0.245 1.000 0
PSB KKBI 1.000 0 0.595
MTB 0.595 0 1.000

Berdasarkan korelasi parsil ini, dapat diketahui


keberartian salah satu variabel di dalam menentukan
hubungan antara dua variabel lainnya. Keberartian tersebut
diperoleh melalui selisih koefisien diterminasi korelasi
sederhana dengan korelasi parsilnya. Bila kita bandingkan
antara koefisien diterminasi antara motivasi berprestasi
dengan kemampuan komunikatif bahasa Inggris (antara Y dan
X1), dengan koefisien diterminasi korelasi parsil antara
motivasi berprestasi dengan kemampuan komunikatif bahasa
Inggris dengan pemahaman silang budaya dikontrol (Y dan X1,
di mana X2 dikontrol), diperoleh selisih sebesar 0,6889 – 0,06 =
0,6111, yang merupakan turunya daya ramal X1 terhadap Y.
Artinya hubungan antara motivasi berprestasi dan kemampuan
komunikatif bahasa Inggris siswa MAN di Jakarta Selatan
diduga 61,11% dipengaruhi oleh oleh aneka ragam tingkat
pemahaman silang budaya siswa. Sebaliknya, jika korelasi
diterminasi antara kemampuan komunikatif bahasa Inggris
dan pemahaman silang budaya (Y dan X1) dengan korelasi
diterminasi antara kemampuan komunikatif bahasa Inggris dan
pemahaman silang budaya di mana motivasi berprestasi
dikontrol ((Y dan X2, di mana X1 dikontrol), diperoleh selisih
sebesar 0,5476 – 0,3540 = 0,1936, yang merupakan turunnya
daya ramal X2 terhadap Y. Artinya hubungan antara
pemahaman silang budaya dan kemampuan komunikatif
bahasa Inggris siswa MAN di Jakarta Selatan diduga 61,11%
dipengaruhi oleh oleh aneka ragam tingkat motivasi
berprestasi siswa.

75
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

5
PEMBAHASAN
HASIL PENELITIAN

A. Ketepatan Hipotesis
Pengujian persyaratan analisis dan hipotesis penelitian
pada bab terdahulu memperlihatkan bahwa asumsi-asumsi
yang diturunkan dari kerangka konseptual tidak menyimpang
dan bertolak belakang. Ketepatan asumsi-asumsi tersebut
dapat dilihat dari penolakan terhadap ketiga hipotetsis nol yang
berbunyi: 1) tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
motivasi berprestasi dan kemampuan komunikatif bahasa
Inggris siswa MAN di Jakarta Selatan; 2) tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara pemahaman silang budaya
dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa MAN di
Jakarta Selatan; dan 3) tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara motivasi berprestasi, pemahaman silang
budaya dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa
MAN di Jakarta Selatan; dan penerimaan ketiga hipotesis
alternatif yang berbunyi: 1) terdapat hubungan yang signifikan
antara motivasi berprestasi dan kemampuan komunikatif
bahasa Inggris siswa MAN di Jakarta Selatan; 2) terdapat
hubungan yang signifikan antara pemahaman silang budaya
dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa MAN di

76
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

Jakarta Selatan; dan 3) terdapat hubungan yang signifikan


antara motivasi berprestasi, pemahaman silang budaya dan
kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa MAN di Jakarta
Selatan. Selain itu, ketepatan asumsi-asumsi dalam penelitian
ini juga tampak pada penolakan hipotesis nol lain yang
berbunyi bahwa motivasi berprestasi dan pemahaman silang
budaya tidak dapat dijadikan sebagai prediktor terhadap
kemampuan komunikatif siswa bahasa Inggris MAN di Jakarta
Selatan, dan penerimaan terhadap hipotesis alternatif yang
berbunyi bahwa motivasi berprestasi dan pemahaman silang
budaya dapat dijadikan sebagai prediktor terhadap
kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa MAN di Jakarta
Selatan.
Akhirnya, dapat dijelaskan tiga hal penting berkenaan
dengan hubungan antara ketiga variabel penelitian ini.
Pertama, motivasi berprestasi berhubungan secara signifikan
dengan kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa MAN di
Jakarta Selatan dengan koefisien korelasinya sebesar 0,830
dan koefisien diterminasinya sebesar 0,6889. Hal itu berarti
bahwa kontribusi motivasi berprestasi terhadap kemampuan
komunikatif bahasa Inggris siswa MAN di Jakarta Selatan
adalah sebesar 68,89%. Dengan kata lain, 68,89% penurunan
dan peningkatan kemampuan komunikatif bahasa Inggris
siswa MAN di Jakarta Selatan dapat dijelaskan oleh motivasi
berprestasi melalui persamaan regresi Ŷ = 21,22 + 0,697X1.
Kedua, pemahaman silang budaya berhubungan secara
signifikan dengan kemampuan komunikatif bahasa Inggris
siswa MAN di Jakarta Selatan dengan koefisien korelasinya
sebesar 0,740 dan koefisien diterminasinya sebesar 0,5476.
Hal itu berarti bahwa kontribusi pemahaman silang budaya
terhadap kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa MAN
di Jakarta Selatan adalah sebesar 54,76%. Dengan kata lain,
54,76% penurunan dan peningkatan kemampuan komunikatif
bahasa Inggris siswa MAN di Jakarta Selatan dapat dijelaskan
oleh pemahaman silang budaya melalui persamaan regresi Ŷ
= 18,077+ 0,686X2.. Ketiga, motivasi berprestasi dan
pemahaman silang budaya secara bersama-sama memiliki

77
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

hubungan yang signifikan dengan kemampuan komunikatif


bahasa Inggris siswa MAN di Jakarta Selatan dengan koefisien
korelasinya sebesar 0,710 dan koefisien diterminasinya
sebesar 0,5041. Hal itu berarti bahwa kontribusi motivasi
berprestadi dan pemahaman silang budaya terhadap
kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa MAN di Jakarta
Selatan adalah sebesar 50,41%. Dengan kata lain, 50,41%
penurunan dan peningkatan kemampuan komunikatif bahasa
Inggris siswa MAN di Jakarta Selatan dapat dijelaskan oleh
motivasi berprestasi dan pemahaman silang budaya melalui
persamaan regresi Ŷ = -2,043+ 0,799X1 + 0,240X2.

