You are on page 1of 15

Memotret Realitas Pendidikan Indonesia

Oleh: Wardah Nisa1


Pendahuluan
Jika kita berbicara mengenai pendidikan, berarti kita tidak hanya berbicara
mengenai sekolah, Guru, ataupun siswa saja akan tetapi meliputi kebijakan
pendidikan makro yang disebut dengan Sistem Pendidikan Nasional. Definisi
Pendidikan itu sendiri menurut UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia
serta keterampilan yang dibutuhkan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara,
yang nantinya diharapkan pendidikan Nasional dapat tercapai. Adapun Pendidikan
Nasional menurut UU yang serupa adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar
pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap
tuntutan perubahan zaman.
Dari kedua definsi diatas dapat kita asumsikan bahwa pendidikan di
indonesia sudah memiliki acuan ideal tujuan yang ingin dicapai dalam pendidikan,
sehingga sudah jelas kebijakan apa yang bisa diimplementasikan yang nantinya
akan diterapkan pada setiap satuan pendidikan. Akan tetapi pada faktanya, masih
banyak kebijakan (baik itu secara perundang-undangan ataupun kebijakan
anggaran pendidikan) yang tidak sesuai bahkan bertentangan dengan konsep dari
kedua definisi pendidikan tersebut.
Dalam kritiknya mengenai sistem pendidikan, Nelson, dkk (1996)
memfokuskan pada tiga komponen utama yakni: landasan pendidikan, kurikulum
pendidikan, dan manajemen pendidikan. Ketiga komponen itulah yang nantinya
akan dibahas secara terperinci untuk dapat melihat dengan jelas bagaimana potret
pendidikan di indonesia saat ini.

1
Staff Divisi PUSGERAK Greenforce BEM UNJ 2010

Makalah Kajian Pendidikan Oleh Pusat Studi Kajian dan Gerakan GreenForce BEM
UNJ 2010 Page 1
IDEOLOGI PENDIDIKAN INDONESIA: KONSERVATISME SOSIAL REVISIONIS DAN
LIBERALISME KOMPROMISTIS
O’Neill memetakan ideologi pendidikan ke dalam dua paradigma utama
pendekatan konservatif dan liberal. Paradigma konservatif, melihat adanya
ketidaksejajaran dalam masyarakat, namun hal itu dianggap wajar dan merupakan
hukum alamiah, tak bisa dihindari karena sudah digariskan oleh Tuhan. Oleh
karena itu, bagi kaum konservatif, keadaan sosial bukanlah sesuatu yang harus
diperjuangkan. O'neil dalam buku ini, memerikan ideologi konservatif dalam tiga
tradisi utama; fundamentalisme pendidikan, intelektualisme pendidikan, dan
konservatisme pendidikan. (O’Neill, 2001).
Sama seperti paradigma konservatif, paradigma liberal pun meyakini bahwa
ada masalah dalam masyarakat. Akan tetapi, bagi kaum liberal, pendidikan tak ada
kaitannya dengan persoalan politik dan ekonomi. Sungguh pun demikian, adanya
usaha untuk menyesuaikan tetaplah dilakukan. Hal itu dicirikhaskan dalam tiga
tradisi pokok paradigma liberal. (O’Neill, 2001).
Berdasarkan interpretasi Elite Pendidikan Indonesia terhadap komponen
landasan pendidikan nasional, kurikulum pendidikan nasional, dan manajemen
pendidikan nasional, sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, berdasarkan perspektif ideologi
pendidikan O’Neill dengan menggunakan pendekatan Nelson, ideologi pendidikan
Indonesia bisa disebut sebagai ideologi pendidikan konservatisme sosial revisionis
dan sekaligus bisa disebut pula ideologi liberalisme kompromistik (Soeharto,
2009)2.
Disebut demikian karena ideologi pendidikan Indonesia dapat memasuki di
kedua rumpun ideologi pendidikan sebagaimana yang diklasifikasi oleh O’Neill,
dengan revisi dan kompromi. Disebut Ideologi Pendidikan Indonesia termasuk
konservatisme sosial revisionis, berangkat dari interpretasi elit pendidikan
Indonesia terhadap komponen landasan pendidikan nasional, kurikulum pendidikan
nasional, dan manajemen pendidikan nasional, sebagaimana tertuang dalam
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
berdasarkan perspektif ideologi pendidikan O’Neill, mengandung ciri-ciri ideologi
2
Karti suharto. Perdebatan ideologi pendidikan. Cakrawala Pendidikan, Juni 2010, Th. XXIX, No. 2

