Professional Documents
Culture Documents
PERCOBAAN V
PENGARUH SUHU TERHADAP LAJU DISOLUSI NATRIUM
DIKLOFENAK
Disusun oleh:
KELOMPOK II
dM DS
= (Cs−C)
dt h
kT
D=
6ηr
D : koefisien difusi
k : konstanta Boltzman (13,8 x 10 -24 J/atom K)
T : suhu
r : jari-jari molekul
η : viskositas pelarut
Dari kedua persamaan tersebut, dapat diperoleh hubungan atau faktor yang berpengaruh
terhadap keceptan disolusi, baik secara fisik maupun kimia, diantaraya:
1. Suhu
Untuk zat-zat yang memiliki sifat kelarutan endotermik, semakin tinggi suhu, nilai
koefisien difusi akan meningkatkan sehingga kecepatan disolusi juga meningkat.
2. Viskositas
Berdasarkan persamaan Einstein, semakin rendah viskositas maka nilai koefisien
difusi akan meningkat sehingga kecepatan disolusi juga akan meningkat.
3. Ukuran partikel
Ukuran partikel berpengaruh pada nilai koefisien difusi dan luas permukaan efektif
yang kontak dengan pelarut. Bila ukuran partikel yang didisolusikan semakin halus,
maka koefisien difusinya semakin tinggi dan luas permukaan efektifnya juga
semakin besar sehingga kecepatan disolusi meningkat.
4. Kecepatan pengadukan
Pengadukan akan berpengaruh pada tebal tipisnya lapisan difusi. Semakin tinggi
kecepatan pengadukan, maka tebal lapisan difusi akan semakin menipis.
5. pH pelarut
pH pelarut berpengaruh pada partikel-partikel yang bersifat asam atau basa lemah.
Partikel tersebut akan membentuk garam dengan pasangan asam atau basa kuat yang
akan meningkatkan kelarutan sehingga kecepatan disolusinya meningkat.
6. Polimorfisme
Perbedaan struktur internal suatu zat akan berpengaruh pada kekuatan ikatan atau
kestabilan partikel dalam medium pelarutnya, khususnya untuk kristal-kristal
metastabil yang lebih mudah melarut sehingga kecepatan disolusinya juga tinggi.
7. Sifat permukaan zat
Sifat permukaan zat yang terutama diperhatikan adalah sifat hidrofob karena akan
berpengaruh pada disolusi dalam cairan tubuh. Sifat hidrofob yang sangat kuat akan
menyebabkan zat sulit terbasahi karena tegangan permukaannya besar, maka dapat
digunakan surfaktan agar zat lebih mudah terbasahi dan lebih mudah terdisolusi.
Selain dari faktor-faktor tersebut, dalam bentuk sediaan seperti tablet, formulasi
obat juga sangat berpengaruh seperti misalnya pengaruh bahan tambahan yang
digunakan dan tekanan kompresi yang digunakan saat mencetak tablet. Bahan
tambahan dalam hal ini berpengaruh terutama jika membentuk kompleks yang tidak
larut seperti kalsium karbonat dan kalsium sulfat yang membentuk kompleks dengan
tetrasiklin atau penggunaan bahan tambahan yang bersifat hidrofob seperti magnesium
stearat.
