You are on page 1of 4

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik system pernafasan meliputi Inspeksi, Palpasi, Perkusi, dan


auskultasi. Adapun penjelasan dari masing-masing pemeriksaan tersebut adalah:
1. Inspeksi
Perhatikan dinding dada penderita dengan cermat dan teliti. Perhatikan
adanya jaringan parut bekas pembedahan dan sifat serta pola pembuluh darah
subkutan. Pada pola pernafasan, perhatikan kecepatan, kedalaman, simetris
dan pola pergerakan pernafasan penderita, ingat selalu bahwa penderita secara
terus-menerus mengadakan perubahan tekanan di dalam rongga dadanya agar
dapat mengalirkan udara keluar dan masuk ke dalam alveolus paru-paru
melewati saluran-saluran udara yang tersedia. Waktu inspirasi normal,
diafragma akan bergerak ke arah bawah, sementara rongga dada akan bergerak
ke atas dan luar. Ekspirasi akan terjadi kalau otot –otot pernafasan mengalami
relaksasi dan ranka rongga toraks yang elastis memungkinkan kembali kepada
kedudukan istirahatnya.

2. Palpasi
Palpasi pada toraks merupakan pemeriksaan tambahan yang bermanfaat
pada inspeksi. Untuk melakukan hal ini, maka anda harus berdiri di belakang
penderita dan letakkan masing-masing ibu jari tangan anda tepat pada sisi
prosesus spinosus di daerah toraks tengah. Pada saat yang sama rentangkan
ujung-ujung jari anda sampai mencapai garis midaksilaris kedua sisi. Pada
waktu penderita menarik nafas dalam-dalam, maka lakukan penilaian derajat
dan asimetris pengembangan dadanya.
Rabalah masing-masing tulang iga dan semua bagian dinding dada dengan
tekanan yang kuat. Pada saat yang sama tanyakan pada penderita adanya
perasaan nyeri dan perhatikan bukti adanya perasaan tidak nyaman.
Fremitus Taktil merupakan tindakan palpasi yang penting pada
pemeriksaan dada. Untuk menimbulkna fremitus, letakkan kedua tangan pada
dada secara simetris, masing-masing pada satu sisi dan suruh penderita
mengulangi kata “satu, dua, tiga” atau “sembilan puluh sembilan” dengan
suara yang dalam dan kuat. Pindahkan tangan anda ke berbagai bagian dada
pnderita, dengan tetap mempertahankan agar tangan tetap simetris dan
bandingkan getaran yang dihasilkan dinding dada oleh suara tersebut.
Perubahan fremitus biasanya paling baik dirasakan oleh ujung tangan.
Fremitus akan meninggi apabila terjadi konsolidasi paru-paru, seperti pada
pneumonis, lebih mudah dirasakan di atas daerah yang mengalami
konsolidasi, jika dibandingkan dengan bagian dada lainnya.
Fremitus berkurang atau bahkan menghilang, apabila terdapat keadaan
patologis yang mengganggu penghantaran gelombang suara dari paru-paru
kepermukaan dada.
3. Perkusi
Perkusi terbagi menjadi dua yaitu perkusi langsung dan tidak langsung.
Perkusi langsung adalah pemeriksaan dimana dinding dada diketuk ringan
dengan dengan ujung jari tengah. Pada perkusi tidak langsung bagian distal
jari tengah dan telunjuk jari tangan yang satu kita tempelkan dengan erat pada
dinding dada. Kemudian jari tengah tangan yang lain kita pergunakan untuk
mengetuk dengan kuat jari yang ditempelkan pada dinding dada.
Suara-suara pokok perkusi:
a. Resonan: kata resonan merupakan kata istilah yang bersifat relative,
tidak mempunyai standar referensi yang mutlak.
b. Redup: Perkusi yang redup akan terjadi apabila suara resonan
teredam, kalau peredaman yang terjadi lengkap, maka suarqa yang
timbul dikatakan “pekak”.
c. Suara timpani: perkusi timpani mempunyai sifat yang lebih musical
dan bersuara seperti gendering, sesuai namanya, ia memiliki nada
suara yang lebih dapat dibedakan, disamping bersifat lebih murni,
jika dibandingkan dengan suara resonan dan suara redup. Suara
timpanai biasanya terjadi pada perkusi lambung.
Perkusi pada dada normal,
Apabila memungkinkan perkusi pada dada dilakukan pada pasien
yang duduk atau berdiri. Lakukan perkusi mulai dari apeks, terus menurun
kebawah dengan selalu membandingkan titik-titik yang simetris pada
dada. Pertama lakukan perkusi pada salah satu sisi, kemudian lanjutkan
dengan mengetuk daerah yang sama pada sisi yang lain. Ketuklah dengan
kekuatan yang sama mereka pada kedua sisi dada dan bandingkan derajat
resonansinya.

