You are on page 1of 8

TUGAS I

TK 4101 PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI

Masalah Kebakaran Hutan


di Propinsi Riau Terkait
Pengembangan Perkebunan dan
HTI di Areal Rawa/Gambut
Disusun oleh :

Kelompok 10

Anggota Kelompok :

1. Edith (13008042)
2. Anissa Nurdiawati (13008045)
3. Flabianus Hardi (13008046)
4. Karmelita Anggrianto (13008051)

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2010
Tugas I Pengelolaan Limbah Industri

Masalah Kebakaran Hutan di Propinsi Riau


Terkait Pengembangan Perkebunan dan HTI di Areal Rawa/Gambut

Abstrak
Hutan merupakan sumber daya alam yang sangat penting karena di dalamnya
terkandung keanekaragaman hayati, pengatur tata air dan kesuburan tanah, pencegah banjir
dan erosi, sumber hasil hutan kayu dan non-kayu, kebudayaan, rekreasi dan pariwisata. Oleh
karena itu, pemanfaatan hutan dan perlindungannya telah diatur dalam UUD 45, UU No. 5
tahun 1990, UU No. 23 tahun 1997, UU No. 41 tahun 1999, PP No. 28 tahun 1985 dan
beberapa keputusan Menteri Kehutanan serta beberapa keputusan Dirjen PHPA dan Dirjen
Pengusahaan Hutan. Namun, peraturan yang ada belum secara efektif membendung
gangguan-gangguan yang terjadi pada hutan-hutan di Indonesia.

Kebakaran Hutan di Riau dan Faktor Penyebabnya


Kebakaran hutan merupakan salah satu bentuk gangguan yang cukup sering terjadi.
Di Propinsi Riau, kebakaran hutan dapat dikatakan sudah menjadi bencana tahunan. Sejak
tahun 1995, industri kayu dan perkebunan di Riau mulai mempraktekkan budaya tebang,
imas, dan bakar yang akhirnya menjadi ritme keseharian industri kehutanan Riau. Eksploitasi
hutan ini semakin meningkat disebabkan oleh :
 Kebijakan pemerintah yang memberikan kesempatan besar bagi pengusaha untuk
melakukan konversi hutan menjadi perkebunan monokultur skala besar, seperti
perkebunan kelapa sawit maupun kebun kayu.
 Industri Pulp dan Plywood dikembangkan sebelum hutan tanaman industri dibangun,
sehingga menyebabkan penebangan di hutan alam sampai hutan tanaman mampu
mensuplai kebutuhan tersebut.
 Dinas Kehutanan Riau menyebutkan pada tahun 2001, bahwa dengan lebih dari 350
perusahaan, setiap tahunnya Industri Kayu yang ada di Riau membutuhkan 14,7 m 3 kayu,
padahal kemampuan hutan alam dan hutan tanaman industri dalam menyuplai kayu
hanya berkisar 7,7 juta meter kubik pertahun.
 Pada tahun 2002, Dinas Kehutanan Riau mengeluarkan izin IPK sebanyak 112 izin untuk
melakukan pembalakan di atas hutan seluas 50.000 hektar lebih.

