Professional Documents
Culture Documents
DENGANNYA
Untuk mengetahui dan menentukan makki dan madani para ulama bersandar pada dua cara
utama .Manhaj sima`i naqli ( metode pendengaran seperti apa adanya ) dan Manhaj qiyasi
ijtihadi ( menganalogikan dan ijtihad ).
1.Cara sima'i naqli : didasarkan pada riwayat sahih dari para sahabat yang hidup pada saat dan
menyaksikan turunnya wahyu atau dari para tabi`in yag menerima dan mendengar dari para
sahabat sebagaiamana, dimana dan peristiwa apa yang berkaitan dengan turunnya wahyu itu.
Sebagian besar penentuan makki dan madani itu didasarkan pada cara pertama.
Dan contoh-contoh diatas adalah bukti paling baik baginya.
Penjelasan tentang penentuan tersebut telah memenuhi kitab-kitab tafsir bil ma`tsur. Kitab
asbabun Nuzul dan pembahasan-pembahasan mengenai ilmu-ilmu Qur`an.
2. Cara qiysi ijtihadi : didasarkan pada ciri-ciri makki dan madani. Apabila dalam surah makki
terdapat suatu ayat yang mengandung ayat madani atau mengandung persitiwa madani, maka
dikatakan bahwa ayat itu madani dan sebaliknya. Bila dalam satu surah terdapat ciri-ciri makki,
maka surah itu dinamakan surah makki. Juga sebaliknya. Inilah yang disebut qiyas ijtihadi.
Untuk membezakan makki dan madani, para ulama mempunyai tiga cara pandangan yang
masing-masing mempunyai dasarnya sendiri.
1) Pertama: Dari segi waktu turunnya. Makki adalah yang diturunkan sebelum hijrah meskipun
bukan dimekkah. Madani adalah yang turun sesudah hijrah meskipun bukan di madinah yang
diturunkan sesudah hijrah sekalipun dimekkah atau Arafah adalah madani Contoh : ayat yang
diturunkan pada tahun penaklukan kota makkah , firman Allah:
`Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak…` ( an-Nisa`
: 58 ). Ayat ini diturunkan di mekkah dalam ka`bah pada tahun penaklukan mekkah. Pendapat ini
lebih baik dari kedua pendapat berikut. Karena ia lebih memberikan kepastian dan konsisten.
2) Kedua : Dari segi tempat turunnya. Makki adalah yang turun di mekkah dan sekitarnya.
Seperti Mina, Arafah dan Hudaibiyah. Dan Madani ialah yang turun di madinah dan sekitarnya.
Seperti Uhud, Quba` dan Sil`. Pendapat ini mengakibatkn tidak adanya pembagian secara konkrit
yang mendua. Sebab yang turun dalam perjalanan, di Tabukh atau di Baitul Maqdis tidak
termasuk kedalam salah satu bagiannya, sehingga ia tidak dinamakan makki ataupun madani.
Juga mengakibatkan bahwa yang diturunkan dimakkah sesudah hijrah disebut makki.
3) Ketiga : Dari segi sasaran pembicaraan. Makki adalah yang seruannya ditujukan kepada
penduduk mekkah dan madani ditujukan kepada penduduk madinah. Berdasarkan pendapat ini,
para pendukungnya menyatakan bahwa ayat Qur`an yang mengandung seruan yaa ayyuhannas
( wahai manusia ) adalah makki, sedang ayat yang mengandung seruan yaa ayyu halladziina
aamanuu ( wahai orang-orang yang beriman ) adalah madani. Namun melalui pengamatan
cermat, nampak bagi kita bahwa kebanyakan surah Qur`an tidak selalu dibuka dengan salah satu
seruan itu, dan ketentuan demikianpun tidak konsisten. Misalnya surah baqarah itu madani,
tetapi didalamnya terdapat ayat makki.
Para ulama telah meneliti surah-surah makki dan madani, menyimpulkan beberapa ketentuan
analogis bagi keduanya yang menerangkan ciri-ciri khas gaya bahasa dan persoalan-persoalan
yang dibicarakannya. Dari situ mereka dapat menghasilkan kaedah-kaedah dengan ciri-ciri
tersebut.
Dari segi ciri tema dan gaya bahasa, ayat makky dapatlah diringkas sebagai berikut :
a) Ajakan kepada tauhid dan beribadah hanya kepada Allah, pembuktian mengenai risalah,
kebangkitan dan hari pembalasan, hari kiamat dan kengeriannya, neraka dan siksanya, surga dan
nikmatnya, argumentasi dengan orang musyrik dengan menggunkan bukti-bukti rasional dan
ayat-ayat kauniah.
b) Peletakan dasar-dasar umum bagi perundang-undangan dan ahlak mulia yang menjadi dasar
terbentuknya suatu masyarakat, dan penyingkapan dosa orang musyrik dalam penumpahan
darah, memakan harta anak yatim secara zalim. Penguburan hidup-hidup bayi perempuan dan
tradisi buruk lainnya.
c) Menyebutkan kisah para nabi dan umat-umat terdahulu sebagai pelaran bagi mereka sehingga
megetahui nasib orang yang mendustakan sebelum mereka, dan sebagai hiburan buat Rasulullah
SAW sehingga ia tabah dalam mengadapi gangguan dari mereka dan yakin akan menang.
d) Suku katanya pendek-pendek disertai kata-kata yang mengesankan sekali, pernyataannya
singkat, ditelinga terasa menembus dan terdengar sangat keras. Menggetarkan hati, dan
maknanya pun meyakinkan dengan diperkuat lafal-lafal sumpah, seperti surah-surah yang
pendek-pendek dan perkecualiannya hanya sedikit.
a) Setiap surah yang berisi kewajiban atai had ( sanksi ) adalah madani.
b) Setiap surah yang didalamnya disebutkan orang-orang munafik adalah madani, kecuali surah
al-ankabut adalah makki.
c) Setiap surah yang didalamnya terdapat dialog dengan ahli kitab adalah madani
Dari segi ciri khas, tema dan gaya bahasa, dapatlah diringkaskan sebagai berikut :
Nama-nama surat makkiyah berdasarkan urutan turunnya (menurut sebagian besar Ulama).