Makalah Kajian Pendidikan Oleh Pusat Studi Kajian dan Gerakan GreenForce BEM
UNJ 2010 Page 2
pendidikan konservatif sosial, dengan melakukan revisi berupa penambahan ciri-
ciri ideologi pendidikan liberal.
Disebut Ideologi Pendidikan Indonesia termasuk liberal kompromistis,
berangkat dari interpretasi Elite Pendidikan Indonesia terhadap komponen
landasan pendidikan nasional, kurikulum pendidikan nasional, dan manajemen
pendidikan nasional, sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, berdasarkan perspektif ideologi
pendidikan O’Neill, mengandung ciri-ciri ideologi pendidikan liberal, dengan
melakukan kompromi berupa penambahan ciri-ciri ideologi pendidikan konservatif,
atau pengurangan “kadar” model liberalisme.
Berikut ini Aspek-Aspek dalam Komponen Pendidikan menurut Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional :
Komponen Landasan Komponen Kurikulum Komponen Manajemen
Dasar-Dasar Pendidikan Penetapan Standar Nasional Pengembangan tenaga
Nasional dan UUD 1945 Pendidikan oleh Pemerintah pendidik diatur
dengan undang-undang
Fungsi dan Tujuan Pengembangan Kurikulum Penyediaan sarana dan
Pendidikan Mangacu prasarana
Nasional SNP oleh satuan pendidikan
Prinsip-Prinsip Pendidikan Diversitas Kurikulum Sesuai Pendanaan pendidikan
Nasional: Pembudayaan Jenjang menjadi tanggungjawab
dan Keteladanan Pendidikan bersama antara
pemerintah,pemerintah
daerah, dan masyarakat
Prinsip-Prinsip Pendidikan Penyusunan Kurikulum Evaluasi pendidikan
Nasional: Demokratis dan dalam Kerangka Negara dilakukan melalui
Pemberdayaan Partisipasi Kesatuan Republik akreditasi dan sertifikasi
Masyarakat Indonesia
Hak dan Kewajiban: Muatan Wajib Kurikulum Badan hukum pendirian
Warga Negara Pendidikan Dasar dan satuan Pendidikan
Menengah
Hak dan Kewajiban: a. Muatan Wajib Pengawasan dan
Negara Kurikulum penyelenggaraan
Pendidikan Tinggi dilakukan dengan prinsip
b. Penetapan Kerangka transparansi
Dasar dan Struktur dan akuntabilitas diatur
Kurikulum oleh pemerintah
Pendidikan Dasar dan Sanksi atau ketentuan
Menengah oleh pidana atas
Pemerintah pelanggaran diatur
c. Diversitas pemerintah

Makalah Kajian Pendidikan Oleh Pusat Studi Kajian dan Gerakan GreenForce BEM
UNJ 2010 Page 3
Pengembangan
Kurikulum
Pendidikan Dasar dan
Menengah di bawah
Koordinasi dan
Supervisi Negara
d. Pengembangan
Pendidikan Tinggi
Mengacu Standar
Nasional Pendidikan
e. Pengembangan
Kerangka Dasar dan
Struktur Kurikulum
Pendidikan Tinggi
Mengacu Standar
Nasional Pendidikan
f. Evaluasi Hasil Belajar
Dilakukan oleh
pendidik

