You are on page 1of 1

MENGAPA PASIEN TB SERING BERKERINGAT PADA MALAM HARI?

Keringat malam adalah suatu keluhan subyektif berupa berkeringat pada malam
hari yang diakibatkan oleh irama temperatur sirkadian normal yang berlebihan. Suhu
tubuh normal manusia memiliki irama sirkadian di mana paling rendah pada pagi hari
sebelum fajar yaitu 36.1°C dan meningkat menjadi 37.4 °C atau lebih tinggi pada sore
hari sekitar pukul 18.00 (Young, 1988; Boulant, 1991, Dinarello and Bunn, 1997)
sehingga kejadian demam/ keringat malam mungkin dihubungkan dengan irama
sirkadian ini. Variasi antara suhu tubuh terendah dan tertinggi dari setiap orang berbeda-
beda tetapi konsisten pada setiap orang. Belum diketahui dengan jelas mengapa
tuberkulosis menyebabkan demam pada malam hari.
Ada pendapat keringat malam pada pasien tuberkulosis aktif terjadi sebagai respon salah
satu molekul sinyal peptida yaitu tumour necrosis factor alpha (TNF-α) yang dikeluarkan
oleh sel-sel sistem imun di mana mereka bereaksi terhadap bakteri infeksius
(M.tuberculosis). Monosit yang merupakan sumber TNF-α akan meninggalkan aliran
darah menuju kumpulan kuman M.tuberculosis dan menjadi makrofag migrasi.
Walaupun makrofag ini tidak dapat mengeradikasi bakteri secara keseluruhan, tetapi pada
orang imunokompeten makrofag dan sel-sel sitokin lainnya akan mengelilingi kompleks
bakteri tersebut untuk mencegah penyebaran bakteri lebih lanjut ke jaringan sekitarnya.
TNF-α yang dikeluarkan secara berlebihan sebagai respon imun ini akan menyebabkan
demam, keringat malam, nekrosis, dan penurunan berat badan di mana semua ini
merupakan karakteristik dari tuberkulosis (Tramontana et al, 1995). Demam timbul
sebagai akibat respon sinyal kimia yang bersirkulasi yang menyebabkan hipotalamus
mengatur ulang suhu tubuh ke temperatur yang lebih tinggi untuk sesaat. Selanjutnya
suhu tubuh akan kembali normal dan panas yang berlebihan akan dikeluarkan melalui
keringat. Untuk lebih jelasnya berikut adalah fase demam. Pertama yaitu fase inisiasi di
mana vasokonstriksi kutaneus akan menyebabkan retensi panas dan menggigil untuk
menghasilkan panas tambahan. Ketika set point baru tercapai maka menggigil akan
berhenti. Dengan menurunnya set point menjadi normal, vasodilatasi kutaneus
menyebabkan hilangnya panas ke lingkungan dalam bentuk berkeringat (Young, 1988;
Boulant, 1991, Dinarello and Bunn, 1997;

You might also like