Professional Documents
Culture Documents
BAB II
PEMBAHASAN
“Ilmu” berasal dari bahasa ‘Arab “alima” sama dengan kata dalam bahasa Inggris “Science”
yang berasal dari bahasa Latin “Scio” atau “Scire” yang kemudian di Indonesiakan menjadi
Sains (Sidi Gazalba, Jakarta 1973. h. 54).
Jujun S. Suriasumantri menggambarkannya dengan sangat sederhana namun penuh makna “Ilmu
adalah seluruh pengetahuan yang kita miliki dari sejak bangku SD hingga Perguruan
Tinggi”(Jujun S Suriasumantri,1990, h. 19).
Beerling, Kwee, Mooij dan Van Peursen menggambarkannya lebih luas “Ilmu timbul
berdasarkan atas hasil penyaringan, pengaturan, kuantifikasi, obyektivasi, singkatnya,
berdasarkan atas hasil pengolahan secara metodologi terhadap arus bahan-bahan pengalaman
yang dapat dikumpulkan.”(Beerling, Kwee, Mooij, Van Peursen, Yogyakarta, 1990, h. 14-15).
Sehingga dengan demikian, ilmu adalah kumpulan pengetahuan secara holistik yang tersusun
secara sistematis yang teruji secara rasional dan terbukti empiris.
Ukuran kebenaran Ilmu adalah rasionalisme dan empirisme sehingga kebenaran ilmu bersifat
Rasional dan Empiris.
Sebagai contoh: Pengetahuan tentang kaitan antara hutan gundul dengan banjir memungkinkan
kita untuk bisa meramalkan apa yang akan terjadi sekiranya hutan-hutan terus ditebang sampai
tidak tumbuh lagi. sekiranya kita tidak menginginkan timbulnya banjir sebagaimana diramalkan
oleh penjelasan tadi maka kita harus melakukan kontrol agar hutan tidak dibiarkan menjadi
gundul. Demikian juga, jka kita mengetahui bahwa hutan-hutan tidak ditebang sekiranya ada
pengawasan, maka untuk mecegah banjir kita harus melakukan kontrol agar kegiatan
pengawasan dilakukan, agar dengan demikian hutan dibiarkan tumbuh subur dan tidak
mengakibatkan banjir.
Pengetahuan tentang kaitan antara hutan gundul dengan banjir memungkinkan kita untuk bisa
meramalkan apa yang akan terjadi dan berdasarkan ramalan tersebut kita bisa melakukan upaya
untuk mengontrol agar ramalan itu menjadi kenyataan atau tidak.
deduktif : mempergunakan cara berpikir deduktif dalam menjelaskan suatu gejala dengan
menarik kesimpulan secara logis dari premis-premis yang telah ditetapkan sebelumnya.
probabilitas : merupakan penjelasan yang ditarik secara induktif dari sejumlah kasus
yang dengan demikian tidak memberi kepastian dimana penjelasan bersifat peluang
seperti “kemungkinan”, “kemungkinan besar”, atau “hampir dapat dipastikan”.
fungsional/teleologis : merupakan penjelasan yang meletakkan sebuah unsur dalam
kaitannya dengan sistem secara keseluruhan yang mempunyai karakteristik atau arah
pekembangan tertentu.
genetik : mempergunakan faktor-faktor yang timbul sebelumnya dengan menjelaskan
gejala yang muncul kemudian.
“Struktur” adalah cara bagaimana sesuatu disusun atau dibangun; susunan; bangunan
Peter R Senn dalam Ilmu Dalam Persektif (Jujun Suriasumantri) meskipun tidak secara
gamblang ia menyampaikan bahwa ilmu memiliki bangun struktur (Jujun S Suriasumantri,
Jakarta, 1981, h. 110-128)
Van Peursen menggambarkan lebih tegas bahwa “Ilmu itu bagaikan bangunan yang tersusun dari
batu bata. Batu atau unsur dasar tersebut tidak pernah langsung di dapat di alam sekitar. Lewat
observasi ilmiah batu-batu sudah dikerjakan sehingga dapat dipakai kemudian digolongkan
menurut kelompok tertentu sehingga dapat dipergunakan. Upaya ini tidak dilakukan dengan
sewenang-wenang, melainkan merupakan hasil petunjuk yang menyertai susunan limas ilmu
yang menyeluruh akan makin jelas bahwa teori secara berbeda-beda meresap sampai dasar ilmu.
