You are on page 1of 8

September 17

KEPEMIMPINAN:
Pendekatan & Efektifitas 2010

Oleh:
Makalah Matakuliah Dasar Dasar Teori Adminstrasi
Hanif Mauludin
Program Doktor Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya
1070301011111011
KEPEMIMPINAN: Pendekatan & Efektivitas 2

PENDAHULUAN
Dalam kerangka perkembangan ilmu pengetahuan, Kepemimpinan merupakan salah
satu cabang dari pada kelompok Ilmu Administrasi, Sedangkan Ilmu Adminsitrasi termasuk
salah satu cabang dari Ilmu-Ilmu Sosial. Ilmu sosial pada dasarnya ilmu yang mengkaji
hubungan antar manusia sebagai mahluk sosial dalam kontek sebagai individu maupun
kelopmpok: yang berkomunikasi, bekerja sama, saling membutuhkan, saling mengisi guna
mencapai tujuannya.
Sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan, kepemimpinan memiliki peranan
penting dalam kerangka manajemen, sebab peranan seorang pemimpin pada dasarnya
merupakan penjabaran serangkaian fungsi kepemimpinan. Sedangkan fungsi kepemimpinan
itu sendiri sesungguhnya merupakan salah satu di antara peranan manajer dalam rangka
mengajak atau menghimbau semua bawahan atau pengikut, agar dengan penuh kemauman
dan kesadaran memberikan pengabdian dalam mencapai tujuan organisasi, sesuai dengan
kemampuan secara maksimal. Oleh karena itu, timbul berbagai macam definisi
kepemimpinan, baik kepemimpinan dipandang sebagai suatu ilmu, kemampuan pribadi
seseorang, maupun kepemimpinan yang dilihat sebagai suatu proses.
kajian tentang kepemimpinan umumnya ditinjau dari tiga macam pendekatan:
Pertama studi kepemimpinan yang mencoba mengadakan identifikasi berbagai sifat para
pemimpin, yakni dalam usaha menjawab/pertanyaan How one becames a leader, Kedua
studi kepemimpinan yang menekankan kepada berbagai perilaku pemimpin yaitu untuk
memberikan jawaban atas pertanyaan How leaders behave, Ketiga studi kepemimpinan
yang disebut pendekatan kontingensi, yaitu satu studi kepemimpinan yang hakikatnya
berusaha untuk memenuhi jawaban atas pertanyaan What makes the leaders effective.
Dari ketiga bidang tersebut pada hakikatnya adalah keinginan untuk merumuskan
konsep efektivitas pemimpin yang dianalisis dari berbagai sudut pandang, yaitu sifat-sifat
pribadi dan perilaku pemimpin dikaitkan dengan berbagai faktor-faktor situasi yang
menguntungkan.

DEFINISI KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan adalah suatu upaya penggunaan jenis pengaruh bukan paksaan
(concoersive) untuk memotivasi orang orang mencapai tujuan tertentu.
Leadership is the exercises of authority and the making of decisions. (Kepemimpinan
adalah aktivitas para pemegang kekuasaan dan membuat keputusan).
Leadership is the initiation of acts that result in a consistent pattern of group
interaction directed to word the solution of mutual problems. (Kepemimpinan adalah
langkah pertama yang hasilnya berupa pola interaksi kelompok yang konsisten dan
bertujuan menyelesaikan problem-problem yang saling berkaitan)
KEPEMIMPINAN: Pendekatan & Efektivitas 3

Leadership is the process of influencing group activities toward goal setting and goal
achievement. (Kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi aktivitas kelompok dalam
rangka perumusan dan pencapaian tujuan)
Dari berbagai batasan definisi kepemimpinan tersebut, para ahli manajemen
berpendapat bahwa kepemimpinan sebagai suatu konsep manajemen di dalam kehidupan
organisasi mempunyai kedudukan strategis dan merupakan gejala sosial yang selalu
diperlukan dalam kehidupan kelompok. Mempunyai kedudukan strategis karena
kepemimpinan merupakan titik sentral dan dinamisator bagi seluruh proses kegiatan
organisasi, sehingga kepemimpinan mempunyai peranan sentral di dalam menentukan
dinamika organisasi. Di samping kedudukannya yang strategis, kepemimpinan mutlak
diperlukan, karena adanya interaksi kerja sama antara dua orang atau lebih dalam mencapai
tujuan organisasi. Dengan demikian dapat disimpulkan kepemimpinan adalah suatu jenis
tingkah laku tertentu yg dapat berpengaruh pada individu lainnya dimana individu lainnya itu
bersedia untuk mengikuti sikap dan tindakan seperti yg diinginkan pimpinannya tersebut.