III. Alat dan Bahan
Alat Bahan
Beker gelas Aquades
Labu ukur Natrium Diklofenak
Pipet tetes
Kertas lensa
Pipet volum
Gelas ukur
Gelas kimia
Cawan penguapan
Batang pengaduk
Spatula
Termometer
Kertas timbang
Thermostat
Spektrofotometer
Alat uji kecepatan disolusi tipe 2 (USP)
Kurva Kalibrasi
Konsentrasi Absorbansi
(ppm)
10 0.2748
12 0.3147
14 0.3854
16 0.4284
18 0.4997
20 0.5359
22 0.6093
24 0.6406
Kurva Kalibrasi
0.7
f(x) = 0.03 x + 0
0.6 R² = 0.99
0.5
Absorbansi
0.4
0.3
0.2
10 12 14 16 18 20 22 24
Konsentrasi (ppm)
Grafik Konsentrasi terhadap Waktu pada 30o Celsius
y=0.0271 x +0.00004
konsentrasi =( absorbansi−0.00004
0.0271 )× faktor pengenceran
Waktu (menit) Konsentrasi
(ppm)
1 700.295203
5 703.4317343
10 783.6900369
15 1017.084871
20 1145.129151
25 1671.070111
30 1718.671587
volume sampel
konsentrasi =(( volume total ) )
× konsentrasi sebelumnya +konsentrasi terukur
10
konsentrasi=
(( )
350 )
× 700.295203 +703.4317343
konsentrasi =723.4401687
1700
Konsentrasi (ppm)
1500
1300
1100
900
700
0 5 10 15 20 25 30
Waktu (menit)
∆M 1767 , 37 6
Laju disolusi= Laju disolusi= Laju disolusi=58,913 ppm/menit
∆t 30
1800
1600
Konsentrasi (ppm)
1400
1200
1000
800
600
0 5 10 15 20 25 30 35
Waktu (menit)
∆M 1894,073
Laju disolusi= Laju disolusi= Laju disolusi=63,136 ppm /menit
∆t 30
VI. Pembahasan
Disolusi merupakan proses ketika suatu zat padat masuk ke dalam pelarut
menghasilkan suatu larutan atau dengan kata lain proses saat zat padat melarut. Maka
kecepatan disolusi dapat dinyatakan sebagai jumlah zat dalam bentuk padatan yang
terlarut dalam pelarut tertentu sebagai fungsi dari waktu. Alat yang biasa digunakan
untuk mengukur kecepatan disolusi suatu zat diantaranya:
Catatan:
1. Batang dan daun terbuat dari baja tahan karat berukuran 303 atau yang setara.
2. Bila alat berputar pada sumbu E, besarnya A dan B tidak boleh menyimpang
lebih dari 0,5 mm.
3. Kecuali dinyatakan lain, toleransi adalah ±1.0 mm.
Salah satu faktor yang mempengaruhi laju disolusi adalah suhu. Dalam
persamaan Einstein, suhu akan mempengaruhi koefisien disolusi. Perubahan koefisien
disolusi tentu akan mengubah laju disolusi. Peningkatan suhu akan memperbesar harga
koefisien disolusi sehingga meningkatkan laju disolusi. Kenaikan suhu akan
mengakibatkan peningkatan energy kinetik zat, baik pelarut, maupun zat terlarut. Untuk
zat dalam panadatn, kenaikan suhu akan memperkecil kekuatan ikatan intermolekul
sehingga molekul padatan lebih mudah terbebaskan ke dalam larutan. Energk kinetik
zat pelarut yang semakin besar akan memperbesar kemungkinan tumbukan dengan
molekul zat padatan yang ada dipermukaan padatan. Tumbukan ini dapat menimbulkan
interaksi antara pelarut dan padatan, yaitu adanya tarik-menarik. Gaya tarik-menarik ini
bisa menyebabkan molekul dalam padatan terbawa ke dalam larutan. Karena
kemungkinan tumbukan semakin tinggi akibat kenaikan suhu, penarikan molekul
padatan menuju larutan akan semakin tinggi intensitasnya.
Berdasarkan percobaan laju disolusi pada suhu 30oC ialah sebesar 58,913
ppm/menit. Sedangkan pada suhu 40oC ialah 63,136 ppm/menit. Secara teoretis
perbandingan laju disolusi pada kedua suhu tersebut dapat dihitung dengan cara sebagai
berikut.
