You are on page 1of 18

VI.

4 Pendengaran dan keseimbangan


VI.4.1.Pendengaran
Tujuan :
1. Mengukur ketajaman pendengaran dengan menggunakan audiometer (pemeriksaan
audiometer)
2. Membuat kesimpulan mengenai “hearing loss”dari pemeriksaan audiometer sehingga
dapat menetapkan apakah pendengaran orang percobaan dalam batas normal atau
tidak.
Teori :
Indra pendengar dan keseimbangan terdapat di dalam telinga. Telinga manusia terdiri
atas tiga bagian, yaitu
1. Telinga luar, yang menerima gelombang suara.
2. Telinga tengah, dimana gelombang suara dipindahkan dari udara ke tulang dan oleh tulang
ke telinga dalam.
3. Telinga dalam, dimana getaran ini diubah menjadi impuls saraf spesifik yang berjalan
melalui nervus akustikus ke susunan saraf pusat. Telinga dalam juga mengandung organ
vestibuler yang berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan.

Telinga luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga (pinna, aurikula), saluran telinga luar (meatus
akustikus eksternus) dan selaput gendang (membrane tympani), bagian telinga ini berfungsi
untuk menerima dan menyalurkan getaran suara atau gelombang bunyi sehingga
menyebabkan bergetarnya membran tympani. Meatus akustikus eksternus terbentang dari
telinga luar sampai membrane tympani. Meatus akustikus eksternus tampak sebagai saluran
yang sedikit sempit dengan dinding yang kaku. Satu per tiga luas meatus disokong oleh
tulang rawan elastis dan sisanya dibentuk oleh tulang rawan temporal. Meatus dibatasi oleh
kulit dengan sejumlah rambut, kelenjar Sebasea, dan sejenis kelenjar keringat yang telah
mengalami modifikasi menjadi kelenjar seruminosa, yaitu kelenjar apokrin tubuler yang
berkelok-kelok yang mennnghasilkan zat lemak setengah padat berwarna kecoklat-coklatan
yang dinamakan serumen ( minyak telinga ). Serumen berfungsi menangkap debu dan
mencegah infeksi.
Pada ujung dalam meatus akustikus eksternus terbentang membrane tympani. Dia diliputi
oleh lapisan luar epidermis yang tipis dan pada permukaan dalamnya diliputi oleh epitel
selapis kubus. Antara dua epitel yang melapisi terdapat jaringan ikat kuat yang terdiri atas
serabut-serabut kolagen dan elastin serta fibroblast. Pada kuadran depan atas membran atas
tympani tidak mengandung serabut dan lemas, membentuk membran shrapnell.

Telinga Tengah (kavum tympanikus)


Telinga tengah merupakan suatu rongga kecil dalam tulang pelipis (tulang temporalis)
yang berisi tiga tulang pendengaran (osikula), yaitu maleus (tulang martil), inkus (tulang
landasan), dan stapes (tulang sanggurdi). Ketiganya saling berhubungan melalui persendian .
Tangkai maleus melekat pada permukaan dalam membran tympani, sedangkan bagian
kepalanya berhubungan dengan inkus. Selanjutnya, inkus bersendian dengan stapes. Stapes
berhubungan dengan membran pemisah antara telinga tengah dan telinga dalam, yang disebut
fenestra ovalis (tingkap jorong/ fenestra vestibule). Di bawah fenesta ovalis terdapat tingkap

1
bundar atau fenesta kokhlea, yang tertutup oleh membran yang disebut membran tympani
sekunder.
Telinga tengah dibatasi oleh epitel selapis gepeng yang terletak pada lamina propria yang
tipis yang melekat erat pada periosteum yang berdekatan. Dalam telinga tengah terdapat dua
otot kecil yang melekat pada maleus dan stapes yang mempunyai fungsi konduksi suara .
maleus, inkus, dan stapes diliputi oleh epitel selapis gepeng.
Telinga tengah berhubungan dengan rongga faring melalui saluran eustachius (tuba
auditiva), yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan tekanan antara kedua sisi membrane
tympani. Tuba auditiva akan membuka ketika mulut menganga atau ketika menelan
makanan. Ketika terjadi suara yang sangat keras, membuka mulut merupakan usaha yang
baik untuk mencegah pecahnya membran tympani. Karena ketika mulut terbuka, tuba
auditiva membuka dan udara akan masuk melalui tuba auditiva ke telinga tengah, sehingga
menghasilkan tekanan yang sama antara permukaan dalam dan permukaan luar membran
tympani.

Telinga Dalam (labirin)