PENDEKATAN TEORI KEPEMIMPINAN


Pendekatan dasar terhadap kepemimpinan dapat dikelompokkan dalam tiga model:
Traits Model, Behavioral Model dan Contingency Model.

Trait Model
Model ini mengasumsikan bahwa kondisi fisik dan karakteristik personal tertentu adalah
penting bagi kesuksesan pemimpin. Sifat sifat pokok tersebut antara lain: kondisi fisik
(energik, tegap, kuat dl). Latar belakang social (pendidikan dan berwawasan luas).
Kepribadian(adaptif, agresif, emosi stabil, popular dan kooperatif). Karakteristik yang
berhubungan dengan tugas ( dorongan utk maju, bertanggungjawab, inisiatif, cakap dalam
komunikasi interpersonal). Pada awal perkembangannya, teori ini kuang bisa memberikan
jawaban yang memuaskan bagi peneliti kepemimpinan karena dalam model ini efektivitas
kepemimpin hanya bertumpu pada pribadi pemimpin. Namun akhir akhir ini trait model
sempat menjadi isu utama dalam kajian kepemimpinan. Hasil penelitian terbaru
mengidentifikasi lima ciri kepribadian utama yang dikenal dengan five factor model (FFM)
berdampak pada efektivitas kepemimpinan. Kelima faktor tersebut adalah: kesungguhan,
stabilitas emosi, sifat menyenangkan, ektraversi, dan terbuka pada pengalaman. Sikap-
kepribadian sangat membantu seseorang menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Katz
menyatakan bahwa sikap/kepribadian bertindak sebagai empat fungsi penting dalam proses
penyesuaian tersebut: fungsi penyesuaian, fungsi pertahanan ego, fungsi mengekspresikan
nilai dan fungsi pengetahuan.
KEPEMIMPINAN: Pendekatan & Efektivitas 4

Behavioral Model
Pendekatan dengan model perilaku membahas suatu cara untuk mengidentifikasi pemimpin
yang efektif melalui profil perilaku pemimpin. Banyak studi yang telah menjelaskan tentang
model perilaku dalam kepemimpinan antara lain: teori X dan Y oleh Mcgregor, teori Z oleh
Wiliam Ouchi, Model OHIO state university, dan Profil perilaku oleh G.yukl.

Teori X dan Y
Dalam teori X dan Y pemimpin percaya bahwa bawahannya termotivasi semata mata karena
uang, tidak mau bekerja sama, mempunyai kebiasan kerja yang buruk sehingga pemimpin
harus menggunakan gaya kepemimpinan direktif maupun otokratik(teori x).
Pada sisi yang lain pemimpin percaya bahwa bawahan tidak sekedar termotivasi oleh uang,
mau bekerja sama dan sebagai pekerja yang baik. Dalam kondisi seperti ini pemimpin akan
menggunakan gaya partisipatif, demokratik maupun delegatif (teori Y).

Teori Z
Dalam teori Z dibangun sebuah komtmen terhadap masa tugas pegawai sampai paripurna,
penilaian dan promosi yang lambat, pengambilan keputusan atas dasar consensus atau
persetujua bersama, tanggung jawab secara kolektif, control secara implicit dan bersifat
informal dan perhatian sepenuhnya kepada pegawai.

Model OHIO state university


Model ini mengidentifikasi dua gaya kepemimpinan: 1. Gaya penuh perhatian
(pertimbangan): seorang pemimpin yang mempunyai kemampuan dalam membina
hubungan pribadi menyangkut perilaku bersahabat, kepercayaan tmbal balik, respek dan
harmonis. 2. Gaya memprakarsai suatu struktur: pemimpin memprakarsai adanya suatu
struktur agar pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan bisa berjalan secara tepat. Pemimpin
mengorganisasi dan menetapkan hubungan dalam kelompok tersebut dengan membentuk
pola dan saluran komunikasi dan menunjukkan cara cara penyelesaian pekerjaan.

Model profil perilaku pemimpin G.Yukl


Yukl mengembangkan profil perilaku pemimpin dan kategori perilakunya dengan maksud
untuk mengetahui aspek aspek kepemimpinan yang harus dimiliki dan dikembangkan.
Kategori tersebut dapat diringkas meliputi: penetapan tujuan, perencanaan, perhatian thd
prestasi, koordinasi, pengakuan, pendelegasian otonomi, penyebaran informasi, pelatihan,
fasilitas, pengelolaan konflik dan kedisiplinan.
KEPEMIMPINAN: Pendekatan & Efektivitas 5

Model Contingency
Model ini memfokuskan pentingnya situasi dalam menetapkan gaya kepemimpinan
yang sesuai dengan setiap masalah yang dihadapi. Dalam model contingency meliputi teori
Fiedler, teori path goal Robert House, teori Vroom-Yetton, dan teori daur hidup Hersey dan
Blanchard.