Istilah yang pada ilmu pasti lama masih merujuk pada sesuatu seperti “ruang” (ruang fisis),
“garis lurus (garis lurus lintasan sinar cahaya dalam hampa udara), sekarang lebih baik diganti
dengan lambang tanpa arti seperti X, Y. Pakatan tertentu (disebut aksioma) yang sebetulnya
merupakan semacam definisi mengenai istilah-istilah itu, memberikan petunjuk bagaimana
“pengertian dasar” ini dapat dipergunakan”.(Van Peursen, Jakarta, 1989, h. 28).
Skema struktur dan proses pengetahuan ilmiah
Teori
Teori merupakan pengetahuan ilmiah yang mencakup penjelasan menjadi suatu faktor tertentu
dari sebuah disiplin keilmuan.
Tujuan akhir disiplin keilmuan adalah mengembangkan sebuah teori keilmuan yang bersifat utuh
dan konsisten.
Hukum
Hukum pada hakekatnya merupakan pernyataan yang menyatakan hubungan antara dua variable
atau lebih dalam suatu kaitan sebab akibat.
Misalnya : teori ekonomi mikro terdiri dari hukum penawaran dan permintaan.
Teori adalah pengetahuan ilmiah yang memberikan penjelasan tentang “mengapa” suatu gejala-
gejala terjadi sedangkan hukum adalah memberikan kemampuan kepada kita untuk meramalkan
tentang “apa” yang mungkin terjadi.
Dimana Teori dan Hukum merupakan “alat” kontrol gejala alam yang bersifat universal.
Teori-teori yang tingkat keumumannya rendah disatukan menjadi satu teori yang mampu
mengikat keseluruhan teori-teori tersebut.
Misalnya Teori yang dikemukakan oleh Ptolomeus, Copernicus, Johannes Keppler kemudian
disatukan kedalam sebuah teori yang dikemukakan oleh Newton.
Ilmu teoritis terdiri dari sebuah sistem pernyataan. Dimana beberapa ilmu teoritis ini disatukan
dalam sebuah konsep dan dinyatakan dalam sebuah teori. Makin tinggi tingkat keumuman suatu
konsep maka makin “teoritis” konsep tersebut.
Makin teoritis suatu konsep maka makin jauh pernyataan yang dikandungnya bila dikaitkan
dengan gejala-gejala fisik yang tampak nyata.
Kegunaan praktis dari sebuah konsep yang bersifat teoritis baru dapat dikembangkan sekiranya
konsep yang bersifat mendasar tersebut diterapkan pada masalah-masalah yang bersifat praktis.
Sehingga kita sering mendengar konsep dasar dan konsep terapan yang diwujudkan dalam
bentuk ilmu dasar/murni dan ilmu terapan serta penelitian dasar dan penelitian terapan.
Ragam Proposisi
1. Asas ilmiah: suatu asas atau prinsip adalah sebuah proposisi yang mengandung
kebenaran umum berdasarkan fakta-fakta yang telah diamati.
2. Kaidah ilmiah: suatu kaidah atau hukum dalam pengetahuan ilmiah adalah sebuah
proposisi yang mengungkapkan keajegan atau hubungan tertib yang dapat diperiksa
kebenarannya diantara fenomena.
3. Teori ilmiah: suatu teori dalam scientific knowledge adalah sekumpulan proposisi yang
saling berkaitan secara logis untuk memberi penjelasan mengenai sejumlah fenomena.
Prinsip merupakan pernyatan yang berlaku secara umum bagi sekelompok gejala-gejala tertentu,
yang mampu menjelaskan kejadian yang terjadi, misalnya saja hukum sebab akibat sebuah
gejala.
Postulat merupakan asumsi dasar yang kebenarannya kita terima tanpa dituntut pembuktian.
