You are on page 1of 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semakin besarnya permintaan pasar dunia akan coklat, menjadikan


tanaman penghasil coklat atau kakao semakin banyak. Imbasnya bagi
daerah penghasil coklat adalah meningkatnya permintaan buah coklat.
Coklat banyak dihasilkan di daerah beriklim tropis, salah satunya adalah
daerah Asia Tenggara. Bagi Indonesia yang merupakan bagian dari
kawasan Asia Tenggara tentu hal ini menjadikan peluang yang sangat baik
untuk menghasilkan banyak buah kakao.
Kakao (Theobromacacao) merupakan tumbuhan berwujud
pohon yang berasal dari Amerika Selatan. Dari biji tumbuhan ini
dihasilkan produk olahan yang dikenal sebagai cokelat. Namun,
keberadaan hama Penggerek buah pada tanaman kakao ternyata sangat
merugikan petani. Di beberapa daerah sentra tanaman kakao, biji yang
dihasilkan rusak karena serangan PBK dapat mencapai 80%. Artinya dari
1 kg hasil panen hanya 2 ons kakao yang bisa diambil hasilnya. Bisa kita
bayangkan bila produksi kita sekitar 100 ton, tentu saja yang bisa kita
dapatkan hanya 20 ton saja.
Oleh karena itu, kami memilih jurnal tentang Penggerek Buah
Kakao (Conopomorpha cramerella Snellen) dan Penanggulangannya.
Selain karena bahasa yang mudah dimengerti, pengajian jurnal tersebut
juga dapat membantu mengatasi masalah hama penggerek buah kakao.
Karena di kawasan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat juga ditemukan
perkebunan kakao sehingga, sekurang-kurangnya dapat membantu pelaku
pertanian kakao untuk mengatasi masalah hama tersebut.

1
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini terbagi menjadi tujuan
umum dan tujuan khusus. Tujuan umum penulisan makalah ini adalah
untuk memenuhi salah satu tujgas mata kuliah Pengendalian Hama
Terpadu. Sedangkan yang menjadi tujuan khususnya adalah untuk
memberikan informasi sejelas-jelasnya tentang tanaman kakao dan hama
penggerek buahnya.
1.3 Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas pada makalah ini, tercakup dalam
rumusan masalah sebagai berikut:

1. Dimana teknik pengelolaan hama penggerek buah coklat tersebut


diterapkan?
2. Kapan teknik pengelolaan hama penggerek buah coklat tersebut dapat
diterapkan?
3. Sejak kapan teknik pengelolaan hama penggerek buah coklat tersebut
diterapkan?
4. Berapa lama teknik pengelolaan hama penggerek buah coklat tersebut
dapat diterapkan?
5. Berapa biaya teknik pengelolaan hama penggerek buah coklat tersebut
diterapkan?
6. Bagaimana modifikasi dari teknik pengelolaan hama penggerek buah
coklat tersebut dapat diterapkan di daerah Jawa Barat?

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Kakao (Theobroma cacao)

Kakao (Theobromacacao) merupakan tumbuhan berwujud


pohon yang berasal dari

Amerika Selatan Dari biji tumbuhan ini dihasilkan produk olahan


yang dikenal sebagai cokelat.

Klasifikasi ilmiah
Kingdom : Plantae
Divisio :Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malvales
Famili : Malvaceae (Sterculiaceae)
Genus : Theobroma
Spesies : Theobroma cacao
Nama binomial : Theobroma cacao L.

Morfologi

Kakao merupakan tumbuhan tahunan (perennial) berbentuk pohon,


di alam dapat mencapai ketinggian 10 meter. Meskipun demikian, dalam
pembudidayaan tingginya dibuat tidak lebih dari 5 meter tetapi dengan
tajuk menyamping yang meluas. Hal ini dilakukan untuk memperbanyak
cabang produktif.