Teori Fiedler
Fiedler mendalilkan bahwa prestasi kelompok tergantung pada iteraksi antara gaya
kepemiminan dengan situasi yang menguntungkan. Situasi yang menguntungkan ini
dideskripsikan sebagai tiga dimensi empiris: Hubungan pemimpin-anggota, Tingkat struktur
tugas dan Posisi kekuasaan pemimpin (melalui otoritas formal). Pemimpin yang secara
umum diterima dan dihormati oleh anggotanya, desain tugas sangat terstruktur dan jelas,
serta otoritas dan wewenang dihubungkan dengan posisi pemimpin sudah tepat maka akan
menciptakan situasinya menyenangkan. Dalam kondisi ini akan terjadi efektivitas
kepemimpinan.
Fiedler menegaskan bahwa dalam apikasi gaya kepemimpinan perlu dilakukan: 1.
Memahami gaya kepemimpinan. 2. Mendiagnosa situasi. 3. Menerapkan gaya
kepemimpinan yang relevan.
Selanjutnya Fiedler mengelompokkan gaya seorang pemimpin kedalam gaya kepemimpinan
yang berorientasi pada orang (hubungan) dan berorientasi pada tugas. Pemimpin yang
berorientasi pada hubungan akan mendapat kepuasan apabilaterjadi hubungan yang mapan
antar sesama anggota kelompok dalam suatu pekerjaan serta menekankan terciptanya
perasaan positif terhadap bawahan. Gaya berasumsi pemimpin akan aktif dalam
mlaksanakan tugas tugasnya bila mampu menjalin hubungan baik dengan terhadap.
Sedangkan pemimpin yang berorientasi tugas memandang bahwa dirinya akan merasa puas
apabila mampu menyelesaikan tugas tugas yang ada padanya. Bawahan dituntut untuk
menyelesaikan tugas tugasnya. Pemimpin dengan gaya ini mengabaikan aspek aspek
hubungan antar manusia bahkan mengabaikan perasahaan bawahannya terhadap gaya
kepemimpinan yang diterapkan.

Teori Vroom-Yetton
Vroom-Yetton menyediakan suatu model normative yang menjelaskan bagaimana
pemimpin harus memimpin dalam berbagai situasi. Model ini menunjukkan tidak ada corak
kepemimpinan tunggal yang dapat diterapkan pada semua situasi. Oleh karena itu Vroom
membagi gaya kepemimpinan kedalam dua gaya autocratic yang berbeda(AI dan AII) dan
dua gaya consultative yang berbeda (CI dan CII) dan gaya yang ada pada kelompok (GII).
KEPEMIMPINAN: Pendekatan & Efektivitas 6

Teori Path-Goal Model


Path-Goal Model (Robert House) menyatakan bahwa efektivitivitas pemimpin
tergantung pada seberapa baik pemimpin dapat memberikan bimbingan motivasi, dan
dukungan untuk mencapai tujuan atau sasaran para pengikutnya. Untuk itu pemimpin perlu
memperjelas spesifikasi tugas tugas bawahannya, mengurangi atau menghilangkan
penghambat penyelesaian tugas dan meningkatkan kesempatan untuk memperoleh
kepuasan yang berkaitan dengan tugas. Lebih lanjut Robert house mengemukakan 4 gaya
kepemimpinan yang menjadi perilaku seorang pemimpin yaitu:
Kepemimpinan yang berorientasi pada prestasi. Pemimpin mengatur tujuan yang
menantang bawahan untuk menunjukkan kepercayaan diri mereka bahwa mereka akan
mencapai tujuan dan memiliki kinerja baik.
Kepemimpinan direktif. Bawahan mengetahui dengan pasti apa yang diharapkan dari
mereka dan pemimpin memberikan pengarahan yang spesifik. Tidak ada patisipasi
bawahan.
Kepemimpinan partisipatif. Pemimpin meminta dan menggunakan saran dari bawahan
tetapi masih membuat keputusan dan
Kepemimpinan supportif. Pemimpi dengan gaya ini memiliki sikap ramah, mudah didekati
dan menunjukkan perhatian khusus kepada bawahan.