Kebenaran ilmiah pada hakikatnya harus disatukan lewat sebuah proses yang disebut metode
ilmiah, tapi postulat ilmiah yang ditetapkan tanpa melalui prosedur ini melainkan ditetapkan
secara begitu saja. Bila postulat dalam pengajuannya tidak memerlukan bukti tentang
kebenarannya maka hal ini berlainan dengan asumsi yang harus ditetapkan dalam sebuah
argumentasi ilmiah. Asumsi merupakan pernyataan yang kebenarannya secara empiris dapat
diuji.
Sebagai contoh umpamanya kita dapat mengambil cara orang mengemudikan mobil dijalan raya.
Sekiranya orang itu beranggapan bahwa keadaan jalan raya pada waktu pagi buta adalah aman
disebabkan karena jarangnya kenderaan yang lalu lalang, maka kemungkinan besar orang itu
akan mengendarai mobilnya secara kurang hati-hati, toh asumsinya bahawa jalanan adalah aman
bukan? Sebaliknya mungkin juga terdapat orang lain yang mempunyai pendapat yang berbeda.
Menurut penilainnya justru pada pagi butalah keadaan jalanan adalah sangat tidak aman
disebabkan banyak orang mengendarai mobil secara sembrono. Oleh sebab itu maka dia memilih
asumsinya bahwa keadaan jalan raya adalah tidak aman.Itulah sebabnya maka asumsi ini harus
dibuktikan kebenarannya sebab dengan asumsi yang tidak benar kita akan memilih cara yang
tidak benar pula.
Kehidupan manusia pada dasarnya berpangkal pada sifat dasar yang berhasrat dan ingin berbuat
(to know and to do) dan pengetahuan teoretis akan memuaskan hasrat mengetahui, sedang
pengetahuan praktis dapat memenuhi keinginan berbuat. Dengan demikian, dalam konsepsi kami
ilmu akan dibedakan pertama-tama dalam dua ragam:
Pembedaan antara pengetahuan teoretis dan pengetahuan praktis sudah dikenal sejak zaman
Yunani Kuno. Misalnya filsuf Aristoteles membagi kumpulan pengetahuan rasional menjadi tiga
kelompok: pengetahuan teoretis (misalnya fisika), pengetahuan praktis (misalnya etika), dan
pengetahuan produktif (misalnya retorika). Pembagian selanjutnya sebagai pelengkap pembagian
menurut ragam ialah pembagian ilmu menurut jenisnya. Ini merupakan suatu pembagian ilmu
yang memakai isi substansif itu dicerminkan oleh pokok soal atau objek material dari
pengetahuan yang bersangkutan. Oleh karena ditunjukan dan diketahui obyek material yang
ditelaah menjadi pengetahuan itu, maka dalam pembagian jenis ilmu biasanya orang dapat serta
merta mengetahui hal apa saja yang menjadi sasaran jenis-jenis ilmu yang dikemukakan,
walaupun mungkin hanya
Penelitian murni atau penelitian dasar adalah penelitian yang bertujuan untuk menemukan
pengetahuan baru yang sebelumnya belum pernah diketahui.
Ilmu-ilmu murni kemudian berkembang menjadi ilmu-ilmu terapan, seperti contoh dibawah ini :
Cabang utama ilmu-ilmu sosial yakni antropologi (mempelajari manusia dalam perspektif
waktu dan tempat), psikologi (mempelajari proses mental dan kelakuan manusia), ekonomi
(mempelajari manusia dalam memenuhi kebutuhannya lewat proses pertukaran), sosiologi
(mempelajari struktur organisasi sosial manusia) dan ilmu politik (mempelajari sistem dan proses
dalam kehidupan manusia berpemerintahan dan bernegara).
Cabang utama ilmu-ilniu sosial yang lainnya mempunyai cabang-cabang lagi seperti
antropologi terpecah menjadi lima yakni, arkeologi, antropologi fisik, linguistik, etnologi dan
antropologi sosial/kultural, semua itu kita golongkan ke dalam ilmu murni.