TK 4101 Halaman 1
Tugas I Pengelolaan Limbah Industri

 Ambisi pemerintah untuk menjadi pengekspor CPO terbesar dunia yang dilatarbelakangi
kebutuhan dunia akan CPO yang semakin bertambah. Hal ini mendorong adanya
simbiosis mutualisme antara pengusaha dan penguasa untuk melaksanakan land clearing
dengan metode pembakaran yang pada akhirnya meluluhlantahkan seluruh tutupan hutan
alam Riau menjadi hanya tersisa 785 ribu hektar pada April 2003.
 Kebutuhan perkebunan kelapa sawit untuk meningkatkan produksinya dengan
menaikkan pH tanah. Dengan melakukan pembakaran maka pH tanah dapat ditingkatkan
sehingga cocok bagi tanaman kelapa sawit. Salah satu contohnya adalah pembakaran
yang dilakukan di areal PT Adei Plantation & Industry.
Tahun 1999 luas perkebunan sawit di Riau tidak sampai 1 juta kini berdasarkan data terakhir
luas lahan sawit di Riau sudah mencapai 1,7 juta-2 juta hektar. Artinya dalam sebelas tahun
terakhir pertumbuhan luas lahan sawit mencapai 1 juta. Dari data ini bisa disimpulkan dari
pembakaran yang terjadi beberapa tahun terakhir di Riau adalah karena praktek pembukaan
lahan perkebunan kelapa sawit. Penyebab lainnya yaitu akibat fenomena iklim El Nino, yaitu
musim kemarau yang mencapai 11 bulan. Hal ini terjadi pada tahun 1987, 1991, 1994 dan
1997 dimana kebakaran hutan menjadi bencana nasional dan mengakibatkan pencemaran
udara oleh asap tebal.

Gambar 1. Kebakaran Hutan di Provinsi Riau

TK 4101 Halaman 2
Tugas I Pengelolaan Limbah Industri

Dampak Kebakaran Hutan


A. Dampak Lingkungan
Dampak yang terjadi terhadap lingkungan karena adanya kebakaran hutan yang
disengaja maupun tidak disengaja adalah :
 Adanya perubahan iklim, misalnya yang sudah terasa adalah kenaikan suhu yang
ekstrim dalam beberapa wakti belakangan ini, contohnya suhu di Sumatra yang
biasanya 33-34oC naik menjadi 37oC. Perubahan iklim ini juga dapat menyebabkan
Indonesia akan kehilangan sekitar 2000 pulau, mundurnya garis pantai yang
mengakibatkan luas wilayah Indonesia berkurang, serta kenaikan muka ait laut.
 Hilangnya sejumlah spesies. Hal ini disebabkan oleh kebakaran hutan yang dapat
menghancurkan habitat satwa-satwa yang ada di dalamnya. Umumnya satwa-satwa
ini musnah karena terperangkap oleh asap dan sulit keluar karena api mengepung
dari segala penjuru. Hal lain yang menyebabkan hilangnya sejumlah spesies adalah
adanya perubahan iklim yang menyebabkan spesies ini tidak mampu lagi bertahan
dan menyesuaikan diri.
 Ancaman erosi. Kebakaran yang terjadi di lereng-lereng pegunungan ataupun
dataran tinggi akan memusnahkan sejumlah tanaman yang berfungsi menahan laju
tanah pada lapisan atas untuk mencegah erosi. Pada saat hujan turun, ketiadaan akar
tanah, akibat terbakar, sebagai pengikat akan menyebabkan tanah ikut terbawa oleh
hujan ke bawah yang pada akhirnya juga potensial menimbulkan banjir dan longsor.
 Perubahan fungsi lahan. Fungsi hutan yang sebenarnya adalah sebagai catchment
area, penyaring karbondioksida maupun sebagai mata rantai dari suatu ekosistem
yang lebih besar yang menjaga keseimbangan planet bumi. Namun fungsi hutan ini
hilang karena karbondioksida tidak lagi dapat disaring, panas matahari tidak dapat
terserap dengan baik, dan perubahan fungsi hutan menjadi lahan perkebunan atau
terkadang malah menjadi padang ilalang yang membutuhkan waktu lama untuk
kembali pada fungsinya yang semula.
 Penurunan kualitas air. Kualitas air berubah karena adanya erosi yang muncul di
bagian hulu. Air hujan tidak lagi memiliki penghalang untuk menahan lajunya, maka
ia akan membawa seluruh butir tanah yang ada di atasnya untuk masuk ke dalam
sungai-sungai yang ada.Akibatnya sungai pun menjadi keruh.

TK 4101 Halaman 3
Tugas I Pengelolaan Limbah Industri

 Terganggunya ekosistem terumbu karang karena asap menghalangi sinar matahari


untuk menembus dalam lautan dan membuat terumbu karang serta beberapa spesies
lain sulit melakukan fotosintesa.
 Sedimentasi di aliran sungai. Tebalnya lumpur yang terbawa erosi akan mengalami
pengendapan di bagian hilir sungai. Ancaman yang muncul adalah meluapnya
sungai yang bersangkutan akibat erosi terus-menerus.