Teori Life Cycle Theory


Teori ini merupakan pengembangan dari teori OHIO state. Teori ini mengidentifikasi
dua gaya utama: task style (pemimpin mengorganisasikan dan menentukan peran bagi para
anggota kelompok kerja; menjeskan tugas tugas anggota-kapan-dimana-serta bagaimana
mengerjakannya). Relationship style (pemimpin memiliki hubungan yang dekat dengan
anggota kelompok, komunikasi terbuka, ada dukungan psikologis dan emosional). Hersey
juga menggabungkan faktor kedewasaan anggota dalam variable situasional dengan criteria:
tingkat motivasi dalam prestasi, kesediaan tanggungjawab dan kualitas pendidikan atau
pengalaman.
Dalam Life CycleTtheory, Hersey dan Blanchard membagi gaya kepemimpinan
menjadi 4 gaya:
Gaya instruksi (telling). Gaya ini merupakan gaya dalam situasi tugas tinggi dan hubungan
rendah dan efektif jika bawahan berada dalam tingkat kedewasaan sangat rendah.
Gaya konsultasi (selling). Gaya ini merupakan gaya dalam situasi tugas tinggi dan hubungan
rendah dan efektif jika bawahan berada dalam tingkat kedewasaan rendah.
Gaya partisipasi (participating). Gaya ini merupakan gaya dalam situasi tugas rendah dan
hubungan tinggi dan efektif jika bawahan berada dalam tingkat kedewasaan tinggi.
Gaya delegasi (delegating). Gaya ini merupakan gaya dalam situasi tugas rendah dan
hubungan rendah dan efektif jika bawahan berada dalam tingkat kedewasaan sangat tinggi.
KEPEMIMPINAN: Pendekatan & Efektivitas 7

EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN
Dari beberapa gaya kepemimpinan yang telah dibahas pada bagian terdahulu dapat
disimpulkan tidak ada gaya kepemimpinan yang jelek dan tidak ada satu gaya kepempinan
yang selalu tepat untuk semua situasi. Tingkat efektivitas gaya kepemimpinan dipengaruhi
oleh faktor situasional yang ada pada diri pemimpin, bawahan dan faktor situasi diluar
keduanya. Faktor situasional yang berkaitan dengan pemimpin dapat dipelajari dalam traits
model. Faktor stuasional bawahan meliputi hubungan antara kebutuhan bawahan dengan
tugas yang dihadapi, kematangan psokologisnya yang berkaitan dengan ketrampilan dan
kemampuanmelaksanakan suatu tugas. Sedangkan faktor situasi yang perlu dpertimbangkan
adalah nilai nilai organisasi, misi dan tujuan organisasi, kapasitas organisasi, suasana kerja,
kompleksitas tugas, struktur dan derajat otonomi.
Dengan demikian efektivitas gaya kepemimpinan ditentukan oleh kemampuan
pemimpin dalam menguasai faktor-faktor situasional tersebut yang didukung oleh
kemampuan beradaptasi dengan situasi yang dihadapi tersebut.

KESIMPULAN
Teori kepemimpinan mengalami perkembangan yang sangat komplek. Dimulai dari
trait model yang menggunakan sikap dan kepribadian seseoarang sebagai modal utama
dalam kepemimpinan. Kemudian berkembang menjadi behavior Model yang lebih
mendasarkan pada perilaku sebagai factor penentu efektivitas kepemimpinan. Pada
akhirnya efektivitas kepemimpinan merupakan fungsi dari gaya dan situasi. Perkembangan
teori kepemimpinan telah membawa para akademisi maupun praktisi bisnis semakin faham
bahwa tidak ada satu model atau satu gaya yang efektif diterapkan pada berbagai peluang
situasi dalam organisasi. Efektivitas tergantung pada bagaimana seorang pemimpin meracik
atau memformulasikan berbagai situasi untuk menemukan gaya yang sesuai dengan situasi
tersebut.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemimpin dituntut untuk fleksibel dalam
menghadapi situasi. Adakalanya pemimpin lebih berorientasi pada pekerjaan pada situasi
tertentu namun bisa juga pemimpin berorientasi pada hubungan manusia. Dalam kaitannya
dengan kematangan bawahan pemimpin dituntut flesibel dalam menerapkan gaya
kepemimpinannya (direktif, suportif, konsultatif, partisipatif dan delegatif). Dalam kaitannya
dengan pekerjaan pemimpin dituntut fleksibel sesuai dengan struktur pekerjaaan yang ada.
Dalam kaitanya dengan pengambilan keputusan dituntut fleksibel dalam menentukan
tingkat partispasi dan delegasi. Untuk mengetahui tingkat efetivitas kepemimpinan
diperlukan suatu mekanisme umpan balik sebagai bahan evaluasi. Dari hasil umpan balik ini
akan diketahui sejauhmana respon bawahan terhadap prestasi, penghargaan dan gaya
kepemimpinan.
KEPEMIMPINAN: Pendekatan & Efektivitas 8

SUMBER BACAAN:
1. Abi sujak, Kepemimpinan Manajer: eksistensiya dalam perilaku organisasi. 1990
2. Fred Luthans, Perilaku Organisasi, 2006
3. Gendro Salim, Leadership With NLP. 2009
4. Gibson et all, Organisasi: Perilaku-Struktur-Proses. 1990

Catatan:






You might also like