B. Temuan Teoretis
Secara umum, motivasi dianggap sebagai dorongan
yang menggerakkan seseorang untuk meraih sesuatu.
Dorongan itu dapat berbentuk respons fisik terhadap sesuatu
yang tidak menyenangkan atau menyakitkan, seperti lapar dan
rasa sakit; atau dapat juga berbentuk tujuan atau keinginan
yang akan dicapai. Adapun pengertian motivasi yang banyak
dipedomani berbunyi “Motivation is commonly thought of as
inner drive, impulse, emotions or desire that moves one to a
particular action; or in more technical terms, motivation refers
to the choices people make as to what experiences or goals
they will approach or avoid, and the degree of effort they will
exert in that respect”28
Pengertian lain yang tidak jauh berbeda dengan
pandangan tersebut dibaerikan oleh Huitt yang mengatakan
“motivation is an internal state or condition (sometimes
described as a need, desire, or want) that serves to activate or
energize behavior and give it direction”.29

28
H. Douglas Brown, Principles of Language Learning and
Teaching (Englewood Clifts: Prentice Hall Regents, 1994), h. 132.
29
Huitt, W. “Motivation to learn: An overview” Educational
Psychology Interactive. Valdosta, GA: Valdosta State University.
Retrieved [date], from http://chiron.valdosta.edu/ whuitt/col/
motivation/motivate.html. h. 2

78
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

Dalam dua pengertian tersebut dapat dipahami bahwa


motivasi merupakan dorongan dari dalam diri seseorang yang
menggerakkannya melakukan sesuatu untuk mencapai atau
memenuhi keinginannya. Secara lebih rinci, Ausubel
menjelaskan enam jenis dorongan yang dimiliki oleh
seseorang, yakni kebutuhan untuk: 1) menemukan sesuatu
yang baru; 2) membiasakan diri; 3) melakukan pekerjaan; 4)
didorong oleh pihak lain; 5) memperoleh pengetahuan; dan 6)
diakui dan diterima oleh orang lain.30
Salah satu motivasi yang relatif banyak mempengaruhi
keberhasilan seseorang dalam belajar atau pekerjaan adalah
motivasi berprestasi. Motivasi berprestasi dapat diartikan
sebagai dorongan atau kecenderungan yang dimiliki siswa
untuk mengatasi berbagai masalah dan kesulitan dalam
belajar sebaik mungkin31. Menurut McCelland, motivasi
berprestasi merupakan dorongan yang dimiliki individu untuk
memperoleh hasil yang berarti, menguasai pengetahuan dan
keterampilan, atau memperoleh standard hidup yang lebih
tinggi.32
Menguasai pengetahuan dan keterampilan, dalam hal
ini, dapat juga diartikan menguasai kemampuan komunikatif
bahasa Inggris. Bila demikian, secara teoretis apa yang
disampaikan oleh para pakar bahwa motivasi berprestasi
mendorong seseorang untuk meraih sesuatu yang lebih baik,
terbukti secara empiris melalui hubungan signifikan antara
motivasi berprestasi dan kemampuan komunikatif bahasa
Inggris siswa MAN di Jakarta Selatan. Motivasi berprestasi
mendorong siswa untuk terus-menerus berusaha semaksimal
mungkin untuk, umpamanya, mencari berbagai cara dan
strategi belajar efektif; mengatasi berbagai kesulitan belajar;
atau mengerjakan tugas sebaik mungkin agar dapat

30
David A. Ausubel, Educational Psychology: A cognitive view
(New York: Holt, Rinehart & Winston, 1968), h. 368-9.
31
R. C. Back, Motivasion: Theories and Principles (New Jersy:
Prentice Hall, 1990), p. 291.
32
Anonymous, Achievement Motivation, Wikipedia, the free
encyclopedia, 2006.

79
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

menguasai kemampuan komunikatif bahasa Inggris secara


baik. Dengan demikian secara teoretis dapat ditegaskan
kembali bahwa motivasi berprestasi merupakan salah satu
faktor penentu keberhasilan seseorang dalam belajar bahasa
Inggris, khsususnya kemampuan komunikatif bahasa Inggris.
Selain itu, kemampuan komunikatif bahasa Inggris
juga dipengaruhi oleh faktor lain, yakni pemahaman silang
budaya. Pemahaman silang budaya merupakan bagian
yang takterpisahkan dari kemampuan pragmatik yang
merupakan pengetahuan yang mengarahkan seseorang
untuk memilih bentuk-bentuk bahasa mana yang sesuai
dengan konteksnya, sehingga terbangun interaksi
komunikatif yang lebih efektif. Oleh karena itu, pembahasan
mengenai pemahaman silang budaya ini akan didahului
kajian terhadap kemampuan komunikatif. Mengenai hal itu,
Ellis mengatakan “Communicative competence includes the
knowledge the speaker-hearer has of what constitutes
appropriate as well as correct language behavior and also
of what constitutes effective language behavior in relation to
particular communicative goals. That is, it includes both
linguistic and pragmatic knowledge.”33
Gagasan yang sama juga disampaikan Hadley, bahwa
mengenali latar di mana komunikasi itu terjadi sangat penting
untuk bangunan kemampuan komunikatif. Communicative
competence may be defined as the ability to function in a truly
communicative setting, that is in a dynamic exchange in which
linguistic competence must adapt itself to the total
informational input, both linguistic and paralinguistic of one or
more interlocutors.34 Pentingnya pengenalan latar atau
konteks tempat terjadinya komunikasi juga diketengahkan oleh
Munby yang mengatakan “It seems clear that communicative
competence includes the ability to use linguistic forms to
perform communicative acts and to understand the

33
Rod Ellis, The Study of Second Language Acquisition
(Oxford: O U P, 1994), h. 13.
34
A.O. Hadley, Teaching Language in Context (Boston: Heile &
Heile Publisher, 1993), h 4

80
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

communicative functions of sentences and their relationship to


other sentences. This happens at the level of discourse and
involves interalia, knowledge of rhetorical rules of use that
governs the patterning of such acts, the interpretative
strategies of the language users and also contextual meaning
of utterances.”35
Berdasarkan tiga pandangan tersebut tampak sangat
jelas sekali pengenalan latar belakang atau latar tempat
terjadinya komunikasi sangat menentukan keberhasilan
komunikasi yang dibangun seseoarang melalui bahasa.
Kemampuan tersebut dalam pandangan Hymes disebut
dengan kemampuan pengenalan wacana dan
sosiolinguistik. Kemampuan wacana berhubungan dengan
penguasaan siswa terhadap konteks situasi yang
melatarbelakangi terjadinya peristiwa komunikasi lisan dan
tulis. Siswa dituntut untuk mengenali situasi komunikasi
yang sedang terjadi, apakah dalam kegiatan formal atau
informal, sehingga apa yang akan diutarakan atau
disampaikan kepada orang lain dapat dipahami secara
tepat. Kemampuan sosiolinguistik berkenaan dengan
kemampuan siswa untuk melihat dengan siapa mereka
membangun komunikasi, apakah dengan teman sebaya,
orang yang lebih tua, kawan dekat, atau dengan tokoh
masyarakat.36 Secara teoretis, segala sesuatu yang
berhubungan dengan bagaimana seseorang menggunakan
bahasa Inggris secara komunikatif termasuk dalam faktor-
faktor non-linguistik, atau secara lebih khusus termasuk
dalam aspek budaya.
Budaya, dalam hal ini, diartikan sebagai pola pikir dan
pola tindak yang mengatur seseorang bagaimana berbahasa
dan bertindak di dalam lingkungan masyarakat tertentu. Brown
menjelaskan bahwa budaya merupakan cara hidup bagaimana
35
John Munby, Communicative Syllabus Design (Cambridge:
C U P, 1978), h. 26.
36
D. H. Hymes, “On Communicative Competence,” The
Communicative Approach to Language Teaching, eds. C. J. Brumfit
dan K. Johnson (Oxford: O U P, 1979), h. 14.