Penemuan abnormal pada perkusi


Daerah-daerah pekak yang ditimbulkan oleh jantung dan hati
adalah pengecualian normal satu-satunya dalam daerah yang dikuasai oleh
resonan, seperti:
a. Hiperesonan: terjadi apabila udara yang terdapat dalam paru-
paru atau rongga dada sangat meningkat atau hamper bersifar
timpani, seperti pada emfisema pulmonum atau pneumotoraks.
b. Redup dan pekak: diakibatkan oleh setiap keadaan yang
menggangu pembentukan getaran resonan normal dalam paru-paru.
Oleh karena itu, konsolidasi parenkim paru-paru mengakibatkan
suara perkusi redup. Penyebab tersering konsolidasi paru-paru
adalah pneumonia lobaris atau neoplasma.
c. Redup Beralih ( Shifting Dulness) yaitu redup yang berpindah
tempat apabila penderita mengubah posisinya.

4. Auskultasi
Terdapat dua cara pada auskultasi yakni auskultasi langsung, yaitu
menempelkan telinga pada dada. Dan auskultasi tidak langsung yaitu dengan
menggunakan stetoskop yang ditempelkan di dada penderita.
Suara nafas normal
a. Suara pernafasan vesikuler, yaitu suara yang terdengar dari paru-paru
sehat dan berfungsi baik. Suara ini relative rendah dengan frekuensi antara
200 sampai 300 spd, dan hampir tidak pernah mempunyai frekuensi lebih
dari 500 spd. Suara ini didugfa timbul oleh udara yang secara berulang-
ulang masuk dan keluar dari alveolus ketika alveolus mengalami ventilasi.
b. Pernafasan bronchial atau tubular: yaitu suara yang terdengar waktu
inspirasi dan ekspirasi dalam laring, trakea, dan cabang-cabang bronkus
utama. Pada pernafasan bronchial, suara ekspirasi lebih kerasa daripada
inspirasi, sedangkan pada pernafasan trakea, inspirasi lebih terdengar
keras.

Suara nafas Abnormal


a. Ronki basah, yaitu suara berderak yang berasal dari alveolus. Suara ini
disebabkan oleh membukanya saluran udara secara tiba-tiba, pada daerah
paru-paru yang telah dikempeskan sampai hanya tersisa volume residu.
b. Ronki Kering, biasanya dipakai untuk suara yang berasal dari jalan udara
yang lebih besar. Suara tesebut dilukiskan sebagai suara mengorok atau
yang gemerincing dan sering timbul pada pemulaan siklus penafasan.
c. Wheezing, merupakan suara tiupan atau siulan yang tinggi, timbul sebagai
akibat adanya penyumbatan parsial saluran udara. Mempunyai kualitas
suar musical dan terjadi pada waktu inspirasi maupun ekspirasi.tetapi
biasanya terdengar lebih keras dan lebih menetapselama ekspirasi karena
saluran udara dilalui lebih sempit.
d. Friction Rub Pleura, adalah suara yang ditemukan pada penderita
pneumonia, “paru-paru membeku pada tulang iga dan bergerit seperti
sabuk kulit”.
e. Tanda Hamman, merupakan suara mengkerkah, gemeretak, yang timbul
sinkrondengan denyut jantung, kalau terdapat emfisema interstitial atau
emfisema mediastinal.

You might also like