Realita Kebijakan Pendidikan di Indonesia


Seperti yang telah dipaparkan pada pendahuluan, bahwa kebijakan makro
pendidikan di indonesia diatur dalam Undang-undang sistem pendidikan nasional.
Konsep yang ditawarkan dalam undang-undang tersebut sudah sesuai dengan
ideologi yang dianut oleh pendidikan kita, sayangnya pada fakta dilapangan masih
menimbulkan pro-kontra dalam implementasinya, sehingga melahirkan sejumlah
permasalahan yang krusial.
Pertama, pada pasal 53 yang mengatur tentang badan hukum pendidikan
menjadi gugur dengan sendirinya setelah mahkamah konstitusi pada 31 maret 2010
membatalkan UU BHP. Jika dalam UU Sisdiknas tercantum, akan tetapi pada
implementasinya ditolak, ini akan menjadi masalah tersendiri. Lantas
menimbulkan sebuah pertanyaan besar, kebijakan seperti apa yang memang lebih
layak untuk diimplementasikan?. Pasca ditolaknya BHP, Kemendiknas telah
mengajukan dua opsi. Opsi pertama dengan peraturan pemerintah pengganti
Undang-undang, peraturan pemerintah, Undang-undang yang baru, peraturan
presiden, maupun peraturan menteri. Selain itu, opsi kedua adalah merevisi
Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahn 2005 yang merupakan turunan dari UU

Makalah Kajian Pendidikan Oleh Pusat Studi Kajian dan Gerakan GreenForce BEM
UNJ 2010 Page 4
Sisdiknas3. Hingga saat ini, masih belum ada kejelasan mana yang akan
diimplementasikan sebagai payung hukum pendidikan di perguruan tinggi.
Kedua, walaupun pada November 2009 MK telah memutuskan untuk
menghapus sistem Ujian Nasional, mekanisme evaluasi pendidikan yang diterapkan
saat ini masih belum mengalami perubaan, yakni melalui Ujian Nasional (UN), yang
nampaknya sudah rutin setiap tahun menjadi kontroversi. Padahal dalam pasal 57-
59 UU sisdiknas, hanya mengatur tentang evaluasi pendidikan yang
implementasinya tidak harus melalui Ujian nasional, walaupun pemerintah
mencantumkan dalam PP Nomor 19 Tahun 2005 yang mengamanatkan Ujian
Nasional dari tingkat SD hingga SMTA.
Keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan nasional dapat ditentukan oleh
sistem evaluasi yang dipakai. Jika sistem evaluasi semacam UN yang digunakan,
tidak dapat berdampak besar pada pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Berdasarkan hasil penelitian Benjamin Bloom, hal ini karena tingkah laku belajar
peserta didik akan dipengaruhi oleh perkiraan mereka tentang hal apa yang akan
diujikan. Dampak buruk dari hal tersebut ialah peserta didik akan mengabaikan
berbagai kegiatan belajar yang tidak akan diujikan, seperti meneliti, belajar
menulis makalah, belajar mengapresiasikan karya sastra, belajar berdemokrasi dan
berbagai proses belajar lain yang bermakna transformasi budaya4.
Jika melihat tingkat kelulusan UN 2010 di tingkat SMA yang mengalami
penurunan daripada UN 2009, jika pada tahun 2009 mencapai 95,05% maka pada
tahun 2010 hanya mencapai 89,61%. Hal ini memberikan dampak yang
mengejutkan bagi siswa-siswi yang tidak lulus dalam UN. Tujuan utama dari UN
adalah mengadakan evaluasi sejauh mana siswa mendalami materi yang diberikan
selama rentang waktu masa pendidikan, akantetapi alih-alih memberikan evaluasi
UN malah menjadi momok yang menakutkan bagi para siswa.
Hasil UN memang bisa menjadi malapetaka tersendiri bagi siswa yang tidak
lulus, tercatat ada banyak kasus percobaan bunuh diri karena malu dan putus asa.
Diantaranya Sri wahyuni, siswi SMK III kabupaten muarojambi,nekat menenggak
racun serangga setelah mengetahui dirinya tidak lulus UN. Sri ditemukan meregang

3
Pengganti UU BHP segera diserahkan. Koran Tempo, 29 April 2010 h.7
4
Fadli Ar-ridjal. Pendidikan Indonesia Nasibnya Kini. Makalah Departemen Pendidikan BEM UNJ dalam kajian BEM
SI

Makalah Kajian Pendidikan Oleh Pusat Studi Kajian dan Gerakan GreenForce BEM
UNJ 2010 Page 5
nyawa di kamarnya, ia sempat dilarikan ke rumah sakit namun sayangnya
nyawanya tidak bisa diselamatkan.