Ilmu murni merupakan kumpulan teori-teori ilmiah yang bersifat dasar dan teoritis yang
belum dikaitkan dengan masalah kehidupan yang bersifat praktis. Ilmu terapan merupakan
aplikasi ilmu murni kepada masalah-masalah kehidupan yang mempunyai manfaat praktis.
Banyak sekali konsep ilmu-ilmu sosil “murni” dapat diterapkan langsung kepada
kehidupan praktis, ekonomi umpamanya, meminjam perkataan Paul Samuelson, merupakan ilmu
yang beruntung (Fortunate) karena dapat diterapkan langsung kepada kebijaksanaan umum
(public policy).
Penelitian murni atau penelitian dasar adalah penelitian yang bertujuan untuk menemukan
pengetahuan baru yang sebelumnya belum pernah diketahui.
Penelitian terapan adalah penelitian yang bertujuan untuk mempergunakan pengetahuan ilmiah
yang telah diketahui untuk memecahkan masalah kehidupan yang bersifat praktis. Penelitian
terapan inilah yang nantinya menghasikan teknologi-teknologi.
Manusia disebut juga Homo Faber (makhluk yang membuat peralatan) disamping Homo Sapiens
(makhluk yang berpikir) yang mencerminkan kaitan antara pengetahuan yang bersifat teoritis
dengan teknologi yang bersifat praktis.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Struktur ilmu dalam filsafat ilmu merupakan bagian yang penting dipelajari mengingat
ilmu merupakan suatu bangunan yang tersusun bersistem dan kompleks.
Melalui ilmu kita dapat menjelaskan, meramal dan mengontrol setiap gejala-gejala alam
yang terjadi.
Tujuan akhir dari disiplin keilmuan yaitu mengembangkan sebuah teori keilmuan yang
bersifat utuh dan konsisten.
Makin tinggi tingkat keumuman suatu konsep maka makin teoritis konsep tersebut.
Makin teoritis suatu konsep maka makin jauh penyataan yang dikandungnya.
Ilmu-ilmu murni berkembang menjadi ilmu-ilmu terapan. Ilmu-ilmu terapan ini akan
melahirkan teknologi atau peralatan-peralatan yang berfungsi sebagai sarana yang
memberi kemudahan dalam kehidupan.
B. SARAN
Dengan mengetahui struktur dari ilmu ini maka dapat kita bedakan nantinya pemahaman dari
sejauh mana kajian mengenai gejala-gejala alam. Bekal ini pula yang nantinya kita pergunakan
dalam penelitian-penelitian yang akan kita lakukan. Tampaknya akal budi manusia tidak
mungkin berhenti berpikir, hasrat mengetahui ilmuan tidak dapat padam, dan keinginan berbuat
seseorang tidak bisa dihapuskan. Ini berarti perkembangbiakan pengetahuan ilmiah akan berjalan
terus dan pembagian ilmu yang sistematis perlu dari waktu ke waktu diperbaharui.
DAFTAR PUSTAKA
Beerling, Kwee, Mooij, Van Peursen, 1990, Pengantar Filsafat Ilmu, Yogyakarta, Tiara
Wacana
http://alfaned.multiply.com/journal/item/1/STRUKTUR_ILMU_DALAM_FILSAFAT_ILMU
Rabu, 05 Mei 2010
RUANG LINGKUP DAN KEDUDUKAN FILSAFAT ILMU
DAFTAR PUSTAKA
Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat Universitas Gaja Mada (UGM), 2007, Filsafat Ilmu
Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan, Liberty, Yogyakarta.
Soetrisno dan Hanafi, Rita, 2007, Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian, Penerbit Andi,
Yogyakarta.
Salam, Burhanuddin, 2000, Sejarah Filsafat Ilmu dan Teknologi, Rineka Cipta, Jakarta.
http://taliabupomai.blogspot.com/2010/05/ruang-lingkup-dan-kedudukan-filsafat.html
Tugas
Mata Kuliah : Filsafat Ilmu
Dosen : Prof. Dr. T. Fatima Djajasudarma, Drs.
Maqbul Halim
L2G04026
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG 2004