81
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

seseorang berada, berfikir, merasakan, dan berhubungan


dengan orang lain dalam suatu kelompok masyarakat. Budaya
dapat dianggap sebagai perekat antara seseorang dengan
orang lain dalam kehidupan bermasyarakat. “Culture is a way
of life. Culture is the context within which we exist, think, feel,
and relate to others. It is the glue that binds a group of people
together.”37 Jadi, budaya itu dapat didefinisikan sebagai
gagasan, adat, keterampilan, seni, dan peralatan yang
membedakan satu kelompok dan yang lain. Namun, budaya
bukanlah bagian-bagian. Budaya menurut Croydon ada1ah “a
system of integrated patterns, most of which remain below the
threshold of consciousness, yet all of which govern human
behaviour just as surely as the manipulated strings of a puppet
control its motion”.38 Kehidupan keseharian masyarakat
membuktikan bahwa budaya itu merupakan satu kesatuan
yang utuh. Seluruh pola kehidupan masyarakat diikat oleh
aturan yang disepakati oleh seluruh anggotanya, dari hal-hal
yang kecil sampai hal-hal yang besar.
Karena satu kelompok masyarakat memiliki budaya yang
berbeda dengan kelompok masyarakat lain, tentu saja hal itu
akan menimbulkan benturan-benturan budaya yang dapat
menimbulkan masalah-masalah sosial, baik yang sederhana
maupun yang kompleks. Benturan-benturan tersebut tidak
hanya terjadi antar kelompok masyarakat dalam satu negara,
tetapi juga terjadi antara satu negara dengan negara lain.
Secara lebih khusus, benturan-benturan budaya antarnegara
mungkin saja terjadi dalam konteks pengajaran bahasa asing,
Tentu saja menghindari terjadinya benturan budaya, dalam hal
ini budaya berbahasa, harus dijadikan prioritas utama dalam
bermasyarakat secara luas. Salah satu caranya adalah
dengan memahami budaya berbahasa dan bertindak
masyarakat lain. Berdasarkan pandangan di atas dan hasil
penelitian pada bab terdahulu, dapat dikatakan pemahaman
silang budaya merupakan penguasaan seseorang terhadap
perbedaan budaya berbahasa dan bertindak penutur asli

37
Brown (1994), pc. cit. h. 164.
38
Ibid.

82
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

bahasa asing dengan budaya bertindak dan berbahasa


pertamanya. Dengan kata lain dapat dikatakan, pemahaman
silang budaya merupakan upaya-upaya yang dilakukan oleh
seseorang yang berasal dari suatu kelompok masyarakat
untuk memahami pola berbahasa dan bertindak kelompok
masyarakat lainnya. Mempertegas pengertian tersebut,
Thomas mendefinisikan pemahaman silang budaya sebagai
pemahaman tata cara berkomunikasi antara dua orang yang
memiliki latar belakang bahasa dan budaya yang berbeda.39
Dengan demikian dapat ditegaskan kembali bahwa
pemahaman silang budaya merupakan salah satu faktor
berpengaruh terhadap kemampuan komunikatif bahasa Inggris
seseorang.

C. Perspektif Perkembangan Latar Penelitian


Pengajaran bahasa Inggris pada sekolah SMA atau MA
diarahkan pada pencapaian tujuan yang berbunyi:
1. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi
dalam bahasa tersebut, dalam bentuk lisan dan tulis.
Kemampuan berkomunikasi meliputi mendengarkan
(listening), berbicara (speaking), membaca (reading),
dan menulis (writing).
2. Menumbuhkan kesadaran tentang hakikat dan
pentingnya bahasa Inggris sebagai salah satu
bahasa asing untuk menjadi alat utama belajar.
3. Mengembangkan pemahaman tentang saling
keterkaitan antar bahasa dan budaya serta
memperluas cakrawala budaya. Dengan demikian
siswa memiliki wawasan lintas budaya dan
melibatkan diri dalam keragaman budaya.40

39
Jenny Thomas, “Cross-Cultural Pragmatic Failure” Applied
Linguistic Vol. 3. 1983. h. 89.
40
Diknas, Kurikulum 2004: Standar Kompetensi Mata
Pelajaran Bahasa Inggris SMA/MA (Jakarta: Pusat Kurikulum
Balitbang Diknas, 2003), h. 14.

83
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

Tujuan tersebut akan dapat dicapai bila sekolah dan guru


dapat menyelenggarakan kegiatan pengajaran bahasa Inggris
secara baik dengan memenuhi berbagai sarana dan fasilitas
belajar yang layak; dan perhatian pada siswa secara utuh yang
meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Khusus
berkaitan dengan pengajaran bahasa Inggris perhatian
terhadap aspek kognitif dan afektif harus lebih ditekankan.
Salah satu aspek afektif yang perlu diperhatikan adalah
motivasi berprestasi siswa. Hal tersebut perlu dilakukan
mengingat motivasi berprestasi memiliki pengaruh yang relatif
besar terhadap penguasaan kemampuan komunikatif bahasa
Inggris. Siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi
cenderung mampu melakukan berbagai upaya kreatif dan
strategis untuk menguasai kemampuan komunikatif bahasa
Inggris. Sebaliknya, siswa yang motivasi berprestasinya
rendah cenderung untuk tidak melakukan tindakan-tindakan
jitu untuk menguasai kemampuan komunikatif bahasa Inggris,
sehingga mereka lebih relatif lebih banyak mengalami
kegagalan. Hal tersebut juga sudah terbukti secara empiris
melalui pengujian hipotesis pada bagian terdahulu. Secara
praktis dapat dikatakan, makin tinggi motivasi berprestasi
siswa makin tinggi pula kemampuan komunikatif bahasa
Inggrisnya.
Selain itu, untuk mencapai tujuan pengajaran bahasa
Inggris untuk siswa SMA/MA, sekolah dan pihak guru juga
harus memperhatikan materi apa yang yang perlu diberikan
kepada siswa. Menurut kurkulum 2004, mata pelajaran bahasa
Inggris untuk tingkat SMA/MA meliputi beberapa aspek, yakni.
1) Keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis.
2) Unsur-unsur kebahasaan mencakup: tata bahasa,
kosakata, lafal dan ejaan.
3) Aspek budaya yang terkandung dalam teks lisan
dan tulis.