B. Dampak Non Lingkungan


Selain dampaknya terhadap lingkungan, pembakaran hutan merugikan manusia dalam
bidang lain, yaitu :
 Bidang kesehatan. Asap dari pembakaran hutan bisa menyebabkan infeksi saluran
pernapasan dan membuat mata perih dengan nilai kerugian 16,8 juta US$.
 Bidang transportasi dan pariwisata. Asap tersebut akan mengurangi jarak pandang
sehingga penerbangan dan lalu lintas terganggu serta keenganan turis mengunjungi
daerah tersebut. Selain terjadinya penundaan penerbangan, adanya asap akan
meningkatkan risiko kecelakaan transportasi. Nilai kerugian ini bisa mencapai
455US$.
 Bidang ekonomi. Lahan kehilangan biomassa sehingga tidak memiliki nilai
cadangan kesuburan tanah dalam bentuk biomassa. Asap dari kebakaran hutan
menghambat aktivitas ekonomi warga setempat. Selain itu anggaran untuk program
penanaman kembali lahan yang rusak dan rehabilitasi struktur tanah akan
meningkat.
 Bidang politik. Asap dari kebakaran hutan di Riau seringkali mencapai wilayah
negara tetangga seperti Singapura sehingga Indonesia mendapat teguran dari
Singapura.
 Bidang budaya dan hukum. Kasus pembukaan lahan dengan cara dibakar bisa
menjadi kebiasaan dari pembuka lahan lainnya, akibat buruknya adalah image
Indonesia di masyarakat internasional akan negatif.

TK 4101 Halaman 4
Tugas I Pengelolaan Limbah Industri

Upaya Penanggulangan Kebakaran Hutan


Hingga saat ini, beberapa upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah kebakaran
hutan di Provinsi Riau diantaranya :
 Diterbitkannya Surat keputusan Gubernur Riau No. 1 tahun 2003 Tentang Pusat
pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan. Pusat pengendalian kebakaran hutan dan lahan
ini terdiri dari : sekretariat bersama dan yutisi, pemantauan dan pencegahan serta
pengendali dan pemadaman. Tugas kelembagaan tersebut terkait penyuluhan dan
peningkatan peran serta masyarakat, pemantauan lapangan dan tindakan pencegahan,
pemadaman kebakaran, pemantauan kualitas udara, pembentukan pos siaga,
pendistribusian masker, penyuluhan kesehatan hutan dan lahan.
 Kegiatan pemantauan dilakaukan antara lain melalui menara pengawas, patroli, pos-pos
jaga, informasi penebangan, dan data satelit.
 Adanya petunjuk teknis penyiapan lahan tanpa bakar untuk pengembangan perkebunan
No. 38/KB/110/SK/D7.Bum/05.95 dari Direktur Jendral Perkebunan. Dengan adanya
petunjuk teknis tersebut, setiap kegiatan pembukaan lahan untuk pengembangan
perkebunan, baik yang dilakukan oleh perusahaan maupun perorangan/masyarakat, harus
dilakukan dengan cara tanpa bakar/zero burning.
 Mewajibkan setiap perusahaan untuk membangun sumur artesis dan peralatan pemadam
kebakaran di lahan konsesi dengan menyertakan aspek pemeliharaaan bersama
masyarakat.
 Meminta bantuan luar negeri untuk memadamkan kebakaran antara lain: pasukan
BOMBA dari Malaysia untuk kebakaran di Riau, Jambi, Sumsel dan Kalbar; Bantuan
pesawat AT 130 dari Australia dan Herkulis dari USA untuk kebakaran di Lampung;
Bantuan masker, obat-obatan dan sebagainya dari negara-negara Asean, Korea Selatan,
Cina dan lain-lain.

