You are on page 1of 5

Kamis, 04 Februari 2010

Makalah Pembiayaan Pendidikan Terpadu

BAB I
PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan upaya yang dapat mempercepat pengembangan SDM untuk mampu
mengemban tugas yang dibebankan kepadanya. Pendidikan merupakan salah satu faktor sangat
penting dalam kehidupan manusia masa akan datang, sebab pendidikan merupakan suatu proses
pembentukan manusia untuk menumbuh kembangkan potensi yang ada. Sangat jelas dinyatakan
dalam UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; Pasal 3, fungsi dan tujuan
pendidikan nasional adalah penyelenggaraan pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri.

Pembiayaan pendidikan merupakan suatu konsep yang seharusnya ada dan tidak dapat dipahami
tanpa mengkaji konsep-konsep yang mendasarinya. Ada anggapan bahwa pembicarakan
pembiayaan pendidikan tidak lepas dari persoalan ekonomi pendidikan. Johns dan Morphet
(1970:85) “Mengemukakan bahwa pendidikan itu mempunyai peranan vital terhadap ekonomi
dan negara modern. Dikemukakan hasil penelitian akhir-akhir ini menunjukkan bahwa
pendidikan merupakan a major contributor terhadap pertumbuhan ekonomi”. Secara umum
pembiayaan pendidikan adalah sebuah kompleksitas, yang didalamnya akan terdapat saling
keterkaitan pada setiap komponen, yang memiliki rentang yang bersifat mikro (satuan
pendidikan) hingga yang makro (nasional), yang meliputi sumber-sumber pembiayaan
pendidikan, sistem dan mekanisme pengalokasiannya, efektivitas dan efisiensi dalam
penggunaannya, akutabilitas hasilnya yang diukur dari perubahan-perubahan yang terjadi pada
semua tataran, khususnya sekolah, dan permasalahan-permasalahan yang masih terkait dengan
pembiayaan pendidikan.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pembiayaan Dalam Pengembangan Pendidikan.


