Kelas IPS 3/28 Daftar isi Hal judul Abstrak Daftar isi Bab I. pendahuluan 1.1latar belakang 1.2rumusan masalah 1.3tujuan 1.4ruang lingkup permasalahan 1.5manfaat1.6metodologi Bab II. Landasan teori Bab III. Pembahasan Bab IV. Penutup 5.1 kesimpulan 5.2 saran Daftar pustaka Lampiran
Bab I Pendahuluan
1.1 latar belakang
dewasa ini, pembangunan, urbanisasi dan pencemaran lingkungan hidup merupakan tiga fenomena berkelanjutan yang tidak dapat dipisahkan dan harus mendapat perhatian pemerintah kota, baik dinegara industri maju maupun di Negara industri berkembang. Pertumbuhan kota yang cepat secara langsung berimplikasi pada pembangunan infrastruktur dan pelayanan public. Kurangnya pelayanan air bersih, sistem sanitasi yang baik, penyediaan rumah dan transportasi yang baik untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan penduduk kota, akan menjasi penyebab utama timbulnya masalah di kota-kota Negara berkembang. 1.2 rumusan masalah adapun rumusan masalah dalam makalah ini,ialah sebagai berikut: a. bagaimanakah merancang sistem tata kota yang baik? b. bagaimanakah managemen perkotaan yang baik dan benar? 1.3 tujuan adapun tujuan yang ingin dicapai ialah: a. mengetahui tata cara perancangan system perkotaan yang baik b. mengetahui managemen perkotaan yang baik dan benar 1.4 ruang lingkup ruang lingkup dari pembahasan masalah dalam makalah ini ialah segala sesuatu yamg berkenaan dengan masalah sputar tata kota ditinjau dari aspek sosial- ekonomi masyarakat yang hidup didaerah kota. 1.5 kemanfaatanfungsi kemanfaatan dari makalah ini ialah: a. sebagai bahan referensi untuk bahan pembelajaran bagi masyarakat umum, profesional atau para pengaambil kebijakan b. sebagai pembanding dari karya tulis lainnya yang sejenis untuk menambah keragaman pembahasan yang ada mengenai permasalahan kota baru-baru ini. 1.6 metodologi penyajian pembahasan makalah ini memakai metode sebagai berikut: a. melakukan kajian pustaka beberapa buku literatur yang membahas masalah perkotaan b. melakukan browsing di internet untuk mengumpulkan data-data penting lainnya.
Bab II Landasan teori
Kota-kota tumbuh cepat
Pertumbuhan kota dinegar-negara yang sedang berkembang telah menjasi masalah lama, walaupun kenyataannya menunjukkkan bahwa perencana dan pengelola perkotaan telah berusaha mengatasinya. Dalam periode antara 1950- 1990, jumlah penduduk kota di dunia telah meningkat lebih kurang tiga kali lipat, yakni 730 juta menjadi 2,3 milyar jiwa. Antara tahun 1990-2020 angka ini diperkirakan menjadi dua kali lipat, melewati 4,6 milyar. 93% dari jumlah tersebut akan akan terjadi di dunia yang sedang berkembang. Artinya, lebih dari 2,2 milyar penduduk akian tinggal di dunia kumuh di dunia ketiga. Pada saat ini sekitar 43% penduduk di dunia tinggal di daerah perkotaan. Di Negara-negara industri maju, sekitar 93% penduduknya tinggal di daerah perkotaan, sedangkan di negara-negara berkembang sekitar 34%. Meskipun demikian, estimasi rata-rata tersebut tidak menunujukkan variasi yang tajam diantar Negara-negara tersebut., yakni lebih dari 90% di belgia, inggris, hongkong dan singapura; bebeda jauh dengan Nepal, Uganda, Rwanda, dan Burundi yang hanya sekitar 10% penduduknya tinggal di daerah perkotaan. Tingkat pertambahan penduduk kota di dunia selama periode 1970-1980 tercatat sekitar 2,5% pertahun, dengan variasi tajam antra Negara industri dengan Negara berkembang, yakni 1% per tahun bebanding 3,7% persen per tahun. Di dua belas negara afrika, tingkay pertumbuhan kota diperkirakan melebihi 7% per tahun, terutama di awal tahun 1980-an. Secara keseluruhan jumlah penduduk kota di negara-negara berkembangakan sama dengan jumlah penduduk perkotaan di negara-negara maju pada awal tahun 1970-an, yang sekarang sekitar 1.400 juta dibandingkan 900 juta di negara-negara maju. Tingkat pertumbuhan menjadi agak lambat sejak tahun 1950-an, terutama di Negara-negara maju. Hal yang sama terjadi pula di negara-negara brkenbang. Namun demikian, jumlah penduduk kota akan terus meningkat secara dramatis sampai abad ke-21.