Bunga kakao, sebagaimana anggota Sterculiaceae lainnya, tumbuh


langsung dari batang (cauliflorous). Bunga sempurna berukuran kecil

3
(diameter maksimum 3cm), tunggal, namun nampak terangkai karena
sering sejumlah bunga muncul dari satu titik tunas.

Penyerbukan bunga dilakukan oleh serangga (terutama lalat kecil


(midge) Forcipomyia, semut bersayap, afid, dan beberapa lebah Trigona)
yang biasanya terjadi pada malam hari1. Bunga siap diserbuki dalam
jangka waktu beberapa hari.

Kakao secara umum adalah tumbuhan menyerbuk silang dan


memiliki sistem inkompatibilitas-sendiri (lihat penyerbukan). Walaupun
demikian, beberapa varietas kakao mampu melakukan penyerbukan
sendiri dan menghasilkan jenis komoditi dengan nilai jual yang lebih
tinggi.

Buah tumbuh dari bunga yang diserbuki. Ukuran buah jauh lebih
besar dari bunganya, dan berbentuk bulat hingga memanjang. Buah terdiri
dari 5 daun buah dan memiliki ruang dan di dalamnya terdapat biji. Warna
buah berubah-ubah. Sewaktu muda berwarna hijau hingga ungu. Apabila
masak kulit luar buah biasanya berwarna kuning.

Biji terangkai pada plasenta yang tumbuh dari pangkal buah, di


bagian dalam. Biji dilindungi oleh salut biji (aril) lunak berwarna putih.
Dalam istilah pertanian disebut pulp. Endospermia biji mengandung lemak
dengan kadar yang cukup tinggi. Dalam pengolahan pascapanen, pulp
difermentasi selama tiga hari lalu biji dikeringkan di bawah sinar matahari.

2.2 PBK (Penggerek Buah Kakao)


Aspek biologi PBK
Siklus hidup PBK terdiri atas stadium telur 3-7 hari, larva 15-18
hari, pupa 6-8 hari dan ngengat 3-7 hari. Telur berbentuk oval dan
berwarna kuning oranye pada saat baru diletakkan. Panjang telur 0,45 –
0,50 mm dan lebar 0,25 – 0,30 mm. Larva yang baru keluar dari telur

4
berwarna putih transparan dengan panjang 1 mm. Dalam kondisi
pertumbuhan penuh, panjang larva mencapai 12 mm dan berwarna hijau.
Pupa berwarna kecoklatan, panjang 7-8 mm dan lebar 1 mm. Ngengat
memiliki panjang 7 mm dan lebar 2 m. Rentang sayap depan 12 mm
Warna dasar ngengat adalah coklat dengan warna putih berpola zig
zag sepanjang sayap depan dan spot oranye pada ujung sayap. Telur
diletakkan pada permukaan buah yang berlekuk. Semakin besar ukuran
buah makin besar juga peluang diteluri. Larva yang baru keluar dari telur
langsung masuk ke dalam buah dan tinggal didalam buah selama 12-14
hari bahkan sampai 18 hari sebelum keluar untuk berkepompong.

Siklus Hidup Imago Conopomorpha Cramerella Snellen

Setelah mengakhiri perkembangannya di dalam buah, larva


berhenti makan dan keluar dari buah melalui lubang-lubang gerekan pada
kulit buah, selanjutnya larva melekat pada buah yang sama atau
menjatuhkan diri dan melekat pada buah lainnya atau pada daun, cabang,
batang, dan serasah di atas tanah. Larva juga dapat melekat dan
berkepompong pada bahan apa saja yang ada di kebun. Setelah 7 hari
kepompong pecah dan ngengat keluar. Ngengat dapat bertahan hidup 3-7
hari untuk berpindah tempat, kawin dan bertelur. Ngengat PBK berukuran
kurang lebih 7 mm, kecil, lembut sehingga jarak terbangnya tidak jauh.