Telinga dalam merupakan struktur yang kompleks, terdiri dari serangkaian rongga-
rongga tulang dan saluran membranosa yang berisi cairan. Saluran-saluran membranosa
membentuk labirin membranosa dan berisi cairan endolimfe, sedangkan rongga-rongga tulang
yang di dalamnya berada labirin membranosa disebut labirin tulang (labirin osseosa). Labirin
tulang berisi cairan perilimfe. Rongga yang terisi perilimfe ini merupakan terusan dari rongga
subarachnoid selaput otak, sehingga susunanz peri limfe mirip dengan cairan serebrospinal.
Labirin membranosa dilekatkan pada periosteum oleh lembaran-lembaran jaringan ikat tipis
yang mengandung pembuluh darah. Labirin membranosa sendiri tersusun terutama oleh
selapis epitel gepeng dikelilingi oleh jaringan-jaringan ikat.
Labirin terdiri atas tiga saluran yang kompleks, yaitu vestibula, kokhlea (rumah siput)
dan 3 buah kanalis semisirkularis (saluran setengah lingkaran).
Vestibula merupakan rongga di tengah labirin, terletak di belakang kokhlea dan di depan
kanalis semisirkularis. Vestibula berhubungan dengan telinga tengah melalui fenesta ovalis
(fenestra vestibule). Vestibule bagian membran terdiri dari dua kantung kecil, yaitu sakulus
dan utikulus. Pada sakulus dan utikulus terdapat dua struktur khusus yang disebut makula
akustika, sebagai indra keseimbangan statis (orientasi tubuh terhadap tarikan gravitasi). Sel-
sel reseptor dalam organ tersebut berupa sel-sel rambut, yang didampingi oleh sel-sel
penunjang. Bagian atas sel tersebut tertutup oleh membran yang mengandung butir-butiran
kecil kalsium karbonat (CaCO3) yang disebut otolit. Perubahan posisi kepala yang
menimbulkan tarikan gravitasi, menyebabkan akan menyampaikan impuls saraf ke cabang
vestibular dari saraf vestibulokokhlear yang terdapat pada bagian dasar sel-sel tersebut, yang
akan meneruskan impuls saraf tersebut ke pusat keseimbangan di otak.
Kanalis semisiskularis merupakan 3 saluran bertulang yang terletak di atas belakang
vestibula. Salah satu ujung dari masing-masing saluran tersebut menggembung, disebut
ampula. Masing-masing ampula berhubungan dengan utrikulus. Pada ampula terdapat Krista
akustika, sehingga organ indra keseimbangan dinamis (untuk mempertahankan posisi tubuh
dalam melakukan respon terhadap gerakan). Seperti pada vestibula sel-sel reseptor dalam
krista akustika juga berupa sel-sel rambut yang didampingi oleh sel-sel penunjang, tetapi di
sini tidak terdapat otolit. Sel-sel reseptor disini distimulasi oleh gerakan endolimfe. Ketika
kepala bergerak akibat terjadinya perputaran tubuh, endolimfe akan mengalir di atas sel-sel
rambut. Sel-sel rambut menerima ransangan tersebut dan mengubahnya menjadi impuls saraf.
Sebagai responnya, otot-otot berkonsraksi untuk mempertahankan keseimbangan tubuh pada
posisi yang baru.

2
Kokhlea membentuk bagian anterior labirin, terletak di depan vestibula. Berbentuk
seperti rumah siput, berupa saluran berbentuk spiral yang terdiri dari 2 ¾ lilitan, mengelilingi
bentukan kerucut yang disebut mediolus. Penampang melintang kokhlea menunjukkan bahwa
kokhlea terdiri dari tiga saluran yang berisi cairan. Tiga saluran tersebut adalah:
1. Saluran vestibular (skala vestibular): di sebelah atas mengandung perilimfe, berakhir
pada tingkap jorong.
2. Saluran tympani (skala tympani): di sebelah bawah mengandung perilimfe berakhir
pada tingkap bulat.
3. Saluran kokhlear (skala media): terletak di antara skala vestibular dan skala tympani,
mengandung endolimfe.
Skala media dipisahkan dengan skala vestibular oleh membran vestibularis (membran
reissner), dan dipisahkan dangan skala tympani oleh membran basilaris.
Pada membran basilaris inilah terdapat indra pendengar, yaitu organ corti. Sel reseptor
bunyi pada organ ini berupa sel rambut yang didimpingi oleh sel penunjang. Akson-akson
dari sel-sel rambut menyusun diri membentuk cabang kokhlear dari saraf vestibulokokhlear
(saraf kranial ke VIII) yang menghantarkan impuls saraf ke pusat pendengaran/
keseimbangan di otak.
Getaran suara dapat sampai pada organ corti melalui lintasan sebagai berikut: Getaran
suara memasuki liang telinga→Menekan membran tympani→melintas melalui tulang-tulang
pendengaran→Menekan tingkap jorong→Menimbulkan gelombang pada jaringan
perilimfe→ Menekan membran vestibularis dan skala basilaris→merangsang sel-sel rambut
pada organ corti. Di sinilah mulai terjadi pembentukan impuls saraf.

Audiometer
Audiometry adalah teknik untuk mengidentifikasi prilaku dari kehilangan kemampuan
mendengar dan untuk mendapatkan tingkat pendengaran dengan cara merekam respon dari
pasien setelah memberikan pasien tersebut rangsangan auditory dengan berbagai intensitas
level.
Pure Tone Audiometry
Prosedur ini akan memberikan gambaran yang luas mengenai tingkat kehilangan
pendengaran pasien dan penyebabnya. Pasien akan memberikan respon terhadap rangsangan
tone yang diberikan. Tone yang diberikan dengan cara dari frekuensi rendah ke tinggi . Tone
sebesar 30dB HL diberikan kepada pasien sebagai rangsangan awal, jika respon positif maka
level tone akan diturunkan sebesar 10 dB HL sampai pasien tidak memberikan respon. Pada
rangsangan pertama jika pasien tidak mendengar maka level tone dinaikkan 10 dB HL
sampai terdengar oleh pasien kemudian diturunkan per 5 dB atau naik 5 dB HL. Frekuensi
yang diujikan berkisar 125-500 Hz.
Tone Decay Test (TDT)
Digunakan untuk mendeteksi kelainan pada jalur sensorineural. Prosedurnya adalah,
operator memilih frekuensi untuk kemudian pasien diinstruksikan untuk merespon pada saat
pasien mendapat rangsangan dan akan memberikan respon lagi pada saat tidak dapat
menerima rangsangan tersebut, durasi diantara keduanya kemudian diukur. Tone yang
dipakai diberikan dari frekuensi tinggi ke rendah. Dengan 30 dB HL pada saat pertama untuk
kemudian selama 1 menit pasien dapat mendengarkan maka tone level akan diturunkan
dengan skala 5 dB HL, hal ini diulangi sampai tone tidak dapat didengarkan lagi selama
kurang dari 1 menit.