01. Al'Alaq
02. Al-Qalam
03. Al-Muzammil
04. Al-Muddatstsir
05. Al-Fatihah
06. Al-Masab (Al-Lahab)
07. At-Takwir
08. Al-A'la
09. Al-Lail
10. Al-Fajr
11. Adh-Dhuha
12. Alam Nasyrah (Al-Insyirah)
13. Al-'Ashr
14. Al-Aadiyat
15. Al-Kautsar
16. At-Takatsur
17. Al-Ma'un
18. Al-Kafirun
19. Al-Fiil
20. Al-Falaq
21. An-Nas
22. Al-Ikhlas
23. An-Najm
24. 'Abasa
25. Al-Qadar
26. Asy-Syamsu
27. Al-Buruj
28. At-Tin
29. Al-Quraisy
30. Al-Qariah
31. Al-Qiyamah
32. Al-Humazah
33. Al-Mursalah
34. Qaf
35. Al-Balad
36. Ath-Thariq
37. Al-Qamar
38. Shad
39. Al-A'raf
40. Al-Jin
41. Yaasin
42. Al-Furqan
43. Fathir
44. Maryam
45. Thaha
46. Al-Waqi'ah 47. Asy-Syura
48. An-Naml
49. Al-Qashash
50. Al-Isra
51. Yunus
52. Hud 53. Yusuf
54. Al-Hijr
55. Al-An'am
56. Ash-Shaffat
57. Lukman
58. Saba'
59. Az-Zumar
60. Ghafir
61. Fushshilat
62. Asy-Syura
63. Az-Zukhruf
64. Ad-Dukhan
65. Al-Jatsiyah
66. Al-Ahqqaf
67. Adz-Dzariyah
68. Al-Ghasyiyah
69. Al-Kahf
70. An-Nahl
71. Nuh
72. Ibrahim
73. Al-Anbiya
74. Al-Mu'minun
75. As-Sajdah
76. Ath-Thur
77. Al-Mulk
78. Al-Haqqah
79. Al-Ma'arij
80. An-Naba'
81. An-Nazi'at
82. Al-Infithar
83. Al-Insyiqaq
84. Ar-Rum
85. Al-Ankabut
86. Al-Muthaffifin
87. Al-Zalzalah
88. Ar-Rad
89. Ar-Rahman
90. Al-Insan
91. Al-Bayyinah
Turunnya surah-surah Makiyyah lamanya 12 tahun, 5 bulan, 13 hari, dimulai pada 17 Ramadhan
40 tahun usia Nabi (Februari 610 M).
Nama-nama surat madaniyah berdasarkan urutan turunnya (menurut sebagian besar Ulama).
01. Al-Baqarah
02. Al-Anfal
03. Ali 'Imran
04. Al-Ahzab
05. Al-Mumtahanah
06. An-Nisa'
07. Al-Hadid
08. Al-Qital
09. Ath-Thalaq
10. Al-Hasyir
11. An-Nur
12. Al-Hajj
13. Al-Munafiqun
14. Al-Mujadalah
15. Al-Hujurat
16. At-Tahrim
17. At-Taghabun
18. Ash-Shaf
19. Al-Jum'at
20. Al-Fath
21. Al-Ma'idah
22. At-Taubah
23. An-Nash
Pertama : Untuk dijadikan alat bantu dalam menafsirkan Qur`an, Sebab pengetahuan mengenai
tempat turun ayat dapat membantu memahami ayat tersebut dan mentafsirkannya dengan tafsiran
yang benar. Sekalipun yang menjadi pegangan adalah pengertian umum lafadz, bukan sebab
yang khusus. Berdasarkan hal itu seorang penafsir dapat membedakan antara ayat yang nasikh
dengan yang mansukh, bila diantara kedua ayat terdapat makna yang kontradiktif. Yang datang
kemudian tentu merupakan nasikh yang tedahulu.
Kedua : Meresapi gaya bahasa Quran dan memanfaatkannya dalam metode dakwah menuju jalan
Allah. Sebab setiap situasi mempunyai bahasa tersendiri. Memperhatikan apa yang dikehendaki
oleh situasi merupakan arti peling khusus dlam retorika. Karakteristik gaya bahasa makki dan
madani dalam Quran pun memberikan kepada orang yang mempelajarinya sebuah metode dalam
penyampaian dakwah ke jalan Allah yang sesuai dengan kejiwaan lawan berbicara dan
menguasai pikiran dan perasaaannya serta menguasai apa yang ada dalam dirinya dengan penuh
kebijaksanaan.
Ketiga : Mengetahui sejarah hidup Nabi melalui ayat-ayat Qur`an. Sebab turunnya wahyu
kepada Rasulullah SAW sejalan dengan sejarah dakwah dengan segala peristiwanya, baik dalam
periode mekkah maupun madinah. Sejak permulaan turun wahyu hingga ayat terakhir
diturunkan. Qur`an adalah sumber pokok bagi peri hidup Rasulullah SAW, peri hidup beliau
yang diriwayatka ahlli sejarah harus sesuai denga Quran; dan Qur`an pun memberikan kata putus
terhadapa perbedaan riwayat yang mereka riwayatkan.