5
Aktifitas ngengat untuk bertelur terjadi pada pukul 18.00 sampai 07.00
dengan puncaknya pada pukul 04.00-05.00. Setelah kawin, ngengat akan
meletakkan telur pada buah kakao. Kondisi cuaca yang sesuai bagi
ngengat untuk bertelur adalah pada curah hujan 100-200 mm/bulan. Pada
siang hari ngengat bersembunyi pada tempat yang terlindung dari sinar
matahari yaitu pada bagian bawah cabang bawah horizontal.

Larva memakan jaringan yang lunak seperti pulp, plasenta dan


saluran makanan yang menuju biji. Kerusakan pada pulp mengakibatkan
biji saling melekat dan juga melekat pada dinding buah. Kerusakan
plasenta dapat menyebabkan semua biji rusak dan tidak berkembang.
Jaringan buah yang telah rusak menimbulkan perubahan fisiologis pada
kulit buah sehingga buah tampak hijau berbelang merah atau jingga.

2.3 PHT (Pengendalian Hama Terpadu)


PHT adalah suatu cara pendekatan atau cara berfikir tentang
pengendalian OPT yang didasarkan pada pertimbangan ekologi dan
efisiensi ekonomi dalam rangka pengelolaan agroekosistem yang
berwawasan lingkungan yang terlanjutkan. Sasaran PHT adalah
produktivitas pertanian yang mantap dan tinggi, penghasilan dan
kesejahteraan petani meningkat, populasi OPT dan kerusakan tanaman
karena serangannya tetap berada pada aras yang secara ekonomis tidak
merugikan, dan pengurangan risiko pencemaran lingkungan akibat
penggunaan pestisida. Strategi PHT adalah memadukan secara kompatibel
semua teknik atau metoda pengendalian OPT didasarkan pada asas ekologi
dan ekonomi. PHT adalah sistem pengendalian OPT yang merupakan
bagian dari sistem pertanian berkelanjutan.
PHT memiliki 4 unsur diantaranya adalah pengendalian musuh
alami, pengambilan sampel, ambang ekonomi, ekologi dan biologi. Selain
itu, PHT juga memiliki 6 komponen dasar, yaitu pengendalian dengan
kultur teknis, pengendalian hayati, pengendalian mekanik dan fisik,

6
pengendalian varietas tahan hama, pengendalian kimiawi, peraturan
menurut UU no 12 tentang Sistem Budidaya Tanaman, dan INPRES No. 3
tahun 1986 tentang Penarikan Insektisida Tertentu Pada Tanaman Padi.

Langkah-langkah pengembangan PHT :


1. Mengidentifikasi dan menganalisis status hama yang akan kita kendalikan.
2. Mempelajari faktor dan saling ketergantungan di ekosistem.
3. Penetapan dan pengembangan Ambang Ekonomi
4. Pengembangan sistem pengamatan dan monitoring hama
5. Pengembangan model deskriptif dan peramalan hama.

Pengembangan Teknologi PHT :


• Teknik yang digunakan merupakan teknologi lunak yang sedikit
mendatangkan dampak negatif terhadap lingkungan kesejahteraan
masyarakat dan timbulnya reaksi seleksi dari hama.
• Lebih memanfaatkan dan mendorong berfungsinya proses
pengendalian alami.
• Merupakan perpaduan optimal berbagai teknologi pengendalian.
• Mudah dimengerti dan mampu dilaksanakan oleh petani yang
memiliki teknologi terbatas.
• Fleksibel dalam menentang inovasi dan variasi yang sesuai dengan
keadaan ekosistem yang dikelola oleh masyarakat setempat.