Short Increment Sensitivity Index (SISI)


SISI digunakan untuk mendeteksi penyakit di cochleat atau recrocochlear lesions. Test
ini menggambarkan kapasitas pasien untuk mendeteksi perbedaan kenaikan intensitas 1 dB,

3
yang dalam rentan waktu 5 detik pada frekuensi tertentu. Operator akan menset frekuensi
pada level 20 dB, tone yang diberikan dengan madulasi singkat 1 dB diatas carrier tone
setiap 5 detik. Kenaikan 1 dB dipresentasikan dengan interval 300 ms, dengan rise time dan
fall time sebesar 50 ms. Respon pasien pada saat dapat membedakan perbedaan level adalah
yang diukur.
Bekesy Audiometry
Merupakan test audiometry yang dapat dijalankan secara automatis. Hal ini dikarenakan
frekuensi dan intensitas akan turun dan naik secara otomatis, sedangkan respon pasien
terhadap tone yang menjadi data diukur pada tes tesebut.
Speech Audiometry
Pure tone audiometry adalah test yang mengacu pada sensitivitas pasien sedangkan speech
audiometry mengacu kepada integritas seluruh system auditory dengan mengacu pada
kemampuan secara jelas mendengarkan dan mengerti pembicaraan.

Alat-alat yang diperlukan :


1. Audiometer merek ADC. Lengkap dengan telepon telinga dan formulir.
2. Penala berfrekuensi 256
3. Kapas untuk menyumbat telinga.

Cara Kerja :
I. Audiometer
1. Pemeriksaan menyiapkan alat sebagai berikut :
a. Memutar tombol utama T1 pada “off”
b. Memutar tombol frekuensi nada (T2) pada 125.
c. Memutar tombol kekuatan nada (T3) pada 10 Db.
2. Hubungkan audiometer dengan sumbu listrik (125V) dan putar T1 ke “ON”, S1 dan
S2 akan menyala, bila tidak demikian halnya maka melaporkan pada supervisor.
3. Menyuruh orang percobaan duduk membelakangi audiometer dan memasang telepon
pada telingnya, sehingga telepon “black” ditelinga kiri.
4. Memberikan petunjuk pada orang percobaan untuk mengacungkan tangannya ke atas
pada saat mulai dan selama ia mendengar nada melalui salah satu telepon dan
menurunkan tangannya pada saat nada mulai tidak terdengar lagi.
5. Menunggu 2 menit untuk “memanaskan” alat
6. Memutar T5 ke kiri dan mempertahankannya selama pemeriksaan.
7. Memutar tombol kekuatan nada T3 perlahan-lahan searah dengan jarum jam sampai
orang percobaan mengacungkan tangannya keatas.
8. Meneruskan memutar tombol tersebut sebesar 10 dB dan kemudian memutar tombol
T3 tersebut perlahan-lahan berlawanan dengan jarum jam sampai orang percobaan
menurunkan tangannya. Mencatat angka dB pada saat itu.
9. Mengulangi tindakan 7 dan 8 dua kali lagi dan mengambil angka terkecil sebagai
“hearing loss” orang percobaan pada frekuensi 125 Hz.
10. Selama percobaan ini T5 dilepaskan sekali-kali pada waktu orang percobaan
mengacungkan tangannya untuk menguji apakah orang percobaan benar-benar
mendengar nada atau hanya pura-pura mendengar.
11. Mengukur “hearing loss” untuk telinga yang sama dengan cara yang sama pula pada
frekuensi 250, 500, 1000, 2000, 4000, 8000, 12.000 Hz dan mencatat data hasil
pengukuran pada formulir yang telah disediakan.
12. Mengulangi seluruh pengukuran ini pada telinga yang lainnya.

4
13. Membuat audiogram orang percobaan pada formulir yang telah disediakan dengan
data yang diperoleh pada pengukuran.
Hasil :

5
Pembahasan :
Diskriminasi nada (kemampuan membedakan berbagai frekuensi gelombang suara yang
datang) bergantung pada bentuk dan sifat membrana basilaris yang menyempit dan kaku di
ujung jendela ovalnya dan lebar serta lentur di ujung helikotremanya. Berbagai daerah di
membrana basilaris secara alamiah bergetar secara maksimum pada frekuensi yang berbeda.
Ujung sempit paling dekat jendela oval bergetar maksimum pada nada-nada tinggi sedangkan
ujung lebar paling dekat dengan helikotrema bergetar maksimum pada nada-nada rendah.
Kesimpulan :
Semakin tinggi frekuensi suara maka intensitas yang dapat didengar semakin rendah.

6
VII.2.Sikap dan Keseimbangan Badan
Tujuan :
1. Mengemukakan berbagai reaksi perubahan sikap badan katak oleh perangsangan
kanalis semisirkularis dan reaksi “menegakkan badan”setelah ekstirpasi labirin
2. Menyebutkan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi reaksi perubahan sikap
diatas.
3. Mendemonstrasikan kepentingan kedudukan kepala dan mata dalam mempertahankan
keseimbangan badan manusia
4. Mendemonstrasikan dan menerangkan pengaruh percepatan sudut :
a. Dengan kursi Barany terhadap
- Gerakan bola mata
- Tes penyimpangan penunjukan
- Tes jatuh
- Kesan (sensai)
b. Dengan berjalan mengelilingi statif

Teori :

Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan kesetimbangan tubuh ketika di


tempatkan di berbagai posisi.