Belum lagi permasalahan pendanaan UN yang pada tahun 2010 saja


mencapai Rp 562 Miliar, yang dialokasikan untuk penyediaan soal, dana untuk
Ujian soal, dan pembiayaan tim pengawas5. Dana UN yang setiap tahun nya
membengkak, alangkah lebih baik jika digunakan untuk pembiayaan pendidikan
lain yang lebih bermanfaat, semisal penyediaan buku ajar ataupun perbaikan
infrastruktur.
Ketiga, fenomena menjamurnya rintisan sekolah bertaraf internasional.
Persoalan RSBI dan SBI telah menimbulkan masalah sosial yang baru, karena
berhasil menyulap pendidikan menjadi beberapa kasta. RSBI menutup akses
penerimaan pendidikan yang bermutu untuk masyarakat, kalau tidak benar-benar
kaya atau tidak benar-benar miskin, jangan harap bisa masuk RSBI. Padahal dengan
jelas tertulis pada ayat 3 pasal 31 UUD 1945 negara harus mengusahakan dan
menyelenggarakan suatu pendidikan nasional. Keberadaan RSBI merupakan turunan
dari pasal 50 ayat 3 UU Sisdiknas yang mengamanatkan bahwa setiap daerah
menyelenggarakan minimum satu sekolah bertaraf internasional.
Berdasarkan data Kemendiknas sejak tahun 2006-2010 pemerintah telah
mensubsidi sejumlah 1.172 buah RSBI untuk menjadi SBI dengan total bantuan dana
sebesar kurang lebih Rp 11,2 miliar. Yang hingga kini, evaluasi nya masih belum
jelas dan mengundang pro-kontra diberbagai kalangan.
Prinsip keadilan terhadap kesempatan yang setara mengajarkan bahwa bila
terjadi ketidaksetaraan kesempatan, maka seharusnya yang didalahulukan adalah
kelompok yang paling dirugikan (the most disadvantages). Program R/SBI ini malah
memberi banyak bantuan kepada the most advantages dalam masyarakat kita. Hal
ini akan makin meningkatkan ketidakberdayaan dari masyarakat yang tidak mampu
dan membuka jurang yang makin dalam di tengah masyarakat. Alih-alih pendidikan
diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif,

5
http://www.harianglobal.com/index.php?option=com_content&view=article&id=29172:biaya-un-2010-rp542-
m&catid=29:nasional&Itemid=54 diakses : 18 september 2010

Makalah Kajian Pendidikan Oleh Pusat Studi Kajian dan Gerakan GreenForce BEM
UNJ 2010 Page 6
program R/SBI justru mendorong kecemburuan sosial yang lebih tinggi dan
memperparah prasangka antar-kelas sosial6.
Selain masalah-masalah krusial yang ditimbulkan oleh ketidaksesuaian
implementasi undang-undang sisdiknas ada kebijakan lain yang diterapkan seperti
BLU atau BHMN yang diterapkan di Perguruan Tinggi Negeri memberikan luka yang
cukup mendalam pada pendidikan. Sistem pengelolaan tata keuangan yang malah
menyulap institusi pendidikan menjadi “perusahaan” yang mengedepankan
keuntungan secara materil.
Secara definisi menurut undang-undang No. 1 Tahun 2004, Pengelolaan
Keuangan-Badan Layanan Umum atau yang biasa disebut PK-BLU merupakan
Instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan
kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa
mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan
pada prinsip efisiensi dan produktivitas.
BLU memiliki sejumlah kriteria, diantaranya dikelola secara otonom dengan
prinsip efisiensi dan produktivitas ala korporasi. Untuk menjadi BLU diperlukan
beberapa syarat, diantaranya adalah syarat administratrif, yang mengharuskan
untuk membuat Rencana strategis Bisnis. Peluang ini disediakan untuk satuan kerja
Pemerintah yang melaksanakan tugas operasional Pelayanan Publik. jika dilihat
dari konsep dasarnya, sistem ini lebih cocok diterapkan di institusi pemeritah
seperi Rumah sakit, atau Jasa angkutan Umum. Sejauh ini, ada 42 Perguruan Tinggi
Negeri di Indonesia yang telah bertransformasi menjadi BLU.
Contohnya saja di Universitas Negeri Jakarta yang statusnya kini menjadi
BLU, telah mendapatkan bantuan dana pinjaman dari IDB sebesar 24,9 juta dolar
AS untuk membantu pengembangan kurikulum dan renstra bisnis nya. Dengan
adanya dana hutang kurikulum dirubah agar lulusannya dapat memenuhi standar
pasar kapitalistik, bukan memiliki kompetensi yang akan membangun bangsa
Negara. Lagi-lagi peraturan yang berlawanan dengan Undang-undang dasar 45
kembali dilegalkan.