Implikasi dari pertumbuhan kota
Pertumbuhan kota yang cepat secara langsung berimplikasi pada pembangunan infrastruktur dasar dan pelayanan pubik. Kurangnya pelayanan air bersih, system sanitasi yang baik, penyediaan rumah dan system transportasi yang baik untuk memenuhi pertumbuahn penduduk kota, menjadi penyaebab utama timbulnya berbagai permasalahan yang pelik di kota-kota negara yang sedang berkembang.Center for human settlement, basan PBB yang menangani pemukiman dalam laporannya mengestimasikan bawa sekitar 30% penduduk kota dunia yang sedanga berkembang tidak mempunyai akses terhadap air bersih dan 40% penduduk kota di asia tinggal di pemukiman yang tidak mempunyai sanitasi yang layak. Laporan yang sama menunjukkkan bahwa 40-50% penduduk di kota- kota Negara yang sedang berkembang tinggal di daerah kumuh dan pemukiman informal. 85% di addis ababa 59% di bogota dan 51% di Ankara. Karena tidak semua pumikiman informal memiliki kondisi yang layak, mereka tidak menerima pelayana infrastruktur dasar seperti jalan air dan listrik. Indikator kepadatan penduduk atau tingkat hunian per kamar menunjukkan tidak cukupnya suplai perumahan. Di India tingkat hunian per ruang ialah rata-rata 2,8 orang, sedangakan di Pakistan dan sri langka ialah 2,7 orang per ruang. Di Bombay metropolitan area, 77% rumah tannga dengan jumlah 5,3 orang tinggal di satu ruang. Pelayanan kota yang lain juga menunjukkan tidak dapat memenuhi kebutuhan penduduk kota. UNHCS memperkirakan bahwa seperaempat dari sampah kota yang dapat dikumpulkan oleh pemerintah kota. Sementara itu sisanya mungkin didaur ulang, dibakar atau dibuang ke sungai atau kali, yang lebih lanjut akan menyebabkan masalah kesehatan. Tidak cukupnya jaringan jalan menyebabkan kemacetan. Selain itu, pelayanan pendidikan dan kesehatan masih jauh dari kebutuhan ideal. Pemenuhan pelayanan kesehatan pada kelompok kaya mungkin sangat baik, namun sangat berbeda hanya pada kelompok miskin. Di India, tingkat kematian di daerah perkotaan lebih tinngi daripada di daerah pinggiran kota. Biaya yang diperlukan untuk memberikan pelayanan yang baik kepada setiap penduuk sudah tentu sangat basar. Prakash memperkirakan bahwa biaya per kapita untuk infrastruktur dasar kota berkisr antara 350-500 dolar AS pada tahun 1977, atau 1.400-2000 dollar AS pada tahun 1992. oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan infrastruktur dasar untuk pertambahan penduduk antara tahun 1990-2000 dibutuhkan sekitar 80-120 milyar dollar AS per tahun. Biaya ini hanya sekedar memenuhi kebutuhan pertambangan penduduk dan belum termasuk peningkatan kondisi dan infrastruktur pemukiman yang ada.jumlah ini adalah sekitar 2,5-4% dari produk nasional bruto Negara-negara yang sedang berkembang. Pada tahun 1985, badan perencana indida memperkirakan bahwa pwmerintah india harus menyediakan dana lebih dari 25 milyar dollar AS sampai tahun 2000. sedangkan di Indonesia diestimasikan bahwa pemerintah harus menginfestasikan dana sekitar 1,4 milyar dollar AS per tahun dari tahun 1985 sampai tahun 2000 untuk memenuhi kebutuhan pelayanan infrastruktur kota, atau seperlima dari anggaran pembangunan. Perhitungan tersebut sudah tentu penuh dengan perdebatan tentang definisi yang jelas tentang pelayanan dasar kota yang layak.Bagaimanakah perkembangan penduduk kota di Indonesia? Tingkat pertumbuhan yang tinggal di daerah perkotaan meningkat pesat dari tahun 1961 sampai tahun 2005. di dalamn hal ini perlu di bedakan antara dua pengertian, tingkat pertumbuhan penduduk dan level urbanisasi. Tingkat pertmbuhan penduduk dihitung dari jumlah pertambahan penduduk dibagi dengan jumlah penduduk pada saat itu. Demikian pula tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggal di daerah perkotaan, dihitung dari jumlah penduduk yang tinggal di daerah perkotaan dengan jumlah penduduk sekarang. Sedangkan level urbanisasi (level of urbanization) adalah persentase jumlah penduduk secara keseluruhan. Dua perhitungan ini umumnya digunakan untuk melihat pertumbuhan penduduk yang tinggal di daerah perkotaan di suatu Negara. Semakin besar tingkat pertumbuhan dan proporsi penduduk kota, maka jumlah penduduk yang tinggal di daerah prkotaan semakin tinggi.