Pendidikan merupakan salah satu faktor penting untuk miningkatkan Sumber Daya Manusia
(SDM) yang berkualitas. Dalam UUD 1945 pasal 31 “Tiap-tiap warga negara berhak mendapat
pengajaran.” Hal ini membuktikan adanya langkah pemerataan pendidikan bagi seluruh warga
negara Indonesia. Kenyataannya, tidak semua orang dapat memperoleh pendidikan yang
selayaknya, dikarenakan berbagai faktor termasuk mahalnya biaya pendidikan yang harus
dikeluarkan. Kondisi inilah kemudian mendorong dimasukannya klausal tentang pendidikan
dalam amandemen UUD 1945. Konstitusi mengamanatkan kewajiban pemerintah untuk
mengalokasikan biaya pendidikan 20% dari APBN maupun APBD agar masyarakat dapat
memperoleh pelayanan pendidikan. Ketentuan ini memberikan jaminan bahwa ada alokasi dana
yang secara pasti digunakan untuk penyelenggaraan pendidikan. Namun, dalam pelaksanaanya
pemerintah belum punya kapasitas finansial yang memadai, sehingga alokasi dana tersebut
dicicil dengan komitmen peningatan alokasi tiap tahunnya.
Peningkatan kualitas pendidikan diharapkan dapat menghasilkan mamfaat berupa peningkatan
kualitas SDM. Disisi lain, prioritas alokasi pembiayaan pendidikan seyogianya diorientasikan
untuk mengatasi permasalahan dalam hal aksebilitas dan daya tampung. Karena itu, dalam
mengukur efektifitas pembiayaan pendidikan, terdapat sejumlah prasyarat yang perlu dipenuhi
agar alokasi anggaran yang tersedia dapat terarah penggunaannya.
Menurut Adam Smith, Human Capital yang berupa kemampuan dan kecakapan yang diperoleh
melalui Pendidikan, belajar sendiri, belajar sambil bekerja memerlukan biaya yang dikeluarkan
oleh yang bersangkutan. Perolehan ketrampilan dan kemampuan akan menghasilkan tingkat
balik Rate of Return yang sangat tinggi terhadap penghasilan seseorang. Berdasarkan pendekatan
Human Kapital ada hubungan Lenier antara Investment Pendidikan dengan Higher Productivity
dan Higher Earning. Manusia sebagai modal dasar yang di Infestasikan akan menghasilkan
manusia terdidik yang produktif dan meningkatnya penghasilan sebagai akibat dari kualitas kerja
yang ditampilkan oleh manusia terdidik tersebut,dengan demikian manusia yang memperoleh
penghasilan lebih besar dia akan membayar pajak dalam jumlah yang besar dengan demikian
dengan sendirinya dapat meningkatkan pendapatan negara.
Peningkatan ketrampilan yang dapat mengahasilkan tenaga kerja yang Produktivitasnya tinggi
dapat dilakukan melalui Pendidikan yang dalam pembiayaannya menggunakan efesiensi Internal
dan Eksternal. Dalam upaya mengembangkan suatu sistem pendidikan nasional yang berporos
pada pada pemerataan, relevansi, mutu, efisiensi, dan efektivitas dikaitkan dengan tujuan dan
cita-cita pendidikan kita, namun dalam kenyataannya perlu direnungkan, dikaji, dibahas, baik
dari segi pemikira tioritis maupun pengamatan emperik.
Untuk dapat tercapai tujuan pendidikan yang optimal, maka salah satunya hal paling penting
adalah mengelola biaya dengan baik sesuai dengan kebutuhan dana yang diperlukan.
Administrasi pembiayaan minimal mencakup perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan.
Penyaluran anggaran perlu dilakukan secara strategis dan intergratif antara stakeholder agar
mewujutkan kondisi ini, perlu dibangun rasa saling percaya, baik internal pemerintah maupun
antara pemerintah dengan masyarakat dan masyarakat dengan masyarakat itu sendiri dapat
ditumbuhkan. Keterbukaan, partisipasi, akuntabilitas dalam penyelenggaraan pendidikan mulai
dari perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan menjadi kata- kata kunci untuk mewujutkan
efektifitas pembiayaan pendidikan.

B. Faktor Mempengaruhi Biaya Pendidikan dan Macam Jenisnya


a. Faktor yang Mempengaruhi Biaya Pendidikan.
Lembaga pendidikan sebagai produsen jasa pendidikan, seperti halnya pada bidang usaha lainnya
menghadapi masalah yang sama, yaitu biaya produksi, tetapi ada beberapa kesulitan khusus
mengenai penerapan perhitungan biaya produksi. J Hallack (2004:63) mengemukakan tiga
macam kesulitan, yaitu berkenaan dengan (1) definisi biaya produksi, (2) identifikasi transaksi
ekonomi yang berhubungan dengan pendidikan, dan (3) suatu kenyataan bahwa pendidikan
mempunyai sifat sebagai pelayan umum.
Produksi pendidikan diartikan sebagai unit pelayanan khusus (units of specific services). Unit
output harus meliputi dimensi waktu, seperti tahun belajar atau jam belajar agar biaya-biaya
dalam mempersiapkan output dibandingkan input. Input meliputi barang-barang yang dibeli dan
orang-orang yang disewakan untuk menyediakan jasa itu. Diantara masukan (input) yang penting
dalam sistem bidang pendidikan ruang, peralatan, buku, material, dan waktu para guru dan
karyawan lain. Output menjadi hasil tambahan yang diakibatkan oleh suatu kenaikan biaya
pendidikan yang diterima disekolah, selagi masukan (input) menjadi bagian biaya kenaikan itu.
Suatu unsur biaya tambahan, yang tidak hadir di fungsi produksi yang terdahulu, menjadi biaya
kesempatan dari siswa.
Analisis mengenai biaya produksi pendidikan pada dasarnya menggunakan model teori ”input-
proses-output” dimana sekolah dipandang sebagai suatu sistem industri jasa.
Prof Mark Blaug, (idochi, 2004:182) ”......Kita menghadapi suatu kelemahan yang merembes
pada fungsi produksi pendidikan, bahwa hubungan antara inputs sekolah disatu pihak, dan output
sekolah dipihak lain yang secara konvensional diukur melalui skors-skors achievement.” Faktor-
faktor yang mempengaruhi biaya dan pembiayaan pendidikan sekolah hal ini dipengaruhi oleh:
a. Kenaikan harga (rising prices)
b. Perubahan relatif dalam gaji guru (teacher’s sallaries)
c. Perubahann dalam populasi dan kenaikannya prosentasi anak disekolah negeri
d. Meningkatnya standard pendidikan (educational standards)
e. Meningkatnya usia anak yang meninggalkan sekolah
f. Meningkatnya tuntutan terhadap pendidikan lebih tinggi (higher education)