6
Susi Fitri. Sekolah Bertaraf Internasional,Bertarif Internasional, atau Berharap Internasional?. Disampaikan pada
acara diskusi yang diselenggarakan oleh FIDE, Minggu, 18 Juli 2010 di Aula Perpustakaan UNJ.

Makalah Kajian Pendidikan Oleh Pusat Studi Kajian dan Gerakan GreenForce BEM
UNJ 2010 Page 7
Kebijakan Anggaran Pendidikan : Parodi Tikus Makan Sabun
Perdebatan mengenai kebijakan anggaran, telah ada sejak lama, hingga
akhirnya pada masa pemerintahan Abdurrahman wahid membuat sebuah gebrakan
dengan menaikan anggaran APBN untuk pendidikan hingga 22,5 %, walaupun
sempat mengalami penurunan pada tahun-tahun setelahnya, hingga pada saat
amandemen UUD 1945 pada pasal 31 ayat 4 menyatakan bahwa :
“Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh
persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dan anggaran
pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan
pendidikan nasional”

Sayangnya anggaran 20% tersebut masih termasuk gaji pendidik dan


kedinasan, padahal telah tiga kali rakyat menuntut kepada mahkamah konstitusi
untuk menggugat anggaran tersebut diluar dana APBN 20%, walaupun dikabulkan
pada tahun 2009 tetap saja terbentur dengan UU Sisdiknas tahun 2003 pasal 49
ayat 1.

Pembiayaan pendidikan, sebagaimana diatur dalam PP no. 48 tahun 2008


terbagi menjadi tiga: biaya satuan pendidikan, biaya penyelenggaraan dan
pengelolaan pendidikan dan biaya pribadi peserta didik. Berikut ini adalah rincian
pembiayaan pendidikan:

No Jenis Pembiayaan Rincian Anggaran


1 Biaya Satuan Pendidikan - Biaya investasi
- Penyediaan sarana
- Pengembangan SDM
- Maintenance
2 Biaya Penyelenggaraan dan - biaya personalia
Pengelolaan Pendidikan - biaya non-personalia
3 Biaya Pribadi Peserta Didik Dana bantuan pendidikan yang diberikan kepada
peserta didik

Makalah Kajian Pendidikan Oleh Pusat Studi Kajian dan Gerakan GreenForce BEM
UNJ 2010 Page 8
Sumber pemasukan untuk pembiayaan pendidikan, berasl dari APBN,APBD
dan dana dari Kemendiknas, yang pada 2010 saja mencapai 221,40 triliun.
Asumsinya dengan kucuran dana yang mencapai 20% dari APBN saja seharusnya
sudah mampu menopang perbaikan mutu pendidikan di indonesia, baik itu dari
perbaikan mutu secara kurikulum,pemerataan, sampai ke sarana dan pra-sarana.

Namun pada implementasinya, masih banyak pelanggaran yang dilakukan


oleh pemegang kebijakan, hingga berimbas pada stagnan nya kondisi pendidikan
kita, bahkan semakin mengalami kemunduran. Pada rentang tahun 2004-2009 saja
ICW mencatat telah terjadi ada 142 kasus yang menyebabkan kerugian negara
hingga 240,3 Miliar. Belum lagi tingkat anak putus sekolah pada tahun 2009
menurut BKKBN mencapai 11,7 juta jiwa dan buta aksara yang mencapai 8,3 juta
jiwa789. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai kebocoran anggaran pendidikan
yang terlihat seperti parodi tikus makan sabun, ada baiknya kita mengetahui alur
pemberian dana pendidikan dari Pemerintah.

Mekanisme pembiayaan pendidikan di sekolah negeri di Indonesia mengalami


perubahan seiring dengan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah. Saat ini
aliran dana dari pusat ke daerah dilakukan melalui mekanisme dana perimbangan,
khususnya melalui dana alokasi umum (DAU) yang bersifat block grant. Sesuai
dengan UU no.25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah
pusat dengan daerah selain DAU dalah Dana alokasi khusus (DAK) dan dana bagi
hasil.