84
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

4) Aspek sastra yang berupa penghayatan dan


apresiasi sastra.41

Secara eksplisit dapat dipahami bahwa pengajaran bahasa


Inggris di MAN harus mencakup pengajaran aspek budaya.
Aspek budaya menjadi sangat penting karena kemampuan
komunikatif bahasa Inggris sebagai tujuan utama pengajaran
bahasa Inggris di MAN dapat terwujud bila siswa menguasai
budaya berbahasa Inggris secara benar. Kalimat atau ujaran
bahasa Inggris dapat saja benar secara gramatikal, tetapi tidak
berterima dan bahkan menimbulkan salahpaham atau behkan
kegagalan komunikasi. Hal ini sudah terbukti melalui pengujian
hipotesis penelitian pada bagian terdahulu. Secara praktis
dapat dikatakan, makin tinggi pemahaman silang budaya
siswa makin tinggi pula kemampuan komunikatif bahasa
Inggrisnya.
Melihat pentingnya aspek motivasi berprestasi dan
pemahaman silang budaya terhadap peningkatan kemampuan
komunikatif bahasa Inggris siswa, MAN 4, 7, 11, dan 13
Jakarta harus mulai berbenah diri melalui pengembangan
bahan pelajaran bahasa Inggris yang berbasis pada motivasi
berprestasi siswa dan pemahaman silang budaya antara
bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Pengembangan bahan
pelajaran seperti itu akan mempermudah siswa menguasai
kemampuan komunikatif bahasa Inggris mengingat adanya
beberapa potensi yang dimiliki oleh MAN 4, 7, 11, dan 13
Jakarta. Pertama, lokasi keempat madrasah tersebut masih
termasuk dalam wilayah pemerintahan DKI Jakarta yang
memiliki akses cukup besar untuk bersentuhan langsung
dengan budaya berbahasa Inggris, seperti banyaknya touris
dan ekspatriat yang tinggal di wilayah DKI Jakarta, yang juga
merupkan motivasi tersendiri bagi siswa untuk meraih
keberhasuilan. Kedua, terdapat berbagai macam sarana
komunikasi lisan dan tulis yang dapat diakses seluruh siswa
untuk mempelajari aspek budaya berbahasa Inggris; dan tentu
saja akses informasi yang mudah juga menjadi dorongan
41
Ibid.

85
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

tersendiri bagi siswa untuk belajar lebih giat. Ketiga, potensi


kognitif dan afektif siswa MAN 4, 7, dan 13 Jakarta relatif lebih
tinggi dari Madrasah Aliyah swasta, sehingga mereka akan
dengan mudah menangkap dan memahami perbedayaan
budaya berbahasa antara bahasa Indonesia dengan bahasa
Inggris. Ditinjau dari segi kognitif, siswa-siswa MAN 4, 7, dan
13 Jakarta berasal siswa-siswa Tsanawiyah terseleksi melalui
hasil UAN; dan dari segi afektif, siswa-siswa MAN 4, 7, dan 13
Jakarta memiliki semangat dan motivasi yang tinggi untuk
mempelajari bahasa Inggris. Oleh karena itu, bila pihak guru
dan madrasah bekerja lebih serius dan kreatif untuk
memanfaatkan potensi-potensi yang dimiliki, maka pengajaran
bahasa Inggris di MAN 4, 7, 11, dan 13 Jakarta akan menuai
keberhasilan. Artinya kemampuan komunikatif bahasa Inggris
sebagai amanat yang harus diemban di dalam pengajaran
bahasa Inggris di MAN 4, 7, 11, dan 13 Jakarta Selatan akan
menjadi terwujud.

86
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

6
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan temuan penelitian yang telah dipaparkan
pada bab sebelumnya, terdapat beberapa hal penting yang
dapat disimpulkan, yakni:
1. Terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi
berprestasi dan kemampuan komunikatif bahasa Inggris
siswa Madrasah Aliyah Negeri di Jakarta Selatan; dan
bentuk hubungan keduanya adalah makin tinggi motivasi
berprestasi siswa, makin tinggi pula kemampuan
komunikatif bahasa Inggris yang dikuasai siswa Madrasah
Aliyah Negeri di Jakarta Selatan.
2. Terdapat hubungan yang signifikan antara pemahaman
silang budaya dan kemampuan komunikatif bahasa
Inggris siswa Madrasah Aliyah Negeri di Jakarta Selatan;
dan bentuk hubungan keduanya adalah makin tinggi
pemahaman silang budaya siswa, makin tinggi pula
kemampuan komunikatif bahasa Inggris yang dikuasai
siswa Madrasah Aliyah Negeri di Jakarta Selatan.

87
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

3. Terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi


berprestasi dan pemahaman silang budaya dan
kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa
Madrasah Aliyah Negeri di Jakarta Selatan; dan
bentuk hubungan ketiganya adalah makin tinggi
motivasi berprestasi dan pemahaman silang budaya
siswa, makin tinggi pula kemampuan komunikatif
bahasa Inggris yang dikuasai siswa Madrasah Aliyah
Negeri di Jakarta Selatan.
4. Motivasi berprestasi dan pemahaman silang budaya
secara bersama-sama dapat dijadikan prediktor
terhadap kemampuan komunikatif bahasa Inggris
siswa Madrasah Aliyah Negeri di Jakarta Selatan.

B. Rekomendasi
Sesuai dengan kesimpulan tersebut di atas, terdapat
beberapa hal penting yang dapat diajukan sebagai
rekomendasi kepada pihak Departemen Agama, MAN di
Jakarta Selatan, dan guru-guru bahasa Inggris yang bertugas
pada MAN di Jakarta Selatan.
1. Direkomendasikan kepada pihak Departemen Agama
untuk:
a) Merekrut guru-guru bahasa Inggris yang memahami
perbedaan individual siswa, dalam hal ini motivasi
berprestasinya; dan perbedaan budaya berbahasa
Indonessi dan bahasa Inggris;
b) Melakukan pelatihan-pelatihan bagi guru-guru bahasa
Inggris pada MAN 4, 7, 11, dan 13 Jakarta secara
berkesinambungan, khususnya berkenaan dengan
peningkatan kemampuan akademik dan profesional
guru;
c) Menyediakan berbagai fasilitas belajar yang dapat
membantu siswa membedakan antara budaya
berbahasa Indonesai dan budaya berbahasa Inggris;
dan

88
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

d) Memperketat seleksi penerimaan siswa baru, sehingga


diperoleh calon-calon yang memiliki motivasi
berprestasi yang tinggi dan potensi kognitif lebih baik.
2. Direkomendasikan kepada pihak MAN di Jakarta Selatan
untuk:
a) Memberikan kesempatan kepada guru-guru bahasa
Inggris untuk mengikuti berbagai kegiatan seminar dan
pelatihan yang dapat meningkatkan kemampuan
akademik dan profesional mereka;
b) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengikuti berbagai kegiatan kebahasaan baik yang
diselenggarakan oleh Departemen Agama, Diknas, dan
instansi-instansi lain;
c) Menyediakan fasilitas belajar yang dapat membantu
siswa meningkatkan motivasi berprestasi dan
memperoleh kemampuan komunikatif bahasa Inggris
dengan mudah;
d) Menyelenggarakan berbagai kegiatan kebahasaan
yang dapat memotivasi siswa menjadi lebih giat dalam
belajar bahasa Inggris;
3. Direkomendasikan kepada guru-guru bahasa Inggris pada
MAN di Jakarta Selatan untuk:
a) selalu meningkatkan kemampuan akademik dan
profesional mereka melalui berbagai kegiatan seminar
dan pelatihan, baik yang diseleng-garakan oleh pihak
Departemen Agama dan Diknas, maupun instansi-
instansi lain;
b) selalu kreatif dan inovatif di dalam pengembangan
bahan pelajaran bahasa Inggris komunikatif dan
motivatif;
c) memperhatikan potensi-potensi yang dimiliki siswa
untuk dikem-bangkan sedemikian rupa, sehingga siswa
dapat mencapai tujuan yang diharapkan; dan
d) Memberikan kepada siswa berbagai macam
pengalaman belajar bahasa Inggris yang dapat
memperjelas perbedaan budaya berbahasa Indonesia
dan bahasa Inggris;