Upaya Pencegahan
 Adanya Sistem Informasi Manajemen Kebakaran Hutan dan Lahan. Syarat informasinya
adalah ketersediaan, mudah dipahami, relevan, bermanfaat, tepat waktu, akurat, dan
konsisten.
 Memberhentikan konversi lahan sebelum dikeluarkannya peraturan yang secara
menyeluruh mampu menjamin dan mencega hterjadinya kebakaran hutan dan lahan.

TK 4101 Halaman 5
Tugas I Pengelolaan Limbah Industri

 Melarang dengan tegas metode bakar dalam kegiatan land clearing dan sesegera
mungkin menyusun Pedoman Pembukaan Laan Tanpa Bakar yang sifatnya tegas, jelas,
dan mudah dipahami oleh orang awam.
 Mencabut seluruh izin usaha bagi perusahaan-perusahaan yang terbukti menggunakan
metode bakar dalam proses land clearing.
 Memberlakukan insentif ekonomi sebagai rangsangan kepada perusahaan yang
melakukan land clearing tanpa metode bakar.
 Memberlakukan UU tentang pencegahan, pemantauan, dan penanggulangan kebakaran
hutan.

Komentar
Metoda pembukaan lahan dengan cara tebang habis dan pembakaran mungkin
merupakan alternatif pembukaan lahan yang paling murah, mudah dan cepat. Namun, metoda
ini sering berakibat kebakaran tidak hanya terbatas pada areal yang disiapkan untuk
pengembangan tanaman industri atau perkebunan, tetapi meluas ke hutan lindung, hutan
produksi dan lahan lainnya.  Kebakaran hutan menimbulkan dampak yang sangat luas
disamping kerugian material kayu, non kayu dan hewan. Dampak negatif yang sampai
menjadi isu global adalah asap dari hasil pembakaran yang telah melintasi batas negara. Sisa
pembakaran selain menimbulkan kabut juga mencemari udara dan meningkatkan gas rumah
kaca. Kegiatan persiapan lahan tanpa bakar cukup mahal dibandingkan dengan pembakaran
karena dibutuhkan investasi lebih besar untuk pembangunan infrastruktur dan
pengembangannya. Namun total kerugian yang diakibatkan pembukaan lahan dengan
pembakaran akan lebih besar daripada pembukaan dengan teknik zero burning. Terlebih lagi
banyak kerugian dalam berbagai bidang yang sulit dikuantifikasikan. Bidang-bidang tersebut
antara lain bidang pariwisata, politik, sosial budaya serta pandangan internasional terhadap
negara tersebut.
Di sisi lain upaya pencegahan dan pengendalian yang dilakukan selama ini masih
belum memberikan hasil yang optimal. Oleh karena itu perlu perbaikan secara menyeluruh,
mulai dari kesadaran setiap individu untuk melestarikan hutan, integritas dari setiap pihak
yang terkait langsung dengan pengendalian pembakaran hutan dan lahan, hingga pembenahan
bidang hukum dan penerapan sangsi secara tegas terhadap kasus kebakaran hutan.
Pemerintah pun perlu memberikan perhatian penuh terhadap masalah ini, tidak hanya dari
segi peraturan tetapi juga menyokong fasilitas

TK 4101 Halaman 6
Tugas I Pengelolaan Limbah Industri

Daftar Pustaka
http://www.attayaya.net/2009/02/dampak-kebakaran-hutan.html (waktu akses : 2 September
2010)
http://repository.unand.ac.id/642/ (waktu akses : 2 September 2010)
http://www.docstoc.com/docs/44753394/KEBAKARAN-HUTAN-INDONESIA-DAN-
UPAYA-PENANGGULANGANNYA (waktu akses : 2 September 2010)
Syumanda, Rully. Kejahatan terhadap Lingkungan Riau:Masalah Kebakaran dan Solusi
Berkaitan dengan Pengembangan Perkebunan dan HTI di Areal Rawa/Gambut. Walhi
Riau.

TK 4101 Halaman 7

You might also like