Di sektor pendidikan pelimpahan kewenangan dan anggaran yang terkait


dengan dekonsentrasi dilakukan oleh Depdiknas kepada gubernur yang
pelaksanaanya diserahkan kepada dinas pendidikan tingkat provinsi. Sementara
pelimpahan kewenangan dan anggaran tugas pembantuan dilakukan oleh
kemendiknas langsung ke tingkat provinsi. Ada empat jenis model penyaluran
anggaran :

9
http://www1.kompas.com/read/xml/2010/08/03/18062452/anak.putus.sekolah.semakin.bertambah diakses : 18
September 2010

Makalah Kajian Pendidikan Oleh Pusat Studi Kajian dan Gerakan GreenForce BEM
UNJ 2010 Page 9
1. Model dekonsentrasi yang pengelolaannya dipercayakan kepada
pemerintah daerah

2. Model Desentralisasi bidang pendidikan ke tingkat kota atau kabupaten


dalam upaya peningkatan mutu pendidikan dasar dan wajib belajar 9
tahun

3. Model Block Grant yaitu langsung diserahkan kepada pemerintah daerah


dan atau langsung ke sekolah yang bentuknya terdiri dari berbagai
program.

4. Model kontingensi diberikan ke daerah yang mengalami konflik sosial

Kebijakan Desentralisasi dana pendidikan yang pada awalnya untuk efisiensi


pendistribusian alokasi dana alih-alih meningkatkan kualitas pendidikan malah
membuka lahan baru untuk korupsi bagi para pemegang kebijakan pada tingkat
daerah, berikut ini pemetaan korupsi menurut institusi yang telah dikaji oleh ICW :

No Institusi tempat korupsi Jumlah Kasus Kerugian Negara


(Rp Miliar)
1 Dinas Pendidikan (Provinsi, 70 204.3
Kabupaten dan Kota)
2 Sekolah/Madrasah 3 46 4.1
3 Perguruan Tinggi 7 12.1
4 Sekretariat Daerah5 6 8.0
5 Kanwil Depag 5 1.8
6 Badan Negara 1 2.6
7 DPRD 1 1.6
8 LSM 1 1.0
9 Organisasi Guru 1 1.0
10 Ormas 1 0.5
11 Perpustakaan Daerah 1 0.0
12 Depdiknas 2 6.3

612 Total 142 243.3

Korupsi pendidikan yang terjadi ditenggarai sebagai faktor dominan yang


menghambat perkembangan pendidikan Indonesia saat ini. Berikut ini data korupsi
di sektor pendidikan menurut hasil kajian ICW:

Makalah Kajian Pendidikan Oleh Pusat Studi Kajian dan Gerakan GreenForce BEM
UNJ 2010 Page 10
Tahun Kasus Kerugian Negara (Rp Miliar)
2005 6 1.8
2006 7 6.4
2007 15 21.5
2008 69 142.9
2009 45 67.7
Jumlah 142 240.3

Berdasarkan perhitungan lama waktu penindakan diperoleh bahwa


dibutuhkan waktu rata-rata 1,5 tahun bagi penegak hukum untuk menindak sebuah
kasus korupsi disektor kesehatan. Hal ini relatif lama dibandingkan dengan
cepatnya keluarnya hasil audit oleh BPK. Audit BPK hanya membutuhkan waktu 6
bulan setelah tahun anggaran selesai. Artinya, penindakan kasus korupsi
seharusnya paling tidak membutuhkan waktu minimal 6 bulan setelah tindakan
korup dilakukan.

Salah satu implementasi dari kebijakan program penyaluran dana pendidikan


langsung untuk siswa dalah dengan digulirkan nya program BOS. BOS adalah
program pemerintah untuk penyediaan pendanaan sebagian biaya operasional bagi
satuan pendidikan dasar sebagai pelaksanaan program wajib belajar. Secara
umum, program ini ditujukan untuk meringankan beban masyarakat terhadap
pembiayaan pendidikan. Secara khusus BOS bertujuan untuk :

a. Membebaskan siswa SD dan SMP negeri dari biaya operasional, kecuali


untuk siswa R/SBI

b. Membebaskan seluruh siswa miskin dari seluruh pungutan apapun, baik di


sekolah negeri ataupun swasta

c. Meringankan beban biaya operasional sekolah bagi siswa di sekolah


swasta

Jenjang Kota Kabupaten


SD Rp 400.000/siswa/tahun Rp 397.000/siswa/tahun
SLTP Rp 575.000/siswa/tahun Rp 570.000/siswa/tahun
Alokasi dana bos. Sumber : Kementrian Pendidikan Nasional