Definisi menurut O’Sullivan, keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan pusat


gravitasi pada bidang tumpu terutama ketika saat posisi tegak. Selain itu menurut Ann
Thomson, keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan tubuh dalam posisi
kesetimbangan maupun dalam keadaan statik atau dinamik, serta menggunakan aktivitas otot
yang minimal.

Keseimbangan juga bisa diartikan sebagai kemampuan relatif  untuk mengontrol pusat massa
tubuh (center of mass) atau pusat gravitasi (center of gravity) terhadap bidang tumpu (base of
support).

Keseimbangan melibatkan  berbagai gerakan di setiap segmen tubuh dengan di dukung oleh
sistem muskuloskleletal dan bidang tumpu. Kemampuan untuk menyeimbangkan massa tubuh
dengan bidang tumpu akan membuat manusia mampu untuk beraktivitas secara efektif dan
efisien.

Keseimbangan terbagi atas dua kelompok, yaitu keseimbangan statis : kemampuan tubuh
untuk menjaga kesetimbangan pada posisi tetap (sewaktu berdiri dengan satu kaki, berdiri
diatas papan keseimbangan); keseimbangan dinamis adalah kemampuan untuk
mempertahankan kesetimbangan ketika bergerak.

Keseimbangan merupakan interaksi yang kompleks dari integrasi/interaksi sistem sensorik


(vestibular, visual, dan somatosensorik termasuk proprioceptor) dan muskuloskeletal (otot,
sendi, dan jar lunak lain) yang dimodifikasi/diatur dalam otak (kontrol motorik, sensorik,
basal ganglia, cerebellum, area asosiasi) sebagai respon terhadap perubahan kondisi internal
dan eksternal. Dipengaruhi juga oleh faktor lain seperti, usia, motivasi, kognisi, lingkungan,
kelelahan, pengaruh obat dan pengalaman terdahulu.

7
Fisiologi Keseimbangan

Kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dan kestabilan postur oleh aktivitas
motorik tidak dapat dipisahkan dari faktor lingkungan dan sistem regulasi yang berperan
dalam pembentukan keseimbangan. Tujuan dari tubuh mempertahankan keseimbangan adalah
: menyanggah tubuh melawan gravitasi dan faktor eksternal lain, untuk mempertahankan
pusat massa tubuh agar seimbang dengan bidang tumpu, serta menstabilisasi bagian tubuh
ketika bagian tubuh lain bergerak.

Komponen-komponen pengontrol keseimbangan adalah :

Sistem informasi sensoris

Sistem informasi sensoris meliputi visual, vestibular, dan somatosensoris.

a. Visual

Visual memegang peran penting dalam sistem sensoris. Cratty & Martin (1969) menyatakan
bahwa keseimbangan akan terus berkembang sesuai umur, mata akan membantu agar tetap
fokus pada titik utama untuk mempertahankan keseimbangan, dan sebagai monitor tubuh
selama melakukan gerak statik atau dinamik. Penglihatan juga merupakan sumber utama
informasi tentang lingkungan dan tempat kita berada, penglihatan memegang peran penting
untuk mengidentifikasi dan mengatur jarak gerak sesuai lingkungan tempat kita berada.
Penglihatan muncul ketika mata menerima sinar yang berasal dari obyek sesuai jarak
pandang.

Dengan informasi visual, maka tubuh dapat menyesuaikan atau bereaksi terhadap perubahan
bidang pada lingkungan aktivitas sehingga memberikan kerja otot yang sinergis untuk
mempertahankan keseimbangan tubuh.

b. Sistem vestibular

Komponen vestibular merupakan sistem sensoris yang berfungsi penting dalam


keseimbangan, kontrol kepala, dan gerak bola mata. Reseptor  sensoris vestibular berada di
dalam telinga. Reseptor pada sistem vestibular meliputi kanalis semisirkularis, utrikulus, serta
sakulus. Reseptor dari sistem sensoris ini disebut dengan sistem labyrinthine. Sistem
labyrinthine mendeteksi perubahan posisi kepala dan percepatan perubahan sudut. Melalui
refleks vestibulo-occular, mereka mengontrol gerak mata, terutama ketika melihat obyek yang
bergerak. Mereka meneruskan pesan melalui saraf kranialis VIII ke nukleus vestibular yang
berlokasi di batang otak. Beberapa stimulus tidak menuju nukleus vestibular tetapi ke
serebelum, formatio retikularis, thalamus dan korteks serebri.

Nukleus vestibular menerima masukan (input) dari reseptor labyrinth, retikular formasi, dan
serebelum. Keluaran (output) dari nukleus vestibular menuju ke motor neuron melalui medula
spinalis, terutama ke motor neuron yang menginervasi otot-otot proksimal, kumparan otot
pada leher dan otot-otot punggung (otot-otot postural). Sistem vestibular bereaksi sangat cepat
sehingga membantu mempertahankan keseimbangan tubuh dengan mengontrol otot-otot

8
postural.

c. Somatosensoris

Sistem somatosensoris terdiri dari taktil atau proprioseptif serta persepsi-kognitif. Informasi
propriosepsi disalurkan ke otak melalui kolumna dorsalis medula spinalis. Sebagian besar
masukan (input) proprioseptif menuju serebelum, tetapi ada pula yang menuju ke korteks
serebri melalui lemniskus medialis dan talamus.

Kesadaran akan posisi berbagai bagian tubuh dalam ruang sebagian bergantung pada impuls
yang datang dari alat indra dalam dan sekitar sendi. Alat indra tersebut adalah ujung-ujung
saraf yang beradaptasi lambat di sinovia dan ligamentum. Impuls dari alat indra ini dari
reseptor raba di kulit dan jaringan lain , serta otot di proses di korteks menjadi kesadaran akan
posisi tubuh dalam ruang.