89
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

DAFTAR RUJUKAN

Brown, H. Douglas Principles of Language Learning and


Teaching (Englewood Cliffs: Prentice Hall Regents,
1994.
Diknas, Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Bahasa Inggris
SMA dan MA Jakarta: Puskur Balitbang Diknas, 2002.
Ellis, Rod The Study of Second Language Acquisition. Oxford:
Oxford University Press, 1994
Hadleu, Alice Omaggio Teaching Language in Context.
Boston: Heile and Heile Publisher, 1993
Hasyim, Laela Hanoum Cross Cultural Understanding (Jakarta:
Karunia UT,1986), h. 3
Hymes,. D. H. “On Communicative Competence,” The
Communicative Approach to Language Teaching, eds.
C. J. Brumfit dan K. Johnson. Oxford: Oxford University
Press, 1979.
Nuril Huda, Language Learning and Teaching. Malang: IKIP
Malang Publisher, 1999.
Kartono, Giri “Kedudukan dan Fungsi Bahasa Asing di
Indonesia,” Politik Bahasa Nasional 2, ed. Amran Halim.
Jakarta: PN Balai Pustaka, 198
Munby ,John Communicative Syllabus Design Cambridge:
Cambridge University Press, 1978
Murdock, George Peter “The Cross-cultural Suvey” Readings
in Cross-Culture, ed. Frank W. Moore. New Haven, CN:
HRAF Press, 1961.

90
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

Suwito, Kebijakan yang Diperlukan Dalam Penerapan


Kurikulum Berbasis Kompetensi. Makalah yang
disampaikan pada Warkshop Kurikulum Berbasis
Kompetensi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada
tanggal 17-19 Juli 2003 di Cisarua.
Thomas,Jenny “Cross-Cultural Pragmatic Failure” Applied
Linguistic Vol. 3. 1983.

91
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

LAMPIRAN 1

KUESIONER
MOTIVASI BERPRESTASI

Petunjuk
1. Kuesioner ini merupakan instrument penelitian yang
bertujuan untuk melihat hubungan antara motivasi
berprestasi, pemahaman silang budaya, dan kemampuan
komunikatif bahasa Inggris siswa Madrasah Aliyah Negeri
di Jakarta Selatan.
2. Kuesioner ini bukan sebuah tes yang mengukur
kemampuan anda; dan tidak berhubungan sama sekali
dengan prestasi anda dalam belajar.
3. Anda tidak perlu menulis identitas diri pada buku
kuesioner ini.
4. Jawablah kuesioner ini sejujurnya, dengan memberi tanda
silang (X) pada kolom jawaban:
A: Sering Sekali
B: Sering
C: Kadang-kadang
D: Tidak Pernah

92
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

JAWAB
NO BUTIR PERNYATAAN
A B C D
1 Ketika sekolah melibatkan saya dalam
tugas-tugas atau pekerjaan besar yang
penuh tan-tangan saya tetap optimistis
dapat mengerjakannya
2 Ketika mengahadapi masalah dalam belajar,
seperti kesulitan dalam memahami teks ber-
bahasa asing, saya tetap optimistis dapat
mengatasinya.
3 Dalam kondisi yang sangat buruk, saya tidak
optimistis dapat menyele-saikan seluruh
beban belajar yang harus saya pikul.
4 Jika menghadapi tugas atau pekerjaan yang
tidak sesuai dengan minat dan keinginan,
saya tidak optimistis dapat
menyelesaikannya.
5 Betapa pun berat tugas-tugas harian dan
mingguan yang harus saya hadapi, saya
tetap antusias dalam menjalaninya.
6 Saya tetap antusias dalam mengerjakan
suatu pekerjaan meskipun banyak halangan
dan rintangan yang harus saya hadapi.
7 Karena sulitnya mencari bahan-bahan, saya
menjadi tidak antusias dalam menjalankan
kegiatan praktikum di laboratorium.
8 Kurangnya koordinasi antara satu pihak
dengan pihak lain menjadikan saya tidak
antuasias dalam mengikuti seluruh kegiatan
OSIS yang sudah direncanakan.
9 Saya harus bertanggungjawab terhadap isi
makalah, laporan, atau tugas-tugas lain
yang diberikan guru.
10 Ketika penyelesaian suatu pekerjaan tidak
memuaskan, saya tidak merasa perlu untuk
mempertanggungjawabkannya.

93
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

11 Terhadap suatu tugas yang dikerjakan


secara berkelompok, saya tidak harus
beranggungjawab terhadap apa pun
hasilnya.
12 Saya berusaha sekeras mungkin untuk
menye-lesaikan suatu pekerjaan supaya
hasilnya maksimal dan lebih baik daripada
pekerjaan orang lain
13 Saya berusaha sekuat tenaga untuk
menyele-saikan setiap tugas yang diberikan
guru supaya memperoleh hasil yang terbaik.
14 Jika tidak ada imbalan yang
menguntungkan, saya tidak mengerjakan
tugas-tugas sekolah atau rumah tangga
secara sungguh-sungguh
15 Untuk menambah pengetahuan dan
memperluas wawasan, saya senang
mencari informasi dan pengetahuan lainnya
melalui berbagai sarana, seperti internet,
perpustakaan dan media cetak lainnya
16 Bila keterangan guru atau dari buku tidak
begitu jelas, saya akan beru-saha untuk
memperoleh jawabannya melalui berbagai
sumber dan cara.
17 Terhadap hal-hal baru yang berhubungan
dengan apa yang sedang saya pelajari, saya
tidak berupaya untuk memperoleh
informasinya secara maksimal.
18 Saya merasa puas dengan apa yang sudah
saya ketahui, sehingga tidak perlu lagi untuk
mencari tahu hal-hal lain yang terkait
dengan pengetahuan tersebut
19 Sangat penting bagi saya untuk
menyelesaikan pekerjaan rumah sebaik
mungkin sesuai dengan ketentuan yang
telah dijelaskan guru/buku.
20 Supaya dapat menyelesaikan suatu

94
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

pekerjaan sebaik mungkin, saya berupaya


untuk mengikuti petunjuk pelaksanaannya.
21 Meskipun memiliki persyaratan yang
dibutuh-kan, saya tidak membuat laporan
penelitian secara baik, tetapi asal dapat
menggugurkan kewajiban saja.
22 Dalam kegiatan kelompok, saya tidak perlu
menyelesaikan tugas yang menjadi bagian
saya sebaik mungkin, karena anggota lain
juga mengerjaknnya.
23 Saya senang memperoleh pekerjaan dan
tugas yang menuntut keterampilan tingkat
tinggi.
24 Jika tidak menguasai suatu pekerjaan, saya
lebih senang berjuang terus untuk mengua-
sainya daripada beralih pada pekerjaan lain
25 Terhadap hal-hal yang tidak menarik minat,
saya tidak berusaha untuk menguasainya
sebaik mungkin.
26 Saya harus berani mencoba menggunakan
cara-cara mutakhir untuk mengerjakan suatu
peker-jaan bila cara-cara lama tidak
membuahkan hasil yang baik.
27 Jika kerja kelompok berjalan tidak efektif
saya harus berani menyampaikan gagasan
dan ide-ide perbaikan kinerja kelompok.
28 Jika saya mengalami kesulitan dalam
operasi komputer, saya berdiam diri saja
tanpa berusaha untuk mengatasinya
29 Karena takut salah, saya tidak berupaya
untuk menggunakan bahasa asing yang
saya pelajari dengan mereka yang telah
menguasainya.
30 Ketika mengerjakan pekerjaan rumah yang
diberikan guru, saya lebih senang
melaksanakannya secara individual/mandiri.
31 Meskipun ada pembantu, saya tetap