2.4 Musuh Alami


Salah satu musuh alami pada PBK adalah semut hitam
(Dolichoderus bituberculatu ). Semut hitam banyak dijumpai di pohon
rambutan, sirsak, kelapa, dan sebagainya. Semut ini tidak menggigit,
hanya kadang-kadang mengeluarkan asam semut yang terasa pedas apabila
mengenai mata. Ciri khas spesies ini apabila istirahat seolah-olah seperti
duduk dengan bagian perut berada menempel pada bagian batang. Semut
hitam dewasa pekerja berukuran 4-5 mm dan biasanya berasosiasi dengan

7
kutu putih (Cataenococcus hispidus). Oleh karena itu jenis semut ini
kurang berbahaya bagi pekerja kebun. Hal yang perlu dicermati adalah
bagaimana cara pemapanan semut hitam di kebun kakao. Serangga ini
termasuk serangga yang hidup berkelompok sehingga mendominasi
lingkungan perkembangbiakannya. Biasanya bila ada kelompok serangga
lain atau jenis semut lain yang mendiami tempat yang sama, pasti akan
diusir atau akan saling menyerang sehingga yang bertahan hanya satu jenis
semut saja. Untuk mempercepat pemapanan semut hitam dan menjaga
populasinya tetap tinggi, perlu dilakukan introduksi kutu putih pada
pertanaman kakao tempat pengembangbiakan agar terjamin makanannya
dari embun madu yang dikeluarkan kutu putih. Disamping itu juga perlu
dibuatkan sarang dari daun kelapa kering yang telah diikat atau daun
kakao kering yang ditempatkan di dalam kantong plastik.
Setelah pemapanan semut hitam perlu dilakukan pemeliharaannya
dengan tidak menyemprotkan insektisida pada lokasi pengembangan
semut hitam, menghilangkan koloni jenis semut lain selain semut hitam,
pembaharuan sarang setidaknya 6 bulan sekali, inokulasi kutu putih secara
terus menerus pada pohon kakao.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa semut hitam disamping
dapat mengendalikan hama PBK, buah kakao yang diselimuti oleh semut
hitam ternyata tidak disukai oleh hama tikus dan tupai. Hal ini berdampak
menaikkan nilai jual biji kakao karena pengendalian hama tidak
menggunakan pestisida. Semut Hitam merupakan cara pengendalian
biologi yang memiliki prospek untuk dikembangkan dengan biaya murah,
aman bagi lingkungan dan berkesinambungan.

8
BAB III
PEMBAHASAN

Pada makalah ini kami membahas jurnal mengenai


penanggulangan hama pada tanaman kakao serta menganalisis mengenai
teknik/metode yang dilakukan untuk membasmi hama, teknologi yang
digunakan dalam membasmi hama beserta cara penggunaannya, waktu
penggunaan serta biaya yang digunakan dan contoh pengaplikasiannya di
Indonesia.
3.1 Metode/teknik yg digunakan

Metode yang digunakan dalam mengendalikan hama penggerek


buah kakao pada jurnal tersebut adalah :

1. Panen lebih awal dengan interval 5-7 hari

2. Panen secara serentak

Penanaman dilakukan secara serentak agar persediaan makanan


PBK menjadi lebih sedikit.

3. Sanitasi

Sanitasi berarti member-sihkan areal kebun dari daun-daun kering,


tanamn tidak sehat, ranting kering, kulit buah maupun gulma yang
berada di sekitar tanaman. Keadaan ini akan menciptakan suatu
kondisi yang tidak sesuai dengan lingkungan untuk
perkembangbiakan hama PBK

4. Menanam varietas yang resisten

9
Untuk memperoleh hasil yang optimal dipilih varites tahan hama
sebagai pilihan pertama bibit tanaman

5. Rampasan

Sistem rampasan berarti buah yang menggantung di pohon semua


dirampas. Setiap tahun sekali dapat dilakukan rampasan terhadap
semua buah. Dengan cara demikian, PBK itu hanya terbang di
sekitar tanaman tanpa bisa menemukan tempat untuk meletakkan
telur. Akhirnya PBK itu akan mati tanpa bisa meninggalkan
keturunan. Adapun saat yang tepat untuk melakukan perampasan
adalah setelah panen.