Respon otot-otot postural yang sinergis (Postural muscles response synergies)

Respon otot-otot postural yang sinergis mengarah pada waktu dan jarak dari aktivitas
kelompok otot yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan kontrol postur.
Beberapa kelompok otot baik pada ekstremitas atas maupun bawah berfungsi
mempertahankan postur saat berdiri tegak serta mengatur keseimbangan tubuh dalam berbagai
gerakan. Keseimbangan pada tubuh dalam berbagai posisi hanya akan dimungkinkan jika
respon dari otot-otot postural bekerja secara sinergi sebagai reaksi dari perubahan posisi, titik
tumpu, gaya gravitasi, dan aligment tubuh.

Kerja otot yang sinergi berarti bahwa adanya respon yang tepat (kecepatan dan kekuatan)
suatu otot terhadap otot yang lainnya dalam melakukan fungsi gerak tertentu.

Kekuatan otot (Muscle Strength)

Kekuatan otot umumnya diperlukan dalam melakukan aktivitas. Semua gerakan yang
dihasilkan merupakan hasil dari adanya peningkatan tegangan otot sebagai respon motorik.

Kekuatan otot dapat digambarkan sebagai kemampuan otot menahan beban baik berupa beban
eksternal (eksternal force) maupun beban internal (internal force). Kekuatan otot sangat
berhubungan dengan sistem neuromuskuler yaitu seberapa besar kemampuan sistem saraf
mengaktifasi otot untuk melakukan kontraksi. Sehingga semakin banyak serabut otot yang
teraktifasi, maka semakin besar pula kekuatan yang dihasilkan otot tersebut. 

Kekuatan otot dari kaki, lutut serta pinggul harus adekuat untuk mempertahankan
keseimbangan tubuh saat adanya gaya dari luar. Kekuatan otot tersebut berhubungan langsung
dengan kemampuan otot untuk melawan gaya garvitasi serta beban eksternal lainnya yang
secara terus menerus mempengaruhi posisi tubuh.

Adaptive systems

Kemampuan adaptasi akan memodifikasi input sensoris dan keluaran motorik (output) ketika

9
terjadi perubahan tempat sesuai dengan karakteristik lingkungan.

Lingkup gerak sendi (Joint range of motion)

Kemampuan sendi untuk membantu gerak tubuh dan mengarahkan gerakan terutama saat
gerakan yang memerlukan keseimbangan yang tinggi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan

1)  Pusat gravitasi (Center of Gravity-COG)

Pusat gravitasi terdapat pada semua obyek, pada benda, pusat gravitasi terletak tepat di tengah
benda tersebut. Pusat gravitasi adalah titik utama pada tubuh yang akan mendistribusikan
massa tubuh secara merata. Bila tubuh selalu ditopang oleh titik ini, maka tubuh dalam
keadaan seimbang. Pada manusia, pusat gravitasi berpindah sesuai dengan arah atau
perubahan berat. Pusat gravitasi manusia ketika berdiri tegak adalah tepat di atas pinggang
diantara depan dan belakang vertebra sakrum ke dua.

Derajat stabilitas tubuh dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu : ketinggian dari titik pusat
gravitasi dengan bidang tumpu, ukuran bidang tumpu, lokasi garis gravitasi dengan bidang
tumpu, serta berat badan.

2)  Garis gravitasi (Line of Gravity-LOG)

Garis gravitasi merupakan garis imajiner yang berada vertikal melalui pusat gravitasi dengan
pusat bumi. Hubungan antara garis gravitasi, pusat gravitasi dengan bidang tumpu adalah
menentukan derajat stabilitas tubuh.

3)  Bidang tumpu (Base of Support-BOS)

Bidang tumpu merupakan bagian dari tubuh yang berhubungan dengan permukaan tumpuan.
Ketika garis gravitasi tepat berada di bidang tumpu, tubuh dalam keadaan seimbang. Stabilitas
yang baik terbentuk dari luasnya area bidang tumpu. Semakin besar bidang tumpu, semakin
tinggi stabilitas. Misalnya berdiri dengan kedua kaki akan lebih stabil dibanding berdiri
dengan satu kaki. Semakin dekat bidang tumpu dengan pusat gravitasi, maka stabilitas tubuh
makin tinggi. 

Keseimbangan Berdiri

Pada posisi berdiri seimbang, susunan saraf pusat berfungsi untuk menjaga pusat massa tubuh
(center of body mass) dalam keadaan stabil dengan batas bidang tumpu tidak berubah kecuali
tubuh membentuk batas bidang tumpu lain (misalnya : melangkah). Pengontrol keseimbangan
pada tubuh manusia terdiri dari tiga komponen penting, yaitu sistem informasi sensorik
(visual, vestibular dan somatosensoris), central processing dan efektor.

Pada sistem informasi, visual berperan dalam contras sensitifity (membedakan pola dan
bayangan) dan membedakan jarak.  Selain itu masukan (input) visual berfungsi sebagai
kontrol keseimbangan, pemberi informasi, serta memprediksi datangnya gangguan. Bagian

10
vestibular berfungsi sebagai pemberi informasi gerakan dan posisi kepala ke susunan saraf
pusat untuk respon sikap dan memberi keputusan tentang perbedaan gambaran visual dan
gerak yang sebenarnya.  Masukan (input) proprioseptor pada sendi, tendon dan otot dari kulit
di telapak kaki juga merupakan hal penting untuk mengatur keseimbangan saat berdiri static
maupun dinamik

Central processing berfungsi untuk memetakan lokasi titik gravitasi, menata respon sikap,
serta mengorganisasikan respon dengan sensorimotor. Selain itu, efektor berfungsi sebagai
perangkat biomekanik untuk merealisasikan renspon yang telah terprogram si pusat, yang
terdiri dari unsur lingkup gerak sendi, kekuatan otot, alignment sikap, serta stamina.