95
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

member-sihkan kamar dan ruang belajar


secara mandiri.
32 Untuk keperluan penulisan laporan
pengamatan, saya meminta tolong seorang
teman untuk mencarikan buku yang saya
butuhkan.
33 Dengan kemampuan yang saya miliki, saya
ber-usaha membuat laporan pengamatan
lebih baik daripada apa yang dibuat teman-
teman di kls.
34 Sebagai anggota panitia peringatan hari-hari
besar agama, saya akan bekerja lebih keras
daripada anggota-anggota lainnya.
35 Untuk meningkatkan pemahaman terhadap
suatu pelajaran, saya akan membaca buku-
buku pelajaran sama seriusnya dengan
teman-teman.
36 Jika saya memperoleh kesempatan untuk
memimpin suatu acara, saya akan
melakukannya seperti apa yang telah
dilakukan teman-teman.
37 Saya senang membaca biografi tokoh-tokoh
dunia, dan ingin melakukan apa yang telah
diperbuat unbtuk kepentingan umat.
38 Sebagai seorang muslim, saya senang
mengikuti dan menyontoh pola pikir shabat-
shabat nabi.
39 Supaya bermanfaat di kemudian hari, saya
berusaha menjadikan tujuan hidup sebagai
pedoman bagi seluruh kegiatan yang saya
lakukan.
40 Untuk membaca buku-buku atau karya-
karya ilmiah, saya tidak tidak perlu
menentukan apa tujuan yang ingin saya
capai.

96
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

LAMPIRAN 2

PEMAHAMAN
SILANG BUDAYA

Petunjuk
1. Instrument penelitian ini bertujuan untuk melihat
pemahaman silang budaya antara bahasa Indonesia dan
Inggris.
2. Tes ini pemahaman silang budaya, tetapi tidak
berhubungan sama sekali dengan prestasi anda dalam
belajar.
3. Anda tidak perlu menulis identitas diri pada buku
kuesioner ini.
4. Jawablah pertanyaan berikut memberi tanda silang (X)
pada pilihan jawaban yang paling tepat: pilih: A, B, C, atau
D.

97
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

No Situasi Budaya Barat Budaya Indonesia


1 Ungkapan Ungkapan yang lazim Ungkapan yang
sebagai digunakan: lazim digunakan,
bentuk A. Where are you kecuali:
ucapan going? A. Mau pergi ke
salam B. Where are you mana?
(basa- from? B. Dari mana?
basi) C. Hello, good C. Selamat pagi
morning D. Berdiam diri
D. Who are going
with?
2 Topik- Topik yang biasa Topik yang tidak
topik digunakan: biasa digunakan:
pembicara A. Tempat tinggal A. Tempat tinggal
an yang B. Keluarga B. Keluarga
diguna- C. Perkawinan C. Perkawinan
kan D. Keadaan cuaca D. Keadaan cuaca
setelah
perkenala
n
3 Pengguna Senyum digunakan Senyum digunakan
an untuk hal-hal berikut untuk hal-hal berikut
senyum kecuali: kecuali:
dalam A. Mengungkapkan A. Mengungkapkan
komunika rasa ra-sa
si senang/bahagia senang/bahagia
B. Menyembunyikan B. Menyembunyikan
perasaan yang perasaan yang
sebenarnya sebenarnya
C. Menupi hal yang C. Menupi hal yang
memalukan memalukan
D. Memalukan orang D. Memalukan
lain orang lain
4 Acungan Bermakna hal-hal Bermakna hal-hal

98
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

jempol jari berikut kecuali: berikut kecuali:


tangan A. Menunjukkan A. Menunjukkan
angka lima angka lima
B. Memuji orang B. Sebagai tanda
yang berhasil setuju atau
melakukan suatu semua berjalan
pekerjaan dengan lancar
baik C. Menunjukan
C. Menunjukan bahwa makanan
bahwa makanan yang kita coba
yang kita coba sangat lezat
sangat lezat D. Menumpang
D. Menumpang mobil orang atau
mobil orang atau umum
umum
5 Komunika Hal-hal yang biasa Hal-hal yang biasa
si lisan dila-kukan, kecuali: dila-kukan, kecuali:
secara A. Tidak menatap A. menatap mata
langsung mata lawan bicara lawan bicara
(berhadap B. Mendengarkan B. Mendengarkan
an muka) secara seksama secara seksama
ucapan lawan ucapan lawan
bicara bicara
C. Tidak C. Tidak
mendominasi mendominasi
pembicaraan pembicaraan
D. Menyela D. Menyela
pembicaraan pembicaraan
orang lain secara orang lain secara
sopan sopan
6 Mengakhir Hal yang biasa Hal yang biasa
i dilakukan: dilakukan:
percakapa A. Melihat jam A. Melihat jam
n secara tangan masing- tangan masing-
nonverbal masing masing
B. Tidak B. Tidak
memperhatikan memperhatikan

99
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

lawan bicara lawan bicara


C. Saling mengakhiri C. Saling
secara perlahan- mengakhiri se-
lahan cara perlahan-
D. Mengakhiri lahan
pembicaraan D. Mengakhiri
dengan tiba-tiba pembicaraan
dengan tiba-tiba
7 Memanggi Hal yang biasa Hal yang biasa
l pelyan dilakukan: dilakukan:
restauran A. Mengacungkan A. Mengacungkan
jari jari
B. Bersiual dengan B. Bersiual dengan
keras keras
C. Mengacungkan C. Mengacungkan
tangan dengan tangan dengan
ramah ramah
D. Memanggil D. Memanggil
pelayan sambil pelayan sambil
melambaikan melambaikan
tangan tangan
8 Meminta Hal yang biasa Hal yang biasa
perhatian dilakukan: dilakukan:
guru A. Membunyikan jari A. Membunyikan jari
tangan “tak” tangan “tak”
B. Mengangkat B. Mengangkat
tangan sampai tangan sampai
guru memanggil guru memanggil
C. Mengangkat C. Mengangkat
tangan dan tangan dan
menurunkannya menurunkannya
ketika guru tahu ketika guru tahu
kita ingin bertanya kita ingin bertanya
D. Memanggil nama D. Memanggil nama
guru guru
9 Pada saat Hal yang biasa Hal yang biasa
atau dilakukan: dilakukan:

100
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

setelah A. Berjabat tangan A. Berjabat tangan


perkenala dengan dengan
n santai/lemah santai/lemah
(diuperken B. Berjabat tangan B. Berjabat tangan
alkan) dengan kuat dengan kuat
beberapa saat beberapa saat
C. Berjabat tangan C. Berjabat tangan
sampai sampai
perkenalan benar- perkenalan benar-
benar selesai benar selesai
D. Berjabat tangan D. Berjabat tangan
dan membungkuk dan membungkuk
10 Pada saat Hal yang biasa Hal yang biasa
melakuka dilakukan: dilakukan:
n A. Menatap mata A. Menatap mata
percakapa lawan bicara lawan bicara
n B. Menghindari B. Menghindari
kontak /tatapan kontak /tatapan
mata mata
C. Menatap mata C. Menatap mata
lawan bicara dan lawan bicara dan
langsung langsung
menghindar menghindar
D. Menatap lawan D. Menatap lawan
bicara dan bicara dan
langsung langsung
menunduk ke menunduk ke
bawah/lantai bawah/lantai
11 Pada saat Hal lain yang biasa Hal lain yang biasa
melakuka dilakukan: dilakukan:
n A. Merespon dengan A. Merespon dengan
percakapa penjelasan yang penjelasan yang
n agak lengkap agak lengkap
B. Merespon dengan B. Merespon dengan
jawaban-jawaban jawaban-jawaban
singkat singkat
C. Merespons C. Merespons

101
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

dengan bahasa dengan bahasa


tubuh tubuh
D. Tidak memberi D. Tidak memberi
respons respons
12 Meminta Hal yang biasa Hal yang biasa
perhatian dilakukan: dilakukan:
orang A. Berdiri di dekat A. Berdiri di dekat
yang pintu dan pintu dan
sibuk (e.g. menunggu sampai menunggu sampai
bertemu sekretaris sekretaris
sekretaris) memanggil kita memanggil kita
B. Berdiri di dekat B. Berdiri di dekat
sekretaris sampai sekretaris sampai
ia mememanggil ia mememanggil
kita kita
C. Duduk di dekat C. Duduk di dekat
sekretaris dan sekretaris dan
diam samapi diam samapi
sekretaris sekretaris
mememanggil kita mememanggil kita
D. Menepuk pundak D. Menepuk pundak
sekretaris sekretaris
13 Di dalam Hal yang biasa Hal yang biasa
kelas dan dilakukan: dilakukan:
tidak A. Mengangkat A. Mengangkat
memaham tangan dan tangan dan
i meminta klari- meminta klari-
keteranga fikasi/penjelasan fikasi/penjelasan
n guru B. Memperlihatkan B. Memperlihatkan
kebingunan kebingunan
C. Diam dan C. Diam dan
bertanya kepada bertanya kepada
guru setelah kelas guru setelah kelas
usai usai
D. Meninggal kelas D. Diam dan tidak
meminta
penjelasan

102
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

14 Ketika Hal yang biasa Hal yang biasa


mendapat dilakukan: dilakukan:
kan pujian A. Menyatakan A. Menyatakan
terima kasih terima kasih
B. Tersenyum dan B. Tersenyum dan
menolak pujian menolak pujian
C. Berdiam diri tidak C. Berdiam diri tidak
merespons merespons
D. Menyombongkan D. Menyombongkan
diri diri
15 Memulai Hal yang biasa Hal yang biasa
percakapa dilakukan: dilakukan:
n dengan A. A.
orang Berkomentar/berta Berkomentar/bert
yang -nya mengenai a-nya mengenai
belum cuaca cuaca
dikenal B. Menanyakan B. Menanyakan
nama dan alamat nama dan alamat
C. Menanyakan C. Menanyakan
pekerjaan dan pekerjaan dan
tempat kerja tempat kerja
D. Menanyakan D. Menanyakan
kesenangan kesenangan
16 Menghadir Hal yang biasa Hal yang biasa
i dilakukan: dilakukan:
undangan A. Datang setelah A. Datang setelah
makan acara dimulai acara dimulai
malam/pe B. Datang beberapa B. Datang beberapa
sta menit sebelum menit sebelum
acara dimulai acara dimulai
C. Datang ketika C. Datang ketika
pesta akan pesta akan
berakhir berakhir
D. Datang pada saat D. Datang pada saat
jamuan dimulai jamuan dimulai
17 Menghadir Hal lain yang biasa Hal lain yang biasa
i dilakukan: dilakukan:

103
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

undangan A. Memimun air putih A. Memimun air


makan B. Memimun kopi putih
malam/pe C. Meminum anggur B. Memimun kopi
sta D. Tidak meminum C. Meminum anggur
apa-apa D. Meminum sesuka
hati, selain anggur
18 Menghadir Hal yang biasa Hal yang biasa
i pesta dilakukan: dilakukan:
yang tidak A. Memperkenalkan A. Memperkenalkan
resmi diri dengan yang diri dengan yang
lain tanpa lain tanpa
menunggu menunggu
B. Menunggu B. Menunggu
diperkenalkan oleh diperkenalkan
orang lain oleh orang lain
C. Tidak C. Tidak
memperkenalkan memperkenalkan
diri diri
D. Langsung D. Langsung
membangun membangun
percakapan percakapan
dengan orang lain dengan orang lain
tanpa perkenalan tanpa perkenalan
19 Pertemua Hal yang biasa Hal yang biasa
n dengan dilakukan: dilakukan:
teman A. Berjabatan tangan A. Berjabatan tangan
berlainan dengan santai dengan santai
jenis B. Berjabatan tangan B. Berjabatan tangan
kelamain dengan erat dengan erat
C. Berpelukan C. Berpelukan
dengan kuat dengan kuat
D. Berciuman pipih D. Berciuman pipih
kiri-kanan kiri-kanan
20 Pengguna Hal yang biasa Hal yang biasa
an nama dilakukan: dilakukan:
depan A. Menyapa lawan A. Menyapa lawan
setelah bicara dengan bicara dengan

104
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

perkenala nama depan nama depan


n setelah diizinkan setelah diizinkan
B. Menyapa lawan B. Menyapa lawan
bicara dengan bicara dengan
nama depan nama depan
sebelum diizinkan sebelum diizinkan
C. Tidak C. Tidak
menggunakan menggunakan
sapaan apa pun sapaan apa pun
D. Menyapa lawan D. Menyapa lawan
bicara dengan bicara dengan
gelar dan nama gelar dan nama
depan depan

105
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

LAMPIRAN 3

KEMAMPUAN KOMUNIKATIF
BAHASA INGGRIS

Petunjuk
1. Instrument penelitian ini bertujuan untuk melihat
kemampuan komunikatif bahasa Inggris siswa.
2. Tes ini merupakan tes kemampuan komunikatif bahasa
Inggris, tetapi tidak berhubungan sama sekali dengan
prestasi anda dalam belajar.
3. Anda tidak perlu menulis identitas diri pada buku
kuesioner ini.
4. Jawablah pertanyaan berikut memberi tanda silang (X)
pada pilihan jawaban yang paling tepat: pilih: A, B, C, atau
D.

1. X: My car has broken down. It won’t start.


Y: _________
A. You can have a lift in my car. B. You could leave it
here.
C. The nearest garage is a long distance D. Can I
help you?
2. X: That’s the lot! No more! Come on you! Off!
Y: __________
A. If I were you. I’d be a little more polite.
B. you are very impolite.
C. How rude you are. D. Be a little more polite.