6. Penyarungan buah kakao

Kondomisasi (penyarungan) berarti memberikan selubung


perlindungan terhadap buah kakao. Selubungnya dapat
menggunakan kantong plastik yang ujung bagian atasnya diikatkan
pada tangkai buah, sedangkan ujung buah tetap terbuka. Dengan
penyelubungan buah tersebut, hama tidak bisa meletakkan telurnya
pada kulit buah sehingga buah akan terhindar dari geretan larva.

7. Konservasi musuh alami

Konservasi musuh alami ini dapat dilakukan dengan cara


mempertahankan persediaan makanan sehingga kelangsungan
hidup musuh alami tersebut berkelanjutan, hal ini dapat
mengurangi penggunaan pestisida.

8. Mengisolasi kebun kakao

Pengisolasian ini dilakukan untuk meminimalisir akan datangnya


serangan PBK dari lahan pertanian yang berdekatan di sekitar lahan
perkebunan tanaman kakao.

10
9. Aplikasi insektisida

Aplikasi insektisida kimia hanya dilakukan jika persentase


serangan PBK dengan kategori serangan berat sudah mencapai
40%. Jenis insektisida yang dianjurkan adalah dari golongan
sintetik piretroid, a.l. deltametrin (Decis 2,5 EC), sihalotrin
(Matador 25 EC), betasiflutrin (Buldok 25 EC), esfenfalerat
(Sumialpha 25 EC), alfa sipermetrin (Bestox 50 EC). Konsentrasi
formulasi yang digunakan sesuai anjuran, yaitu antara 0,06 % -
0,1% (Sulistyowati et al. 1995b) dengan menggunakan alat
semprot knapsack sprayer, volume semprot 250 ml/pohon atau
250 l per hektar. Penyemprotan sebaiknya dilakukan pada saat
buah kakao sebagian besar berukuran panjang antara 8-10 cm.
Penyemprotan insektisida ini dilakukan dengan cara sistemik lokal
yang diarahkan hanya pada buah-buah kakao dan cabang-cabang
horizontal.

Penyemprotan insektisida yang efektif dilakukan pada malam hari,


hal ini dikarenakan jenis hama ini aktif pada malam hari
(nokturrnal).

3.2 Waktu penggunaan

Musim sangat kering atau sangat basah (musim hujan) dapat


mengurangi populasi PBK. Dan jika menggunakan insektisida
penyemprotan dilakukan pada malam hari secara sistemik lokal.

3.3 Teknologi yg digunakan

Teknologi yang digunakan dalam pengendalian hama penggerek


buah kakao meliputi :

1. Pengendalian kultur teknis

2. Pengendalian hayati

11
3. Pengendalian fisik dan mekanis

4. Pengendalian varietas tahan hama

5. Pengendalian kimiawi

3.4 Biaya

Di beberapa daerah sentra tanaman kakao, biji yang dihasilkan


rusak karena serangan PBK dapat mencapai 80%. Artinya dari 1 kg
hasil panen hanya 2 ons kakao yang bisa diambil hasilnya. Bisa kita
bayangkan bila produksi kita sekitar 100 ton, tentu saja yang bisa kita
dapatkan hanya 20 ton saja. Sebuah kerugian yang sangat besar. Hasil
survei Pusat Pengembangan Bersama Kakao yang dilakukan di Sulsel
menunjukkan bahwa sekitar 100.000 ha daerah sentra produksi kakao
mengalami serangan PBK yang serius. Keadaan demikian juga
dialami di Sulawesi Tengah. Hal ini menunjukkan bahwa serangan
hama PBK benar-benar sangat merugikan dan perlu segera diambil
tindakan.