Postur adalah posisi atau sikap tubuh. Tubuh dapat membentuk banyak postur yang
memungkinkan tubuh dalam posisi yang nyaman selama mungkin. Pada saat berdiri tegak,
hanya terdapat gerakan kecil yang muncul dari tubuh, yang biasa di sebut dengan ayunan
tubuh. Luas dan arah ayunan diukur dari permukaan tumpuan dengan menghitung  gerakan
yang menekan di bawah telapak kaki, yang di sebut pusat tekanan (center of pressure-COP).
Jumlah ayunan tubuh ketika berdiri tegak di pengaruhi oleh faktor posisi kaki dan lebar dari
bidang tumpu.

Posisi tubuh ketika berdiri dapat dilihat kesimetrisannya dengan : kaki selebar sendi pinggul,
lengan di sisi tubuh, dan mata menatap ke depan. Walaupun posisi ini dapat dikatakan sebagai
posisi yang paling nyaman, tetapi tidak dapat bertahan lama, karena seseorang akan segera
berganti posisi untuk mencegah kelelahan.

Alat dan binatang percobaan yang diperlukan :


1. Katak
2. Papan fiksasi katak + gelas beker
3. Ether + kapas + jarum pentul
4. Skapel + gunting halus + pinset halus + bor halus
5. Kursi putar barany
6. Tongkat atau statif yang panjang.
7. Bak berisi air.

Cara Kerja :
I. Percobaan pada katak
1. Meletakkan seekor katak dipapan fiksasi dan menutup dengan gelas beker.
2. Memegang papan fiksasi dan gelas beker itu dengan kedua belah tangan dan
menggerakkan keatas, kebawah dan memutar kekanan dank e kiri.
3. Memperhatikan dengan seksama perubahan-perubahan sikap pada katak :
a. Posisi kepala
b. Fleksi/ekstensi ekstermitas
4. Membuka gelas beker dan memalingkan kepala katak kanan, memperhatikan sikap
dan kedudukan kakinya.
5. Memasukkan katak itu kedalam bak yang berisi air dan memperhatikan gerakan
kaki dan arah berenangnya.
6. Membuang labirin kanan katak itu dengan cara sebagai berikut :
a. Membius katak dengan cara memasukkan bersama-sama dengan kapas yang
telah dibasahi dengan eter ke dalam gelas beker yang ditelungkupkan.

11
b. Setelah katak itu terbius, meletakkan katak telentang dipapan fiksasi dan
sematkan jarum-jarum pentul pada kakinya.
c. Fiksasi rahang atas katak dengan jarum pentul pada papan fiksasi dan
membuka mulut selebar-lebarnya.
d. Mengunting selaput lendir rahang atas di garis median dengan guting halus
sesuai dengangaris y pada gambar.
e. Membebaskan selaput lender itu dari jaringan dibawahnya dan mendorong
kea rah lateral. Mencegah perdarahan sedapat-dapatnya.
f. Memperhatikan dasar tengkorak katak terutama os. Parabasalenya yang
membayang (= p pada gambar).
g. Merusak labirin kanan dengan jalan member os parabasale di tempat yang
diberikan tanda X secara hati-hatu sedalam ± 1-2 mm (sampai terasa bahwa
bor telah menembus tulang yang keras)
h. Membersihkan daerah operasi dengan kapas dan mengembalikan selaput
lender ketempat semula dengan demikian alat keseimbangan kanan telah
dibuang.
7. Setelah efek pembiusan pada katak menghilang, mengulangi tindakan no. 1 s/d no.
5
8. Membuang sekarang labirin kiri dengan cara yang sama seperti sub. 6 dengan
demikian kedua alat keseimbangan telah dibuang.
9. Menggulangi sekarang tindakan no. 1 s/d no. 5
10. Mencatat hasil pengamatan pada formulir yang tersedia.

II. Percobaan pada manusia


Pengaruh kedudukan kepala dan mata yang normal terhadap keseimbangan badan :
1. Menyuruh orang percobaan berjalan mengikuti suatu garis lurus dilantai dengan
mata terbuka dan kepala serta badan sikap yang biasa. Memperhatikan jalannya
dan menanyakan apakah ia mengalami kesukaraan dalam mengikuti garis lurus
tersebut.
2. Mengulangi percobaan diatas (no.1) dengan mata tertutup.
3. Mengulangi percobaan diatas (no.1 dan 2) dengan :
a. Kepala dimiringkan dengan kuat ke kiri.
b. Kepala dimiringkan dengan kuat ke kanan.
Hasil :
I. Setelah dilakukan pengrusakan pada labirin katak,arah jalan katak sesuai dengan
labirin yang dirusak. Ketika labirin sebelah kanan dirusak di air katak akan berenang
ke arah kanan dan sebaliknya.
II. O.P berjalan lurus dengan mata terbuka dan kepala serta badan sikap yang biasa. O.P
berjalan lurus pada saat matanya tertutup. O.P berjalan lurus pada saat mata terbuka
dengan kepala dimiringkan kuat baik ke kanan maupun ke kiri. Akan tetapi pada saat
kepala dimiringkan ke kanan dengan mata tertutup, maka O.P berjalan kearah kanan.
Sedangkan kepala dimiringkan kuat ke kiri dengan mata tertutup, maka O.P berjalan
kearah kiri.
Pembahasan :
Pada saat O.P. dengan mata terbuka berjalan lurus kemudian mata ditutup, arah berjalan
akan sama, yaitu lurus. Pada saat kepala dimiringkan dan berjalan pada keadaan mata