Untuk RAPBN 2011, Kemendiknas mendapatkan alokasi dana sekitar 16,6


triliun untuk Dana BOS yang disalurkan langsung ke daerah melalui Dana Alokasi

Makalah Kajian Pendidikan Oleh Pusat Studi Kajian dan Gerakan GreenForce BEM
UNJ 2010 Page 11
Khusus. Menurut ICW, pelimpahan dana langsung ke daerah rawan akan korupsi,
terutama antara dinas pendidikan dengan sekolah10. Modus dugaan korupsi di pihak
sekolah antara lain berupa penggelapan dan anggaran dana.

Bank Dunia mengevaluasi pengeluaran dana Bantuan Operasional Sekolah


(BOS) selama dua tahun terakhir, mulai 2008 hingga 2009. Mereka menemukan
adanya biaya pengeluaran yang tidak semestinya. Hasil audit bank dunia tercatat
kurang dari tiga persen SMP mengelola dana BOS diluar aturan yang ditetapkan.
Pada 2009 tercatat sebanyak 2,3 persen SMP swasta melakukan penyelewengan
dana BOS. Sementara hanya 0,7 persen SMP negeri yang berani
menyelewengkannya11. Persentase penyelewengan dana BOS 2009 di SD dinilai
menurun dibanding 2008. Pada 2008 penyelewengan BOS di SD swasta mencapai
2,1 persen turun menjadi 1,2 persen.

Contoh kecilnya di DKI Jakarta misalnya, di sekolah Johar Baru berdasarkan


perhitungan jumlah siswa mestinya TKBM menerima Rp364 juta, sementara dana
yang diterima oleh TKBM hanya Rp10 juta. Inilah yang dianggap ada ketidakjujuran
dalam pengelolaan dana BOS/BOP di TKBM.

Walaupun Kebijakan anggaran di sektor pendidikan telah diupayakan


sedemikian rupa untuk meminimalisir inefisiensi anggaran atau kebocoran anggaran
masih banyak terjadi. Dari data-data diatas dapat terlihat bahwa korupsi pada
sektor pendidikan masih banyak terjadi, yang akhirnya menyebabkan
berkurangnya anggaran dan dana pendidikan, merusak mental birokrasi
pendidikan, meningkatkan beban biaya yang harus ditanggung masyarakat dan
turunnya kualitas layanan pendidikan. Bahkan dalam beberapa kasus, korupsi
pendidikan telah membahayakan nyawa peserta didik dalam bentuk ambruknya
gedung sekolah.

Dibutuhkan partisipasi dari berbagai pihak, tidak hanya dari pemerintah


sebagai pemegang kebijakan, akan tetapi dari masyarakat sebagai kontrol untuk
mengawasi penggunaan anggaran pendidikan. Minimal masyarakat dapar

10
Menjalankan dan Memusyawarahkan Dana BOS. Media Indonesia, 25 Agustus 2010
11
http://www.batampos.co.id/berita-utama/nasional/14026-smp-paling-banyak-
penyelewengan.html
Makalah Kajian Pendidikan Oleh Pusat Studi Kajian dan Gerakan GreenForce BEM
UNJ 2010 Page 12
berpartisipasi untuk pengawasan di tingkat satuan terkecil, yakni tingkat satuan
pendidikan (sekolah).