Dengan penyarungan buah kakao muda dengan menggunakan


plastik dan pengendalian musuh alami merupakan pengendalian hama
PBK yang efektif, murah, mudah dan aman bagi lingkungan adalah
Ketika buah-buah di pertanam-an mulai mencapai ukuran panjang 8-10
cm (telah melampau periode layu pentil atau cherelle wilt),
penyarungan buah dimulai dengan menggunakan kantung plastik
berukur-an panjang 35 cm. dan lebar atau diameter 17 cm (tebal plastik
0,03 mm) yang kedua ujungnya terbuka. Salah satu ujungnya diikat
dengan tali atau kawat pada tangkai buah. Penyelubungan dilakukan
setiap kali terdapat buah buah-buah yang berukuran 8-10 cm. Untuk
mencegah terjadinya pembiakan hama PBK, maka buah-buah yang
ukurannya lebih panjang dari 8 cm dan sulit dijangkau untuk disarungi,
sebaiknya segera dimusnahkan. Untuk pengendalian musuh alami

12
hanya cukup dengan menjaga sumber makanannya yaitu dengan
mempertahankan bunga-bunga tumbuhan pengahasil nektar.

3.5 Negara yg menggunakan : Indonesia

3.6 Pengaplikasian di daerah lain : Cipatat-Bandung

Di daerah Cipatat panen coklat atau kakao musim panen diadakan


dari bulan Januari sampai bulan Juli, dengan cara pengambilan
dirotasi seminggu tiga kali. Sedangkan usaha penanggulangan hama
dilakukan dengan pemerliharaan tanaman secara intensif dan
perlakuan preventif juga pengawasan dini. Selain itu menurut kami
metode yang digunakan oleh para petani kakao di Sulawesi Tengah
dapat di lakukan di perkebunan kakao di cipatat.
Akan tetapi karena daerah Jawa Barat merupakan daerah yang
bercurah hujan tinggi, sekitar 1500-2000 sedangkan daerah Sulawesi
tengah merupakan daerah yang bercurah hujan rendah sekitar 500-
1000. Jadi diperlukan adanya modifikasi teknologi pengelolaan hama
dari daerah yang memiliki curah hujan yang rendah ke daerah yang
curah hujannya tinggi, karena populasi akan berkurang pada musim
yang sangat kering atau sangat basah.
Dalam pengendalian hama kakao (PBK) para petani kakao di
Cipatat masih menggunakan pestisida insektisida jenis pbk dan
klenset. Para petani tersebut pernah menggunakan salah satu teknik
pengendalian yang di lakukan di daerah Sulawesi Tengah yaitu
dengan cara kondomisasi. Akan tetapi teknik tersebut tidak
memberikan hasil yang memuaskan, melainkan kualitas hasil panen
buah kakao menurun. Hal ini kemungkinan terjadi karena curah hujan
yang berbeda. Selain itu para petani kakao di Cipatat belum
sepenuhnya memahami penerapan Pengelolaan Hama Terpadu.

13
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Populasi PBK yang hidup pada buah kakao merupakan ras biologi
setelah memisah dari populasi asalnya yang hidup pada buah
rambutan. Timbulnya ras biologi yang hidup pada tanaman kakao ini
di asumsikan hanya sekali dalam 3 abad yang terjadi di Philipina.
Kerusakan yang ditimbulkan oleh larva PBK yang memakan
jaringan lunak seperti pulp, plasenta dan saluran makanan yang
menuju biji. Kerusakan pada pulp mengakibatkan biji saling melekat

14
dan juga melekat pada dinding buah. Kerusakan plasenta dapat
menyebabkan semua biji rusak dan tidak berkembang.
PBK (penggerek buah kakao) dapat ditanggulangi dengan
menggunakan metode sebagai berikut:
1. Panen lebih awal dengan interval 5-7 hari
2. Panen secara serentak
3. Sanitasi
4. Menghindari pestisida
5. Menanam varietas yang resisten
6. Rampasan

7. Penyarungan buah kakao

8. Konservasi musuh alami

9. Mengisolasi kebun kakao

10. Aplikasi insektisida

Metode tersebut cukup baik dilakukan karena mudah dilakukan


dan biaya yang digunakan terjangkau untuk kalangan petani.

