Professional Documents
Culture Documents
Kelompok 10
Anggota Kelompok :
1. Edith (13008042)
2. Anissa Nurdiawati (13008045)
3. Flabianus Hardi (13008046)
4. Karmelita Anggrianto (13008051)
Abstrak
Hutan merupakan sumber daya alam yang sangat penting karena di dalamnya
terkandung keanekaragaman hayati, pengatur tata air dan kesuburan tanah, pencegah banjir
dan erosi, sumber hasil hutan kayu dan non-kayu, kebudayaan, rekreasi dan pariwisata. Oleh
karena itu, pemanfaatan hutan dan perlindungannya telah diatur dalam UUD 45, UU No. 5
tahun 1990, UU No. 23 tahun 1997, UU No. 41 tahun 1999, PP No. 28 tahun 1985 dan
beberapa keputusan Menteri Kehutanan serta beberapa keputusan Dirjen PHPA dan Dirjen
Pengusahaan Hutan. Namun, peraturan yang ada belum secara efektif membendung
gangguan-gangguan yang terjadi pada hutan-hutan di Indonesia.
TK 4101 Halaman 1
Tugas I Pengelolaan Limbah Industri
Ambisi pemerintah untuk menjadi pengekspor CPO terbesar dunia yang dilatarbelakangi
kebutuhan dunia akan CPO yang semakin bertambah. Hal ini mendorong adanya
simbiosis mutualisme antara pengusaha dan penguasa untuk melaksanakan land clearing
dengan metode pembakaran yang pada akhirnya meluluhlantahkan seluruh tutupan hutan
alam Riau menjadi hanya tersisa 785 ribu hektar pada April 2003.
Kebutuhan perkebunan kelapa sawit untuk meningkatkan produksinya dengan
menaikkan pH tanah. Dengan melakukan pembakaran maka pH tanah dapat ditingkatkan
sehingga cocok bagi tanaman kelapa sawit. Salah satu contohnya adalah pembakaran
yang dilakukan di areal PT Adei Plantation & Industry.
Tahun 1999 luas perkebunan sawit di Riau tidak sampai 1 juta kini berdasarkan data terakhir
luas lahan sawit di Riau sudah mencapai 1,7 juta-2 juta hektar. Artinya dalam sebelas tahun
terakhir pertumbuhan luas lahan sawit mencapai 1 juta. Dari data ini bisa disimpulkan dari
pembakaran yang terjadi beberapa tahun terakhir di Riau adalah karena praktek pembukaan
lahan perkebunan kelapa sawit. Penyebab lainnya yaitu akibat fenomena iklim El Nino, yaitu
musim kemarau yang mencapai 11 bulan. Hal ini terjadi pada tahun 1987, 1991, 1994 dan
1997 dimana kebakaran hutan menjadi bencana nasional dan mengakibatkan pencemaran
udara oleh asap tebal.
TK 4101 Halaman 2
Tugas I Pengelolaan Limbah Industri
TK 4101 Halaman 3
Tugas I Pengelolaan Limbah Industri
TK 4101 Halaman 4
Tugas I Pengelolaan Limbah Industri
Upaya Pencegahan
Adanya Sistem Informasi Manajemen Kebakaran Hutan dan Lahan. Syarat informasinya
adalah ketersediaan, mudah dipahami, relevan, bermanfaat, tepat waktu, akurat, dan
konsisten.
Memberhentikan konversi lahan sebelum dikeluarkannya peraturan yang secara
menyeluruh mampu menjamin dan mencega hterjadinya kebakaran hutan dan lahan.
TK 4101 Halaman 5
Tugas I Pengelolaan Limbah Industri
Melarang dengan tegas metode bakar dalam kegiatan land clearing dan sesegera
mungkin menyusun Pedoman Pembukaan Laan Tanpa Bakar yang sifatnya tegas, jelas,
dan mudah dipahami oleh orang awam.
Mencabut seluruh izin usaha bagi perusahaan-perusahaan yang terbukti menggunakan
metode bakar dalam proses land clearing.
Memberlakukan insentif ekonomi sebagai rangsangan kepada perusahaan yang
melakukan land clearing tanpa metode bakar.
Memberlakukan UU tentang pencegahan, pemantauan, dan penanggulangan kebakaran
hutan.
Komentar
Metoda pembukaan lahan dengan cara tebang habis dan pembakaran mungkin
merupakan alternatif pembukaan lahan yang paling murah, mudah dan cepat. Namun, metoda
ini sering berakibat kebakaran tidak hanya terbatas pada areal yang disiapkan untuk
pengembangan tanaman industri atau perkebunan, tetapi meluas ke hutan lindung, hutan
produksi dan lahan lainnya. Kebakaran hutan menimbulkan dampak yang sangat luas
disamping kerugian material kayu, non kayu dan hewan. Dampak negatif yang sampai
menjadi isu global adalah asap dari hasil pembakaran yang telah melintasi batas negara. Sisa
pembakaran selain menimbulkan kabut juga mencemari udara dan meningkatkan gas rumah
kaca. Kegiatan persiapan lahan tanpa bakar cukup mahal dibandingkan dengan pembakaran
karena dibutuhkan investasi lebih besar untuk pembangunan infrastruktur dan
pengembangannya. Namun total kerugian yang diakibatkan pembukaan lahan dengan
pembakaran akan lebih besar daripada pembukaan dengan teknik zero burning. Terlebih lagi
banyak kerugian dalam berbagai bidang yang sulit dikuantifikasikan. Bidang-bidang tersebut
antara lain bidang pariwisata, politik, sosial budaya serta pandangan internasional terhadap
negara tersebut.
Di sisi lain upaya pencegahan dan pengendalian yang dilakukan selama ini masih
belum memberikan hasil yang optimal. Oleh karena itu perlu perbaikan secara menyeluruh,
mulai dari kesadaran setiap individu untuk melestarikan hutan, integritas dari setiap pihak
yang terkait langsung dengan pengendalian pembakaran hutan dan lahan, hingga pembenahan
bidang hukum dan penerapan sangsi secara tegas terhadap kasus kebakaran hutan.
Pemerintah pun perlu memberikan perhatian penuh terhadap masalah ini, tidak hanya dari
segi peraturan tetapi juga menyokong fasilitas
TK 4101 Halaman 6
Tugas I Pengelolaan Limbah Industri
Daftar Pustaka
http://www.attayaya.net/2009/02/dampak-kebakaran-hutan.html (waktu akses : 2 September
2010)
http://repository.unand.ac.id/642/ (waktu akses : 2 September 2010)
http://www.docstoc.com/docs/44753394/KEBAKARAN-HUTAN-INDONESIA-DAN-
UPAYA-PENANGGULANGANNYA (waktu akses : 2 September 2010)
Syumanda, Rully. Kejahatan terhadap Lingkungan Riau:Masalah Kebakaran dan Solusi
Berkaitan dengan Pengembangan Perkebunan dan HTI di Areal Rawa/Gambut. Walhi
Riau.
TK 4101 Halaman 7