Professional Documents
Culture Documents
Seperti yang dikatakan sebelumnya, bahwa hart dapat menjadi nikmat bagi
manusia. Bahkan hal ini merupakan asal dari harta tersebut (merupakan nikmat)
yang telah dianugerahkan Allah SWT kepada manusia. Jika harta tersebut
digunakan sesuai dengan fungsinya, yaitu digunakan di jalan yang benar,
diinfaqkan dan dishadaqahkan kepada yang membutuhkan maka harta itu adalah
niknat baginya, bukan bencana. Allah SWT telah memerintahkan manusia untuk
menginfaqkan sebagian hartanya kepada sesamanya seperti firmanNya pada surat
Al-Hadid: 7:
1
Yang dimaksud dengan menguasai di sini ialah penguasaan yang bukan
secara mutlak. hak milik pada hakikatnya adalah pada Allah. manusia
menafkahkan hartanya itu haruslah menurut hukum-hukum yang telah
disyariatkan Allah. Karena itu tidaklah boleh kikir dan boros.
Islam telah memberikan batasan yang jelas tentang tujuan infaq supaya
manusia dalam menginfaqkan hartanya memiliki tujuan yang jelas sehingga apa
yang dilakukannya menjadi berguna bagi dirinya dan memproleh ridla Allah
SWT.
Adapun tujuan infaq dalam Islam adalah sebagai berikut:
1. Hendaklah infaq itu dilakukan dengan semata-mata mengharapkan keridlaan
Allah SWT dan kecintaannya untuk memperoleh pahala dariNya serta
ridlaNya. Adapun realisasinya adalah sebagai berikut:
a. Hendaknya tidak menafkahkan harta hanya untuk mengharap pujian dari
orang lain serta dengan niat untuk memperlihatkan kekayaannya. Namun
semua yang dilakukan haruslah semata-mata mencari keridlaan Allah
SWT. Allah SWT befirman:
2
Artinya:
Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan
sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir
seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang
dia kehendaki. dan Allah Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha
Mengetahui. (Q.S. Al-Baqarah: 261).
Artinya:
Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, Kemudian
mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-
nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima),
mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Q.S. Al-Baqarah:
262).
3
a. Salah satu tujuan infaq adalah merealisasikan (mewujudkan) asas tolong-
menolong atau yang sejenisnya (solidaritas sosial).
b. Dengan adanya asas tolong-menolong akan mewujudkan kesatuan umat
(tolong-menolong merupakan perekat umat sehingga tidak terpecah-
pecah).
3. Agar manusia mernyadari tanggung jawabnya, baik terhadap dirinya sendiri,
keluarganya, memperhatikan kesejahteraan sosial serta mendinamisir
perekonomiannya.
4. Untuk mengurangi beban baitul mal dalam menghidupi orang-orang yang
kurang mampu serta membantu negara untuk mengentaskan kemiskinan.
4
melakukan hal yang demikian, sebab sebagai manusia kita juga
membutuhkan materi untuk membiayai kehidupan sehari-hari.
2. Ketentuan-ketentuan untuk menafkahkan harta yang merupakan milik
(kepentingan) umum
Adapun ketentuan-ketentuan menafkahkan harta yang merupakan milik
(kepentingan) umum adalah sebagai berikut:
a. Hendaklah pemerintah (ulul amri) bisa menjadi teladan (qudwah) dalam
infaq terhadap harta yang merupakan milik umum.
b. Penertiban dan pengaturan dalan eksploitasi kebutuhan-kebutuhan pokok.
c. Hendaklah harta milik umum tersebut difungsikan dengan benar dan
menginvestasikannya, mempergunakannya agar memiliki hasil serta
menjaga serta memeliharanya dengan baik.
d. Membiasakan diri untuk melakukan mu'amalah maliyah pada lembaga-
lembaga keuangan (baik bank maupun yang bukan bank) yang telah
ditetapkan oleh agama kita (Islam) (yang sesuai dengan ketentuan agama
Islam).
e. Penyesuaian penggunaan harta milik umum pada masalah-masalah
perekonomian yang dominan, seperti ketikan terjadinya inflasi ataupun
pada masalah kredit macet.
f. Hendaklah menghindari – dalam penggunaan harta milik umum– pada
mu'amalah yang mengandung riba (mu'amalah ribawiyah).
g. Hendaknya harta milik umum tersebut digunakan untuk menolong Negara-
negara yang miskin, atau yang tertimpa bencana alam, seperti gempa
bumi, kekeringan, kelaparan maupun peperangan yang melibatkan kaum
muslimin dengan musuh-musuh Islam.
Dengan demikianlah Islam memberikan ketentuan-ketentuan umum dalam
penggunakan harta, baik milik pribadi maupun milik umum agar tidak terjadi
kebakhilan dan kekikiran sebab hal ini dilarang dalam Islam. Allah SWT
berfirman:
5
Artinya:
Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan
kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi
mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. (Q.S. Ali-Imran:
180)
6
INFAQ DALAM EKONOMI ISLAM
TERJEMAHAN
Oleh:
Muhammad Taisir
NIM: 25.3.1.5612
FAKULTAS SYARI'AH
PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MADZHAB DAN HUKUM
INSTITUT STUDI ISLAM DARUSSALAM
1428/2007