Tidak semua teknik Pengelolaan Hama Terpadu di Sulawesi


Tengah dapat langsung diterapkan di daerah Cipatat, melainkan harus
mengalami modifikasi teknik Pengelolaan Hama tersebut.

B. Saran
Modifikasi teknik pengelolaan hama penggerek buah coklat:
1. Menanam tanaman kakao dan tanaman inang lainnya dengan
perhitungan, agar dapat diprediksi panen dapat dilakukan secara
bersamaan dengan demikian, siklus hidup larva dapat terputus
karena tidak ada buah yang dapat diteluri.
2. Cara lainnya adalah penanaman tanaman kakao dan inang
lainnya tidak boleh berdekatan, karena ngengat PBK tidak dapat
terbang jauh.

15
3. Membakar serasah di sore hari, karena pada sore hari ngengat
PBK melakukan kawin dan bertelur. Dengan membakar serasah
pada sore hari, ngengat yang merespon asap ini dapat dihalau
dan periode atau waktu kawin dapat dipersingkat. Selain itu
membakar serasah dapat memusnahkan pupa PBK, mengingat
larva PBK dapat menjadi pupa pada media apa saja termasuk
serasah.
4. Pengaturan cahaya (karena ngengat tidak suka pada cahaya)
pada puncak aktivitas kawin dan bertelur ngengat yaitu pukul
04.00-05.00, dengan mengatur cahaya pada puncak masa kawin
ngengat, maka aktivitas kawin ngengat PBK dapat ditekan dan
berimbas pada jumlah telur ngengat yang dihasilkan.
5. Buah kakao yang busuk dikumpulkan untuk kemudian
dibenamkan di air atau bahkan dibakar, agar siklus hidup PBK
terhenti.
6. Sanitasi tanaman, dengan membersihkan cabang-cabang
horizontal pohon di siang hari dari ngengat. Karena pada siang
hari, ngengat sering bersembunyi di bawah cabang-cabang
horizontal.
7. Dengan bioteknologi, yaitu dengan menyilangkan buah kecil
sedikit dengan buah besar dan banyak. Diharapkan yang diambil
adalah tanaman dengan buah kecil namun banyak. Buah yang
berukuran kecil memiliki keunggulan tidak diserang hama
sedangkan jumlahnya yang banyak tetap meningkatkan produksi
tanamannya.
8. Pemberian insektisida non sistemik berupa racun kontak pada
bagian bawah batang horizontal, Karena pada siang hari,
ngengat sering bersembunyi di bawah cabang-cabang horizontal
sehingga kontak dengan cabang dapat meracuni hama.
9. Pemberian insektisida sistemik lokal yaitu pada bagian buah,
karena bagian yang terserang adalah buah kakao. Dengan cara

16
masuk yaitu racun lambung. Sehingga larva di dalam buah dapat
mati.
10. Mengadakan penyuluhan mengenai Pengelolaan Hama Terpadu

DAFTAR PUSTAKA

http://iklim.bmg.go.id/ikthprak0809.pdf
http://www.sith.itb.ac.id/abstract/s3/2009_S3_Potensi%20Semut
%20Dolichoderus%20bituberculatus%20%20Smith%20Sebagai
%20Penyebar%20%
http://erlanardianarismansyah.wordpress.com/2010/02/23/cara-pembuatan-
sarang-semut-untuk-pengendalian-hama-kakao-helopeltis/

17
http://www.sinartani.com/proteksi/semut-hitam-pengendalian-hayati-
hama-utama-tanaman-kakao-1271753864.htm
http://www.misterialize.co.cc/2010/05/jenis-jenis-semut.html

18

You might also like