b. Macam-Macam Jenis Biaya


Beberapa jenis dan golongan biaya pendidikan yang dapat penulis paparkan berikut ini
dimaksudkan untuk memperoleh pemahaman lebih lanjut mengenai konsep pembiayaan
pendidikan.
1). Biaya Langsung dan Tidak langsung (Direct and Indirect Cost)
Biaya langsung (direct cost) diartikan sebagai pengeluaran uang yang secara langsung
membiayai penyelenggaraan pendidikan, pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat Anwar (1991:30). Biaya yang secara langsung menyentuh aspek dan proses
pendidikan. Contohnya biaya untuk gaji guru, dan pengadaan fasilitas belajar mengajar Gaffar
(1991:57). Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk keperluan pelaksanaan pengajaran dan kegiatan
belajar siswa berupa pembelian alat-alat pelajaran, sarana belajar, biaya transportasi, gaji guru
baik yang dikeluarkan oleh pemerintah, orang tua, maupun siswa sendiri Fattah (2000:23).
Biaya tidak langsung (indirect cost) diartikan sebagai biaya yang umum nya meliputi hilangnya
pendapatan peserta didik karena sedang mengikuti pendidikan (earning foregone by students),
bebasnya beban pajak karena sifat sekolah yang tidak mencari laba (cost of tux exemption),
bebas nya sewa perangkat sekolah yang tidak dipakai secara langsung dalam proses pendidikan
serta penyusutan sebagai cermin pemakaian perangkat sekolah yang sudah lama dipergunakan
(implicit rent and depreciation) Fattah (2000:24).

2). Biaya Rutin dan Biaya Pembangunan (Recurrent and Capital Cost)
Biaya rutin dan pembangunan merupakan bagian dari biaya langsung (direct cost). Biaya rutin
(recurrent cost) adalah biaya yang digunakan untuk membiayai kegiatan operasional pendidikan
selama satu tahun anggaran.Biaya ini digunakan untuk menunjang pelaksanan program
pengajaran, pembayaran gaji guru dan personil sekolah, administrasi kantor, pemeliharaan dan
perawatan sarana dan prasarana.
Menurut Gaffar (1987:162) biaya rutin dihitung berdasarkan "per student enrolled". Menurutnya
biaya rutin dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu: rata-rata gaji guru per tahun, ratio guru,
murid dan proporsi gaji guru terhadap keseluruhan biaya rutin.
Biaya pembangunan (capital cost) adalah biaya yang digunakan untuk pembelian tanah,
pembangunan ruang kelas, perpustakaan, lapangan olah raga, konstruksi bangunan, pengadaan
perlengkapan mobelair, biaya penggantian dan perbaikan. Menurut Gaffar (1987:165) biaya
pembangunan dihitung atas dasar "per student place". Menurutnya dalam menghitung biaya
pembangunan ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan, yaitu: tempat yang
menyenangkan untuk murid belajar, biaya lokasi atau tapak (site), dan biaya perabot dan
peralatan.

