Professional Documents
Culture Documents
Menurut prasasti tersebut, raja Kerajaan Kutai yang terbesar adalah Mulawarman. Ia
adalah putra Aswawarman, sedangkan Aswawarman adalah putra Kundunga. Ditilik dari
nama sebutannya, para ahli berpendapat bahwa nama Mulawarman dan Aswawarman
memperoleh pengaruh dari India. Karena, di India juga ditemukan nama-nama serupa.
Sebaliknya, para ahli
mengatakan bahwa nama Kundungga yang merupakan kepala suku itu adalah nama asli
Indonesia. Selain itu, prasasti Yupa juga menyebut Aswawarman sebagai Dewa Ansuman
atau dewa Matahari dan dianggap sebagai Wangsakerta atau pendiri keluarga raja.
Raja Mulawarman sendiri telah menganut agama Hindu. Bahkan dalam prasasti itu ditulis
bahwa ia telah menyedekahkan 20.000 ekor lembu kepada para brahmana. Ia merupakan
pendiri dinasti dalam agama Hindu.
Kehidupan sosial dalam Kerajaan Kutai bisa dilihat dari pelaksanaaan upacara
penyembelihan kurban. Salah satu yupa menyebutkan bahwa Raja Mulawarman
memberikan sedekah berupa 20.000 ekor lembu kepada kaum brahmana. Sedekah itu
sendiri dilaksanakan di tanah suci yang bernama Waprakeswara, yaitu tempat suci untuk
memuja Dewa Syiwa. Dari peristiwa itu, kita bisa melihat bahwa hubungan yang terjadi
antara Raja Mulawarman dengan kaum brahmana terjalin secara erat dan harmonis.
Sebagai kerajaan Hindu yang beraliran Wisnu, Tarumanegara juga menjalankan upacara
sedekah dengan menyembelih 1.000 ekor sapi yang diserahkan kepada kaum brahmana.
Upacara tersebut dilaksanakan pada tahun 417 M setelah penggalian Sungai Gomati dan
Candrabhaga selesai dilaksanakan. Saluran air tersebut memiliki panjang 6.112 tombak
atau sekitar 11 km. Menurut prasasti Tugu, saluran tersebut dibuat untuk menghadapi
bencana banjir dan melindungi petani. Proyek ini dikerjakan secara gotong royong dan
melibatkan seluruh rakyat dalam waktu 21 hari.