12
terbuka, O.P. masih dapat berjalan lurus. Namun, pada saat kepala dimiringkan dan O.P.
berjalan pada mata dengan keadaan tertutup, O.P. akan berjalan miring yang sama dengan
arah miring kepala.
Hal tersebut dikarenakan proses keseimbangan dalam berjalan juga dipengaruhi oleh
visualisasi atau pengelihatan. Mata akan membantu agar tetap fokus pada titik utama untuk
mempertahankan keseimbangan, dan sebagai monitor tubuh selama melakukan gerak statik
atau dinamik.
Kesimpulan :
Proses pengelihatan dapat mempengaruhi keseimbangan seseorang.

13
Percobaan Keseimbangan pada Manusia

Tujuan :
1. Mendemonstrasikan kepentingan kedudukan kepala dan mata dalam mempertahankan
keseimbangan badan manusia
2. Mendemonstrasikan dan menerangkan pengaruh percepatan sudut :
a. Dengan kursi Barany terhadap
- Gerakan bola mata
- Tes penyimpangan penunjukan
- Tes jatuh
- Kesan (sensasi)
b. Dengan berjalan mengelilingi statif
Alat yang diperlukan :
Kursi barany + tongkat/statif yang panjang.
Cara Kerja :
A. Percobaan dengan kursi Barany
1. Nistagmus
a. Menyuruh orang percobaan duduk tegak di kursi Barany dengan kedua
tangannya memegang erat tangan kursi.
b. Menutup kedua matanya dengan sapu tangan dan menundukkan kepala o.p
30° kedepan.
c. Memutarkan kursi ke kanan 10 kali dalam 20 detik secara teratur dan tanpa
sentakan.
d. Menghentikan pemutaran kursi secara tiba-tiba.
e. Membuka sapu tangan dan menyuruh lagi o.p melihat jauh kedepan
f. Memperhatikan adanya nistagmus. Menempatkan arah komponen lambat dan
cepat nistagmus tersebut.

B. Test penyimpangan penunjukan (Pas Pointing Test of Barany)


1. Menyuruh o.p duduk tegak di kursi Barany dan menutup kedua matanya dengan
sapu tangan.
2. Memeriksa sendiri tepat dimuka kursi Barany sambil mengulurkan tangan kearah
o.p
3. Menyuruh o.p meluruskan lengan kanannya kedepan sehingga dapat menyentuh
jari tangan pemeriksa yang telah diulurkan sebelumnya.
4. Menyuruh o.p mengangkat lengan kanannya keatas dan kemudian dengan cepat
menurunkan kembali sehingga dapat menyentuh jari pemeriksa lagi. Tindakan no.
1 s/d 4 merupakan Persiapan untuk tes yang sesungguhnya sebagai berikut :
a. Menyuruh o.p dengan kedua tangannya memegang erat tangan kursi.
b. Memutar kursi ke kanan 10 kali dalam 20 detik secara teratur tanpa sentakan.

A. Kesan sensasi
1. Menggunakan orang percobaan yang lain
2. Menyuruh o. duduk dikursi Barany dan menutup kedua matanya dengan sapu
tangan.

14
3. Memutar kursi Barany tersebut ke kanan dengan kecepatan yang berangsur-
angsur bertambah dan kemudian mengurangi kecepatan putarannya secara
berangsur-angsur sampai terhenti.
4. Menanyakan kepada o.p arah perasaan berputar
a. Sewaktu kecepatan putar masih bertambah
b. Sewaktu kecepatan putar menetap
c. Sewaktu kecepatan putar dikurangi
d. Segera setelah kursi dihentikan.
5. Memberikan keterangan tentang mekanisme terjadinya arah perasaan berputar
yang dirasakan oleh o.p
B. Percobaan sederhana untuk kanalis semisirkularis horizontal
1. Menyuruh o.p dengan mata tertutup dan kepala ditundukan 30°, berputar sambil
berpegangan pada tongkat atau statif, menurut arah jarum jaram sebanyak 10 kali
dalam 30 detik.
2. Menyuruh o.p berhenti, kemudian membuka matanya dan berjalan lurus ke muka.
3. Memperhatikan apa yang terjadi
4. Mengulangi percobaan ini dengan berputar menurut arah yang berlawanan
dengan arah jarum jam.
Hasil :
A. Percobaan dengan kursi barany :
Pada percobaan ini, setelah o.p diputar dengan kursi ke kanan sebanyak 10 kali. Maka
pada mata o.p terjadi nistagmus horizontal.

B. Test penyimpangan penunjukan (Pas Pointing Test of Barany) :


Pada o.p terjadi nistagmus dan o.p masih bisa menunjuk dengan deviasi ke arah
kanan.