Penutup

Makalah Kajian Pendidikan Oleh Pusat Studi Kajian dan Gerakan GreenForce BEM
UNJ 2010 Page 13
Pendidikan adalah hak bagi semua warga Indonesia tidak memandang
apakah dia miskin, kaya, atau dari suku manapun. Pendidikan yag ideal dan merata
adalah impian bagi seluruh rakyat indonesia, namun pada faktanya masih banyak
kebijakan yang belum mendukung ataupun penyelewengan kebijakan yang akhirnya
merugikan banyak pihak. Dari pemaparan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa :

1. Perlu adanya revisi UU Sisdiknas yang menjadi acuan kebijakan pendidikan


nasional. Ternyata masih banyak pasal yang merugikan pendidikan, pasal
yang mudah diselewengkan karena ambiguitasnya, serta ada beberapa pasal
yang menciptakan kastanisasi pendidkan.
2. Perketat pengawasan untuk penggunaan pendidikan, karena dana pada
sektor pendidikan sangat rawan untuk disalahgunakan. Terbuki dari
banyaknya kasus korupsi yang semakin meningkat tiap tahun nya, namun
belum banyak ditindaklanjuti ke ranah hukum.
3. Kembalikan pendidikan Indonesia agar sesuai dengan fitrahnya, yang
mengacu pada ideologi yang dianut, UUD 1945, dan tidak merugikan rakyat,
karena pendidikan adalah pilar yang paling penting dalam membangun
bangsa.

Memang perlu partisipasi dan kesadaran dari banyak pihak untuk mewujudkan
pendidikan yang ideal bagi rakyat indonesia, ditengah arus globalisasi yang
menimbulkan pergeseran paradigma mengenai pendidikan. Semoga para pemegang
kebijakan segera tersadar dari mentalitas korupsinya, agar pendidikan indonesia
terus maju, dan menciptakan tunas-tunas bangsa yang berkompeten.

Sumber :

Makalah Kajian Pendidikan Oleh Pusat Studi Kajian dan Gerakan GreenForce BEM
UNJ 2010 Page 14
- http://intl.feedfury.com/content/16330924-sistem-pendidikan-nasional.html
diakses 17 september 2010
- Perdebatan ideologi pendidikan. Cakrawala Pendidikan, Juni 2010, Th. XXIX, No.
2
- Depdiknas. 2003. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Beserta Penjelasannya. Bandung: Citra Umbara
- O’Neill, William. 2001. ideologi-Ideologi Pendidikan.Yogyakarta : Pustaka Pelajar
- Darmaningtyas. 2005. Pendidikan Rusak-Rusakan.Yogyakarta : PT. LKIS Printing
Cemerlang
- Yamin, Moh. 2009. Menggugat Pendidikan Indonesia. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media
- Darmaningtyas. Mendesak Revisi UU Sisdiknas. Kompas, 16 Agustus 2010 h.6
- Fadli Ar-ridjal. Pendidikan Indonesia Nasibnya Kini. Makalah Departemen
Pendidikan BEM UNJ dalam kajian BEM SI.
- Dana RSBI akan dievaluasi. Kompas, 30 April 2010 h.1
- “Dana RSBI dan SBI Rawan Korupsi”. http://www.antikorupsi.org/antikorupsi/?
q=content/17438/dana-rsbi-dan-sbi-rawan-korupsi. Diakses 18 September 2010

- Susi Fitri. Sekolah Bertaraf Internasional,Bertarif Internasional, atau Berharap


Internasional?. Disampaikan pada acara diskusi yang diselenggarakan oleh FIDE,
Minggu, 18 Juli 2010 di Aula Perpustakaan UNJ.
- http://www.harianglobal.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=29172:biaya-un-2010-rp542-
m&catid=29:nasional&Itemid=54 diakses : 18 september 2010
- Pengganti UU BHP segera diserahkan. Koran Tempo, 29 April 2010 h.7
- http://www1.kompas.com/read/xml/2010/08/03/18062452/anak.putus.sekolah.s
emakin.bertambah diakses : 18 September 2010
- Peta korupsi pendidikan di indonesia. ICW, 2009
- Alokasi Anggaran Pendidikan di era otonomi daerah : Implikasinya terhadap
pelayanan pengelolaan pendidikan dasar. Hasil Penelitian lembaga penelitian
SMERU, Juni 2004
- Menjalankan dan Memusyawarahkan Dana BOS. Media Indonesia, 25 Agustus 2010
- http://erabaru.net/nasional/50-jakarta/12527-dugaan-penyelewengan-dana-bos
diakses 20 September 2010
- http://toentas.com/?p=1225 diakses 20 September 2010

Makalah Kajian Pendidikan Oleh Pusat Studi Kajian dan Gerakan GreenForce BEM
UNJ 2010 Page 15

You might also like