Berdasarkan persamaan Einstein
kT
D=
6ηr
Dari persamaan ini dapat diperoleh perbandingan D pada tiap suhu, yaitu:
k T1
D30 6 η r D 30 T 1
= =
D40 k T 2 D 40 T 2
6ηr
D30 30
=
D40 40
D 30 3
=
D 40 4
4
D 40= D 30
3
Dengan :
D30 : koefisien laju dolusi pada suhu 30oC
D40 : koefisien laju dolusi pada suhu 40oC
T1: suhu 30oC
T2: suhu 40oC
Berdasarkan persamaan Noyes-Whitney dan dengan menganggap tebal lapisan
difusi tetap serta sistem dalam keadaan sink, serta kelarutan intrinsic dianggap sama
untuk kedua perlakukan, perbandingan laju disolusi pada suhu 30oC dan 40oC setara
dengan perbandingn koefisien disolusi, yaitu (dM/dt)30 : (dM/dt)40 = 3:4.
Perbandingan laju disolusi Na diklofenak berdasarkan percobaan ialah 3:3,2.
Pebedaan antara perbandingan laju disolusi yang diperoleh secara teoretis dengan yang
diperoleh dari percobaan dapat disebabkan oleh hal-hal berikut.
1. Keakuratan dalam pengukuran jumlah bahan yang digunakan.
Jumlah bahan yang digunakan mempengaruhi konsentrasi zat dalam larutan.
Perbedaan jumlah bahan akan memberikan perbedaan pada konsentrasi zat yang
terlarut.
2. Pengambilan dan pengembalian volume untuk pengukuran konsentrasi.
Penambahan pelarut ke dalam sistem setelah sejumlah tertentu larutan diambil
untuk pengukuran tidak selalu sama. Hal ini berpengaruh terhadap kadar Na
diklofenak setelah pengambilan sampel.
3. Asumsi besar kelarutan yang sama untuk kedua suhu.
Kelarutan suatu zat dipengaruhi suhu. Peningkatan suhu akan meningkatankan
kelarutan zat yang memiliki sifat kelarutan endotermik. Dengan mengasumsikan
kelarutan pada kedua suhu untuk memperoleh perbandingan kasar akan
menimbulkan galat yang cukup besar terhadap nilai perbandingan laju disolusi.
Oleh karena itu, untuk memperoleh nilai perbandingan laju disolusi Na diklofenak
yang sesuai pada kedua suhu tersebut, perlu dilakukan perngukuran kelarutan Na
diklofenak pada kedua suhu tersebut.
VII. Simpulan
1. Laju disolusi Na diklofenak pada suhu 30oC ialah 58,913 ppm/menit
2. Laju disolusi Na diklofenak pada suhu 40oC ialah 63,136 ppm/menit
DAFTAR PUSTAKA
Spektrofotometer UV-Vis
Spektrofotometer adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrometer
menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah
alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi.
Penyerapan sinar UV dan sinar tampak oleh molekul, melalui 3 proses yaitu :
1. Penyerapan oleh transisi elektron ikatan dan elektron anti ikatan
2. Penyerapan oleh transisi elektron d dan f dari molekul kompleks
3. Penyerapan oleh perpindahan muatan
Gambar 3. Spektofotometer
Faktor penyebab kesalahan sistematik yang sering terjadi dalam analisis menggunakan
spektrofotometer adalah:
a) Adanya serapan oleh pelarut
Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan blangko, yaitu larutan yang berisi matrik selain
komponen yang akan dianalisis.
b) Serapan oleh kuvet
Kuvet yang dapat digunakan adalah dari bahan gelas atau kuarsa, dimana kuvet kuarsa
memberikan kualitas yang lebih baik, namun tentu saja harganya jauh lebih mahal.
Serapan oleh kuvet ini diatasi dengan penggunaan jenis, ukuran, dan bahan kuvet yang
sama untuk tempat blangko dan sampel.
c) Kesalahan fotometrik normal pada pengukuran dengan absorbansi sangat rendah atau
sangat tinggi, hal ini dapat diatur dengan pengaturan konsentrasi, sesuai dengan kisaran
sensitivitas dari alat yang digunakan (melalui pengenceran atau pemekatan).