A. Kesan Sensasi :
Dengan adanya sensasidari arah kanan, maka reaksi tubuh pasien bergerak kesebelah
kiri.

B. Percobaan Sederhana Untuk Kanalis Semisirkularis Horizontal :


Setelah diputar baik searah maupun berlawanan arah jarum jam, maka o.p berjalan
miring ke arah kiri,

Pembahasan :
Aparatus vestibularis terdiri dari kanalis semisirkularis dan organ otolit (utrikulus dan
sakulus). Aparatus vestibularis mendeteksi perubahan posisi dan gerakan kepala.
Kanalis semisirkularis mendeteksi akselarasi atau deselarasi anguler atau rotasional
kepala. Akselarasi atau deselarasi selama rotasi kepala ke segala arah menyebabkan
pergerakan endolimfe yang awalnya tidak ikut bergerak sesuai arah rotasi kepala karena
inersia. Apabila gerakan kepala berlanjut dalam arah dan kecepatan yang sama, endolimfe
akan menyusul dan bergerak bersama dengan kepala sehingga rambut-rambut kembali ke
posisi tegak. Ketika kepala berhenti, keadaan sebaliknya terjadi. Endolimfe secara singkat
melanjutkan diri bergerak searah dengan rotasi kepala sementara kepala melambat unutk
berhenti.

15
Ketika seseorang berada dalam posisi tegak, rambut-rambut pada utrikulus berorientasi
secara vertikal dan rambut-rambut sakulus berjajar secara horizontal.
Pertanyaan :
4.1.Apa guna audiometer dan bagaimana cara kerjanya ?
4.2.Apa yang dimaksud dengan frekuensi hertz ?
4.3.Apa yang dimaksud dengan satuan desibel ?
4.4.Apa yang dimaksud pemutusan nada pada pemeriksaan ?
4.5.Apa arti fisiologis intensitas O dp pada alat ?
4.6.Apa maksud kita memalingkan kepala katak ?
4.7.Bagaimana kita mengetahui bahwa katak sudah terbius ?
4.8.Bagaimana pengaruh sikap kepala dan mata terhadap keseimbangan badan ?
4.9.Apa maksud tindakan penundukan kepala o.p 30° ke depan ?
4.10. Apa yang dimaksud Rotatory Nistagmus dan Postrotatory nystagmus ?
4.11. Apa yang saudara harapkan terjadi pada o.p ketika berjalan lurus ke muka setelah
berputar 10 kali searah dengan jarum jam ? Bagaimana keterangannya ?

Jawaban Pertanyaan :
4.1. Audiometry adalah teknik untuk mengidentifikasi prilaku dari kehilangan kemampuan
mendengar dan untuk mendapatkan tingkat pendengaran dengan cara merekam respon
dari pasien setelah memberikan pasien tersebut rangsangan auditory dengan berbagai
intensitas level.
4.2. Frekuensi adalah jumlah getaran setiap satuan waktu.
4.3. Desibel merupakan ukuran yang digunakan untuk menentukan nilai kebisingan suatu
tempat dengan membandingkan antara lemah kuatnya amplitudo yang ditransmisi
dengan
gangguan dalam proses transmisi tersebut.
4.4. Maksud pemutusan nada pada pemeriksaan adalah melepas tombol sehingga nada
tidak terdengar lagi untuk menguji apakah orang percobaan benar-benar mendengar
atau hanya pura-pura mendengar.
4.5. Dalam fisika, 0 db sama dengan tingkat tekanan yang mengakibatkan gerakan
molekul udara dalam keadaan udara diam, yang hanya dapat terdeteksi dengan
menggunakan instrumen fisika, dan tidak akan terdengar oleh telinga manusia. Oleh
karena itu, di dalam audiologi ditetapkan tingkat 0 yang berbeda, yang disebut 0 dB
klinis atau 0 audiometrik. Nol inilah yang tertera dalam audiogram, yang merupakan
grafik tingkat ketunarunguan. Nol audiometrik adalah tingkat intensitas bunyi
terendah yang dapat terdeteksi oleh telinga orang rata-rata dengan telinga yang sehat
pada frekuensi 1000 Hz.
4.6. Maksudnya adalah melihat sikap dan kedudukan kaki yang normal bila kepala katak
dimiringkan ke kanan.
4.7. Cara mengetahuinya adalah katak yang terbius maka pergerakannya kurang dan tidak
begitu aktif daripada saat katak tersebut dalam keadaan tidak terbius (normal), ditusuk
dengan jarum pentul –> tidak memberikan respons
4.8. Pengaruhnya adalah pada saat kepala dimiringkan, maka mata akan ikut miring
kearah
miringnya kepala. Mata akan membantu agar tetap fokus pada titik utama untuk
mempertahankan keseimbangan, dan sebagai monitor tubuh selama melakukan gerak

16
statik atau dinamik. Penglihatan juga merupakan sumber utama informasi tentang
lingkungan dan tempat kita berada, penglihatan memegang peran penting untuk
mengidentifikasi dan mengatur jarak gerak sesuai lingkungan tempat kita berada.
4.9. Agar canalis semisirkularis anterior sejajar dengan bidang bumi
4.10. Nistagmus horizontal : nistagmus yang gerakannya berada mata disekitar aksis visual.
Post-rotatory nistagmus adalah keadaan normal yang ditemukan pada hewan pasca
pemutaran yang terjadi akibat pergerakan kupula sewaktu rotasi dihentikan memiliki
arah berlawanan.
O.p. akan berjalan searah putarannya. Bila op diputar ke kanan maka jalannya lebih miring
ke arah kanan, bila diputar ke arah kiri maka jalannya akan ke arah kiri.

Kesimpulan :
Aparatus vestibularis mendeteksi perubahan posisi dan gerakan kepala. Kanalis
semisirkularis mendeteksi akselarasi atau deselarasi anguler atau rotasional kepala. Ketika
seseorang berada dalam posisi tegak, rambut-rambut pada utrikulus berorientasi secara
vertikal dan rambut-rambut sakulus berjajar secara horizontal.

17
DAFTAR PUSTAKA

Sherwood, Lauralee.2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta. EGC.

http://physio.indonusa.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=115:
keseimbangan&catid=93:fisioterapi-neuromuskular&Itemid=80

18

You might also like