106
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

3. X: Excuse me, ________


Y: Yes, there is fitting room over there.
A. I want to try this one
B. Do you think I could try this one?
C. Where’s the fitting room?
D. I want to buy this one.
4. X: Is this seat free?
Y: ________
A. It’s broken B. It belongs to another person.
C. It’s mine D. Sorry I’m afraid it is taken.
5. X: It is really a very good film.
Y: ________.
A. Well, why don’t you ask somebody else?
B. I’m sorry I don’t think I can go with you
C. I have no time to go out
D. I must study my exam
6. X: Would you mind traveling second class?
Y: _____________.
A. I’m sorry, it is not possible
B. I don’t want to travel by bus
C. I have asked you to book for me
D. I can’t travel second class.
7. X: Do you like your house?
Y: __________
A. The room is comfortable.
B. Oh yes, I’m very pleased with it.
C. I’d like it very mush.
D. the windows are too small.
8. X: ___________.
Y: No, of course not.
A. Shall mi open the door?
B. Do you mid if I open the door?
C. Open the door, please?
D. Could I ask you to open the door?

107
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

9. X: My sister has just got a son and they are both doing
well.
Y: _________.
A. How is the baby? B. Are you happy with this news?
C. Oh, that is marvelous. D. How many nephews have
you?
10. X: I know you booked, sir, but I’m afraid there aren’t any
seats left on this train.
Y: _______
A. I have booked seats on this bus.
B. It really makes me angry.
C. I’m afraid, sir.
D. it really makes me afraid.
11. X: They plan an October wedding and honeymoon in Bali.
Y: __________.
A. Will they be going to Bali? B. I’m delighted to hear that.
C. I’m so glad for her. D. I wish them good luck.

12. X: ________ I especially asked for a room with a shower.


Y: I’m very sorry.
A. I want a room with a shower.
B. We don’t have rooms with shower.
C. Why can’t I have a room with a shower?
D. I’m very annoyed.
13. X: ________.
Y: No, of course not, I’ll just move my jacket.
A. Who is sitting there?
B. Excuse me, do you mind if I sit here?
C. Is somebody sitting here?
D. Is this seat empty?
14. X: _________.
Y: Yes, if you come with me, I’ll tell you.
A. I wonder if you could tell me where Mr. Black’s
office is.
B. Happen to know where Mr. Black’s office is?

108
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

C. I want to know Mr. Black’s office.


D. Where is Mr. Black’s office?
15. X: So, you had a nice time in Puncak.
Y: Yes, it was super. Oh, no it’s five to ten, sorry,
________.
A. I must leave you B. I’m in a hurry.
C. I must say good bye. D. I’ve got to go now.
16. X: Thank you for lending me your novel.
Y: _________.
A. Don’t forget to return it. B. Thank you.
C. That’s all right. D. Don’t’ you lose it.
17. X: It was really very kind of you to invite us. Thanks again.
Y: We’d love to
A. We’d love to. B. Thank you
C. Not at all D. Very well, thank you.

18. X: Congratulations on passing your final test.


Y: ___________.
A. Thank you very much. B. I’m a lucky person
C. I’m still learning D. I have to study harder.
19. X: Morning, Mr. Jack. Do you know Tommy?
Y: __________.
A. How are you?
B. I haven’t seen you before.
C. No, I don’t think so, How do you do?
D. Are you really all right?
20. X: You know, your spoken English is very good, indeed.
Y: _____________.
A. I’m still learning B. It’s very nice of you to say so
C. It is not perfect yet. D. Do you think so?
21. Eddy: ________. He is my English teacher
Mr. John: How do you do?
Mr. Brown: How do you do?

109
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

A. Oh, look here is Mr. John. B. I want you to meet Mr.


John
C. May I introduce Mr. John? D. I want you to know Mr.
John.
22. X: Would you like to go to movie with me, tonight?
Y: ___________.
A. I’m busy at that moment.
B. Thank you very much, but I’m busy.
C. I’m going somewhere else.
D. I don’t think I like movies.
23. X: The seaside is on Sunday, Tim?
Y: ______________
A. I went there last week with some friends.
B. I’d love to but I’ve got a test on Monday
C. I don’t like seaside
D. don’t you have any other things to do?
24. X: Would you care to join me for lunch in my favorite
restaurant?
Y: ___________.
A. I’d be delighted to. B. Great
C. I won’t say now. D. Sure.
25. X: I like your car.
Y: ________.
A. Do you really like it? B. Don’t flatter me.
C. Oh, it is very old actually. D. I like it too.
26. X: I suppose it’s too much to find a good pub in a town like
this.
Y: ____________.
A. There are no good pubs in this small town.
B. That’s quite right, but it’s only a small place, isn’t it?
C. What you expect to find in a town like this?
D. The pubs are not good.
27. X: The management says that employees are going to get
a bigger salary soon.
Y: ________

110
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

A. Don’t hope too much B. I’m very happy about that.


C. Just wait and see D. How soon?
28. X: I think the motorways are the only way to travel a long
distance.
Y: ___________.
A. I don’t entirely agree with you, I like to take it
slowly a long the minor roads.
B. You can’t enjoy the countryside when you take
the motorways,
C. The minor roads are all right.
D. The minor roads are saver.

29. X: I don’t like this novel. It is boring.


Y: __________.
A. I like that novel B. it is not boring.
C. you are not a good reader. D. I don’t see why.
30. X: I have just seen some children throwing stones a dog.
Y: ______________.
A. They don’t know what they are doing
B. It’s wrong to throw stones at a dog.
C. Why don’t you punish them?
D. They are naughty children.
31. X: Who do you think will win the presidential election?
Y: ______________
A. Make a guess. B. I couldn’t care less.
C. I don’t know D. whoever wins is not my
business.
32. X: I think Medan is boring place?
Y: ____________
A. Is Medan a boring place?
B. I like Medan very much
C. But don’t you think its beach is beautiful
D. Everybody likes to go to Medan.
33. X: We’ve been waiting nearly an hour for the train.
Y: ______________.

111
Kemampuan Komunikatif Bahasa Inggris
Siswa MAN di Jakarta Selatan

A. We might as well take a taxi


B. The train is very late today.
C. What’s wrong with the train
D. The train is late again
34. X: Look at the weather. No chance of picnic.
Y: _______________
A. That’s too bad B. The sun will be shining soon
C. We can have our picnic someday D. The rain will
soon stop.

35. X: They didn’t give me that job. They gave it to John.


Y: _______________.
A. Next time better B. Don’t you worry too much.
C. Don’t be angry D. Really?

Bagian Kedua
Lengkapilah dialog berikut dengan frase/kalimat yang tepat.

Conversation A
X: Hallo, Miss Calvo. How are you enjoying your stay in
England?
Y: I’m enjoying it very much, thank you.
X: By the way, 36) __________ tomorrow after noon?
Y: Nothing special as far as I know.
X: Well, would you care to come for a ride in the country?
Y: Thank, 37) _____________,
X: Fine let’s meet here about two o’clock. I will come around
and pick you up at your hotel.
Y: 38) ________. About two o’clock then.
X: Well, see you tomorrow.

112

You might also like