3). Biaya Pribadi dan Biaya Masyarakat (Private and Social Cost)
Biaya pribadi (private cost) adalah biaya yang dikeluarkan keluarga untuk membiayai sekolah
anak nya dan termasuk di dalamnya forgone opportunities. Dalam kaitan ini Jones (1985:5)
mengatakan "In the context of education these include tuitions, fees and other expenses paid for
by individuals". Dengan kata lain biaya pribadi adalah biaya sekolah yang dibayar oleh keluarga
atau individu.
Biaya masyarakat (social cost) adalah biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat untuk membiayai
sekolah (di dalamnya termasuk biaya pribadi). Dalam kaitan ini Jones (1985:5) mengatakan
"Sometimes called public cost, the include cost of educations financed through taxation. Most
public school expenses are examples of sosial costs". Dengan kata lain biaya masyarakat adalah
biaya sekolah yang dibayar oleh masyarakat.

4). Monetary Cost dan Non Monetery Cost


Monetery cost adalah semua bentuk pengeluaran dalam bentuk uang baik langsung maupun tidak
langsung yang dikeluarkan untuk kegiatan pendidikan. Sedangkan Non monetery cost adalah
semua bentuk pengeluaran yang tidak dalam bentuk uang, meskipun dapat dinilai ke dalam
bentuk uang, baik langsung maupun tidak langsung yang dikeluarkan untuk kegiatan pendidikan,
misalnya materi, waktu, tenaga, dan lain-lain.
Berdasarkan uraian mengenai klasifikasi biaya pendidikan, maka jelaslah bahwa biaya
pendidikan memiliki pengertian yang luas. Hal ini sebagaimana dipertegas oleh Anwar (1991:31)
bahwa "Hampir segala pengeluaran yang bersangkutan dengan penyelenggaraan pendidikan
dianggap sebagai biaya". Maka diperlukan kebijaksanaan dalam melakukan klasifikasi biaya
pendidikan untuk mencapai tujuan yang dituju semua pihak yaitu kesuksesan pelaksanaan
pendidikan.

BAB III
KESIMPULAN

Dari pemaparan di atas dapat ditari kesimpulan antara lain:


Pendidikan merupakan membutuhkan biaya. Pembiayaan terhadap pendidikan harus dibayar
lebih mahal karena pendidikan adalah investasi. Human Capital yang berupa kemampuan dan
kecakapan yang diperoleh melalui Pendidikan, belajar sendiri, belajar sambil bekerja
memerlukan biaya yang dikeluarkan oleh yang bersangkutan. Perolehan ketrampilan dan
kemampuan akan menghasilkan tingkat balik Rate of Return yang sangat tinggi terhadap
penghasilan seseorang.
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, M.I (1991).”Biaya Pendidikan dan Metode Penetapan Biaya Pendidikan”. Mimbar
Pendidikan, No. 1 Tahun X, 1991 : 28-33
Fattah, N (2000), Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, Remaja Rosdakarya, Bandung
Horngren, P (1993), Pengantar Akutansi Manajemen, Edisi 6, Erlangga, Jakarta.

Idochi Anwar, M (1991), Biaya Pendidikan dan Metode Penetapan Biaya Pendidikan, Dalam
Mimbar Pendidikan No. 1 Tahun X – April 1991.

Idochi Anwar, Moch, (2004), Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya Pendidikan :
Teori, Konsep dan Isu, Alfabeta, Bandung.

Kotler, P (1988), Marketing Management; Analysis, Palnning and Control, alih bahasa :
Heruyati, P., Manajemen Pemasaran Buku 2, Erlangga, Jakarta.

Manuel Zymelman, Terjemahan BP3K, (1975), Pembiayaan dan efisiensi Dalam Pendidikan,
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.

Mulyadi (1996), Akuntasi Biaya, YKPN – STIE, Yogyakarta.


Morphet Edgar C. (1983) The Economist & Financing of Education (Fourth Edition). New
Jersey: Prentice Hall Inc. Engetwood Cliffs.

Undang-Undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003. Jakarta. Tamita Utama

Usry, Matz (1996). Akuntansi Biaya. Perencanaan dan Pengawasan (Cost Accounting). Edisi ke-
7. Jilid 2, Erlangga Jakarta

You might also like